Ka 1 Pno 1592945719
Ka 1 Pno 1592945719
Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2015
PENDAHULUAN
1
Cekungan Asem-Asem (Gambar 1) terletak di Kalimantan Selatan dan di
sebelah Timur dari sayap Pegunungan Meratus. Bagian sayap timur yang wilayahnya
mencakup wilayah lepas pantai diperkirakan memiliki batugamping Oligosen Atas
sampai Miosen Bawah terutama di atas basement. Ke Utara, cekungan ini terpisahkan
dengan Cekungan Kutai dengan adanya Adang Flexure atau sesar yang memisahkan
Barito dengan Kutai. Ke arah Selatan, memanjang ke arah Laut Jawa hingga Tinggian
Florence. Cekungan ini berbentuk asimetris dengan bagian depan di zona frontal dari
Pegunungan Meratus dan paparan ke arah kraton Sundaland.
2
TATANAN GEOLOGI
Fisiografi
3
Van Bemmelen (1949) membagi bagian barat Pulau Kalimantan menjadi dua
bagian, yaitu:
Stratigrafi
4
oleh Pegunungan Meratus. Pada bagian utara berbatasan dengan Cekungan Kutai
yang dipisahkan oleh Sesar Andang. Sedangkan pada bagian barat dibatasi oleh
Paparan Sunda. Pada mulanya Cekungan Barito dan Cekungan Asem-asem
merupakan satu cekungan yang sama, hingga pada Miosen Awal terjadi
pengangkatan Pegunungan Meratus yang menyebabkan terpisahnya kedua cekungan
tersebut (Satyana, 1995).
Batuan alas (basement) yang berupa batuan malihan tingkat tinggi yang terdiri
atas sekis amfibolit dan malihan tingkat rendah yang terdiri atas filit. Sikumbang
(1986) memperkenalkan batuan malihan tingkat tinggi ini sebagai Sekis Hauran yang
tersusun oleh sekis hijau yang mengandung mineral kuarsa, muskovit, biotit,
hornblenda, epidot dan malihan tingkat rendah sebagai Filit Pelaihari yang terdiri atas
filit yang mengandung mineral klorit dan mika pada bidang permukaan yang
mengkilap dan batusabak. Batuan malihan ini memiliki umur Jura.
Formasi Berai diendapkan secara selaras di atas Formasi Tanjung, tetapi pada
beberapa bagian terdapat hubungan yang menunjukkan adanya ketidakselarasan.
Tetapi secara umum formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Tanjung. Formasi
Berai yang didominasi oleh batugamping ini memiliki lingkungan pengendapan
5
terumbu depan, mungkin antara terumbu belakang, sublitoral pinggir, relatif dangkal,
mungkin kurang dari 30 meter, berupa laut dangkal atau lagoon yang berumur
Oligosen Akhir – Miosen Awal (Te1-5 Adams, 1970).
6
Gambar 4. Stratigrafi regional daerah PKP2B Asem-asem PT Arutmin Indonesia
(Final Report PT Arutmin Indonesia, 2010)
7
Struktur Geologi
A
Gambar 5. [A] Struktur geologi regional Pulau Kalimantan dan sekitarnya (modifikasi dari
Kusum dan Karin, 1989). [B] Elemen tektonik utama Cekungan Asem-asem
(Bon et al., 1996).
8
pada Pegunungan Meratus terdapat sesar-sesar yang membawa basement. Sesar–sesar
ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik.
9
cekungan ini sama. Pada Miosen Akhir – Pliosen Awal gejala tektonik inversion mulai
terjadi yang mengakibatkan batuan sedimen mulai terlipat. Puncaknya terjadi pada
kala Plio-Plistosen akibat terjadinya subdaksi lempeng kerak samudra dengan
Mikrokontinen Paternoster dari arah timur yang menunjam ke bawah kerak benua
Kraton Sunda di sebelah barat yang menyebabkan bercampurnya batuan ultramafik
dan batuan malihan. Penunjaman ini berlangsung mulai Jura sampai dengan umur
Kapur Awal yang menghasilkan batuan busur vulkanik Granit Belawayan. Pada
Zaman Kapur Awal atau sebelumnya terjadi penerobosan granit dan diorit yang
menerobos batuan ultramafik dan batuan malihan.
10
normal yang ada mengalami reaktifasi menjadi sesar naik yang juga melipatkan batuan
sedimen Tersier. Deformasi ini juga mengakibatkan terangkatnya Tinggian Meratus
ke permukaan sebagai prosuk dari kolisi dan memisahkan Cekungan Asem-asem dan
Cekungan Pasir dengan Cekungan Barito.
Gerakan tektonik yang terakhir terjadi pada Kala Miosen yang menyebabkan
batuan yang tua terangkat membentuk Tinggian Meratus dan melipat kuat batuan
Tersier dan Pre-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah pensesaran naik dan geser yang
diikuti sesar turun dan pembentukan Formasi Dahor pada Kala Pliosen. (Sikumbang
dan Heryanto, 2009).
11
di Tinggian Meratus telah di bahas oleh Hartono dan Permanadewi (2000). Selanjutnya
Heryanto dan Hartono (2003) membahas perkembangan magmatisme dan tektonik,
serta hubungannya dengan tatanan stratigrafinya, hasilnya diilustrasikan di dalam
model kartun (Gambar 8, 9, 10, 11 dan 12), Uraian berikut ini sebagian besar
merupakan rigkasan dari keduanya di tambah dengan data dan pandangan baru
termasuk (Satyana dan Armandita, 2008).
12
Gambar 10. Kondisi tektonik lempeng pada Kapur Akhir di Pegunungan Meratus,
Kalimantan (modifikasi dari Heryanto and Hartono, 2003 dalam:
Heryanto, 2010).
Gambar 11. Kondisi tektonik lempeng pada Kapur Akhir – Eosen-Miosen di Pegunungan
Meratus, Kalimantan (modifikasi dari Heryanto and Hartono, 2003 dalam:
Heryanto, 2010).
13
SUMBER DAYA ENERGI DAN MINERAL
Hidrokarbon
Kemungkinan keterdapatan hidrokarbon di Cekungan Asem-asem dapat di
indikasi dengan keterdapatan batuan induk (source rock), batuan waduk atau batuan
penyimpan hidrokarbon (reservoir rock), batuan penutup (seal rock) dan kondisi
geologi yang membentuk jebakan hidrokarbon (oil play). Kolom stratigrafi Cekungan
Asem-asem yang menunjukkan potensi batuan induk dan batuan waduk (Gambar 13).
Formasi Warukin
Formasi Tanjung
14
Batuan Induk
Batuan induk atau batuan pembawa hidrokarbon (source rock) adalah
batuan tempat hidrokarbon secara alami dapat terbentuk. Batuan ini merupakan
batuan sedimen klastika halus terdiri atas serpih dan batulumpur, berwarna
kelabu gelap sampai hitam, berlembar sampai berlaminasi, setempat
berstruktur sedimen laminasi sejajar dan kaya akan material organik yang pada
umumnya diendapkan dalam lingkungan lakustrin. Batuan seperti ini di
Cekungan Asem-asem dijumpai dalam bagian tengah Formasi Tanjung dan
juga pada Formasi Warukin.
Batuan Waduk
Batuan waduk (reservoir rock) adalah batuan dimana tempat
hidrokarbon terakumulasi. Batuan waduk ini umumnya merupakan batuan
sedimen klastika kasar, mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik dan
juga mempunyai volume yang cukup besar. Pada umumnya yang bertindak
sebagai batuan induk adalah batupasir dan batugamping. Di Cekungan Asem-
asem batuan yang dapat menjadi batuan waduk adalah batupasir pada Formasi
Tanjung dan Formasi Warukin.
15
Tanjung adalah pelarutan dari fragmen batuan volkanik dan butiran feldspar.
Batuan Penutup
Batuan penutup (caprock) adalah batuan sedimen berbutir halus yang
kedap air. Batuan ini berperan sebagai penutup dan mencegah hidrokarbon
yang sudah terakumulasi dalam batuan waduk bermigrasi ke tempat lain.
Batuan yang dapat menjadi batuan penutup adalah batulempung yang masif
dan kedap air. Batuan seperti ini di Cekungan Asem-asem dijumpai sebagai
sisipan baik dalam Formasi Tanjung ataupun Formasi Warukin. Batuan ini
berasosiasi dengan batupasir yang diperkirakan deoat bertindak sebagai batuan
waduk atau reservoir dalam Formasi Tanjung. Batuan penutup ini peranannya
sangat berhubungan erat dengan bentuk jebakan minyak, dengan kata lain
bahwa batuan penutup adalah merupakan bagian dari sistem jebakan miyak itu
sendiri (oil play).
16
Gambar 14. Petroleum play pada Formasi Tanjung bagian bawah di Cekungan
Asem-asem.
17
ini lebih cocok untuk serpih minyak (oil shale) dari pada sebagai batuan induk (source
rock).
Batubara
Batubara di Cekungan Asem-asem dijumpai dalam Formasi Tanjung dan
Formasi Warukin. Pada Formasi Tanjung batubara dijumpai di bagian tengan dengan
ketebalan 50 sampai 200 cm. Secara megaskopik lapisan batubara di Formasi Tanjung
warna hitam, mengkilap, gores warna hitam, dengan pecahan konkoidal dan ringan.
Analisis petrografi organik dilakukan pada batubara dari Formasi Tanjung
menunjukkan bahwa kadar kalorinya yang paling rendak adalah 5970 cal/gr dan paling
tinggi adalah 7725 cal/gr.
Gas yang tersimpan dalam batubara terdapat dalam empat cara. Pertama
sebagai gas bebas dalam mikropori dan rekahan-rekahan (cleat) batubara. Kedua
sebagai dissolved gas dalam air yang terkandung dalam batubara. Ketiga sebagai gas
yang terserap di antara partikel batubara, mikropori dan permukaan rekahan. Keempat
sebagai gas yang terserap dalam struktur molekul batubara (Yee et al., 1993 dalam
Montgomery, 1999).
18
Berdasarkan hasil penelitian oleh PSG-Lemigas (2006) untuk batubara
Formasi Tanjung memiliki kandungan gas metana berkisar antara 0, 4 m3 sampai 8,2
m3/ton, sedangkan hasil penelitian untuk Formasi Warukin oleh PSG-Lemigas (2004)
menunjukkan kandungan gas metana berkisar antara 0,9 m3 sampai 5,77 m3/ton.
KESIMPULAN
Secara stratigrafi, Cekungan Asem-asem terdiri dari lima formasi batuan yaitu,
batuan alas (basement) yang berupa batuan malihan sekis amfibolit, filit, sekis yang
berumur Jura. Batuan pengisi cekungan Asem-asem di mulai dari Formasi Tanjung
yang tersusun oleh perselingan batupasir kasar, batupasir konglomeratan dan
konglomerat di bagian bawah, batulempung berwarna kelabu di bagian tengah dan
perselingan tipis batulanau dan batupasir halus di bagian atas yang memiliki
19