Anda di halaman 1dari 11

Klasifikasi Stroke

1)

Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang
tidak terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan
membunuh sel otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik (Gofir,
2009). Jenis perdarahan (stroke hemoragik), disebabkan pecahnya
pembuluh darah otak, baik intrakranial maupun subarakhnoid.
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
(a) Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal
dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh
trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu
faktor penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah,
penyakit darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian
antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat,
amiloidosis serebrovaskular.
(b) Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya
darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena
pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV
(5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
(c ) Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya
vena jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di
permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena

2) Stroke Iskemik
Stroke iskemik mempunyai berbagai etiologi, tetapi pada
prinsipnya disebabkan oleh aterotrombosis atau emboli,
yang masing-masing akan mengganggu atau memutuskan
aliran darah otak atau cerebral blood flow (CBF).
Nilai normal CBF adalah 5060 ml/100 mg/menit. Iskemik
terjadi jika CBF < 30 ml/100mg/menit.
Jika CBF turun sampai < 10 ml/mg/menit akan terjadi
kegagalan homeostasis, yang akan menyebabkan influx
kalsium secara cepat, aktivitas protease, yakni suatu
cascade atau proses berantai eksitotoksik dan pada
akhirnya kematian neuron

Klasifikasi Stroke Iskemik Berdasarkan Penyebabnya


Stroke Trombosis
Stroke trombotik pembuluh darah besar dengan aliran lambat biasanya terjadi saat tidur,
saat pasien relatif mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun.
Stroke embolik
Stroke embolik terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan deficit neurologik
mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit. Embolus berasal dari
bahan trombotik yang terbentuk di dinding rongga jantung atau katup mitralis.
Klasifikasi Iskemik Serebral
Transient ischemic Attack (TIA)
Adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya berlangsung
kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. TIA sebenarnya tidak
termasuk ke dalam kategori stroke karena durasinya yang kurang dari 24 jam.
Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Seperti juga pada TIA gejala neurologis dari RIND juga akan menghilang, hanya saja
waktu berlangsung lebih lama, yaitu lebih dari 24 jam, bahkan sampai 21 hari. Jika pada
TIA dokter jarang melihat sendiri peristiwanya, sehingga pada TIA diagnosis ditegakkan
hanya berdasar keterangan pasien saja, maka pada RIND ini ada kemungkinan dokter
dapat mengamati atau menyaksikan sendiri. Biasanya RIND membaik dalam waktu 24 48 jam.
Stroke In Evolusion (Progressing stroke)
Pada bentuk ini gejala/ tanda neurologis fokal terus memburuk setelah 48 jam. Kelainan
atau defisit neurologik yang timbul berlangsungsecara bertahap dari yang bersifat
ringan menjadi lebih berat
Complete Stroke Non-Haemmorhagic
Completed Stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah
menetap, tidak berkembang lagi. Kelainan neurologi yang muncul bermacam-macam,

Gejala
Klinis

1) Gejala Stroke Hemoragik


Gejala Perdarahan Intraserebral (PIS)
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri
kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid
pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala penyerta yang khas.
Serangan sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat
emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma
(65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12%
terjadi setelah 3 jam).
Gejala Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di
leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig
untuk mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri
maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi
saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi
ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan
kadar gula darah, glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.
Gejala Perdarahan Subdural
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala,
tajam penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda
deficit neurologik daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul
berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah terjadinya trauma
kepala.

2) Gejala Stroke Iskemik


Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
1. Buta mendadak (amaurosis fugaks).
2. Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan
(disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.
3. Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis
kontralateral) dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi
sumbatan.
Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
1. Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih
menonjol.
2. Gangguan mental.
3. Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
4. Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
5. Bisa terjadi kejang-kejang.
Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
1. Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang
lebih ringan. Bila tidak di pangkal maka lengan lebih
menonjol.
2. Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
3. Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).

Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.


1.
Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
2.
Meningkatnya refleks tendon.
3.
Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
4.
Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala
berputar (vertigo).
5.
Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
6.
Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
pasien sulit bicara (disatria).
7.
Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara
lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya
ingat terhadap lingkungan (disorientasi).
8.
viii.Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan
arah bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak
mata (ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang
pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia
homonim).
9.
Gangguan pendengaran.
10. Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
1.
Koma
2.
Hemiparesis kontra lateral.
3.
Ketidakmampuan membaca (aleksia).
4.
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

Gejala akibat gangguan fungsi luhur


1. Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa.
2. Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena
kerusakan otak.
3. Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat
adanya kerusakan otak.
4. Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan
mengenal angka setelah terjadinya kerusakan otak.
5. Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah
sejumlah tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti
penamaan, melakukan gerakan yang sesuai dengan perintah
atau menirukan gerakan-gerakan tertentu.
6. Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya
kemampuan
7. melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan
dengan ruang.
8. Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah
laku akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari
hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya
gangguan bicara.
9. Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi
pada trauma capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.wima.ac.id/3139/3/B
ab%202.pdf (diakses 3 Oktober
2016)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
23456789/16617/4/Chapter%20II.pdf
(diakses 3 Oktober 2016)

Retno Ernita S (142110101106)

Anda mungkin juga menyukai