Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN FIELD STUDY KOTA YOGYAKARTA

UNIVERSITAS GADJAH MADA BATIK ALLUSSAN


DESA WISATA KREBET

OLEH

Dr. Susi Evanita, MS


Dr.Yulhendri, M.Si
Prof. Dr. Hasdi Aimon, M.Si

PROGRAM DOKTOR KAJIAN LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan field study Kota
Yogyakarta (Universitas Gadjah Mada, Batik Allussan dan Desa Wisata Krebet) dalam
memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembangunan Berwawasan Lingkungan
dengan dosen pembina Bapak Prof. Dr. Hasdi Aimon, M.Si dan Bapak Dr. Yulhendri,
S.Pd, M.Si.
Kami menyadari laporan field study ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan laporan ini.

Padang, 08 November 2019

Anggota Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................2
D. Batasan Masalah ...........................................................................................2
E. Pelaksanaan Kegiatan ...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3
A. Universitas Gadjah Mada .............................................................................3
B. Batik Allussan ............................................................................................16
C. Desa Wisata Krebet ....................................................................................20
BAB III PENUTUP .......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Field study atau kuliah lapangan adalah suatu kegiatan kunjungan ke objek
tertentu diluar lingkungan kampus yang bertujuan untuk mencapai tujuan
intruksional tertentu (Shakil et al., 2011). Mahasiswa diajak melihat langsung objek
yang akan dipelajari, mengembangkan pemikiran dan merangsang kreatifitas karena
mahasiswa menyaksikan dan membuktikan sendiri fenomena yang terjadi (Vassala,
2006; Deri et al., 2017). Melalui penggalian sumber belajar yang ada di lingkungan,
secara tidak langsung dosen telah mendekatkan mahasiswa dengan lingkungan.
Kegiatan pembelajaran seperti ini termasuk cara mencerdaskan, mendewasakan dan
membebaskan mahasiswa dalam mengembangkan pemikiran mahasiswa, menambah
pengalaman mengajar, menimbulkan rasa peduli dan rasa tanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya (Ely, 2004; Kandamby, 2018).
Field Study adalah salah satu kegiatan yang diselenggarakan tiap tahunnya oleh
Program Doktoral Kajian Lingkungan dan Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang. Kunjungan ini dilaksanakan pada tanggal 1-3 November
2019. Adapun tujuan kunjungannya yaitu Kota Yogyakarta. Berkaitan dengan
kegiatan field study, kami diberi tugas untuk membuat sebuah laporan dalam bentuk
karya ilmiah mengenai yang dikunjungi di Kota Yogyakarta, yang diantaranya adalah
Universitas Gadjah Mada, Batik Allussan dan Desa Wisata Krebet.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam karya ilmiah
ini adalah pengetahuan apa saja yang didapatkan dalam field study di Kota
Yogyakarta, yang diantaranya adalah Universitas Gadjah Mada, Batik Allussan dan
Desa Wisata Krebet?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan field study ini adalah untuk:
1. Sebagai wawasan untuk menambah informasi serta ilmu pengetahuan.
2. Sebagai perbandingan antara teori yang ada diberikan di perkuliahan dengan
kenyataan yang ada di lapangan mengenai kajian lingkungan dan pembangunan.

D. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang dibahas agar terarah dan tidak melenceng dari
pembahasan yang akan di bahas nantinya. Adapun masalah yang akan penulis bahas
yaitu seputar Kota Yogyakarta, yang diantaranya adalah Universitas Gadjah Mada,
Batik Allussan dan Desa Wisata Krebet.

E. Pelaksanaan Kegiatan
1. Hari / Tanggal : Jumat / 1 November 2019
Objek yang dituju : Universitas Gadjah Mada dan Batik Allussan
2. Hari / Tanggal : Minggu / 3 November 2019
Objek yang dituju : Desa Wisata Krebet

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Universitas Gadjah Mada


Kunjungan ke Universitas Gadjah Mada (UGM) bertujuan untuk study referensi
dalam rangka komparasi kebaharuan (novelty) dalam penulisan disertasi doktor yang
disambut oleh Prof. Dr. Muhadjir M Darwin, M.P.A selaku Direktur Program Doktor
dan Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan, Sekolah Pasca Sarjana di
Gedung Masri Singarimbun. Kunjungan tersebut kemudian dilanjutkan ke
perpustakaan Program Doktor dan Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan
Gedung Masri Singarimbun serta Perpustakaan Pusat UGM.
Pada perpustakaan program studi, rombongan disambut oleh pimpinan serta staf
perpustakaan, pada kesempatan tersebut rombongan membedah koleksi
perpustakaan baik berupa disertasi serta sumber-sumber lain yang relevan sesuai
dengan tujuan kunjungan yang tersedia dalam bentuk hard copy. Pada perpustakaan
Pusat UGM, rombongan juga disambut oleh pimpinan serta staf perpustakaan,
rombongan berkesempatan untuk melakukan pencarian disertasi serta sumber-
sumber lain yang relevan untuk mendapatkan kebaharuan (novelty) serta
memperkaya penulisan disertasi yang tersdia dalam bentuk soft copy.
1. Profil Universitas Gadjah Mada
UGM adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia yang didirikan
oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 1949
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1949 tentang Peraturan
Tentang Penggabungan Perguruan Tinggi Menjadi Universiteit tanggal 16
Desember 1949. Kampus UGM yang terletak di Yogyakarta, tepatnya di
Bulaksumur. Pada saat didirikan, UGM hanya memiliki enam fakultas, sekarang
telah mempunyai 18 Fakultas dan 2 Sekolah yaitu Sekolah Vokasi dan Sekolah
Pascasarjana (dahulu bernama Program Pascasarjana), dan lebih dari 100
Program Studi untuk S-2, S-3, dan Spesialis. Sebagian besar fakultas

3
dalam lingkungan UGM terdiri atas beberapa departemen (dulu jurusan)/bagian
dan atau program studi. Kegiatan UGM dituangkan dalam bentuk Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang terdiri atas Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat.
Sebagai Rektor yang pertama ditetapkan Prof. Dr. M. Sardjito. Pada saat
yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM. Dewan
Kurator UGM terdiri dari Ketua Kehormatan Sri Sultan Hamengkubuwono IX,
dan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, seorang wakil ketua dan anggota. Ditilik
dari sejarahnya, UGM merupakan penggabungan dan pendirian kembali dari
berbagai balai pendidikan, sekolah tinggi, perguruan tinggi yang ada di
Yogyakarta, Klaten dan Surakarta.
Nama Gadjah Mada berawal dari dibentuknya Balai Perguruan Tinggi
Gadjah Mada yang terdiri dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan.
Pendirian diumumkan di Gedung KNI Malioboro pada tanggal 3 Maret 1946
oleh Mr. R. S. Budhyarto Martoatmodjo, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr.
Soenario, Dr. Soleiman, dr. Boentaran Martoatmodjo dan Dr. Soeharto.
Sejak 4 Januari 1946 Soekarno dan Hatta memindahkan ibukota Republik
Indonesia ke Yogyakarta. Dengan maraknya pertempuran antara pejuang
kemerdekaan dan Sekutu serta NICA di Jakarta dan Bandung, maka Sekolah
Tinggi Teknik (STT) Bandung ikut pindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 17
Februari 1946, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung dihidupkan kembali di
Yogyakarta dengan para pengajarnya antara lain Prof. Ir. Rooseno dan Prof. Ir.
Wreksodhiningrat.
Lembaga pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir bersamaan
adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi
Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1946), Sekolah Tinggi Farmasi
(berdiri 27 September 1946), dan Perguruan Tinggi Pertanian (berdiri 27
September 1946) yang kesemuanya berada di Klaten, sekitar 20 kilometer dari
Yogyakarta.

4
Institut Pasteur di Bandung sejak 1 September 1945, turut pula dipindahkan
ke Klaten dengan laboratorium di Rumah Sakit Tegalyoso. Salah seorang yang
berperan dalam pemindahan ini adalah Prof. Dr. M. Sardjito yang kelak menjadi
Rektor UGM yang pertama. Kehidupan kampus di Klaten semakin ramai dengan
berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada awal 1948.
Pada awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta atas usul Kementerian Dalam
Negeri untuk mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri,
Departemen Luar Negeri dan Departemen Penerangan. Akademi ini awalnya
dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H. Sayangnya akademi ini tidak berumur
panjang, setelah pemberontakan PKI Madiun meletus, September 1948, akademi
ini ditinggalkan para mahasiswanya yang ikut menumpas pemberontakan
sehingga akademi ini ditutup.
Selanjutnya pada 1 November 1948 didirikan Balai Pendidikan Ahli Hukum
di Surakarta, sebagai hasil kerja sama Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan dengan Kementerian Kehakiman. Bersamaan dengan itu Panitia
Pendirian Perguruan Tinggi Swasta di Surakarta, yaitu Drs. Notonagoro, S.H.,
Koesoemadi, S.H. dan Hardjono, S.H. di Surakarta merencanakan mendirikan
Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Demi efisiensi, Panitia mengusulkan
penggabungan Balai Pendidikan Ahli Hukum ke dalam Sekolah Tinggi Hukum
Negeri yang akhirnya disetujui dan disahkan oleh Peraturan Pemerintah No. 73
tahun 1948.
Serangan Belanda ke ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta dalam
rangka Agresi Militer Belanda II melumpuhkan semua kegiatan belajar mengajar
di Yogyakarta, Klaten dan Surakarta dan semua perguruan tinggi tersebut
terpaksa ditutup dan para mahasiswa ikut berjuang.
Setelah serangan Belanda, wilayah Republik Indonesia menjadi semakin
sempit. Pada tanggal 20 Mei 1949, diadakan rapat Panitia Perguruan Tinggi, di
Pendopo Kepatihan Yogyakarta yang dipimpin oleh Prof. Dr. Soetopo, dengan
anggota rapat antara lain, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Dr. M.

5
Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof.
Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H. Salah satu hasil rapat adalah pendirian
perguruan kembali di wilayah republik yang masih tersisa, yaitu Yogyakarta.
Disepakati Prof. Ir. Wreksodiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan
Prof. Dr. M. Sardjito akan berusaha keras mewujudkannya. Kesulitan utama saat
itu adalah tidak adanya ruangan untuk kuliah. Namun Sri Sultan
Hamengkubuwono IX bersedia meminjamkan ruangan keraton dan beberapa
gedung di sekitarnya.
Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten,
Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi dan Farmasi, Fakultas
Pertanian dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini dihadiri oleh
Presiden Soekarno. Pada upacara pembukaan diadakan sebuah renungan bagi
para dosen dan mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan
Belanda, yaitu: Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito,
Asmono, Hardjito dan Wurjanto.
Tanggal 2 November 1949, Fakultas Teknik, Akademi Ilmu Politik serta
Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan yang berada di bawah naungan
Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada ikut diresmikan.
Tanggal 3 Desember 1949 dibuka Fakultas Hukum di Yogyakarta dengan
pimpinan Prof. Drs. Notonagoro, S.H.. Fakultas ini merupakan pindahan
Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo. Akhirnya tanggal 19 Desember 1949,
lahirlah UGM dengan enam fakultas. Menurut Peraturan Pemerintah No. 23
Tahun 1949, keenam fakultas tersebut adalah:
a. Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi
Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam dan Ilmu Pasti);
b. Fakultas Kedokteran, yang di dalamnya termasuk bagian Farmasi, bagian
Kedokteran Gigi dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu
Hayat;
c. Fakultas Pertanian di dalamya ada Akademi Pertanian dan Kehutanan;
d. Fakultas Kedokteran Hewan;

