Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PEGADAIAN

OLEH :

KELOMPOK 7

1. YUSI RISMALA DEWI

2. A.NISA NURUL ISMI

3.SITI AISYAH

4. SUARDI

SMA NEGERI 3 BANTAENG

TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita
sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta
semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak
mendapatkan syafaatnya.
Tidak lupa penulis sampaikan beribu ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memfasilitasi penulisan makalah ini sehingga dapat selesai
pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Tidak ada
yang sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan ketulusan semua pihak
untuk menilai dan memberikan kritik saran kepada kami sebagai bahan evaluasi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan yang terbaik untuk kami dan para
pembaca.
Indonesia, Februari 2022
Penyusun
DAFTAR ISI
• KATA PENGANTAR

• DAFTAR ISI

• BAB I PENDAHULUAN

• A. Latar Belakang

• B. Rumusan Masalah

• BAB II PEMBAHASAN

• A. Pengertian Pegadaian

• B. Sejarah Pegadaian

• C. Objek Gadai

• 1. Benda bergerak berwujud contohnya seperti:

• 2. Benda bergerak tidak berwujud contohnya surat-surat berharga seperti:

• D. Para Pihak Gadai

• E. Sifat dan Tujuan Gadai

• 1. Sifat gadai
• a. Gadai adalah hak kebendaan

• b. Hak gadai bersifat accesoir

• c. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi

• d. Hak gadai adalah hak yang didahulukan

• e. Hak gadai

• 2. Tujuan gadai

• F. Keuntungan Usaha Gadai

• G. Barang Jaminan

• 1. Barang-barang atau benda-benda perhiasan di antaranya:

• 2. Barang-barang berupa kendaraan seperti:

• 3. Barang-barang elektronik antara lainnya:

• 4. Mesin-mesin seperti:

• 5. Barang-barang keperluan rumah tangga seperti:

• BAB III PENUTUP

• A. Kesimpulan

• DAFTAR PUSTAKA
• Download Contoh Makalah Pegadaian.docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan lainnya yang sudah lama beroperasi di
Indonesia. Lembaga ini dimaksudkan untuk memberikan pinjaman-pinjaman kepada
perseorangan. Sejarah lembaga ini sudah cukup lama semenjak zaman kolonial. Ia sangat
dibutuhkan oleh rakyat kecil. Dalam kegiatan sehari-hari, uang selalu saja dibutuhkan untuk
membeli atau membayar berbagai keperluan. Masalahnya terkadang kebutuhan yang ingin
dibeli tidak dapat dicukupi dengan uang yang dimilikinya.
Kalau sudah demikian maka mau tidak mau harus mengurangi untuk pembelian berbagai
keperluan yang dianggap tidak penting, namun untuk keperluan yang sangat penting
terpaksa harus dipenuhi dengan berbagai cara seperti meminjam dari sumber dana yang
ada, sebagai contohnya di perusahaan pegadaian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pegadaian?
2. Bagaimanakah sejarah pegadaian?
3. Apa saja yang termasuk objek pegadaian?
4. Siapa saja pihak yang terlibat dalam gadai?
5. Bagaimana sifat dan tujuan gadai?
6. Bagaimana keuntungan dari adanya usaha pegadaian?
7. Apa saja barang yang bias dijadikan sebagai jaminan gadai?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pegadaian
Gadai atau yang disebut juga dengan pand, merupakan salah satu kebendaan yang
termasuk suatu lembaga jaminan yang di atur dalam buku ke II KUH Perdata. Menurut pasal
1150 KUH Perdata. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berpiutang atau
oleh seseorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang
berpiutang lainnya, dengan pengeculian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya
telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan. Barang yang
dijaminkan tersebut pada waktu tertentu dapat ditebus kembali setelah masyarakat
melunasi pinjamannya.
Kegiatan menjaminkan barang-barang berharga untuk memperoleh sejumlah uang dan
dapat ditebus kembali setelah jangka waktu tertentu tersebut kita sebut dengan nama
usaha gadai. Dengan usaha gadai masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang-barang
berharganya dan jumlah uang yang diinginkan dapat disesuaikan dengan nilai harga barang
yang dijaminkan. Semakin besar nilainya maka semakin besar pula pinjaman yang dapat
diperoleh oleh nasabah demikian pula sebaliknya. Kepada nasabah yang memperoleh
pinjaman maka akan dikenakan sewa modal (bunga pinjaman) per bulan yang besarnya
tergantung dari golongan nasabah, sedangkan besarnya sewa modal dapat di sesuaikan
dengan bunga pasar.
Perusahaan yang menjalankan usaha gadai disebut dengan perusahaan pegadaian dan
secara resmi satu-satunya usaha gadai di Indonesia hanya di lakukan oleh perum pegadaian.
Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang
berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang
dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga
gadai. Adapun misi utama dari perum pegadaian adalah:
1. Menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjam atas dasar hukum
gadai.
2. Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan pinjaman tidak wajar lainnya.
Perusahaan pegadaian bertugas memberi kredit secara hukum gadai di mana masyarakat
yang membutuhkan dana pinjaman diwajibkan menyerahkan harta gerak pada kantor
cabang pegadaian disertai pemberian hak untuk melakukan penjualan lelang. Hasil lelang
digunakan untuk melunasi pokok pinjaman disertai bunga ditambah dengan biaya lelang.
Sisanya dikembalikan kepada nasabah pemilik barang semula. Ketentuan penyelenggaraan
rumah gadai merupakan monopoli atau hanya boleh dilakukan oleh negara.
Pihak swasta dilarang untuk menyelenggarakan tujuan ketentuan ini adalah untuk
memberantas lintah darat, rentenir, atau praktik riba gelap yang memberatkan kehidupan
masyarakat kecil. Selain itu berdasarkan neraca pembukaan perusahaan umum pegadaian
dan surat menteri keuangan RI. No. 1015/KMK. 013/1991 tanggal 26 September 1991,
modal awal perusahaan umum pegadaian ditetapkan sebesar Rp205.000.000.000,00
sebagaimana tertuang dalam neraca pembukaan. Modal awal yang disetor pemerintah
adalah kumulatif laba bersih yang diperoleh perjan (perusahaan jawatan) pegadaian.
Pegadaian sebagai lembaga non-bank tidak di perkenankan menghimpun dana secara
langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan seperti: giro, deposito, dan tabungan
sebagaimana halnya dengan sumber dana konvensional perbankan. Untuk memenuhi
kebutuhan dananya, perum pegadaian memiliki sumber-sumber dana antara lain:
1. Modal sendiri: modal awal pegadaian senilai Rp205 miliar dan secara bertahap
pemerintah memberikan tambahan modal sebagai penyertaan modal pemerintah.
2. Pinjaman jangka pendek yang berasal dari perbankan.
3. Pinjaman jangka panjang dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).
4. Penerbitan obligasi. Emisi obligasii sebesar Rp50 miliar pada 1993 dengan bunga 17,5%
untuk tahun pertama dan mengambang untuk tahun kedua sampai dengan tahun kelima.
Pada tahun 1994 dilakukan kembali emisi obligasi senilai Rp25 miliar dengan bunga 13%
pada bulan pertama.
Dan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha gadai memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Terdapat barang-barang berharga yang digadaikan.
2. Nilai jumlah pinjaman tergantung dari nilai barang yang digadaikan.
3. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali.

B. Sejarah Pegadaian
Usaha pegadaian di Indonesia dimulai pada zaman penjajahan belanda (VOC) di mana pada
saat itu tugas pegadaian adalah membantu masyarakat untuk meminjamkan uang dengan
jaminan gadai. Pada mulanya usaha ini dijalankan oleh pihak swasta, namun dalam
perkembangan selanjutnya usaha pegadaian ini diambil alih oleh pemerintah Hindia
Belanda. Kemudian dijadikan perusahaan negara, menurut undang-undang pemerintah
Hindia Belanda pada waktu dengan status dinas pegadaian. Dalam sejarah dunia usaha
pegadaian pertama kali dilakukan di Italia. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya
meluas ke wilayah-wilayah Eropa lainnya seperti Inggris, Perancis, dan Belanda. Oleh orang-
orang belanda lewat pihak VOC usaha pegadaian dibawa masuk ke Hindia Belanda.
Di zaman kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih usaha dinas
pegadaian dan mengubah status pegadaian menjadi perusahaan negara (PN) pegadaian
berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1960. Perkembangan selanjutnya pada tanggal
11 Maret 1969 berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1969 PN pegadaian
berubah menjadi perusahaan jawatan (perjan). Kemudian pada 10 April 1990 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 perjan pegadaian berubah menjadi perusahaan
umum (perum) pegadaian. Sampai saat ini lembaga yang melakukan usaha berdasarkan
atas hukum gadai hanyalah perum pegadaian.

C. Objek Gadai
Obyek gadai adalah benda-benda apa saja yang dapat dijadikan jaminan hutang dengan
dibebani hak gadai. Benda yang dapat digadaikan adalah semua benda bergerak yang
berwujud maupun benda bergerak tidak berwujud.
1. Benda bergerak berwujud contohnya seperti:
• Kendaraan bermotor seperti mobil, sepeda motor.
• Mesin-mesin seperti mesin jahit, mesin pembajak sawah, mesin disel/pembangkit listrik,
pompa air dan segala jenis mesin lainnya.
• Perhiasan seperti mas, berlian, mutiara, intan, perak, dan lain-lain.
• Lukisan yang berharga.
• Kapal laut yang berukuran di bawah 20 meter persegi.
• Persediaan barang (stock).
• Inventaris kantor/restoran.
• Barang bergerak lainnya yang memiliki nilai ekonomi.

2. Benda bergerak tidak berwujud contohnya surat-surat


berharga seperti:
• Tabungan.
• Deposito berjangka.
• Sertifikat deposito.
• Wesel.
• Promes.
• Konosemen.
• Obligasi.
• Saham-saham.
• Resipis yaitu tanda bukti penyetoran uang sebagai saham.
• Ceel yaitu tanda penerimaan penyimpanan barang di gudang.
• Piutang.
Saham dapat menjadi objek gadai, karena saham termasuk ke dalam kategori benda
bergerak, sehingga dengan sendirinya juga memberikan hak kebendaan yaitu hak yang
memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap
setiap orang. Ketentuan saham sebagai benda bergerak dijelaskan dalam ketentuan
tentang saham yang diatur dalam Pasal 60 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi: “Saham merupakan benda bergerak dan
memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 kepada pemiliknya.”

D. Para Pihak Gadai


Pihak yang terlibat dalam perjanjian gadai terdiri dari pihak yang memberikan jaminan
gadai atau disebut juga dengan istilah Pemberi Gadai, dan pihak yang menerima jaminan
gadai atau yang disebut juga Pemegang gadai. Namun adakalanya jika diperjanjikan lain
benda gadai dapat dipegang oleh pihak ketiga, selain kreditur pemegang gadai yang
disebut juga pihak ketiga pemegang gadai. Selain pihak yang diterangkan di atas, dikenal
pula adanya pihak ketiga Pemberi Gadai. Keberadaan pihak ketiga Pemberi Gadai ini adalah
dalam hal benda jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah milik pihak ketiga dan
diberikan oleh pihak ketiga tersebut.
Tanggung jawab pihak ketiga ini hanya sebatas sebesar benda gadai yang dia berikan,
sedangkan untuk selebihnya menjadi tanggungan debitur itu sendiri. Dengan kata lain
pihak ketiga pemberi gadai tidak mempunyai utang, karena dia bukanlah debitur sehingga
kreditur tidak mempunyai hak tagih terhadap pihak ketiga pemberi gadai tersebut. Akan
tetapi pihak ketiga pemberi gadai ini mempunyai tanggung jawab yuridis atas benda
gadainya. Hak gadai diletakkan dengan membawa benda gadai di bawah kekuasaan
kreditur pemegang gadai atau di bawah kekuasaan pihak ketiga pemegang gadai, asal
disepakati oleh kreditur dan debitur.
Pihak ketiga ini mempunyai kedudukan hanya sebagai pemegang untuk kepentingan
kreditur, tetapi dengan kedudukan mandiri, maksudnya pihak ketiga pemegang gadai
tersebut bukanlah kuasa dari kreditur sehingga dia tidak tunduk kepada perintah kreditur,
tetapi pihak ketiga pemegang gadai tersebut berkewajiban untuk membantu agar
maksud/tujuan dari perjanjian gadai yang telah ada dapat terlaksana sesuai dengan apa
yang telah disepakati dan baru menyerahkan benda gadai tersebut untuk di eksekusi
apabila debitur telah dinyatakan wanprestasi.

E. Sifat dan Tujuan Gadai


1. Sifat gadai
a. Gadai adalah hak kebendaan
Dalam Pasal 1150 KUH Perdata tidak disebutkan sifat gadai, namun demikian sifat
kebendaan ini dapat diketahui dari Pasal 1152 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan
bahwa: “Pemegang gadai mempunyai hak revindikasi dari Pasal 1977 ayat (2) KUH Perdata
apabila barang gadai hilang atau dicuri”. Oleh karena hak gadai mengandung hak
revindikasi, maka hak gadai merupakan hak kebendaan sebab revindikasi merupakan ciri
khas dari hak kebendaan.
Hak kebendaan dari hak gadai bukanlah hak untuk menikmati suatu benda seperti
eigendom, hak bezit, hak pakai dan sebagainya. Benda gadai memang harus diserahkan
kepada kreditor tetapi tidak untuk dinikmati, melainkan untuk menjamin piutangnya
dengan mengambil, penggantian dari benda tersebut guna membayar piutangnya.
b. Hak gadai bersifat accesoir
Hak gadai hanya merupakan tambahan saja dari perjanjian pokoknya, yang berupa
perjanjian pinjam uang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seseorang akan
mempunyai hak gadai apabila ia mempunyai piutang, dan tidak mungkin seseorang dapat
mempunyai hak gadai tanpa mempunyai piutang. Jadi hak gadai merupakan hak tambahan
atau accesoir, yang ada dan tidaknya tergantung dari ada dan tidaknya piutang yang
merupakan perjanjian pokoknya.
Dengan demikian hak gadai akan hapus jika perjanjian pokoknya hapus. Beralihnya piutang
membawa serta beralihnya hak gadai, hak gadai berpindah kepada orang lain bersama-
sama dengan piutang yang dijamin dengan hak gadai tersebut, sehingga hak gadai tidak
mempunyai kedudukan yang berdiri sendiri melainkan accesoir terhadap perjanjian
pokoknya.
c. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi
Karena hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, maka dengan dibayarnya sebagian hutang tidak
akan membebaskan sebagian dari benda gadai. Hak gadai tetap membebani benda gadai
secara keseluruhan. Dalam Pasal 1160 KUH Perdata disebutkan bahwa: “Tak dapatnya hak
gadai dan bagi-bagi dalam hal kreditor, atau debitur meninggal dunia dengan
meninggalkan beberapa ahli waris.“
Ketentuan ini tidak merupakan ketentuan hukum memaksa, sehingga para pihak dapat
menentukan sebaliknya atau dengan perkataan lain sifat tidak dapat dibagi-bagi dalam
gadai ini dapat disimpangi apabila telah diperjanjikan lebih dahulu oleh para pihak.
d. Hak gadai adalah hak yang didahulukan
Hak gadai adalah hak yang didahulukan. Ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 1133 dan
1150 KUHPerdata. Karena piutang dengan hak gadai mempunyai hak untuk didahulukan
daripada piutang-piutang lainnya, maka kreditor pemegang gadai mempunyai hak
mendahulu (droit de preference). Benda yang menjadi obyek gadai adalah benda bergerak
baik yang bertubuh maupun tidak bertubuh.
e. Hak gadai
Adalah hak yang kuat dan mudah penyitaannya. Menurut Pasal 1134 ayat (2) KUH Perdata
dinyatakan bahwa: “Hak gadai dan hipotik lebih diutamakan daripada privilege, kecuali jika
undang-undang menentukan sebaliknya”. Dari bunyi pasal tersebut jelas bahwa hak gadai
mempunyai kedudukan yang kuat. Di samping itu kreditor pemegang gadai adalah
termasuk kreditor separatis. Selaku separatis, pemegang gadai tidak terpengaruh oleh
adanya kepailitan si debitur.
Kemudian apabila si debitur wanprestasi, pemegang gadai dapat dengan mudah menjual
benda gadai tanpa memerlukan perantaraan hakim, asalkan penjualan benda gadai
dilakukan di muka umum dengan lelang dan menurut kebiasaan setempat dan harus
memberitahukan secara tertulis lebih dahulu akan maksud-maksud yang akan dilakukan
oleh pemegang gadai apabila tidak ditebus (Pasal 1155 ayat (2) KUH Perdata). Jadi di sini
acara penyitaan lewat juru sita dengan ketentuan-ketentuan menurut Hukum Acara
Perdata tidak berlaku bagi gadai.
2. Tujuan gadai
• Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.
• Untuk masyarakat yang ingin mengetahui barang yang dimilikinya, pegadaian
memberikan jasa taksiran untuk mengetahui nilai barang.
• Menyediakan jasa pada masyarakat yang ingin menyimpan barangnya.
• Memberikan kredit kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan tetap seperti
karyawan.
• Menunjang pelaksana kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar
hukum gadai.
• Mencegah praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar lainya.
• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah
melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai, dan jasa dibidang keuangan lainya
berdasarkan ketentuan peraturan per undang-undangan yang berlaku.
• Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai
kepada masyarakat.
• Di samping penyaluran kredit, maupun usaha- usaha lainya yang bermanfaat terutama
bagi pemerintah dan masyarakat.
• Membina pola pengkreditan supaya benar- benar terarah dan bermanfaat, terutama
mengenai kredit yang bersifat produktif dan bila perlu memperluas daerah operasionalnya.

F. Keuntungan Usaha Gadai


Tujuan utama usaha pegadaian adalah untuk mengatasi agar masyarakat yang sedang
membutuhkan uang tidak jatuh ke tangan para pelepas uang atau tukang ijon atau tukang
rentenir yang bunganya relatif tinggi. Perusahaan pegadaian menyediakan pinjaman uang
dengan jaminan barang-barang berharga. Meminjam uang ke perum pegadaian bukan saja
karena prosedurnya yang mudah dan cepat tapi karena biaya yang dibebankan lebih ringan
jika dibandingkan dengan para pelepas uang atau tukang ijon. Hal ini dilakukan sesuai
dengan salah satu tujuan dari perum pegadaian dalam pemberian pinjaman kepada
masyarakat dengan moto “menyelesaikan masalah tanpa masalah”.
Jika seseorang membutuhkan dana ke perusahaan pegadaian maka akan begitu mudah
dilakukan, masyarakat cukup datang ke kantor pegadaian terdekat dengan membawa
pinjaman barang tertentu, maka uang pinjaman pun dalam waktu singkat dapat terpenuhi.
Jaminan pun cukup sederhana. Keuntungan lain di pegadaian adalah pihak pegadaian tidak
mempermasalahkan untuk apa uang tersebut digunakan dan hal ini tentu bertolak
belakang dengan pihak perbankan yang harus dibuat serinci mungkin tentang penggunaan
uangnya. Begitu pula dengan sanksi yang relatif ringan, apabila tidak dapat melunasi dalam
waktu tertentu. Sanksi yang paling berat adalah jaminan yang disimpan akan dilelang untuk
menutupi kekurangan pinjaman yang telah diberikan.

G. Barang Jaminan
Bagi nasabah yang ingin memperoleh fasilitas pinjaman dari perum pegadaian, maka hal
yang paling penting diketahui adalah masalah barang yang dapat dijadikan jaminan.
barang-barang tersebut nantinya akan ditaksir nilainya, sehingga dapatlah diketahui berapa
nilai taksiran dari barang yang digadaikan. Besarnya jaminan diperoleh dari 80 hingga 90
persen dari nilai taksiran. Semakin besar nilai taksiran barang, maka semakin besar pula
pinjaman yang akan diperoleh. Jenis-jenis barang berharga yang dapat diterima dan dapat
dijadikan jaminan oleh Perum Pegadaian sebagai berikut:
1. Barang-barang atau benda-benda perhiasan di antaranya:
• Emas
• Perak
• Intan
• Belian
• Mutiara
• Platina
• Jam

2. Barang-barang berupa kendaraan seperti:


• Mobil (termasuk bajaj dan bemo)
• Sepeda motor
• Sepeda biasa

3. Barang-barang elektronik antara lainnya:


• Televisi
• Radio
• Radio tape
• Video
• Komputer
• Kulkas
• Tustel
• Mesin tik

4. Mesin-mesin seperti:
• Mesin jahit
• Mesin kapal motor

5. Barang-barang keperluan rumah tangga seperti:


• Barang tekstil, berupa pakaian, permadani dan kain batik.
• Barang-barang pecah belah dengan catatan bahwa semua barang-barang yang
dijaminkan haruslah dalam kondisi baik dan dalam arti masih dapat dipergunakan atau
bernilai. Hal in bagi pegadaian penting mengingat apabila nasabah tidak dapat
mengembalikan pinjaman, maka barang jaminan akan dilelang sebagai penggantinya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gadai adalah hak yang diperoleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang
bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang
yang mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama orang yang mempunyai utang.
Perusahaan umum pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara
resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa
pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti
dimaksud dalam kitab undang-undang hukum perdata pasal 1150 di atas.
Tugas pokoknya adalah memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai
agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung
memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat. Hal ini didasari pada fakta yang
terjadi di lapangan bahwa terdapat lembaga keuangan yang seperti lintah darat dan
pengijon yang dengan melambungkan tingkat suku bunga setinggi-tingginya. Kegiatan
usaha perum pegadaian dipimpin sebuah dewan direksi yang terdiri dari seorang direktur
utama dan beberapa direktur.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. 2008. Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Grafika
Djamil, Fathurrahman. 2008. Penerapan Hukum Perjanjian. Jakarta: Sinar Grafika.
Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Latumersia, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Syafei, Rachmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pegadaian_(perusahaan)
https://www.pegadaian.co.id/profil/sejarah-perusahaan

Anda mungkin juga menyukai