Anda di halaman 1dari 17

SUMBER-SUMBER

AJARAN ISLAM
Oleh: Khafidhoh, M.Hum
SUMBER AJARAN
ISLAM
=> Secara umum ulama sepakat bahwa sumber
hukum Islam ada dua, yaitu al-Qur’an dan hadis
nabi.
=> Disamping itu para ulama juga menjadikan
ijtihad sebagai sumber ajaran Islam setelah
al-Qur’an dan hadis nabi
=> Penggunaan ijtihad adalah sebagai penjelasan
tambahan untuk keterangan-keterangan yang
masih global dalam al-Qur’an
AL-QUR’AN
=> Definisi: Wahyu Allah s.w.t. yang merupakan
mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad
s.a.w.. Sebagai sumber hukum dan pedoman
hidup bagi pemeluk Islam dan bernilai ibadah
bagi yang membacanya, diturunkan secara
mutawatir melalui perantara Malaikat Jibril.
=> Fungsi diturunkannya al-Qur’an adalah
sebagai petunjuk bagi manusia dan juga
sebagai penjelasan atas petunjuk-petunjuk
tersebut
Lanjutan..
=> Kandungan-kandungan pesan dalam al-Qur’an:
1. Tauhid
2. Ibadah
3. Janji dan ancaman
4. Jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat
5. Riwayat dan cerita
=> Kandungan hukum-hukum dalam al-Qur’an:
1. Hukum-hukum i’tiqad (keyakinan), yaitu hukum-hukum
tentang beriman kepada Allah s.w.t.,
malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya,
kitab-kitab-Nya, dan hari akhir
Lanjutan..
2. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak (etika),
yaitu mengenai cara perperilaku dan berakhlak mulia
3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan amaliyyah
(tindakan praktis)
=> Dimensi-dimensi amaliyyah dalam al-Qur’an:
1. Dimensi vertikal (hablum minallah)
2. Dimensi horisontal (hablum min an-nas)
HADIS
=> Definisi secara etimologi:
1. Baru (‫)اﻟﺠﺪﯾﺪ‬
2. Sesuatu yang dibicarakan / dinukil
=> Definisi secara terminologi: segala ucapan, perbuatan,
keadaan, perilaku, dan ketetapan Nabi Muhammad s.a.w.
=> Istilah-istilah yang semakna dengan hadist:
1. Sunnah: Segala sesuatu yang berhubungan dengan sirah
nabawiyyah (perjalanan hidup Rasulullah s.a.w), baik budi pekerti,
berita, perkataan, dan perbuatan, baik yang mengandung muatan
hukum maupun tidak
2. Khabar: sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan,
dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain
3. Atsar: Sesuatu yang didasarkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.,
sahabat dan tabi’in
Lanjutan..
=> Fungsi-fungsi hadis:
1. Bayan at-Taqrir: menetapkan dan memperkuat apa
yang telah dinyatakan dalam al-Qur’an
2. Bayan at-Tafsir: memberikan rincian, penjelasan,
dan penafsiran atas ayat-ayat al-Qur’an yang masih
mujmal, memberikan betasan bagi ayat-ayat yang
mutlak, dan mengkhususkan ayat-ayat yang masih
umum
3. Bayan at-Tasyri’: Mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Qur’an.
4. Bayan an-Nasakh: sebagai dalil syara’ yang dapat
dijadikan dasar untuk menghapus ketentuan yang
telah ada, karena datangnya kemudian.
Lanjutan..
=> Hadis Qudsi: sesuatu yang dikabarkan Allah ta’ala kepada
Nabi-Nya dengan melaluin ilham atau mimpi, yang kemudian
Nabi menyampaikan makna ilham atau mimpi tersebut dengan
ungkapan beliau sendiri.

=> Perbedaan al-Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabi:


1. Sumber:
a. Al-Qur’an: Kalamullah
b. Hadis qudsi: Firman Allah
c. Hadis Nabi: Sabda Nabi
2. Hukum bacaannya:
a. Al-Qur’an: bernilai ibadah
b. Hadis qudsi: tidak bernilai ibadah
c. Hadis Nabi: tidak bernilai ibadah
Lanjutan..
3. Redaksi dan maknanya
a. Al-Qur’an: redaksi dan maknanya dari Allah semua
(lafdzan wa ma’nan)
b. Hadis Qudsi: redaksinya dari Nabi, tapi maknanya dari
Allah (lafdzan la ma’nan)
c. Hadis Nabi: redaksinya dari nabi (lafdzan wa ma’nan)
4. Periwayatannya
a. Al-Qur’an: dari Allah melalui Malaikat Jibril
(mutawatir)
b. Hadis Qudsi: Dari Allah melalui ilham atau mimpi Nabi
(hanya sedikit yang mutawatir)
c. Hadis Nabi: Langsung dari Nabi (hanya sedikit yang
mutawatir)
Lanjutan..
5. Sifat
a. Al-Qur’an: qat’i as-subut
b. Hadi qudsi: dzanniyul wurud
c. Hadis: dzanniyul wurud
6. Kandungan Isi:
Al-Qur’an: Mujmal dan mutlak
Hadis qudsi: terperinci dan merupakan penjelas dari
ayat-ayat yang mujmal
Hadis: terperinci dan merupakan penjelas dari
ayat-ayat yang mujmal
IJTIHAD
=> Definisi:
Etimologi: dari kata jahada (‫ )ﺟﮭﺪ‬yang berarti
pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasanya, sulit
dijangkau, dan diluar jangkauan kemampuan untuk
mendatangkan sesuatu dari berbagai urusan atau
kemampuan.
Terminologi: Mengerahkan segala kemapuan untuk
menentukan sesuatu yan dzanni dari hukum-hukum
syara’
=> Fungsi ijtihad: sebagai metode pencarian solusi atas
problematika ummat sesuai perkembangannya yang tidak
ditemukan secara tersurat dalam al-Qur’an dan juga hadis
nabi.
Lanjutan..
=> Wilayah ijtihad hanya pada hukum-hukum fiqih, tidak
berlaku pada kalam, tasawuf ataupun akidah.
=> Hukum yang dihasilkan dari ijtihad bersifat dzanni
=> Orang yang melakukan ijtihad disebut dengan mujtahid
=> Kualifikasi Mujtahid:
1. Mukallaf
2. Mampu memahami al-Qur’an dan hadis dengan benar
3. Mengetahui ijma, sehingga tidak berfatwa secara
individu dan menyalahi ijma ulama’
4. Memiliki kemampuan dalam bahasa Arab (karena
al-Qur’an dan hadis berbahasa Arab)
Lanjutan..
5. Mengetahui ilmu ushul fiqih
6. Mengetahui nasikh dan mansukh
7. Mengetahui tentang qiyas
8. Memiliki niat yang baik dan keyakinan (akidah) yang
benar.
=> Hukum melakukan ijtihad:
1. Fardhu ‘ain -> seseorang diminta fatwa ttg suatu
masalah, dia telah memenuhi kualifikasi mujtahid, dan
hanya dia mujtahid yang ada saat itu
2. Fardhu kifayah -> seseorang diminta fatwa ttg
suatu masalah, dia telah memenuhi kualifikasi mujtahid,
akan tetapi ada mujtahid lainnya saat itu
Lanjutan..
3. Sunnah -> jika dilakukan pada persoalan-persoalan
yang belum terjadi
4. Haram -> Jika dilakukan pada masalah-masalah yang
hukumnya sudah qath’i

=> Metode Ijtihad:


1. Metode qiyas (analogi), yaitu membandingkan,
mengukur atau menimbang antar hukum yang baru
muncul dengan hukum yang telah ada sebelumnya.
Contoh: Mengiyaskan hukum zakat fitrah beras/padi
dengan gandum (karena makanan pokok pada masa Nabi
adalah gandum, bukan beras/padi)
Lanjutan..
2. Ijma’ atau konsensus: menetapkan dan
memutuskan hukum secara bersama-sama
Contoh: Penetapan hukum KB di Indonesia
3. Istihsan (preference): mengambil keputusan
dengan dasar kebaikan bersama atau kebaikan
banyak orang
Contoh: keputusan Umar bin Khattab untuk
tidak memotong tangan seorang pencuri pada
masa paceklik (dengan alasan orang tersebut
mencuri karena kelaparan)
Lanjutan..
4. Maslahat al-Mursalat: keputusan yang berdasarkan
guna dan manfaat sesuai dengan tujuan hukum syara’,
atau menimbang manfaat dan madharat/mafsadat dari
suatu permasalahan untuk kemudian diputuskan yang
lebih besar nilai kemanfaatannya
Contoh: hukum meminum khamar.
5. ‘Urf: sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat
dan telah menjadi tradisi, baik ucapan maupun
perbuatan
Contoh: tidak adanya ucapan akad jual beli ketika
transaksi perdagangan, karena hal demikian di
Indonesia sudah dianggap umum dan dapat dipahami
oleh penjual maupun pembeli
SEKIAN
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai