Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pariwisata, Vol. IV No.

1 April 2017

Pengembangan Sarana Prasarana Destinasi


Pariwisata Berbasis Budaya di Jawa Barat

Yosef Abdul Ghani


STP ARS Internasional, yosef.ylb@bsi.ac.id

ABSTRAK
Persaingan di sektor pariwisata semakin kompetitif hal tersebut merupakan satu dorongan
bagi pemerintah untuk meningkatkan dan mengembangkan industri pariwisata agar
mampu bersaing dengan negara ASEAN lainnya, dalam sub sektor pariwisata budaya,
Indonesia masih kalah dari negara ASEAN lainnya. Hal itu sangat disayangkan karena
Indonesia sendiri memiliki berbagai macam keanekaragaman budaya. Dari data World
Economic Forum 2009, dari 10 poin penilaian diketahui bahwa di Point “Culture
Resource” Indonesia mendapatkan skor 3.21 dari top skor 6.77, dengan kondisi tersebut,
maka perlu melakukan koreksi terhadap kegiatan budaya di Indonesia guna kembali
meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Penelitian ini merupakan penelitian
Kualitatif dengan menggunakan pendekatan Inquiry Filosofi. Hasil penelitian ditemukan
bahwa Salah satu cara untuk meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara
adalah dengan membangun dan memperbaiki sarana prasarana Pariwisata yang sudah ada
melalui Inovasi dengan mengkombinasi unsur budaya dengan sarana prasarana pariwisata
yang sudah ada atau belum terbangun. Dengan kombinasi sarana prasarana dengan unsur
budaya lokal akan tercipta keunikan yang khas pada sarana prasarana Pariwisata di Jawa
Barat dengan demikian tingkat kunjungan wisatawan mancanegara akan meningkat serta
unsur budaya tidak akan hilang atau tergerus oleh budaya asing yang dibawa oleh
wisatawan asing yang datang di Jawa Barat dan pada akhirnya akan meningkatkan tingkat
kunjungan wisata di indonesia pada umumnya.

Kata Kunci : Budaya, Sarana Prasarana, Jawa Barat

Abstract

The competition in the tourism sector the more competitive it is one momentum for the
Government to improve and develop the tourism industry in order to be able to compete
with other ASEAN countries. in the sub sectors of cultural tourism, Indonesia still lost to
other ASEAN countries. It is unfortunate because Indonesia itself has a wide range of
cultural diversity. Data from the World Economic Forum 2009, scoring 10 points of note
that in Point "Culture Resource" Indonesia get score 3.22 of the top score, with 6.77 the
condition, then need to make a correction against the cultural activities in Indonesia in
order to improve the return visits of foreign tourists. This study is a Qualitative research
approach using Inquiry our philosophy. The research found that one way to increase the
level of the visit of foreign tourists is to build Tourism infrastructure and improve existing
ones through innovation by combining elements of cultural tourism infrastructure with
existing or not yet awakened. With a combination of infrastructure with the local cultural
elements will be created a distinctive uniqueness on the tourism infrastructure in West
Java thus traffic levels will increase foreign tourists as well as cultural elements will not
be lost or eroded by foreign cultures brought by foreign tourists who came in West Java
and will ultimately increase the level of tourist visits in Indonesia in General.
Keywords: Culture, Infrastructure, West Java

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 22
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

PENDAHULUAN kunjungan sebanyak 4,1 Juta Wisman


Pemerintah saat ini telah menetapkan selisih 1 juta wisman dengan thailand
beberapa program prioritas pengembangan dengan pantai pattaya nya, namun pada
nasional, Pengembangan program sektor culture borobudur sebagai icon
prioritas tersebut ada 18 (delapan belas) Indonesia harus tertinggal jauh tingkat
program yang salah satunya adalah pengunjungnya dengan Cambodia dengan
Pariwisata. Menurut Dadang Rizki selisih lebih dari 2 juta pengunjung.
Ratman, SH. MPA Selaku Deputi Bidang Tentunya untuk menanggapi laporan
Pengembangan Destinasi dan Investasi tersebut Indonesia mencanangkan
Pariwisata Kementrian Pariwisata pada beberapa strategi yang tercantum di PP No
presentasinya pada RAKORNAS 50 Tahun 2011 Tentang RIPPARNAS
KEMENPAR Pada tanggal 27 Januari 2010-2025, yang salah satunya adalah
2016 mengungkapkan bahwa Pariwisata pengembangan Pariwisata. Pengembangan
saat ini adalah kunci pembangunan, pariwisata akan menciptakan nilai tambah
Kesejahteraan, dan Kebahagiaan. Hal dalam segala aspek pariwisata, mulai dari
tersebut bukanlah suatu ungkapan tanpa sarana prasarana dan objek daya tarik
fakta, sumber dari UNWTO tourism wisata (Fajriah, 2014). pengembangan
Highlights 2014, UNWTO World Tourism sarana prasarana wisata bertujuan untuk
Barometer Januari 2015, dan WTTC menciptakan kepuasan wisatawan dalam
Januari 2015 menyebutkan bahwa menikmati waktu berliburnya, Tidak hanya
pariwisata dapat menciptakan lapangan itu program lainnya seperti peningkatan
kerja dengan rasio 1 dari 11 lapangan daya saing produk pariwisata sangat
kerja, dan 5% dari ekspor dunia 2014. diperlukan guna mendorong penguatan
Meningkatnya jumlah destinasi dan struktur industri pariwisata (Soebiyantoro,
investasi di sektor pariwisata telah 2008). Dari paparan tersebut diketahui
menjadikan pariwisata sebagai faktor kunci bahwa Pengembangan Pariwisata dari segi
dalam pendapatan ekspor, penciptaan sarana prasarana pariwisata, serta
lapangan kerja dan pengembangan usaha peningkatan daya saing produk pariwisata
dan infrastruktur, Pariwisata juga telah merupakan suatu hal yang penting bagi
mengalami ekspansi dan diversifikasi kemajuan industri pariwisata di indonesia.
berkelanjutan, dan menjadi salah satu Daya saing Industri pariwisata dari
sektor ekonomi yang paling pesat beberapa negara telah disajikan secara
pertumbuhannya di dunia. Meskipun telah detail oleh world economic forum –
beberapa kali terjadi krisis global, jumlah Genewa 2009, dengan penilaian yang
kunjungan perjalanan Internasional tetap mempertimbangkan sepuluh hal,
menunjukan pertumbuhan yang positif. diantaranya, Policy Rules and regulation,
Dari data yang diperoleh dari paparan Environmental Sustainibility, Safety and
Dadang Rizki Ratman, SH. MPA pada Security, Health and Hygiene, T&T
presentasinya pada RAKORNAS Bussines Enviromental, Air Transport,
KEMENPAR tersebut juga diketahui Ground Transport, Tourism, and IC'I'
bahwa jumlah wisatawan Internasional infrastructure dan Culture Resource. Dari
Indonesia masih kalah dengan negara kesepuluh point tersebut diketahui bahwa
ASEAN Lainnya seperti Malaysia dan di Point “culture resource” Indonesia
Thailand, Cambodia dari 5 produk mendapatkan skor 3.21 dari top skor 6.77,
portofolio inti pariwisata yang dipaparkan dengan kondisi tersebut , maka perlu
seperti Beach, Island, Diving, Culture, melakukan koreksi terhadap kegiatan
Heritage, dimana Indonesia masing – budaya di Indonesia (Suripto 2010).
masing diwakili oleh Bintan Island, Sanur Akhir-akhir ini nilai budaya lokal terus
Beach, Raja Ampat untuk tempat diving, mengalami penurunan dibandingkan
Borobudur untuk culture, dan kota tua dengan nilai budaya asing yang masuk, hal
Jakarta untuk heritage Indonesia hanya tersebut tentu saja menjadi isu nasional,
unggul di segmen Beach yang diwakili pergeseran budaya kian terasa. Hasil
oleh Pantai sanur di bali dengan jumlah pengamatan di cirebon yang terkenal

