Anda di halaman 1dari 8

REVIEW JURNAL

ATRESIA ESOFAGUS

NAMA: LAILA TUSIFA

NIM: 2010070P

KELAS: 5A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Atresia Esophagus merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan tidak

menyambungnya esofagus bagian proksimal dengan esofagus bagian distal. Atresia

Esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan kongenital

dimana terjadi persambungan abnormal antara esofagus dengan trakea.

Atresia Esophagus merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan

insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup. Insidensi Atresia

Esophagus di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi

bervariasi dari 0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran hidup.2 Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia

yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup.

Masalah pada atresia esophagus adalah ketidakmampuan untuk menelan, makan

secara normal, bahaya aspirasi termasuk karena saliva sendiri dan sekresi dari lambung.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Review jurnal 1

Judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luaran Penanganan


Atresia Esophagus.

Jurnal Jurnal Kedokteran Syiah Kuala


Volume & halaman Volume 17, Number 2, Agustus 2017, hlmn 71/74
Tahun 2017
Penulis Dian Adi Syahputra, Bustanul Arifin Nawas, Dikki Drajat
Kusmayadi

Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi luaran penanganan atresia esofagus.
Subjek penelitian Pada penelitian ini terdapat 26 penderita (13 laki – laki dan 13
perempuan). Rentang usia saat penderita datang ke rumah sakit
yaitu 3 ± 1,41 hari. Berat badan lahir rata - rata adalah 2.475 ±
35,35 gram.
Data yang diambil meliputi usia saat datang, jenis kelamin,
berat badan lahir (kurang atau lebih dari 1500 gr), ada atau
tidaknya bronkopneumonia, kelainan jantung bawaan, kelainan
congenital penyerta lainnya, tindakan yang dilakukan
(gastrostomy atau definitif anastomosis esophagus),
Metode penelitian Penelitian ini merupakan analitik retrospektif yang bertujuan
untuk menilai luaran atresia esofagus di bagian bedah anak
rumah sakit hasan sadikin bandung.
Analisa statistik dilakukan secara deskriptif dan analitik.
Hubungan antara variabel dengan luaran penderita atresia
esofagus dilakukan dengan menggunakan uji fisher's exact
probability tes dan kruskal walist.
Hasil penelitian Terdapat 3 penderita dengan berat badan dibawah 1500 gram
pada saat datang ke rumah sakit.
Seluruh penderita didiagnosis sebagai atresia esofagus dengan
fistula trakeoesofageal distal. Hanya 2 penderita yang langsung
dilakukan anastomosis esofagus, sedangkan sisanya dilakukan
gastrostomy dan esofagostomy (delayed anastomosis) terlebih
dahulu.
Terdapat 5 penderita dengan kelainan jantung bawan antara
lain kardiomegali yang diserta dengan dextrocardia (n=2),
ventricle septal defect (n=1), pda 4 mm (n=1),dan pda 7 mm
dengan tricuspid dan mitral regurgitasi (n=1). Kelainan bawaan
pada saluran cerna ditemukan pada 2 pasien yaitu malformasi
anorectal (n=1) dan malformasi anorctal dengan annulare
pankreas (n=1). Jumlah penderita yang hidup setelah tindakan
anastomosis esophagus adalah 8 penderita (31 %).
Pada penelitian ini bila menggunakan klasifikasi spitz, maka
survival rate nya yaitu 35% pada grup a, 40% pada grup b, dan
0% pada grup c (tabel 1).
Pada tabel 2, didapatkan bahwa sepsis pre operasi yang nilai p
< 0,05, sehingga berpengaruh terhadap luaran atresia
esophagus. Berdasarkan prevalence rate, perawatan di ruangan
intensif pra operasi dan kelainan jantung bawaan bermakna
terhadap luaran.
Dengan menggunakan uji kruskal wallis maka didapatkan rata
– rata penggunaan ventilator pada kelompok yang hidup (tabel
3) adalah 5 ± 2,83 hari, sedangkan pada kelompok meninggal
adalah 24,5 ± 21,92 hari. Diperoleh nilai p = 0,022 sehingga
terdapat hubungan bermakna antara lama penggunaan
ventilator terhadapluaran.

Kesimpulan Pada penelitian ini, sepsis pra operasi dan lama penggunaan
ventilator berpengaruh secara statistik terhadap luaran atresia
esophagus. Perawatan di ruang intensif dan kelainan jantung
bawaan, secara klinis merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap luaran
B. Review jurnal 2

Judul Penatalaksaanaan Anestesi Pada Koreksi Atresia Esofagus


Jurnal Directory Of Open Acces Journals (DOAJ)
Volume & halaman MEDICINA 2018, Volume 49, Number 2: 71-75
Tahun 2018
Penulis Asterina Dwi Hanggorowati, Made Wiryana, Ketut Sinardja,
Putu Kurniyanta
Tujuan penelitian Perbaikan atresia esofagus tipe C/fistula transesofageal pada
bayi yang baru lahir dan menggambarkan teknik intraoperatif
ligasi sederhana yang sementara dapat menutup persimpangan
gastroesofagus, yang memungkinkan tanda vital perbaikan
fistula trakeoesofagus yang pasti.
Subjek penelitian Bayi baru lahir, berusia 3 hari, 3010 gram, lelaki, lahir setelah
usia gestasi 37 minggu dengan persalinan per vaginam. Tabung
nasogastrik tidak bisa dilewati ke perut, dan distensi abdomen
progresif diperhatikan. Pasien didiagnosis fistula
trakeoesofagus (tipe C) dengan fistula besar (diameter 5 mm)
tepat di atas carina
Metode penelitian Ilustrasi kasus, melakukan pembedahan pada bayi baru lahir,
yg didiagnosis fistula trakeofagus (tipe C) dengan fistula
besar (diameter 5 mm) tepat diatas carina.
Hasil penelitian Seperti yang ditunjukkan dalam kasus ini, prosedur ini dapat
diselesaikan dalam waktu 15 menit dan tanda-tanda vital
pasien berhasil dipertahankan stabil setelah sementara
menutup ujung esofagus (persimpangan gastoesofagus),
sementara fistula sama-sama tertutup. Strategi alternatif ini
memberikan cara sederhana untuk mengelola pasien dengan
EA / TEF, terutama di rumah sakit tanpa bronkoskop serat
optik anak.
Diagnosis atresia esofagus sebaiknya ditegakkan sedini
mungkin untuk meminimalkan komplikasi paru, dapat
ditegakkan baik pada prenatal maupun postnatal. Diagnosis
prenatal dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi
pada ibu. Adanya temuan polihidramnion, berkurangnya
cairan intraluminal usus bayi dan ketidakmampun mendeteksi
lambung janin pada pemeriksaan ultrasonografi dapat
memberikan petunjuk awal atresia esofagus. Adanya pouch
sign yang tampak sebagai bayangan echoic di tengah janin
pada usia 26 minggu kehamilan juga menunjukkan adanya
atresia esofagus, tetapi dalam pemeriksaan membutuhkan
pengalaman.
Kesimpulan Hal yang paling penting pada bayi dengan atresia esofagus
tanpa ventilator adalah pencegahan aspirasi sekresi faring dan
refluks isi lambung melalui fistula. Yang pertama diperlukan
adalah pengisapan secara berkala atau aspirasi dari kantong
proksimal esofagus menggunakan kateter double lumen
bertekanan rendah. Bayi diletakkan dengan kepala lebih
tinggi untuk meminimalkan refluks lambung.7
Repair pembedahahan merupakan terapi definitif untuk
atresia esofagus dan TEF. Pembedahan umumnya dikerjakan
dalam 24-72 jam pada neonatus dengan kondisi yang
baik.1,2,4,9 Penundaan pembedahan meningkatkan risiko
aspirasi saliva akibat penumpukan saliva dalam kantong
buntu esofagus bagian distal dan fistula trakeoesofagus dapat
menyebabkan pneumonitis. Repair primer meliputi tindakan
isolasi dan ligasi fistula diikuti dengan anastomosis primer
esofagus. Repair bertahap merupakan teknik alternatif
pembedahan bagi neonatus yang tidak dapat mentolerir
pembedahan satu tahap terkait dengan alasan adanya
pneumonia dan atau kelainan kongenital lainnya.
Sebelum operasi dilakukan tes darah seperti hitung darah
lengkap, elektrolit, glukosa darah, pembekuan darah dan cross
match. Jika kelainan yang berhubungan telah teridentifikasi,
kemudian dinilai tingkat keparahan sebelum operasi
dilakukan. Bedah dilakukan dengan anastesi umum dengan
pemasangan pipa endotrakeal. Tujuan prosedur bedah yaitu
untuk memisahkan fistula dan menutupnya pada sisi trakea
serta menyambung ujung- ujung segmen esofagus.
Tutup ujung esofagus yang lebih rendah sebelum terkena dan
ligasi fistula untuk neonatus dengan EA / TEF (tipe C),
terbukti aman dan efektif, terutama di rumah sakit tanpa
bronkoskop fiberoptik anak-anak.

C. Review jurnal 3

Judul Interposisi Colon Retrosternal dan Esofagoplasty Pada Pasien


Atresia Esophagus Tipe A Long Gap
Jurnal Jurnal Kesehatan Andalas.
Volume & halaman Jurnal Kesehatan Andalas. 2019; 8(Supplement 1), HLMN
103/108
Tahun 2019
Penulis Muhammad Rifki, Rahmens Syamun, Jon Efendi
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang interposisi
colon retrosternal dan esofagoplasty pada pasien atresia
esophagus tipe a long gap.
Subjek penelitian Seorang anak perempuan berumur 1,5 tahun dirawat di bangsal
Bedah Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan atresia
esophagus tipe A Long Gap.
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode laporan kasus, dengan cara
melakukan pembedahan atau tindakan Esophagoplasty dengan
interposisi kolon retrosternal pada kasus atresia esophagus long
gap .
Hasil penelitian Pasien perempuan yang didiagnosa dengan atresia esophagus
tipe A Long Gap saat berumur 1 hari, ditegakkan melalui
pemeriksaan x-ray dimana dilakukan pemasangan OGT dengan
kontras, pada pasien dilakukan tindakan esophagostomi dan
gastrostomi. Kondisi membaik, tidak ditemui kelainan
kongenital lain. Pasien bertahan sampai umur 1 tahun 6 bulan.
Kemudian pasien disiapkan untuk tindakan transposisi colon
retrosternal dan esofagoplasty. Post operatif pasien dirawat di
ICU selama 5 hari. Setelah pemberian Total Per Enteral (TPN),
diet enteral dimulai hari ke-6 dan dinaikkan secara bertahap.
Pasien dipulangkan hari ke 14 dengan kondisi luka baik dan
pasien sudah diberikan makanan lunak.
Angka keberhasilan tindakan ini masih rendah, tapi dengan
perawatan pasca operatif yang optimal dapat memberikan hasil
yang baik dan mencegah komplikasi kebocoran dari
anastomose kolon.
Kesimpulan Tindakan Esophagoplasty dengan interposisi kolon retrosternal
pada kasus atresia esophagus long gap memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan menunggu hingga jarak gap
(segmen atas dan segmen bawah) berkurang karena
pertumbuhan spontan, yang memungkinkan dilakukan repair
primer.

Anda mungkin juga menyukai