(LKPD)
1. Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan konsep, teknik dan prosedur dalam berkarya tari kreasi
3. Materi
a. Konsep Gerak Tari Kreasi
Karya tari adalah sebuah produk dari masyarakat. Dalam karya tari akan tercermin
budaya masyarakat penyangganya. Berbagai tari tentunya sudah kita amati, ada
tari nelayan, tari tani, tari berburu, dan tari metik teh. Dari pengamatan itu kita
sudah bisa menduga, bahwa tari nelayan terlahir dari masyarakat pelaut dan tari
tani lahir dari masyarakat petani. Tari tersebut tercipta oleh para seniman dengan
stimulus lingkungan sekitarnya, yang mendorongnya untuk meniru gerak-gerak
alami yang selanjutnya diolah dengan ‘digayakan’ untuk menjadi sebuah tari.
Proses pengolahan gerak itu dilakukan dengan cara penggayaan untuk
memperindah (stilatif) atau bisa juga dengan merombak gerak sehingga berbeda
dari gerak asalnya (distortif). Dari contoh tari tani dan tari nelayan, kita bisa
manarik simpulan bahwa tari ternyata bisa terlahir dari peniruan atau imitatif,
sama halnya dengan tari merak dari Sunda dan tari Cendrawasih dari Bali, yang
tercipta oleh seniman karena ketertarikannya pada keindahan dan perilaku
binatang-binatang tersebut serta menjadi sumber inspirasi dalam berkarya tari.
Dari dua contoh tersebut terdapat dua sumber penciptaan berkarya tari yaitu:
peniruan terhadap perilaku manusia dan peniruan perilaku binatang yang
selanjutnya ‘digayakan’ atau diperindah untuk keperluan tari.
Selain dari tari-tari yang bersifat imitatif, terdapat pula tari yang
menggambarkan tokoh- tokoh yang terdapat dalam cerita, seperti Gatotkaca tokoh
pahlawan dalam cerita wayang Mahabarata, atau Hanoman tokoh pahlawan dalam
ceritera Ramayana. Penggambaran tokoh- tokoh tersebut dalam tari Sunda, Jawa, dan
Bali memiliki persamaan dalam busana dan gerak tari dengan karakternya yang
gagah. Apabila disandingkan busana tari Gatotkaca Jawa dan tari Gatotkaca Sunda,
tidak terlihat perbedaannya. Begitu pula busana tari Hanoman Jawa dan busana tari
Hanoman Bali, busananya memiliki kemiripan. Akan tetapi, apabila sudah bergerak
akan terlihat perbedaannya. Perbedaannya bukan hanya dari iringannya saja, tetapi
perpaduan/komposisi geraknya juga berbeda. Dalam hal ini, terjadi perbedaan cita rasa
seniman dalam mengekspresikan tokoh-tokoh pahlawan tersebut dan
menerjemahkannya dalam karya tari. Dari sisi ini kita bisa memperoleh pembelajaran
bahwa sebuah karya tari bisa bersumber dari cerita dan tokoh-tokoh yang terdapat
dalam cerita bisa diwujudkan menjadi karya tari. Tentu saja mewujudkan tokoh ke
dalam karya tari memerlukan analisis karakter, lalu diolah menjadi gerak yang
‘digayakan’ berdasarkan persepsi penciptanya. Ternyata, dari sumber yang sama
menghasilkan tari yang berbeda gaya.
Ada pula tari yang diciptakan berdasarkan lagu pengiringnya seperti: tari Gawil
dari Sunda diiringi lagu Gawil, tari Poco-Poco diiringi lagu poco-poco pula. Dalam
hal ini, antara tari dan iringannya menjadi sebuah kesatuan, identitas, tari menyatu
dengan iringannya. Dari pengamatan, kita bisa menduga kemungkinan besar awal
penciptaan tarinya terstimulus dari lagunya. Dalam tradisi Sunda dan Jawa hal
tersebut diterjemahkan dalam istilah guru lagu, artinya lagu yang menjadi patokan
untuk menciptakan tariannya. Untuk contoh yang aktual bisa diamati pada tari
Jaipong, misalnya tari entog mulang diiringi lagu entog mulang. Lagu entog mulang
(itik pulang) tidak diketahui penciptanya dan kapan diciptakannya malahan sudah hampir
punah karena cara mendendangkannya yang sulit. Akan tetapi, lagu tersebut berhasil
direvitalisasi dengan menambahkan unsur tabuhan gendang jaipong, lalu tariannya
disusun pula. Alhasil, tari entog mulang mengacu pada lagunya atau guru lagu, dan
koreografinya juga menirukan gerak itik yang berjalan pulang.
Dari pengamatan terhadap tari di etnis di atas kita bisa menganalisisnya bahwa
tari tercipta karena berbagai asal stimulus (penglihatan, pendengaran, perasaan) yang
tercurahkan dalam bentuk tari dengan konsep:
1. peniruan terhadap perilaku alam, manusia, dan binatang;
2. perwujudan tokoh ceritera, dan
3. mengacu lagu atau guru lagu.
1. Eksplorasi
Yaitu pengalaman melakukan penjajakan gerak, untuk menghasilkan ragam
gerak. Pada kegiatan ini berupa imajinasi melakukan interpretasi terhadap apa
yang telah dilihat, didengar, atau diraba. Siswa dapat bebas bergerak mengikuti
kata hatinya, mengikuti imajinasi dan interpretasinya.
2. Improvisasi
Yaitu pengalaman secara spontanitas mencoba-coba atau mencari-cari
kemungkinan ragam gerak yang telah diperoleh pada waktu eksplorasi. Dari
setiap ragam gerak yang dihasilkan pada waktu eksplorasi, dikembangkan dari
aspek tenaga, ruangdan waktu sehingga menghasilkan ragam gerak yang sangat
banyak.
3. Evaluasi
Yaitu pengalaman untuk menilai dan menyeleksi ragam gerak yang telah
dihasilkan pada tahap improvisasi. Dalam kegiatan ini siswa mulai menyeleksi
dengan cara membuat ragam gerak yang tidak sesuai dan memilih ragam gerak
yang sesuai dengangagasannya. Hasil inilah yang akan digarap oleh siswa pada
tahap komposisi tari.
4. Komposisi
Yaitu tujuan akhir mencari gerak untuk selanjutnya membentuk tari dari
gerak yang siswa temukan.
4. Tugas
Nama anggota :
Hari/tanggal pengamatan :
2 Teknik Gerak
(Kepala, Badan, Tangan dan Kaki)
LEMBAR PENILAIAN
a. Instrumen Sikap
Untuk mengukur pencapaian kompetensi sikap dilakukan melalui
pengamatan/observasi baik pada saat pembelajaran maupun diskusi dan
presentasi
Lembar Observasi Pembelajaran
No Nama Siswa Observasi Jml Nilai
Skor
responsif proaktif peduli peduli menghargai
lingkungan sesama karya
(1) (2) (3) (4) (5)
1
5 Dst.
4 Dst.
4 Dst.
Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin
Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai
- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik, maka peserta didik
diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat
objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan
kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, dan
merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih
dahulu. Berikut Contoh format penilaian :
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
Selama diskusi, saya ikut serta
1 50
mengusulkan ide/gagasan.
Ketika kami berdiskusi, setiap
2 anggota mendapatkan kesempatan 50
250 62,50 C
untuk berbicara.
Saya ikut serta dalam membuat
3 50
kesimpulan hasil diskusi kelompok.
4 ... 100
Catatan :