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 23
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

dengan budaya dan kulturrya yang kuat, mempunyai nilai atau daya tarik lebih
namun sulit dijumpai warga yang daripada sebelumnya (Ghani, 2015).
berpakaian tradisional Jawa Barat Inovasi sarana prasarana merupakan cara
(kecuali di kraton), padahal akan terasa terpenting bagi suatu organisasi guna
unik apabila hal tersebut terlihat semenjak menciptakan nilai bagi pengunjung dan
wisatawan memasuki daerah Cirebon yang mencapai keunggulan yang kompetitif,
dikenal sebagai daerah yang kuat kultur proses inovasi produk tersebut akan
budayanya. Saat ini gedung atau berdampak secara langsung terhadap
bangunan kuno yang mencerminkan keberhasilan suatu organisasi yang
budaya asli sudah tergeser menjadi ditunjukan dengan peningkatan revenue
bangunan-bangunan modern, dan bahkan maupun profitnya (Elittan, 2009). Maka
makanan tradisional jaman dulu sudah dari itu pengembangan sarana prasarana
mulai tergantikan oleh makanan- makanan pariwisata mengedepankan unsur budaya
yang berasal dari budaya luar. Dapat merupakan suatu hal yang baru dan
dikatakan bahwa wisatawan justru diharapkan mampu meningkatkan
menjumpai kehidupan yang modern, yang kunjungan wisatawan, dan mampu
mengadopsi ulang dari budaya luar negeri. menaikan kembali unsur budaya lokal
Dalam penelitian Waani 2016 sebelumnya yang sudah mulai tergerus oleh budaya
ditemukan fakta bahwa ternyata pariwisata asing.
dapat berkembang dengan baik apabila Berdasarkan latar belakang yang sudah
ditunjang dengan peningkatan aspek sosial dipaparkan maka terlihat bahwa
budaya masyarakatnya (Waani, 2016), hal pentingnya nilai-nilai budaya lokal dan
tersebut bisa mengindikasikan bahwa sarana prasarana menjadi unsur utama bagi
berkembangnya pariwisata juga dapat suatu daerah dalam hal ini jawa barat
diperoleh dengan cara meningkatkan untuk menarik wisatawan mancanegara
budaya lokal daerahnya, karena hal untuk datang dan berwisata di Jawa Barat
tersebut bisa jadi daya tarik lebih bagi sehingga mampu meningkatkan tingkat
wisatawan untuk mengunjungi daerah kunjungan Wisatawan mancanegara ke
tersebut. Maka dari hal itu sangatlah Indonesia.
penting bagi suatu daerah mengedepankan
kebudayaanya guna menjadi trademark KAJIAN LITERATUR
dari daerah tersebut. Sarana dan Prasarana Pariwisata
Faktor sosial budaya dalam menunjang Sarana
bidang pariwisata merupakan hal yang Sarana Pariwisata adalah segala sesuatu
penting dan memiliki perannya masing-
yang melengkapi dan bertujuan untuk
masing, ada 3 hal yang berkaitan dengan
aspek sosial dan budaya, antara lain memudahkan proses kegiatan pariwisata
Pendidikan, etnis dan bahasa, nilai budaya dapat berjalan lancar (Ghani, 2015).
dan kesenian, kondisi sosial masyarakat Sarana kepariwisataan dibagi menjadi tiga
dalam hubungannya dengan bidang kelompok, diantaranya (Yoeti, 2012) :
pariwisata (Waani, 2016). Jawa Barat Sarana pokok (main tourism
merupakan salah satu daerah di indonesia superstructure)
yang memiliki keragaman alam dan
Sarana pokok kepariwisataan adalah
budaya, aspek sarana prasarana
pariwisatanya pun sudah mulai perusahaan yang hidup dan kehidupannya
ditingkatkan karena provinsi jawa barat sangat tergantung kepada kedatangan
masuk ke dalam 10 daerah favorit tujuan orang yang melakukan perjalanan wisata.
wisata di Indonesia. Yang termasuk ke dalam kelompok ini
Pengembangan sarana prasarana di Jawa adalah
Barat dapat dilakukakan dengan a. Travel agent
berinovasi, membuat baru sarana dan
b. Tour operator
prasarana ataupun mengubah sarana
prasarana yang ada menjadi lebih c. Angkutan wisata