6
e. Fakultas Hukum, yang di dalamnya termasuk Akademi Keahlian Hukum,
Keahlian Ekonomi dan Notariat, Akademi Ilmu Politik dan Akademi
Pendidikan Guru Bagian Tatanegara, Ekonomi dan Sosiologi;
f. Fakultas Sastra dan Filsafat, yang di dalamnya termasuk Akademi
Pendidikan Guru bagian Sastra.
Sebagai Rektor yang pertama (Presiden) ditetapkan Prof. Dr. M. Sardjito.
Pada saat yang sama juga ditetapkan Senat UGM dan Dewan Kurator UGM.
Dewan Kurator UGM terdiri dari Ketua Kehormatan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, dan Ketua adalah Sri Paku Alam VIII, seorang wakil
ketua dan anggota.
Semenjak tahun 1983 UGM memiliki 18 Fakultas Program Sarjana, dua
Fakulas Program Diploma (Fakultas Non Gelar Ekonomi dan Fakultas Non
Gelar Teknologi) dan satu Fakultas Pascasarjana (Magister dan Doktor). Awal
tahun 1992 terjadi penyederhanaan jumlah fakultas, Fakultas Pascasarjana
diubah menjadi Program Pascasarjana, sedangkan Fakultas Non Gelar Ekonomi
diintegrasikan ke Fakultas Ekonomi dan Fakultas Non Gelar Teknologi
diintegrasikan ke Fakultas.
2. Profil Perpustakaan Universitas Gadjah Mada
Perpustakaan UGM berdiri pada 1 Maret 1951 di Jl. Panembahan Senopati
(sekarang Hotel Limaran) Yogyakarta ketika kampus UGM masih berada di
lingkungan Kraton.Teknik. Kemudian Perpustakaan UGM pindah ke Sekip Unit
V menempati eks Gedung Konferensi Kolombo pada 19 Desember 1959, yang
lebih dikenal sebagai Perpustakaan UGM Unit II dengan luas bangunan
4.461 m2. Tanggal 31 Juli 1975 Perpustakaan UGM memperoleh tambahan
gedung di Bulaksumur yang selanjutnya disebut sebagai Perpustakaan UGM
Unit I terletak di sebelah selatan Gedung Pusat UGM dengan luas bangunan
2.883 m2.
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor UGM nomor: 200/P/SK/HT/2008
Tanggal 9 Mei 2008, Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UGM disatukan
pengelolaannya dengan dengan Perpustakan Universitas dan menjadi

7
Perpustakaan UGM Unit III dengan luas 1.782 m2. Visi: Menjadi pusat layanan
informasi global berbasis teknologi yang mengunggulkan penelitian dan
pendidikan pascasarjana. Misi: menjadi pusat rujukan informasi ilmiah bagi
segenap civitas academica UGM, menjadi sarana penunjang yang handal dalam
pelaksanaan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi, memfasilitasi pembelajaran
sepanjang hayat dan menjadi rumah kedua bagi segenap civitas academica
UGM.
Pada 1 April 2012 semua unit di Perpustakaan UGM telah menempati satu
lokasi yaitu di Bulaksumur 16 Yogyakarta, dengan adanya penambahan 2
gedung baru diharapkan Perpustakaan UGM dapat lebih maksimal dalam
melayani penggunanya. Perpustakaan UGM berusaha untuk menjadi “rumah
kedua” bagi civitas akademika sesuai Rencana Strategis Perpustakaan. Upaya
untuk mencapai misi ini diwujudkan salah satunya dengan memperpanjang jam
buka layanan selama tujuh hari seminggu (kecuali pada hari libur nasional) untuk
memberikan kesempatan akses fisik yang lebih lama kepada segenap civitas
akademika.
Pada tahun 2016 layanan akses fisik tujuh hari/minggu di Perpustakaan
Pusat telah memasuki tahun ketiga dan respon terhadap jam layanan yang
diperpanjang waktunya selama ini cukup positif. Terbukti selama tiga tahun
terakhir ini angka kunjungan atau akses fisik konsisten mengalami kenaikan, dari
187.390 kunjungan di tahun 2014, naik 19% menjadi 212.461 kunjungan
di tahun 2015 dan 3,7% atau 220.344 kunjungan di tahun 2016. Meskipun
sebagian perpustakaan di fakultas maupun sekolah saat ini belum
memberlakukan perpanjangan jam layanan seperti di Perpustakaan Pusat angka
kunjungan fisik ke perpustakaan di lingkungan UGM yang mencakup
Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan Fakultas/Sekolah secara keseluruhan juga
mengalami enaikan, dari 523.526 di tahun 2014 naik sekitar 15,70% menjadi
605.711 di tahun 2015 dan 11% atau 672.336 di tahun 2016. Sementara itu
seiring dengan bertambahnya jumlah populasi generasi digital kunjungan virtual
ke laman Perpustakaan UGM di http://lib.ugm.ac.id juga

8
meningkat sangat signifikan dari 309.406 di tahun 2014 naik fantastis sebesar
225,78% menjadi 1.008.006 di tahun 2015 dan 75,81% atau 1.772.193 di tahun
2016.
Dalam upaya untuk terus meningkatkan animo pemanfaatan layanan dan
sumberdaya informasi yang disediakan, secara berkala dan terpadu dilakukan
sosialisasi layanan, bimbingan penelusuran database online yang dilanggan oleh
Universitas maupun workshop pemanfaatan aplikasi yang perlu dikuasai oleh
civitas akademika seperti Zotero dan Mendeley untuk aplikasi reference
management tools, unggah mandiri karya akhir mahasiswa yang akan wisuda
dan aplikasi AIMOS (Academic Integrity Monitoring System) untuk mendeteksi
kemiripan karya tulis. Dengan pemahaman yang baik mengenai ketentuan
layanan perpustakaan dan penguasaan penelusuran dan pemanfaatan informasi
yang benar diharapkan mahasiswa dapat lebih mandiri dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan informasinya. Selain itu, melalui sosialisasi AIMOS,
antiplagiarisme dan literasi informasi diharapkan sikap untuk menjaga dan
menegakkan integritas akademik dapat terus ditumbuhkan di kalangan civitas
akademika. Untuk memperluas cakupan target peserta, khususnya bagi
mahasiswa baru, layanan sosialisasi perpustakaan sebagian dilakukan bersama
saat berlangsungnya kegiatan PPSMB di minggu awal mahasiswa berada di
kampus. Kegiatan sosialisasi dan bimbingan terpadu di Perpustakaan Pusat
maupun fakultas/sekolah dilakukan lebih dari 60 kali sepanjang tahun 2016.
Pada tahun 2016, memasuki tahun ketiga keberadaannya di Perpustakaan
UGM, Ruang Window of the World (WoW) yang dihadirkan untuk mengenalkan
kekayaan dan keunikan bangsa Indonesia melalui hasil publikasi tentang ke
Indonesia-an mulai diramaikan dengan kegiatan kolaborasi di tingkat global.
Bersama dengan Kantor Urusan Internasional pada tanggal 3 November 2016 di
ruang ini diadakan pameran pendidikan di Sweden & UK, dihadiri oleh dua belas
perguruan tinggi terkemuka di Swedia yaitu Chalmers University of Technology,
Halmstad University, Jonkoping University, Karolinska University, KTH Royal
Institute of Technology, Kristianstad

