Anda di halaman 1dari 28

Makalah Elektronika Digital

RANGKAIAN AD/DA CONVERTER

Disusun Oleh :
Kelompok II

1. Nuraeni (H021191002)

2. Suci Ramadani (H021191008)

3. Jasmine Khairunisa Putri Anjhani (Ketua) (H021191011)

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

i
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

I.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3

II.1 Konversi Analog ke Digital dan Digital ke Analog..................................... 3

II.2 Konversi Analog ke Digital (DAC) .............................................................. 3

II. 3 Specification of D/A Converter ................................................................... 4

II.4 CONTOH KONVERTER D/A..................................................................... 8

II.5 Analog to Digital Converter ....................................................................... 10

II.6 Spesifikasi Konverter A/D .......................................................................... 18

II.7 Contoh IC Konverter A/D .......................................................................... 19

BAB III ................................................................................................................. 23

PENUTUP ............................................................................................................. 23

III. 1 Kesimpulan ............................................................................................... 23

III. 2 Saran ......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul AD/DA
Converter untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika digital. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga kami dapat menyusun makalah yang lebih baik di masa depan.
Penulisyakin makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam kehidupan sehari-
hari.

Makassar, 21 November 2021

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berperan mewujudkan
kehidupan yang lebih baik. Teknologi elektronika merupakan salah satu teknologi
yang telah melekat di dalam kehidupan manusia, berbagai alat elektronika praktis
dan fleksibel telah banyak diciptakan sehingga membantu memudahkan manusia
dalam memenuhi kebutuhannya. Berbagai macam peralatan dengan sistem
pengoperasian secara manual semakin ditinggalkan beralih pada peralatan yang
serba otomatis. Peralatan listrik cenderung menggunakan rangkaian listrik digital.
Bahkan saat ini rangkaian elektronika digital sudah bukan barang asing lagi.
Sebenarnya, sebuah rangkaian digital tidak harus selalu berupa rangkaian rumit
dengan banyak komponen kecil seperti yang ada pada komputer, handphone atau
kalkulator. Sebuah rangkaian dengan kerja sederhana yang menerapkan prinsip-
prinsip digital, juga merupakan sebuah rangkaian digital.
Konsep sinyal dan sistem ada dalam semua bidang teknologi, dari mulai
peralatan yang ada di rumah dengan inovasi teknologi yang canggih.
Pengembangan teknologi tinggi adalah hasil dari kemajuan dalam teori dan teknik
dari sinyal dan sistem. Sinyal merupakan representasi data yang mempunyai
informasi dalam besaran fisis sesuai dengan perubahan dalam ruang, waktu, atau
peubah-peubah bebas lainnya.
Manusia, terutama pada sektor perumahan dan industri .Didalam dunia
industri penyediaan dan kebutuhan tenaga listrik sangat cukup besar pemakaiannya
,hal ini mendorong manusia menciptakan peralatan-peralatan yang menggunakan
tenaga listrik untuk meringankan aktivitas kerja manusia dan peralatan pengetesan
penggunaan tenaga listrik sebagai bahan acuan standart perbaikan agar kualitas alat
terpenuhi. Dalam sistem penyediaan dan pengendalian tenaga listrik perlu adanya
dorongan untuk berinovasi dan berkreasi yang timbul sehingga akan menghasilkan
sebuah karya yang bisa bermanfaat bagi diri sendiri , orang lain dan lingkungannya.
Kreasi yang tercipta antara lain digital analog converter. Makalah ini disusun untuk
membahas lebih lanjut menganai rangkaian sekuensial asinkron.

1
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud DA converter?
2. Apa saja spesifikasi dari DA converter?
3. Apa yang dimaksud AD converter?
4. Apa saja spesifikasi dari AD converter?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui DA converter.
2. Untuk mengetahui spesifikasi dari DA converter.
3. Untuk mengetahui AD converter.
4. Untuk mengetahui spesifikasi dari AD converter

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konversi Analog ke Digital dan Digital ke Analog


Sinyal analog bisa diubah menjadi sinyal digital dengan analog to digital
converter (ADC). Sebaliknya, sinyal digital bisa diubah menjadi sinyal analog
dengan digital to analog converter (DAC). Dengan adanya kemampuan ini, maka
pengolah digital bisa digunakan untuk mengolah sinyal analog, karena sinyal
analog diubah dahulu menjadi sinyal digital.

Gambar 2.1 Pengubah sinyal analog ke sinyal digital

Gambar 2.2 Pengubah sinyal digital ke sinyal analog

II.2 Konversi Analog ke Digital (DAC)


DAC adalah perangkat yang digunakan untuk mengkonversi sinyal masukan
dalam bentuk digital menjadi sinyal keluaran dalam bentuk analog (tegangan).
Tegangan keluaran yang dihasilkan DAC sebanding dengan nilai digital yang
masuk ke dalam DAC. Sebuah DAC menerima informasi digital dan
mentransformasikannya ke dalam bentuk suatu tegangan analog. Informasi digital
adalah dalam bentuk angka biner dengan jumlah digit yang pasti.
Pengolahan isyarat secara digital membutuhkan penambah, pengganda, dan
elemen logika atau menggunakan mikroprosesor. Selain itu juga membutuhkan
perangkat untuk mengubah isyarat analog menjadi isyarat digital, sehingga isyarat
analog dapat diolah secara digital.

3
Gambar 2.3 Sistem Pengolahan Isyarat Digital
Secara umum bagian-bagian sistem pengolahan isyarat digital seperti pada
Gambar 2.3 adalah sebagai berikut:
a. PRF: pre-filter atau antialiasing filter, yang kondisi isyarat analog untuk
mencegah isyarat yang tidak diperlukan.
b. ADC: analog to digital converter, yang mengubah isyarat analog menjadi digital
yang menghasilkan aliran bilangan biner dari analog
c. DSP: digital signal processor, yang merupakan jantung dari komputer untuk
tujuan umum, prosesor tujuan khusus, atau perangkat keras digital, dan
sebagainya.
d. DAC: digital to analog converter, merupakan kebalikan dari ADC, yang
menghasilkan gelombang tangga dari urutan angka biner, langkah pertama
menuju menghasilkan isyarat analog
e. POF: post-filter untuk kelancaran keluar gelombang tangga menjadi isyarat
analog yang dinginkan pengolahan isyarat digital. DSP dapat menggunakan
sebuah
Konverter D/A dapat mengonversi sebuah word digital ke dalam sebuah
tegangan analog dengan memberikan skala output analog berharga nol ketika
semua bit adalah nol dan sejumlah nilai maksimum ketika semua bit adalah satu.
Angka biner sebagai angka pecahan. Aplikasi DAC banyak digunakan sebagai
rangkaian pengendali (driver) yang membutuhkan input analog seperti motor AC
maupun DC, tingkat kecerahan pada lampu, pemanas (Heater) dan sebagainya.
Umumnya DAC digunakan untuk mengendalikan peralatan komputer. Untuk
aplikasi modern hampir semua DAC berupa rangkaian terintegrasi (IC), yang
diperlihatkan sebagai kotak hitam memiliki karakteristik input dan output tertentu.

II. 3 Specification of D/A Converter


Ketika memilih sebuah DAC, ada beberapa spesifikasi yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Resolusi
Resolusi pada DAC dapat diartikan sebagai kenaikan nilai analog untuk setiap
kenaikan 1 Least Significant Bit (LSB). Semakin besar bit yang digunakan (N),

4
maka semakin tinggi resolusi yang dihasilkan terhadap tegangan referensi (Vref),
sesuai rumus berikut:
𝑉𝑟𝑒𝑓
𝑅𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 = 𝑉𝐿𝑆𝐵 = 𝑁
2 −1
2. Kecepatan
Kecepatan pada DAC menggambarkan berapa waktu yang diperlukan untuk
melakukan satu kali konversi dari input digital ke output analog. Kecepatan ini
tergantung pada kecepatan clock dari sinyal input dan settling time dari DAC. Jika
input digital berubah dengan cepat, maka konversi DAC harus juga cepat untuk
mengimbanginya.
3. Linearitas
Linearitas pada DAC menggambarkan perbedaan antara sinyal analog yang
diharapkan dengan yang dihasilkan secara aktual. Idealnya grafik yang dihasilkan
merupakan grafik linear sempurna, namun terkadang dihasilkan error yang
memengaruhi linearitas ini.

