Anda di halaman 1dari 3

SAMBUNGAN DAN ALAT-ALAT SAMBUNG

1. SAMBUNGAN DENGAN BAUT


Sambungan dengan baut dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan sebagai berikut :
 Golongan I untuk kayu klas-kuat I dan Kayu Rasamala
Sambungan tampang satu : P = 50 . l . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 240 . d2 . (1 - 0,35 . sin α)
Sambungan tampang dua : P = 125 . m . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 250 . l . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 480 . d2 . (1 - 0,35 . sin α)

 Golongan II untuk kayu klas-kuat II dan Kayu Jati


Sambungan tampang satu : P = 40 . l . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 215 . d2 . (1 - 0,35 . sin α)
Sambungan tampang dua : P = 100 . m . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 200 . l . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 430 . d2 . (1 - 0,35 . sin α)

 Golongan III untuk kayu klas-kuat III


Sambungan tampang satu : P = 25 . l . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 170 . d2 . (1 - 0,35 . sin α)
Sambungan tampang dua : P = 60 . m . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 120 . l . d . (1 - 0,60 . sin α)
P = 340 . d2 . (1 - 0,35 . sin α)

P adalah kekuatan ijin baut dalam kg dan diambil yang terkecil.


l dan m masing-masing adalah tebal kayu tepi dan kayu tengah dalam cm.
d adalah diameter baut dalam cm.
α adalah sudut penyimpangan arah gaya terhadap arah serat kayu.

Syarat-syarat sambungan baut


 Alat sambung baut harus dibuat dari baja St 37 atau dari besi yang mempunyai kekuatan paling
sedikit seperti St 37.
 Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran harus ≤ 1,5 mm
 Garis tengah baut harus ≥ 10 mm (3/8”), sedang untuk sambungan baik tampang satu maupun
tampang dua, dengan tebal kayu lebih besar daripada 8 cm, harus dipakai baut dengan garis tengah ≥
1/2“
 Jika pada sambungan tampang satu salah satu batangnya dari besi (baja), atau pada sambungan
tampang dua plat-plat sambungnya dari besi (baja), maka nilai P didalam rumus-rumus diatas dapat
dinaikkan dengan 25 %
 Apabila baut tersebut dipergunakan pada konstruksi yang tidak terlindung, maka didalam
perhitungan kekuatannya harus dikalikan dengan angka 5/6. Dan apabila dipergunakan pada
konstruksi yang selalu basah, maka kekuatannya harus dikalikan dengan angka 2/3.
 Jika gaya yang didukungnya itu diakibatkan oleh beban sementara, maka kekuatan sambungan dapat
dinaikkan dengan 25 %.
Jarak antar baut

Didalam suatu konstruksi biasanya untuk sebuah batang yang disambung diperlukan lebih dari satu baut,
dan kadang-kadang diperlukan 2 baris atau lebih. Didalam sebuah baris, jarak antar baut harus
sedemikian besarnya, sehingga tidak akan timbul bahaya retak karena tegangan geser atau karena bahaya
lelah.

Penempatan baut harus memenuhi syarat-syarat berikut :

1. Arah gaya sejajar arah serat kayu


Jarak minimum :
 Antara sumbu baut dan ujung kayu (kayu muka) yang dibebani 7d dan ≥ 10 cm
 Antara sumbu baut dan ujung kayu yang tidak dibebani 3,5d
 Antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah gaya 6d
 Antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah tegak lurus arah gaya 3d
 Antara sumbu baut dengan tepi kayu 2d

2. Arah gaya tegak lurus arah serat


Jarak minimum :
 Antara sumbu baut dengan tepi kayu yang dibebani 5d
 Antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah gaya 5d
 Antara sumbu baut dan tepi kayu yang tidak dibebani 2d
 Antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya 3d

3. Arah gaya membentuk sudut (0° < α < 90°) dengan arah serat
Jarak minimum :
 Antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani dalam arah gaya 5-6d
 Antara sumbu baut dan sumbu baut dalam arah gaya 5-6d
 Antara sumbu baut dan tepi kayu yang tidak dibebani 2d
 Antara baris baut dan baris baut dalam arah gaya 3d
Garis Tengah Baut
inci cm
3/8 “ 0,95
1/2 “ 1,27
5/8 “ 1,59
3/4 “ 1,91
7/8 “ 2,22
1” 2,54

Anda mungkin juga menyukai