Anda di halaman 1dari 139

CONSUMER BEHAVIOR

PERBANKAN SYARIAH
Peran Fatwa Haram Bunga Bank terhadap Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keinginan Nasabah

Dr. Mochlasin, M.Ag


CONSUMER BEHAVIOR
PERBANKAN SYARIAH
Peran Fatwa Haram Bunga Bank terhadap Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keinginan Nasabah

Penulis
Dr. Mochlasin, M.Ag

Cetakan: 2018
16 x 23 cm; vi + 132 hlm.

ISBN : 978-602-5916-21-2

Penerbit:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(LP2M) IAIN Salatiga
Jl. Tentara Pelajar 02, Kode Pos 50721, Salatiga
Email: lp2miainsalatiga@gmail.com

All Rights reserved. Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apa pun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR

S yukur dan keagungan hanya milik Allah semata, Zat Peng­


gerak dan Inspirator untuk merangkai setiap tetesan cahaya
ilmu-ilmu-Nya yang luas lagi tak terbatas. Kepada-Nya segala
kehidupan bermula dan akan berakhir. Dialah yang telah meng-
ajarkan manusia mengenal aksara, membaca dan berbicara den-
gan rahman-Nya. Karena qudrah dan iradah-Nya, cahaya penge-
tahuan insani dapat bersinar maupun menjadi padam. Dengan
segala keterbatasan, al-hamdulillah penulisan buku ini dapat di-
rampungkan.
Di sela-sela kesibukan mengajar dan mengemban amanat
sebagai Wakil Dekan 3 Fak. Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sala­
tiga, Alhamdulillah buku sederhana ini dapat diselesaikan. Buku
ini sebenarnya berasal dari hasil penelitian peran fatwa haram
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan nasabah.
Obyek penelitian ini adalah nasabah perbankan syariah di DIY
dengan pertimbangan perkembangan perbankan syariah di DIY
cukup pesat. Tulisan ini merupakan ijtihad penulis yang se­
lama ini meneneliti tentang berbagai topik seperti Peran BMT,
Perilaku Nasabah Bank Syariah, Pengelolaan Zakat dan wakaf
dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan baru “terpaksa” di­coba
karena rasa penasaran dan tuntutan akademik di fakultas yang
mengharuskan seluruh mahasiswa S1 menulis skripsi dengan
pen­dekatan kuantitatif.

iii
Dengan kerendahan hati, penulis sebagai mualaf kuantitatif
menyadari sepenuhnya bahwa karya ini masih jauh dari sem­
purna. Segala kritik dan saran dari segenap pembaca sungguh
sangat dinanti untuk perbaikan dan pengembangan keilmuan
be­rikutnya. Wa fawqa kulli dzi `ilm `alim.

Yogyakarta, 17 Agustus 2018

Penulis

iv Dr. Mochlasin, M.Ag


Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................ iii


Daftar Isi .............................................................................. v

BAB I FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPUTUSAN NASABAH........................................ 1
A. Review tentang Perilaku Konsumen......................... 1
B. Motivasi Konsumen: Sebuah Pijakan Teoritik........ 4
C. Ragam Model Keputusan Konsumen...................... 10

BAB II GRAND THEORY UNTUK MEMBEDAH


MOTIF NASABAH.................................................... 19
A. Teori Custumer Value................................................. 19
B. Kebutuhan dan Keinginan Konsumen.................... 23
C. Theory of Planned Behavior: Kehendak Nasabah
Perspektif Psikologis................................................... 25
D. Tipologi Konsumen atau nasabah............................ 31
F. Pengembangan Model dalam Perilaku Kon­sumen... 35

BAB III CONSUMER BEHAVIOR PERSPEKTIF


EKONOMI ISLAM.................................................... 37

BAB IV CONSUMER OF ISLAMIC BANKING DALAM


RISET KONTEMPORER.......................................... 54
A. Pengaruh Customer Satisfaction terhadap
Behavioral Intention ...................................................... 54

v
B. Pengaruh customer trust terhadap behavioral
intention ........................................................................ 56
C. Pengaruh religious motive terhadap behavioral
intention ........................................................................ 56
D. Pengaruh pengetahuan fatwa haram bunga
bank terhadap behavioral intention ............................ 58

BAB V PERBANKAN SYARIAH DAN FENOMENA


FATWA HARAM BUNGA BANK......................... 63
A. Kemunculan dan Perkembangan Perbankan
Syariah ......................................................................... 63
B. Dampak Fatwa Haram Bungan Bank ter­hadap
Market Share.................................................................. 68
C. Obyek dan Urgensi Penelitian................................... 72

BAB VI KARAKTERISTIK DAN RESPON NASABAH


PERBANKAN SYARIAH TERHADAP FATWA
HARAM BUNGA BANK.......................................... 75
A. Data Diri Nasabah Perbankan Syariah.................... 75
B. Keterkaitan Nasabah dengan Fatwa Haram
Bunga Bank.................................................................. 83

BAB VII PENGARUH FATWA HARAM BUNGA


BANK TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEINGGINAN NASABAH. 92
A. Fatwa Haram Bunga Bank......................................... 92
B. Faktor-Faktor Berpengaruh terhadap Ke­inginan
Menggunakan (Behavioral Inten­tion) Perbankan
Syariah bagi Nasabah Muslim.................................. 99
C. Peran Fatwa Haram Bunga Bank dalam
Tinjauan Empirik ........................................................ 106

BAB VIII CATATAN PENUTUP........................................ 114


Daftar Pustaka............................................................................ 117

vi Dr. Mochlasin, M.Ag


BAB I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPUTUSAN NASABAH

A. REVIEW TENTANG PERILAKU KONSUMEN


Dalam aktivitas kehidupan keseharian, seseorang senan­
tiasa dihadapkan pada pilihan-pilihan termasuk dalam peng­
gunaan uang untuk membeli barang atau jasa yang dibutuhkan.
Dalam menentukan pilihan seseorang dituntut untuk mampu
menyeimbangkan antara kebutuhan, preferensi dan ketersedia­
an sumber daya yang dimilikinya. Keputusan seseorang untuk
memilih alokasi sumber daya yang pada tahap berikutnya me­la­
hirkan fungsi permintaan. Setiap saat seseorang selalu dituntut
mengambil sejumlah keputusan tentang bagaimana mengalo­
kasi­kan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan. Kajian tentang
bagaimana seseorang menentukan pilihan-pilihannya dalam kaji­
an eknomi disebut dengan perilaku konsumen (consumer behavior).
Mowen dan Minor mendefinisikan perilaku konsumen se­­
bagai suatu studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses
pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pem­­
buang­an barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.1 Louden dan
Bitta mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu proses
pengambilan keputusan konsumen dan aktivitas individu seca­
ra fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau
bagai­mana seorang konsumen mempergunakan barang-barang

1
John C Mowen. dan Michael Minor, Perilaku Konsumen (terjemahan) Jilid 1
Edisi kelima (Surabaya: Erlangga 2001), 12.

1
dan jasa yang diperlukan.2 Sedangkan Shiffman dan Kanuk
mendefinisikan perilaku konsumen adalah perilaku yang ditam­
pilkan pelanggan dalam mencari pembelian, pengguna­an, eva­
luasi dan penggunaan produk, layanan serta gagasan yang kon­
sumen harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.3
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, teori pe­
rilaku konsumen adalah upaya menerangkan perilaku kon­sumen
dalam membelanjakan pendapatannya untuk memper­oleh alat-
alat pemuas kebutuhan, yang dapat berupa barang-barang kon­­
sumsi atau jasa-jasa konsumsi. Dengan demikian dapat di­tegas­
kan, bahwa teori konsumen merupakan dasar teoretik kurva
per­mintaan akan barang-barang dan jasa konsumsi.4 Dalam eko­
nomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu ber­ tuju­ an
untuk memperoleh kemanfaatan (utility) dan kepuasan (satisfac­
tion) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara etimo­logi, ber­­arti
berguna (usefulness), membantu (helpfulness) dan meng­untung­kan
(advantage).5
Menurut Boediono, pengertian yang paling sederhana tentang
perilaku konsumen didapati dari hukum permintaan. Hukum itu
berbunyi: Bila harga sesuatu barang naik, maka ceteris paribus
jumlah yang diminta konsumen akan barang ter­sebut turun.
Se­baliknya, bila harga barang itu turun ceteris paribus, berarti
semua faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta
dianggap tidak berubah.6 Menurut Kahf, teori perilaku konsumen
yang sekarang berkembang dalam ilmu ekonomi Barat bercorak
2
David L. Louden dan Albert J. Della Bitta, Consumer Behavior: Concepts and
Applications. 4th Edition, (New York: McGrqaw-Hill, 1995), 6.
3
Definisi perilaku konsumen dalam versi aslinya adalah as the behavior that
customer display in searching for purchasing, using, evaluating, and disposing of products,
services, and ideas they expect will satisfy they need.Leon G Schiffman and Leslie Lazar
Kanuk, Consumer Behaviour, Seventh Edition (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2000).
4
Soediyono Reksoprayitno, Pengantar Ekonomi Mikro, (Yogyakarta: BPFE
2007), 143.
5
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta
dan Bank Indonesia, Ekonomi Islam (Jakarta: PT Raja grafindo Persada: UII dan BI,
2007): 127.
6
Boediono, Ekonomi Mikro (Yogyakarta: BPFE, 2002), 17-18.

2 Dr. Mochlasin, M.Ag


kapitalistik, yang bertumpu pada filsafat rasionalisme ekono­
mik dan utilitarianisme.7 Teori perilaku konsumen berdasarkan
sistem kapitalis, dapat dipetakan dalam dua pendekatan berda­
sarkan hukum permintaan. Pertama, pendekatan marginal utility
yang bertitik tolak pada satuan lainnya yang besifat kardinal.
Kedua, pendekatan indefference curve yaitu tidak memerlukan
ada­nya anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur (ber­
sifat ordinal).8 Keputusan seseorang untuk memilih alokasi
sumber daya inilah yang akhirnya melahirkan fungsi permintaan
(demand side).
Dalam ekonomi konvensional, terdapat dua kriteria dalam
melihat perilaku konsumen: (1) tujuan konsumen adalah men­
capai kepuasan tertinggi; (2) batasan konsumen hanya­lah ke­
mam­ puan anggaran. Dalam kenyataan di pasar transaksi,
kon­­sumen selalu dihadapkan pada pilihan barang, harga dan
lain-lain. Pilihan-pilihan tersebut dinamakan faktor yang mem­
pe­­nga­ruhi konsumen dalam membelanjakan income. Teori peri­
laku konsumen dibangun atas dasar asumsi rasionalitas, yaitu
asumsi yang menyatakan bahwa konsumen senantiasa berusaha
menggunakan pendapatannya yang jumlahnya terbatas untuk
mendapatkan kombinasi barang-barang dan jasa-jasa yang di­per­
kirakan akan mendatangkan kepuasan maksimum. Di samping
itu, teori perilaku konsumen juga didasarkan pada asumsi perfect
knowledge (pengetahuan sempurna). Kesempurnaan penge­ta­hu­
an itu meliputi jenis barang dan konsumsi, harga masing-masing
barang dan jasa, besarnya pendapatan serta cita rasa.9 Tin­dak­
an konsumen untuk memutuskan sesuatu, tentunya di­ latar­
belakangi oleh motif-motif tertentu. Oleh karena itu, perlu dikaji
tentang motivasi konsumen dalam membuat suatu keputusan.
7
Monzer Khaf, The Islamic Economy of the Functioning of the Islamic Economic
System (Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), alih
bahasa Machnun Husen (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1995), 16.
8
Boediono, Ekonomi Mikro.., 17-18.
9
Reksoprayitno, Pengantar Ekonomi Mikro, 144.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 3


B. MOTIVASI KONSUMEN: SEBUAH PIJAKAN TEORITIK
Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong
dalam diri individu yang memaksa untuk bertindak. Tenaga
pen­­­dorong (power) tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan,
yang timbul sebagai akibat kebutuhan (need) yang tidak terpe­
nuhi. Individu secara sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk
mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang mereka ha­
rapkan akan memenuhi kebutuhan mereka dan dengan de­mi­
kian akan membebaskan mereka dari tekanan yang mereka
rasakan. Tujuan tertentu yang mereka pilih dan pola tindakan
yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut merupa­
kan hasil dari pemikiran dan proses belajar individu.10 Berikut
bagan model proses motivasi:11

Belajar

Kebutuhan,
Keinginan, Pemenuhan
dan Hasrat Ketegangan Dorongan Perilaku tujuan atau
yang belum kebutuhan
terpenuhi

Proses
Kesadaran

Pengurangan
Ketegangan

Sumber: Leon G Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2000)


Gambar 2.1 Proses Motivasi

Dalam bagan di atas digambarkan motivasi sebagai keada­­


an tertekan karena dorongan kebutuhan yang membuat individu

Schiffman, and Kanuk, Consumer Behaviour,.72


10
11
Jeffery F. Dugree, dkk., “Observation Translating Values into Product
Wants”, Journal of Advertising Research 36, vol. 6 (November 1996): 93.

4 Dr. Mochlasin, M.Ag


melakukan perilaku yang menurut anggapannya akan memuas­
kan kebutuhan dan dengan demikian akan mengurangi kete­
gangan. Apakah kepuasan akan benar-benar tercapai ter­gantung
pada tindakan yang dilakukan. Tujuan khusus yang ingin di­capai
konsumen dan rangkaian tindakan yang mereka ambil untuk
mencapai semua tujuan ini, dipilih atas dasar proses ber­pikir
(ke­sadaran) dan proses belajar sebelumnya.12
Beberapa pakar membedakan perilaku konsumen yang
memiliki motif rasional dan motif emosional. Istilah rasionalitas
dalam pengertian ekonomi tradisional menganggap bahwa para
konsumen berperilaku rasional jika mereka secara teliti mem­
pertimbangkan semua alternatif dan memilih alternatif yang
mem­­berikan kegunaan yang terbesar. Dalam konteks pemasaran,
istilah rasionalitas menyatakan bahwa para konsumen memi­lih
barang atau jasa tertentu didasarkan pada kriteria yang betul-
betul objektif, seperti ukuran, berat, harga, atau mil per galon.
Se­dangkan motif emosional, menggambarkan pemilihan kon­
sumen terhadap barang atau jasa didasarkan kriteria pribadi
atau subjektif seperti kebanggaan, ketakutan, kasih sayang dan
status. Asumsi yang mendasari perbedaan ini, bahwa para kon­
sumen selalu berusaha memilih berbagai alternatif yang dapat
membantu memaksimumkan kepuasan.
Penilaian kepuasan merupakan proses sangat pribadi yang
didasarkan pada struktur kebutuhan orang itu sendiri, mau­
pun pada pengalaman perilaku dan sosial yang dipelajari pada
waktu yang lalu. Sesuatu yang kelihatannya tidak rasional bagi
seseorang, mungkin hal itu dipandang rasional dalam konteks
psikologis bagi konsumen lainnya. Para peneliti yang berhalu­
an positivis, cenderung memandang semua perilaku konsumen
di­gerakkan secara rasional, dan mereka berusaha memisahkan
penyebab perilaku tersebut sehingga mereka dapat meramalkan

12
Schiffman & Kanuk, Consumer Behaviour, 72.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 5


sehingga mempengaruhi perilaku di waktu yang akan datang.
Para eksperientalis sering tertarik mempelajari kesenangan
hedo­nistik yang berasal dari beberapa perilaku konsumsi, se­
perti kesenangan, fantasi atau sensualitas. Mereka mempelajari
konsumen untuk memperoleh pandangan dan pengertian me­
ngenai berbagai perilaku yang dilakukan konsumen dalam ber­
bagai keadaan yang unik. 13 Berikut gambar motivasi kon­sumen:

-Ukuran
Motif Rasional Obyektif/Terukur Berat
Harga

Motif

-Kebanggaan
Motif Subyektif/Tidak
Terukur - Kesenangan
Emosional
-Status

Sumber: Leon G Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2000)


Gambar 2.2 Motif Konsumen

Motif tindakan seseorang dikarenakan setiap orang mem­


punyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Sebagian­­nya
adalah kebutuhan sejak lahir, sedangkan sebagian yang lain
adalah yang diperoleh kemudian. Kebutuhan dasar bersifat
fisio­­­logis (biogenis) meliputi kebutuhan akan makanan, air,
udara, pakaian, perumahan dan seks. Karena semua itu di­
butuh­­ kan untuk meneruskan kehidupan biologis, kebutuhan
bio­genis dianggap sebagai kebutuhan primer atau motif primer.
Ke­­butuhan perolehan (acquired need) adalah kebutuhan yang di­­­
pelajari sebagai jawaban terhadap kebudayaan atau ling­kungan.
Ini dapat mencakup kebutuhan untuk memperoleh peng­­­har­
gaan diri, martabat, kasih sayang, kekuasaan, dan pe­ nge­­
ta­
huan. Karena kebutuhan perolehan biasanya bersifat psiko­logis
13
Ibid., 78-79.