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 24
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

d. Rumah makan ketersediaan moda angkutan untuk menuju


e. Akomodasi kawasan wisata tersebut. Peningkatan
f. Objek wisata aksesibilitas berarti mempersingkat waktu
g. Atraksi wisata dan biaya perjalanan.
Sarana Pelengkap Kepariwisataan 2. Utilitas
(Suplementing Tourism Superstructure) Yang termasuk kelompok utilitas adalah :
Yaitu perusahaan-perusahaan atau tempat- a. Listrik
tempat yang menyediakan fasilitas untuk ketersediaan sumber energi listrik adalah
rekreasi yang fungsinya tidak hanya prasyarat bagi pengembangan industri
melengkapi sarana pokok kepariwisataan pariwisata. Tetapi harus diperhatikan
dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah penggunaanya. Tidak semua kawasan
tujuan wisata. Yang termasuk ke dalam wisata membutuhkan listrik, atau hanya
kelompok ini adalah : membutuhkan sedikit energi listrik.
a. Sarana Olahraga b. Air bersih
b. Sarana pariwisata sekunder, dan c. Persediaan air minum
amusement lainnya. d. Toilet
Sarana Penunjang Kepariwisataan e. Mushola
(Supporting Tourism Superstructure) 3. Jaringan pelayanan
Sarana pelengkap dan sarana pokok dan a. Pelayanan kesehatan dalam bentuk pos
berfungsi tidak hanya membuat wisatawan kesehatan atau persediaan P3K
lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan b. Keamanan, dalam bentuk Pos keamanan
wisata, tetapi memiliki fungsi lain yaitu, beserta pihak keamanan atau oknum
membuat wisatawan atau pengunjung petugas, agar terhindar dari tindakan-
daerah tujuan wisata lebih banyak tindakan kriminal selama berada di
mengeluarkan dan membelanjakan kawasan wisata.
uangnya di tempat tujuan wisata yang Budaya
mereka kunjungi. Budaya adalah suatu sistim yang terbentuk
Prasarana oleh tingkah laku yang diturunkan secara
Prasarana pariwisata adalah sumber daya sosial yang bekerja menghubungkan
alam dan sumber daya manusia yang komunitas manusia dengan lingkungan
mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam ekologi mereka (Keesing, 1997). Hal
perjalanannya di daerah tujuan wisata, tersebut termasuk cara hidup Kelompok
seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, masyarakat semisal bentuk organisasi
terminal, jembatan, dan lain sebagainya Ekonomi, Pola- pola menetap, bentuk
(Suwantoro, 2004), sedangkan menurut pengelompokan sosial dan organisasi
Menurut Warpani (2007) prasarana politik, Kepercayaan, dan praktek
diantaranya : keagamaan, dan seterusnya.
1. Aksesibilitas Konsep budaya turun jadi pola tingkah
Aksesibilitas merupakan daya laku yang terikat kepada kelompok-
hubung antar zona yang wujudnya berupa kelompok tertentu, yaitu menjadi “Adat
jalan raya dan jaringan angkutan. Istiadat” atau cara kehidupan (Harris,
Aksesibilitas merupakan faktor penting 2002).
dalam proses berwisata, tingkat Menurut Koentjaraningrat (1974)
kemudahan untuk menjangkau suatu kebudayaan adalah hasil pikiran, akal dan
kawasan wisata dilihat dari aksesibilitas budi manusia yang dapat dibagi dalam tiga
yang berupa kondisi jalan raya, wujud yaitu:

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 25
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

1. Wujud ideal sifatnya abstrak tidak tradisional termasuk juga prosesi ritual. c.
dapat dilihat atau diraba; ide, gagasan, Beragam hasil kerajinan dan seni; lukisan,
nilai, norma rotan, batik berbagai macam olahan
dan tradisi. makanan (kuliner), yang sangat terkait
2. Wujud sistem sosial mengenai pada potensi daerah dan memberikan
kelakuan yang berpola pada diri identitas pada daerah tersebut.
manusia; aktivitas, berinterkasi, Keragaman Budaya Sebagai Sistem
pergaulan dari hari ke hari dan Simbolik
seterusnya. Levi-Strauss memandang budaya sebagai
3. Wujud kebudayaan fisik merupakan sistem simbolik yang dimiliki bersama,
keseluruhan total hasil pikiran dan dan merupakan ciptaan pikiran (creation of
aktivitas manusia dalam bentuk mind) secara kumulatif. Dia berusaha
konkret. menemukan dalam penstrukturan bidang
Demikian halnya kepariwisataan kultural (dalam mitologi, kesenian,
merupakan bagian dari kebudayaan yang kekerabatan, dan bahasa) prinsip-prinsip
mencakup ketiga wujud kebudayaan dari pikiran (mind) yang menghasilkan
tersebut, seperti: a. Tradisi, kearifan lokal, budaya itu. Kondisi material dari mata
genius lokal dari beragam suku yang ada pencaharian hidup dan ekonomi memberi
di Indonesia, b. Beragam Struktur kendala (bukan menentukan) bentuk dunia
kehidupan dan aktivitas masyarakat yang kita hidupi ini.

METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan Metode Penelitian mempertimbangkan adanya ide ataupun
Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. isu-isu dari semua perspektif untuk
untuk memperoleh deskripsi atau kemudian merumuskan pertanyaan dan
gambaran secara sistematis mengenai mengajukan jawaban dan menyarankan
sarana Prasarana menggunakan pendekatan implikasi dari jawaban – jawaban yang
Inquiry Filosofi dimana peneliti telah ditemukan dengan sumber data
berasal dari wawancara dan data pustaka.

Barat berkomitmen dalam pengembangan


PEMBAHASAN sarana dan prasarana obyek wisata yang
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan tersebar di beberapa Organisasi Perangkat
menyatakan “Pemerintah Provinsi Jawa Daerah (OPD). Tahun lalu APBD yang

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 26
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

dianggarkan mencapai Rp 98 miliar. Tahun "Secara tersirat Indonesia telah


ini alokasi anggaran untuk pengembangan mempunyai local wisdom. “Dari dulu kita
pariwisata ditingkatkan. Anggaran di sudah punya kearifan lokal dalam
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar pembangunan berkelanjutan” tutur Mari,
misalnya, untuk subsektor pariwisata Mantan Mentri Pariwisata lainnya I Gede
budaya mencapai Rp 17 miliar dan Ardika pada kesempatan yang sama
anggaran promosi sebesar Rp 6 miliar. mengatakan “hampir semua aspek
Anggaran tersebut untuk memperkuat dan pembangunan di Bali telah mengacu ke Tri
mengembangkan keragaman budaya serta Hita Karana. Tapi itu bukan hanya spesifik
penguatan destinasi wisata”(Prabowo, di Bali saja tapi kita Indonesia sudah
2013) diakses 16 Maret 2017. Mantan mengenal local wisdom” lanjut Ardika,
Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreratif "Pariwisata kita basisnya budaya. Budaya
Republik Indonesia Mari Elka Pangestu bukan hanya maksudnya tari menari atau
pada acara jelang International Conference pertunjukan saja. Tapi juga tata nilai dasar
on Sutainable Development (ICSD) 2013 yang menjadi falsafah hidup Indonesia.
mengatakan bahwa pembangunan Tata nilai itu yang menjadi inti," tambah
pariwisata mengarah pada “Tri Hita Ardika. (Prabowo, 2013). Pariwisata di
Karana” yakni bagaimana pembangunan Jawa Barat terbagi atas lima Destinasi
agar selaras dengan kehidupan, antara Pariwisata Provinsi (DPP) seperti pada
manusia dengan manusia, manusia dengan gambar berikut :
alam dan manusia dengan Sang Pencipta”.

Gambar 1. Kelima DPP Jawa Barat

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 27
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

Gambar 2. Tabel Perwilayahan Provinsi Jawa Barat

Ke lima DPP tersebut memiliki Dari beberapa DPP terlihat bahwa setiap
kebudayaan sunda dengan identitasnya DPP memiliki kekhasannya budayanya
tersendiri, dan memiliki ciri khasnya masing-masing, dengan begitu sarana
masing-masing. Ada 3 DPP yang memiliki prasarana pariwisata dapat disesuaikan
perbedaan dari unsur budaya ataupun dengan kekhasan DPP nya. Adapun
keseniannya yang potensial untuk contoh pengaplikasian Budaya terhadap
dikembangkan yakni: Sarana prasarana Pariwisata dapat dilihat
1. Destinasi Pariwisata Cirebon Raya, sebagai berikut:
Cirebon dengan perpaduan budaya
keraton dan Islami Cirebon dengan
ciri khas perpaduan budaya Priayi
Jawa Cirebon dan China, yang unik
(Darsiharjo, 2009).
2. Destinasi Pariwisata Pangandaran-
Tasikmalaya-Garut-Cianjur, daerah
selatan Jawa Barat khususnya
Tasikmalaya mempunyai kultur
budaya sunda yang kuat, karakter
masyarakatnya masih memegang
Gambar 3. Angkutan Wisata. Sejumlah wisatawan
teguh kebiasaan leluhur, salah satu asing menaiki becak saat melintas di Jalan Kompol
perkampungan yang masih menjaga Bambang Suprapto, Kota Yogyakarta, Senin
budaya leluhurnya adalah Kampung (16/4/2012). Keberadaan moda transportasi
Naga di Kab. Tasikmalaya. tradisional seperti becak merupakan aset daya tarik
wisata terutama untuk wisatawan asing. (sumber:
3. Destinasi Pariwisata Bogor-Cianjur- http://travel.kompas.com)
Sukabumi. Kota Sukabumi atau DPP
Bogor-Cianjur-Sukabumi terdapat
bangunan-bangunan Heritage beserta
Situs Gunung Padang, dengan
karakteristik masyarakatnya yang
masih tradisional pedesaan.

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 28
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

Gambar 4. Objek Daya tarik wisata. Saung


Angklung Udjo, Bandung. (Sumber: Tribun Jabar)

Gambar 7. Hiasan Penerangan Lampu berbentuk


Kujang (Senjata Tradisional Jawa Barat) bertujuan
mempercantik prasarana aksesibilitas dan
mengangkat identitas lokal Jawa Barat.

Gambar 5. Acara Penyambutan Turis asing


penumpang kapal MV Discovery berfoto bersama
penari saat kapal berkapasitas 500 orang tersebut
bersandar di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon,
Maluku, Minggu (29/1/2012).(sumber:
http://travel.kompas.com

Gambar 8. Pecalang. Penjaga keamanan lokal di


Pulau Bali (Sumber: metrobali.com)

PENUTUP
Komitmen Gubernur untuk
mengembangkan sarana prasarana
pariwisata serta kebudayaan Jawa barat
dapat dilakukan secara bersama-sama guna
menarik minat berkunjung wisatawan
Gambar 6. Sarana Akomodasi: Event Khas Sunda di asing yang berkunjung ke daerah Jawa
Hotel Grand Clarion Hotel Kendari.
Barat, artinya pemerintah harus berinovasi
guna menciptakan nilai lebih dengan
menggabungkan sarana dan prasarana yang
sudah ataupun belum terbangun di daerah-
daerah tujuan wisata dengan unsur budaya
lokal Jawa barat dimasukan kedalam
sarana prasarana pariwisatanya (Ghani,
2015), hal tersebut bisa saja dilakukan,
pendapat I Gede ardika yang menyatakan
bahwa budaya bukan hanya tentang tarian
dan pertunjukan dapat diaplikasikan
terhadap sarana prasarana sehingga sarana

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 29
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

prasarana yang ada di Jawa barat lebih hilang atau tergerus oleh budaya asing
mempunyai nilai atau daya tarik lebih yang dibawa oleh wisatawan asing yang
daripada sebelumnya. datang di Jawa Barat.
Sarana dan prasarana pariwisata adalah
unsur-unsur yang melengkapi dan
bertujuan untuk memudahkan proses REFERENSI
kegiatan pariwisata dapat berjalan lancar, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
Sarana yang terdiri dari Travel agent, Tour Jawa Barat, PERDA No.15 Tahun
operator, Angkutan wisata, Rumah makan, 2015
Akomodasi (Hotel/Penginapan), Objek
wisata, Atraksi wisata serta prasarana yang Ellitan, Lena & Anatan. (2009).
terdiri dari Fasilitas pelengkap seperti MANAJEMEN INOVASI :
Aksesibilitas, Toilet, dan Petugas
Transformasi Menuju Organisasi
keamanan.
Gambar – gambar yang telah disajikan Kelas Dunia. Bandung : Alfabeta.
merupakan bukti bagaimana Sarana dan
Fajriah, S. D. (2014). Pengembangan
Prasarana Pariwisata dapat dikombinasikan
Sarana dan Prasarana untuk
dengan budaya asli daerah. Seperti di bali Mendukung Pariwisata Pantai yang
prasarana keamanan dinamakan Berkelanjutan ( Studi Kasus :
“pecalang” dengan kekhasan atributnya Kawasan Pesisir Pantai Wonokerto
yang menggunakan baju tradisional Bali, Kabupaten Pekalongan ), 10(2), 218–
Prasarana aksesibilitas menggunakan 233.
kendaraan tradisional, di Jawa barat sendiri
Ghani, Y. . (2015). Pariwisata, Vol. II No.
terkenal dengan “Delman dan Pedati 2 September 2015, II(2), 98–110.
(kendaraan yang ditarik oleh Sapi/
Delman)”,dll. Namun, Kekhasan dari Harris, M. 1968. The Rise of Cultural
Sarana Prasarana dapat dibedakan Theory. New York: Crowell.
tergantung karakter serta lingkungan di
ketiga daerah Destinasi Pariwisata Provinsi Harris, M. (2001). The rise of
di Jawa Barat seperti, Destinasi Pariwisata anthropological theory: A history
Cirebon Raya, Destinasi Pariwisata of theories of culture. AltaMira
Pangandaran-Tasikmalaya-Garut-Cianjur,
Press.
dan Destinasi Pariwisata Bogor-Cianjur-
Keesing, R. M. (1997). “Teori-Teori
Sukabumi. Misal karakter destinasi Tentang Antropologi” Terjemahan
Cirebon dan sekitarnya adalah perpaduan dari “Theories of Culture” dalam
budaya Priayi Jawa Cirebon dan China Anual Review of Anthropology
yang unik, maka kelengkapan Sarana (1974) oleh Amri Marzali.
Prasarana Pariwisatanya pun harus Antropologi Indonesia, 52(52).
memiliki identitas lokal kerajaan dan
sedikit unsur budaya china yang Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan,
menempel pada sarana prasarana Mentalitas, dan Pembangunan.
Pariwisatanya. Gramedia: Jakarta.
Penggabungan sarana prasarana dengan
unsur budaya lokal akan menciptakan Marvin Harris , "Monistic Determinism:
Anti-Service," Journal of
keunikan yang khas pada sarana prasarana
Anthropological Research 42, no. 3
di Jawa Barat dengan demikian tingkat (Autumn, 1986): 365-372.
kunjungan wisatawan mancanegara akan
meningkat serta unsur budaya tidak akan
ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 30
Jurnal Pariwisata, Vol. IV No. 1 April 2017

Seni, I., & Pariwisata, D. A. N. (2009).


Pengembangan Potensi Seni Tradisi
Di Jawa Barat Melalui Pembinaan
Sentra-Sentra Budaya, 1–18.

Soebiyantoro, U., Doktoral, P.,


Manajemen, I., & Brawijaya, U.
(2008). Pengaruh ketersediaan sarana
prasarana, sarana transportasi
terhadap kepuasan wisatawan.

Suripto, T. (2010). Mengelola daya


saing.pdf. Media Wisata.

Waani, H. F. (2016). Sosial Budaya dalam


Pengembangan Pariwisata di
Kelurahan Bunaken Kecamatan
Bunaken Kota Manado. Acta Diurna,
V(2).

Warpani, S. P., & Warpani, I. P. (2007).


Pariwisata dalam tata ruang wilayah.
Penerbit ITB.

Yoeti, A. Yoeka. (2012). Pengantar Ilmu


Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Prabowo, H Wawan. Pariwisata Indonesia


Berbasis Budaya.
http://travel.kompas.com/read/2013/0
9/04/1809136/Pariwisata.Indonesia.B
erbasis.Budaya) diakses 16 Mei 2017.

Herdiana, Iman. Ada 1.480 Objek wisata


di Jawa Barat.
https://bandung.merdeka.com/halo-
bandung/ada-1480-objek-wisata-di-
jawa-barat--160507w.html diakses
16 Mei 2017

Biodata
Yosef Abdul Ghani, saat ini adalah
Instruktur di STP ARS Internasional yang
memiliki ketertarikan pada bidang
Pariwisata, khusunya Budaya dan Ekologi.

ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jp 31

Anda mungkin juga menyukai