9
University, Linnaeus University, Lund University, Malmo University, Stockolm
University, Umea University, Uppsala University dan satu perguruan tinggi di
Inggris yaitu University of Warwick. Untuk memperkaya koleksi Indonesian
Indigenous Resources secara berkelanjutan dilakukan pembelian buku-buku
yang menggali kekayaan budaya, seni, bahasa, sumber daya alam dan kekayaan
unik lain tentang Indonesia. Pada hakekatnya Ruang Window of the World
disediakan sebagai media untuk memfasilitasi kolaborasi antara mahasiswa di
Indonesia dan mahasiswa dan dosen asing yang datang dan belajar di UGM
dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun kerjasama lain yang saling
memberikan manfaat
Keanggotaan perpustakaan yang terintegrasi dengan kartu mahasiswa bagi
mahasiswa dan kartu pegawai bagi dosen dan tenaga kependidikan semakin
memberikan kemudahan dalam pemanfaatan layanan peminjaman pustaka. Pada
tahun 2016 tercatat ada 5.176 mahasiswa baru yang melakukan aktifasi
keanggotaan di Perpustakaan Pusat, sisanya melakukan aktifasi di perpustakaan
fakultas/sekolah di lingkungan UGM. Integrasi telah memberikan keleluasaan
bagi mahasiswa dan pegawai mengaktifan keanggotaannya di unit kerja yang
dikehendaki sekaligus memungkinkan untuk melakukan peminjaman buku lintas
perpustakaan di UGM.
Kendati telah dilakukan upaya untuk memberikan kemudahan dalam
pemanfaatan sumber daya informasi melalui mekanisme pinjam antar
perpustakaan, angka peminjaman koleksi cetak cenderung mengalami
penurunan. Data peminjaman buku cetak yang terpantau dari Sistem Informasi
Perpustakaan (SIPUS) terintegrasi ecara keseluruhan menunjukkan tren yang
menurun, kecuali di Perpustakaan Pusat yang menunjukkan kenaikan pada tahun
2016. Di Perpustakaan Pusat jumlah buku cetak dipinjam sebanyak
68.306 eksemplar di tahun 2014 dan turun 11% menjadi 60.786 eksemplar di
tahun 2015. Namun di tahun 2016 angka peminjaman naik sekitar 8% menjadi
65.720 eksemplar. Sementara secara umum angka peminjaman buku cetak
keseluruhan mengalami penurunan.

10
Jumlah buku cetak dipinjam sebanyak 412.145 eksemplar di tahun 2014,
turun 20,85% menjadi 326.178 eksemplar di tahun 2015, dan menurun lagi
sebanyak 24,27% menjadi 246.990 eksemplar di tahun 2016. Sebaliknya angka
pemanfaatan e-book terus mengalami kenaikan. Tahun 2014 pemanfaatan e-
book tercatat sebanyak 325.126 kali; tahun 2015 naik 42,73% menjadi
464.066 kali; dan tahun 2016 naik 32,37% menjadi 614.305 kali. Ada beberapa
kemungkinan kenapa terjadi penurunan pemanfaatan buku cetak, bisa jadi
karena peningkatan jumlah populasi generasi digital yang lebih memilih buku
dalam format digital, karena ketersediaan buku cetak yang terbatas sehubungan
dengan perubahan kebijakan prioritas pengadaan pada buku dalam format digital
atau karena sebab lain. Perlu dilakukan kajian khusus untuk mengetahui secara
lebih pasti mengapa penurunan pemanfaatan buku cetak terus terjadi.
Upaya peningkatan kinerja dibidang database dan jaringan juga terus
dilakukan, yang meliputi antara lain pengembangan aplikasi dan sistem
informasi perpustakaan, penyediaan dan pengembangan sumber referensi cetak
maupun digital, penyediaan akses mobile, peningkatan penyediaan fasilitas
akses Internet, dan pengembangan database lokal. Bidang aplikasi telah
dikembangkan aplikasi unggah mandiri karya akhir mahasiswa yang terintegrasi
dengan sistem informasi wisuda (SIWU) dan sistem informasi perpustakaan
(SIPUS). Manfaat dari pengembangan aplikasi ini adalah penyederhanaan proses
bisnis yang memudahkan mahasiswa dalam mengunggah karya akhir mereka
dalam portal unggah mandiri perpustakaan maupun dalam pengurusan surat
keterangan bebas pinjam buku perpustakaan. Proses yang semula
mengharuskanmahasiswa melakukan pengunggahan karya akhir dan pengurusan
surat keterangan bebas pinjam secara terpisah kini dapat dilakukan dalam satu
tahapan secara online sehingga lebih efisien dan memudahkan karena untuk ini
mahasiswa dapat melakukannya setiap saat tanpa harus datang dan antri pada
jam buka layanan perpustakaan.
Sementara itu pengembangan yang dilakukan pada SIPUS di tahun 2016
yaitu penambahan fitur notifikasi otomatis due date pinjaman buku cetak