6 Dr. Mochlasin, M.Ag


(psikogenis), maka dianggap kebutuhan sekunder atau motif se­
kunder. Kebutuhan-kebutuhan ini merupakan akibat dari ke­
adaan psikologis subjektif individu dan dari berba­gai hu­bungan
dengan orang lain. Dalam hal ini dapat diberi­kan contoh, men­
cari tempat untuk rumah berarti memenuhi ke­butuhan primer
yang penting bagi seseorang yang belum memi­liki rumah. Tetapi
jenis rumah yang disewa atau dibeli, dimung­kinkan merupakan
akibat kebutuhan sekunder.14
Menurut Abraham Maslow, terdapat hierarki kebutuhan
manusia yang universal. Teori Maslow mengenal lima tingkat
dasar kebutuhan manusia, yang diurutkan berdasarkan pen­
ting­­nya dari tingkat kebutuhan yang lebih rendah (biogenis)
ketingkat kebutuhan yang lebih tinggi (psikogenis). Teori ter­
sebut mengendalikan bahwa individu berusaha memenuhi ke­
butuhan yang lebih rendah sebelum timbul tingkat kebutuhan
yang lebih tinggi. Tingkat kebutuhan paling rendah yang terus
menerus tidak terpenuhi yang dialami seseorang akan mem­
bantu memotivasi perilakunya. Jika kebutuhan tersebut sudah
terpenuhi dengan cukup baik, maka kebutuhan baru yang lebih
tinggi akan timbul sehingga orang terdorong untuk meme­nuhi­
nya. Jika kebutuhan ini sudah terpenuhi, kebutuhan baru yang
lebih tinggi lagi akan timbul dan seterusnya.15
Dalam teori hierarki kebutuhan, kebutuhan fisiologis me­­
ru­pakan kebutuhan manusia tingkat pertama dan paling dasar.
Kebutuhan ini, yang diperlukan untuk menunjang kehi­dupan
biologis, meliputi makanan, air, udara, perumahan, pakaian, seks-
semuanya merupakan kebutuhan biogenis, yang sebe­lum­­nya
disebutkan sebagai kebutuhan primer. Setelah kebutuh­an tingkat
pertama terpenuhi, kebutuhan akan aman dan per­lindungan
men­jadi kekuatan pendorong dibelakang perilaku individu. Ke­

14
Ibid., 73.
15
Abraham H. Maslow, Motivation and Personality, (New York: Harper & Row,
1970).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 7


butuhan ini jauh lebih besar dari sekedar keamanan fisik, meli­
puti ketertiban, stabilitas, kebiasaan sehari-hari, keakraban, dan
pe­ngendalian atas kehidupan diri dan lingkungan. Kesehatan
dan kemampuan memelihara kesehatan merupakan masalah
ke­
amanan yang penting. Rekening tabungan, polis asuransi,
pen­didikan, dan pelatihan kejuruan semua merupakan alat-alat
untuk memenuhi kebutuhan akan keamanan.

Aktualisasi Diri
(Pemenuhan Dir)

Kebutuhan Ego
(Martabat, status, harga)

Kebutuhan sosial
(Kasih sayang, persahabatan, pemilikan)

Kebutuhan keselamatan dan keamanan


(Perlindungan, ketertiban, Stabilitas)

Kebutuhan Fisiologis
(Makanan, air, udara, perumahan, seks)

Sumber: Abraham Maslow (1970).


Gambar 2.3 Hierarki Kebutuhan Manusia

Tingkat hierarki Maslow yang ketiga meliputi berbagai ke­


butuhan seperti cinta, kasih sayang, pemilikan, dan penerimaan.
Orang mencari kehangatan dan memenuhi kebutuhan hubung­
an antara manusia dengan orang lain dan didorong oleh cinta
kepada keluarga mereka. Karena pentingnya motif sosial dalam
masyarakat kita, pada pemasang iklan berbagai produk pe­
rawat­an diri sering menekankan daya tarik ini dalam berbagai
iklan mereka. Jika berbagai kebutuhan sosial sedikit banyaknya
susah terpenuhi, tingkat hierarki Maslow yang keempat menjadi
berlaku. Tingkat ini berhubungan dengan kebutuhan akan

8 Dr. Mochlasin, M.Ag


kepentingan diri sendri. Kebutuhan ini dapat berorientasi ke
dalam maupun ke luar diri, atau kedua-duanya. Kebutuhan ego
yang terarah kedalam diri mencerminkan kebutuhan individu
akan penerimaan diri, harga diri, kesuksesan. Dalam pandang­
an Maslow, kebanyakkan orang tidak akan cukup terpuaskan
ke­butuhan egonya jika tidak terus bergerak ketingkat yang ke­
lima, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri (penemuhan diri).
Kebutuhan ini mengacu pada keinginan individu untuk meleng­
kapi kemampuaanya untuk menjadi apa saja yang mampu ia raih,
seseorang harus menjadi apapun yang dapat dicapainya dengan
kemampuan maksimalnya.16
Teori hierarki kebutuhan Maslow mendasarkan lima tingkat
hierarki kebutuhan manusia yang utama. Kebutuhan pada urut­
an yang lebih tinggi menjadi kekuatan penggerak dibelakan pe­
rilaku manusia jika kebutuhan tingkat yang lebih rendah sudah
terpuaskan. Pada dasarnya teori itu mengatakan bahwa ketidak­
puasan akan memotivasi perilaku. Hierarki kebutuhan telah
diterima secara luas diberbagai disiplin ilmu pengetahuan sosial
karena kelihatan mencerminkan berbagai motivasi yang diduga
atau diperkirakan dimiliki banyak orang dalam masya­rakat kita.
Kelima tingkat kebutuhan yang didasarkan oleh hierarki itu
cukup umum sehingga mampu mencakup sebagian besar daftar
kebutuhan individu.
Piramida inilah yang diduga menjadi akar munculnya ka­
pitalisme dan banyak dianut dalam mazhab ekonomi saat ini.
Namun pendapat ini, belakangan mendapat kritikan dari be­be­
rapa pakar. Masalah utamanya, teori ini tidak dapat diuji secara
empiris sehingga tidak ada cara untuk mengukur dengan tepat
seberapa besar kepuasan seseorang harus tercapai sebelum ke­­
butuhan berikutnya lebih tinggi mempunyai pengaruh.17 Me­
nurut Zohar dalam Spiritual Capital, sebagaimana dikutip oleh
16
Schiffman and Kanuk, Consumer Behaviour, 90-92.
17
Ibid.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 9


Kotler, Kartajaya dan Setiawan, mestinya piramida tersebut di­
pahami terbalik sehingga kebutuhan akan pemenuhan aktuali­
sasi diri menjadi kebutuhan utama dan pertama setiap manu­
sia.18 Aktualisasi adalah kebutuhan yang beraraskan dua nilai
kombinatif, yaitu spiritualitas dan kreativitas.

Sumber: Diolah dari Maslow dan berbagai literatur


Gambar 2.4 Hierarki Kebutuhan versi Danah Zohar

C. RAGAM MODEL KEPUTUSAN KONSUMEN


Dengan mempertimbangkan berbagai pendekatan dan
bidang keilmuan seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, pema­­
saran hingga politik, setidaknya terdapat empat bentuk model
peng­­ambil­an keputusan konsumen berikut ini :

a. Model dari Henry Assael


Menurut Assael, sebelum konsumen melakukan tindakan
nyata (respon), maka ia akan melakukan proses pengambilan
ke­­putusan. Proses ini dipengaruhi oleh faktor individual dan

18
Philip Kotler, Hermawan Kartajaya dan Iwan Setiawan, Mark eting 3.0: Mulai
dari Produk ke Pelanggan ke Human Spirit, (Jakarta: Erlangga, 2010), 20.

10 Dr. Mochlasin, M.Ag


pe­ngaruh lingkungan. Faktor individual muncul setelah kon­
sumen melakukan evaluasi terhadap pembelian sebuah produk.
Pengaruh lingkungan muncul dari umpan balik dari pengem­
bangan strategi pemasaran yang dibuat oleh perusahaan atau
pro­dusen. 19 Secara sistematis menurut Assael model keputusan
ini dapat disajikan berikut ini:

Sumber: Henry Assael (1995)


Gambar 2.4 Model Keputusan Henry Assael

b. Model Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk


Untuk memahami peran sikap dalam perilaku konsumen,
kita harus memahami bagaimana sikap dikembangkan dan ba­
gaimana peran yang dimainkan. Sikap dikembangkan sepanjang
waktu melalui proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh pe­
ngaruh keluarga, kawan sebudaya, informasi, pengalaman dan
kepribadian. Perhatian utama para pemasar adalah bagaimana
kepercayaan mempengaruhi sikap terhadap merek dan bagai-
mana sikap terhadap merek mempengaruhi perilaku. Hubung-
an antara ketiga hal itu sangat penting bagi pemasar karena akan
menentukan strategi pemasaran yang berhasil. Jika iklan yang
19
Henry Assael, Consumer Behavior and Marketing Action, 5 ed., (Ohio: South-
Western College Publishing, 1995), 95.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 11


ditampilkan mampu menciptakan kepercayaan positif terhadap
merek, konsumen akan lebih mungkin untuk mempunyai sikap
positif dan membeli produk itu.

Sumber: Leon G Schiffman dan Leslie Lazar Kanuk (2000)


Gambar 2.5 Model Keputusan Schiffman dan Kanuk

Gambar di atas menunjukkan, bahwa proses pengambil­an


keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap yang berbeda
namun berhubungan satu sama lain yaitu tahap masukan (in-
put), tahap proses, dan tahap keluaran (output). Tahap masukan
mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas
produk dan terdiri dari dua sumber informasi utama, yaitu usaha
pemasaran perusahaan (produk itu sendiri, harganya, pro­­mosi­
nya, dan di mana ia dijual) dan pengaruh sosiologis eks­ternal
atas konsumen (keluarga, teman-teman, tetangga, sumber in­
for­mal dan non-komersial lain, kelas sosial, serta keanggotaan
budaya dan subbudaya). Dampak kumulatif dari setiap usaha

12 Dr. Mochlasin, M.Ag


pemasaran perusahaan, pengaruh keluarga, teman-teman, te­
tangga, dan tata perilaku masyarakat yang ada, semuanya meru­
pakan masukan yang mungkin mempengaruhi apa yang dibeli
konsumen dan bagaimana mereka menggunakan apa yang me­
reka beli.20

c. Model Didit Darmawan21

Sumber: Didit Darmawan (1995)


Gambar 2.6 Model Pengambilan Keputusan Didit Darmawan

Pada model di atas, terlihat bahwa perilaku atau tindakan


seorang konsumen (behavior) dipengaruhi oleh keingginan ber­
tindak (intention) dan keinginan ini dipengaruhi oleh empat faktor
yaitu faktor bauran pasar, psikologi, sosial budaya dan faktor
situasional.
20
Schiffman and Kanuk, Consumer Behaviour, 7-9.
21
Erna Ferrinadewi dan Didit Darmawan. Perilaku Konsumen: Analisis Model
Keputusan. (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2004), 19.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 13


d. Model J. Paul Peter dan Jerry C. Olson
Tampilan berikut adalah suatu model pengambilan ke­
pu­­tusan konsumen yang menonjolkan ketiga ciri interpretasi,
inte­grasi, dan pengetahuan produk dalam ingatan. Konsumen
harus menerjemahkan atau memberi arti bagi setiap informasi
di lingkungan sekitarnya. Dalam proses, ketiga hal tersebut men­­
ciptakan pengetahuan, arti, dan kepercayaan baru tentang ling­
kungan serta posisi ketiga hal tersebut di dalamnya.

Sumber: J. Paul Peter dan Jerry C. Olson (1990)


Gambar 2.7 Model Pengambilan Keputusan Peter dan Olson

Dalam model ini, Peter dan Olson menggunakan istilah pe­


ngetahuan (knowledge), arti (meaning) dan kepercayaan (beliefs)
yang dapat saling dipertukarkan untuk mengacu pada berba­
gai tipe interpretasi personal atau subjektif yang dihasilkan oleh
proses interpretasi. Pengetahuan, arti, dan kepercayaan dapat di­
simpan dalam ingatan yang kemudian dapat dipanggil kembali
dari ingatan (diaktifkan) dan digunakan dalam proses integrasi.
Proses integrasi (integration processes) menyangkut bagaimana

14 Dr. Mochlasin, M.Ag


kon­sumen mengkombinasikan berbagai jenis pengetahuan (1)
untuk membentuk evalusi produk, objek lain, serta perilaku, dan
(2) untuk membentuk pilihan di antara beberapa perilaku alter­
natif, seperti pembelian.22
Pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah melakukan
peng­inderaan suatu objek tertentu, baik menggunakan indera
peng­lihatan, pendengaran, penciuman, rasa atau raba.23 Penge­
tahuan yang dimaksud di sini adalah pengetahuan konsumen
tentang suatu produk atau jasa. Menurut Mowen dan Minor pe­
ngetahuan konsumen adalah tingkatan informasi yang dimiliki
konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta
pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa ter­
sebut serta informasi yang berhubungan dengan fungsinya se­
ba­­gai konsumen.24
Peter dan Olson juga menyimpulkan, bahwa trust dapat
mem­ pengaruhi keputusan perilaku konsumen sebagaimana
dapat dilihat pada model. Trust (kepercayaan) menurut Mowen
dan Minor adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh kon­
sumen dan semua kesimpulan yang dibuat tentang objek, atribut
dan manfaatnya. Objek dapat berupa produk, orang, perusaha­
an dan segala sesuatu di mana seseorang memiliki kepercaya­an
dan sikap. Atribut adalah karakteristik yang mungkin dimiliki
atau tidak dimiliki oleh objek. Manfaat adalah hasil positif yang
di­beri­kan atribut kepada konsumen.25
Sedangkan menurut Mayer, kepercayaan sebagai suatu ke­
inginan untuk menerima tindakan dari orang lain berdasar­kan
suatu pengharapan bahwa orang lain tersebut akan melaku­kan

22
J. Paul Peter and Jerry C. Olson, Consumer Behavior and Marketing Strategy
(Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran), alih bahasa Damos Sihombing (Surabaya:
Erlangga, 1990), 47.
23
Soekijo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), 138.
24
John C. Mowen dan Michael Minor, Perilaku Konsumen (Consumer
Behavior), alih bahasa Lina Salim (Jakarta: Erlangga, 2002), 135.
25
Mowen dan Minor, Perilaku Konsumen (Consumer Behavior), 312.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 15


sesuatu tindakan tertentu yang penting bagi seseorang yang
mem­berikan sebuah kepercayaan, memonitor dan mengen­dali­
kan pihak lain.26 Menurut Anderson dan Narus, kepercayaan
adalah suatu keinginan untuk bergantung pada partner kerjasama
yang telah diyakini.27
Beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
trust adalah kepercayaan pihak tertentu terhadap pihak lain
dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu keya­
kinan bahwa orang yang dipercayainya tersebut akan meme­­
nuhi segala kewajibannya secara baik, sesuai yang diharapkan.
Oleh karena itu kepercayaan terhadap tenaga penjual, produk dan
pe­rusahaan sangat penting dalam menjaga hubungan jangka
panjang antara perusahaan dengan konsumen karena keper­ca­
yaan adalah keyakinan secara menyeluruh dari buyer terhadap
tenaga penjual, merek, dan perusahaan terhadap pemenuhan pe­
nawaran sesuai pengetahuan pelanggan.28
Konsumen atau pelanggan memiliki persepsi sendiri-sen­
diri tentang kepercayaan terhadap perusahaan termasuk dalam
dunia perbankan syariah. Kepercayaan konsumen atau pe­­langgan
dapat membentuk tiga kategori sebagaimana digam­bar­kan pada
gambar 2.12 dibawah.
Kepercayaan atribut-manfaat (object-atribut beliefs) yaitu ke­
per­cayaan kepada sebuah objek seperti orang, barang atau jasa.
Kepercayaan manfaat-atribut (attribute-benefit beliefs) yaitu kon­
sumen akan memilih produk atau jasa yang akan memberikan
manfaat yang dapat dikenal oleh konsumen. Sedangkan keper­
cayaan terhadap manfaat objek (object-benefit beliefs) adalah ke­

26
R.C. Mayer, J.H. Davis dan F.D. Schoorman, “An Integratif Model of
Organizational Trust,” Akademi Management Review, vol. 30, no. 3 (1995): 709-734.
27
James C. Anderson dan James A Narus, A Model of Distributor Firm and
Manufacturer Firm Working Patnership, Journal of Marketing, vol. 54 (1990), 42-58.
28
Jennifer Adji dan Hatane Semuel, MS, “Pengaruh Satisfaction dan Trus ter­
hadap Minat Beli Konsumen (Purchase Intention) di Starbucks the Square Surabaya,”
Jurnal Manajemen Pemasaran Petra, vol. 2, no. 1 (2014): 1-10.

