Anda di halaman 1dari 113

PATOLOGI PADA

SISTEM PERSARAFAN

By : Rizki Muliani, S.Kep., Ners., MM


PENYAKIT PADA
SISTEM SARAF PUSAT
STROKE
Pengertian

 Stroke  suatu kondisi yang terjadi ketika


pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu yang menyebabkan serangkaian
reaksi bio-kimia, yang dapat merusak atau
mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan
otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi
yang dikendalikan oleh jaringan itu.
Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya, penyakit stroke


dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:
 Stroke perdarahan atau stroke
hemoragik
 Stroke iskemik atau stroke non
hemoragik
Stroke Hemoragik

 Merupakan sekitar 15- 20% dari semua stroke.


 Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau
langsung ke dalam jaringan otak.
 Sebagian dari lesi yang dapat menyebabkan
perdarahan subaraknoid (PSA) adalah aneurisma
sakular dan malformasi arteriovena (MAV).
Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah
pemakaian kokain atau amfetamin.
 Yang menjadi penyebab dari stroke hemoragik
 hipertensi, gangguan perdarahan, pemberian
antikoagulan yang terlalu agresif (terutama
pada pasien berusia lanjut), dan pemakaian
amfetamin dan kokain intranasal.
 Biasanya stroke hemoragik secara cepat
menyebabkan kerusakan fungsi otak dan
kehilangan kesadaran.
 Tindakan pencegahan utama untuk
perdarahan otak adalah mencegah cedera
kepala dan mengendalikan tekanan darah.
Stroke Iskemik
 Stroke iskemik didefinisikan secara patologis sebagai kematian
jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat.
 Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai
oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis.
 Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya stroke
iskemik, antara lain :
 Lakunar
 Trombosis pembuluh besar dengan aliran pelan
 Embolisme
 Kriptogenik
 Displasia fibromuskular
 Arteritis (Arteritis temporalis, poliarteriritis nodosa)
 Gangguan hiperkoagulasi
Jenis stroke iskemik berdasarkan penyebabnya, yaitu:
 Stroke Trombotik Pembuluh Besar
 Sebagian besar stroke trombotik disebabkan oleh trombosis yang
menjadi penyulit aterosklerosis. Sebagian besar stroke trombotik
terjadi pada saat tidur dan evolusi gejala dan tanda cenderung
bertahap selama beberapa hari sejak awitan.
 Penurunan tekanan darah sistemik yang mendadak dan besar
dapat mengurangi CBF dan memicu stroke, terutama pada
pasien dengan lesi aterosklerotik stenotik dan hipertensi
kompensatorik.
 Stroke Embolik
 Sebagian besar embolus yang menyebabkan stroke berasal dari
trombus.
 Asal tersering adalah jantung atau dari suatu lesi aterosklerotik.
 Stroke embolik biasanya terjadi saat aktivitas dan menimbulkan
defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum saat
awitan.
Etiologi

Faktor resiko utama untuk penyakit stroke adalah hipertensi


kronik. Selain itu ada beberapa faktor resiko lainnya yang
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit stroke yaitu :
 Fibrilasi atrium
 Diabetes mellitus (DM)
 Apnea tidur
 Kecanduan alkohol
 Merokok
 Kegemukan (obesitas)
 Faktor demografik  usia lanjut, ras, etnis, dan riwayat stroke
dalam keluarga.
 Penyakit jantung koroner (PJK)
Manifestasi Klinis
 Baal atau lemas mendadak di wajah, lengan,atau tungkai,
terutama di salah satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan  penglihatan ganda atau kesulitan
melihat pada satu atau kedua mata
 Bingung mendadak
 Tersandung selagi berjalan, pusing bergoyang, hilangnya
keseimbangan atau koordinasi
 Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas
 Mulut, lidah mencong bila diluruskan
 Gangguan menelan  sulit menelan, minum suka keselek
 Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan
tidak sesuai keinginan atau gangguan bicara  pelo, sengau,
ngaco, dan kata-katanya tidak dapat dimengerti atau tidak
dipahami (afasia), Bicara tidak lancar, hanya sepatah-
sepatah kata yang terucap
 Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
 Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih, kencing
yang tidak disadari
 Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil
 Menjadi pelupa ( dimensia)
 Vertigo (pusing, puyeng), atau perasan berputar
yang menetap saat tidak beraktifitas
 Kelopak mata sulit dibuka atau dalam keadaan terjatuh
 Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran,
berupa tuli satu telinga atau pendengaran berkurang
 Menjadi lebih sensitif: menjadi mudah menangis atau tertawa
 Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur
 Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi
dengan baik, sempoyongan, atau terjatuh
 Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri
EPILEPSI
Pengertian

