Kelompok 2 - Makalah Ad Converter & Da Converter
Kelompok 2 - Makalah Ad Converter & Da Converter
Disusun Oleh :
Kelompok II
1. Nuraeni (H021191002)
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................. 23
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul AD/DA
Converter untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika digital. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga kami dapat menyusun makalah yang lebih baik di masa depan.
Penulisyakin makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam kehidupan sehari-
hari.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud DA converter?
2. Apa saja spesifikasi dari DA converter?
3. Apa yang dimaksud AD converter?
4. Apa saja spesifikasi dari AD converter?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui DA converter.
2. Untuk mengetahui spesifikasi dari DA converter.
3. Untuk mengetahui AD converter.
4. Untuk mengetahui spesifikasi dari AD converter
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.3 Sistem Pengolahan Isyarat Digital
Secara umum bagian-bagian sistem pengolahan isyarat digital seperti pada
Gambar 2.3 adalah sebagai berikut:
a. PRF: pre-filter atau antialiasing filter, yang kondisi isyarat analog untuk
mencegah isyarat yang tidak diperlukan.
b. ADC: analog to digital converter, yang mengubah isyarat analog menjadi digital
yang menghasilkan aliran bilangan biner dari analog
c. DSP: digital signal processor, yang merupakan jantung dari komputer untuk
tujuan umum, prosesor tujuan khusus, atau perangkat keras digital, dan
sebagainya.
d. DAC: digital to analog converter, merupakan kebalikan dari ADC, yang
menghasilkan gelombang tangga dari urutan angka biner, langkah pertama
menuju menghasilkan isyarat analog
e. POF: post-filter untuk kelancaran keluar gelombang tangga menjadi isyarat
analog yang dinginkan pengolahan isyarat digital. DSP dapat menggunakan
sebuah
Konverter D/A dapat mengonversi sebuah word digital ke dalam sebuah
tegangan analog dengan memberikan skala output analog berharga nol ketika
semua bit adalah nol dan sejumlah nilai maksimum ketika semua bit adalah satu.
Angka biner sebagai angka pecahan. Aplikasi DAC banyak digunakan sebagai
rangkaian pengendali (driver) yang membutuhkan input analog seperti motor AC
maupun DC, tingkat kecerahan pada lampu, pemanas (Heater) dan sebagainya.
Umumnya DAC digunakan untuk mengendalikan peralatan komputer. Untuk
aplikasi modern hampir semua DAC berupa rangkaian terintegrasi (IC), yang
diperlihatkan sebagai kotak hitam memiliki karakteristik input dan output tertentu.
4
maka semakin tinggi resolusi yang dihasilkan terhadap tegangan referensi (Vref),
sesuai rumus berikut:
𝑉𝑟𝑒𝑓
𝑅𝑒𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 = 𝑉𝐿𝑆𝐵 = 𝑁
2 −1
2. Kecepatan
Kecepatan pada DAC menggambarkan berapa waktu yang diperlukan untuk
melakukan satu kali konversi dari input digital ke output analog. Kecepatan ini
tergantung pada kecepatan clock dari sinyal input dan settling time dari DAC. Jika
input digital berubah dengan cepat, maka konversi DAC harus juga cepat untuk
mengimbanginya.
3. Linearitas
Linearitas pada DAC menggambarkan perbedaan antara sinyal analog yang
diharapkan dengan yang dihasilkan secara aktual. Idealnya grafik yang dihasilkan
merupakan grafik linear sempurna, namun terkadang dihasilkan error yang
memengaruhi linearitas ini.
Gambar 2.4 Linearitas pada DAC. Atas: linear, Bawah: tidak linear
4. Settling time
Settling time didefenisikan sebagai waktu yang diperlukan DAC untuk
menghasilkan sinyal output analog yang stabil pada ±1/2 LSB setelah nilai
digitalnya berubah. Semakin baik kualitas DAC, maka semakin cepat settling time
5
ini. Idealnya, perubahan sinyal output analog terjadi tepat setelah perubahan sinyal
digitalnya.
6
Gambar 2.7 Offset error
c. Full scale
Jika gain dan offset error terjadi secara bersamaan, maka error tersebut dinamakan
full scale error.
d. Resolution
Resolution error terjadi karena keterbatasan yang dimiliki oleh DAC, sebagaimana
juga dialami oleh ADC. Semakin besar jumlah bitnya, maka semakin tinggi
resolusinya dan semakin kecil resolution errornya.
e. Non-linearity
Non-linearity error merupakan error yang terjadi karena masalah linearitas pada
DAC, sebagaimana dijelaskan pada gambar 2.4.
f. Non- mototonic
Non-monotic error terjadi ketika kenaikan pada nilai digital malah menurunkan
nilai output analog (yang seharusnya ikut naik).
7
sebagaimana dijelaskan sebelumnya pada gambar 2.5. Idealnya settling time
bernilai 0. Overshoot error terjadi saat output analog melebihi nilai output ideal
(Gambar 2.5).
8
Analog output voltage ranges : ± 2.5 V, ± 5 V, ± 10 V, 0 to +5 V, 0 to +10V
(CBI), or 0 to +10 V (CCD).
Output current : ± 5 mA (minimum)
Output impeadance (DC) : 0.05 Ω
Analog output current ranges : ± 1 mA, 0 to –2 mA (CBI) 0 to –2 mA (CCD)
Output impeadance : 3.2 KΩ (bipolar) or 6.6 KΩ (unipolar)
Gambar 2.9 Diagram blok fungsional dari IC konverter D/A 12-bit yang tersedia
dalam paket DIP 24-pin.
Gambar 2.10 Mode input yang berbeda dari operasi konverter D/A
Gambar 2.11 Koneksi yang harus dibuat untuk mendapatkan rentang skala
penuh (FSR) yang berbeda
9
Beberapa komponen eksternal diperlukan untuk pengoperasian yang tepat
dari konverter D/A dan penyetelan offset serta penguatannya. Hal ini ditunjukkan
pada Gambar 2.11
10
resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog
dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan
sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS).
11
Gambar 2.14 Interval tegangan analog dan representasi digital
Ada dua faktor utama dalam ADC yang menjadi penentu keakuratan nilai
digital yang dihasilkannya. Kedua faktor tersebut adalah Resolusi dan Sample Rate.
Resolusi
Sebagai contoh, apabila sinyal 1V diubah menjadi sinyal Digital dengan
menggunakan ADC 3 bit, maka akan menghasilkan 8 tingkatan pembagian (23 = 8
atau dalam biner adalah 111). Dengan kata lain, terdapat 8 tingkatan untuk
mencapai output 1V. Masing-masing satu tingkatan adalah 0,125V
(1/8 = 0,125V). Jadi perubahan minimum dari ADC 3 bit untuk 1V ini adalah
0,125V atau 125mV setiap tingkatan.
Apabila kita menaikan Bit Rate yang lebih tinggi, maka akan mendapatkan
hasil sinyal yang lebih presisi dan baik. Contoh, apabila 1V dikonversikan dengan
Resolusi ADC yang menggunakan 6 bit maka setiap tingkatannya akan menjadi
0.0156V atau sekitar 15,6mV.
Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar dibawah ini :
12
Sample Rate). Sample Speed ini diukur dalam satuan S/s (Sample per Detik) atau
SPS (Sample per Second). Misalnya ADC yang bagus dapat memiliki sample rate
atau rasio pengambilan sample hingga 300Ms/s (bisa dibaca menjadi 300 juta
sampel per detik).
1. Konverter A/D Komparator Paralel
Konsep dan prinsip konversi A/D komparator paralel adalah yang paling
sederhana sekaligus tercepat. Output digital dengan sejumlah sistem bit untuk
konverter A/D dapat diwujudkan dengan konsep operasi sederhana ini. Namun,
karena jumlah bit untuk output digital meningkat, jumlah kebutuhan komparator
meningkat. Di sinilah letak kelemahan utama dari konverter A/D jenis ini, karena
jumlah komparator meningkat secara eksponensial, sedangkan untuk konverter
A/D N-bit jumlah komparator yang dibutuhkan adalah 2n-1. Juga, ini meningkatkan
jumlah kait dan komplikasi rangkaian decoder.
Gambar 2.15 Diagram skema konverter A/D tipe komparator paralel 3-bit
Gambar 2.16 Output komparator dan output digital yang sesuai untuk setiap
interval tegangan analog
13
2. Konverter A/D Perkiraan Berturut-turut
Elemen penting dari konverter A/D tipe aproksimasi berturut-turut adalah
konverter D/A dan komparator. Ketika tegangan analog V yang tidak diketahui
diterapkan untuk konversi A/D, pertama-tama dibandingkan dengan tegangan
analog yang dihasilkan dari konverter D/A internal, yang setara dengan dari rentang
skala penuh. Jika tegangan V yang tidak diketahui lebih tinggi dari rentang skala
penuh, maka dibandingkan dengan tegangan skala penuh yang dihasilkan dari
internal Konverter D/A dan jika tegangan analog kurang dari 1/2 tegangan skala
penuh maka akan dibandingkan dengan tegangan skala penuh.
Sekali lagi, tegangan analog V akan dibandingkan dengan 1/8 skala penuh
jika kurang dari skala penuh, atau dengan 3/8 skala penuh jika lebih tinggi dari skala
penuh, atau dengan 5/8 skala penuh. skala penuh jika lebih rendah dari skala penuh,
atau dengan 7/8 skala penuh jika lebih tinggi dari tegangan skala penuh. Untuk
konverter A/D N-bit, proses perbandingan ini dilanjutkan hingga segmen tegangan
terendah 1/2n rentang skala penuh. Output digital dipertimbangkan pada akhir
proses perbandingan dan ditentukan oleh input set terakhir dari konverter D/A.
Karena keluaran digital ditentukan oleh teknik perbandingan berurutan, proses ini
disebut sebagai pendekatan berurutan. Proses perbandingan konverter A/D
aproksimasi 3-bit berturut-turut diilustrasikan oleh diagram alir pada Gambar II…
Tegangan offset juga diperkenalkan untuk kalibrasi.
14
Gambar 2.18 Diagram skema konverter A/D aproksimasi 3-bit berturut-turut
Perhatikan bahwa, tidak seperti konverter A/D komparator paralel, konverter
tipe aproksimasi yang berurutan hanya menggunakan satu komparator, dan
perangkat keras terkait jauh lebih sedikit. Namun, dalam teknik aproksimasi
berturut-turut, tegangan analog input dibandingkan N kali untuk konverter A/D N-
bit dan sejumlah N pulsa clock diperlukan untuk mendapatkan output digital yang
diinginkan. Oleh karena itu lebih lambat dari jenis komparator paralel, tetapi lebih
cepat dari jenis lain dari A/D converter dan juga sangat akurat. Oleh karena itu, ini
adalah praktik yang sangat populer.
Menghitung Konverter A/D
Konsep konverter A/D penghitungan sangat mirip dengan pengonversi A/D
tipe aproksimasi yang berurutan. Perbedaan mendasar adalah bahwa penghitung
atas digunakan pada penghitung tipe A/D converter di tempat pemrogram yang
digunakan dalam tipe aproksimasi berturut-turut. Diagram skema penghitung A/D
converter ditunjukkan pada Gambar 2.19 Output komparator dan clock di-AND
oleh gerbang AND dan diterapkan ke input clear dari pencacah UP. Konverter
mengubah output counter menjadi tegangan analog.
Untuk memulai konversi, penghitung berada pada posisi reset, yaitu, semua
bit keluaran penghitung adalah 0. Jadi, keluaran konverter D/A adalah 0 dan
keluaran pembanding V tinggi karena penerapan tegangan masukan analog yang
tidak diketahui. Oleh karena itu, jam diaktifkan dan penghitung mulai menghitung
ke atas. Karena jumlah pulsa clock yang dihitung meningkat secara linier dengan
15
waktu, tegangan keluaran konverter D/A V meningkat, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.20.
Proses pencacahan akan berhenti ketika output konverter D/A V lebih tinggi
dari tegangan input analog dan output komparator V rendah untuk menonaktifkan
gerbang AND. Karena tidak ada pulsa clock yang tersedia, penghitung akan
berhenti menghitung dan pada saat ini output digital tersedia. Tegangan offset dapat
diterapkan pada input komparator untuk tujuan kalibrasi.
16
Integrator.
Pembanding.
Penghitung biner.
Penggerak sakelar.
17
multivibrator monostabil untuk menghasilkan pulsa pendek untuk mengontrol
sakelar aktif S dari integrator. Komparator akan menghasilkan rangkaian pulsa.
Operasi dapat dijelaskan denganbantuan diagram waktu.
7. Konverter A/D menggunakan Konversi Tegangan-ke-Waktu
Konsep konverter A/D yang menggunakan konversi tegangan-ke-waktu
sangat mirip dengan konverter A/D dengan konversi tegangan-ke-frekuensi, karena
keluaran digital untuk kedua jenis konverter diperoleh dengan menghitung jumlah
pulsa yang sebanding dengan tegangan input analog. Perbedaannya adalah bahwa
konverter A/D yang menggunakan konversi tegangan ke frekuensi didasarkan pada
penghitungan pulsa frekuensi variabel untuk durasi waktu yang tetap, sedangkan
konverter A/D yang menggunakan konversi tegangan ke waktu menghitung pulsa
frekuensi tetap. frekuensi tetapi waktu variabel. Diagram skema konverter A/D
menggunakan konversi tegangan-ke-waktu diilustrasikan oleh Gambar 2.23
18
4. Waktu konversi. Karakteristik ini menentukan waktu maksimum yang diperlukan
untuk proses konversi dan sangat penting saat berinteraksi dengan perangkat lain
dan sinkronisasi dengan waktu. Output dianggap hanya setelah akhir konversi.
5. Format keluaran digital. Output digital dapat dalam berbagai format, seperti
unipolar, bipolar, paralel, serial, dll. Informasi ini penting saat merancang dan
berinteraksi dengan jaringan lainnya.
19
Gambar 2.24 Diagram blok fungsional dari A/D converter ADC 80
1. Operasi
Setelah menerima perintah konversi mulai, konverter A/D mengubah
tegangan diterapkan pada terminal input analognya ke angka biner 12-bit yang
setara. Bagaimana menghubungkan input analog akan dibahas nanti dalam bab ini.
Register aproksimasi berturut-turut (SAR) menghasilkan angka biner 12-bit dan
dibandingkan dengan tegangan analog input. Selama proses konversi, bendera
status tetap disetel. Ketika konversi selesai, status bendera disetel ulang dan data
keluaran paralel tersedia. Paralel-ke-serial bawaan register disediakan dalam
konverter A/D ini untuk membuat data serial tersedia pada output.
2. Masukan analog (Analog Input)
Input analog diskalakan sedekat mungkin dengan rentang sinyal input
maksimum dalam untuk mencapai resolusi maksimum dari konverter A/D. Rentang
sinyal input yang berbeda dapat diprogram dengan memilih koneksi eksternal yang
sesuai dari pin input dan span input seperti yang dijelaskan pada tabel pada Gambar
dibawah.
20
Tanah analog dan tanah digital harus dihubungkan bersama pada satu titik,
biasanya di tanah catu daya sistem.
3. Hasil digital (Digital Output)
Data digital paralel tersedia pada pin B11 (MSB) hingga B0 (LSB). Untuk
masukan unipolar rentang, keluarannya berupa kode biner lurus komplementer
(CSB), sedangkan untuk rentang input bipolar output dalam format komplementer
offset biner (COB) atau dalam format komplementer 2 komplementer biner (CTC).
Untuk biner offset komplementer (COB), pin 6 (B11) digunakan sebagai MSB,
sedangkan untuk komplemen biner 2 komplementer (CTC) format pin 8 (B11')
digunakan sebagai MSB.
Data serial tersedia dalam format CSB untuk rentang input unipolar dan
dalam bentuk COB untuk rentang masukan bipolar. Bit pertama pada output serial
adalah MSB dan LSB keluar terakhir.
Konverter A/D dapat digunakan untuk resolusi 12-bit, 10-bit, atau 8-bit
dengan menghubungkan terminal siklus pendek (pin 21) ke pin 9, pin 28, atau pin
30 masing-masing. Waktu konversi dikurangi menjadi 21 s dan 17 s untuk operasi
10-bit dan 8-bit, masing-masing.
4. Kalibrasi
Untuk kalibrasi perangkat, penyesuaian nol dan penyesuaian penguatan
dilakukan oleh: menggunakan potensiometer eksternal seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.25 Untuk mencegah interaksi dua penyesuaian ini, nol selalu
disesuaikan terlebih dahulu dan kemudian mendapatkan. Nol disesuaikan dengan
tegangan input analog di dekat ujung paling negatif dari rentang tegangan analog
(0 adalah untuk unipolar dan skala penuh untuk rentang input bipolar). Penguatan
disesuaikan dengan input analog tegangan dekat ujung paling positif dari rentang
analog. Tegangan input analog menjadi digunakan untuk penyesuaian ini dan
21
output digital yang sesuai diberikan dalam tabel pada Gambar 2.26 untuk dua
rentang. Demikian pula, tegangan input analog yang sesuai dapat ditentukan juga
untuk rentang lain.
22
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
1. DAC atau Digital to Analog Converter adalah sebuah rangkaian atau perangkat
yang digunakan untuk mengubah sinyal Digital yang berbentuk biner (0 dan 1)
menjadi sinyal Analog yang kontinu (arus atau tegangan).
2. Ada beberapa spesifikasi dari DA converter, yaitu resolusi, kecepatan,
linearitas, settling time, tegangan referensi, dan error.
3. Analog to Digital Converter atau sering disingkat dengan ADC adalah
rangkaian yang mengubah nilai tegangan kontinu (analog) menjadi nilai biner
(digital) yang dapat dimengerti oleh perangkat digital sehingga dapat
digunakan untuk komputasi digital.
4. Ada beberapa spesifikasi dari DA converter, yaitu rentang tegangan input,
impedansi masukan, akurasi, waktu konversi, dan format keluaran digital.
III. 2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25