16 Dr. Mochlasin, M.Ag


per­cayaan konsumen tentang seberapa jauh suatu produk atau
jasa tertentu akan memberikan manfaat tertentu.29

Sumber: John C. Mowen dan Michael Minor (2002)


Gambar 2.12 Unsur Kepercayaan Konsumen

e. Philip Kotler
Kepuasan atas penggunaan suatu produk akan memper-
kuat sikap dan mempertinggi probabilitas pembelian kembali.
Menurut Kotler proses keputusan nasabah dipengaruhi oleh
dorong­an pasar dan dorongan ekonomi dan customer charac­teris­
tics. Customer characteristics adalah sifat-sifat masyarakat yang
mempengaruhi proses keputusan untuk membeli produk atau
jasa. Karakteristik masyarakat, bersifat kultural, sosial, per­sonal,
dan psikologis. Model ini menurut Kotler dapat digambar­­kan
berikut ini:30

29
Mowen dan Minor, Perilaku Konsumen (Consumer Behavior), 312-313.
30
Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and
Control. Ninth Edition, (New York: Prentice-Hall, 1997), 172.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 17


Marketing
Stimuly

1.Product
2. Price Bank Customer’s
3. Promotion Characteristics
4. Place Bank
Customer
Decision 1. Cultural
Process 2. Social
3. Personal
Economy 4. Psychological
Stimuly

Sumber: Philip Kotler dengan penyesuaian, 1997


Gambar 2.8 Model Keputusan Philip Kotler

18 Dr. Mochlasin, M.Ag


BAB II

GRAND THEORY UNTUK MEMBEDAH


MOTIF NASABAH

A. TEORI CUSTUMER VALUE


Sebagai trust industry, perbankan harus senantiasa menjaga
kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan cara mem­per­
hatikan value (nilai) yang diharapkan oleh nasabah. Pelanggan
atau nasabah akan melakukan pilihan yang ditawarkan pasar
(perbankan), baik berupa produk jasa maupun layanan berda­
sarkan pada nilai dan kepuasan yang mereka persepsikan. Me­
nurut Kotler dan Armstrong, nilai konsumen (customer value)
adalah perbedaan antara nilai yang didapatkan oleh konsumen
dengan nilai yang diharapkan (expectation) oleh penawaran pasar.
Harapan konsumen (customer expectation) didasarkan pada pe­
ngalaman pasca beli, opini dari pelanggan lain (teman), infor­
masi dari pemasar dan pesaing serta dari promosi.1 Sedangkan
menurut Kotler dan Keller, nilai pelanggan adalah selisih an­tara
total nilai pelanggan (total customer value) dengan total biaya pe­
langgan (total customer cost). Total nilai pelanggan adalah se­­kum­
pulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau
jasa tersebut. Total biaya pelanggan adalah sekum­pulan biaya
yang dikeluarkan oleh konsumen untuk meng­evaluasi men­­dapat­
kan, menggunakan dan membuang produk atau jasa ter­tentu.2

1
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Principles of Marketing (New Jersey: Pearson
Education, Inc, 1996), 9.
2
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Marketing Management (14 ed.), (New
Jersey: Pearson Education, Inc, 2012), 124.

19
Sedangkan dalam pandangan Schiffman dan Kanuk seba­
gai­mana dikutip oleh Logiawan dan Subagio, mendefinisikan
customer value sebagai rasio antara manfaat yang didapat oleh
konsumen baik secara ekonomi, fungsional maupun psikologis
terhadap sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh
man­ faat-manfaat tersebut yang berupa uang, waktu, tenaga,
mau­­pun psikologis. Manfaat produk berhubungan dengan ke­
andalan, daya tahan, kinerja dan nilai jual kembali dari produk
atau jasa yang ditawarkan.3 Menurut Sweeney dan Soutar di­
mensi nilai terdiri empat aspek utama yaitu:4
1. Emotional value, manfaat atau utilitas yang berasal dari pe­
ra­­saan (afeksi) atau emosi positif yang ditimbulkan dari
meng­­­gunakan jasa perbankan. Pada dunia perbankan, emo­
tional value dapat ditimbulkan dari suasana dan kenya­manan
tempat yang dirasakan oleh nasabah. Nilai emosional dalam
teori customer value ini, hanya menyangkut aspek tangible
belum masuk pada area religiositas. Padahal aspek motif re­
ligius dalam bertindak sangat penting bagi konsumen agama
tertentu.
2. Social value, manfaat atau utilitas yang didapat dari ke­mam­
puan produk untuk meningkatkan konsep diri-sosial kon­
sumen. Social value pada perbankan, ditimbulkan adanya
kontak sosial konsumen dengan seluruh karyawan atau staff
perbankan.
3. Quality (performance value), manfaat atau utilitas yang di­dapat
dari produk karena reduksi biaya jangka pendek dan biaya
jangka panjang. Pada perbankan, dimensi ini ditimbulkan
dari nilai secara keseluruhan pelayanan dan kualitas produk

3
Yenny Logiawan dan Hartono Subagio, “Analisa Customer Value terhadap
Customer Loyalty dengan Customer Satisfaction sebagai variabel intervening
pada Restoran Bandar Djakarta Surabaya, Jurnal Manajemen Pemasaran Petra, Vol.
2, No. 1, 2014: 1-11.
4
J.C. Sweeney,. and G.N. Soutar, “Consumer Perceived Value: The Development
of A Multiple item Scale,” Journal of Retailing, Vol. 77, No. 2, 2001: 203-220.

20 Dr. Mochlasin, M.Ag


jasa perbankan.
4. Price (value of money), manfaat atau utilitas yang diperoleh
dari persepsi terhadap kinerja yang diharapkan dari suatu
produk atau jasa. Pada perbankan, dimensi ini dapat dilihat
dari harga sebuah produk jasa tersebut dibandingkan dengan
porsi, pelayanan, maupun tempat yang disediakan.

Sumber: J.C. Sweeney and G.N. Soutar


Gambar 2.9 Dimensi Customer Value

Target penentuan nilai pelanggan oleh sebuah perusahaan


dalam rangka menciptakan customer satisfaction (pelanggan yang
puas). Customer dalam istilah Indonesia disebut pelanggan, ber­
asal dari kata custom yang didefenisikan sebagai upaya membuat
sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa dan juga bisa diartikan
mempraktekkan suatu kebiasaan. Pelanggan adalah seseorang
yang terbiasa untuk membeli atau menggunakan suatu produk
atau jasa. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan inter­
aksi yang sering selama periode waktu tertentu. Tanpa adanya

Grand Theory untuk Membedah Motif Nasabah 21


hubungan yang kuat dan pembelian berulang, orang tersebut
bukanlah pelanggan tetapi disebut hanya sebagai pembeli.5 Pe­
langgan dalam kontek penelitian ini adalah nasabah, yaitu orang
atau badan hukum yang mempunyai rekening simpanan atau
pinzaman pada pihak bank. Sehingga nasabah dapat dikatakan
sebagai orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pe­
langgan bank.6
Sedangkan satisfaction (kepuasan) menurut Kotler dan Keller,
suatu perasaan senang atau kecewa seseorang terhadap suatu
produk setelah ia membandingkan hasil atau prestasi produk
yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil produk yang di
harap­kan. Jika kinerja memenuhi harapan, maka itu arti­ nya
pelanggan puas. Tetapi jika kinerja melebihi harapan pelanggan,
maka hal ini berarti pelanggan puas atau amat puas.7 Sedangkan
menurut Oliver, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
yang didapatkan seseorang dari membandingkan antara kinerja
(hasil) produk (percieved performance) yang dipersepsikan ekspek­
tasinya.8 Nilai kepuasan pelanggan dalam kajian pemasar­ an
dirumuskan sebagai berikut:

CPV = TCB-TCC

Keterangan:
CPV= Customer Perceived Value (Nilai yang dirasakan pe­langgan)
TCB= Total Customer Benefit (Total manfaat pelanggan)
TCC= Total Customer Cost (Total biaya pelanggan)

Menurut Simamora, kepuasan pelanggan adalah hasil pe­


nga­laman terhadap produk atau juga dalam bidang jasa. Ke­
5
Jill Griffin, Customer Loyalty, edisi revisi (Jakarta: Erlangga, 2005), 31.
6
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung: Alfabeta,
2010), 189
7
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran (Marketing Mana­
gement), Edisi Tiga Belas, alih bahasa Bob Sabran (Jakarta Air Langga, 2008), 139.
8
R.L. Oliver, ‘Customer Satisfaction Research’, in R. Grover and M. Vriens (ed.),
Handbook of Marketing Research ( CA: Sage Publication, 2006): 569-587.

22 Dr. Mochlasin, M.Ag


puas­an sebuah situasi perasaan atau persepsi pelanggan setelah
membandingkan antara harapan (prepurchase expectation) dengan
kinerja aktual (actual performance). Berdasarkan definisi ini, dapat
disimpulkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari kesan
kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan, maka
pelanggan tidak puas. Jika kinerja sesuai dengan harapan, maka
pelanggan puas.9

B. KEBUTUHAN DAN KEINGINAN KONSUMEN


Menurut Hanan dan Karp, untuk menciptakan kepuasan
pelanggan suatu perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Pemenuhan kepuasan pelanggan dapat
dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut:10
a. Product Factor (Faktor-faktor yang berkaitan dengan suatu
produk)
1) Kualitas produk (Product Quality), merupakan mutu dari
semua komponen-komponen yang membentuk suatu
pro­
duk, sehingga produk tersebut mempunyai nilai
tambah (add value).
2) Hubungan antara nilai sampai pada harga, merupakan
hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan
oleh perbedaan antara nilai yang diterima oleh seorang
pelanggan dengan harga yang dibayar atau dikeluar­
kan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan
usaha.
3) Bentuk produk atau jasa, merupakan komponen-kom­
ponen fisik dari suatu produk atau jasa yang meng­hasil­
kan suatu manfaat tertentu.

9
Henry Simamora, Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Ketiga (Yogyakarta:
STIE YKPN, 2003), 18.
10
Mack Hanan and Peter Karp, Customer Satisfaction: How to Maximize. Measure
and Market Your Company’s Ultimate Product (New Yorl: American Management
Association, 1991), 126-127.

Grand Theory untuk Membedah Motif Nasabah 23


4) Keandalan, merupakan kemampuan dari suatu perusa­
haan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
apa yang dijanjikan oleh suatu perusahaan.
b. Service Factor (Faktor-faktor yang berkaitan dengan pe­la­
yanan)
1) Jaminan, merupakan suatu jaminan yang ditawarkan
pe­rusahaan untuk harga pembelian atau mengadakan
perbaikan terhadap produk atau jasa yang rusak setelah
pembelian.
2) Respon dari cara pemecahan masalah, merupakan sikap
dari karyawan dalam menanggapi keluhan serta ma­
salah yang dihadapi pelanggan.
c. Purchase Factor (Faktor-faktor yang berkaitan dengan suatu
pembelian)
1) Pengalaman karyawan merupakan semua hubungan
antara pelanggan dengan karyawan khususnya dalam
komunikasi yang berhubungan dengan pembelian.
2) Kemudahan (easiness) dan kenyamanan, adalah segala
ke­mudahan dan kenyamanan yang diberikan oleh pe­
rusahaan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan­nya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan menurut


Lupiyoadi terdapat lima faktor sebagai berikut:11
a. Kualitas Produk (Product Quality)
Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi menun­juk­
kan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Kon­
sumen rasional selalu menuntut produk yang berkualitas
pada setiap pengorbanan yang dilakukan untuk memper­
oleh produk tersebut. Dalam hal ini kualitas produk yang
baik akan memberikan nilai tambah di benak konsumen.

11
R. Lupioyadi, Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek (Service Marketing
Management: Theory and Practice) (Jakarta: Salemba Empat, 2001).

24 Dr. Mochlasin, M.Ag


b. Kualitas Pelayanan (Service quality)
Kualitas pelayanan di bidang jasa, pelanggan akan merasa
puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau
sesuai dengan yang diharapkan. Pelanggan yang puas akan
menunjukkan kemungkinan untuk kembali membeli pro­
duk yang sama. Pelanggan yang puas cenderung akan mem­
berikan persepsi positif terhadap produk perusahaan.
c. Faktor Emosional (Emotional Factor)
Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan ke­ya­
kinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila meng­
gunakan produk dengan merk tertentu yang cen­ derung
mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan
yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi
nilai sosial atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi
puas terhadap merk tertentu.
d. Faktor Harga (Price Factor)
Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi mene­
tapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai
yang lebih tinggi kepada konsumennya. Elemen ini mempe­
ngaruhi konsumen dari segi biaya yang dikeluarkan, biasa­
nya semakin mahal harga perawatan maka pasien mem­
punyai harapan yang lebih besar.
e. Faktor Biaya
Konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau
tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu
pro­duk atau jasa, mereka akan cenderung merasa puas ter­
hadap produk atau jasa tersebut.

C. THEORY OF PLANNED BEHAVIOR: KEHENDAK


NASABAH PERSPEKTIF PSIKOLOGIS
Dalam kajian psikologi, perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

Grand Theory untuk Membedah Motif Nasabah 25


Kajian ini telah memunculkan sebuah teori yang dikenal dengan
Theory of Reasoned Action (TRA). Teori ini menghubungkan ke­
yakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention) dan pe­
rilaku (behavior). TRA mulai dirintis dan dikembangkan oleh Icek
Ajzen bersama rekannya Martin Fishbein pada tahun akhir 1960­
an dan awal 1970an.12 Teori ini disusun menggunakan asumsi
dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan
mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam teori
ini, Ajzen menyatakan bahwa niat seseorang untuk melaku­kan
suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilaku­
kan­nya perilaku tersebut.
Selanjutnya Ajzen berpendapat, bahwa niat melakukan
atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua
pe­nentu utama, pertama berhubungan dengan sikap (attitude
towards behavior) dan kedua berhubungan dengan pengaruh
sosial atau norma subjektif (subjective norms). TRA kemudian di­
kem­bangkan dan direvisi melalui kolaborasi antara Ajzen dan
Fishbein menjadi Theory of Planned Behavior (TPB) dan diterbit­
kan pada tahun 1980.13 TPB didasarkan pada asumsi bahwa ma­
nusia adalah makhluk rasional dan menggunakan infor­masi-
informasi yang diperoleh secara sistematis. Biasanya orang akan
memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum me­mutus­
kan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.14 Meski­pun
demikian, terdapat kritik terhadap konsep Ajzen dan Fishbein
ini dengan munculnya istilah behavioral economics (perilaku eko­
12
Beberapa karya tentang teori ini misal Icek Ajzen dan Martin Fisbein, “The
Prediction of Behavioral Intentions in a Choice Situation,” Journal of Experimental
Social Psicology, vol 5 (1969), 400-416. Icek Ajzen dan Martin Fisbein, The Prediction
of Behavior from Attitudinal and Normative Variables,” Journal of Experimental
Social Psicology, vol. 6 (1970): 466-487.
13
Icek Ajzen dan Fishbein, Martin, Understanding Attitudes and Predicting Social
Behavior, Engliwood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc., (1980). Icek Ajzen secara khusus
menulis tentang “The Theory of Planned Behavior dalam Icek Ajzen,” The Theory of
Planned Behavior, Organizational Behavior and Human Decission Processes, vol. 50,
(1991), 179-211.
14
Zakarija Achmat, Theory of Planned Behavior, Masihkah Relevan (2010) dalam
http://zakarija.staff.umm.ac.id.html. Diunduh tanggal 10 Januari 2016.

26 Dr. Mochlasin, M.Ag


nomi) oleh Richard Thaler. Menurut Thaler manusia sering ber­
pikir secara tidak rasional atau irasional, rasionalitas dan obyek­
tivitas sebenarnya hanyalah fantasi yang ada pada diri manusia.15
Dalam pengembangan teori ini, Ajzen menyimpulkan bahwa
TRA hanya berlaku bagi tingkah laku seseorang yang berada di
bawah kontrol penuh individu karena ada faktor yang dapat
menghambat atau menjembatani realisasi niat ke area tingkah
laku. Berdasarkan analisis ini, Ajzen menambahkan suatu faktor
yang berkaitan dengan kontrol individu, yaitu perceived behavior
control (PBC). Penambahan satu faktor ini kemudian meng­ubah
TRA menjadi TPB. Teori TPB ini menghubungkan keyakinan
(beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku
(behavior). Untuk mengetahui apa yang akan dilakukan sese­
orang, cara terbaik untuk meramalkannya adalah mengetahui
intensi atau keinginginan berbuat orang tersebut.
Model teoretik dari teori perilaku yang direncanakan (Theory
Planned Behaviour) mengandung lima fondasi yaitu:16
1. Subjective norm atau norma subjektif
Norma subjektif adalah sejauh mana seseorang memiliki
motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap pe­
rilaku yang akan dilakukannya (normative belief). Jika indi­
vidu merasa bahwa hal itu adalah hak pribadinya untuk me­
nentukan apa yang dilakukannya, bukan ditentukan oleh
orang lain di sekitarnya, maka dia akan mengabaikan pan­­
dangan orang tentang perilaku yang akan dilakukan­nya.
Feno­mena ini digambarkan Fishbein dan Ajzen dengan isti­
lah motivation to comply, maksudnya apakah individu ma­
ma­tuhi pandangan orang lain yang berpengaruh terhadap

15
Richard Thaler adalah profesor ekonomi peraih Nobel 2017 dan pakar dalam
behavioral economics dalam karyanya Predictably Irrational.
16
Icek Ajzen, Attitude, Personality and Behavior (New York: Open Universuty
Press, 2005), 123-126. Lihat pula dalam Zakarija Achmat, Theory of Planned Behavior,
Masihkah Relevan? (2010) dalam http://zakarija.staff.umm.ac.id.html. Diunduh tanggal
10 Januari 2016.

Grand Theory untuk Membedah Motif Nasabah 27


hidupnya atau tidak mempengaruhi. Menurut Ajzen, apa­
bila dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih
me­­motivasi orang yang bersangkutan untuk meme­ nuhi
harapan tersebut, maka akan lebih menyokong kemung­
kinan seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan
ter­sebut. Namun jika harapan dari orang lain itu ter­nyata
lemah, kurang memotivasi untuk memenuhi harapan ter­
sebut, maka orang yang bersangkutan akan meng­abai­kan
harapan orang lain tersebut.
2. Attitude toward behaviour atau sikap terhadap perilaku.
Menurut Ajzen, seseorang yang percaya menampilkan pe­
rilaku tertentu akan mengarahkan pada hasil yang positif,
maka akan mempunyai sikap favorable terhadap ditampil­
kannya perilaku, sedangkan seseorang yang percaya bahwa
menampilkan tingkah laku tertentu akan mengarahkan pada
hasil yang negatif, maka ia akan mempunyai sikap se­balik­
nya yaitu unfavorable.
3. Perceived behaviour control atau persepsi kemampuan me­
ngontrol
Sebuah keyakinan (beliefs) apakah individu pernah mela­ku­
kan atau tidak pernah melakukan perilaku tertentu, individu
memiliki fasilitas dan waktu untuk melakukan perilaku itu,
kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan
dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak punya
untuk melakukan perilaku itu. Semakin besar kesempatan
seseorang untuk menampilkan tingkah laku serta semakin
sedikit halangan dan rintangan yang dapat diantisipasi, maka
makin besar pula persepsi mereka terhadap control untuk
menampilkan suatu perilaku.
4. Behavioral Intention atau minat berperilaku
Merupakan kecenderungan seseorang dalam melakukan
pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu peri­
laku. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memi­

28 Dr. Mochlasin, M.Ag


liki sikap positif pada perilaku tertentu dan sejauh mana bila
dia memilih untuk melakukan perilaku itu dia mendapat
dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam
kehidupannya. Seseorang yang mempunyai intensi atau
niat berperilaku tinggi, maka seseorang yang bersangkutan
akan melakukan perilaku tersebut. Namun jika seseorang
yang bersangkutan memiliki intensi atau niat yang rendah,
dengan demikian perilaku tersebut tidak akan dilakukan
atau terwujud.
5. Behavior atau perilaku
Behavior merupakan fungsi dari niat yang direalisasikan
dan tanggapan dari perilaku dalam control perilaku yang di­
persepsi seseorang.

Model teori Planned Behaviour dapat disajikan dalam bagan


berikut ini:

Sumber: Icek Ajzen (2005)


Gambar 2.11 Theory of Planned Behaviour

Grand Theory untuk Membedah Motif Nasabah 29


Theory of Planned Behaviour ini kemudian dikembangkan oleh
Fred Davis pada tahun 1986 dengan nama Technology Acceptance
Model (TAM).17 Model ini dibangun untuk menganalisis dan
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya peng­
gunaan teknologi komputer. Dengan demikian, TAM merupa­
kan hasil pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA)
yang lebih dahulu dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada
1980. TAM merupakan salah satu jenis teori yang meng­guna­
kan pendekatan teori perilaku (behavioral theory) yang banyak di­
gunakan untuk mengkaji proses adopsi teknologi informasi.
Model yang bagus itu tidak hanya berfungsi untuk mem­
prediksi, namun idealnya juga harus bisa menjelaskan tindakan
sebenarnya. 18 TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memper­
kirakan penerimaan (acceptance) pengguna terhadap suatu sistem
informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk menge­
tahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan ter­
hadap suatu teknologi dalam suatu organisasi. Teori mampu
men­jelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan akan man­
faat suatu sistem informasi (perceived usefulness), kemudahan
peng­gunaannya (perceived ease of use), keinginan berperilaku
(behavioral intention) dan penggunaan aktual atau sebenarnya dari
pengguna (actual use).19
Dengan demikian, menggunakan TAM akan mampu men­
jelas­kan mengapa sistem teknologi yang digunakan di suatu lem­
baga bisa diterima atau tidak oleh pengguna.20 Dalam pene­litian
ini, teori TAM akan diadopsi untuk melihat hubung­an faktor
17
Salah satu karya yang cukup representatif tentang model ini lihat M. Davis,
A Technology of Acceptance Model for Empirically Testing New-end User Information
System: Theory and Result (Massachusetts, USA: Sloan School of Management,
Massachusets Institute of Technology, 1986.
18
Endang Fatmawati, “Technology Acceptance Model (Tam) untuk
Menganalisis Penerimaan terhadap Sistem Informasi Perpustakaan, “Jurnal Iqra’,
Volume 09 No.01 Mei, 2015.
19
https://statistikakomputasi.wordpress.com/.../sekilas-tentang-technology acceptance,
diunduh 1 Maret 2017.
20
Fatmawati, “Technology Acceptance.

30 Dr. Mochlasin, M.Ag


yang mempengaruhi keinginan berperilaku dan pengaruhnya
terhadap penggunaan sebenarnya nasabah Muslim di perban­
kan syariah (actual use). Model TAM dapat dilihat dalam gambar
berikut ini:

Sumber: M. Davis (1986)


Gambar: 2.12 Technology Acceptance Model

D. TIPOLOGI KONSUMEN ATAU NASABAH


Dalam dunia pemasaran, hubungan antara pelanggan
dengan tingkat kepuasaan dapat memunculkan perilaku nasa­
bah yang beragam coraknya. Belum tentu pelanggan yang puas
akan memiliki loyalitas tinggi dan akan bergabung selama­nya.
Oleh karenanya, perusahaan harus cermat dan terus melakukan
observasi untuk mendeteksi perilaku pelanggan. Hanya ke­puas­
an sejati yang akan menjadikan pelanggan memiliki lo­yalitas
sejati. Tipe hubungan pelanggan terhadap perusahaan atau suatu
produk dapat digambarkan berikut ini:21

21
L Schiffman,. D Bednall, A.O Cass, A Paladino, & L Kanuk, Consumer Behavior
(3rd ed.), (Australia: Pearson Education, 2005).

Grand Theory untuk Membedah Motif Nasabah 31


Sumber: Schiffman, & Kanuk (2005)
Gambar 5.6 Tipe Hubungan Pelanggan

Kelima tipe nasabah di atas dapat dijelaskan sebagai be­


rikut:22
1. Nasabah memiliki persepsi bahwa kinerja perusahaan yang
dirasakan melampaui harapannya sehingga ia merasa puas,
nasabah ini disebut apostles. Nasabah ini akan loyal dan akan
menggunakan produk kembali (repeated order) serta selalu
akan memberikan informasi dari mulut ke mulut (word of
mouth) yang positif kepada orang lain.
2. Pelanggan yang menilai atau merasakan kinerja perusahaan
tidak ada sesuatu yang lebih dibandingkan dengan perusa­
haan lainnya, nasabah ini disebut defector. Pelanggan model
ini biasanya memutuskan berpindah kepada produk atau

22
Ni Luh Suastuti, “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wisata­
wan terhadap Produk Freestanding Restaurant di Kawasan Pariwisata Nusa Dua
Kabupaten Badung,” Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, vol 4, No 2 (Juli 2007), 20-
26. Lihat pula M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung:
Alfabeta, 2010): 195.

32 Dr. Mochlasin, M.Ag


perusahaan lainnya apabila terdapat perusahaan lainnya me­
nawarkan kinerja yang lebih memuaskan.
3. Tipe pelanggan yang memiliki pengalaman buruk atau
pe­nilaian negatif terhadap kinerja perusahaan atau suatu
pro­duk yang selama ini digunakan, pelanggan ini disebut
terorist. Pelanggan ini akan selalu menyampaikan kinerja
buruk, produk atau jasa yang tidak memuaskan kepada orang
lain. Bahkan ada upaya pelanggan ini untuk mencegah
calon pelanggan menggunakan produk atau jasa tersebut.
4. Pelanggan yang tidak puas terhadap kinerja atau produk
suatu perusahaan, tetapi karena faktor tertentu ia tidak dapat
beralih pada perusahaan atau produk lainnya, nasabah ini
disebut hostages. Dalam kasus ini, perusahaan diuntungkan
karena pelanggan tetap akan menggunakan produk atau
jasa karena memang tidak ada alternatif lainnya.
5. Pelanggan yang sangat puas tetapi tidak memiliki loyalitas
yang sebenarnya yang disebut mercenaries. Pelanggan tipe
ini berpotensi menjadi tipe defector apabila mendapatkan
harga murah di perusahaan lainnya meskipun mendapatkan
pelayanan yang tidak memuaskan dibandingkan perusaha­
an sebelumnya.

Menurut Schiffman dan Kanuk, terdapat empat model pan­


dangan perilaku konsumen dalam melakukan suatu keputusan
memilih produk maupun pemanfaatan jasa yaitu:23
a. Economic Perspective (Pandangan ekonomi)
Dalam kajian teori ekonomi, konsumen sering diberi ciri se­
bagai pengambil keputusan yang rasional. Perilaku rasional
digambarkan sebagai konsumen yang memiliki karakter:1)
mengetahui semua alternatif produk yang tersedia; 2) mam­
pu melakukan pemeringkatan setiap alternatif dari aspek
keuntungan dan kerugian; 3) memiliki kemampuan me­­nge­
23
Schiffman and Kanuk, Consumer Behaviour.

Grand Theory untuk Membedah Motif Nasabah 33


nal alternatif yang tersedia. Pemahaman demikian adalah
pan­dangan umum dari ekonom klasik, nampaknya sulit
diterima karena dipandang terlalu idealis dan sim­plistis.
b. Pasive Perspective (Pandangan pasif)
Pandangan ini bertolaka belakang dengan pandangan eko­
nomi, para konsumen dianggap berperilaku berdasar­kan
kata hati dan cenderung irasional. Konsumen dalam pan­­
dangan ini juga dianggap selalu tunduk pada tujuan dan
hegemoni pasar. Cara pandang ini dinilai juga tidak rea­
listis, karena pada kenyataannya konsumen selalu ber­upaya
memuaskan dengan plihan-pilihannya meskipun dalam
kadar yang berbeda-beda.
c. Cognitive Perspective (Pandangan rasional)
Pandangan ini menggambarkan konsumen sebagai problem
solver dengan cara melakukan proses berpikir. Konsumen
berupaya mengolah informasi yang masuk yang kemudian
menghasilkan formasi pilihan yang dipandang dapat me­
muaskan kebutuhannya. Pandangan ini dipandang sebagai
jalan tengah antara model pandangan ekonomi dan pasif
ekstrim. Konsumen dipandang memiliki kemampuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat mempengaruhi kepu­
tusan, meskipun informasi itu tidak sesempurna sebagai­
mana digambarkan dalam model pandangan ekonomi.
d. Emotional Perspective (Pandangan emosional).
Pandangan ini menggambarkan konsumen yang bertindak
berdasarkan desakan hati (afektif), tanpa banyak melaku­kan
pencarian informasi untuk menentukan pilihan alter­natif
yang mungkin tersedia. Meskipun pandangan ini di­anggap
sebagai perilaku konsumen yang irasional, tetapi dalam
praktik sebenarnya sering seseorang mendasarkan pilihan­
nya pada kepuasan emosional. Dengan demikian, kepuasan
biasanya dilihat dari dua aspek, yaitu kognitif dan afektif.24
24
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Pelanggan Puas? Tak Cukup (Yogyakarta:

34 Dr. Mochlasin, M.Ag


Dalam konteks nasabah bank syariah, model pandangan ini
dapat digambarkan sebagai nasabah yang sudah terpuas­
kan karena mendasarkan pada branding syariah semata tanpa
banyak menilai produk, layanan dan lain-lain.

Sumber: Schiffman dan Kanuk dengan penyesuaian(2000)


Gambar 5.7 Model Pandangan Konsumen

F. PENGEMBANGAN MODEL DALAM PERILAKU KON­


SUMEN
Model atau kerangka pemikiran teoritis adalah penyeder­
hanaan dari dunia nyata yang membentuk suatu pemahaman
atau pengertian utuh tentang bagaimana suatu masalah dipecah­
kan. Model juga berarti serangkaian hipotesis yang secara ber­
sama-sama membentuk sebuah penjelasan utuh mengenai se­buah
masalah penelitian yang antara lain digambarkan me­lalui sebuah
sebab akibat.25 Secara hierarki, model yang akan dikembangkan

Andi, 2015), 22-23.


25
Augusty Ferdinand, Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk
Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen (Semarang: UNDIP Press,

Grand Theory untuk Membedah Motif Nasabah 35


dalam penelitian ini merupakan derivasi, reduksi dan inovasi
dari model-model dan teori-teori sebelumnya sebagaimana di­
papar­kan dalam gambar berikut:

Sumber: Berbagai literatur diolah


Gambar 2.13 Pengembangan Teoritis

2014), 55.

36 Dr. Mochlasin, M.Ag


BAB III

CONSUMER BEHAVIOR PERSPEKTIF


EKONOMI ISLAM

A. PERBEDAAN KONSEP WANT DAN NEED


Dalam framework ekonomi konvensional, masalah ekonomi
muncul diasumsikan karena kelangkaan sumber daya, oleh
karena­nya solusi yang ditawarkannya adalah menghilangkan
ke­­langkaan sumber daya. Tentunya solusi ini tidak akan me­nye­
le­saikan masalah, karena ketidakmampuan yang melekat pada
sumber daya materi untuk memenuhi semua yang diingin­kan
(want) manusia sebagaimana telah dijelaskan dalam beberapa
ayat Alquran. Kepuasan (satisfaction) yang diingin­kan manusia
se­be­narnya hanyalah asumsi teoretik untuk menye­lesaikan pro­
blem ekonomi. Sedangkan dalam framework ekonomi Islam,
akti­vitas ekonomi dilakukan dalam rangka menjaga kesejah­
teraan (maslahah). Kegiatan ekonomi yang mengait­kan maslahah,
dilakukan sebagai kewajiban keagamaan untuk men­dapatkan
kebaikan tidak hanya di dunia ini tapi juga di akherat. Semua
aktivitas yang memiliki maslahah bagi umat manusia disebut ke­
butuhan (need) dan kebutuhan ini memang harus dipenuhi.1
Fokus utama dalam ekonomi kapitalis adalah efisiensi, ke­
khawatiran ini sebenarnya muncul langsung dari definisi masalah
ekonomi itu sendiri. Konsep efisien dalam ekonomi kapi­talis
adalah untuk memaksimalkan kepuasan dengan sumberdaya

1
M. Fahim Khan, Essays in Islamic Economic (United Kingdom: The Islamic
Foundation, 1995), 37.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 37


yang tersedia. Adapun dalam Islam, efisiensi dimaknai seba­
gai me­mak­simalkan pemenuhan kebutuhan (maslahah) dengan
sumber daya yang tersedia. Permasalahan kemudian muncul,
apa­bila kebutuhan tidak terbatas sedangkan sumber daya ter­
batas, apakah solusinya hanya cukup secara ekonomi? Jika ke­
inginan manusia yang hampir tak terbatas dan sumber daya yang
langka, tentunya tidak bisa memenuhi semua yang diinginkan
oleh masyarakat.2
Keinginan (want) dalam konsep kapitalis ditentukan oleh
konsep utilitas, sedangkan dalam perspektif Islam ditentukan
oleh konsep maslahah yang mengandung tujuan menggapai
ke­­­­sejahteraan manusia (maslahat al-’ibad/human welfare).3 Oleh
karena itu, dalam Islam seluruh barang dan jasa yang memiliki
maslahah (kesejahteraan) akan dikatakan sebagai kebutuhan
manusia. Teori ekonomi konvensional menjelaskan, bahwa utilitas
adalah merupakan barang dan jasa yang digunakan untuk me­
muas­kan keinginan manusia (human want). Kepuasan adalah
ber­sifat subjektif, karena setiap individu harus menentukan ke­
puasan menurut kriteria sendiri. Setiap kegiatan ekonomi untuk
memperoleh atau menghasilkan sesuatu dimotivasi oleh utilitas.
Jika sesuatu dapat memuaskan kebutuhan, seseorang akan ber­
sedia untuk melakukan upaya untuk memproduksi, membeli
atau mengkonsumsi hal itu.
Maslahah menurut Shatibi, adalah kekayaan yang berupa
barang atau jasa yang mempengaruhi unsur-unsur dasar dan
tujuan dari kehidupan manusia di dunia. Unsusr-unsur itu adalah
hifdz an-nafs (menjaga jiwa), din (menjaga agama), ‘aql (menjaga
akal), nasl (menjaga keturunan), mal (menjaga harta) dan hifdz
al-biah (menjaga lingkungan).4 Semua barang atau jasa yang
me­miliki kekuatan untuk mempromosikan lima elemen yang
2
Ibid, 3-8.
3
Abu Ishaq Asy-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul asy-Syariah (Beirut: Ar-
Rahmaniyah, 1960).
4
Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin (Beirut: Dar an-Nahdlah, tt), 109.

38 Dr. Mochlasin, M.Ag


memiliki maslahah bagi manusia, maka barang atau jasa itu
ber­arti dibutuhkan. Namun demikian, semua kebutuhan tidak
sama pentingnya. Dalam konsep maslahah terdapat tiga tingkat
kebutuhan:5
a. Keinginan yang sangat penting bagi manusia, apabila tidak
terpenuhi maka kepentingan dasarnya menjadi terganggu
seperti makanan (QS. Thaha: 54), pakaian (QS. An-Nahl: 18)
dan tempat tinggal (QS. Asy-Syuara’: 128-129). Keinginan
ini disebut kebutuhan pokok atau dharuriyyat.
b. Kebutuhan pokok yang dapat membuat lebih berkualitas,
maka disebut kebutuhan tepat guna atau hajiyyat. Hal itu
dapat dicontohkan misalnya rumah yang dapat mening­
katkan efisiensi kerja, makanan yang penuh dengan gizi dan
lain-lain.
c. Kebutuhan yang tidak termasuk pokok dan tepat guna, te­
tapi mendatangkan kemudahan disebut kebutuhan kenya­
manan atau tahsiniyyat. Kenyamanan atau kesenangan di­
boleh­kan dalam Islam, asalkan tidak mengarah pada israf
dan tabzir (QS. Al-A’raf: 31).

Semua barang dan jasa yang memiliki kekuatan atau kua­


litas untuk mempromosikan kebutuhan pokok (melindungi), ke­
butuhan tepat guna (memperkuat) atau kebutuhan kenyaman­
an (memperbaiki) dikatakan memiliki maslahah. Muslim secara
religius termotivasi untuk memperoleh atau memproduksi
se­mua barang dan jasa sesuai dengan tingkat di mana barang
atau jasa yang bersangkutan mempromosikan nilai-nilai funda­
mental. Barang atau jasa yang melindungi hal-hal fundamental
akan memiliki lebih maslahah, diikuti oleh barang atau jasa
yang memperkuat kemudian diikuti oleh barang atau jasa yang
meningkatkan dan menghiasi.

5
Afzalur Rahman, Economic Doctrine of Islam: Banking and Insurance (London:
Muslim School Trust, 1979), 76.

Consumer Behavior Perspektif Ekonomi Islam 39


Perilaku Konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, di
mana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk mem­beli,
menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu pro­duk
dan jasa mereka. Fokus dari perilaku konsumen adalah bagai­
mana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber
daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu
barang. Rasionalnya konsumen akan memuaskan konsumsi­nya
sesuai dengan kemampuan barang dan jasa yang dikonsumsi
serta kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan
jasa tersebut. Dengan demikian kepuasan dan prilaku konsumen
dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi. Ke­
mampuan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen.
b. Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan
jasa. Daya beli dari income konsumen dan ketersediaan
barang dipasar.
c. Kecenderungan konsumen dalam menentukan pilihan kon­
sumsi menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, se­lera,
serta nilai-nilai yang dianut seperti agama, adat istiadat.

Sebagai konsekuensi dari analisis perilaku konsumen per­


spektif Islam, maka seorang konsumen Muslim menghadapi
pilih­­
an yang variatif dan struktural sebagaimana tergambar
dalam bagan berikut.6

6
Khan, Essays in Islamic Economic, 39-40.

40 Dr. Mochlasin, M.Ag


Sumber: M. Fahim Khan (1995)
Gambar 2.10 Level Pilihan Konsumen Muslim

Dalam teori perilaku konsumen dalam Islam, memiliki analisa


empat level bagaimana seorang konsumen menghadapi pilihan-
pilihan pemenuhan kebutuhannya. Sedangkan dalam ekonomi
kapitalis, menghilangkan level satu dan tiga. Karena eko­nomi
kapitalis tidak mengenal penggunaan harta untuk kepentingan

Consumer Behavior Perspektif Ekonomi Islam 41


keagamaan. Pada level tiga yaitu prioritas akan ber­bagai macam
kebutuhan yang didasarkan pada level-level ke­agamaan juga
tidak dikenal dalam ekonomi kapitalis.

1. Rasionalitas Perspektif Islam


Secara umum sering diasumsikan bahwa dalam pengam­
bilan keputusan ekonomi, setiap agen atau konsumen selalu
berfikir, bersikap dan bertindak secara rasional. Oleh karenanya,
dalam kajian ekonomi konsumen dikenal sebagai homo economicus
atau economic man. Seseorang memilih barang dengan harga yang
lebih murah didasarkan pertimbangan rasionalitas, bahwa kelak
kesejahteraannya dapat meningkat tanpa mempertimbang­kan
kesejahteraan penyedia barang. Dalam literatur ekonomi kon­
vensional, perilaku itu disebut utility maximization assumption
(asumsi memaksimalkan kegunaan) dalam level rumah tangga
dan profit maximization assumption (asumsi memaksimalkan ke­
untungan) pada level perusahaan.
Dalam pandangan beberapa ekonom Muslim, konsep rasio­
nalitas adalah sebuah konsep yang longgar. Argumentasi yang
dibangun selama memenuhi kaidah-kaidah logika yang ada dan
dapat diterima akal, maka hal itu dapat diterima sebagai ekspresi
rasionalitas. Berikut beberapa aksioma rasionalitas islami yang di­
bangun dari universalitas nilai-nilai Islam.7
a. Setiap pelaku ekonomi bertujuan untuk mendapatkan ma­
slahah.
b. Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk tidak mela­
kukan kemubaziran (non-wasting).
c. Setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk meminimal­
kan risiko (risk aversion).
d. Setiap pelaku ekonomi selalu dihadapkan pada ketidak­
pastian.
7
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta
dan Bank Indonesia, Ekonomi Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada: 2007): 29-30.

42 Dr. Mochlasin, M.Ag


Menurut Kahf, rasionalitas perilaku konsumen Muslim di­
bangun berdasarkan konsep-konsep berikut.8 :
a. Konsep keberhasilan (falāh)
Konsep keberhasilan dalam Islam selalu dikaitkan dengan
nilai-nilai moral. Kemajuan dalam bidang ekonomi seperti
menjadi kaya tidak dilarang, selama ada keseimbangan
dan diniatkan dengan tujuan mencapai kebaikan. Menurut
Kahf dengan mengutip M.N. Siddiqi, bahwa Islam tidak
membatasi seseorang untuk mencapai kemajuan material.
Namun di sisi lain ada aspek-aspek non ekonomi yang mem­
butuhkan pengabdian.
b. Selfishness dan altruisme
Harmonisasi antara selfishness dan altruisme dalam Islam
dibangun dengan cara memadukan kepentingan orang lain,
lingkungan dalam diri seseorang. Perpaduan antara ke­dua­
nya dalam istilah Alquran dan Hadis sering disebut dengan
hasanāt.
c. Time horizone of consumer behavior
Islam mengajarkan kepercayaan adanya kehidupan setelah
kehidupan di dunia. Hal itu menimbulkan dua konsekuensi
dalam perilaku konsumen: (1) Efek langsung di dunia; (2)
manfaat alternatif yang dapat diperoleh nanti setelah kehi­
dupan dunia.
d. Konsep kekayaan
Islam memandang bahwa kekayaan adalah anugerah dari
Allah. Pengakuan kekayaan dalam Islam ditunjukkan dengan
sebuah Hadis Nabi yang menyatakan bahwa hampir-hampir
kemiskinan menyebabkan kakufuran. Penggunaan harta
dalam Islam tidak dibolehkan dalam taraf berlebihan dan
menim­bulkan keburukan (QS. Al-Furqan: 67).

8
Monzer Kahf, The Demand Side of Consumer Behavior: Islam Perspective, 2-7.

Consumer Behavior Perspektif Ekonomi Islam 43


e. Konsep barang
Dalam Islam, barang adalah anugerah Allah yang diberi­
kan kepada manusia. Alquran menggunakan istilah barang
dengan istilah yang penuh moral, yaitu ṭayyibāt dan rizq.
Dalam Alquran ṭayyibāt berarti barang yang baik, suci, indah
dan membawa kebaikan (QS. Al-Baqarah: 267). Dalam Al­
quran rizq adalah pemberian Tuhan, anugerah Tuhan, bekal
dari Tuhan dan pemberian dari langit (QS. Yunus: 59). Dari
dua istilah tersebut, dalam Islam barang konsumsi ada­lah
bahan-bahan konsumsi yang baik dan berguna yang man­
faatnya menimbulkan kebaikan secara material, moral dan
spiritual pada konsumennnya. Sementara barang yang kotor
dan tidak baik tidak disebut sebagai barang konsumsi dalam
Islam.
f. Etika berkonsumsi dalam Islam
Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan terdahulu, ter­
dapat tiga kunci penting yang dipaparkan Alquran tentang
konsumsi yaitu tidak isrāf, tidak tabzīr dan konsumsi mo­
derat. Secara lebih sederhana rasionalitas dalam per­spektif
ekonomi kapitalis dapat dilihat dalam bagan berikut:

Konsumen Rasionalitas Satisfaction


Kebahagiaan
materi

x Income
x Profit
x Utilitarianisme

Sumber: Berbagai sumber diolah


Gambar 2.9 Model Perilaku Konsumen Konvensional

Sedangkan rasionalitas dalam perspektif ekonomi Islam


target akhirnya adalah mencapai kehidupan yang bahagia di
dunia dan akhirat. Rasionalitas dalam ekonomi Islam dapat di­
gambarkan dalam bagan berikut ini:

44 Dr. Mochlasin, M.Ag


Konsumen Rasionalitas Ma‫ܘ‬lahah / Fal߮h fࠌ

Welfare ad-darayn

x Konsep kebahagiaan x Hifᓇ an-nafs


x Konsep horizon waktu x Hifᓇ ad-dᚹ n
x Konsep barang x Hifᓇ al-m߮l
x Konsep harta x Hifᓇ al-‘aql
x Tidak Isr߮f x Hifᓇ an-nasl
x Tidak Tabzᚹ r x Hifᓇ al-bᚹ ah
x Konsumsi moderat

Sumber: Berbagai sumber diolah


Gambar 2.10 Model Perilaku Konsumen Muslim

2. Keputusan Konsumen Muslim


Salah seorang teoritis Islamic Consumer behavior, Monzer Kahf,
berpendapat bahwa apa yang menjadi pengaruh perilaku kon­
sumen sebagaimana yang telah di dikenal dalam ekonomi ka­
pitalis perlu ditambah faktor lain yaitu religius.9 Selanjutnya
me­­nurut Kahf, terdapat dua jenis faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen yaitu exogenous dan endogenous. Faktor
exogenous adalah faktor-faktor yang muncul dalam pikiran kon­
sumen sebelum melakukan penawaran yang berupa:
a) Penga­ruh kekayaan dan income;
b) Pengaruh teknologi;
c) Pengaruh biologis dan materi;
d) Factor amount, nature and cost of information;
e) Faktor rasa dan selera dan
f) Faktor kepercayaan, agama, bu­daya, peraturan dan politik.

9
Kahf, The Demand Side, 2-7.

Consumer Behavior Perspektif Ekonomi Islam 45


Menurut Kahf, faktor agama, kepercayaan dan budaya
me­mainkan peran penting dalam mempola konsumen muslim.
Agama mengajarkan untuk memberi nafkah keluarga, mem­bantu
orang lain, peduli kepada orang lain, peduli terhadap binatang
dan lingkungan. Sedangkan faktor endogenous adalah faktor
yang berkontribusi terhadap perencanaan konsumen dan sampai
mendapatkan keputusan final dalam melakukan per­mintaan se­
perti harapan keuntungan dan layanan. Berikut bagan model ke­
putusan konsumen muslim menurut Kahf:

Sumber: Duplikasi dan Dikembangkan dari Monzer Kahf


Gambar 2.11 Model Keputusan Konsumen Muslim

3. Motif Religius
Faktor agama yang mempengaruhi keputusan konsumen
sebagaimana disebutkan oleh Khaf, maka dapat diistilahkan
dalam teori perilaku konsumen muslim dengan motif religius
(religious motive). Motif atau motivasi sebagaimana telah dijelas­
kan sebelumnya adalah tenaga pendorong tersebut dihasilkan
oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan
yang tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tanpa sadar
berjuang untuk mengurangi ketegangan ini melalui perilaku

46 Dr. Mochlasin, M.Ag


diharapkan akan memenuhi kebutuhan dengan demikian akan
membebaskan dari tekanan yang dirasakan. Tujuan tertentu yang
mereka pilih dan pola tindakan yang mereka lakukan untuk men­
capai tujuan tersebut merupakan hasil dari pemikiran dan proses
belajar individu.10 Karena dorongan itu didasarkan pada nilai-
nilai dan pemahaman keagamaan, maka motivasi ini disebut se­
bagai motif religius (motif agama).
Dalam definisi yang dirumuskan Glock dan Stark, agama
adalah sebuah sistem simbol, keyakinan, nilai dan sistem peri­
laku yang terlembagakan yang kesemuanya itu berpusat pada
persoalan-persoalan yang dihayati seseorang dan paling bernilai
maknawi (ultimate meaning).11 Dari istilah religion inilah kemudian
muncul apa yang dinamakan dengan religiositas. Meski berakar
dari kata sama, namun dalam penggunaannya istilah religiositas
mempunyai makna yang berbeda dengan istilah agama atau
religi. Kalau agama biasanya dipahami pada aspek formal yang
berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban dalam
agama tetapi religiositas menunjuk pada aspek keagamaan
(religion aspect) yang telah dihayati oleh setiap individu di dalam
hati sanubari terdalam.12
Menurut Madjid, religiositas adalah tingkah laku manu­
sia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan kepada alam
ghaib, yaitu kenyataan-kenyataan supra empiris.13 Religiositas
juga diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa
kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan
seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi
seorang Muslim, religiositas dapat diketahui dari seberapa jauh

10
Schiffman and Kanuk, Consumer Behaviour, 72.
11
Djamaludin Ancok dan Fuat Nasori Suroso. Psikologi Islami: Solusi Islam atas
Problem-Problem, Psikologi, Cetakan VII (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 76.
12
Y.B. Mangunwijaya, Menumbuhkan Sikap Religiositas Anak (Jakarta: Gramedia,
1982).
13
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Ke-Indonesiaan (Bandung: Mizan
Pustaka, 1997), 46.

Consumer Behavior Perspektif Ekonomi Islam 47


pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas
agama Islam.14
Religiositas saat ini telah menjadi kajian penelitian tidak
hanya dalam psikologi, tetapi telah merambah pada berbagai
ke­ilmuan termasuk ekonomi. Menurut Magill sebagaimana di­
kutip oleh Asraf, religiositas merupakan suatu sikap seseorang
terhadap agama pada umumnya, bukan hanya terhadap salah
satu aspek agama saja, secara lebih spesifik lagi adalah inten­
sitas seseorang untuk menjadi pemeluk suatu agama yang di­
yakini dalam hidupnya.15 Ancok dan Suroso mendefinisikan
religio­sitas sebagai kondisi keberagamaan yang meliputi ber­
bagai ragam dimensi bukan hanya pada perilaku ritual atau
melak­sanakan ibadah semata, tetapi juga dalam hal melakukan
aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Letak
sumber ke­agamaan pada rasa ketergantungan yang mutlak (sense
of depend), serta adanya rasa takut akan munculnya ancaman
dari ling­kungan alam sekitar serta keyakinan (belief) manusia itu
tentang segala kelemahannya dan keterbatasan. Adanya rasa ke­
ter­gantungan mutlak membuat manusia mencari kekuatan di luar
dirinya yang dapat dijadikan sebagai kekuatan penopang dan
pe­lindung dalam hidupanya, yaitu kekuasaan dari Tuhan Yang
Maha Esa dan Kuasa.16
Hampir semua model keputusan konsumen dalam kajian
ekonomi konvensional seperti Henry Assael, Leon G. Schiffman
dan Leslie Lazar Kanuk, Didit Darmawan, J. Paul Peter dan Jerry
C. Olson dan model Philip Kotler tidak menempatkan agama

14
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas
dalam Perspektif Psikologi Islam (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002).
15
Definisi religiositas menurut Magill adalah is a person’s attitude toward religion
in general, more specifically, the intensity of way in which a person is religius. Magill,
Survey of Social Science: Psychologi Series (California: Salem Press, 1993). Lihat pula
dalam Asraf, “Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Menyimpan Dana
di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pasaman Barat dengan Religiositas sebagai
Variabel Moderator,” E-Journal Apresiasi Ekonomi, vol. 2, no. 1 (Januari 2014): 61-62.
16
Ancok dan Suroso. Psikologi Islami: Solusi Islam …..

48 Dr. Mochlasin, M.Ag


se­cara tegas sebagai faktor yang mempengaruhi keputusan na­­­
sabah. Berdasarkan pijakan nilai-nilai Islam, Monzer Kahf ber­­­
pendapat bahwa agama memiliki peran penting dalam mem­pe­
ngaruhi perilaku konsumen. Fatwa haram bunga bank di­­pandang
sebagai pemahaman praktis dalam memahami hukum Islam.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan, ada­­nya pengaruh
agama ter­hadap perilaku konsumen maupun nasabah.
Dalam tataran ideal, seorang muslim akan melaksanakan
apa yang diperintahkan dalam ajaran agama dan meninggalkan
apa yang dilarangnya, termasuk menjalankan larangan ke­
haraman riba dalam penggunaan jasa perbankan. Kesadaran
ber­transaksi, berinvestasi dan memenuhi kebutuhan hidupnya
selaras dengan prinsip-prinsip syariah, merupakan realisasi dari
sharia compliance (ketaatan syariah). Dalam konteks relasi nasabah
Muslim dengan perbankan syariah, berarti telah terjadi spiritual
perceived value.17 Harapan yang muncul dalam nasabah tidak se­
batas pada functional benefit seperti keuntungan, keamanan dan
lain-lain tetapi juga emotional benefit seperti kehalalan sistem yang
digunakan.
Dalam pandangan Benda, untuk melakukan pengukuran
terhadap religiositas seseorang dapat dilihat dari delapan aspek
berikut berikut:
1) time in praying (waktu pelaksanaan ibadah);
2) church attendance (kehadiran seseorang ke tempat ibadah);
3) study the holy book (upaya mempelajari kitab sucinya);
4) study in church (kemauan belajar di tempat ibadah;
5) contribution (berkontribusi dalam keuangan atau berse­dekah);
6) try to convert someone (mengajak pada orang lain untuk me­
meluk agamanya)

17
H. Kartajaya, et all., Rethinking Marketing, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2003. Lihat pula Yoki K uncoro, “Aliansi Strategis, Solusi Meningkatkan Pasar
perbankan Syariah,” yokikuncoro.wordpress.com, diunduh hari Jumat tanggal 19
September 2014.

Consumer Behavior Perspektif Ekonomi Islam 49


7) share joy and problems of religius life (kesediaan berbagi tentang
kesenangan tentang kehidupan beragama;
8) talk about religion with family and friend (membicarakan ma­
salah-masalah agama terhadap keluarga dan kolega).18

Menurut Glock dan Stark sebagaimana dikutip oleh Ancok,


terdapat lima dimensi untuk mengukur religiositas yang umum­
nya digunakan dalam psikologi, ilmu sosial bahkan dalam ilmu
ekonomi. Kelima dimensi berikut ini biasanya digunakan sebagai
aspek-aspek dalam menyusun skala religiositas dalam sebuah
pe­nelitian kuantitatif.19 Kelima dimensi tersebut diuraikan be­
rikut ini:
a. Adanya keyakinan beragama (Religious belief)
Menurut El-Menouar dimensi ini disebut basic religiosity,
yaitu sejauhmana orang menerima hal-hal yang dogmatik di
dalam ajaran agamanya. Dalam kategori ini adalah adanya
kepercayaan tentang adanya Tuhan, malaikat, kitab-kitab,
Nabi dan Rasul, hari kiamat, surga, neraka dan lainnya yang
bersifat dogmatik. Dalam ajaran Islam wilayah ini adalah
masuk dalam dimensi keimanan (the ideological dimension).
b. Adanya upacara atau ritual agama (Religious practice)
Tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban
ritual di dalam agamanya, seperti shalat, zakat, puasa dan
haji. Dalam ajaran Islam wilayah ini adalah masuk dalam
aspek ibadah atau ritual (the ritualistic dimension). Dimensi
ini disebut El-Menouar dalam the five dimension of muslim
dengan istilah pokok-pokok kewajiban atau central of duties.
18
Benda, “Personal Religiousity and Drug Use and Other Legal Act,” Journal
of Low and Sociaty, Oxford. Lihat Pula dalam Asraf, “Pengaruh Kualitas Produk
terhadap Keputusan Menyimpan Dana di Bank Muamalat Indonesia Cabang
Pasaman Barat dengan Religiositas sebagai Variabel Moderator,” E-Journal Apresiasi
Ekonomi, vol. 2, no. 1 (Januari 2014): 61-62.
19
Ancok dan Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam …, 77. Pandangan Glock
dan Stark juga dikembangkan oleh Yasemin El-Menouar, “The Five Dimensions of
Muslim Religiosity: Results of an Empirical Study,” Methods, Data, Analysis, vol. 8,
no.1 (2014): 53-78.

50 Dr. Mochlasin, M.Ag


c. Memiliki pengetahuan agama (Religious knowledge)
Dimensi ini berkaitan dengan seberapa jauh seseorang me­
ngetahui tentang ajaran agamanya. Hal ini berhubungan
dengan aktivitas seseorang untuk mengetahui ajaran-ajaran
dalam agamanya. Dalam ajaran Islam dimensi ini masuk
pada wilayah keilmuan (the intellectual dimension).
d. Memiliki perasaan beragama (Religious feeling)
Dimensi ini terdiri dari perasaan-perasaan dan pengalaman-
pengalaman keagamaan yang pernah dirasakan dan di­
alami seseorang dalam hidupnya. Sebagai contoh, seseorang
merasa dekat dengan Tuhan, seseorang merasa doanya di­
kabulkan oleh Tuhan, seseorang merasa takut untuk berbuat
dosa dan lain-lain. Dalam ajaran Islam kondisi ini disebut se­
bagai aspek ihsan (the experiental dimension).
e. Adanya pengaruh keberagamaan dalam kehidupan nyata
atau keseharian (Religious effect)
Merupakan dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku
seseorang dimotivasikan oleh ajaran agama dalam kehi­
dupannya. Sebagai contoh, mengikuti dalam kegiatan kon­
ser­vasi lingkungan, melestarikan lingkungan alam dan lain-
lain. Dalam ajaran Islam kodisi ini disebut sebagai aspek amal
nyata atau perbuatan dalam kehidupan keseharian yang
di­sebut the consequential dimension. Dimensi ini menurut El-
Menouar disebut orthopraxis, dimensi ini nantinya akan di­
jadi­kan salah satu variabel bebas dalam penelitian ini.

Motif tindakan seseorang banyak dibahas dalam dunia psi­


kologi dan memiliki pengertian yang beragam. Bagi paham psi­
koa­nalisa, motivasi utama berperilaku adalah untuk memuas­
kan dorongan-dorongan yang bersumber dari id yang berada
dalam alam ketidaksadaran (unconsciousness). Sementara bagi
paham behaviorisme, perilaku manusia mengacu pada prinsip
he­
donisme, yaitu keinginan untuk memperoleh kesenangan

Consumer Behavior Perspektif Ekonomi Islam 51


dan menghindari hal-hal yang tidak mengenakkan. Dalam pan­
dangan psikologi humanistik, motivasi utama manusia untuk
ber­tindak adalah aktualisasi diri (self-actualization) dan dalam diri
manusia ada potensi sifat baik dan luhur.20
Sedangkan dalam pandangan Agama Islam, motivasi utama
tindakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.21
Tepatnya, membicarakan motif religius dalam perilaku se­ se­
orang adalah kajian pada wilayah the consequential dimension atau
tindakan nyata yang terlihat dalam perilaku itu sendiri. Se­hingga
seorang yang religius, orientasi hidupnya tidak parsial tetapi
integral termasuk dalam melakukan aktivitas ekonomi.
Religius motive (motif religious) dalam penelitian ini, dimak­
sudkan sebagai kajian pada dimensi yang mengukur sejauh
mana perilaku seseorang didorong oleh ajaran agamanya di
dalam kehidupan kesehariannya (Religious effect/the consequential
dimension). Motif religius tersebut dapat diukur dengan bebe­rapa
indikator berikut ini:22
a. Seseorang yang memiliki tujuan beribadah hanya kepada
Allah SWT.
b. Seseorang yang menekankan pencapaian makna hidup (the
will to meaning).
c. Seseorang yang selalu berorientasi menggapai kebahagiaan
sejati (falah).
d. Seseorang yang menekankan terhadap pencapaian ridha
Allah.

20
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen Psikologi dari
Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 10-15.
21
QS. Ad-Dzariyat: 61.
22
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami: …., 314-15. Monzer Khaf, The Islamic
Economy of the Functioning of the Islamic Economic System (Ekonomi Islam: Telaah Analitik
terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), alih bahasa Machnun Husen (Yogyakarta;
Pustaka Pelajar, 1995), Khan, M. Fahim, Essays in Islamic Economic, (United Kingdom:
The Islamic Foundation, 1995). Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam
(P3EI) UII Yogyakarta dan Bank Indonesia, Ekonomi Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2008).

52 Dr. Mochlasin, M.Ag


e. Seseorang yang berupaya memperoleh berkah yang melim­
pah.
f. Seseorang yang berupaya memperoleh kesejahteraan dalam
hidup.
g. Seseorang yang berupaya menjaga keseimbangan hidup
dunia dan akhirat.
h. Seseorang yang mengedepankan kemaslahatan di dunia dan
akhirat.

Consumer Behavior Perspektif Ekonomi Islam 53


BAB IV

CONSUMER OF ISLAMIC BANKING


DALAM RISET KONTEMPORER

A. PENGARUH CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP


BEHAVIORAL INTENTION
Salah satu tantangan terbesar dalam dunia bisnis di era
global yang penuh kompetisi ini termasuk perbankan syariah
adalah menciptakan dan mempertahankan pelanggan yang puas.
Dalam dunia manajemen pemasaran, kini tengah terjadi shifting
paradigm yang cukup radikal. Pemasaran berarti pemuasan akan
kebutuhan konsumen (consumer) atau pelanggan (customer). Ke­
puasan (satisfaction) pelanggan diharapkan akan memun­culkan
kepercayaan (trust) yang pada akhirnya dapat mencipta­ kan
pelanggan loyal. Situasi demikian mendorong semakin banyak­
nya pemasar yang berupaya meningkatkan pemahaman tentang
perilaku konsumen sehingga dapat memuaskannya.1
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang di­
dapatkan seseorang dari membandingkan antara kinerja (hasil)
produk (percieved performance) yang dipersepsikan ekspektasi­
nya.2 Untuk dapat mengetahui kepuasan pelanggan atau nasabah,
maka perusahaan harus memahami nilai pelanggan (customer
value). Kotler dan Armstrong mendefinisikan customer value se­
bagai perbedaan antara nilai yang didapatkan oleh konsumen
dengan nilai yang diharapkan (expectation) oleh penawaran
1
Tjiptono dan Diana, Pelanggan Puas? Tak Cukup (Yogyakarta: Andi, 2015), 3.
2
R.L. Oliver, ‘Customer Satisfaction Research’, in R. Grover and M. Vriens
(ed.), Handbook of Marketing Research ( CA: Sage Publication, 2006): 569-587.

54 Dr. Mochlasin, M.Ag


pasar.3 Dalam pandangan Sweeney dan Soutar, dimensi nilai
terdiri empat aspek utama emotional value, social value quality
(performance value) dan price (value of money).4 Menurut Kotler, ke­
puasan atas penggunaan produk atau jasa akan memperkuat
sikap dan mempertinggi probabilitas pembelian kembali.5
Penelitian tentang kepuasan terhadap perbankan Islam telah
banyak dilakukan, di antaranya oleh Cheriyah, Sulistyowati,
Cornelia, Viverita dengan responden nasabah bank syariah.6 Pe­
nelitian Amin, Isa dan Fontaine7 dengan objek penelitian nasabah
bank Islam di Malaysia juga menyimpulkan terdapat hubung­
an signifikan antara kepuasan nasabah dengan keinginan ber­
perilaku. Penelitian Afiff dan Astuti8 dengan responden nasabah
bank syariah di Indonesia juga menyimpulkan adanya hubungan
signifikan antara kepuasan dengan keinginan berprilaku.9 Ada­
nya pengaruh hubungan kepuasan terhadap loyalitas keinginan
berperilaku juga didukung oleh penelitian Zeng, Hu dan Yang.10

3
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Marketing Management (14 ed.), (New
Jersey: Pearson Education, Inc, 2012), 124.
4
J.C. Sweeney,. and G.N. Soutar, “Consumer Perceived Value: The Develop­
ment of A Multiple item Scale,” Journal of Retailing, Vol. 77, No. 2, 2001: 203-220.
5
Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and
Control. Ninth Edition, (New York: Prentice-Hall, 1997), 172.
6
Yayah Cheriyah, Widya Sulistyowati, Ade D Cornelia dan Viverita, “Factors
Affecting Customers’ Satisfaction and Perception: Case Study of Islamic Banks’
Service Quality,” Asean Marketing Journal, Vol.Ii No. 1, June 2010.
7
Muslim Amin, Zaidi Isa dan Rodrigue Fontaine, “ The Role Of Customer
Satisfaction In Enhancing Customer Loyalty In Malaysian Islamic Banks,” The
Service Industries Journal, September (2010): 1519-1532.
8
Adi Zakaria Afiff dan Rifelly Dewi Astuti, The Addition of Spiritual Di­
mension on Customer Value to Investigate the Relationship of Customer Value,
Customer Satisfaction and Behavior Intention on Islamic Banks Saving Products in
Indonesia, ASEAN Marketing Journal, Vol. 1, No. 1, June 2009.
9
Afiff dan Astuti, The Addition of Spiritual Dimension …..
10
Zeng Fue, Zuohao HU dan Rong Chen Zhilin Yang. “Determinants of Online
Service Satisfaction and their Impacts on Behavioural Intention,” Total Quality
Mana­gement 20, no. 9 (2009): 953-969.

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 55


B. PENGARUH CUSTOMER TRUST TERHADAP
BEHAVIORAL INTENTION
Konsumen atau pelanggan memiliki persepsi sendiri-sen­
diri tentang kepercayaan (trust) terhadap perusahaan termasuk
dalam dunia perbankan syariah. Kepercayaan konsumen atau
pe­langgan dapat membentuk tiga bentuk yaitu kepercayaan atri­
but-manfaat (object-atribut beliefs), kepercayaan manfaat-atribut
(attribute-benefit beliefs) dan manfaat objek (object-benefit beliefs).11
Menurut model keputusan J. Paul Peter dan Jerry C. Olson, pe­
ngetahuan, makna dan kepercayaan dapat mempe­nga­ruhi pe­
rilaku seorang konsumen.
Penelitian oleh Usman menyimpulkan bahwa nasabah bank
syariah dalam menggunakan produk perbankan juga dipe­
ngaruhi oleh kepercayaan yang dimilikinya.12 Responden dalam
penelitian tersebut adalah nasabah bank syariah, nasabah bank
konvensionl dan nasabah keduanya. Rahmawati juga menyim­
pulkan bahwa kepercayaan nasabah berpengaruh siginifikan ter­
hadap keinginan untuk menggunakan jasa perbankan syariah di
Indonesia.13

C. PENGARUH RELIGIOUS MOTIVE TERHADAP


BEHAVIORAL INTENTION
Dalam pandangan Schiffman dan Kanuk, individu secara
sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk mengurangi kete­
gangan ini melalui perilaku diharapkan akan memenuhi ke­
butuh­an dengan demikian akan membebaskan dari tekanan yang
dirasakan. Tujuan tertentu yang mereka pilih dan pola tin­dakan

11
Mowen dan Minor, Perilaku Konsumen (Consumer Behavior), 312-313.
12
Hardius Usman, ” Customers Trust on Islamic Banks in Indonesia,” The
Journal of Asian Finance, Economics and Business, Vol.2 No.1, (2015): 5-13.
13
Anita Rahmawaty, “Model Perilaku Penerimaan Teknologi Informasi Nasabah
Perbankan Syari’ah: Peran Motivasi Spiritual,” Disertasi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2012.

56 Dr. Mochlasin, M.Ag


yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut meru­pa­
kan hasil dari pemikiran dan proses belajar individu.14 Karena
dorongan itu didasarkan pada nilai-nilai dan pemahaman ke­
agamaan, maka motivasi ini disebut sebagai motif religius (motif
agama). Monzer Kahf berpendapat bahwa agama memiliki pe-
ran penting dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Berdas-
arkan pijakan nilai-nilai Islam, Kahf menggagas apa yang dise-
but dengan Islamic behavior cunsumer. 15
Beberapa penelitian tentang pengaruh motif agama ter­
hadap perilaku konsumen telah banyak dilakukan di antara­nya
dilakukan oleh Mamman dan Ogunbado dengan objek pene­liti­
an nasabah bank Islam di Nigeria menyimpulkan bahwa agama
berpengaruh terhadap keinginan berperilaku nasabah. Se­lanjut­
nya penelitian oleh Reni dan Hayati Ahmad,16 Asraf17 dan Rivai
dkk18 dengan responden nasabah bank syariah di Indo­nesia me­­­
nyimpulkan bahwa agama berpengaruh terhadap keinginan
menggunakan perbankan syariah. Selanjutnya pene­litian Haque19
dengan responden nasabah bank Islam di Malaysia, me­­­nyim­­
pulkan bahwa agama berpengaruh signifikan ter­hadap ke­inginan
menggunakan bank Islam. Penelitian dengan kesim­pulan yang
sama juga telah dilakukan oleh Hasan, Subhani dan Osman20
dengan responden nasabah muslim di Bank Islam Pakistan.
14
Schiffman and Kanuk, Consumer Behaviour, 72.
15
Kahf, The Demand Side of…., 2-7.
16
Andi Reni, Nor Hayati Ahmad, “Application Of Theory Reasoned Action In
Intention To Use Islamic Banking In Indonesia,” Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi
Syariah (Journal of Islamic Economics), Volume 8 (1), Januari (2016): 137 – 148.
17
Asraf, “Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Menyimpan Dana
di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pasaman Barat dengan Religiositas sebagai
Variabel Moderator,” E-Journal Apresiasi Ekonomi, vol. 2, no. 1 (Januari 2014): 61-62
18
Harif Amali Rivai, Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam Memilih
Jasa Perbankan: Bank Syariah vs Bank Konvensional, Laporan penelitian kerja­sama Bank
Indonesia dan Center for Banking Research (CBR) Universitas Andalas (2008).
19
Ahsanul Haque, “Islamic Banking in Malaysia: A Study of Attitudinal
Differences of Malaysian Customers,” European Journal of Economics, Finance and
Administrative Sciences, vol. 18, no.1 (2010): 7-18.
20
Syed Akif Hasan, Muhammad Imtiaz Subhani, dan Osman, “Consumer
Criteria for the Selection of an Islamic Bank: Evidence from Pakistan,” International
Research Journal of Finance and Economics (IRJFE), vol. 94 (2012): 114-124.

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 57


D. PENGARUH PENGETAHUAN FATWA HARAM BUNGA
BANK TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION
Pengetahuan fatwa haram bunga bank adalah tingkatan
infor­masi yang dimiliki nasabah mengenai berbagai macam pro-
duk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang dimiliki nasabah
yang berkaitan dengan fatwa haram bunga bank pada perban-
kan syariah. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Peter dan Ol-
son, pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku konsumen ter­
masuk keputusan terakhir untuk menggunakan atau menolak.
Terdapat beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa pe­
ngetahuan mempengaruhi perilaku nasabah seperti dilakukan
oleh Reni dan Hayati Ahmad,21 Wahyuni.22 Sedangkan peneliti­
an yang menyimpulkan bahwa fatwa haram bunga berpenga­
ruh sig­nifikan terhadap perilaku nasabah adalah Khatimah 23,
Haryadi24 dan Hendrawan.25

1. Peran pengetahuan fatwa haram terhadap hubungan


customer satisfaction dengan behavioral intention nasabah
Muslim
Dalam teori customer value, terdapat unsur emosional yang
dapat memberikan kepuasan nasabah. Unsur emosi bisa juga di­
maknai sebagai kepuasan agama. Berdasarkan pijakan nilai-nilai
Islam, Kahf berpendapat bahwa agama memiliki peran penting

21
Reni &Ahmad, “Application Of Theory Reasoned Action In Intention…137
– 148.
22
Salamah Wahyuni, “Moslem Community Behavior in The Conduct of Islamic
Bank: The Moderation Role of Knowledge and Pricing”, Procedia - Social and Behavioral
Sciences, vol. 57 Oktober (2012): 290-298.
23
Khusnul Khatimah, “Sikap Pengusaha Muhammadiyah terhadap fatwa
Majlis Tarjih tentang Haramnya Bunga Bank (Studi Kasus Desa Tieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo),” Jurnal Tajdida. Vol. 10, No. 1, Juni (2011): 40-58.
24
Haryadi. “Persepsi Masyarakat terhadap Perbankan Syariah”. Jurnal Bisnis
dan Manajemen. Vol. 7, no. 2 (2007): 189-204.
25
Heru Hendrawan, “Analisis Perilaku nasabah Tabungan Bank ABC Cabang
Tebet setelah Fatwa MUI Mengenai Bunga Bank,” Thesis, Program Studi Manajemen
dan Bisnis IPB, 2004.

58 Dr. Mochlasin, M.Ag


dalam mempengaruhi perilaku konsumen.26 Pengetahuan fatwa
haram bunga bank oleh MUI dipandang sebagai pemahaman
praktis dalam memahami produk-produk pada perbankan sya-
riah sesuai ajaran Islam.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan, adanya pe­
ngaruh pengetahuan fatwa haram bunga terhadap terhadap
pe­­
rilaku konsumen maupun nasabah meskipun tidak secara
langsung. Penelitian tentang topic ini dilakukan oleh Ziyad,27
salah satu temuannya adalah secara keseluruhan terdapat per-
bedaan positif kinerja keuangan bank Muamalat sebelum dan
sesudah adanyan fatwa MUI. Dengan demikian, fatwa haram
bunga bank dalam porsi tertentu telah mempengaruhi perilaku
nasabah sehingga kinerja perbankan syariah meningkat.
Sedangkan penelitian yang membahas pengetahuan fatwa
haram bunga bank yang memoderasi terhadap perilaku nasabah
tidak ditemukan. Namuni terdapat penelitian pengaruh fatwa
haram sebagai variabel moderator terhadap perilaku organisasi
sebagaimana dilakukan oleh Muiszudin.28 Salah satu kesimpu-
lan dalam penelitian ini, menyatakan bahwa pengetahuan fatwa
haram bunga bank memperkuat hubungan antara budaya dan
ketaatan organisasi.

2. Peran pengetahuan fatwa haram terhadap hubungan


customer trust dengan behavioral intention
Menurut Mayer, kepercayaan sebagai keinginan suatu
pihak untuk menjadi pasrah atau menerima tindakan dari pihak

26
Monzer Kahf, The Islamic Economy of the Functioning of the Islamic Economic
System (Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam). alih
bahasa Machnun Husen (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1995).
27
Muhammad Ziyad, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Muamalat sebelum dan sesudah terbitnya Fatwa Haram Bunga Perbankan oleh
MUI,” Jurnal Manajemen dan Akuntans, vol. 2, N o. 1 (2010).
28
Muiszudin, “Perilaku Konsumen Perbankan Syariah; Interaksi antara Budaya,
Manajemen, Komitmen, dan Pengetahuan Fatwa terhadap Ketaatan Organi­sasional
Muhammadiyah di Provinsi Kalimantan Barat,” Disertasi, Universitas Andalas, 2015.

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 59


lain berdasarkan pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan
me­la­kukan sesuatu tindakan tertentu yang penting bagi pihak
yang memberikan kepercayaan, terhadap kemampuan me­
monitor atau mengendalikan pihak lain.29 Menurut Anderson
dan Narus, kepercayaan adalah keinginan untuk bergantung
pada partner kerjasama yang telah diyakini.30 Dalam perspektif
pe­­rilaku konsumen Islam, kepercayaan tidak hanya berkaitan
dengan fisik seperti layanan, keuntungan dan lain-lain, ke­per­ca­
yaan juga menyangkut emosi keagamaan. Penelitian Khatimah31
menyimpulkan bahwa fatwa MUI tentang fatwa haram bunga
bank telah memberikan keyakinan kepada masya­rakat terhadap
perbankan syariah.
Tidak ditemukan penelitin yang menempatkan pengeta­
huan fatwa haram bunga bank sebagai moderating variable untuk
mengukur pengaruhnya antara hubungan kepercayaan dan ke­
inginan menggunakan perbankan syariah. Namun penelitian
Muiszudin yang menyatakan bahwa pengetahuan fatwa haram
bunga bank memperkuat hubungan antara budaya dan ketaatan
organisasi, setidaknya dapat dijadikan pijakan untuk mengukur
bahwa varibel ini dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku.

3. Peran pengetahuan fatwa haram terhadap hubungan


religious motive dengan behavioral intention nasabah
Muslim
Berdasarkan pijakan nilai-nilai Islam, Kahf berpendapat
bahwa agama memiliki peran penting dalam mempengaruhi pe­­
rilaku konsumen. Pengetahuan fatwa haram bunga bank oleh

29
R.C. Mayer, J.H. Davis dan F.D. Schoorman, “An Integratif Model of
Organizational Trust,” Akademi Management Review, vol. 30, no. 3 (1995): 709-734.
30
James C. Anderson dan James A Narus, A Model of Distributor Firm and
Manufacturer Firm Working Patnership, Journal of Marketing, vo, 54 (1990), 42-58.
31
Khusnul Khatimah, “Sikap Pengusaha Muhammadiyah terhadap fatwa
Majlis Tarjih tentang Haramnya Bunga Bank (Studi Kasus Desa Tieng, Kecamatan
Kejajar, Kabupaten Wonosobo),” Jurnal Tajdida. Vol. 10, No. 1, Juni (2011): 40-58.

60 Dr. Mochlasin, M.Ag


MUI dipandang sebagai pemahaman kognitif dalam memahami
hukum Islam. Bebeberapa penelitian terdahulu seperti dilaku-
kan oleh Ziyad dan Khatimah menunjukkan, bahwa terdapat
pengaruh fatwa haram terhadap perilaku nasabah bank syariah.
Pengetahuan fatwa haram bunga bank merupakan salah satu
aspek beragama dalam diri seseorang pada intellectual dimention
sebagaimana dirumuskan oleh Glock dan Stark.32 Sedangkan motif
agama dalam penelitian ini lebih pada aspek keyakinan. Terbitnya
fatwa haram bunga bank dalam kurun waktu yang cukup
lama, seharusnya masyarakat sudah teredukasi dan memiliki
pe­ngetahuan yang mencukupi sehingga dapat mendukung
tentang keyakinan keharaman bunga bank. Penelitian terdahulu
variabel pengetahuan fatwa sebagai moderating varibale untuk
memprediksi perilaku nasabah sejauh ini belum ditemukan.
Namun penelitian terdahulu oleh Muiszudin yang menya-
takan bahwa pengetahuan fatwa haram bunga bank memperku-
at hubungan antara budaya dan ketaatan organisasi, setidaknya
dapat dijadikan pijakan untuk mengukur bahwa varibel ini da-
pat memberikan pengaruh terhadap perilaku.

