Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Diare merupakan penyakit simptomatik yang seringkali menyebabkan

kejadian luar biasa (KLB). Diare menempati posisi ke lima dalam daftar

penyakit yang menyebabkan timbulnya kematian. Diare seringkali dianggap

sebagai penyakit yang sepele, padahal di tingkat global dan nasional

menunjukkan fakta yang sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh

dua juta anak di dunia setiap tahun (Amiruddin, 2007). Hasil survey di

Indonesia menunjukkan bahwa angka kesakitan diare untuk seluruh

golongan umur berkisar antara 120-360 per 1000 penduduk dan untuk balita

menderita satu atau dua kali episode diare setiap tahunnya atau 60% dari

semua kematian diare (Sunoto, 1990).

Diare merupakan suatu gejala klinis dan gangguan saluran

pencernaan yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi, disertai

dengan perubahan konsistensi feses menjadi lebih cair/lembek (Yuliana,

2001). Salah satu dari efek samping terjadinya diare adalah dehidrasi. Hal ini

disebabkan, pada saat diare terjadi kehilangan cairan dan elektrolit, sehingga

tubuh akan mengalami dehidrasi. Jika keadaan ini tidak tertanggulangi

dengan segera, dapat menyebabkan kematian. (soegijanto, 20004)


Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tumbuhan, sebagaimana

yang telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu Wata’ala di dalam Al-Qur’an

surah Asy-Syu’araa’ (26) ayat 7:

ِ ْ‫َأ َو َل ْم َي َر ْوا ِإ َلى اَأْلر‬


‫ض َك ْم َأ ْن َب ْت َنا فِي َها ِمنْ ُك ِّل َز ْو ٍج َك ِر ٍيم‬
Artinya:

Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak kami tumbuhkan

dibumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?

Surah Asy-syu’araa’ (26) ayat 7 Allah SWT mengingatkan kebesaran

kekuasaan-Nya dan keagungan kemampuan-Nya serta keadaan para

pembangkang yang menyelisihi Rasul-Nya dan mendustakan kitab-Nya

dialah yang Maha Perkasa, Maha Agung lagi Maha Kuasa yang telah

menciptakan bumi dan menumbuhkan didalamnya tumbuhan yang baik

berupa tanam-tanaman, buah-buahan dan hewan. (Abdullah, M., 2004).

Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal

sebagai gudangnya tumbuhan obat. Dari sekitar 30.000 jenis flora yang ada

di hutan tropika Indonesia, sekitar 9.600 spesies telah diketahui berkhasiat

obat. Dari jumlah tersebut tercatat 283 spesies merupakan tumbuhan obat

penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan Muhammad 2005).


Tumbuhan obat yaitu tumbuhan yang berupa daun, batang, buah,

bunga dan akarnya yang memiliki khasiat sebagai obat dan digunakan

sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern maupun obat-obatan

tradisional (Amzu dan Haryanto, 1990 cit. Peoloengan et al., 2006)

Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat tradisional adalah

Benincasa hispida (kunru). Kandungan terbanyak pada buah bligo adalah air,

dimana kadar air dari buah bligo ini mencapai 94,5%, dengan kandungan

protein sebesar 0,4%, karbohidrat 4%, lemak 0,2%, abu 0,3% dan serat

0,5%. Benincasa hispida juga mengandung senyawa-senyawa minor seperti

vitamin C, thiamin, riboflavin, dan niacin. Ekstrak Benincasa hispida yang

mengandung triterpenoid dan flavonoid ini adalah sebagai antimikroba

terhadap perkembangan bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus,

Salmonella thypi dan Bacillus subtilis. Potensi ekstrak buah bligo selain

sebagai antimikroba , buah kunru juga memiliki potensi sebagai antiinflamasi

karena adanya senyawa flavonoid, terpenoid dan β-sitosterol yang berguna

sebagai antiinflamasi akibat infeksi dari mikroorganisme. Buah bligo juga

memiliki keunggulan lain dalam mengobati berbagai penyakit, seperti dapat

mendinginkan tubuh, menurunkan kolesterol, menurunkan kadar gula darah,

menurunkan berat badan, menurunkan risiko kanker, mengatasi konstipasi,

melindungi sistem gastrointestinal, sebagai detoksifikasi racun dalam tubuh,

dan lain sebagainya. Buah bligo juga memiliki efek samping yang minimal,
tetapi buah bligo ini memiliki kontraindikasi bagi penderita radang sendi,

gangguan ginjal dan radang pada mulut, disebabkan karena adanya efek

dingin dari buah bligo dan kandungan kalsium oksalat pada buah tersebut.

Ekstrak biji bligo (Benincasa hispida) memiliki efek antimikroba yang

sangat baik dengan untuk pertumbuhan dari bakteri Escherichia coli.

Penelitian yang dilakukan di India oleh Rajesh Kumar Sharma, Rajni Singh,

K.K. Jha, dan Abishek B. (2013) menjelaskan bahwa ekstrak biji buah bligo

dengan larutan aquades memiliki potensi yang baik sebagai antimikroba

pada pertumbuhan Escherichia coli pada dosis 300 mg/ml, 400 mg/ml, dan

500 mg/ml. Hasil penelitian tersebut menunjukkan penurunan koloni bakteri

Escherichia coli seiring dengan peningkatan dosis yang diberikan, tetapi tidak

menggambarkan dosis minimal yang efektif sebagai antimikroba terhadap

Escherichia coli. Secara keseluruhan terjadi penurunan koloni bakteri

Escherichia coli pada perlakuan pertama dan kedua pada dosis 300 mg/ml,

400 mg/ml, dan 500 mg/ml terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli

walaupun tidak terjadi perbedaan yang bermakna antar perlakuan terhadap

jumlah koloni bakteri Escherichia coli.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, perlu dilakukan uji efektivitas

antidiare pada ekstrak etanol biji buah kunru pada mencit. Agar dapat

diketahui oleh masyarakat awam yang belum banyak mengetahui tentang

pengobatan diare tersebut.

Anda mungkin juga menyukai