CP Manajemen Risiko Likuiditas
CP Manajemen Risiko Likuiditas
Consultative Paper
1
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
PENGANTAR
Krisis keuangan global yang yang dipicu oleh subprime mortgage tanpa diduga telah
membawa risiko likuiditas menjadi isu terpenting dalam agenda para praktisi dan otoritas
perbankan. Krisis keuangan yang berawal pada kuartal III tahun 2007 ini diprediksi
menjadi salah satu dari krisis yang terparah dalam sejarah, dalam hal durasi, lingkup, dan
dampak kerugian bagi lembaga keuangan, serta perekonomian global.
Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2008 Bank Indonesia telah melakukan survey
untuk memperoleh gambaran mengenai kerangka dan praktek manajemen risiko likuiditas
untuk perbankan dan menyusun kajian mengenai Manajemen Risiko Likuiditas dengan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. terdapat gap baik dari sisi pemahaman secara konsep maupun penerapan
manajemen risiko likuiditas secara best practices antara bank besar, menengah dan
bank kecil;
b. diperlukan penyempurnaan framework regulasi dan pengawasan manajemen risiko
likuiditas yang memperhatikan perkembangan best practices dan standar
internasional, dalam rangka memperkuat praktek manajemen risiko serta merespon
krisis keuangan global;
c. diperlukanperlu disain mekanisme dan proses yang dapat menjadi acuan penerapan
Pillar 2 Basel II, khususnya terkait dengan pengembangan internal capital adequacy
assessment process (ICAAP) dan supervisory review process (SREP), termasuk risiko
likuiditas sebagai jenis risiko usaha yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
seluruh bank dari berbagai skala usaha.
Selanjutnya Penyusunan Consultative Paper ini bertujuan untuk merumuskan
rekomendasi pengaturan manajemen risiko likuiditas berisi standar manajemen risiko
likuiditas melalui 4 pilar manajemen risiko yaitu:
a. Pengawasaan aktif dewan komisaris dan direksi untuk risiko likuiditas;
b. Kebijakan, prosedur dan limit risiko likuiditas;
c. Proses manajemen risiko likuiditas;
d. Sistem pengendalian intern untuk risiko likuiditas;
Sebagai suatu pemikiran, maka tidak berlebihan bahwa substansi CP ini akan terus
disempurnakan. Untuk menyempurnakan dan memperkaya konsep pemikiran dalam
perumusan ketentuan dan pedoman terkait Manajemen Risiko Likuiditas, selanjutnya
sangat diharapkan tanggapan dan masukan dari berbagai pihak atas rekomendasi-
rekomendasi dalam CP ini. Untuk tujuan tersebut, tanggapan dan saran terhadap substansi
CP ini kiranya dapat disampaikan kepada :
Bank Indonesia
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan
Biro Penelitian dan Pengaturan Bank
u.p. Tim Basel II
Jl. MH Thamrin No. 2, Jakarta, Indonesia
Tel. (021) 381-7336 / 381-7785 / 2310108 ext. 4790 atau 4951
2
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
3
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 3
4 Pengendalian Intern 19
4
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
BAB I
PENDAHULUAN
5
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
Banking Supervision (BCBS) dari Bank for International Settlements (BIS) mengkaji
kembali rekomendasi dalam dokumen mengenai Sound Liquidity Risk Management
Practices yang dikeluarkan pada tahun 2000 karena dinilai kurang memadai.
Selanjutnya, pada September 2008 BCBS telah mengeluarkan revisi dokumen tersebut
dengan memperluas beberapa area penting, yaitu:
1) Penetapan level toleransi terhadap risiko likuiditas (liquidity risk tolerance);
2) Pemeliharaan tingkat likuiditas yang memadai, termasuk pencadangan aset likuid ;
3) Perlunya alokasi biaya, manfaat, risiko likuiditas pada aktivitas usaha yang
signifikan;
4) Identifikasi dan pengukuran berbagai spektrum risiko likuiditas, termasuk risiko
likuiditas yang bersumber dari transaksi off balance sheet (contingent liquidity
risks) ;
5) Disain dan penggunaan skenario stress test yang bersifat worst case ;
6) Perlunya rencana pendanaan darurat (contingency funding plan) yang memadai;
7) Pengelolaan likuiditas intra hari (intraday liquidity risk) dan agunan;
8) Pengungkapan publik untuk mendorong disiplin pasar (market discipline).
6. Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2008 Bank Indonesia telah menyusun kajian
mengenai Manajemen Risiko Likuiditas dengan rekomendasi sebagai berikut:
a. Pengaturan manajemen risiko likuiditas didasarkan pada kesimpulan bahwa:
1) terdapat gap baik dari sisi pemahaman secara konsep maupun penerapan
manajemen risiko likuiditas secara best practices antara bank besar, menengah
dan bank kecil;
2) perlu penyempurnaan framework regulasi dan pengawasan manajemen risiko
likuiditas yang memperhatikan perkembangan best practices dan standar
internasional, dalam rangka memperkuat praktek manajemen risiko serta
merespon krisis keuangan global;
3) perlu membangun suatu mekanisme pengawasan terhadap kondisi likuiditas
perbankan pada saat terjadi krisis yang secara sistemik berpotensi mengganggu
stabilitas sistem keangan;
4) perlu disain mekanisme dan proses yang dapat menjadi acuan penerapan Pillar
2 Basel II, khususnya terkait dengan pengembangan internal capital adequacy
assessment process (ICAAP) dan supervisory review process (SREP), termasuk
risiko likuiditas sebagai jenis risiko usaha yang tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas seluruh bank dari berbagai skala usaha.
b. Lebih lanjut, rekomendasi framework regulasi manajemen risiko likuiditas berisi
standar manajemen risiko likuiditas melalui 4 pilar manajemen risiko yaitu:
1) Pengawasaan aktif dewan komisaris dan direksi untuk risiko likuiditas;
2) Kebijakan, prosedur dan limit risiko likuiditas;
3) Proses manajemen risiko likuiditas;
4) Sistem pengendalian intern untuk risiko likuiditas;
7. Penyusunan Consultative Paper ini bertujuan untuk merumuskan rekomendasi
pengaturan manajemen risiko likuiditas yang didasarkan pada uraian tersebut diatas.
6
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
BAB II
PENJABARAN MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS
1. Umum
Bab ini menggambarkan kerangka manajemen risiko likuiditas secara keseluruhan
sesuai dengan 4 pilar manajemen risiko yang diadopsi oleh Bank Indonesia yaitu: 1)
Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, 2) Kebijakan dan prosedur serta limit
risiko, 3) Proses manajemen risiko, serta 4) sistem pengendalian intern yang
menyeluruh. Secara garis besar, gambaran kerangka manajemen risiko likuiditas
adalah sebagai berikut:
7
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
8
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
9
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
b. Pengukuran
1) Bank wajib memiliki alat pengukuran yang dapat mengkuantifisir dan
menangkap berbagai sumber utama risiko likuiditas secara tepat waktu dan
komprehensif, yaitu mencakup posisi likuiditas intra hari dan jangka waktu
yang lebih panjang.
2) Metode pengukuran risiko likuiditas harus didokumentasikan dan dikaji ulang
secara periodik oleh pihak yang independen untuk memastikan kewajaran,
akurasi dan integritas data.
3) Bank juga harus mengevaluasi berbagai asumsi dan estimasi yang digunakan
dalam pengukuran risiko likuiditas secara periodik untuk memastikan validitas.
4) Alat pengukuran tersebut paling kurang meliputi:
a) Proyeksi arus kas, yaitu proyeksi seluruh arus kas masuk dan arus kas
keluar termasuk kebutuhan pendanaan untuk memenuhi komitmen dan
kontinjensi pada transaksi rekening administratif;
b) Rasio likuiditas, yaitu rasio keuangan mendasar yang menggambarkan
indikator likuiditas dan mengukur kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek secara tepat waktu;
c) Profil maturitas, yaitu pemetaan posisi aset, kewajiban, dan rekening
administratif ke dalam skala waktu tertentu (maturity buckets)
berdasarkan sisa jangka waktu sampai dengan jatuh tempo (remaining
maturity);
d) Stress testing, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
skenario tertentu terhadap posisi likuiditas bank dalam kondisi tidak
normal.
5) Penetapan metode pengukuran risiko likuiditas yang digunakan bank harus
disesuaikan dengan aktivitas bisnis, kompleksitas, dan profil risiko bank,
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a) Bank dengan kegiatan usaha yang relatif sederhana dapat menggunakan
pendekatan pengukuran yang bersifat statis yang didasarkan pada posisi
pada suatu titik waktu tertentu. Bank dapat dikatakan melakukan kegiatan
usaha yang relatif sederhana jika bank hanya melakukan aktivitas
perbankan inti (core banking activities) seperti penyaluran kredit dan
pengerahan dana berupa deposito tanpa fitur tertentu, tidak melakukan
transaksi treasuri secara aktif, tidak memiliki atau menawarkan produk
10
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
terstruktur (structured product) dan tidak terekspos pada risiko nilai tukar
yang signifikan.
b) Bank dengan kegiatan usaha yang lebih kompleks harus menggunakan
pendekatan pengukuran yang bersifat simulasi dan lebih dinamis yang
didasarkan pada berbagai asumsi dan estimasi. Bank dapat dikatakan
melakukan kegiatan usaha yang lebih kompleks jika bank antara lain
melakukan transaksi treasuri secara aktif termasuk transaksi derivatif,
memiliki atau menawarkan produk terstruktur (structured product).
c) Dalam hal struktur organisasi dan praktek bisnis bank menunjukkan
indikasi terjadinya pergerakan arus kas dan dukungan likuiditas di antara
perusahaan dalam kelompok usaha bank, maka bank harus menggunakan
alat pengukuran risiko likuiditas secara konsolidasi yang dapat membantu
mengukur dan mengelola eksposur Risiko Likuditas kelompok usaha.
6) Metode pengukuran menggunakan proyesi arus kas dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Proyeksi arus kas yang bersifat forward looking menyajikan arus kas yang
berasal dari aset, kewajiban, dan rekening adminisitratif serta kegiatan
usaha lainnya yang dipetakan ke dalam skala waktu sesuai jatuh tempo
kontrak dan/atau estimasi dengan menggunakan berbagai asumsi.
b) Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan asumsi untuk
memproyeksi arus kas antara lain karakteristik produk, perilaku pihak
lawan atau nasabah, dan kondisi pasar serta pengalaman historis.
c) Asumsi harus ditetapkan secara realistis, yang antara lain mencakup:
(1) perpanjangan aset dan kewajiban;
(2) persetujuan kredit baru dan perolehan dana nasabah;
(3) perilaku aset dan kewajiban yang tidak memiliki jatuh tempo;
(4) perilaku aset yang memiliki fitur tertentu seperti opsi pelunasan dini
(prepayment option);
(5) perdagangan dan/atau penjualan aset likuid;
(6) perkiraan penarikan dan penerimaan dari rekening administratif,
antara lain komitmen kredit, L/C, dan bank garansi;
(7) akses pada sumber-sumber pendanaan, antara lain pinjaman antar
bank, pendanaan antar perusahaan dalam kelompok usaha Bank
(intragroup), dan fasilitas pinjaman siaga (standby facility);
(8) asumsi lainnya yang relevan, antara lain diskon (haircut) pada
penjualan aset.
d) Asumsi dan estimasi yang digunakan dalam penyusunan proyeksi arus kas
harus disetujui oleh pihak yang memiliki kewenangan, didokumentasikan
dengan baik, dan dievaluasi secara berkala atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Evaluasi dilakukan dengan mempertimbangkan antara lain
perubahan kondisi pasar, faktor persaingan antar bank, dan perubahan
perilaku pihak lawan atau nasabah bank.
e) Proyeksi arus kas harus disusun setidaknya setiap bulan baik dalam rupiah
maupun valuta asing yang paling kurang mencakup proyeksi sampai
dengan 1 tahun ke depan. Jangka waktu proyeksi arus kas tersebut dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan bank dengan memperhatikan struktur aset,
kewajiban, dan rekening administratif.
7) Metode pengukuran menggunakan rasio likuidtas dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
11
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
12
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
13
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
14
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
15
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
d. Pengendalian
1) Strategi Pendanaan
a) Pengendalian risiko likuiditas dapat dilakukan dengan memiliki strategi
pendanaan yang tepat.
b) Strategi pendanaan harus dapat mendiversifikasikan sumber pendanaan
dan jangka waktu pendanaan dengan efektif.
c) Dalam melakukan diversifikasi, bank wajib mendiversifikasikan
ketersediaan sumber dana menjadi sumber dana jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
d) Diversifikasi harus merupakan bagian dari perencanaan pendanaan jangka
menengah - panjang dan dikaitkan dengan proses perencanaan
pembiayaaan dan bisnis bank.
e) Rencana pendanaan harus mempertimbangkan korelasi antara sumber
dana dan kondisi pasar.
f) Diversifikasi dilakukan berdasarkan pihak lawan, pendanaan dengan
agunan maupun tanpa agunan, jenis instrumen, jenis valuta, dan lokasi
geografis pasar pendanaan yang dituju.
g) Bank harus membatasi konsentrasi pada sumber dana atau jangka waktu
tertentu.
h) Bagi bank yang aktif melakukan transaksi pada berbagai valuta asing, perlu
tersedia akses kepada sumber likuiditas pada masing-masing valuta
tersebut, karena bank tidak selalu dapat melakukan swap likuiditas antara
suatu valuta ke valuta yang lain.
i) Bank harus senantiasa memperhatikan komposisi, karakteristik dan
diversifikasi aktiva dan sumber pendanaan bank.
j) Bank wajib melakukan kaji ulang secara berkala atas strategi pendanaan
dan kaitannya dengan perubahan internal maupun eksternal.
k) Bank wajib memelihara kehadiran secara aktif pada pasar pendanaan dan
memelihara hubungan yang baik dengan penyedia dana sehingga dapat
melakukan diversifikasi sumber dana dengan baik.
l) Bank wajib mengidentifikasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi
kemampuannya untuk memperoleh dana dan memantau faktor-faktor
tersebut untuk memastikan kemampuan bank memperoleh dana tetap valid.
m) Untuk memastikan diversifikasi pendanaan, bank perlu memelihara akses
pasar. Akses pasar sangat penting untuk memastikan manajemen Risiko
likuiditas yang efektif.
n) Bank wajib memastikan bahwa akses pasar dikelola secara aktif, dipantau,
dan diuji oleh pihak yang memiliki kewenangan.
o) Pengelolaan akses pasar dapat meliputi:
(1) mengembangkan pasar untuk penjualan aset atau memperkuat
kontrak di mana bank dapat meminjam baik dengan agunan maupun
tanpa agunan;
(2) memelihara kehadiran secara aktif pada pasar yang relevan dengan
strategi pendanaan bank. Dalam hal ini bank perlu memiliki memiliki
infrastruktur, proses dan pengumpulan informasi yang baik.
p) Pasar pendanaan yang dapat diandalkan umumnya mengalami gangguan
pada saat stress event. Bank harus mempertimbangkan dampak gangguan
pasar tersebut dan risiko yang ditimbulkan pada aliran kas dan akses pada
pasar pendanaan jangka panjang.
q) Bank harus mengidentifikasi dan membangun hubungan yang baik dengan
16
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
investor yang telah ada saat ini maupun potensial investor, karena
hubungan yang baik dengan para penyedia dana dapat memberikan
gambaran bagi bank mengenai perilaku penyedia dana pada saat terjadi
stress event pada bank maupun pada pasar keuangan. Frekuensi hubungan
dengan penyedia dana dan frekuensi penggunaan sumber dana merupakan
indikator kekuatan hubungan dengan penyedia dana.
r) Selain memelihara hubungan yang baik dengan penyedia dana, bank juga
wajib memiliki analisis mengenai dampak yang ditimbulkan terhadap
hubungan tersebut pada kondisi stress event, karena penyedia dana yang
dapat diandalkan pada kondisi normal seringkali tidak dapat menyediakan
dana pada kondisi stress event karena adanya ketidakpastian pada kondisi
likuiditasnya sendiri. Dalam formulasi skenario stress test dan rencana
pendanaan darurat, bank harus mempertimbangkan ketiadaan sumber
dana pada kondisi stress event.
s) Meningkatnya ketidakpastian pada kemampuan membayar bank dapat
menurunkan kesediaan pihak lawan untuk terus menyediakan dana. Dalam
situasi tersebut, kualitas dan kekuatan cushion permodalan bank dapat
memberikan dampak positif bagi kesediaan pihak lawan bank untuk
menyediakan dana.
t) Bank wajib melakukan identifikasi terhadap alternatif sumber pendanaan
yang dapat memperkuat kapasitasnya untuk bertahan pada kondisi stress
event, yaitu meliputi antara lain:
(1) pertumbuhan deposito;
(2) perpanjangan maturitas kewajiban;
(3) penerbitan instrumen hutang jangka pendek dan jangka panjang;
(4) transfer intra group, penerbitan modal baru, penjualan perusahaan
anak/bisnis tertentu;
(5) sekuritisasi asset;
(6) penjualan atau repo aktiva likuid bank;
(7) penarikan komitmen;
(8) fasilitas pendanaan dari otoritas pengawasan bank.
u) Bank wajib melakukan kaji ulang atas sumber pendanaan tersebut untuk
mengevaluasi efektivitasnya dalam penyediaan likuiditas pada jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
17
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
18
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
19
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
20
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
ada atau dari pasar, dengan berbagai skenario, yang dapat mencakup
antara lain pinjaman tanpa agunan/jaminan, pinjaman yang tidak
bersifat overnight, dan
(15) pengujian rencana pendanaan darurat dapat dilakukan dengan
berbagai pendekatan antara lain:
(a) menguji kemampuan bank untuk memperoleh likuiditas yang
memadai secara efisien dan efektif, yang antara lain dapat
dilakukan dengan menggunakan credit line secara berkala,
menjual dan/atau melakukan transaksi repo atas aset keuangan
tertentu;
(b) melakukan simulasi terhadap efektivitas jalur komunikasi, baik
dilingkup internal maupun eksternal;
(c) menguji kemampuan untuk memperoleh informasi manajemen
yang diperlukan secara tepat waktu
21
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
22
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
kondisi likuiditas
5) Kerangka analisis harus dikaji secara memadai untuk merefleksikan perubahan
kondisi usaha bank dan pasar keuangan.
e. Bank juga wajib melakukan pemantauan terhadap posisi likuiditas melalui
penyusunan proyeksi arus kas setiap hari (baik dalam rupiah maupun valuta asing)
yang paling kurang mencakup proyeksi untuk jangka waktu 7 hari ke depan. Jangka
waktu proyeksi arus kas tersebut dapat diperpanjang sesuai kebutuhan bank
dengan memperhatikan struktur aset, kewajiban, dan rekening administratif.
23
Draft Consultative Paper
Manajemen Risiko Likuiditas Bank
BAB III
PENUTUP
24