Epilepsy  suatu penyakit yang terjadi


karena dilepaskannya letusan-letusan listrik
(impuls) pada neouron-neouron di otak.
Epilepsi  gangguan susunan saraf pusat
(SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan
(seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan
(unprovoked) dan berkala.
Etiologi
 Faktor genetik/turunan (meski relatif kecil antara 5-10 persen)
 Kelainan pada menjelang-sesudah persalinan
 Cedera kepala, radang selaput otak, tumor otak, kelainan
pembuluh darah otak, adanya genangan darah/nanah di
otak, atau pernah mengalami operasi otak.
 Selain itu, setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu
fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang. Bisa akibat
trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak,
perdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam
jaringan), gangguan elektrolit, gangguan metabolisme,
gangguan peredarah darah, keracunan, alergi dan cacat
bawaan.
Klasifikasi

Epilepsi dapat dibagi dalam tiga golongan utama antara lain:


 Epilepsi Grand Mal
 Ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang
berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di
bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan
talamus.
 Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.
 Epilepsi Petit Mal
 Biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar
atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di
mana selama waktu serangan ini penderita merasakan
beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),
biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.
 Epilepsi Fokal
 Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir
setiap bagian otak, baik regio setempat pada
korteks serebri atau struktur-struktur yang
lebih dalam pada serebrum dan batang otak.
 Epilepsi fokal disebabkan oleh lesi organik
setempat atau adanya kelainan fungsional.
Manifestasi Klinik
 Bentuk serangan epilepsi tidak selalu berupa gejala kejang-kejang.
Pada anak-anak misalnya, lebih banyak berupa terdiam atau
bengong sesaat, kemudian sadar lagi. Mulut yang tiba-tiba komat-
kamit di luar kehendak, atau tangan/kaki yang bergerak-gerak
sendiri pada pasien yang tetap sadar, atau seseorang yang tiba-tiba
terjatuh dan tak sadar sesaat, juga merupakan bentuk serangan
epilepsi.
 Ada kejang yang hanya melibatkan satu daerah saja di otak dan
ada kejang yang melibatkan seluruh otak. Kejang parsial melibatkan
sebagian kecil daerah di otak, yang bisa menyebar ke seluruh otak.
Sedangkan kejang general melibatkan seluruh otak sejak di mulai
aktifnya otak.
 Beberapa penderita merasakan adanya peringatan sebelum
datangnya kejang (perut mual, sesuatu yang menjalar dari dalam
tubuh, perasaan tidak enak dan lain-lain), peringatan itu di sebut
dengan “aura”.
TRAUMA KEPALA
Pengertian

 Trauma kepala  suatu trauma yang


mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat
injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala.
Etiologi

 Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan


bermotor atau sepeda, dan mobil.
 Kecelakaan pada saat olah raga, anak
dengan ketergantungan.
 Cedera akibat kekerasan.
Manifestasi Klinik

 Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih


 Kebungungan
 Iritabel
 Pucat
 Mual dan muntah
 Pusing kepala
 Terdapat hematoma
 Kecemasan
 Sukar untuk dibangunkan
 Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar
dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur
tulang temporal.
PENYAKIT PADA
SISTEM SARAF TEPI
NEUROPATI DIABETIK
 Neuropati diabetik berawal muncul sebagai
akibat perubahan biokimiawi di mana belum
terdapat kelainan patologik dan masih
reversible. Fase itu dikenal dengan neuropati
fungsional (subklinis).
 Ketika gejala sudah dapat dikeluhkan oleh
pasien berarti kerusakan sudah melibatkan
struktur serabut saraf, namun masih terdapat
komponen yang reversible. Fase itu disebut
neuropati struktural (klinis). Kerusakan
struktural yang dibiarkan begitu saja lama
kelamaan akan mencapai tahap akhir 
kematian neuron yang sifatnya irreversible.
NEUROFIBROMATOSIS
 Merupakan salah satu jenis tumor jinak yang
berasal dari jaringan ikat pembungkus saraf
tepi
 Bermanifestasi pada kulit sebagai suatu
benjolan-benjolan lunak berbatas tegas, tidak
nyeri, mudah digerakkan, serta ditemukan
adanya bercak yang berwarna merah sampai
cokelat. Benjolan-benjolan yang tumbuh pada
kulit ini, penyebarannya bisa sampai ke semua
anggota tubuh, dari kepala sampai kaki,
sepanjang saraf tepi.
 Gambaran klinis, utamanya di samping benjolan atau tumor jinak
dengan diameter beberapa milimeter atau lebih dari delapan
sentimeter, bercak kecokelatan yang dikenal café au lait, freckling
(bercak kecokelatan) di daerah ketiak dan selangkangan, juga
adanya gangguan pada mata berupa iris hamartoma (lesi kecil
berwarna kuning sampai cokelat di daerah iris mata, yang akan
mengganggu penglihatan).
 Selain itu, muncul gejala tambahan yang bisa terjadi atau
komplikasinya berupa stenosis arteri ginjal (hilangnya elastisitas
pembuluh darah ginjal), stenosis aqueduct (kekakuan saluran
kelenjar air mata sehingga mata sering berair), optic glioma (tumor
pada saraf mata yang dapat menyebabkan kebutaan), gangguan
pendengaran, dan berbagai variasi gangguan pada tulang
belakang seperti skoliosis (tulang belakang yang bengkok ke kanan
atau kiri), kolap vertebral (penyempitan tulang belakang) dan
gangguan tulang panjang seperti pseudoarthrosis tulang kaki, tibia,
dan fibula.
NEUROPATI PERIFER
Pengertian

 Neuropati perifer (peripheral


neuropathy/PN)  penyakit pada saraf
perifer.
Etiologi

 Kurang-lebih 30 persen ODHA mengalami


PN.
 Sebagian PN diakibatkan kerusakan pada
sumbu serabut saraf (akson), yang
mengirimkan perasaan pada otak.
 Kadang, PN disebabkan kerusakan pada
selubung serabut saraf (mielin) 
mempengaruhi isyarat nyeri (sakit) yang
dikirim ke otak.
Manifestasi Klinis

 Gejala yang nampak dari penyakit ini  kesemutan,


pegal, mati rasa atau rasa seperti terbakar pada kaki
dan jari kaki, tetapi juga dapat dialami pada tangan dan
jari. Juga dapat dirasa dikitik-kitik, nyeri tanpa ada
alasan, atau rasa yang tampaknya lebih hebat daripada
biasa.
 Gejala PN dapat bersifat sementara: kadang sangat
sakit, terus tiba-tiba hilang.
 PN parah dapat mengganggu waktu berjalan kaki atau
berdiri.
Polineuropati Idiopatik Akut
(Sindrom Guillan- Barre)
Guillain-barre sindrom

 Sindrom klinis yang penyebabnya belum di


ketahui yang menyangkut saraf perifer dan
kranial.
 Suatu hipotesis menyatakan bahwa “infeksi
(virus) meyebabkan reaksi autoimun yang
menyerang mielin saraf perifer “
 Kebanyakan di timbulkan oleh adanya infeksi
pernafasan dan gastrointestinal (1-4 mg
sebelum terjadi serangan neurologik)
Manifestasi klinis

 Gejalanya di awali dgn parestesia (kesemutan dan


kebas) serta kelemahan otot kaki dan dapat
berkembang ke ekstremitas atas, otot wajah.
 Saraf kranial lebih sering kena dari pada saraf
perifer, seperti paralisis otot wajah, okuler,
oropharing yang menyebabkan susah berbicara
mengunyah dan menelan.
 Disfungsi otonom sering memperlihatkan reaksi
berlebihan atau kurang bereaksinya sss dan ssp
(gangguan frekuensi jantung dan ritme, perubahan
TD, dan dapat juga nyeri berat dan menetap pada
punggung dan daerah kaki, kehilangan sensasi.
Penatalaksanaan

1. Pertimbangkan kedaruratan medis dan pasien di


tangani di unit perawatan intensif
2. Masalah pernafasan membutuhkan ventilasi
mekanik
3. Plasmaferesis di gunakan pada pasien yang
terserang dengan hebat untuk membatasi
penyimpangan dan demielinisasi
4. Pemantauan EKG kontinu; amati dan tangani
disritmia jantung. Atropin untuk menghindari
bradikardi
PENYAKIT PADA SISTEM
SARAF KRANIAL
Penyakit Pada Saraf I (ANOSMIA)
 Anosmia  Kelainan pada nervus olfaktovius
dapat menyebabkan suatu keadaan berapa
gangguan penciuman dan dapat bersifat
unilatral maupun bilateral. Pada anosmia
unilateral sering pasien tidak mengetahui
adanya gangguan penciuman.
 Anosmia  hilangnya atau berkurangnya
kemampuan untuk membaui, merupakan
kelainan yang paling sering ditemui.
Penyakit Pada Saraf II (GLAUKOMA)
 Glaukoma  sekelompok penyakit pada mata yang
mempunyai karakteristik umum adanya neuropati optik
atau kerusakan saraf optik yang berhubungan dengan
hilangnya lapang pandang, dimana kenaikan tekanan
intraokular merupakan salah satu faktor risiko utama.
 Jika terjadi kerusakan pada beberapa serabut saraf dari saraf
optik, akan menyebabkan terjadinya hilangnya sebagian dari
lapang pandang. Kerusakan serabut-serabut saraf ini bersifat
permanen. Biasanya penderita tidak menyadari hilangnya
sebagian lapang pandang. Penderita baru menyadari apabila
telah terjadi kerusakan keseluruhan dari serabut-serabut
saraf optik dan telah terjadi hilangnya lapang pandang
secara total. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi kebutaan
permanen.
Penyakit Pada Saraf III (PTOSIS)
 Ptosis  kondisi kelopak mata yang tidak dapat membuka
dengan optimal seperti mata normal ketika memandang
lurus ke depan (Drooping eye lid).
 Secara fisik, ukuran bukaan kelopak mata pada ptosis lebih
kecil dibanding mata normal. Normalnya kelopak mata
terbuka adalah = 10 mm.
 Ptosis secara garis besar dibagi menjadi 2 type:
 Congenital Ptosis (dibawa sejak lahir)  ada sejak
lahir dan biasanya mengenai satu mata dan hanya 25%
mengenai ke 2 mata.
 Acquired Ptosis (didapat)  sering terlihat pada
pasien berusia lanjut.
Penyakit Pada Saraf IV
(PARALISIS NERVUS
TROKLEARIS)

 Paralisis nervus troklearis  kelainan


pada bola mata, dimana bola mata tidak
bisa bergerak kebawah dan kemedial.
Penyakit Pada Saraf V
(NEURALGIA TRIGEMINUS)

 Neuralgia trigeminal  suatu keluhan


serangan nyeri wajah satu sisi yang
berulang, sesuai dengan daerah distribusi
persarafan salah satu cabang saraf
trigeminal.
Penyakit Pada Saraf VI
(PARALISIS NERVUS ABDUSEN)

 Paralisis nervus abdusens  kelainan pada bola


mata, dimana bola mata tidak bisa bergerak ke
lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata
yang sakit teradduksi dan tidak dapat digerakkan
ke lateral, ketika pasien melihat ke arah nasal, mata
yang paralisis bergerak ke medial dan ke atas
karena predominannya otot oblikus inferior.
Penyakit Pada Saraf VII
(BELL’S PALSY)

 Lumpuh Wajah atau Bell‟s Pallsy  suatu kelainan


pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan
atau kelumpuhan tiba – tiba pada otot di satu sisi
wajah dan menyebabkan wajah miring/mencong.
 Berbeda dari Gangguan Peredaran Darah Otak,
kelumpuhan wajah sesisi ini tidak dibarengi dengan
kelumpuhan anggota badan/tubuh lainnya.
Penyakit Pada Saraf VIII
(TINNITUS)

 Tinnitus  suatu gangguan pendengaran


dengan keluhan perasaan mendengar
bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar
Penyakit Pada Saraf IX
(SINDROM EAGLE)

 Sindrom eagle  Pertumbuhan


berlebihan dari prosesus sendiri atau
akibat penulangan prosesus dari
ligamentum styloideus.
Penyakit Pada Saraf X (HICCUP)

 Cegukan („hiccup‟)  suatu fenomena yang


melibatkan sistim persarafan dan pernapasan
yang tujuannya sampai saat kini pun belum
diketahui.
PARKINSON`S DISEASE
PARKINSON`S DISEASE

 SINDROM KLINIK DENGAN RIGIDITAS,


BRADYKINESIA, TREMOR, KETIDAKSEIMBANGAN
POSTURAL
 IDIOPATIK + 1- 2/1000
 DISEBABKAN OLEH TERPAPAR TOKSIN SEPERTI
MANGANESE, CARBON DISULFIDA, CARBON
MONOXIDE, PHENOTHIAZINES,
METOCLOPRAMIDE, RESERPIN, TETRABENAZINE
 TRAUMA BERULANGKALI DAN PENYAKIT BASAL
GANGLIA
MYASTHENIA GRAVIS
MYASTHENIA GRAVIS

 AUTOIMUN PADA HANTARAN


NEUROMUSCULAR
 MOTOR UNIT YANG KECIL SEPERTI OTOT
OKULER, OTOT OROPHARYEAL, OTOT FLEXOR
DAN EXTENSOR LEHER, OTOT KAKI
PROXIMAL,
 KASUS YANG BERAT : SEMUA OTOT
MENGALAMI KELEMAHAN, TERMASUK OTOT
DIAFRAGMA DAN INTERCOSTAL DAN
KEMATIAN KEMUNGKINAN KARENA
KEGAGALAN RESPIRASI
 70- 90 % KARENA MENURUNNYA JUMLAH
RESEPTOR PADA END PLATE OTOT YANG
TERKENA
ADANYA ANTIBODI YANG BERIKATAN DENGAN
RESEPTOR ACETYLCHOLINE

MENGAKTIFKAN COMPLEMENT MEDIATED


DESTRUKSI PADA RESEPTOR POST SINAP

MENURUNNYAJUMLAH RESEPTOR
ACETYLCHOLINE

OTOT TIDAK MENCAPAI AMBANG RANGSANG


PENGOBATAN

 AKAN MENGURANGI KIRA-KIRA 30- 5%,


DENGAN MENINGKATKAN JUMLAH
ACETYLCHOLINE PADA NEUROMUSKULAR
JUCTION DAN MENCEGAR REAKSI IMUN YANG
MENYEBABKAN DESTRUKSI RESEPTOR
ACETYLCHOLINE

 INHIBISI ACETYLCHOLINE ESTERASE


(succinyl choline, organophospate
insecticides, nerve gas)
 Plasmapheresis, corticosteroid,
immunosupresent
Dementia & Alzheimer`S Disease

 DEMENSIA ADALAH PENURUNAN FUNGSI


INTELEKTUAL SEHINGGA KEHILANGAN
KEMANDIRIAN TERHADAP LINGKUNGAN
SOSIAL
 GANGGUAN FUNGSI KORTEK SEPERTI
BERBAHASA, KALKULASI, ORIENTASI RUANG,
PENGAMBILAN KEPUTUSAN, DAN BERPIKIR
ABSTRAK
 TERJADI PADA USIA DIATAS 65 TAHUN (5-
20%)
 BEBERAPA PENYEBAB : HIPOTIROID,
DEFESIENSI VIT B12, NEUROSYPHILIS, TUMOR
OTAK, SUBDURAL HEMATOMA KRONIK,
INFEKSI HIV, dsb
 ALZHEIMERS MERUPAKAN PENYEBAB UTAMA
DEMENSIA (> 50% KASUS)
 TERJADI PROGRESIF RENTANG 5-10 TAHUN
 DIMULAI DENGAN GANGGUAN BELAJAR DAN
PENYIMPANAN MEMORI BARU, APHASIA,
KESULITAN BERHITUNG.
 TIMBUL GEJALA PSIKIATRI SEPERTI PARANOID,
HALUSINASI, DELUSI.
 ADANYA PLAK PADA KORTEK SEREBRI DAN
DINDING MENINGEN DAN PEMBULUH DARAH
SEREBRAL.
 PLAK AMYLOID, ASTROSIT REAKTIF,
MIKROGLIA.
Gambaran lesi pada alzheimer
1. Amyloid β- peptide (10 %)
 PROTEIN UTAMA PADA PLAK
 ADANYA MUTASI PADA GEN APP (β- Amyloid
PRECUSOR PROTEIN)
2. PRESENILINS (70 %)
 MUTASI GEN PA-1/S182 YANG MENGKODE PROTEIN
TRANSMEMBRAN (PRESENILINS 1)
3. APOLIPOPROTEIN E
 APOLIPOPROTEIN E (apoE4)
 SISINTESIS DAN DISEKRESIKAN OLEH ASTROSIT DAN
MAKROFAG, PENTING UNTUK MOBILISASI LEMAK
SELAMA PERKEMBANGAN NORMAL SISTEM SARAF
DAN SELAMA REGENERASI SARAF PERIFER SETELAH
RUSAK,
 ALEL APO E4 MENFASILITASI PEMBENTUKAN PLAK
DAN MENGURANGI PEMBERSIHAN Aβ DARI
JARINGAN OTAK
PENYAKIT INFEKSI SUSUNAN
SARAF PUSAT
Gejala & Tanda Infeksi SSP
Gejala :
 Penurunan kesadaran
 Gangguan tingkah laku
 Kejang-kejang
 Kuduk kaku
Tanda :
 Demam
 Gejala sistemik : saluran napas/cerna
Penyebab Infeksi

 Bakteri
 Virus
 Jamur
 Parasit
 Prion
Infeksi SSP oleh bakteria
Infeksi SSP oleh bakteria

Gambaran klinis dapat berupa :


 Meningitis: radang dari cairan serebro-spinal yang
meliputi serebrum dan medulla spinalis
 Abses otak: peradangan piogenik dalam jaringan
otak
 Sinus tromboplebitis: peradangan dan trombosis
dari sinus venosus intra-kranial
MENINGITIS
Pengertian

 Meningitis  peradangan pada lapisan


meningen (membran pelindung SSP)
 Meningitis  infeksi pada lapisan urat
saraf tulang belakang dan otak.
 Meningitis merupakan penyakit serius
karena letaknya dekat otak dan tulang
belakang.
Etiologi
 Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
 Meningitis yang disebabkan oleh jamur  kriptokokus. Jamur
ini masuk ke tubuh kita waktu kita menghirup debu atau
kotoran burung yang kering.
 Meningitis yang disebabkan oleh bakteri  Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria
meningitis. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae
(pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang
bayi di bawah usia 2 tahun.
 Meningitis yg disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal
dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme
kerusakan dan gangguan otak yg disebabkan oleh bakteri
maupun produk bakteri lebih berat.
Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala pada anak, remaja, ataupun orang tua


hampir sama yaitu:
 Demam
 Kejang pada tengkuk
 Sakit kepala sering dialami pada bagian depan kepala
dan tidak diredakan oleh parasetamol.
 Mual
 Bingung/disorientasi
 Serangan mendadak
 Tidak suka cahaya terang (fotofobia)
 Ruam di sekujur tubuh
Tanda dan gejala pada balita yaitu:
 Demam
 Kejang pada tengkuk
 Rewel/gelisah
 Susah makan
 Menangis terus-menerus
 Lemah
 Intensitas interaksi berkurang
 Ubun-ubun membenjol
Meningitis bakterial
 Gejala utama adalah demam, penurunan
kesadaran dan kaku kuduk, serta tanda
rangsang meningeal lain seperti: Tes Brudzinsky
yang positif
 Pada persangkaan meningitis bakterial,
pemeriksaan cairan serebro-spinal wajib
 Kelainan cairan-serebro-spinal berupa :
Pleositosis, peninggian kadar protein dan
penurunan kadar glukosa
Meningitis bakterial ( lanjutan )
 Segala macam bakteria dapat menjadi
penyebab, tetapi beberapa perlu dibicarakan
karena merupakan penyebab tersering
 Hemophylus Influenzae merupakan
penyebab endemis yang utama pada anak dan
dewasa
 Terdapat vaksin untuk pencegahan, dan saat
ini dianjurkan diberikan pada bayi/anak
 Terapi dengan Seftriakson atau Kloramfenikol
Meningitis bakterial ( lanjutan )

Diagnosis pasti ditentukan dengan


ditemukannya mikroorganisme
penyebab dengan pengecatan dan / atau
biakan

Teknik baru adalah dengan pemeriksaan


PCR ( polymerase chain reaction)
Pengobatan
 Kausal : dengan antibiotika yang peka terhadap
kuman yang bersangkutan
 Harus dapat menembus sawar darah – otak /
cairan serebro-spinal dengan baik
 Dosis obat dipertahankan sekurangnya 7-10 hari,
karena dengan membaiknya penyakit, sawar
darah – otak lebih sukar ditembus
 Simtomatik : terhadap gejala seperti demam,
kejang, edema otak
 Suportif: kebutuhan cairan, kalori, protein
dipenuhi. Kebersihan dijaga
Meningitis meningokok

o 1982 dan 1987 

2000 dan 1500 jemaah haji meninggal

di tanah suci

o 1988 : vaksinasi meningokok

Indonesia 200.000-300.000 calon jemaah /


tahun perlu vaksinasi
Gejala

 Demam
 Penurunan kesadaran
 Kaku kuduk
 Kejang-kejang
 Bercak-bercak perdarahan
 Sindroma Waterhouse Frederichsen
Pencegahan
• Vaksinasi

 Ada 13 strain meningokok


 Yang tersedia adalah vaksin polivalen (strain
A, C, Y, W135)
• Kemoprofilaksis
• Untuk KONTAK
• Ciprofloksasin | Rifampisin | Ceftriakson
Meningitis tuberkulosis
 Sesuai dengan bertambahnya kasus
tuberkulosis pulmonal, kejadian meningitis
tuberkulosis bertambah
 Penderita sering datang dalam stadium
lanjut. Sering disertai penyakit infeksi
sekunder di Pulmo dan tuberkulosis di
organ lain.
 Sebagian besar telah berobat, tetapi salah
diagnosa sebagai Tifus Abdominalis.
Meningitis tuberkulosis
(lanjutan )

Diagnosis berdasar pemeriksaan cairan serebro-


spinal dan disokong dengan adanya TBC di organ
lain, khususnya Pulmo.

Likuor menunjukkan pleositosis limfositer,


jumlah sel biasanya kurang dari 1000/mm3
Terapi Meningitis tuberkulosis
 Seperti Tbc paru
 Saat ini dianjurkan sekurangnya 4 jenis OAT
dalam dua bulan pertama, dilanjutkan dengan
sekurangnya 2 jenis OAT ( Rif dan INH) selama 6-
9 bulan
 Pemberian kortiko steroid pada stadium
permulaaan dapat dianjurkan
 Tetap tak boleh dilupakan terapi simtomatik dan
suportif
 Komplikasi yang sering adalah arteritis dan
hidrosefalus, kerena eksudat yang terutama di
dasar rongga otak
Abses otak
 Merupakan penyebaran infeksi piogenik di
sekitar kepala, yang tersering dari mastoiditis
atau otitis media
 Gambaran klinis lebih suatu proses desak ruang,
dan pada pemeriksaan sering didapat edema
papil
 Pada persangkaan abses otak, diagnosis
pembantu utama adalah pemeriksaan CT –
Scan kepala dengan kontras
 Pengobatan: operasi ( punksi abses) disertai
pemberian antibiotika
Tromboflebitis Sinus
 Gejala tergantung sinus mana yang
terkena
 Terutama disebabkan infeksi kepala
 Tromboflebitis sinus kavernosus sering
disebabkan penjalaran dari fokus infeksi
wajah bagian atas ( hidung / mata )
 Pengobatan dengan antibiotika seperti
pada meningitis purulenta
Tetanus

Penyakit LAMA dan masih ENDEMIS


Pencegahan MUDAH
Vaksinasi :
PRIMER risiko tinggi terluka
SEKUNDERbila mendapat luka
Tetanus (lanjutan)
TERAPI
KAUSAL
 Metronidazole, Penicilline G
 ATS atau Imunoglobulin anti Tetanus
 Terhadap infeksi sekunder

SIMTOMATIS
 Anti kejang : Diazepam
 Trakeostomi (untuk laringospasme)
 Propranolol (pada disotonomia)
Infeksi Virus Akut Pada
SSP
Infeksi virus akut pada SSP

Manifestasi utama adalah :


 ENSEFALITIS : radang otak difus
 MENINGITIS: Dahulu disebut aseptik
meningitis , kerena tak ditemukan bakteria,
dan virus belum dikenal
 MYELITIS : radang pada medulla spinalis
Saat ini pengobatan lebih bersifat
simtomatik karena belum banyak anti-
viral yang efektif dan tak toksik

Untuk golongan HERPES VIRUS , asiklovir


dan derivatnya cukup efektif, tetapi tidak
untuk virus lain
POLIOMYELITIS
Pengertian

 Poliomielitis atau polio  penyakit paralisis atau


lumpuh yang disebabkan oleh virus.
 Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh
melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini
dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke
sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya
otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
Etiologi
 Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang neuron-
neuron motoris system saraf pusat (otak dan medulla spinalis).
 Penyakit poliomyelitis ini ditularkan melauli makanan.
 Virus ini disebarkan melalui rute orofecal (melalui makanan
dan minuman) yang sudah terkontaminasi virus yang berasal
dari feses penderita polio atau melalui percikan ludah.
 Penyebaran utamanya melalui kontak dengan manusia. Di
luar tubuh manusia, virus ini hanya mampu bertahan hidup
sebentar.
 Umumnya penyakit ini menimpa anak umur di bawah 3 tahun,
dan kalau terkenanya pada anak lebih dari 3 tahun
keadaannya menjadi lebih berat. Polio lebih sering mengenai
anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan dan
juga lebih berat pada laki-laki.
Manifestasi Klinik
Pada umumnya ditandai dengan gejala:
 Panas
 Sakit kepala
 Kaku duduk
 Sakit otot
 Kelumpuhan
 Respons pertama terhadap infeksi virus polio biasanya bersifat
infeksi asimptomatik, yakni tidak menunjukkan gejala sakit
apa pun. Sekitar 4 - 8 % infeksi virus polio tidak menimbulkan
gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan penyakit minor
(abortive poliomyelitis) berupa demam, mengantuk, sakit
kepala, mual, muntah, otot menjadi lemah, sembelit dan sakit
tenggorokan. Setelah itu, penderita dapat sembuh dalam
beberapa hari.
Penyakit parasit SSP
Penyakit parasit SSP
 Malaria masih merupakan penyakit yang
utama di daerah perifer / negara
berkembang
 Toksoplasma pada orang dewasa terutama
menyertai penderita AIDS, dan memberikan
gambaran tumor otak
 Cystecercosis ditemukan pada orang yang
memelihara babi dalam rumah tangga dan
sanitasi lingkungan kurang baik
Malaria serebral
Penderita malaria dengan GCS  7
60-70% dari malaria karena P. falciparum
Di kota-kota besar di P Jawa : diagnosis sering
terlupakan (salah diagnosis sebagai demam tifoid,
demam berdarah atau meningitis TB)
Pencegahan : antimalaria mulai 2 minggu sebelum
berkunjung ke daerah endemis
Penderita febris dengan penurunan kesadaran
perlu ditanyakan riwayat perjalanan ke daerah
endemis malaria
Cysticercosis cerebral
Sering bersama malaria
Penyebab Taenia solium (bentuk kista)
Penderita sering adalah pemelihara babi
Penularan melalui daging babi/sayuran yang
terkontaminasi/ tak matang
Di Am-Sel/Teng : epilepsi dan tumor otak
Baliem – Irian („60-an) : “wabah luka bakar”
Terapi : Albendazol dan Praziquantel
Simtomatis : Anti-epilepsi
Bovine Spongioform Encephalopathy

Lebih dikenal sebagai Mad Cow disease


Penyebab : prion

Wabah di Inggris raya 1993-1994 : manusia dan


ternak sapi

Klinis : gangguan psikiatrik, kelumpuhan, dan


kejang mioklonik, sering pada orang muda
Bovine Spongioform Encephalopathy

Penyebaran : makan produk sapi


terkontaminasi

Prion terbanyak di otak dan jeroan

Pakan ternak yang dilarang di Inggris sebagian


masuk ke Indonesia (300 ribu ton!!)
MET BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai