MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Vokasi dan
Ketenagakerjaan dengan Dosen Pengampu : Dr. H. Dadang Hidayat, M. Pd. Dan
Dr. Sudjani, M.Pd.
Oleh :
M. Iqbal Nursyahid Saroni
NIM. 1906996
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................2
C. Rumusan Masalah.....................................................................................2
D. Tujuan........................................................................................................3
E. Manfaat.........................................................................................................3
F. Sistematika Penulisan...................................................................................3
BAB III..................................................................................................................15
PEMBAHASAN....................................................................................................15
A. Kesenjangan antara Pendidikan dan pekerjaan.......................................15
BAB IV PENUTUP...............................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................23
ii
B. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional dalam
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 adalah
penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri (DU/DI).
Dalam hal ini hasil pendidikan harus mampu memenuhi kebutuhan DU/DI.
Kebutuhan DU/DI tersebut memiliki beberapa parameter yang harus secara tepat
disesuaikan dengan pasokan lulusan layanan pendidikan yakni antara lain dalam
hal jumlah, kompetensi. Untuk itu, Kemendiknas harus mampu menciptakan dan
menjaga sistem standardisasi penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dikembangkanlah dan ditetapkan standar nasional pendidikan (SNP) berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005. SNP merupakan acuan dalam
mengembangkan mutu dan relevansi yang telah dijabarkan ke dalam delapan
standar.
Dalam makalah ini lebih memfokuskan pada jenjang pendidikan
kejuruan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) pasal 15 menyatakan pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Pendidikan menengah kejuruan yang dimaksud adalah
SMK. Oleh karena pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
bermaksud untuk mempersiapkan kompetensi siswanya, agar dapat bekerja
dalam bidang tertentu sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan DU/DI.
Dalam mempersiapkan siswa SMK sebagai tenaga kerja tingkat menengah,
kerap ditemui adanya masalah. Permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah
masih terdapat kesenjangan kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan riil
pihak DU/DI, di mana lulusan SMK masih lemah dalam aspek soft skill (Dit.
PSMK; 2008). Kesenjangan ini salah satunya dapat diindikasikan dengan
rendahnya daya serap tenaga kerja lulusan SMK oleh DU/DI (SARKERNAS,
2009). Kondisi tersebut cenderung mengakibatkan terjadinya pengangguran
terbuka pada tahun 2009 yakni sebesar 9.258.964 orang, di mana sebanyak
1.337.586 orang merupakan lulusan SLTA, khususnya SMK. Menurut
1
2
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah awal dalam makalah ini
diperlukan untuk memperjelas dan membatasi masalah yang akan dibahas.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
“Peluang kerja yang tidak terpenuhi dengan DU/DI saat ini”
3
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang
penulis rumuskan dalam makalah ini yaitu:
“Bagaimana meningkatkan daya saing lulusan SMK pada era industri 4.0”
D. Tujuan
Tujuan pembahasan pada makalah ini adalah upaya untuk meningkatkan
daya saing lulusan SMK pada era industry 4.0
E. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari hasil makalah ini adalah:
Kajian kebijakan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat
dijadikan bahan masukan bagi pemerintah dalam rangka mengambil kebijakan di
bidang ketenagakerjaan Indonesia, khususnya untuk lulusan SMK. Untuk
pembaca, kajian kebijakan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai referensi
atau pembanding bagi kajian kebijakan berikutnya serta dapat memberikan
landasan untuk kajian kebijakan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan peningkatan daya saing SMK pada era 4.0.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman isi dari pembahasan ini, maka makalah
ini dibagi dalam 5 (empat) bab. Adapun keempat bab tersebut:
1. BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan, pendahuluan yang menjadi acuan penulis dalam
makalah makalah ini. Bab I ini berisi beberapa sub bab diantaranya berisikan
tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,
tujuan makalah, manfaat makalah, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Landasan Teori
Membahas teori teori yang didalamnya memuat teori yang berkaitan dengan
Pendidikan Menengah Kejuruan dan Pencitraan SMK.
3. BAB III Hasil dan Pembahasan
Membahasan daya saing smk pada era 4.0.
4. BAB III Kesimpulan dan Saran
4
15
6
bekal yang dipelajari dalam pendidikan kejuruan akan merupakan bekal untuk
mengembangkan diri dalam bekerja. Dengan bekal kemampuan
mengembangkan diri tersebut diharapkan karier yang bersangkutan dapat
meningkat dan pada gilirannya kehidupan mereka akan makin baik (Karabel dan
Hasley, 1977). Penelitian yang dilakukan Nurhadi (1988) dan Samani (1992)
ternyata memperkuat pendapat Miner serta Karabel dan Hasley tersebut.
Bagi masyarakat Indonesia misi pendidikan kejuruan, seperti
diungkapkan oleh Crunkilton tersebut, sangat penting karena pada umumnya
siswa sekolah kejuruan berasal dari masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi
rendah (Brotosiswoyo, 1991), sehingga apabila sekolah kejuruan berhasil
mewujudkan misinya berarti akan membantu menaikkan status sosial ekonomi
masyarakat tingkat bawah. Dengan kata lain sekolah kejuruan dapat membantu
meningkatkan mobilitas vertikal dalam masyaarakat (Elliot, 1983).
Pendidikan kejuruan dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang dan
menurut struktur programnya. Pengelompokan berdasarkan jenjang dapat
didasarkan atas jenjang kecanggihan keterampilan yang dipelajari atau jenjang
pendidikan formal yang berlaku (Zulbakir dan Fazil, 1988). Jenjang pendidikan
formal yang berlaku dikenal pendidikan kejuruan tingkat sekolah menengah
(secondary) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan berbagai program
keahlian seperti Listrik, Elektronika Manufaktur, Elektronika Otomasi, Metal,
Otomotif, Teknik Pendingin, Gambar Bangunan, Konstruksi Baja, Tata Busana,
Tata Boga, Travel and Tourism, dan sebagainya serta tingkat di atas sekolah
menengah (post secondary) misalnya politeknik (IEES, 1986).
Berdasarkan struktur programnya, khususnya dalam kaitan dengan
bagaimana sekolah kejuruan mendekatkan programnya dengan dunia kerja,
Evans seperti yang dikutip oleh Hadiwiratama (1980) membagi sekolah
kejuruan menjadi lima kategori, yaitu (i) program pengarahan kerja (pre
vocational guidance education), (ii) program persiapan kerja (employability
preparation education), (iii) program persiapan bidang pekerjaan secara umum
(occupational area preparation education), (iv) program persiapan bidang kerja
spesifik (occupational specific education), dan (v) program pendidikan kejuruan
khusus (job specific education).
9
modal manusia dalam bentuk kuantitas yang juga perlu didukung dengan
kemampuan yang sangat berkualitas untuk menguasai sains dan teknologi.
Tenaga kerja telah menjadi penentu utama dalam membangun daya saing suatu
negara. World Economic Forum (2017) dalam rilisnya pada The Global
Competitiveness Report telah menetapkan tenaga kerja sebagai salah satu
indikator daya saing suatu negara di antara pilar-pilar daya saing global lainnya.
Hal ini jelas mengindikasikan bahwa dalam meningkatkan daya saing suatu
negara juga penting di imbangi dengan meningkatkan daya saing tenaga kerja.
15
16
(2) Feeling the good, yakni membangkitkan rasa cinta siswa untuk melakukan hal
yang baik, siswa dilatih untuk merasakan efek dari perbuatan yang baik
dilakukannya.
(3) Acting the good, yakni siswa dilatih untuk berbuat mulia, berbuat sesuatu
yang baik itu harus melalui pelatihan (Halking, 2010, hlm. 56).
Sasaran akhir pendidikan karakter adalah keberlangsungan proses
transformasi sosial dalam masyarakat menjadi lebih baik, lebih manusiawi, lebih
adil, dapat tercapai dengan baik apabila proses pendidikan karakter
diimplementasikan secara utuh dan menyeluruh dengan memperhatikan
pertumbuhan individu dengan segala dimensinya (individual, moral, dan sosial).
permanen. Hal ini dilakukan sebagai langkah untuk melakukan efisiensi terhadap
produktivitas perusahaan.
UK Commisson for Employment and Skill (2014) menyatakan bahwa
pada tahun 2030, terdapat beberapa sector yang diperkirakan akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Sektor-sektor ini diniali akan menyerap banyak tenaga
kerja, Sektor-sektor tersebut adalah sektor perdagangan dan logistik, industry
pengolahan (manufaktur), konstruksi, kesehatan dan kegiatan sosial, serta industri
kreatif dan digital.
A. Kesimpulan
Dari pembahasan daya saing SMK dalam menghadapi era 4.0 dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sektor industri padat karya umumnya memberi peluang yang sama antara
lulusan SMK dengan SMA seoprti pada industri tekstil seleksi pekerja umumnya
berbasis test psikologi yang mengungkap potensi diri, motivasi bekerja dan
bukan berbasis uji keterampilan.
2. Lulusan non SMK dalam mengembangkan karir lebih memiliki motivasi untuk
lebih maju mengembangkan diri dengan studi lanjut sambil bekerja sehingga
jenjang karirnya banyak yang lebih tinggi dan karir di perusahaan lebih
berkembang. Strategi untuk meningkatan daya saing lulusan SMK dalam bursa
pasar tenaga kerja 4.0 dengan Membekali lulusan SMK dengan Pendidikan
karatker kerja, employability skills dan psikologi industri untuk menyiapkan diri
memasuki dunia kerja dengan memahani budaya kerja dan hubungan industrial.
B. Saran
Belum optimalnya kinerja SMK tentu tidak dapat dibiarkan, dan perlu
dicarikan solusinya. Sebab kondisi ini akan mengakibatkan lulusan yang kurang
mampu menghadapi tuntutan zaman yang sering disoroti oleh masyarakat
pemakai lulusan tersebut. Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat
akan membuat keadaan ini lebih parah jika tidak diantisipasi dengan cepat dan
tepat, karena akan memperlebar jurang pemisah antara yang seharusnya diketahui
dan yang diketahuinya. Implikasinya akan terjadi kesenjangan antara supply dan
demand tenaga kerja yang memberi dampak pada pengangguran.Pentingnya
upaya peningkatan mutu kinerja Sekolah Menengah Kejuruan tidak terlepas dari
fungsi dan kedudukannya yang strategis.
20
DAFTAR PUSTAKA
(Bonus et al., no date; Mutu, Smk and Berkelanjutan, no date; Pembinaan et al.,
no date; Pendidikan and Kebudayaan, 2018; Policy, 2019).
Collins 1979; Feinberg & Horowitz 1990; Chung 1995. Perumusan Manajemen
Berbasis Sekolah.