Gambar 2.4 Linearitas pada DAC. Atas: linear, Bawah: tidak linear
4. Settling time
Settling time didefenisikan sebagai waktu yang diperlukan DAC untuk
menghasilkan sinyal output analog yang stabil pada ±1/2 LSB setelah nilai
digitalnya berubah. Semakin baik kualitas DAC, maka semakin cepat settling time

5
ini. Idealnya, perubahan sinyal output analog terjadi tepat setelah perubahan sinyal
digitalnya.

Gambar 2.5 Settling Time


5. Tegangan referensi
Sebagaimana ADC, tegangan referensi menentukan besarnya sinyal analog
yang dihasilkan dari input digital. Tegangan referensi adalah yang tetap (fixed)
maupun berasal dari eksternal.
6. Error
Ada beberapa jenis error yang mungkin dialami oleh DAC, di antaranya:
a. Gain
Gain error merupakan kesalahan pada DAC dimana kemiringan (slope)
yang dihasilkan berbeda dengan yang diharapkan.

Gambar 2.6 Gain Error


b. Offset
Offset error terjadi ketika muncul offset yang konstan antara output ideal
dengan output aktual.

6
Gambar 2.7 Offset error
c. Full scale
Jika gain dan offset error terjadi secara bersamaan, maka error tersebut dinamakan
full scale error.
d. Resolution
Resolution error terjadi karena keterbatasan yang dimiliki oleh DAC, sebagaimana
juga dialami oleh ADC. Semakin besar jumlah bitnya, maka semakin tinggi
resolusinya dan semakin kecil resolution errornya.
e. Non-linearity
Non-linearity error merupakan error yang terjadi karena masalah linearitas pada
DAC, sebagaimana dijelaskan pada gambar 2.4.
f. Non- mototonic
Non-monotic error terjadi ketika kenaikan pada nilai digital malah menurunkan
nilai output analog (yang seharusnya ikut naik).

Gambar 2.8 Non-monotonic Error


g. Settling time and overshoot
Settling error terjadi ketika DAC memerlukan waktu untuk menghasilkan sinyal
output analog yang stabil pada ±1/2 LSB setelah nilai digitalnya berubah

7
sebagaimana dijelaskan sebelumnya pada gambar 2.5. Idealnya settling time
bernilai 0. Overshoot error terjadi saat output analog melebihi nilai output ideal
(Gambar 2.5).

II.4 CONTOH KONVERTER D/A


Untuk memahami spesifikasi dan aplikasi konverter D/A, IC konverter D/A
yang tersedia secara komersial biasanya dibahas di sini. Diagram blok fungsional
dari IC konverter D/A ini ditunjukkan pada Gambar 2.9. Ini adalah konverter D/A
12-bit yang tersedia dalam paket DIP 24-pin. Ini terdiri dari sakelar bipolar yang
cocok, jaringan resistor presisi, jaringan referensi tegangan stabilitas tinggi drift
rendah dengan penguat output opsional. Opsi tersedia untuk kode input biner
komplementer (CBI) 12-bit atau kode input BCD tiga digit (desimal berkode
komplementer—CCD), serta mode output arus atau tegangan. Karakteristik kinerja
penting dijelaskan di bawah ini.
Sebagian besar pin konverter D/A digunakan dalam dua opsi—model
tegangan dan model arus. Pin yang ditandai dengan fungsi ganda memiliki fungsi
pertama untuk model tegangan dan fungsi kedua untuk model saat ini. Tabel pada
Gambar 2.9 menjelaskan mode input yang berbeda dari operasi konverter D/A dan
tabel pada Gambar 2.9 memberikan berbagai koneksi yang harus dibuat untuk
mendapatkan rentang skala penuh (FSR) yang berbeda.
DAC 80 menerima kode input digital pelengkap baik dalam format biner
(CBI) atau desimal (CCD). Kode CBI dapat berupa salah satu dari kode ini—
complementary straight binary (CSB), komplementer offset biner (COB), atau
komplemen 2’S komplementer. Input digital 12-bit terhubung ke pin B1 ke B12 , di
mana B1 adalah MSB dan B12 adalah LSB.
 Resolution : 12 bits (binary) or 3 digits BCD
 Linearity error : ± 0.12 % (maximum)
 Maximum gain drift : ± 30 ppm/ 0 C Power
 Dissipation : 925 mW (maximum)
 Maximum conversion time : 5 µs (voltage output)
 (settling time to ± 0.01% of full scale range) : 1 µs (current output)
 Digital input format : 12 bit CBI or 3 digit CCD

8
 Analog output voltage ranges : ± 2.5 V, ± 5 V, ± 10 V, 0 to +5 V, 0 to +10V
(CBI), or 0 to +10 V (CCD).
 Output current : ± 5 mA (minimum)
 Output impeadance (DC) : 0.05 Ω
 Analog output current ranges : ± 1 mA, 0 to –2 mA (CBI) 0 to –2 mA (CCD)
 Output impeadance : 3.2 KΩ (bipolar) or 6.6 KΩ (unipolar)

Gambar 2.9 Diagram blok fungsional dari IC konverter D/A 12-bit yang tersedia
dalam paket DIP 24-pin.

Gambar 2.10 Mode input yang berbeda dari operasi konverter D/A

Gambar 2.11 Koneksi yang harus dibuat untuk mendapatkan rentang skala
penuh (FSR) yang berbeda

9
Beberapa komponen eksternal diperlukan untuk pengoperasian yang tepat
dari konverter D/A dan penyetelan offset serta penguatannya. Hal ini ditunjukkan
pada Gambar 2.11

Gambar 2.12 komponen eksternal diperlukan untuk pengoperasian konverter D/A


 Offset Adjustment. Beberapa komponen eksternal ditambahkan seperti pada
Gambar 2.12 untuk mencapai tegangan offset yang tepat. Untuk operasi
unipolar, kode digital yang seharusnya menghasilkan tegangan keluaran nol
diterapkan dan menyesuaikan potensiometer offset untuk menghasilkan
keluaran nol. Untuk konfigurasi keluaran bipolar, masukan digital diterapkan
sedemikian rupa sehingga keluaran negatif maksimum dihasilkan dan
potensiometer offset juga disesuaikan.
 Gain Adjustment. Potensiometer penguatan, seperti ditunjukkan pada Gambar
2.12 disesuaikan untuk keluaran positif maksimum dari tegangan skala penuh
setelah menerapkan kode masukan digital yang seharusnya menghasilkan
keluaran maksimum.

II.5 Analog to Digital Converter


Analog to digital converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi
kode digital. ADC banyak digunakan sebagai Pengatur proses industri, komunikasi
digital dan rangkaian pengukuran dan pengujian. iasanya ADC digunakan sebagai
perantara antara sensor analog dengan sistem komputer seperti sensor suhu, cahaya,
tekanan / berat dan sebagainya, kemudian diukur dengan menggunakan sistem
digital komputer. ADC memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan

10
resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog
dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan
sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS).

Gambar 2.13 Gelombang sinyal analog dan digital


Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang kontinyu, yang
memiliki parameter amplitudo dan frekuensi, sedangkan sinyal digital adalah sinyal
data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan tiba-tiba dan mempunyai
besaran 0 dan 1.
Konverter analog-ke-digital, atau konverter A/D, adalah sistem kebalikan
dari konverter D/A, yang mengubah sinyal analog ke bentuk digitalnya. Dalam
konverter analog-ke-digital, tegangan analog input mungkin memiliki nilai apa pun
dalam rentang dan itu akan menghasilkan output digital 2n jumlah nilai diskrit
untuk konverter N-bit. Oleh karena itu, seluruh rentang tegangan analog harus
direpresentasikan dengan tepat dalam 2n interval, dan masing-masing interval
sesuai dengan output digital.
Dimisalkan entang tegangan analog 0 hingga V diwakili oleh output digital
3-bit. Karena sistem digital 3-bit dapat menghasilkan 23 = 8 output digital yang
berbeda, rentang analog penuh akan dibagi menjadi 8 interval, dan setiap interval
tegangan ukuran V/8 diberi nilai digital unik. Proses ini disebut kuantisasi. Interval
tegangan analog dan representasi digital yang sesuai ditabulasikan pada Gambar
2.14
Dapat diamati dari gambar bahwa interval tegangan lengkap diwakili oleh
nilai digital, terlepas dari nilai tegangan apa pun dalam interval. Oleh karena itu,
selalu ada kesalahan saat mengubah interval tegangan analog ke nilai digitalnya,
yang disebut sebagai kesalahan kuantisasi.

11
Gambar 2.14 Interval tegangan analog dan representasi digital
Ada dua faktor utama dalam ADC yang menjadi penentu keakuratan nilai
digital yang dihasilkannya. Kedua faktor tersebut adalah Resolusi dan Sample Rate.
 Resolusi
Sebagai contoh, apabila sinyal 1V diubah menjadi sinyal Digital dengan
menggunakan ADC 3 bit, maka akan menghasilkan 8 tingkatan pembagian (23 = 8
atau dalam biner adalah 111). Dengan kata lain, terdapat 8 tingkatan untuk
mencapai output 1V. Masing-masing satu tingkatan adalah 0,125V
(1/8 = 0,125V). Jadi perubahan minimum dari ADC 3 bit untuk 1V ini adalah
0,125V atau 125mV setiap tingkatan.
Apabila kita menaikan Bit Rate yang lebih tinggi, maka akan mendapatkan
hasil sinyal yang lebih presisi dan baik. Contoh, apabila 1V dikonversikan dengan
Resolusi ADC yang menggunakan 6 bit maka setiap tingkatannya akan menjadi
0.0156V atau sekitar 15,6mV.
Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar dibawah ini :

 Kecepatan Sampel (Sample Speed atau Sample Rate)


Jumlah sampel konversi dari analog ke digital yang dapat dibuat oleh
konverter dalam setiap detik disebut dengan Kecepatan Sampel (Sample Speed atau

12
Sample Rate). Sample Speed ini diukur dalam satuan S/s (Sample per Detik) atau
SPS (Sample per Second). Misalnya ADC yang bagus dapat memiliki sample rate
atau rasio pengambilan sample hingga 300Ms/s (bisa dibaca menjadi 300 juta
sampel per detik).
1. Konverter A/D Komparator Paralel
Konsep dan prinsip konversi A/D komparator paralel adalah yang paling
sederhana sekaligus tercepat. Output digital dengan sejumlah sistem bit untuk
konverter A/D dapat diwujudkan dengan konsep operasi sederhana ini. Namun,
karena jumlah bit untuk output digital meningkat, jumlah kebutuhan komparator
meningkat. Di sinilah letak kelemahan utama dari konverter A/D jenis ini, karena
jumlah komparator meningkat secara eksponensial, sedangkan untuk konverter
A/D N-bit jumlah komparator yang dibutuhkan adalah 2n-1. Juga, ini meningkatkan
jumlah kait dan komplikasi rangkaian decoder.

Gambar 2.15 Diagram skema konverter A/D tipe komparator paralel 3-bit

Gambar 2.16 Output komparator dan output digital yang sesuai untuk setiap
interval tegangan analog

13
2. Konverter A/D Perkiraan Berturut-turut
Elemen penting dari konverter A/D tipe aproksimasi berturut-turut adalah
konverter D/A dan komparator. Ketika tegangan analog V yang tidak diketahui
diterapkan untuk konversi A/D, pertama-tama dibandingkan dengan tegangan
analog yang dihasilkan dari konverter D/A internal, yang setara dengan dari rentang
skala penuh. Jika tegangan V yang tidak diketahui lebih tinggi dari rentang skala
penuh, maka dibandingkan dengan tegangan skala penuh yang dihasilkan dari
internal Konverter D/A dan jika tegangan analog kurang dari 1/2 tegangan skala
penuh maka akan dibandingkan dengan tegangan skala penuh.
Sekali lagi, tegangan analog V akan dibandingkan dengan 1/8 skala penuh
jika kurang dari skala penuh, atau dengan 3/8 skala penuh jika lebih tinggi dari skala
penuh, atau dengan 5/8 skala penuh. skala penuh jika lebih rendah dari skala penuh,
atau dengan 7/8 skala penuh jika lebih tinggi dari tegangan skala penuh. Untuk
konverter A/D N-bit, proses perbandingan ini dilanjutkan hingga segmen tegangan
terendah 1/2n rentang skala penuh. Output digital dipertimbangkan pada akhir
proses perbandingan dan ditentukan oleh input set terakhir dari konverter D/A.
Karena keluaran digital ditentukan oleh teknik perbandingan berurutan, proses ini
disebut sebagai pendekatan berurutan. Proses perbandingan konverter A/D
aproksimasi 3-bit berturut-turut diilustrasikan oleh diagram alir pada Gambar II…
Tegangan offset juga diperkenalkan untuk kalibrasi.

Gambar 2.17 Diagram alir konverter A/D aproksimasi 3-bit berturut-turut

14
Gambar 2.18 Diagram skema konverter A/D aproksimasi 3-bit berturut-turut
Perhatikan bahwa, tidak seperti konverter A/D komparator paralel, konverter
tipe aproksimasi yang berurutan hanya menggunakan satu komparator, dan
perangkat keras terkait jauh lebih sedikit. Namun, dalam teknik aproksimasi
berturut-turut, tegangan analog input dibandingkan N kali untuk konverter A/D N-
bit dan sejumlah N pulsa clock diperlukan untuk mendapatkan output digital yang
diinginkan. Oleh karena itu lebih lambat dari jenis komparator paralel, tetapi lebih
cepat dari jenis lain dari A/D converter dan juga sangat akurat. Oleh karena itu, ini
adalah praktik yang sangat populer.
 Menghitung Konverter A/D
Konsep konverter A/D penghitungan sangat mirip dengan pengonversi A/D
tipe aproksimasi yang berurutan. Perbedaan mendasar adalah bahwa penghitung
atas digunakan pada penghitung tipe A/D converter di tempat pemrogram yang
digunakan dalam tipe aproksimasi berturut-turut. Diagram skema penghitung A/D
converter ditunjukkan pada Gambar 2.19 Output komparator dan clock di-AND
oleh gerbang AND dan diterapkan ke input clear dari pencacah UP. Konverter
mengubah output counter menjadi tegangan analog.
Untuk memulai konversi, penghitung berada pada posisi reset, yaitu, semua
bit keluaran penghitung adalah 0. Jadi, keluaran konverter D/A adalah 0 dan
keluaran pembanding V tinggi karena penerapan tegangan masukan analog yang
tidak diketahui. Oleh karena itu, jam diaktifkan dan penghitung mulai menghitung
ke atas. Karena jumlah pulsa clock yang dihitung meningkat secara linier dengan

15
waktu, tegangan keluaran konverter D/A V meningkat, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.20.
Proses pencacahan akan berhenti ketika output konverter D/A V lebih tinggi
dari tegangan input analog dan output komparator V rendah untuk menonaktifkan
gerbang AND. Karena tidak ada pulsa clock yang tersedia, penghitung akan
berhenti menghitung dan pada saat ini output digital tersedia. Tegangan offset dapat
diterapkan pada input komparator untuk tujuan kalibrasi.

Gambar 2.19 Diagram skema penghitung A/D converter

Gambar 2.20 Tegangan Keluaran A/D Converter

Dapat dicatat bahwa waktu konversi untuk penghitung A/D converter


tergantung pada penghitungan jumlah pulsa clock. Oleh karena itu, waktu konversi
maksimum untuk konverter N-bit adalah waktu yang dilewati oleh 2n jumlah pulsa
jam. Oleh karena itu, konverter A/D jenis ini lebih lambat dari dua jenis konverter
A/D sebelumnya.
5. Konverter A/D kemiringan ganda
Konverter A/D kemiringan ganda adalah salah satu jenis konverter yang
paling umum digunakan. Diagram skema konverter A/D kemiringan ganda
diilustrasikan pada Gambar 2.21 Ini terdiri dari blok fungsional utama berikut.

16
 Integrator.
 Pembanding.
 Penghitung biner.
 Penggerak sakelar.

Gambar 2.21 Diagram skema konverter A/D kemiringan ganda


6. Konverter A/D Menggunakan Konversi Tegangan ke Frekuensi
Tegangan analog dapat diubah menjadi bentuk digital dengan
membangkitkan pulsa yang frekuensinya sebanding dengan tegangan analog. Pulsa
ini kemudian dihitung oleh pencacah untuk durasi waktu yang tetap dan pembacaan
pencacah akan sebanding dengan frekuensi pulsa dan dengan tegangan analog.

Gambar 2.22 Konverter tegangan ke frekuensi.


Konsep konverter A/D menggunakan konverter tegangan-ke-frekuensi
diilustrasikan oleh diagram skematik pada Gambar 2.22 Bagian konverter tegangan
ke frekuensi terdiri dari integrator, komparator, dan multivibrator monostabil.
Tegangan input analog diterapkan ke integrator yang outputnya diterapkan ke
terminal input pembalik komparator. Tegangan referensi V diterapkan melalui
terminal input non-pembalik dari komparator. Output komparator mengaktifkan

17
multivibrator monostabil untuk menghasilkan pulsa pendek untuk mengontrol
sakelar aktif S dari integrator. Komparator akan menghasilkan rangkaian pulsa.
Operasi dapat dijelaskan denganbantuan diagram waktu.
7. Konverter A/D menggunakan Konversi Tegangan-ke-Waktu
Konsep konverter A/D yang menggunakan konversi tegangan-ke-waktu
sangat mirip dengan konverter A/D dengan konversi tegangan-ke-frekuensi, karena
keluaran digital untuk kedua jenis konverter diperoleh dengan menghitung jumlah
pulsa yang sebanding dengan tegangan input analog. Perbedaannya adalah bahwa
konverter A/D yang menggunakan konversi tegangan ke frekuensi didasarkan pada
penghitungan pulsa frekuensi variabel untuk durasi waktu yang tetap, sedangkan
konverter A/D yang menggunakan konversi tegangan ke waktu menghitung pulsa
frekuensi tetap. frekuensi tetapi waktu variabel. Diagram skema konverter A/D
menggunakan konversi tegangan-ke-waktu diilustrasikan oleh Gambar 2.23

Gambar 2.23 Konverter A/D menggunakan Konversi Tegangan-ke-Waktu

II.6 Spesifikasi Konverter A/D


Konverter A/D biasanya ditentukan oleh karakteristik berikut.
1. Rentang tegangan input. Ini adalah faktor yang menentukan minimum dan
maksimum tegangan input analog yang dapat diterima oleh konverter A/D.
2. Impedansi masukan. Ini adalah kriteria desain penting yang membatasi input
maksimum arus ke konverter A/D tanpa menurunkan kinerja atau kerusakannya.
3. Akurasi. Ini adalah kesalahan yang terlibat dalam proses konversi dan
direpresentasikan dalam %.

18
4. Waktu konversi. Karakteristik ini menentukan waktu maksimum yang diperlukan
untuk proses konversi dan sangat penting saat berinteraksi dengan perangkat lain
dan sinkronisasi dengan waktu. Output dianggap hanya setelah akhir konversi.
5. Format keluaran digital. Output digital dapat dalam berbagai format, seperti
unipolar, bipolar, paralel, serial, dll. Informasi ini penting saat merancang dan
berinteraksi dengan jaringan lainnya.

II.7 Contoh IC Konverter A/D


Konverter A/D tersedia secara komersial dalam paket IC monolitik. Salah satu
konverter A/D, ADC 80, dibahas di sini. Ini adalah konverter A/D tipe aproksimasi
berturut-turut 12-bit yang tersedia dalam DIP 32-pin. Karakteristik kinerja penting
dijelaskan di bawah ini.
Kesalahan linieritas :± 0,012 %
Koefisien suhu penguatan maksimum: 30 ppm/°C
Disipasi daya : 800 mW
Waktu konversi maksimum : 25 s
Format keluaran digital : Unipolar dan bipolar, Paralel dan serial
Drive keluaran : 2 beban TTL
Rentang tegangan analog : ± 2.5 V, ± 5 V, ± 10 V (bipolar) atau 0
hingga 5 V, 0 hingga 10 V (unipolar)
Diagram blok fungsional dari A/D converter ADC 80 ditunjukkan pada
Gambar 2.24. Dia terdiri dari successive approximation register (SAR), 12-bit D/A
converter (DAC), clock dan rangkaian kontrol, generator referensi, dan komparator.

19
Gambar 2.24 Diagram blok fungsional dari A/D converter ADC 80
1. Operasi
Setelah menerima perintah konversi mulai, konverter A/D mengubah
tegangan diterapkan pada terminal input analognya ke angka biner 12-bit yang
setara. Bagaimana menghubungkan input analog akan dibahas nanti dalam bab ini.
Register aproksimasi berturut-turut (SAR) menghasilkan angka biner 12-bit dan
dibandingkan dengan tegangan analog input. Selama proses konversi, bendera
status tetap disetel. Ketika konversi selesai, status bendera disetel ulang dan data
keluaran paralel tersedia. Paralel-ke-serial bawaan register disediakan dalam
konverter A/D ini untuk membuat data serial tersedia pada output.
2. Masukan analog (Analog Input)
Input analog diskalakan sedekat mungkin dengan rentang sinyal input
maksimum dalam untuk mencapai resolusi maksimum dari konverter A/D. Rentang
sinyal input yang berbeda dapat diprogram dengan memilih koneksi eksternal yang
sesuai dari pin input dan span input seperti yang dijelaskan pada tabel pada Gambar
dibawah.

20
Tanah analog dan tanah digital harus dihubungkan bersama pada satu titik,
biasanya di tanah catu daya sistem.
3. Hasil digital (Digital Output)
Data digital paralel tersedia pada pin B11 (MSB) hingga B0 (LSB). Untuk
masukan unipolar rentang, keluarannya berupa kode biner lurus komplementer
(CSB), sedangkan untuk rentang input bipolar output dalam format komplementer
offset biner (COB) atau dalam format komplementer 2 komplementer biner (CTC).
Untuk biner offset komplementer (COB), pin 6 (B11) digunakan sebagai MSB,
sedangkan untuk komplemen biner 2 komplementer (CTC) format pin 8 (B11')
digunakan sebagai MSB.
Data serial tersedia dalam format CSB untuk rentang input unipolar dan
dalam bentuk COB untuk rentang masukan bipolar. Bit pertama pada output serial
adalah MSB dan LSB keluar terakhir.
Konverter A/D dapat digunakan untuk resolusi 12-bit, 10-bit, atau 8-bit
dengan menghubungkan terminal siklus pendek (pin 21) ke pin 9, pin 28, atau pin
30 masing-masing. Waktu konversi dikurangi menjadi 21 s dan 17 s untuk operasi
10-bit dan 8-bit, masing-masing.
4. Kalibrasi
Untuk kalibrasi perangkat, penyesuaian nol dan penyesuaian penguatan
dilakukan oleh: menggunakan potensiometer eksternal seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.25 Untuk mencegah interaksi dua penyesuaian ini, nol selalu
disesuaikan terlebih dahulu dan kemudian mendapatkan. Nol disesuaikan dengan
tegangan input analog di dekat ujung paling negatif dari rentang tegangan analog
(0 adalah untuk unipolar dan skala penuh untuk rentang input bipolar). Penguatan
disesuaikan dengan input analog tegangan dekat ujung paling positif dari rentang
analog. Tegangan input analog menjadi digunakan untuk penyesuaian ini dan

21
output digital yang sesuai diberikan dalam tabel pada Gambar 2.26 untuk dua
rentang. Demikian pula, tegangan input analog yang sesuai dapat ditentukan juga
untuk rentang lain.

Gambar 2.25 Potensiometer Eksternal

Gambar 2.26 Rentang Analog

22
BAB III
PENUTUP

III. 1 Kesimpulan
1. DAC atau Digital to Analog Converter adalah sebuah rangkaian atau perangkat
yang digunakan untuk mengubah sinyal Digital yang berbentuk biner (0 dan 1)
menjadi sinyal Analog yang kontinu (arus atau tegangan).
2. Ada beberapa spesifikasi dari DA converter, yaitu resolusi, kecepatan,
linearitas, settling time, tegangan referensi, dan error.
3. Analog to Digital Converter atau sering disingkat dengan ADC adalah
rangkaian yang mengubah nilai tegangan kontinu (analog) menjadi nilai biner
(digital) yang dapat dimengerti oleh perangkat digital sehingga dapat
digunakan untuk komputasi digital.
4. Ada beberapa spesifikasi dari DA converter, yaitu rentang tegangan input,
impedansi masukan, akurasi, waktu konversi, dan format keluaran digital.

III. 2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, R. 2018. Teknik Pengolahan Isyarat Digital. Deepublish Publisher:


Sleman.
Ikhsan, M. A. (2018). Pendeteksi Kekeruhan Air di Tandon Rumah Berbasis
Arduino Uno. Jurnal Qua Teknika, 8 (2), 17-29.
Mulyadi, I.H., Rudiawan, E., dan Wibisana, A. 2017. Pemrograman Sistem
Embedded Berbasis ARM Cortex-M. Polibatam Press: Batam.
Mustofa, A. 2018. Pengolahan Sinyal Digital. UB Press: Malang.
Saha, A., dan Manna, N. 2007. Digital Principles and Logic Design. Infinity
Science Press: Hingham.

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai