Anda di halaman 1dari 6

ISSN : 2580-0078 Vol. 3 No.

2 (Okober, 2019)

EFEKTIVITAS TERAPI OKSIGENASI NASAL KANUL TERHADAP SATURASI


OKSIGEN PADA PENYAKIT ACUTE CORONARY SYINDROME (ACS) DI
INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN

Ilmi Darmawan1,Milasari2

S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


milasari1989@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit ACS merupakan kegawatan jantung dengan gambaran klinis yang beragam, ACS merupakan jenis
penyakit jantung terbanyak di Indonesia sekitar 420.449 ribu. Penyakit jantung penyebab kematian nomor
satu di Negara berpenghasilan rendah menengah. Penyakit ini menghambat pergerakan darah kaya oksigen
kearah jantung yang dapat menyebabkan kematian otot jantung, sehingga diperlukannya oksigen oleh sel-
sel miokardium untuk metabolisme aerob. Oksigen tambahan dapat meningkatkan suplai ke otot jantung
diharapkan besarnya infark tidak bertambah. Tujuan penelitian mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah
diberikan terapi oksigenasi nasal kanul terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien ACS. Metode
penelitian menggunakan eksperimen semu dengan rancangan One-group Pra-Post Test Design, tekhnik
sampling Purposive Sampling menggunakan uji Paired T-Test, jumlah responden 22 orang. Didapatkan nilai
rata-rata saturasi oksigen sebelum 91.59% dan sesudah 93.9%. Hasil pengukuran saturasi oksigen sebelum
dan sesudah diberikan terapi oksigenasi nasal kanul didapatkan nilai p (0,000) <α (0,05). Ada efektifitas
pemberian saturasi oksigen nasal kanul terhadap saturasi oksigen pada pasien ACS.

Kata kundi: acute coronary syndrome, saturasi oksigen, terapi nasal kanul

ABSTRACT

ACS is heart disease with diverse clinical conditions, ACS the most type of heart disease in Indonesiaaround
420.449 thaousand. Heart disease is the number one cause of death in low and middle income countries.
This disease inhibit movement of oxygenrich blood toward the heartwhich can cause death of the heart
muscle, so the need for oxygen by myocardial cell for aerob metabolism.additional oxygen can increase
supply to the heart muscle is expected to increase the amount of infarction. The purpose of this study was to
determine the difference before and after nasal oxygenation theraphy given to changes in oxygen saturation
in ACS patients. The method research uses quasy-experiment design with one group pre-post test design,
sampling techniq using porpusive sampling by paired t-test, respondent is 22 people. Is obstained mean
oxygen saturation values before 91.59% and after 93.9%. the results of measuring oxygen saturation before
and after nasal oxygen therapy werw obtained pvalue (0.000) < α (0.05). there is an effective a giving nasal
oxygen saturation to oxygen saturation in ACS patients.

Keywords: acute coronary syndrome, oxygen saturation, nasal cannula therapy

journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing 68
ISSN : 2580-0078 Vol. 3 No. 2 (Okober, 2019)

PENDAHULUAN dianjurkan pemberian oksigen dalam 6 jam


Penyakit jantung merupakan penyebab pertama terapi dan pemberian oksigen lebih dari 6
kematian manusia nomor satu di Negara jam secara klinis tidak bermanfaat. Oksigen harus
berpenghasilan rendah dan menengah diberikan pada pasien dengan sesak nafas, tanda
menyumbang >75% atau sekitar 7,5 juta kasus gagal jantung, syok atau saturasi oksigen <95%.
dari seluruh kematian di dunia (WHO, 2015). (Mayes, P.A, 2010).
Setiap tahunnya angka kematian mengalami
peningkatan akibat penyakit jantung, menurut Pemberian oksigen tambahan dapat
penelitian yang dilakukan di Amerika didapatkan meningkatkan suplai sampai ke otot jantung,
17,7 juta jiwa kematian akibat dari penyakit jantung diharapkan besarnya infark tidak bertambah dan
(WHO, 2017). Prevalensi penyakit jantung di komplikasi lain tidak terjadi. Pemberian suplemen
Indonesia sendiri pada tahun 2017 mencapai oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen
angka 420.449 jiwa penderita diseluruh rumah dalam darah hingga di atas 60 mmHg (Shuvy,
sakit (Kemenkes RI, 2017). Provinsi Kalimantan 2015).
Selatan tahun 2017 didapatkan 4.972 jiwa
penderita mengalami penyakit jantung (Dinkes Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD
Prov.Kalsel, 2017). Jumlah penderita penyakit Ulin Banjarmasin ruang IGD kasus ACS cukup
acute coronary syndrome di IGD RSUD Ulin tinggi di awal tahun 2019 sebanyak 19 orang di
Banjarmasin pada tahun 2018 didapatkan bulan Januari. Dilakukan pengkajian pada 7 orang
sebanyak 137 orang diantaranya 109 orang laki- pasien yang terdiagnosa ACS terdapat perubahan
laki dan 28 orang perempuan (Rekam Medic saturasi oksigen dan diberikan terapi nasal kanul
RSUD Ulin Banjarmasin, 2018). dengan aliran rendah dan dilakukan pengukuran
tingkat perubahan saturasi oksigen secara berkala
Penyakit ACS memiliki plak yang sampai waktu 6 jam. Didapatkan 6 orang kembali
menempel pada arteri yang rusak, selanjutnya normal dalam waktu kurang dari 6 jam dan 1 orang
plak dapat menebal yang menyebabkan ACS juga lebih dari 6 jam.
menjadi lebih tebal, sehingga menghambat
pergerakan darah kaya oksigen ke arah jantung. METODE
Jika plak ini pecah trombosit akan menempel pada Penelitian yang digunakan adalah jenis
luka di arteri dan membentuk penyumbatan darah. penelitian quasi eksperimental dengan rancangan
Gumpalan darah dapat memblokir arteri One-group Pra-Post Test Design. Populasi pada
menyebabkan angina semakin parah, ketika penelitian ini seluruh pasien yang menderita ACS
bekuan darah cukup besar maka arteri akan yang di rawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin.
tertekan menyebabkan infark miokard atau Teknik pengambilan sampling dengan
kematian otot jantung (Novita Joseph, 2018). nonprobability sampling menggunakan purposive
Diwaktu itulah pemberian oksigen diperlukan oleh sampling dan didapatkan sampel sebanyak 22
sel miokardial, untuk metabolisme aerob dimana responden dengan kriteria inklusi pasien dengan
adenosine triphosphate dibebaskan untuk energy penyakit ACS dan memiliki penyakit penyerta,
jantung pada waktu istirahat yang membutuhkan pasien mengalami kekurangan oksigen kurang
70% oksigen (Kasron, 2012). dari atau sama dengan 94%. Penelitian dilakukan
dari tanggal 28 mei-28 Juni 2019 di ruang IGD
Sistem oksigenasi berperan penting dalam RSUD Ulin Banjarmasin. Analisis bivariate dalam
mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida penelitian ini menggunakan uji paired t-test,
antara udara dan darah. Oksigen diperlukan peneliti ingin mengetahui perbedaan saturasi
disemua sel untuk dapat menghasilkan sumber oksigen antara sebelum dan sesudah pemberian
energi. Karbondioksida yang dihasilkan oleh sel- oksigenasi nasal kanul, dimana pemberian
sel secara metabolisme aktif membentuk asam oksigenasi subjek yang sama hanya saja di uji 2
yang harus dibuang oleh tubuh. Dalam melakukan kali yaitu sebelum dan sesudah pemberian
pertukaran gas sistem kardiovaskuler dan sistem oksigenasi.
respirasi bekerja sama, sistem kardiovaskuler
bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui HASIL DAN PEMBAHASAN
paru (Dr, R, Darmanto 2015). Pemberian oksigen Karakteristik Responden
sendiri mampu mempengaruhi ST elevasi pada Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
infark anterior yang berdasarkan consensus, No Karakteristik Katagori 𝒇 %

journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing 69
ISSN : 2580-0078 Vol. 3 No. 2 (Okober, 2019)

1 Jenis Kelamin Laki-laki 16 72.73 umur terbayak yang menderita penyakit jantung
perempuan 6 27.27
Jumlah 22 100,0
koroner akut yaitu 56-65 tahun sebanyak 34 orang.
2 Usia 40-55 9 40.91
56-70 10 45.45 Menurut PERKI, 2015 faktor risiko pada
71-90 3 13.64
Jumlah 22 100.0 ACS meliputi usia dan jenis kelamin, didapatkan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan usia pria >45 tahun dan wanita >55 tahun, riwayat
distribusi karakteristik responden berdasarkan keluarga dengan penyakit kardiovaskuler dan
jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak faktor risiko yang dapat dimodifikasi diantaranya
16 orang (72.73%), dan usia 56-70 tahun meliputi hipertensi, hiperlipidemia, DM, gaya
sebanyak 10 orang (45.45%). hidup, dan kebiasaan merokok. Perubahan utama
yang terjadi pada penuaan dapat disebabkan oleh
Laki-laki mempunyai resiko yang lebih penebalan tunika intima yang disertai tunika media
besar dibandingkan perempuan dan mendapatkan yang mengalami fibrosis. Ketebakan tunika intima
serangan lebih awal dalam kehidupan meningkat ketika decade keempat dan kemudian
dibandingkan perempuan (Nasioanl Heart Lung menipis secara bertahap (Cicilia et al, 2017).
and Blood Institute, 2011). Hal ini didukung oleh
penelitian dari WHO, 2017 menunjukkan bahwa Analisa Sebelum dan Sesudah Diberikan
hasil penelitiannya terdapat hubungan antara jenis Terapi oksigenasi Nasal Kanul
kelamin pada acute coronary syndrome pada laki- Tabel 2. Statistik responden sebelum dan sesudah
laki lebih rentan terkena akibat faktor gaya hidup. diberikan terapi nasa kanul
Pada kasus di berbagai rumah sakit seluruh No Kategori Mean Median Mode
Stand.
Deviation
Indonesia laki-laki lebih mendominasi 78.5% lebih 1 Sebelum 91.59 92.00 92 1.221
tinggi dibanding perempuan yang 21.5%. diberikan
ter.oksigen
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan 2 Sesudah 93.9 94.00 94 .000
diberikan
oleh Srikrishna, 2015 yang menyebutkan bahwa ter.oksigen
jenis kelamin laki-laki lebih banyak terkena infark Berdasarkan tabel 2 menunjukkan analisa
miokard dibandingkan perempuan hal ini sebelum dan sesudah diberikan terapi oksigenasi
dikarenakan laki-laki lebih rentan mengalami nasal kanul terhadap saturasi oksigen didapatkan
artherosklerosis yang disebabkan pada laki-laki nilai mean sebelum sebesar 91.59, dan setelah
lebih sering mengkonsumsi rokok dan juga diberikan terapi oksigenasi nasal kanul selama 6
disebabkan oleh kadar High Density Lipoprotein jam dengan pengukuran secara berkala
(HDL). didapatkan nilai mean sebesar 93.9. pada hasil
Angka morbiditas akibat penyakit jantung koroner pengukuran sebelum dan sesudah didapatkan
pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan nilai rata-rata kenaikan saturasi oksigen sebesar
perempuan dan kondisi ini hampir 10 tahun lebih 2.40.
dini pada laki-laki dari pada perempuan, hal ini
disebabkan karena pada perempuan ada hormone Pada proses penyakit acute coronary
estrogen yang bersifat protektif namun setelah syindrome (ACS) akibat kurangnya suplai oksigen
terjadi menopause insiden penyakit jantung ke miokard, maka kompensasi dari miokard adalah
coroner dapat meningkat dan memiliki risiko yang dengan melakukan metabolisme anaerob agar
sama dengan laki-laki (Lewis et al, 2007). jantung tetap dapat memberikan suplai oksigen ke
seluruh tubuh. Salah satu tindakan untuk
Acute coronary syndrome dapat mencegah perluasan infark miokard adalah
berpengaruh dengan usia seseorang karena dengan pemberian terapi oksigen (Thygesen and
iskemia dan infark berulang lebih sering dijumpai Verdy, 2012).
pada usia lanjut >40 tahun disebabkan fungsi
sistolik ventrikel kiri mengalami penurunan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
bermakna pada pasien ACS, pengaruh usia lanjut yang telah dilakukan oleh Febriyanti, 2017
menjadi lebih berat dua kali lipat karena usia menunjukkan bahwa rata-rata saturasi oksigen
membuat perubahan pada fungsi endotel vaskuler sebelum dan sesudah diberikan oksigenasi nasal
(Canon CP dkk, 2016). Hal ini sejalan dengan prong selama 10 menit pertama dan 10 menit
penelitian Faridah et al, 2016 bahwa kelompok kedua didapatkan nila Pvalue yang sama yaitu

journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing 70
ISSN : 2580-0078 Vol. 3 No. 2 (Okober, 2019)

0.000 dimana Pvalue < α(0.05) yang artinya ada


pengaruh terapi oksigenasi nasal prong terhadap Analisis Hasil Pengukuran Saturasi Oksigen
perubahan saturasi oksigen pada pasien cidera Sebelum dan Sesudah DIberikan Oksigenasi
kepala. Nasal Kanul
Tabel 3. Analisis hasil pengukuran saturasi oksigen
Pemberian oksigen di IGD pada pasien sebelum dan sesudah diberikan oksigenasi nasal kanul
ACS didasarkan pada rekomendasi AHA 2010, dengan menggunakan uji Paired Sampel T-test
95%
yang menyatakan bahwa oksigen harus diberikan Con.
pada pasien dengan Unicomplicated ACS dengan Ket Mean N
Std. Interval
erterial oxyhemoglobin saturation <94% atau Dev Of the P
Defference
terdapat gejala breathlessness, tanda heart failure, Low Up
syok hypoxia atau distress pernapasan. Hal ini Pre 91.59 22 1.221 -2.95 -1.868 .000
dibuktikan oleh penelitian Wilson & Channer, 1997 Post 93.9 22 .000
Paired Sampel T-test:
dalam Metcalfe, 2012 pada 42 pasien yang p (0.000) < α(0,05)
mengalami IMA dengan onset 24 jam Berdasarkan tabel 3 nilai rata-rata pada
teridentifikasi hypoxia dan berdasarkan evidence saturasi oksigen dengan melakukan pengukuran
dianjurkan untuk diberikan oksigen. pretes dan posttest terhadap responden acute
coronary syndrome dengan diberikan terapi nasal
Apabila oksigen diberikan pada gangguan kanaul didapatkan nilai rata-rata 91.59 dan setelah
jantung, maka oksigen mudah masuk berdifusi diberikan terapi nasal kanul selama 6 jam
kedalam paru-paru. Pada ACS masalah utamanya pengukuran secara berkala didapatkan nilai rata-
adalah hambatan transport (gannguan cardiac rata 93.9. hasil analisis pengukuran pada saturasi
output atau denyut jantung) maka pemberian oksigen sebelum dan sesudah diberikan terapi
oksigen akan meningkatkan saturasi oksigen nasal kanul didaptkan nilai p (0.000)< α (0,05).
maka hemoglobin mampu membawa oksigen lebih
banyak dibandingkan jika seseorang tidak Hasil penelitian diatas sejalan dengan
diberikan oksigen (Suparmi & Ignavicius, 2009). penelitian yang dilakukan oleh Widiyanto & Yamin,
2014 terkait pemberian terapi oksigen terhadap
Teori diatas didukung penelitian yang perubahan saturasi oksigen melalui pemeriksaan
dilakukan oleh Thygesen & Verdy, 2012 di RSUD oksimetri pada pasien infark miokard akut
Dr. Moewardi Surakarta yang menunjukkan bahwa didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh
dengan pemberian terapi oksigen nasal kanul perubahan saturasi oksigen yang signifikan
dapat mengembalikan saturasi oksigen dari sebelum pemberian terapi oksigen dengan setelah
kondisi hipoksia ringan ke kondisi normal secara pemberian terapi oksigen pada pasien Infark
bermakna. Penelitian ini juga sejalan dengan Miokard Akut (IMA) RSUD Dr. Moewardi di
penelitian yang dilakukan Budi & Yamin, 2014 Surakarta.
bahwa dari 38 responden yang mendapatkan
terapi oksigen binasal kanul didapatkan sebanyak Tradisi pemberian oksigen didukung oleh
32 (84.2%) responden yang mengalami AHA (American Heart Association) yang
peningkatan saturasi oksigen dari hipoksia ringan merekomendasikan intervensi pemberian oksigen
menjadi normal dan sebanyak 6 (15.8%) merupakan salah satu bagian dari MONA yaitu
responden tetap pada hipoksia ringan. Morphine, Oksigen, Nitrat/nitrogliserin dan Aspirin
untuk menurunkan nyeri dada pada ACS
Hal ini didukung dengan teori yang (O’Conno, 2010). Pemberian oksigen akan
dikemukakan oleh Hudak & Gallo, 2010 bahwa meningkatkan tekanan perfusi coroner sehingga
peningkatan FiO2 (persentase oksigen yang meningkatkan oksigen pada jaringan jantung yang
diberikan) merupakan metode mudah dan cepat mengalami iskemik memperbaiki
mencegah terjadinya hipoksia jaringan, dimana ketidakseimbangan oksigen dijantung (Kennedy,
dengan meningkatkan FiO2 maka juga akan 2013).
meningkatkan PO2 hal tersebut merupakan faktor
yang sangat menentukan saturasi oksigen, bila Oksigen harus diberikan pada pasien
PO2 tinggi maka hemoglobin lebih banyak dengan sesak nafas, gagal jantung, syok atau
membawa oksigen dan bila pada PO2 rendah saturasi oksigen <95%. Berdasarkan consensus
maka hemoglobin juga sedikit membawa oksigen. terbaru tahun 2010 tentang resusitasi jantung dan

journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing 71
ISSN : 2580-0078 Vol. 3 No. 2 (Okober, 2019)

paru, penelitian menunjukkan pemberian oksigen Buku Kedokteran


mampu mempengaruhi ST Elevasi pada infark Faridah, E.N.,Pangamenan, J.A.& Rampengan,
anterior berdasarkan consensus dan dianjurkan S.H. (2016). Gambaran Profit Lipid pada
pemberian oksigen selama 6 jam pertama terapi. Penderita Sindrom Koroner Akut di
Pemberian oksigen lebih dari 6 jam secara klinis RSUP. Prof.DR.R.D. Kandou Periode
tidak bermanfaat (Mayes P.A, 2010). Infark dan Januari-September 2015. Manado.
kematian merupakan perspektif klinis ACS yang Universitas SamRatulangi Manado
tidak diharapkan, tekanan darah yang meningkat
pada ACS akan menjadi ancaman dan Hudak & Gallo. (2010). Keperawatan Kritis
memperberat ketidakseimbangan antara suplai Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
dan kebutuhan oksigen ke miokard (Leonard, Kasron. (2012), Kleainan Dan Penyakit Jantung
2009). Pencegahan Serta Pengobatannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.
KESIMPULAN Kemenkes RI. (2017). Rekapitulasi Panyakit
1. Didapatkan nilai rata-rata saturasi oksigen Gagal Jantung Seluruh Indonesia.
pada responden sebelum diberikan terapi Lewis, S. L., Heitkemper, M.M., Dirksen, S. R.,
oksigenasi nasal kanul sebesar 93.9, median O’brien, P. G. & Bucher, L. (2007).
94.00, dan standar deviation 1.221 Medical Surgical Nursing : Assesment
2. Didapatkan nilai rata-rata saturasi oksigen and Management of Clinical Problems.
pada responden sesudah diberikan terapi Seven Edition. Volume 2. Mosby
oksigenasi nasal kanul sebesar 93.4, median Elsevier.
94.00 dan standar deviation .000 Lilly Leonard. S. (2011). Pathophysiology of Heart
3. Ada efektifitas sebelum dan sesudah Disease. Edisi 5. Philadelphia: Lippincott
pemberian saturasi oksigenasi nasal kanul Williams and Wilkins.
terhadap perubahan saturasi oksigen pada Mayes PA. (2010). Pengangkutan dan
pasien acute coronary syndrome dengan nilai Penyimpanan Lipid. In: Biokimia Harper.
Pvalue (0.000) < α (0.05) 27th ed. Jakarta: EGC.
DAFTAR PUSTAKA Metcalfe & Kennedy, JW. (2012, 2013) . Clinical
Cannon CP, dkk. (2016). ACCF/AHA Key Data Anatomy Series-Lower Respiratory Tract
Elements And Definitions For Measuring Anatomy. Scottish Universitas Medical
The Clinical Management And Outcomes Journal. 1 (2). P. 174-179.
Of Pasients With Acute Coronary
National Heart Lung and Blood Institute. (2011).
Syindrome And Coronary Artery Disease.
Coronary heart disease risk factors.
Circulation.
National Heart Lung and Blood Institute.
Cicila, S.M et al. (2017). Hubungan Riwayat Lama
Available
Merokok dan Kadar Kolesterol Total
from:http://www.nhlbi.nih.gov/healt/healt
dengan Kejadian Penyakit Jantung
h-topics/hd/atrisk.html (diakses 03 Juli
Koroner di Poliklinik Jantung RSU
2019)
Pancaran Kasih GMIM Manado. E-
Journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Novita Joseph. (2018) Hidup Sehat Hidup
Nomor1, Februari 2017. Diakses 1 Bahagia. Jakarta
Januari 2018.
Febriyanti. W.T. (2017). Pengaruh Terapi O’Connor, et al. (2010). Part 10: Acute Coronorory
Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Syndromes 2010 American Heart
Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Association Guidlelines for
Cidera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat Cardiopulmonary Resuscitation and
RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Emergency Cardiovaskuler Care.
E-Jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Circulatio 122: S787-S817
Nomor 1, Februari 2017. (diakses 10 Juli PERKI, 2015, Pedoman Tatalaksana Hipertensi
2019). pada Penyakit Kardiovaskular, edisi
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. pert., Perhimpunan Dokter Spesialis
(2015). Buku Saku Data Kesehatan Kardiovaskular Indonesia, Jakarta.
Dr. R.Darmanto. (2015), Respirologi, Penerbit

journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing 72
ISSN : 2580-0078 Vol. 3 No. 2 (Okober, 2019)

Shuvy, M., Atar, D., Steg, P.G., Halvorsen, S., Budi. W & Yamin. L.S. (2014). Terapi Oksigen
Jolly, S., Yusuf, S., and Lotan, C., (2015). Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen
Oxygen Therapy in acute coronary Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada
syndrome: are the benefits worth the risk. Pasien Infark Miokrd Akut (IMA).
Eur Heart. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI
Srikrishna. (2015) Study Of High Sensitive-CRP Jawa
and Cardiac Marker Enztmes in Acute Tengah.http://jurnal.unimus.ac.id/index.p
Coronary Syindrome hp/psn12912919/article/viewFile/1135/1
189 (diakses 02 Juli 2019).
Suparmi, Yulia, Ignatavicius. (2008). Panduan World Health Organization (WHO) (2015, 2016).
Praktik Keperawatan Kebutuhan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan
Manusia. Yogyakarta : Citra Aji Parama. Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Thygesen, Verdy. (2012). Third Universal World Health Organization (WHO). (2017).
Definition of Myocardial Infarction. Cardiovascular disease. Diakses tanggal
American Heart Association. American 16 Juli 2018
Heart Association Journal.

journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing 73

Anda mungkin juga menyukai