CEREBRAL INFARCTION
1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI
- Diabetes.
- Kolesterol.
- Gangguan jantung.
- Penyakit ginjal.
6. KOMPLIKASI
- Infark miokard
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan umum
Fase rehabilitasi
Pembedahan
- Stroke iskemia
- Stroke haemoragik
Antikonvulsan : Fenitoi
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klin
b. Keluhan utama
- Motorik (Gerakan) :
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Terjadi peningkatan darah 30-50
mmHg sistolik dan diastolik 30 mmHg
- Nadi : Terjadi peningkatan denyut nadi
- Respirasi : Sesak bisa terjadi dan bisa tidak jadi
- Suhu : suhu bisa naik dan juga turun
c. Pengkajian Saraf Kranial.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-XII
(Muttaqin,2008)
- Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan
pada fungsi penciuman.
- Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan
jaras sensori primer di antara mata dan korteks visual.
Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial)
sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri.
Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan
pakaian ke bagian tubuh.
- Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke
mengakibatkan paralisis
- Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang
sakit.
- Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan
paralisis saraf trigenimus, penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan
rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan
satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
- Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal,
wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi
yang sehat.
- Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli
konduktif dan tuli persepsi.
- Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik
dan kesulitan membuka mulut.
- Saraf XI. Tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
- Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada
satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan
normal.
d. Sistem Kerdiovaskuler
Bunyi jantung di S1-S2 normal, tidak terdengar bunyi mur-
mur, menurunnya curah jantung, peningkatan tekanan
darah dan denyut nadi.
e. Sistem Pernafasan
Kemungkinan ditemukan kesulitan bernafas atau tidak
teratur, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pola
pernafasan jenis ronki (aspirasi sekresi), batuk atau
hambatan jalan nafas.
f. Sistem Pencernaan Adanya distensi abdomen, adanya
gangguan mengunyah dan menelan, mual muntah selama
fase akut (peningkatan TIK), nafsu makan menghilang.
g. Sistem Perkemihan Biasanya ditemukan perubahan pola
berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi
kandung kemih.
h. Sistem Muskuloskeletal Dapat ditemukan
kelemahan umum, fasikulasi atau kontraktur, kehilangan
refleks tonus dan kekuatan otot menurun, hemiplegia,
paralise, distonia, paratonia, kekakuan, adanya gerakan
involunter yaitu tremour.
i. Sistem Reproduksi Biasanya tidak di dapat kelainan
pada sistem reproduksi, kebersihan dan kelengkapan
terjaga.
j. Sistem Pancaindra
- Penglihatan
Biasanya mengalami penurunan penglihatan,
pandangan kabur dan keterbatasan lapang pandang.
- Penciuman
Biasanya mengalami penurunan fungsi penciuman,
seperti tidak mencium bau apapun, penumpukan
sekret pada hidung.
- Pendengaran
Biasanya tidak terganggu atau pendengaran baik,
bisa terjadi penumpukan serumen pada telinga jika
tidak di bersihkan.
- Perasa atau pengecapan
Biasanya mengalami kehilangan rasa pengecapan,
tidak napsu makan dan kehilangan indra perasa pada
semua makanan dan minuman yang di berikan
sehingga napsu makan menurun.
- Perabaan
Biasanya ditemukan kehilangan indra peraba,
kehilangan kekuatan otot pada sebelah sisi tubuh.
3. DATA PENUNJANG
a. Computerized Tomograph scanning (CT-Scan)
Biasanya ditemukan tumor, perdarahan, infark,
dan abnormalitas.
Cara ini merupakan teknik pemeriksaan penting
untuk deteksi proses patologis di otak secara langsung.
b. Angiografi serebral
Membantu mendeteksi kelainan pembuluh darah
intrakranial, misalnya aneurisma, angioma.
c. Elektroensefalografi (EEG)
Dengan menilai adanya gangguan sirkulasi,
perubahan aliran listrik di otak akibat gangguan
metabolisme sel syaraf yang menghambat hantaran impuls
listrik, menilai beratnya perubahan dari derajat gangguan
kesadaran, letak lesi patologis otak, progresivitas penyakit.
d. Doppler ssonografi
Dapat mendiagnosis kelainan pembuluh darah, dan
pembuluh darah ekstrakranial (arteri karotis).
e. Tes rutin
Jumlah sel darah total, trombosit, glukosa darah,
urea, protein, asam urat, kreatinin, fungsi hati, urine
lengkap, EKG.
