MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Vokasi dan
Ketenagakerjaan dengan Dosen Pengampu : Dr. H. Dadang Hidayat, M. Pd. Dan
Dr. Sudjani, M.Pd.
Oleh :
M. Iqbal Nursyahid Saroni
NIM. 1906996
Bandung, Desember
2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................3
C. Rumusan Masalah.....................................................................................3
D. Tujuan........................................................................................................4
E. Manfaat.........................................................................................................4
F. Sistematika Penulisan...................................................................................4
BAB IV PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................10
B. Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional dalam Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 adalah penyelarasan
pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri (DU/DI). Dalam hal
ini hasil pendidikan harus mampu memenuhi kebutuhan DU/DI. Kebutuhan
DU/DI tersebut memiliki beberapa parameter yang harus secara tepat
disesuaikan dengan pasokan lulusan layanan pendidikan yakni antara lain
dalam hal jumlah, kompetensi. Untuk itu, Kemendiknas harus mampu
menciptakan dan menjaga sistem standardisasi penyelenggaraan pendidikan,
sehingga dikembangkanlah dan ditetapkan standar nasional pendidikan (SNP)
berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005. SNP
merupakan acuan dalam mengembangkan mutu dan relevansi yang telah
dijabarkan ke dalam delapan standar.
Dalam makaslah penelitian ini lebih memfokuskan pada jenjang
pendidikan kejuruan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 15 menyatakan pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama
untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan menengah kejuruan yang
dimaksud adalah SMK. Oleh karena pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan menengah yang bermaksud untuk mempersiapkan kompetensi
siswanya, agar dapat bekerja dalam bidang tertentu sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan DU/DI. Dalam mempersiapkan siswa SMK sebagai tenaga
kerja tingkat menengah, kerap ditemui adanya masalah. Permasalahan yang
dihadapi diantaranya adalah masih terdapat kesenjangan kompetensi lulusan
SMK dengan kebutuhan riil pihak DU/DI, di mana lulusan SMK masih lemah
dalam aspek soft skill (Dit. PSMK; 2008). Kesenjangan ini salah satunya dapat
diindikasikan dengan rendahnya daya serap tenaga kerja lulusan SMK oleh
DU/DI (SARKERNAS, 2009). Kondisi tersebut cenderung mengakibatkan
terjadinya pengangguran terbuka pada tahun 2009 yakni sebesar 9.258.964
orang, di mana sebanyak 1.337.586 orang merupakan lulusan SLTA,
1
2
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah awal dalam penelitian ini
diperlukan untuk memperjelas dan membatasi masalah yang akan dibahas.
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut: ” ”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang
penulis rumuskan dalam makalah ini yaitu:
4
D. Tujuan
Tujuan pembahasan pada makalah ini adalah mengetahui masalah citra
dan daya tarik SMK di Indonesia
E. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari hasil makalah ini adalah:
Manfaat praktis
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman isi dari pembahasan ini, maka makalah ini
dibagi dalam 5 (empat) bab. Adapun keempat bab tersebut:
1. BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan, pendahuluan yang menjadi acuan penulis dalam
penelitian makalah ini. Bab I ini berisi beberapa sub bab diantaranya
berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Kajian Teori
Membahas mengenai kajian teori yang didalamnya memuat teori yang
berkaitan dengan Pendidikan Menengah Kejuruan, Daya Saing SMK
3. BAB III Pembahasan
Membahas kesesuaian antara pekerjaan yang diperoleh dengan bidang
Keahlian yang dimiliki oleh lulusan SMK
muncul sebagai tindak lanjut dari adanya kesimpulan yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk pembahasan materi yang lebih lanjut.
4. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
MASALAH CITRA DAN DAYA TARIK SMK DI INDONESIA
Citra semacam ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di
banyak negara (Collins 1979; Feinberg & Horowitz 1990; Chung 1995), terutama
pada negara yang menganut sistem pendidikan double-track, yakni memisahkan
pendidikan akademik dengan pendidikan kejuruan, sebagaimana juga Indonesia.
Dari sisi jumlah, saat ini terjadi peningkatan yang signifikan, baik jumlah
sekolah maupun siswa SMK. Tahun 2003 secara nasional jumlah siswa SMK
1.732.430 orang dan jumlah SMK 4.480 unit. Pada Desember 2008, jumlah siswa
menjadi 2.738.962 orang dan jumlah SMK 6.746 unit (Depdiknas, 2008:2).
15
7
Mengacu pada indikasi tersebut, maka peluang kerja bagi lulusan SMK
pada dasarnya belum begitu menggembirakan. Jika dihitung secara nasional, pada
tahun 2006 lulusan SMK di Indonesia berjumlah 628.285 orang, sedangkan
proyeksi penyerapan/kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK tahun 2007 sebanyak
385.986 orang atau hanya sekitar 61,43% (Depdiknas, 2008).
sehingga mampu bekerja atau menciptakan peluang kerja baik untuk dirinya
maupun orang lain. Di samping tersedianya guru yang andal, alat/sarana yang
memadai, kualitas pembelajaran, dukungan dunia usaha/industri, dan sebagainya.
Untuk mencapai kondisi itu, ada dua persoalan serius, yakni dari sisi internal dan
eksternal.
Dari sisi internal, penyelenggaraan SMK saat ini cenderung terjebak pada
hasrat aji mumpung. Pemerintah dan pengelola bernafsu menambah jumlah siswa,
program keahlian, bahkan jumlah kelas dan jumlah sekolah. Hal yang cukup
mencengangkan, 64,71% pengelola SMK (kepala sekolah dan guru) beranggapan,
untuk membuka SMK baru tidak perlu disiapkan sarana dan SDM andal terlebih
dahulu, melainkan dapat disiapkan sambil jalan ketika sekolah sudah beroperasi
(Samsudi, 2009:4).
yang pasti ada dua hal menonjol yang termasuk kategori kondisi tidak siap, yakni
sarana/alat utama uji kompetensi dan asesor.
Saat ini pengelola (kepala sekolah dan guru) SMK dan siswa, utamanya
kelas tiga, setiap tahun selalu mengalami kebingungan sistemik. Demi
menghadapi pelaksanaan UN teori (Bahasa Inggris, Matematika, dan Bahasa
Indonesia), seluruh pembelajaran program produktif (praktik dan magang kerja)
direduksi dan disiasati dengan berbagai cara, agar siswa nantinya dapat lulus UN
teori.
Pada sisi eksternal yang lain, BNSP melalui Badan Koordinasi Sertifikasi
Profesi (BKSP) di tingkat provinsi mendorong Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
untuk bersinergi dengan SMK-SMK dalam uji kompetensi kompetensi siswa,
sehingga memiliki sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh LSP. Ada
beberapa permasalahan dengan pelaksanaan sertifikasi profesi ini. Pertama, hasil
uji kompetensi tidak sepenuhnya diakui dunia usaha/industri, karena mereka lebih
memilih dan menilai kompetensi sendiri secara langsung. Kedua, tidak ada
koordinasi dengan Kemendiknas/Direktorat Pembinaan SMK, karena sejatinya
Kemendiknas tidak sepaham dengan sertifikasi pola LSP bagi siswa/lulusan SMK.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
SMK bisa dikatakan lebih baik dibandingkan SMA, dikarenakan
beberapa faktor diantaranya lulusan SMK dibekali kemampuan umum dan
kemampuan ketrampilan khusus dalam bidang tertentu yang tidak ada di
SMA. Selain daripada itu lulusan SMK bisa langsung untuk bekerja
setelah lulus dari SMK, namun apabila ingin melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi juga bisa namun haruslah memilih jurusan yang sesuai dengan
keterampilan yang dimiliki semasa SMK, sehingga ilmu yang diterima
semasa SMK bisa dikembangkan lagi saat melanjutkan di Perguruan
Tinggi dan akan menjadi bekal yang cukup saat bekerja di masa depan.
B. Saran
Belum optimalnya kinerja SMK tentu tidak dapat dibiarkan, dan
perlu dicarikan solusinya. Sebab kondisi ini akan mengakibatkan lulusan
yang kurang mampu menghadapi tuntutan zaman yang sering disoroti oleh
masyarakat pemakai lulusan tersebut. Perkembangan ilmu dan teknologi
yang sangat cepat akan membuat keadaan ini lebih parah jika tidak
diantisipasi dengan cepat dan tepat, karena akan memperlebar jurang
pemisah antara yang seharusnya diketahui dan yang diketahuinya.
Implikasinya akan terjadi kesenjangan antara supply dan demand tenaga
kerja yang memberi dampak pada pengangguran.Pentingnya upaya
11
Collins 1979; Feinberg & Horowitz 1990; Chung 1995. Perumusan Manajemen
Berbasis Sekolah.