11
melalui email yang memberitahukan batas waktu pengembalian kepada
peminjam saat peminjaman telah jatuh tempo, dengan adanya fitur notifikasi ini
peminjam dapat terhindar dari pengenaan denda apabila menindaklanjuti
notifikasi dengan mengembalikan buku yang dipinjamnya atau memperpanjang
masa pinjam buku secara online bila belum selesai membaca buku pinjamannya.
Sampai dengan akhir Desember 2016 perpustakaan yang telah tergabung dalam
SIPUS sebanyak 30 perpustakaan, sementara yang sudah melaksanakan layanan
pinjam lintas unit sebanyak 19 perpustakaan. Untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumbersumber referensi ilmiah yang disediakan perpustakaan,
layanan pinjam lintas unit ini terus digalakkan.
Selanjutnya untuk menjamin ketersediaan koleksi dan sumber referensi
yang lengkap dan mutakhir Perpustakaan Pusat melanggan online database baik
yang berupa langganan e-journal dan e-databases maupun pembelian perpetual
e-books, sementara perpustakaan di fakultas/sekolah mengadakan buku teks
cetak yang dibutuhkan diunit kerja masing-masing. Tahun 2016 dilakukan
perpanjangan langganan paket online database berisi kumpulan jurnal
internasional, e-books, tesis/disertasi, maupun datasheets sebanyak 45
paket/judul. Selain perpanjangan langganan juga dilakukan langganan baru
database ACSESS Digital Library yang berisi 9 judul jurnal, 4 majalah dan 300
ebooks bidang Agro dan langganan kembali database EBSCO Academic Search
Complete untuk memenuhi kebutuhan referensi yang lebih lengkap. Di tahun
anggaran 2016 juga dilakukan pembelian e-books secara perpetual sebanyak 202
judul dari penerbit Wiley-Blackwell (59 judul), Taylor & Francis (60 judul) dan
Springer (83 judul). Penyediaan sumber referensi ini membutuhkan biaya tidak
kurang dari Rp 11,5 milyar. Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan referensi
yang lebih spefisik didukung dengan ketersediaan anggaran yang memadai
Fakultas Kedokteran melanggan database Up To Date, British Medical Journal
(bmj.com) dan Nature (nature.com). Semua sumber referensi dalam online
database tersebut tersedia untuk diakses 24 jam/minggu. Akses dari lingkungan
kampus dilakukan tanpa

12
login sementara dari luar kampus dilakukan via ezproxy.ugm.ac.id
menggunakan login Single Sign On (SSO) akun email @ugm .ac
.id/@mail.ugm.ac.id. Di tahun 2016 terpantau akses dari luar kampus melalui
ezproxy.ugm.ac.id dilakukan sebanyak 946.858 kali, naik 56,87% dari akses
tahun 2015 sebanyak 603.578 kali.
Berdasarkan kesepakatan antara pimpinan Universitas dan pimpinan
Fakultas, sejak tahun 2015 Perpustakaan Pusat tidak lagi mendapat mandat untuk
mengadakan buku cetak bagi perpustakaan di lingkungan UGM sehingga
pembelian buku cetak dilakukan secara terdistribusi di masing-masing
fakultas/sekolah. Kebijakan ini diambil karena berbagaipertimbangan antara lain
mengurangi resiko gagal lelang pada pengadaan dalam skala besar dengan
beragam subyek. Selain itu, pengadaan di tingkat fakultas/sekolah dapat
dilakukan relatif lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan setempat. Namun cara
ini juga memiliki kelemahan karena sangat tergantung pada prioritas setempat.
Pada kenyataannya tidak semua fakultas secara khusus mengalokasikan dana
rutin tahunan untuk pengadaan buku/sumber referensi pendukung pembelajaran.
Pada tahun 2016 jumlah penambahan buku cetak perpustakaan di lingkungan
UGM sebanyak 7.540 judul/11.688 eksemplar (tidak termasuk pusat
studi/departemen).
Sejak disediakannya aplikasi akses mobile ke portal perpustakaan melalui
MLibrary versi Android di tahun 2014 dan versi iOS di tahun 2015 angka akses
mobile terus mengalami peningkatan. Di tahun 2016 akses mobile melalui
Android tercatat 58.024 kali, naik hampir 105% dari tahun 2015 sebanyak 28.315
kali dan akses melalui iOS tercatat 6.101 kali, naik sekitar 123% dari tahun 2015
sebanyak 2.738 kali.
Untuk menjamin kestabilan akses Internet melalui WiFi atau HotSpot dan
meningkatkan kinerja jaringan di tahun 2016 dilakukan penggantian/upgrade 6
perangkat Switch Managed Hub. Integrasi sistem informasi adalah salah satu
program prioritas yang dimandatkan oleh UGM kepada seluruh unit kerja, tidak
terkecuali perpustakaan. Dalam upaya melaksanakan mandat tersebut,

13
setelah berhasil mengintegrasikan perpustakaan di lingkungan UGM dalam satu
sistem informasi perpustakan (SIPUS) dan mengintegrasikan SIPUS dengan
SIWU, di tahun 2016 bidang database dan jaringan memulai program integrasi
koleksi repositori yaitu kumpulan karya tulis civitas akademika antara lain
skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian dosen dan karya tulis ilmiah lainnya.
Koleksi repositori merupakan salah satu koleksi lokal unggulan yang
mempunyai peran strategis dalam meningkatkan visibilitas institusi. Di tahap
awal integrasi dilakukan pada koleksi repositori yang ada di beberapa
perpustakaan yaitu Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Fakultas Hukum, Fakultas MIPA, Fakultas Geografi, Fakultas
Psikologi dan Fakultas Kedokteran Hewan. Sampai akhir tahun 2016 proses
integrasi masih sebatas pada pengambilan data dan penempatan pada server
khusus. Direncanakan di tahun 2017 program akan dilanjutkan dengan
melibatkan lebih banyak koleksi repositori di perpustakaan fakultas/sekolah
lainnya.

14
Dokumentasi Kunjungan ke Universitas Gadjah Mada

15
B. Batik Allussan
Kunjungan ke Batik Allussan bertujuan untuk melihat proses produksi,
pengolahan limbah dan pendistribusian batik. Produksi Batik Allussan berpusat di
Jodag RT.02 RW.11 Sumberadi, Mlati, Sleman Yogyakarta. Lokasi tersebut
sekaligus berfungsi sebagai gerai pameran dan penjualan. Pada kesempatan tersebut,
rombongan disambut oleh pemilik dan karyawan batik Allussan serta dipandu untuk
melihat proses produksi, pengolahan limbah, serta melihat hasil produksi batik yang
dilakukan secara manual.
Dari sisi produk, terdapat beragam jenis motif serta warna dari batik Allussan
yang diproduksi serta dipajang digaleri tersebut dengan bentuk yang juga beraneka
ragam. Produksi batik Allussan dikerjakan dengan tangan secara manual. Proses
dimulai dari kain dengan pola dasar, kemudian dilakukan proses mencanting,
pewarnaan secara manual, pengeringan secara manual sampai menjadi bahan jadi,
yang menjadi perhatian rombongan adalah pada proses pengelolaan limbah industri
batik, pada batik Allussan ini limbah yang dihasilkan adalah berupa cairan limbah
pewarnaan batik.
Hasil pengamatan dilapangan, limbah cair hasil pewarnaan hanya
diendapkan/ditampung pada suatu kolam penampungan pertama, kemudian setelah
beberapa lama dialirkan ke kolam penampungan selanjutnya yang berisi ikan lele
hidup. Ikan lele yang diamati dikolam penampungan kedua tetap hidup, hal ini
menurut pemilik merupakan indikasi bahwa limbah yang dihasilkan telah ramah
lingkungan. Limbah penampungan dari kolam kedua tersebut kemudian dibuang ke
lingkungan. Tidak terdapat instalasi pengelelolaan limbah lain pada indsutri tersebut.
1. Profil Batik Allussan
Batik Allussan berdiri sejak 25 Maret 2005 yang awal berdirinya yaitu dari
hobi pemilik batik Allussan ibu Sri Lestari dan meneruskan langkah-langkah
yang sudah dimulai dari keluarga besar. Batik Allussan yang berpusat di Jodag
RT.02 RW.11 Sumberadi, Mlati, Sleman Yogyakarta mempunyai visi dan misi

16
yaitu mengembangkan income dan lapangan kerja dan mengembangkan bisnis
secara profesional.
Dalam kurun waktu 6 tahun batik Allussan sudah membuka outlet di hotel-
hotel daerah Yogyakarta dan Jakarta yaitu hotel Santika Yogyakarta, hotel Melia
Purosani Yogyakarta, hotel Inna Garuda, hotel Santika Slipi Jakarta. Jenis-jenis
batik yang dibuat oleh batik Allussan yaitu batik bahan cotton, sutra, pakaian
jadi, dan kerajinan.
Untuk meningkatkan penetrasi pasar, pemilik kerap mengikuti workshop
dan pameran di luar negeri dengan didampingi PNM. Negara pertama yang
dikunjunginya adalah Jepang sehingga mulai dari negara tersebut pemilik
awalnya mulai membangun jaringan, dan koneksi sekaligus memetakan selera
pasar.
Pada awalnya pemilik membatik otodidak (belajar sendiri), sejalan dengan
perkembangan, produk batik Allussan mulai dijual ke beberapa kerabat dan
teman. Lambat laun, permintaan pun meningkat.Pembiayaan dari PT
Permodalan Nasional Madani (PNM Persero) sejumlah Rp 20 juta dengan
menggadaikan sertifikat bangunan serta pendampingan, pelatihan dan
manajemen pemasaran dari PNM merupakan langkah selanjutnya untuk
kemajuan usaha ini.
Sejalan dengan perkembangan, batik Allussan juga merambah Belanda,
Prancis, Jerman, Singapura, Brunei Darusallam hingga Tiongkok melalui
berbagai pameran. Sementara outlet batiknya hadir di sejumlah hotel bintang
lima di Yogyakarta, Jakarta, Magelang. Outlet batik Allussan di antaranya
terdapat di Hotel Santika Jakarta dan Hotel Inna Garuda Yogyakarta.
Batik Allussan juga kini memiliki 300 mitra pembatik binaan dengan sistem
upline dan downline. Setiap up line yang membawahi sekitar 10 pembatik akan
mengontrol kualitas produlk downline-nya, sehingga batik yang dihasilkan tetap
terjaga. Harga batik yang ditawarkan Allussan berkisar mulai Rp 82.000 untuk
batik cap, hingga Rp 25 juta untuk batik tulis. Dari total produk yang dijual, batik
Allussan lebih banyak menyasar kalangan premium.

17
2. Kiprah Batik Allussan
a. Bersinergi dengan dunia pendidikan mulai TK – SMA dan perguruan tinggi
untuk mengajar keterampilan batik.
b. Dijadikan percontohan untuk pengusaha batik unggulan yang akan
disalurkan ke Jepang melalui program Jetro oleh Lembaga Keuangan
permodalan yaitu PNM.
c. Selalu aktif berkarya dengan diwujudkan pada Batik Fashion, yaitu: gelar
fashion di JEC, gelar fashion di Balaikota Solo, gelar fashion di Mall
terbesar yaitu Ambarukmo Plaza Yogyakarta.
3. Prestasi Batik Allussan
Golden Award tingkat dunia untuk Kategori Craft melawan 32 negara di
Guizhou Cina. Disponsori oleh UNESCO tahun 2013.
4. Jangkauan Pemasaran Batik Allussan
Batik Allussan sudah diterima di luar negri, diantara adalah Singapore, Brunei
Darussalam, Manila, Australia, Berlin, Belanda, Timur Tengah, Quanzu Cina
dan Beijing Cina.
5. Kepedulian Lingkungan Batik Allussan
Batik Allussan adalah rumah batik yang peduli dan cinta lingkungan hidup
yang diwujudkan dengan:
a. Motif batik adalah motif-motif tumbuhan, bunga dan hewan yaitu kupu-
kupu, gajah, belut dan lain-lain.
b. Batik Allussan peduli mengolah limbah batik agar tidak merusak
lingkungan.
c. Penggunaan tenaga kerja warga sekitar.
d. Limbah batik diolah untuk dijadikan sumber penambahan income
diantaranya adalah lilin diolah lagi menjadi malam, limbah dari kayu bakar
arangnya untuk media tanaman terutama anggrek dan limbah cairnya
digunakan untuk menyirami tanaman langka, tanaman obat dan tanaman
pangan.

18
Dokumentasi Kunjungan ke Batik Allussan

19
C. Desa Wisata Krebet
Kunjungan ke Desa Wisata Krebet bertujuan untuk melihat produksi dan
pengolahan bahan kayu untuk dijadikan kerajinan batik yang bernilai tambah serta
mempelajari bagaimana proses transformasi suatu desa yang dahulunya miskin
menjadi desa yang dikenal dan tidak terdapat pengangguran. Di lokasi tersebut
rombongan diterima oleh pimpinan dan pengelola Desa Wisata Krebet.
Hal yang menarik dari kunjungan tersebut adalah semangat warga desa untuk
merubah kesejahteraannya dengan suatu ide inovasi dalam memanfaatkan bahan
baku yang ada, dalam hal ini ketersediaan bahan baku kayu dengan inovasi
menghasilkan kerajinan batik kayu, dimana sebelumnya batik hanya diaplikasikan
pada bahan kain.
Proses produksi kerajinan ini sangat bergantung pada bahan baku kayu, kayu
yang dijadikan bahan baku berasal dari milik warga dari tanah SHM, bukan dari kayu
yang dilindungi/milik negara. Dari segi pengelolaan lingkungan, sumber daya alam
seperti kayu harus terus dilakukan peremajaan agar lingkungan tidak rusak dan
indsutri tersebut juga akan memiliki ketersediaan sumber daya untuk kedepannya.
Mengenai sisa limbah kayu, industri ini sudah melakukan pengelolaan dengan
memanfaatkan kayu sisa kerajinan, seperti membuat gantungan kunci, aksesoris dan
sebagainya. Sisa kayu yang tidak termanfaatkan akan digunakan sebagai kayu bakar
untuk pewarnaan sehingga menghemat penggunanaan bahan bakar.
1. Profil Desa Wisata Krebet
Krebet adalah sentra industri batik kayu yang mempunyai potensi
kepariwisataan baik dari sisi budaya maupun alamnya. Pemerintah Kabupaten
Bantul melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan Krebet sebagai
Desa Wisata. Sedangkan memalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi bersama Kementrian Perindustrian Republik Indonesia telah
memfasilitasi Pengembangan Klaster Batik Kayu Krebet. Fasilitasi pelatihan dan
alat, serta pameran telah diberikan demi berkembangnya batik kayu di Krebet.

20
Pada saat ini di Sentra Industri Kecil Menengah Krebet telah berdiri
Koperasi Sidokaton yang beranggotakan 57 Anggota. Disperindagkop pada
tahun ini telah menmfasilitasi penyusunan katalog produk dan Video Profil
sebtra yang bersifat informatif. Diharapkan dengan video profil sentra dapat
digunakan sebagai sarana pengenalan produk batik kayu dan keunikannya
kepada khalayak umum di dalam negeri maupun luar negeri.
Adanya dukungan Disperindagkop Kabupaten Bantul, diharapkan sentra
industri batik kayu Krebet bisa berkembang lebih pesat dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pengerajin batik kayu Krebet. Dengan pengembangan
yang baik diharapkan dapat menyerap tenaga kerja secara maksimal dan juga
pembinaan generasi pengerajin batik kayu Krebet dapat berjalan baik. Sehingga
batik kayu krebet dapat dikenal dan dinikmati sebagai sebuah hasil kerajinan asli
Bantul yang memiliki nili seni tinggi dan patut untuk dikoleksi dan dibanggakan.
Desa wisata umumnya identik dengan keindahan alam dan panorama wisata
yang menawan. Namun itu tidak berlaku bagi padukuhan Krebet, di Sendangsari,
Pajangan, Bantul. Desa Wisata Krebet ini terletak di atas kawasan
tandus dan batuan berkapur, tepatnya di sisi sebelah barat kabupaten Bantul.
Pertanian di daerah ini hanya mengandalkan tadah hujan. Sebab itu, ketrampilan
yang dimiliki oleh masyarakat Krebet menjadi modal dan daya tarik bagi
wisatawan. Memasuki area kampung Krebet ini, pengunjung tidak akan disuguhi
panorama alam tetapi ditawari pemandangan aneka macam kerajinan kayu.
Kerajinan itu terpajang digaleri yang ada pinggir-pinggir jalanan Kampung.
Menariknya, kerajinan kayu yang dihasilkan di desa kecil ini hampir
mayoritas memiliki pola batik. Tak heran, jika desa wisata Krebet kemudian
dikenal oleh masyarakat luas sebagai sentra dari kerajinan batik kayu. Desa ini
memang cukup unik. Mengingat, kerajinan batik pada umumnya digoreskan
menggunakan media kain, tetapi masyarakat Krebet justru membatik
menggunakan media kayu.

21
Ketua pengelola Desa Wisata Krebet, Agus Jati Kumara, mengatakan
industri kerajinan batik kayu di wilayah Krebet, sudah mulai dirintis sejak tahun
1970-an. Seiring perkembangan, Krebet kemudian terus berinovasi hingga
akhirnya dinobatkan sebagai desa wisata pada tahun 2002 oleh Pemkab Bantul.
Pada mulanya, menurut Agus, produk yang dihasilkan masih sebatas topeng dan
wayang. Namun seiring waktu, kemampuan yang dimiliki terus berkembang
hingga saat ini tercatat sudah ada ribuan item produk yang dihasilkan.
2. Sejarah Kerajinan Batik Kayu di Desa Krebet
Warga Dusun Krebet dengan keadaan geografisnya yang berupa perbukitan
berkapur memenuhi kebutuhan hidup dari sektor pertanian. Sekitar tahun 1970-
an sebagian kecil masyarakat dusun krebet mencari pekerjaan lain selain bertani,
salah satunya adalah membuat kerajinan berbahan baku kayu seperti irus, siwur,
beruk dan pisau, meski saat itu hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Dusun
Krebet. Kerajianan kayu tersebut kemudian dipasarkan di desa-desa sekitar demi
menambah penghasilan disela-sela bertani. Bentuk kerajinan kayu dan proses
pembuatan yang sederhana membuat kerajinan kayu tersebut belum mempunyai
daya jual tinggi dan membatasi proses penjualan. Meskipun sederhana, kerajinan
tersebut merupakan kerajinan pertama yang ada di Dusun Krebet.
Kisah Bapak Gunjiar (65) merupakan awal perkembangan konsep kerajinan
kayu yang paling mendasar, sekita tahun 1972-an ia menggembangkan bentuk-
bentuk lain yang lebih membutuhkan detai tinggi, salah satunya membuat patung
semar. Pada saat pameran, banyak pengunjung yang menyukai kerajinan hasil
karya Gunjiar yang inovatif, mengingat beliau belajar ukir secara otodidak.
Hingga suatu saat ada seseorang datang dan memesan sebuah topeng, hal
tersebut membuat Gunjiar merasa tertantang dan memutuskan untuk
nyantrik/magang ditempat Pak Warno Waskito seorang pengerajin topeng yang
sudah terkenal dalam dunia seni pertunjukan,

22
khususnya kesenian yang menggunakan topeng di Yogyakarta, dan akhirnya
tpeng pesanan dapat ia selesaikan dengan baik.
Pengerajin lain dan juga asli warga Dusun Krebet adalah Bapak Kemiskidi,
ia adalah pengerajin sekaligus pemilik sanggar Peni. Kemiskidi menimba ilmu
membuat topeng kayu ke Bapak Warno Waskito lalu menggembangkan
kerajinan topeng dan memasarkannya sendiri sehingga hasil penjualan kerjainan
buatannya ia dapat melanjutkan pendidikan ketingkat SMA. Kemiskidi pun
mampu bertahan dan menggembangkan usahanya sanggar Peni yang mampu
menyerap 50 tenaga pengerajin saat ini.
Lain lagi kisah Bapak Anton Wahono, seorang pengerajin asli dari Dusun
Krebet, ia pemilik sanggar Punokawan yang dahulu merupakan pengerajin
wayang kulit. Berekal kemampuan menyungging, ia membuka usaha produksi
wayang kulit. Pada tahun 1988 pemerintah mempunyai kebijakan baru bahwa
kulit mentah dapat diekspor, sehingga kulit didalam negeri semakin sulit didapat
dan mahal. Sulitnya mendapatkan bahan kulit dengan kualitas bagus
mempengaruhi harga jual kerajinan wayangnya. Anton Wahono mengganti
usahanya dengan memproduksi wayang klithik yang terbuat dari kayu.
Kesuksesan mengelola hasil produksinya, Anton Wahono brhasil dalam meraih
gelar sarjana pada Jurusan Sosiologi FISIP. Universitas Widya Mataram
Yogyakarta. Sekitar tahun 1980-1985, kerajinan belum begitu dimiati oleh
masyarakat Krebet sebagai mata pencaharian utama. Sanggar-sanggar yang ada
saat itu masih sedikit. Seiring perjalanan waktu permintaan pasar aan kerajinan
dari kayu mulai meningkat, barulah ada beberapa warga yang mulai bekerja
sebagai buruh perajian di dua sanggar ini yaitu sanngar Peni dan sanggar
Punokawan.
3. Wisata Edukasi: Belajar Membatik Kayu
Batik kayu merupakan daya tarik utama yang ada di Desa Wisata Krebet.
Wisata edukasi yang ada di Desa Wisata Krebet yakni pembelajaran tentang cara
membatik dengan media kayu dan juga dapat melihat keseluruhan proses

23
pengolahannya. Wisata ini sangat cocok sebagai destinasi tujuan dari sekolah-
sekolah yang ingin berwisata sekaligus belajar membatik dengan media kayu.
4. Wisata Alam: Jurang Pulosari
Dari kota Yogyakarta lokasi Jurang Pulosari yang terletak di Dusun Krebet,
Pajangan Bantul ini dapat ditempuh dengan perkiraan waktu selama 45 menit.
Setelah sampai di Desa Wisata Krebet kemudian akan kita jumpai beberapa
papan penunjuk arah menuju Jurang Pulosari. Jurang pulosari sendiri merupakan
wisata alam yang terletak di dusun krebet yang menawarkan wisata alam beruapa
air terjun yang sejuk dan nyaman. Selain itu akses yang mudah ditambah fasilitas
yang diberikan oleh pihak pengelola menjadikan lokasi jurang pulosari ini
mudah dan aman untuk diakses serta untuk ke lokasi ini tidak dipungut biaya
sama sekali.

24
Dokumentasi Kunjungan ke Desa Wisata Krebet

25
26
BAB III

PENUTUP

Kegiatan field study yang diselenggarakan oleh Program Doktor Kajian Lingkungan
dan Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang dilaksanakan pada
tanggal 1–3 November 2019 di Kota Yogyakarta dengan mengunjungi Universitas
Gadjah Mada, Batik Allussan dan Desa Wisata Krebet. Kunjungan ke Universitas
Universitas Gadjah Mada bertujuan untuk study referensi dalam rangka komparasi
kebaharuan (novelty) dalam penulisan disertasi doktor. Selanjutnya, kunjungan ke Batik
Allussan bertujuan untuk melihat proses produksi, pengolahan limbah dan pendistribusian
batik. Sedangkan kunjungan ke Desa Wisata Krebet bertujuan untuk melihat produksi dan
pengolahan bahan kayu untuk dijadikan kerajinan batik yang bernilai tambah.
Berdasarkan kunjungan pada ketiga tempat tersebut, kami memperoleh informasi, ilmu
pengetahuan dan aplikasi antara teori yang ada diberikan di perkuliahan dengan kenyataan
yang ada di lapangan mengenai kajian lingkungan dan pembangunan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Deri, R. A., Janer, S. S., Marbella, F. D. 2017. Acceptability of Field Study Learning
Guides as Supplementary Resources for Teacher Education Students. Asia Pacific
Journal of Multidisciplinary Research, Vol. 5, No. 2: 67 – 75.

Ely, R. J. 2004. A Field Study of Group Diversity, Participation in Diversity Education


Programs, and Performance. Journal of Organizational Behavior, Vol. 25: 755
– 780.

Kandamby, G. W. T. C. 2018. Enhancement of Learning Through Field Study. Journal


of Technology and Science Education, Vol. 8, No. 4: 408 – 419.

Shakil, A. F., Faizi, W., Hfeez, S. 2011. The Need and Importance of Field Trips at Higher
Level in Karachi, Pakistan. International Journal of Academic Research in
Business and Social Sciences, Vol. 2, No. 1: 1 – 16.

Vassala, P. 2006. The Field Study as an Educational Technique in Open and Distance
Learning. Turkish Online Journal of Distance Education, Vol. 7, No. 4: 10 – 17.

28

Anda mungkin juga menyukai