4. mempermudah untuk
menentukan jenis
latihan fisik
kedepannya
Kerusakan Tujuan :
1. Kaji kemampuan klien dalam 1. Perubahan dalam isi
komunikas setel
Berkomunikasi kognitif dan bicara
i verbal ah
merupakan indikator
berhubung dilak 2. Minta klien untuk mengikuti
dari derajat gangguan
an dengan ukan perintah sederhana
serebral
kerusakan tinda
3. Tunjukkan objek dan minta 2. Melakukan penilaian
neuromusk kan
pasien menyebutkan nama terhadap adanya
uler. kepe
benda tersebut kerusakan sensorik
rawa
tan 4. Ajarkan klien teknik komunikasi 3. Melakukan penilaian
pasie
non verbal (bahasa isyarat) terhadap adanya
n
kerusakan motorik
mam
pu 4. Bahasa isyarat dapat
nikas pesan
i Konsultasikan/rujuk
i wicara Untuk
deng mengindetifikasi
an kekurangan/kebutuhan
kada terapi
anny
a.
Kriteria
hasil
:
- klien mampu
mengmukakan bahasa
isyarat dengan tepat,
tidak terjadi
kesalahpahaman
bahasa antara klien,
prawat dan keluarga
pada saraf ri: klien suatu benda untuk terhadap sensori dan
5. penggunaan stimulus
penglihatan dan
sentuhan membantu
dalam
mengintegrasikan sisi
yang sakit.
Defisit Tujuan :
1. Kaji kemampuan pasien dan 1. Jika klin tidak mampu
perawatan setela
keluarga membantu dalam perawatan diri,
diri h
perawatan diri kluarga dan perawata
berhubung dilak
dapat membantu
an dengan ukan 2. Bantu kien dalam personal
kerusakan tinda 2. Klien terlihat bersih
Hygine
nuromusk kan dan rapi memberi rasa
3. Rapikan klien jika klien nyaman ada klien
uler, keper
terlihat berantakan dang anti
penurunan awat 3. Memberi kesan indah
pakaian klien setiap hari
kkuatan an dan klien tetep terlihat
dan kebut 4. Libatkan keluarga dalam rapi
ketahanan, uhan melakukan personal hygiene
4. Dukungan keluarga
kehilangan pera
5. Konsultasika dngan ahli sangat dibutuhkan
kontrol/ko wata
fisioterapi dalam program
ordinasi n diri
peningkatan akativitas
otot klien
klien
terpe
nuhi
5. Memberikan bantuan
Krite
yang mantap untuk
ria
mengembangkan
hasil
rencana terapi
- klien mnjadi bersih
- klien dapat
melakukan kegiatan
personal hygien
secara minimal
Gangguan Tujuan :
1. Tinjau ulang 1. Intervensi nutrisi ditentukan
menelan setel
patologi/kemampuan menelan oleh faktor-faktor ini
berhubung ah
pasien 2. Menggunakan gravitasi untuk
an dengan dilak
kerusakan ukan memudahkan proses
2. Pasien dalam posisi duduk/
neuromusk tinda menelan
tegak selama dan setlah makan
ular atau kan 3. Menguatkan otot fasial dan
3. Anjurkan pasien untuk
perceptual keper otot menelan
menggunakan sedotan apabila
awat
an
ingin minum 4. Meningkatkan pelepasan
tidak
endorphin dalam otak dan
lagi 4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan perasaan
terja berpartisipasi dalam
senang dan nafsu makan
di program latihan/kegiatan
kerus 5. Memberikan cairan
5. Berikan cairan melalui intravena pengganti dan juga
akan
dan/atau makan melalui slang makanan jika pasien tidak
mene
lan mempu untuk
hasil
:
mend
emon
strasi
kan
meto
de
maka
n
tepat
untu
k
situa
si
indiv
idual
deng
an
aspir
asi
terce
gah,
mem
perta
hank
an
berat
bada
n
yang
diing
inkan
Defisit Tujuan :
1. Kaji tingkat pengtahuan klie dan 1. Untuk mengetahui tingkat
pengetahu klien
keluarga pengetahuan klien dan
an paha
keluarga
mengenai m 2. Brikan informasi terhadap
kondisi dan 2. Untuk mendorong
pencegahan, serta perawatan
dan meng kepatuhan terhadap program