Anda di halaman 1dari 14

Titis Anindyoiati Potitik Hukum Pemekoran ....

I75

.POLITIK
HUKUM PEMEKARAN DAERAH
BERDASARKAN UUD 1945:
ANATISIS PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTTTUSI TERKAIT PEMEKARAN DAERAH

LEGAL POUCY OF REGION ENLARGEMENTS


ACCORDING TO TH E 7945 CONSTITUTION :
AN ANALYSISTO MK DECISIONS

Titis Anindyajati*

Naskah diterima 3 September 2013, disetujui 15 September 2013

obstroct
The amendments of the 1945 Constitution, to the some extent, have resulted in the enlargement or creation of new
produced negative
regions in !ndonesia. Conflicts occurred in these regions hove evidentty shown thot such policy hove also
impoct, aside from their constructive one. The formation of MK, a iudiciat power which has the authority to review the
law, is helpful to exomine the making of new laws and regions which have triggered conflicts ond moreover agoinst the
Constitution. This research reveols MK decisions of the reviews on regionol autonomy laws which against the Constitution
which hove been sent to it by opplying legal norms and doctrines. lJsing librory study, it anolyzed relevant laws, regulations,
ond other 1egol moteriols. lts finding says that os long as the process ond implementation have been in line with
the 1945

Constitution, the new lows on regional enlargement or autonomy are seen not controdictory'

Key words: tegal policy, regionolconflict, ConstitutionolCourt, MK, MK decision

abstrak
otonomi daerah sebagai salah satu hasil mendasar atas amandemen UUD 1945 secara tidak langsung mendorong
pembentukan
munculnya pemekaran daerah. Adanya friksi atau konflik yang terjadi baik saat proses maupun setelah
pemekaran daerah menunjukkan adanya dampak negatif yang diakibatkan oleh pemekaran daerah' Keberadaan Mahkamah
Konstitusi (MK)sebagaisalah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang berwenang menguji undang-undang terhadap UUD
1g45 membantu mengontrol Undang-Undang tentang Pemekaran Daerah yang tidak sejalan dengan Konstitusi.
Dalam

putusan-putusannya, MK menafsirkan bahwa pemekaran daerah yang sejalan dengan konstitusi adalah apabila proses

dan pelaksanaannya berdasarkan UUD 1945 dan tujuannya telah sesuai dengan cita-cita konstitusi itu sendiri, antara lain
untuk (i) memperpendek rentang kendali pemerintahan untuk mendekatkan pelayanan dalam rangka mensejahterakan
rakyat yang berada dalam wilayah yang dimekarkan, (ii) meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan
rakyat, (iii) kemudahan dalam pelayanan terhadap masyarakat, dan (iv) mengakomodasi aspirasi masyarakat.

Kata kunci: politik hukum, pemekaran daerah, putusan-putusan Mahkamah Konstitusi

l. Pendahuluan pasal-pasal baru dalam amandemen UUD 1945


telah memberikan kewenangan lebih luas kepada
A. Latar Belakang daerah dalam mengurus pemerintahannya.
Perubahan UUD 1945 turut mengubah Walaupun tidak sepenuhnya daerah memiliki
politik hukum sistem pemerintahan Negara kewenangan untuk mengurus pemerintahannya,
Indonesia antara lain sistem sentralistik menjadi hal ini cukup memberikan dampak yang signifikan
desentralistik. Hal ini dapat kita lihat dari adanya terhadap daerah itu sendiri yang bisa dilihat
pasal-pasal baru yang muncul dalam amandemen melalu i indikator pen ingkata n ju mlah pendapata n
UUD 1945 antara lain Perubahan pada Pasal 18 asli daerah, penurunan jumlah penduduk miskin,
dan penambahan Pasal 18A UUD 1945. Munculnya dan sebagainya.

ffienelitiandanPengkajianPerkaradanPengembanganTekno|ogi|nformasidanKomunikasiMahkamahKonstitusi
Republik Indonesia, dapat dihubungi di alamat e-mail: titis-mh@yahoo.com.
776 Vol. 78 No.3 September 2073

Eksistensi Otonomi daerah baik secara terhadap Undang-undang Dasar. Apabila terdapat
langsung maupun secara tidak langsung undang-undang mengenai pemekaran daerah,
mendorong terjadinya pemekaran daerah. dapat diuji apakah bertentangan dengan hak-hak
Pemekaran daerah merupakan salah satu konstitusional warga negara dalam UUD 1.945,
implikasiadanya ketentuan Pasal 18 dan Pasal 18A maka dapat diajukan permohonan ke Mahkamah
UUD 1945 dimana daerah diberikan kewenangan Konstitusi untu k d iaju ka n pembatala nnya. M elalui
lebih luas untuk mengurus pemerintahannya pertimbangan-pertimbangan putusannya, maka
sendiri sehingga banyak daerah-daerah tertentu dapat diketahui Politik Hukum Mahkamah
yang ingin melepaskan diri dari daerah induknya Konstitusi.
untuk membentuk daerah otonom. Namun Penelitian mengenai otonomi daerah
demikian, perubahan-perubahan itu tidak hanya atau pemekaran daerah yang ada, lebih berkutat
memiliki implikasi positif namun juga terdapat pada aspek bagaimana implementasi otonomi
implikasi negatif di mana banyak ditemui adanya daerah di suatu daerah atau di lndonesia (lihat,
kontestasi-kontestasi ya ng terjadi akibat adanya m isa nya, Djoko H a rm a ntyo,2OO7 ; Wasisto Ra ha rjo
I

pemekaran daerah tersebut. Banyak konflik yang lati,20L2; Syarief Aryfa'id,2013) atau hanya
terjadidengan adanya pemekaran daerah ini baik berbicara tentang konsep otonomi daerah atau
konflik dalam proses pemekaran daerah baru pemekaran daerah saja (lihat, misalnya H.M. Laica
ataupun konflik setelah daerah baru tersebut Marzuki, 2OA7; H.M. Galang Asmara,dkk,2009;
berdiri. Misalnya kerusuhan di Kecamatan Djoko Harmantyo, ?.OLLI tanpa menghubungkan
Rupit, Kabupaten Musi Rawas atau ketika terjadi dengan bagaimana proses atau kebijakan
kerusuhan yang menyebabkan timbulnya korban pemekaran daerah itu berasal dan dihubungkan
jiwa yaitu ketua DPRD Sumatera Utara AbdulAziz dengan peran serta kewenangan Mahkamah
dalam rencana pembentukan provinsi Tapanulil . Konstitusi dalam menguji UU Pembentukan
Hal lain yang juga mempengaruhi atau Pemekaran Daerah untuk mengakomodir
maraknya pemekaran daerah di Indonesia yakni keinginan rakyat yang belum terpenuhi oleh
beragamnya pemahaman otonomi daerah Pemerintah. Dengan demikian, penelitian ini
oleh para stakeholder yakni Pemerintah Pusat, dimaksudkan untuk menganalisis masalah-
Pemerintah Daerah dan perangkat lainnya yang masalah yang timbul dengan adanya pemekaran
terkait. Dalam berbagai ragam kompleksitas daerah melalui putusan-putusan M K yang terkait
otonomi daerah yang terjadi di aras lokal, faktor baik secara langsung maupun tidak langsung
dominan yang mendasari terbentuknya daerah dengan pemekaran daerah di Indonesia.
otonom baru (DOB) adalah primordialisme dan
sekat etnisitas begitu melekat yang kemudian B. Perumusan Masalah
tereskalasi dalam berbagai bidang terutama Eksistensi pemekaran daerah di lndonesia
menyangkut ekonomi dan politik2 . seyogyanya mendasarkan diri pada cita-cita
Di Indonesia, setelah adanya Mahkamah pemekaran dapat memajukan kesejahteraan
Konstitusi (selanjutnya disebut MK), proses umum yang termaktub dalam pembukaan UUD
pemekaran atau pembentukan daerah yang L945. Dengan mengacu pada pandangan tersebut,
ditransformasi ke dalam undang-undang ada dua permasalahan yang diajukan. pertama,
pemekaran atau pembentukan daerah dapat bagaimanakah politik hukum pemekaran daerah
dikontrol untuk mengetahui apakah telah sejalan di Indonesia, apakah telah sesuai dengan UUD
denga n konstitusi ata u tida k. Men u rut ketentuan 1945? Kedua, bagaimanakah politik hukum MK
Pasal 24C ayat (1) UUD 1945io Pasal 10 ayat (1) mengenai pemekaran daerah?
huruf a UU No.8/2011 tentang Perubahan Atas
UU No.24l2003 tentang Mahkamah Konstitusi, C. Tujuan Penelitian
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya kebijakan dasar atau politik hukum Mahkamah
bersifat final untuk menguji undang-undang Konstitusi pemekaran daerah di Indonesia
lKerusuhan tak akan
wujudkan pemekaran, (http://nasional. kompas. com/
khususnya setelah adanya perubahan UUD
rcad/ 2oL3 los / 0I/ 2LL8L3Ii.lke(usuhan.tak.akan. wujudkan. pemekaran, 1945. Hal ini menjadi dasar dan pembelajaran
diakses 20 September 2013.
2wasisto Raharjo Jati, "lnkonsistensi paradigma
penentuan arah suatu kebijakan yang akan
Otonomi Oaerah
Indonesia: Dilema Sentralisasi atau Desentralisasi,,, Jurnal Konstitusi, dirumuskan dan dilaksanakan. Sementara
Vofume 9 Nomor 4, Desember 2012,hal.745. itu, secara khusus penelitian ini bertujuan (i)
Titis Anindyaiati Polidk Hukum Pemekaron .... 177

menjelaskan politik hukum pemekaran daerah budaya"3 . Kekhawatirannya adalah tumbuhnya


di lndonesia yang sesuai dengan UUD 1945 (ii) keangkuhan etnis, sikap kedaerahan yang
mengetahui kewenangan Mahkamah Konstitusi etnosentris, serta egoisme putra daerah sebagai
dalam menyerap aspirasi masyarakat melalui efek samping otonomi daerah, yang merupakan
pengujian UU terhadap UUD 1945 dalam salah satu pemicu konflik yang dapat merusak
persoalan politik hukum pemekaran daerah. eksistensi NKRI.
Namun demikian, pemekaran daerah
D. Kerangka Pemikiran perlu dipandang sebagai suatu upaya personifikasi
Pembahasan mengenai otonomi pemerintah dalam mewujudkan aspirasi
daerah dalam sistem ketatanegaraan lndonesia rakyat dan pemerataan pembangunan. Pada
merupakan hal yang sangat menarik, sehingga perjalanannya, tidak dapat dipungkiri munculnya
telah banyak penelitian yang dilakukan. Salah berbagai masalah, antara lain berasal dari
satu dampak kebijakan otonomi daerah adalah lemahnya instrumen regu lasi dimana persyaratan
pemekaran atau pembentukan daerah. Pemekaran pembentukan daerah otonom sangat longgara.
atau Pembentukan Daerah merupakan bagian dari Apabila dibandingkan dengan jaman orde baru,
u paya pem erintah u ntu k m en i ngkatka n efektifi tas
persyaratan pembentukan daerah otonom
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. sekarang tentu saja sangat berbeda. Namun
Sayangnya, penelitian yang berbicara tentang tiap era, memiliki kelemahan dan kelebihan
kebijakan hukum yang melatarbelakangi tersendiri. Pada era orde baru dimana persyaratan
pemekaran atau pembentukan daerah sekaligus pembentukan suatu daerah sangat ketat dan
kewenangan Mahkamah Konstitusi terhadap membutuhkan waktu yang cukup lama disatu
masalah itu belum banyak dilakukan. Sejatinya, sisi menyebabkan daerah otonom baru lebih
politik hukum pemekaran daerah di Indonesia siap dan berhasil, disisilain dikritisikarena belum
mendasarkan pada ketentuan pasal L8 dan Pasal adanya kriteria yang jelas dalam membentuk
18A UUD 1945. daerah otonom baru. Sedangkan pada masa
Beberapa ahli memandang secara sekarang walaupun telah dibuat regulasi yang
pesimis keberadaan otonomi daerah khususnya berisi persyaratan atau kriteria yang jelas
pemekaran atau pembentukan daerah. Misalnya dalam membentuk daerah otonom baru, dalam
saja, pendapat Wasisto Raharjo Jati, otonomi pelaksanaannya sulit untuk menentukan daerah
daerah justru mendirikan rezim oligarki, mana yang pantas dan tidak pantas untuk menjadi
primordialisme, maupun politik klientelisme. suatu daerah otonom baru. Dengan demikian,
Penerapan otonomi daerah telah menjadi tiap era memiliki kelebihan dan kelemahan
permasalahan baru bagi Indo'nesia yang tersendiri dalam mengatur pemekaran wilayah.
mengadopsi sistem negara kesatuan. Di masa Berbicara tentang regulasi sesungguhnya
reformasi, pemekaran bertujuan meningkatkan perlu dikaitkan dengan politik hukum. Politik
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan hukum merupakan kebijakan hukum yang akan
demokrasi lokal. Sayangnya, otonomi daerah atau telah dilaksanakan oleh Pemerintah lndonesia
lebih berpihak kepada elite daripada masyarakat. secara nasional yang meliputi pembangunan
Secara normatif, hal ini mengurangi pekerjaan hukum dan pelaksanaan ketentuan hukum.
pemerintah pusat, mendorong akuntabilitas dan Dengan demikian, politik hukum mencakup
transparansi, mendorong iklim kompetitif dan proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang
meningkatkan kemandirian ekonomi. Prospek dapat menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum
otonomi daerah untuk menuju masyarakat lokal akan dibangun dan ditegakkans. Sedangkan
yang sejahtera masih jauh sekali untuk digapai, menurut Muchsan, secara pure yuridis theorities,
hal ini selaras dengan pendapat Syafran Sofyan
yang menyatakan bahwa kebijakan otonomi
3
Sofyan, Syafran, "lmplementasi Nilai-nilai Konstitusi dalam Meningkatkan
daerah, di satu sisi bermanfaat bagi penciptaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa", http://wwulemhannas.go.id,/portal,/
kemandirian masyarakat daerah. Tetapi, disisi lain, in/dafta r-artikel/1633-implementasi-nilai-nilai-konstitusi-da lam-
"kita harus mewaspadai tumbuhnya berbagai meningkatkan-persatuan-dan-kesatuan-bangsa.html 27 Agustus 2013,
diakses 14 September 2013.
sikap yang dapat mengancam nasionalisme a
Kementerian Dalam Negeri, Desain Besor Penatoon Doeroh (Desartado)
dan keberadaan NKRI yang majemuk dan multi di lndonesid Tohun 207@2015. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan, 2010, hal.2.
s Mahfud MD, Politik Hukum di lndonesio. Edisi Revisi. Jakarta: PT
RajaGrafi ndo Persada, 2011, hal.17.
178 VoL 78 No. 3 September 2073

Politik Hukum (Politicol of low)adalah perbuatan sasaran penelitian berupa peraturan perundang-
aparat yang berwenang dalam memilih beberapa undangan dan bahan hukum lainnya. Penelitian
alternatif yang tersedia untuk menghasilkan ini menelaah 30 Putusan MK yang menguji UU
karya hukum demi terwujudnya tujuan negara. Pemekaran Daerah (15 UU pemekaran daerah)
Regulasi atau peraturan yang mengatur tentang yang pernah diuji di MK. Penelitian hukum
persyaratan pembentukan daerah otonom baru normatif biasanya yang diteliti hanya bahan
menurut Muchsan termasuk dalam unsur atau pustaka atau data sekunder mencakup bahan
faktor dari Politik Hukum. hukum primer, sekunder dan tertier6. Penelitian
Pada hakikatnya, permasalahan dalam ini difokuskan untuk menemukan konsepsi
regulasi dan implementasi pembentukan daerah pemekaran daerah atau politik hukum pemekaran
otonom baru dapat dihindari apabila proses dan daerah berdasarkan UUD L945 yang dianalisis
produk hukum pemekaran daerah telah sesuai melalul putusan-putusan MK terkait dengan
dengan UUD 1945. Selain itu, semua unsur dalam pemekaran daerah. Sebagai penelitian hukum
membangun sistem pemekaran daerah perlu doktrinal, pendekatan yang digunakan untuk
memenuhi 3 (tiga) unsur seperti teori Three menjawa b perta nyaa n pen elitia n ia la h pen dekata n
Elements of Legal System yangdikemukakan oleh kasus (cose opproach), pendekatan perundang-
Lawrence M. Friedman, yaitu terdiri atas struktur u n da n ga n (statute o p p roa ch ), kon sep ( co n ce ptu o I

hukum, substansi hukum dan budaya hukum. approoch), historis (histories approach), dan
Struktur hukum digambarkan sebagai kerangka pendekatan analitis (analytical approach)
atau elemen dasar, substansi hukum sebagai terhadap segala bahan hukum baik secara
elemen lainnya yangtersusun dari peraturan atau teks, konteks maupun kontekstualisasi. Dalam
ketentuan bagaimana suatu institusi berperilaku, penelitian hukum normatif, pengolahan data tidak
sedangkan kultur hukum merupakan elemen dilakukan sebagaimana dalam penelitian sosial,
sikap dan nilaisosial dari suatu masyarakat. karena pada hakikatnya pengolahan data dalam
Untuk mencapai tujuan pemekaran penelitian hukum normatif merupakan kegiatan
daerah yang dicita-citakan UUD 1945, ketiga unsur menyistematisasi bahan hukum.
tersebut seyogyanya dapat dilaksanakan secara Penelitian ini lebih mengutamakan studi
berkesinambungan dan harmonis. Konstitusi pustaka (librory research) dengan mengkaji bahan
memiliki peran penting dalam mewujudkan Politik hukum, baik yang bersifat primer, sekunder
Hukum pemekaran daerah. Hal ini dapat dilihat maupun tersier. Penelitian studi pustaka
melalui beberapa putusan Mahkamah Konstitusi dilakukan dengan mengumpulkan, menelusuri
yang terkait dengan Pemekaran Daerah. Politik dan menyistemasikan bahan-bahan terkait yang
pemekaran daerah berdasar UUD 1945 yakni diperlukan dalam penelitian ini. Bahan hukum
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan primer penelitian ini adalah Pembukaan UUD
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, 1945 sebagai norma atau kaidah dasar; Peraturan
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, Dasar yaitu Batang Tubuh UUD 1945 dan
serta peningkatan daya saing daerah dengan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan.
mem perhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, Bahan hukum sekunder yaitu pendapat, doktrin
keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu atau dogma hukum yangtertuang dalam disertasi,
daerah dalam sistem NKRI dapat dilakukan melalui tesis, skripsi, buku, hasilpenelitian, risalah sidang,
pengujia n konstitusio nal itas U U terka it pemeka ra n jurnal ilmiah, kamus, berita maupun artikel ilmiah
daerah. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga populer di berbagai media cetak dan elektronik.
negara yang menjalankan salah satu kekuasaan Bahan hukum tersier berupa dokumen yang berisi
kehakiman melalui putusan-putusannya turut konsep-konsep da n ketera nga n-ketera ngan yan g
berperan serta dalam mendukung pencapaian mendukung bahan hukum primer dan bahan
tujuan pemekaran daerah yang sejalan dengan hukum sekunder seperti kamus, enslklopedia,
konstitusi. dan lain-lain.

E.Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga)
bulan sejak Juli-Agustus 2013 dan merupakan
penelitian hukum normatif dan penelitian 6Soerjono Soekanto, Pengdntor Penelifidn
Hukum, Jakarta: Ul press,
doktrinal yaitu penelitian dengan obyek atau 2010, hal.53.
fitis Anindyajoti Politik Hukum Pemekoron .... L79

ll. Hasil dan Pembahasan prinsip negara kesatuan, prinsi demokrasi dan
prinsip Negara Hukume. Mahkamah Konstitusi
1. Mahkamah Konstitusi dalam Sistem sebagai pengawal undang-undang dasar (the
Ketatanegaraan Indonesia guordion of the constitutionl memiliki fungsi
peradilan secara umum untuk menegakkan
Perubahan UUD 1945 Yang terjadi hukum dan keadilan. Secara khusus, fungsi MK
pasca reformasi telah menciptakan perubahan- tertuang dalam penjelasan Umum UU MK, yaitu
perubahan yang signifikan terhadap sistem untuk menangani perkara ketatanegaraan atau
ketatanegaraan lndonesia yang lebih menekankan perkara konstitusiona I ya n g d i laksanakan seca ra
kembali pada konsep negara hukum (rule of law). bertanggung jawab dalam menjaga konstitusi
Penegasan Indonesia sebagai Negara Hukum serta sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita
tercantum dalam ketentuan pasal L ayat (3)UUD demokrasi.
1945 yang mengatur kekuasaan negara secara Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam
berimbang yang terdiri atas kekuasaan eksekutif tinjauan ilmu hukum tata negara, lembaga
(Presiden), legislatif (DPR), dan yudikatif (MA Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga
dan MK). Hal ini dilakukan untuk menghindari pengawal konstitusi (the guordion of constitution)
pemusatan kekuasaan pada satu lembaga dengan dan fembaga penafsir konstitusi (the interpreter
berpegang pada prinsip check ond balances. of the constitutionJ. lde pembentukan Mahkamah
Sejatinya, pembentuk undang-undang Konstitusi terka it erat den ga n i khtia r mewuj ud ka n
perlu memahami secara mendalam UUD 1945 hubungan yang saling mengendalikan antar
karena dalam hierarki atau tata urutan peraturan cabang kekuasaan negara10. Pendapat senada
perundangan, UUD 1945 merupakan hukum dikemukakan oleh Ni'matul Huda yang
dasar bagi pembentukan peraturan perundang- menyatakan bahwa kewenangan konstitusional
undangan di bawah UUD 1945?. UUD 1945 MK merupakan perwujudan prinsip checks ond
juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol balances untuk mengontrol dan mengimbangi
dan menentukan keabsahan agar suatu norma kinerja antar lembaga negara. Selain itu, sebagai
hukum dalam undang-undang tidak bertentangan lembaga produk reformasi MK menjaditumpuan
dengan ketentuan UUD 1945. Agar ketentuan ekspektasi masyarakat yang menginginkan
hukum di bawah konstitusi tidak bertentangan terjadinya perbaikan dalam bidang penegakan
dengan kostitusi, maka akan dilakukan pengujian hukum. Sejauh ini MK telah merespon harapan
undang-undang terhadap UUD 1945. Kewenangan publik tersebut melalui proses peradilan yang
pengujian inisangat diperlukan karena salah satu bersih dan putusan yang menjunjung tinggi
ukuran yang paling mendasar adalah ada atau prinsip keadilanll.
tida knya pela ngga ra n terhad ap ha k konstitusiona I Sejak dibentuk pada 13 Agustus 2003
yang ditentukan dalam UUD 1945 menjadi hingga September 2OL3, Mahkamah Konstitusi
aturan hukum undang-undang sebagai dasar telah menerima permohonan perkara pengujian
penyelenggaraan Negara. Untuk itu, dibentuklah undang-undang sebanyak 807 perkara. Adapun
MK Rl melalui Perubahan Ketiga UUD 1945 yang dari seluruh perkara yang diperiksa Mahkamah
tercantum dalam Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Konstitusi, sampai dengan awa I September 2013,
Pasal 78 UUD 19458. 486 permohonan telah diputus dengan rincian
Dengan demikian, Pembentukan MK Rl 127 perkara dikabulkan,IT2 perkara ditolak, 139
dapat ditinjau dari 2 (dua) aspek, yakni aspek perkara tidak dapat diterima, dan 48 perkara
politik dan aspek hukum. Keberadaaan MK Rl ditarik kembali.{lihat Lappiran 1).
ditinjau dari aspek politik ketatanegaraan untuk Kewenangan MK terkait dalam pengujian
mengimbangi kekuasaan pembentukan undang- UU terhadap UUD L945, memiliki hubungan
undang yang dimiliki oleh DPR dan Presiden. yang erat dengan pemekaran daerah. Hal itu
Sedangkan dalam aspek hukum, keberadaan MK disebabkan mekanisme pemekaran daerah
menjadi salah satu konsekuensi perubahan dari
supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi,
'glbid. hal.8
10
JimfyAsshiddiqie, Menuju Negoro Hukumyang Demokrotis, Jakafta:PT
7 Lihat Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Bhuana llmu Populer, 20O9.
Perundang-undangan. rlNi'matuf Huda, Dinamika Ketotonegorcan Republik lndonesio ddlom
8 Tim Penyusun Hukum Acara MK, Hukum Acdro Mahkomah
Konsfitusi, Putuson Mahkamah Konstitusi, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005
Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan M( Rl, 2010, hal.8.
,hal. 38.
180 voL 78 No. j September 2013

dilakukan melalui undang-undang. lzPemohon Dengan adanya kebijakan otonomi


yang merasa mengalami kerugian konstitusional daerah yang masih dipengaruhi oleh semangat
akibat berlakunya UU terkait Pemekaran Daerah reformasi menyebabkan munculnya fenomena
dapat mengajukan permohonannya kepada pemekaran daerah yang semakin menjamur
Mahkamah Konstitusi. Dengan melihat fakta dengan alasan guna mengembangkan diri dan
yang ada, jumlah pengujian UU yang diajukan ke mengambil peluang menjadi daerah yang mandiri.
Mahkamah Konstitusi terkait dengan pemekaran Proses pembentukan daerah dapat berupa
daerah cukup banyak, yaitu sejumlah 33 perkara penggabungan beberapa daerah atau bagian
yang masuk dengan rincian 7 perkara dikabulkan, daerah yang bersandingan atau pemekaran dari
8 perkara ditolak,l0 perkara tidak dapat diterima, satu daerah menjadi dua daerah atau lebih.
5 perkara ditarik kembali dan 3 perkara yang Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 (dua)
sedang dalam proses.(lihat Lampiran 2). Dari daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada
data tersebut menunjukkan bahwa pemekaran ketentuan UU Pemerintahan Daerah dapat
daerah yang dilakukan pasca amandemen dilakukan setelah mencapai batas minimal usia
UUD 1945 dengan cara pembentukan undang- penyelen ggaraan pem eri ntah a n13.

undang berpotensi menimbulkan konflik atau Menurut data dari Kemendagri (2010),
sengketa. Semakin banyak undang-undang untuk dalam jangka waktu sepuluh tahun (1999-
pemekaran daerah yang menimbullkan konflik, 2009) telah terbentuk daerah pemekaran baru
berarti akan semakin tinggi kecenderungan atau yang biasa disebut daerah otonom baru
penyelesaian konflik tersebut melalui pengujian (DOB) sebanyak 205 daerah otonom baru
undang-undang ke Mahkamah Konstitusi. yang meliputi 7 (tujuh) Provinsi, t64 (seratus
enam puluh empat) Kabupaten dan 34 (tiga
2. Konsepsi Pemekaran Daerah di Indonesia puluh empat) Kota. Tidak dapat dipungkiri
lnti dari otonomi daerah adalah semenjak diberlakukan UU No.22/1999 tentang
hubungan yang seimbang antara pemerintah Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti
pusat dan daerah dalam mengurus dan dengan UU No.32/2004 mempengaruhi secara
mengatur kebutuhan suatu wilayah, baik urusan signifikan permintaan daerah untuk memekarkan
pemerinta h ma upu n kepentingan masyarakatnya. daerahnya sendiri menjadi daerah otonom
Kewenangan otonomi daerah adalah keseluruhan baru yang menyebabkan pemekaran daerah
wewenang penyelenggaraan pemerintahan, menjadi tidak terkendali. Sehingga pada tanggal
seperti perencanaan dan perizinan, kecuali 3 September 2009, Presiden Rl memberlakukan
kewenangan di bidang pertahanan keamanan, kebijakan moratori u m (pen ghentia n sem entara )
peradilan, politik luar negeri, moneter/fiskal pemekaran daerah untuk mendapatkan hasil
dan agama serta kewenangan lainnya yang maksimal dari evaluasi pemekaran daerah yang
diatur oleh peraturan perundangan yang lebih dilakukan oleh Pemerintah Pusatla.
tinggi. Penyelenggaraan otonomi pada tingkat Pemekaran daerah hakikatnya merupakan
provinsi meliputi kewena ngan-kewenangan lintas upaya pemerintah dalam peningkatan kemampuan
kabupaten dan kota, kewenangan-kewenangan pemerintah daerah melalui memperpendek
yang tidak atau belum dilaksanakan daerah rentang kendali pemerintah. Secara filosofis
otonom kabupaten dan kota, serta kewenangan tujuan pemberian otonomi daerah termasuk
di bidang pemerintahan lainnya. di dalamnya pemekaran daerah dimengerti
sebagai langkah penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan amanat UUD 1945.
Dalam hal ini, pemerintahan daerah mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
12
M( pemohon adalah pihak
Menurut Ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU Secara sosiologis, pemekara n daerah seyogyanya
yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan diharapkan dapat mendorong peningkatan
oleh berlakunya undang-undang, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia; pelayanan publik, partisipasi rakyat serta
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai pemerataan kesejahteraan rakyat di daerah.
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia yant diatur dalam undang-undang;
13
Lihat Pasal 4 ayat (3) dan ayat (4) UU No.32l2OO4tentang pemerintahan
c. badan hukum publik atau privat; atau
Daerah.
d. lembaga negara. la Kementerian Dalam Negeri.,op.cit,
hal. v.
Titis Anindyoiati Politik Hukum Pemekoron ,.-. 181

Secara yuridis, proses pembentukan daerah dan tidak berasal pada kekuasaan Presiden
dalam hal ini pemekaran daerah perlu dilakukan (eksekutif) semata, pada kenyataannya banyak
melalui mekanisme atau prosedural yang telah konflik yang terjadi di daerah-daerah pemekaran
ditentukan oleh undang-undang. Hal ini penting tersebut. Hal ini disebabkan oleh ketidakjelasan
dilakukan guna mencegah terjadinya tarik konsep pemekaran daerah di Indonesia, selain
menarik kepentingan dalam konteks pemekaran Indonesia belum memiliki grond design penataan
daerah. daerah atau tata ruang daerah yangjelas. Faktor
Pengaturan pemekaran daerah tidak yang menyebabkan tujuan pemekaran wilayah
hanya diatur dalam UUD 1945, namun juga tidak tercapai antara lain adanya kepentingan-
oleh berbagai peraturan perundang-undangan kepentingan politik dan kepentingan ekonomi
lainnya, seperti UU Pemerintahan Daerah dan beberapa orang yang memanfaatkan situasi
Undang-undang lainnya yang terkait. Beberapa tersebut untuk memperoleh kekuasaan di
pasal yang mengatur Pemekaran Daerah di daerahnya, adanya political identity yang sangat
Indonesia termaktub dalam (i) Pasal 18 dan Pasal tinggi cenderung kearah primordialisme, dan
18A UUD L945; (ii) Pasal 2 ayat (1), Pasal4, Pasal lain sebagainya. Untuk itu, agar pemekaran
5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 UU No.32 Tahun dapat berjalan efektif perlu ada perhatian
2004 tentang Pemerintahan io UU No. 12 Tahun penuh dari pemerintah, DPR dan DPD dalam
2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No.32 merumuskan aturan pemekaran daerah yang
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; dan dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak
(iii) Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 khususnya aspirasi rakyat dan pengawasan yang
tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, lebih ketat terhada p pemberian status pemeka ran
dan Penggabungan Daerah. daerah baru,
Salah satu pasal yang cukup krusial adalah
Pasal 5 ayat (1) UU Pemerintahan Daerah yang 3. Politik Hukum Pemekaran Daerah di Indonesia
mengatur Pembentukan Daerah harus memenuhi f diomatik "No State without Legal
syarat administratif, syarat teknis dan syarat Policy" atau dengan kata lain tiada negara tanpa
fisik wilayah. Yang dimaksud dengan (i) Syarat politik hukum membuka pemikiran bahwa
Administratif, yaitu untuk provinsi meliputi sesungguhnya politik dan hukum merupakan
adanya persetujuan DPRD Kabupaten/kota dan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam
Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan konfigurasi sistem hukum suatu negara. Suatu
wilayah provinsi, persetujuan DPRD provinsi arah dan tujuan hukum suatu negara dapat dilihat
induk dan Gubernur serta rekomendasi Menteri dari konfigurasi politik dan produk hukum negara
Dalam Negeri. Sedangkan untuk kabupaten/kota tersebut. Dalam berbagai kepustakaan disebutkan
meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/ bahwa politik hukum yang dalam Bahasa Belanda
kota dan Bupati/walikota yang bersangkutan, diterjemahkan dengan istilah Rechtspolitiek.
persetujuan DPRD Provinsi dan Gubernur serta Sementara dalam kepustakaan berbahasa
rekomendasi Menteri Dalam Negeri; (ii) Syarat Inggris dikenal beberapa istilah untuk menyebut
Teknis, meliputi faktor yang menjadi dasar politik hukum, antara lain: Politics of Law (Politik
pembentukan daerah yang mencakup faktor Hukum), Legol Policy (Kebijakan Hukum), Politics
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial of Legislotion (Politik Perundang-undangan),
budaya, sosial politik, kependudukan, luas Politics of Legol Products (Politik yang tercermin
daerah, pertahanan dan keamanan, dan faktor dalam berbagai produk hukum) dan Politics
lain yang memungkinkan terselenggaranya of Low Development (Politik Pembangunan
otonomi daerah, (iii)Syarat Fisik Wilayah, meliputi Hukum). Secara epitomologis Politik Hukum
paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk dapat dipahami sebagai suatu rangkaian asas,
pembentukan provinsi dan paling sedikit 5 (lima) prinsip, cara/alat yang digunakan untuk mencapai
kecamatan untuk pembentukan kabupaten, tujuan hukum; atau pertimbangan tertentu
dan 4 (empat) kecamatan untuk pembentukan yang dianggap lebih menjamin terlaksanaanya
kota, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana kegiatan, cita-cita atau tujuan hukumls .

pemerintahan.
Namun demikian, walaupun mekanisme
pemekaran wilayah setelah amandemen UUD 15 H.M. Wahyudin Husein & Hufron, Hukum Politik don Kepentingon,
1945 memiliki mekanisme yang lebih jelas Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2008.
782 Vol. 18 No.3 September 2013

Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik yang terkait dengan pemekaran daerah tersebut
hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang secara tidak langsung berpengaruh juga pada
hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan proses pemekaran daerah di lndonesia. Namun,
sosial dan hukum tertentu dalam masyarakat. perubahan secara mendasar muncul pada
Menurut Mahfud MD, Politik Hukum adalah saat disahkannya UU No.22 /L999 tentang
legol policy yang akan atau telah dilaksanakan Pemerintahan Daerah karena sebelum era
secara nasional oleh Pemerintah Indonesia yang reformasi, sistem pemerintahan terpusat pada
meliputi: pertama, pembangunan hukum yang pemerintah pusat (vide UU No.5/1974 tentang
berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah)17.
materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan MK sebagai salah satu penyelenggara
kebutuhan; ked ua, pelaksanaan ketentuan hukum negara, memiliki tugas dan wewenang khusus
yang telah ada termasuk penegasan fungsi di bidang peradilan, yaitu sebagai pemegang
lembaga dan pembinaan para penegak hukum. kekuasaa n keha ki man tertinggi selai n Ma h ka mah
Mahfud MD menyimpulkan politik hukum sebagai Agung (MA).Walaupun MK bukan penyelenggara
proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang negara yang menghasilkan produk hukum seperti
dapat memberikan petunjuk sifat dan arah tujuan halnya DPR dan Presiden, namun politik hukum
hukum. Politik hukum nasional selain dapat yang bersumber dari UUD 1945 dapat digunakan
dilihat dari perpektif formal yang memandang sebagai benang merah yang mewarnai politik
kebijaksanaan hukum dari rumusan-rumusan hukum masing-masing penyelenggara negara.
resmi sebagai suatu produk hukum, dapat juga Politik h u ku m M ah kamah Konstitusi adalah politik
dilihat dari latar belakang dan proses keluarnya hukum konstitusionalitas perkara yang diajukan
rum usan-rum usan resmi tersebutl6. ke MK18. MK sebagai lembaga yang memiliki
Sejatinya, perubahan-perubahan politik kewenangan menguji UU terhadap UUD 1945
berpengaruh terhadap karakter produk hukum, secara implisit memiliki fungsi sebagai penafsir
karena dari sudut pandang pembentukannya prinsip konstitusi Rlyaitu UUD 1945, atau sebagai
produk hukum merupakan produk politik. Pasca penafsir tunggal konstitusi (so/e interpreter of the
amandemen UUD 1945, berbagai undang-undang constitutionl. Politik hukum dalam penelitan ini
bidang politik produk Orde Baru langsung diubah berbicara tentang Politik Mahkamah Konstitusi
guna menghilangkan asumsi muatan kekerasan- melalui analisa Putusan-putusan MK yang
kekerasan politik didalamnya dan memberikan memuat unsur filosofis, yuridis dan sosiologisnya
tempat lebih luas pada demokrasi. Hal initerllhat dengan menggunakan penafsiran konstitusi
dariproduk hukum pasca amandemen UUD 1945, sebagai dasar acuan pembenarnya.
yaitu UU Pemerintahan Daerah yang semula Politik hukum pemekaran daerah yang
berasas otonomi nyata dan bertanggung jawab berdasarkan UUD 1945 juga dapat dibaca dan
menjadi berasas otonomi luas dari yang secara dipahami dari konsideran menimbang dan
politik sentra listik menjad i desentra listik. penjelasan umum Undang-undang tersebut.
Berbicara mengenai politik hukum, dapat Konsiderans merupakan uraian singkat mengenai
dilihat dari politik hukum pemekaran daerah di pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan
Indonesia pasca perubahan UUD 1945. Saat itu alasan pembentukan Peraturan Perundang-
ada beberapa peraturan perundang-undangan undangan. Pokok pikiran pada konsiderans
mengenai pembentukan daerah atau pemekaran Undang-Undang, Peratura n Daerah Provinsi, ata u
wilayah yang disahkan. Berbagai peraturan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota memuat unsur
perundang-undangan terkait pemekaran daerah filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi
tersebut mengalami beberapa perubahan pertimbangan dan alasan pembentukannya.
dari tahun ke tahun, misalnya saja UU tentang Unsur-unsur tersebut ditempatkan secara
Pemerintahan Daerah yang mengalami beberapa berurutan darifilosofis, sosiologis, dan yuridis. (i)
perubahan antara lain UU No.22/L948, UU No.
LlL957, UU No. 5/1974, UU No. 22/Lg9g, UU No. 17 Titis Anindyaiati, Factors AfJecting Regionol Fiscol Sustainobility in
32/2Nadan UU No.8/2011. Banyaknya perubahan Indonesia: A Cross-Sectional Analysis of 30 provinces, ln The year of 2001-
yang terjad i pada peratu ran perundang-u ndangan 20O4, {Skripsi Sarjana Universitas tslam Indonesia, Jogiakarta, 2OO7), hal.6.
lEAchmad. Sodiki, Politik Hukum Doldm Konstruki ilmu Hukum. Makalah
dalam Kongres llmu Hukum: Refleksi dan Rekonstruksi llmu Hukum
Indonesia, Asosiasi Sosiologi Hukum Indonesia bekerjasama dengan
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 19-20 Oktober 2012.
r5 Moh. Mahfud MD.,op. cit., hal.L7.
hal. 2-3.
183
Titis Anindyoiati Politik Hukum Pemekoron '."

unsur filosofis menggambarkan bahwa peraturan Setelah memPerhatikan beberaPa


yang dibentuk mempertimbangkan pandangan pengujian UU Pemekaran Daerah di MK, faktor
hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi pendoronglah yang lebih sering dijadikan alasan
suasana kebatinan serta falsafah bangsa lndonesia pengujian UU Pemekaran di MK dibandingkan
yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan faktor penarik. Dari beberapa pengujian UU
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia terkait pemekaran daerah di MK, alasan pengujian
Tahun 1945, (ii) unsur sosiologis menggambarkan UU yang diujikan sebagian besar terkait dengan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi persoalan (i) batas wilayah; (ii ) ibukota pemekaran;
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek dan (iii) mekanisme pemekaran. Dalam soal batas
dan (iii) unsur yuridis menggambarkan bahwa wilayah misalnya saja terlihat pada Putusan MK
peraturan yang dibentuk untuk mengatasi No.123lPUU-Vll/2009 mengenai pengujian UU
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan No.40 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kab.
hukum dengan mempertimbangkan aturan yang Seram Bagian Timur, Kab. Seram Bagian Barat
telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dan Kepulauan Aru di Prov Maluku; demikian
dicabut guna menjamin kepastian hukum dan juga pada Putusan MK No'32 /PUU-X/zotz
rasa keadilan masyarakatle. tentang Pengujian UU No.3l Tahun 2003 tentang
Faktanya, pemekaran wilayah menjadi Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi
sebuah permasalahan yang tidak bisa disepelekan' Kepu lauan Ria u). Sem entara ya ng bersangkutpaut
MKtelah beberapa kali menguji UU yang berkaitan pada persoalan ibukota pemekaran yang tidak
dengan pemekaran wilayah. Hal ini menuntut sesuai, misalnya terlihat pada Putusan MK
adanya perhatian serius baik dari pemerintah No.18/PUU-Vll/2009 mengenai pengujian
pusat, DPR, DPD dan pemerintah daerah UU No.13 Tahun 2009 tentang Pembentukan
untuk saling mengkaji ulang dan mengevaluasi Kabupaten Maybrat Di Provinsi Papua Barat
pelaksanaan dan proses pemekaran daerah. dan Putusan MK No.19/PUU-x/2ot2 mengenai
Walaupun undang-undang dan peraturan lainnya pengujian UU No.14 Tahun 2OO7 tentang
cukup mengatur secara jelas dan tegas mengenai Pembentukan Kabupaten Buton Utara Di Provinsi
pemekaran daerah, namun pengujian undang- Sulawesi Tenggara. Persoalan terakhir adalah
undang terkait pembentukan atau pemekaran soal mekanisme pemekaran. Hal ini terlihat
daerah ke Mahkamah Konstitusiterus ada. misalnya pada Putusan MK No.127/PUU-Vlll/2009
Menu rut Decentralization Support mengenai Pengujian UU No.56 Tahun 2008
Facility (2007) ada dua klasifikasi faktor yang tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di
memunculkan pemekaran daerah, yaitu faktor Provinsi Papua Barat.
pendorong dan faktor penarik. Berbagai faktor Dengan demikian, beberaPa Putusan
yang mendorong munculnya pemekaran yaitu Mahkamah Konstitusi yang dapat memberikan
fa ktor kesej ahtera a n, keti m pa n ga n pem bangu n a n, landasan-landasan ke depan dalam politik
luasnya rentang kendali pelayanan publik dan pemekaran daerah di Indonesia, antara lain
tidak terakomodasinya representasi politik. dapat dilihat pada Putusan MK No.123/PUU-
Sementara itu faktor penyebab pemekaran yang Vll/2009, Pengujian UU No.40 Tahun 2003
berupa penarik adalah limpahan fiskal yang tentang Pembentukan Kab Seram Bagian Timur,
berasal dari APBN berupa Dana Alokasi Umum Kab Seram Bagian Barat dan Kepulauan Aru di
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dalam Prov Maluku; Putusan MK No.18/PUU-Vll/2009
hal ini, faktor pendorong lebih merupakan aspek mengenai pengujian UU No.13 Tahun 2009
sosial dan politik, sedangkan faktor penarik tentang Pembentukan Kabupaten Maybrat Di
lebih merupakan faktor ekonomi. Tidak dapat Provinsi Papua BaraU dan Putusan MK No.32/
dipungkiri, kekuasaan, politik dan ekonomi PUU-X/2012 tentang Pengujian UU No.3l Tahun
juga memiliki saling keterkaitan satu sama lain. 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di
Salah satu faktor pendorong antara lain untuk Provinsi Kepulauan Riau.
memperpendek rentang kendali pelayanan publik MK dalam putusannya telah menafsirkan
antara daerah induk dengan daerah baru2o. makna dari ketentuan Pasal 18 ayat (1) UUD 194521
1'gLihat UU No.1212011tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa "Negara Kesatuan Republik
undangan.
20Lihat Putusan MK No.016/PUU-lll/2005 dan Putusan MK No.19/ Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
PUU-X/2013 tentang pengu:iian UU No.1212001 tentang Pembentukan
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang".
Kota Singkawang.
184 Vol. 18 No. i September 2013

yaitu dalam Putusan MK No.32 /PUU-X/20L2 Bagian Barat dan Kepulauan Aru di Provinsi Maluku.
tentang Pengujian UU No.3l Tahun 2003 tentang Pengujian UU ini dilakukan akibat tidak jelasnya
Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi batas antara Kabupaten Maluku Tengah dengan
Kepulauan Riau. Dalam pertimbangan putusan Kabupaten Seram Bagian Barat yang diakibatkan
tersebut, pada pokoknya Mahkamah berpendapat ketentuan Pasal 7 ayat (4) UU 4O/20O3 berikut
bahwa sebagai negara kesatuan maka seluruh Penjelasannya sepanjang menyangkut Lam piran I l.
wilayah lndonesia adalah wilayah Negara Kesatuan Menurut Mahkamah, hal ini mengakibatkan hak/
Republik Indonesia. MK menafsirkan kata kewenangan konstitusional Pemda Kabupaten
"dibagi" dalam pasal 18 ayat (L) UUD 1945 adalah Maluku Tengah menjadi terganggu. Selain itu,
untuk menekankan yang ada lebih dahulu adalah kerugian lainnya juga dialami para penduduk yang
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. tinggal di daerah tersebut, yaitu adnya ketidak
Adapun pembagian itu mengindikasikan wilayah jelasan apakah termasuk warga Kabupaten
provinsi/ kabupaten/kota tidak lain adalah wilayah Maluku Tengah ataukah warga Kabupaten Seram
kesatuan Republik Indonesia yang untuk hal-hal Bagia n Barat. Ma h kamah Konstitusi berpen dapat
tertentu kewenangannya dilimpahkan kepada dengan adanya dualisme pemerinta ha n di wilayah
provinsi/kabupaten/kota untuk mengaturnya. sengketa mengakibatkan tiadanya kepastian
Bahwa UUD 1945 dengan sengaja mengambil hukum bagi masyarakat berkenaan dengan
kata "dibagi" karena untuk menghidari kata penafsiran Pasal 7 ayat (a) UU 40/2003 berikut
terdiri dari" atau "terdiri atas". Tujuannya adalah penjelasan dan Lampiran ll tentang batas wilayah
untuk menghindari konstruksi hukum bahwa Kabupaten Seram Bagian Barat sepanjang Pasal 7
wi laya h provi nsi/ka bu paten/kota eksistensi nya ayat (2) huruf b.
mendahului dari eksistensi wilayah Negara Dalam Putusan tersebut, MK
Kesatuan Republik lndonesia. Dengan demikian, mempertimbangkan putusan sebelumnya yaitu
wi laya h provinsi/ka bupaten/kota ad ala h wi layah Putusan MK No.67 /PUU-ll/2004 tanggal 15
adm i nistrasi semata dari wi laya h Negara Kesatuan Februari 2005 dimana Mahkamah menyatakan,
Republik Indonesia, yang berbeda dengan negara "Tidak adanya kepastian hukum sehingga menurut
federal. Pelaksanaan Pasal 18 ayat (1) UUD penalaran yang normal keadaan demikian
1945 menjadi kewenangan sepenuhnya dari potensia Im enga ki batka n te rla n gga rnya atau tid a k
pembentuk UU untuk membagiwilayah termasuk terlaksananya ketentuan Undang- Undang Dasar
menetapkan batas-batas wilayahnya. Wilayah dan/atau prinsip-prinsip yang melekat padanya,
provinsi/kabupaten/kota bersifat relatif, artinya oleh karena itu telah nyata bagi Mahkamah bahwa
tidak menjadi wilayah yang mutlak dari sebuah terdapat persoalan konstitusionalitas Undang-
provinsi/kabupaten/kota yang tidak dapat d iu bah Undang". Hak konstitusional para Pemohon telah
batas-batasnya. Hal demikian tercermin dalam dirugikan dengan berlakunya Pasal 7 ayat {4) UU
UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah 4O/20O3 berikut Penjelasannya dan Lampiran ll
sebagaimana diubah dengan UU No.12/2008 tentang batas wilayah Kabupaten Seram Bagian
tentang Perubahan Kedua Atas UU No.32/2004 Barat sepanjang menyangkut Pasal 7 ayat (2)
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara huruf b (batas sebelah timur) karena telah
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, menimbulkan ketidakpastian hukum, sehingga
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia berakibat tidak dapat diperolehnya hak-hak para
Nomor 4844) bahwa wilayah provinsi/ka bupaten/ Pemohon yang telah dijamin UUD 1945.
kota berdasarkan alasan tertentu bisa berubah Putusan MK No. L27 /PUU-Vilt.2009
dengan adanya penggabungan atau pemekaran mengenai pengujian materiil pasal 3 ayat (1)
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU dan Pasal 5 ayat (L) UU No.56 /ZOOB tentang
Pemda yang menyatakan, "Pembentukan daerah Pembentukan Kabupaten Tambrauw di provinsi
dapat berupa penggabungan beberapa daerah Papua Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia
atau bagian daerah yang bersandingan atau Tahun 2008 Nomor 193, Tambahan Lembaran
pemekaran darisatu daerah menjadidua daerah Negara Republik Indonesia Nomor 4940). Menurut
atau lebih. para Pemohon, ketentuan pasal 3 dan pasal 5 UU
Selain itu, persoalan di atas juga terurai o quo (yang isinya mengatur cakupan dan batas-
dalam pertimbangan Putusan MK No.123 /pUV- batas wilayah Kabupaten Tambrauw) hanya
Vll/2009, Pengujian UU No.40/2003 tentang mengakomodasi sebagian masyarakat adat suku
Pembentukan Kab Seram Bagian Timur, Kab Seram
185
Titis Anindyoioti Politik Hukum Pemekoron .--.

brauw yang berada di Kabupaten Sorong, tidak


Ta m lbukota wilayah, antara lain Putusan MK No.66/
mengakomodasi atau tidak mengakui keberadaan PUU-Xl/2013, perkara Pengujian UU No.13 Tahun
bagian masyarakat adat suku Tambrauw yang 2009 tentang Pembentukan Kabupaten Maybrat
bermukim di Kabupaten Manokwari yang di Provinsi Papua Barat. Perkara pengujian UU
ha n dengan Kabu paten Sorong.
letaknya bersebela terhadap UUD 1945. Perkara Pengujian UU
Padahal, menurut para Pemohon suku Tambrauw Pembentukan Kabupaten Maybrat di Provinsi
baik yang bertempat tinggal di Kabupaten Sorong Papua Barat dimohonkan oleh Bupati/Kepala
maupun di Kabupaten Manokwari, secara kultural Daerah Kabupaten Maybrat bertindak untuk dan
merupakan satu kesatuan masyarakat adat. Para atas nama serta mewakili Kabupaten Maybrat di
Pemohon menyampaikan bahwa akibat dari dalam pengadilan dan Ketua Dewan Perwakilan
tidak diakomodasikannya sebagian masyarakat Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Maybrat. Alasan
adat suku Tambrauw yang berada di Distrik permohonan pengujian UU inikarena PasalT UU
Amberbaken, Distrik Kebar, Distrik Mubrani L3/2OO9 yang menyatakan, "lbu kota Kabupaten
dan Distrik Senopi di Kabupaten Manokwari Maybrat berkedudukan di Kum urkek DistrikAifat"
dalam cakupan wilayah kabupaten yang baru telah menyimpang, mengabaikan, dan tidak
dibentuk (yakni Kabupaten Tambrauw), maka sesuai dengan aspirasi mayoritas Masyarakat
masyarakat adat suku Tambrauw menjadi tidak Adat Maybrat sehingga menimbulkan konflik
mudah mendapatkan pelayanan-pelayanan horizontal antarwarga masyarakat. Hal demikian
dari pemerintah, sehingga ketentuan Pasal 3 secara langsung telah mengganggu keamanan
dan Pasal 5 UU o guo dianggap merugikan hak dan keterti ban m asya batnya proses
rakat, terha m
konstitusional para Pemohon dan dianggap pertumbuhan ekonomi, terhambatnya pelayanan
bertentangan dengan UUD 1945. publik, terkendalanya arus mobilisasi barang dan
Dalam pertimbangan hukumnYa, MK jasa dari dan ke Maybrat, dan tidak terciptanya
menyatakan bahwa masalah utama yang rasa aman antarwarga masyarakat Maybrat yang
harus dipertimbangkan oleh Mahkamah akhirnya mengakibatkan perpecahan antarsuku
dalam permohonan ini adalah menyangkut di Kabupaten Maybrat.
konstitusionalitas Pasal 3 ayat (1)dan Pasal 5 ayat Atas masalah tersebut Mahkamah
(1) UU 56/2008 tentang Pemekaran Kabupaten berpendapat,
Tambrauw yang daerah hukumnya hanya terdiri "Bohwa tujuan pemekaran daeroh,
dari enam distrik yang berasal dari Kabupaten antoro loin, odalah untuk lebih meningkatkan
Sorong dan tidak mengikutsertakan empat distrik pertumbuhon ekonomi daerah sehingga
yang berasaldari Kabupaten Manokwari dan satu dihoropkon dopat meningkatkan pulo
distrik dari Kabupaten Sorong sebagaimana hasil ke sej o hte ro o n ro ky ot, se rto m e n i m b u I ka n efi si e n si
musyawarah adat Tambrauw di kedua kabupaten don kemudahon dalom pelayonan terhadap
tersebut dan persetujuan serta usul semula dari masyorakot. Pemekoron daerah seyogianya
BupatiSorong, Bupati Manokwari dan Gubernur kat ya n g b e risi
be rm u la do ri kesepo koto n m a syo ro
Papua Barat yang didukung oleh DPRD Provinsi aspirasi masyorokat doerah yang bersongkutan
Papua Barat. (vide Putuson Mohkamah Nomor 1.8/PUU-
Oleh karena itu, berdasarkan darirangkaian Vll/2009 bertonggal 24 November 2009);
pertimbangan di atas Mahkamah berpendapat Dengan mendasarkan pada pertimbangan-
bahwa permohonan para Pemohon beralasan dan pertimbangan di atas, maka Mahkamah
karenanya UU No.56/2008 khususnya Pasal 3 ayat berpendapat bahwa permohonan para Pemohon
(1) dan Pasal 5 ayat (1)tentang cakupan wilayah beralasan dan karenanya Pasal 7 UU No.13 /2009
dan batas-batas wilayah Kabupaten Tambrauw harus dinyatakan bertentangan dengan UUD
harus dinyatakan bertentangan dengan UUD sepanjang tidak dimaknai "lbu koto Kabupaten
1945 sepanjang tidak mengikutsertakan empat M ay b rot be rke d u d u ka n d i Aya m a ru". Dari p utu sa n
distrik dari Kabupaten Manokwari menjadi bagian MK tersebut, maka dapat dilihat bagaimana
yang tidak terpisahkan dari Kabupaten Tambrauw penempatan wilayah ibukota suatu daerah perlu
yaitu masing-masing Distrik Amberbaken, Distrik mendasarkan pada aspirasi masyarakat selain
Kebar, Distrik Senopi, dan Distrik Mubrani, serta hal-hal lainnya. Untuk itu, diperlukan tindakan
satu distrik dari Kabupaten Sorong yaitu Distrik selanjutnya baik dari Pemerintah maupun DPR
Moraid. untuk menentukan ibukota wilayah yang sesuai
Putusan M K yang terkait dengan masalah dengan mekanisme perundang-undangan dan
186 Vol. 18 No. 3 September 2073

aspirasi rakyat serta mengacu pada Putusan MK. sudah sesuai dengan prinsip-prinsip yang
Dari beberapa putusan MK tersebut, setidaknya dianut oleh konstitusi. Melalui pertimbangan-
dapat dipahami bahwa tujuan pemekaran pertimbangan beberapa Putusan Mahkamah
daerah yang sesuai dengan cita-cita konstitusi Konstitusi yang berka ita n den ga n konstitusiona itas
I

adalah untuk (i) memperpendek rentang kendali undang-undang pemekaran daerah, dapat
pemerintahan untuk mendekatkan pelayanan disimpulkan bahwa kewenangan pengujian
dalam rangka menyejahterakan rakyat yang undang-undang yang dimiliki oleh Mahkamah
berada dalam wilayah yang dimekarkan, dengan Konstitusi adalah u ntuk m emastikan pelaksa naan
syarat-syarat dan kondisi yang ditentukan dalam pemekaran daerah tidak terlepas dari tujuan
Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang konstitusi ltu sendiri, yaitu untuk memberikan
berlaku serta peraturan pelaksanaannya, (ii) manfaat bagi masyarakat daerah itu sendiri
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan memperhatikan hak-hak masyarakat
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pula tersebut yang dijamin oleh konstitusi. Dengan
keseja hteraan ra kyat, ( iii ) menim bulkan efi siensi memperhatikan putusan-putusan Mahkamah
dan kemudahan dalam pelayanan terhadap Konstitusi, dapat d ikatakan M ahkama h Konstitusi
masyarakat, dan (iv) mengakomodasi aspirasi telah melaksanakan perannya sesuai dengan
masya ra kat ka re na pem e ka ra n dae ra h seyogya riya kewenangan yang diberikan dalam mewujudkan
bermula dari kesepakatan masyarakat yang berisi politik hukum pemekaran daerah yang sesuai
aspirasi masyarakat daerah yang bersangkutan. dengan konstitusi, namun hal inijuga harus diiringi
dengan inisiatif pembentuk undang-undang
lll. Kesimpulan dan Rekomendasi dalam memperhatikan dan mempertimbangkan
A. Kesimpulan putusan-putusan Mahkamah Konstitusi tersebut
Seiring reformasi, perubahan UUD 1945 sebagai salah satu sumber politik hukum
telah juga membawa perubahan yang mendasar pemekaran daerah.
pada sistem pemerintahan daerah di Indonesia.
Hal ini menjadi jalan tengah antara isu negara B. Rekomendasi
federal yang ramai dibicarakan sesaat setelah Berdasarkan temuan dan analisis di atas,
presiden Soeharto turun dengan isu pembagian maka tulisan ini setidaknya merekomendasikan
jatah kewenangan yang menggunakan pola dua haf . Pertamo, rekomendasi substantili yaitu
desentralisasi yang bebas. Di tingkat lokal, perumusan dan pembuatan Undang-undang
banyak usulan pemekaran wilayah diajukan ke pemekaran suatu daerah harus mendasarkan
pemerintah pusat. Sayangnya, saat itu usulan- diri pada UUD 1945, sehingga tidak akan
usulan yang ada beserta perundang-undangan bertabrakan dengan UU yang berada di bawahnya
yang mengaturnya kurang diantisipasi dengan sekalipun. Untuk maksud itu, putusan-putusan
baik oleh pemerintah dan DPR sehingga dalam MK khususnya terkait Pemekaran Daerah perlu
banyak pelaksanaan dan proses pembentukan digunakan sebagai acuan dan pertimbangan
pemekaran daerahnya dianggap tidak sejalan baik secara substantif (materi muatan UU)
dengan Konstitusi. Selain menimbulkan polemik maupun teknis (terkait proses pembentukan dan
tersendiri di tingkat pemerintahan daerah pelaksanaan UU) pembentukan UU pemekaran
khususnya persoalan belanja pegawai dan Daerah. Keduo, rekomendasi teknis, yaitu terkait
tapal-tapal batas geografis, disertai konflik atau pada kehati-hatian pengesahan UU pemekaran
pertenta nga n d i anta ra kelom pok masya ra kat ya ng wilayah di tingkat DpR yang setidaknya perlu
berlomba-lomba untuk mengakses kekuasaan, m en ingkatka n partisi pasi rakyat, m asya
ra kat adat,
pemekaran daerah juga berimbas ke pemerintah pemerintah daerah, dan pusat agar perundangan
pusat. Salah satunya ada la h keberata n-keberatan ya ng disa h kan nya tida k berpotensi bertenta ngan
yang diajukan oleh pihak-pihak tertentu, baik dengan UUD 1945.
yang mengatasnamakan kelompok masyarakat,
masyarakat adat ataupun mereka yang berada
di wilayah sekitar wilayah baru hasil pemekaran.
Politik hukum Mahkamah Konstitusi
mengenai pemekaran daerah terdapat pada
pelaksanaan pengujian undang-undang yang
memastikan pelaksanaan pemekaran daerah
Titis Anindyojoti Politik Hukum Pemekoron ,... 187

DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-undanga n:


Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Buku: Tahun 1945
Asshiddiqie, Jimly. (2011). Menuiu Negora Hukum Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
yong Demokratis. Jakarta: PT Bhuana llmu Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah
Populer. diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
H uda, N i'matu l. (2005). Di n a mi ko Ketota n ego ro o n Tahun 20LL tentang Perubahan Atas Undang-
Republik lndonesia dolam Putuson Mahkamoh Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Konstitusi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Mahkamah Konstitusi
Husein, H.M. Wahyudin & Hufron. (2008). Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Hukum Politik don Kepentingan. Yogyakarta: Pembentukan Peraturan Perundang-
Laksbang Pressindo. undangan
Mahfud MD, Moh. (2011). Politik Hukum di Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
tndonesio; Edisi Revisi. Jakarta: PT Pemerintahan Daerah
Rajagrafindo Persada. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Sinamo, Nomensen. (2010). HukumTata Negara: Perubahan Kedua Atas Undang-undang
Suatu Kojion Kritis tentang Kelembagaan Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Negara. Jakarta: Jala Permata Aksara. Daerah
Soeka nto, Soerjono. (2010). Pe n g a nta r Pe n e I iti o n
Hukum. Jakarta: Ul Press. Putusan Mahkamah Konstitusi:
Tim Penyusun Hukum Acara MK. (2010). Hukum Putusan MK No.016/Puu-alllz0os dan Putusan
Acoro Mahkomah Konstitusl. Jakarta: MK No.19/PUU-X/20I3 tentang pengujian
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK Rl. UU No.12/2001 tentang Pembentukan Kota
Singkawang.
Jurnal: Putusan MK No. L23/PUU-VJ|/2OO9 tentang
Jati, Wasisto Raharjo. (20L2). "lnkonsistensi pengujian UU No.40 Tahun 2003 tentang
Paradigma Otonomi Daerah Indonesia: Pembentukan Kab. Seram Bagian Timur, Kab.
Dilema Sentralisasi atau DesentraIisasi", Jurnal Seram Bagian Barat dan Kepulauan Aru di
Konstitusi, Volume 9 Nomor 4, Desember Prov Maluku
20L2. Jakarta: Mahkamah Konstitusi Rl Putusa n M K N o. 32/P UU -X/ z}Lztenta ng Pen gujia n
UU No.3l Tahun 2003 tentang Pembentukan
Makalah: Kabupaten Lingga diProvinsi Kepulauan Riau)
Anindyajati, Titis. (2007). Foctors Affecting Putusan MK No.L9/PUU-V|l/2009 tentang
Regional Fiscal Sustoinability in lndonesia: pengujian UU No.13 Tahun 2009 tentang
A Cross-Sectional Anolysis of 30 Provinces, Pembentukan Kabupaten Maybrat Di Provinsi
ln The Year of 2001-2004. Skripsi Sarjana Papua Barat
U n iversitas sl a m I n d o n esia, J ogj a k arta, 2OO7 .
I Putusan MK No.19/PUU-X/20t2 tentang
Achmad Sodiki, Politik Hukum Dalam Konstruksi pengujian UU No.14 Tahun 2007 tentang
llmu Hukum, makalah, Kongres llmu Pembentukan Kabupaten Buton Utara Di
Hukum: Refleksi dan Rekonstruksi llmu Provinsi Sulawesi Tenggara.
Hukum Indonesia,Asosiasi Sosiologi Hukum Putusan MK No. 727 /PUU-Vlll/2009 tentang
lndonesia bekerjasama dengan Fakultas Pengujian UU No.56 Tahun 2008 tentang
Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, Pembentukan Kabupaten Tambrauw di
L9-20 Oktober 20L2. Provinsi Papua Barat.
Putusan MK No.65/PVU-X|/2013 tentang
Pengujian UU No.13 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabupaten Maybrat di Provinsi
Papua Barat
Vol. 78 No. i September 2073

Internet: "Paradigma Baru Politik Pasca Perubahan UUD


"sistem Ketatanegaraan Pasca Perubahan UUD L945", http://hamdanzoelva.wordpress. 'l

Negara Republik lndonesia Tahun1945", hftp,/l


com/2008 /03lLtlparadigma-ba ru-politik
www.setneg.go.id/index.php?option=com_ pasca-peru baha n-u ud-t945/#more-25,
content&task=view&id=210&ltemid=75, diakses 12 September 2013. I
20L3.
diakses 12 September "Desain Besar Penataan Daerah (Desartada) di
"Kerusuhan tak akan wujudkan pemekarani IndonesiaTahun20l0-2015",www.kemitraan. t
http :/ / nasional.kompas.com/ or.id/.../2OLLLOL4L2O350.DESARTA...", t
read/2013/05/OL/2L181311/kerusuhan. diakses20Oktober2OL3.
tak.akan.wujudkan.pemekaran, diakses 20 |
September 2013.
"lmplementasi Nilai-nilai Konstitusi dalam {
Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan
Bangsa",http://www.lemhannas.go.id/ |
po rtal/ in / daft r- rti ke
a a 1/ 1 6 3 3 - m m
i ta -
p Ie en si

nilai-n ilai-konstitusi-da la m-meningkatkan )

persatuan-dan-kesatuan-bangsa.html, I
diakses 14 September 2013.
I

Anda mungkin juga menyukai