4. Pengaruh behavioral intention terhadap actual use


Dalam teori of reasoned action (TRA) dan teori of planned
behavior (TPB) yang diinisiasi dan dikembangkan Icek Ajzen dan
Fishbein Martin, 33 serta technology of acceptance model (TAM) yang
dikembangkan oleh M. Davis, menyatakan bahwa ke­inginan
berperilaku (behavioral intention) berpengaruh terhadap peng­
guna­an sebenarnya (actual use).34 Meskipun TAM digunakan
32
Djamaludin Ancok dan Fuat Nasori Suroso. Psikologi Islami: Solusi Islam atas
Problem-Problem, Psikologi, Cetakan VII (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 77.
33
Icek Ajzen dan Martin Fishbein, Understanding Attitudes and Predicing Social
Behavior, Engliwood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc., (1980). Icek Ajzen secara khusus
menulis tentang “The Theory of Planned Behavior dalam Icek Ajzen,” The Theory of
Planned Behavior, Organizational Behavior and Human Decission Processes, vol. 50,
(1991), 179-211.
34
M. Davis, A Technology of Acceptance Model for Empirically Testing New-end

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 61


dalam penerimaan teknologi, tetapi secara umum model ini
dapat digunakan dalam penerimaan suatu produk atau jasa di
perbankan.
Penelitian tentang pengaruh behavioral intention terhadap
actual use telah banyak dilakukan di antaranya oleh Amelia
dan Ronald. Variabel dalam penelitian ini adalah personal
innovativeness, social influence, compability, behavioral intention dan
actual usage. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa personal
innovativeness, social influence dan compability berpengaruh ter­
hadap behavioral intention serta behavioral intention berpengaruh
terhadap actual use.35 Secara lebih khusus dengan topik hubung­
an nasabah dengan keinginan menggunakan jasa perbankan
syariah telah dilakukan Lajuni, Ming dan Yusman36 yang me­
nyimpulkan adanya signifikansi antara keinginan berperilaku
dengan penggunaan sebenarnya pada nasabah muslim di per­
bankan Islam Malaysia. Selanjutnya penelitian oleh Rusydi
yang menyatakan bahwa niat berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan produk perbankan syariah.37 Penelitian Rahmawati
juga menyimpulkan bahwa keiinginan berperilaku berpengaruh
terhadap pengginaan sebenarnya di perbankan syariah, meski­
pun dalam kasus penggunaan IT.38

User Information System: Theory and Result (Massachusetts, USA: Sloan School of
Management, Massachusets Institute of Technology, 1986.
35
Amelia, Amelia dan Ronald Ronald. “Factors Influncing Internet Banking’s
Actual Usage,” Europen Journal of Business and Management, 7, No. 3 (2015): 141-150.
36
Lajuni, Ming, Yusman, “Intention to Use Islamic Banking Products and Its
Determinants,” International Journal of Economics and Financial, Januari 2017.
37
M. Rusydi, “Syariah Compliance dalam Penerimaan Produk Perbankan
Syariah: Aplikasi Theory of Planned Behavior,” Disertasi, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2011.
38
Anita Rahmawaty, “Model Perilaku Penerimaan Teknologi Informasi Nasabah
Perbankan Syari’ah: Peran Motivasi Spiritual,” Disertasi. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2012.

62 Dr. Mochlasin, M.Ag


BAB V

PERBANKAN SYARIAH DAN FENOMENA


FATWA HARAM BUNGA BANK

A. KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGAN PERBANKAN


SYARIAH
Kemunculan Islamic banking diinspirasi oleh perlunya sistem
keuangan alternatif, yaitu sistem keuangan berdasarkan prinsip
syariah. Sistem keuangan alternatif ini diharapkan mampu
membangun disiplin sekaligus mendorong untuk terpenuhinya
regulasi dan supervisi yang prudensial pada industri perbankan.
Fenomena ini kemudian menginspirasi berdirinya bank Islam
dalam jumlah yang banyak di penjuru dunia sepanjang 30 tahun
terakhir.1 Dorongan juga muncul secara internal, yaitu kesadaran
(awareness) yang tinggi dan massif di kalangan umat Islam untuk
bertransaksi, berinvestasi, dan memenuhi kebutuhan hidupnya
selaras dengan prinsip-prinsip syariah (sharia compliance).2 Arah
perubahan itu juga menghembus ke Indonesia dengan munculnya
b erbagai lembaga keuangan syariah seperti perbankan syariah,
asuransi syariah, pasar modal syariah, reksadana syariah, dan
sukuk korporasi atau negara.
Di Indonesia perkembangan perbankan syariah telah me­
masuki usia ke 25 tahun.3 Meskipun dapat dikatakan terlambat
1
Chapra M. Umer & Habib Ahmed, Corporate Governance in Islamic Financial
Institution, (Jeddah: Ocasional Paper IDB, 2002), 1.
2
Rahmat Hidayat, “Pengarusutamaan Ekonomi Syariah,” Republika, Rabu, 8
Agustus 2014, 6.
3
Di Indonesia Bank Syariah yang pertama berdiri adalah PT. Bank Muamalat,
Tbk, yang didirikan pada tahun 1412H bertepatan tahun 1991 diprakarsai oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia. Secara resmi beroperasi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah 63


dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, tetapi
perkembangannya cukup pesat.4 Meskipun kecil dibandingkan
market share (pangsa pasar) perbankan konvensional, tetapi di­
tilik dari pertambahan aset dapat dikatakan akseleratif.5 Tinggi­
nya pertumbuhan aset tersebut tidak terlepas dari tingginya
pertumbuhan dana pihak ketiga pada sisi pasiva dan pertum­
buhan penyaluran dana pada sisi aktiva. Seiring dengan perkem­
bangan share tersebut, terjadi kenaikan aset perbankan syariah
(BUS dan UUS) sebesar 18,49 persen (YOY), yaitu dari Rp272,6
triliun (Juli 2015) menjadi Rp306,225 triliun (Juli 2016). Kenaikan
tersebut terutama didorong oleh meningkatnya penghimpun­
an dana pihak ketiga sebesar 12,54 persen (YOY), yaitu dari
Rp216 triliun (Juli 2015) menjadi Rp243 triliun (Juli 2016) yang
selanjutnya telah mendorong penyaluran pembiayaan tumbuh
sebesar 7,47 persen (YOY), dari Rp204,8 triliun (Juli 2015) menjadi
Rp220,1 triliun (Juli 2016).6
Berdasarkan data statistik yang dirilis oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) memasuki 2017, saat ini tercatat 199 pelaku di
pada tanggal 27 Syawal 1412H bertepatan tanggal 1 Mei 1992 dengan dukungan
eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha Muslim serta partisipasi masyarakat, terbukti dari dokumen pendirian
saham perseroan senilai Rh. 84 Milyar pada saat penandatanganan akta pendirian.
4
Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali
Press, 2010), 25. Pada level dunia Bank Islam pertama didirikan di Mesir dengan
nama Mit-Ghamr Islamic Saving Bank yang didirikan oleh Ahmad El-Najjar pada
awal tahun 1960, menyusul Dubai Islamic Bank 91975), Faisal of Islamic Bank of Sudan
(1977), Kuwait Finance House (1977), Dar al-Mal al-Islami (1981), Bank Islam Malaysia
Berhad (1983) selengkapnya lihat dalam Mohd Daaud Bakar dan Engku Rabiah
Adawiyah Engku Ali (ed.), Essential Reading in Islamic Finance (Kualalumpur:
CERT Publication Sdn. Bhd., 2011), 68.
5
Market share adalah bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dan
seluruh potensi jual, bisanya ditunjukkan dalam prosentase. Lihat dalam www.
mediabpr.com/kamus-bisnis, diakses tanggal 6 September 2014.
6
Dari sisi kualitas pembiayaan, NPF mengalami penurunan (YOY) dari 4,89
persen (Juli 2015) menjadi 4,81 persen (Juli 2016). Sementara profitabilitas yang
tercermin dari rasio ROA meningkat dari 0,91 persen (Juli 2015) menjadi 1,06 persen
(Juli 2016). Sedangkan rasio BOPO membaik dari 94,19 persen (Juli 2015) menjadi
92,78 persen (Juli 2016). Selain itu, terjadi peningkatan kecukupan permodalan
perbankan syariah yang tercermin dari kenaikan rasio CAR, yaitu dari 14,47 persen
(Juli 2015) menjadi 14,86 persen (Juli 2016). Selengkapnya dalam http://www.suara.
com/bisnis/, diakses tanggal 2 Februari 2017.

64 Dr. Mochlasin, M.Ag


industri perbankan syariah dengan perincian 13 Bank Umum
Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 165 Bank
Pem­biayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jaringan kantor yang di­
miliki oleh bank syariah sudah menembus angka 2.129 kantor
yang tersebar di 33 propinsi, jumlah ATM 3.734 dengan total
pekerja sebanyak 54.923 orang. Sementara aset yang dimiliki
bank syariah sampai saat ini mencapai 306.225 triliun.7 Dengan
marak­nya perbankan syariah, kompetisi tidak hanya head to head
dengan perbankan konvensional, tetapi juga persaingan internal
antarperbankan syariah.
Sebagai new comer, perbankan syariah telah mengalami
perkembangan yang cukup menggembirakan, terutama setelah
muncul fatwa haram bunga bank yang telah digelorakan hampir
dua belas tahun oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
(MUI) melalui keputusan Nomor 1 tahun 2004 tentang Hukum
Bunga (Interest/Faedah) tertanggal 24 Januari 2004.8 Keputusan
ini didasarkan pada Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia
tanggal 22 Syawal 1424 H bertepatan dengan tanggal 16
Desember 2003. Fatwa sejenis juga dikeluarkan oleh organisasi
Islam Muhammadiyah melalui Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan pusat Muhammadiyah No. 8 Tahun 2006 tertanggal
27 Juni 2006.9 Pada mulanya fatwa MUI tersebut menimbulkan
pro dan kontra, baik di kalangan perbankan, pemilik modal,
ekonom dan cendekiawan Muslim. Karena munculnya fatwa itu
dikhawatirkan akan memicu penarikan besar-besaran (rush) di
bank konvensional. Kekhawatiran itu memang terbukti dengan
munculnya fenomena pengalihan dana pihak ketiga (DPK) dari

7
Statistik Perbankan Syariah 2016 dalam www.ojk.go.id.
8
Pernyataan keharaman terdapat pada keputusan poin ketiga nomor 1, bahwa
untuk wilayah yang sudah ada kantor atau jaringan lembaga Keuangan Syariah
dan mudah dijangkau, maka tidak boleh melakukan transaksi yang didasarkan
perhitungan bunga.
9
Pernyataan keharaman terletak pada keputusan poin ketiga bahwa bunga
(interest) adalah riba.

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 65


konvensional ke bank syariah, meskipun tidak sampai menim­
bulkan rush. Sejak itu banyak bank konvensional yang membuka
bank syariah dan membuka kantor cabang di beberapa daerah.
Munculnya kekhawatiran tersebut sangat wajar dan rasional,
mengingat Indonesia yang total penduduknya saat ini diper­kira­
kan berjumlah sekitar 252.124.458 juta orang,10 sekitar 87,18%
atau setara dengan 207.176.162 adalah Muslim.11 Tidak hanya
jumlah yang menjadi penanda, tetapi karakter Muslim Indo­
nesia adalah masyarakat religius secara emosional. Hal itu di­
tandai dengan tingginya semangat membela kehormatan dan
ketaatan terhadap para ulama. Peristiwa Aksi damai Bela Islam
(ABI) atau Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) MUI yang
dikenal dengan aksi 212 telah menguatkan asumsi tesebut, bahwa
ulama begitu ditaati tidak hanya pada level bawah tetapi juga
level masyarakat menengah secara ekonomi.
Bahkan Indonesia menjadi negara Muslim terbesar dunia,
jumlah itu setara dengan 20 negara di Timur Tengah seperti
Arab Saudi, Qatar, Mesir, Bahrain dan lain-lain. Namun jumlah
penduduk itu baru sebatas potensi belum menjadi realitas bagi
perbankan syariah, setidaknya dengan melihat market share
sebagai indikatornya. Hasil survei Kuwait Finance House Research
menyimpulkan, bahwa Malaysia menduduki peringkat pertama
dalam perekonomian Islamnya disusul Emirat Arab dan Bahrain,
sementara Indonesia tidak masuk dalam 20 besar.12 Padahal bila
keuangan keluarga Muslim yang berjumlah puluhan juta meng­
gunakan jasa perbankan syariah dalam menyimpan, menyalurkan
maupun memanfaatkan pembiayan untuk kebutuhan konsumtif

10
Jumlah ini merupakan perkiraan dari sensus penduduk tahun 2010 oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
adalah 237.641.326 orang sebagaimana dilaporkan dalam www.bps.go.id, diakses
tanggal 3 September 2014. Dengan memperhatikan pada data pertumbuhan
yang dikeluarkan Bank Dunia sebesar 1.49% per tahun, maka pada tahun 2014
penduduk Indonesia berjumlah sekitar 252.124.458 orang.
11
www.id.m.wikipedia.org, diakses tangal 3 September 2014.
12
Republika, 29 Agustus 2014, 15.

66 Dr. Mochlasin, M.Ag


maupun produktif, maka akan berdampak pada market share
yang dahsyat bagi perbankan syariah di tanah air.
Berdasarkan data yang ada hingga Juli 2016, aset perbankan
syariah kurang lebih Rp 306,225 triliun. Pangsa pasarnya sudah
mencapai 4,93 persen dari total perbankan nasional. Sementara
untuk pembiayaan syariah telah mencapai Rp 23,5 triliun atau
5,5 persen. Khusus untuk sukuk negara, pemerintah telah me­
nerbitkan hampir Rp 179 triliun atau 10 pe rsen dari total yang
dimiliki pemerintah. Berdasarkan angka di atas, menurut Kepala
Eksekutif Pengawasan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Firdaus Djaelani, bahwa perbankan syariah belum mencapai skala
ekonomi atau efisiensi minimal. Untuk mencapai kondisi itu,
pangsa pasar perbankan syariah harus mencapai 15%. Padahal
untuk mencapai hampir 5% saja membutuhkan waktu sekitar 10
tahun. Perkembangan ini mengindikasikan bahwa perbankan
syariah akan kesulitan mengejar pangsa pasar perbankan kon­
vensional.13 Kondisi terkini market share perbankan syariah dapat
dilihat dalam gambar berikut ini:

Sumber: www.ojk.go.id, 2016


Gambar 1.1 Pangsa Pasar Bank Syariah
13
Ichsan Emrald Alamsyah, “Pangsa Pasar Syariah Harus 15 Persen,” Republika,
Kamis, 14 Agustus 2014, 18.

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 67


B. DAMPAK FATWA HARAM BUNGAN BANK TER­
HADAP MARKET SHARE
Setelah diterbitkan fatwa haram bunga bank, tren market share
perbankan syariah di Indonesia cenderung naik. Pada tahun 2004
saat diterbitkan keputusan fatwa, market share per­bankan syariah
terhadap total aset perbankan nasional sebesar 1,2%, pada tahun
2005 berikutnya naik menjadi 1.6%. Pada tahun 2005 di­targetkan
market share bank syariah menjadi 9.1% pada tahun 20011, harapan
itu ternyata tidak terjadi sampai memasuki tahun 2014. Sampai
memasuki tahun 2017, market share meningkat setelah BPD NTB
menjadi bank syariah menjadi 5.3%. Berikut per­ kem­bangan
market share perbankan syariah sejak tahun 2000 sampai 2017.14

Sumber: Laporan OJK Tahun 2017 dan sumber lainnya dengan penyesuaian
Gambar 1.2 Perkembangan Market Share

Berdasarkan grafik di atas, terjadi kenaikan pangsa pasar bagi


perbankan syariah meskipun tidak spektakuler. Untuk melihat
perkembangan suatu perusahaan termasuk perbankan syariah
di masa mendatang, salah satu cara yang bisa digunakan adalah
memahami perilaku nasabah dengan menganalisa behavioral
14
Diolah dari laporan Statistika Bank Indonesia dan OJK serta berbagai sumber
lainnya.

68 Dr. Mochlasin, M.Ag


intention (keinginan berperilaku) mereka. Pengukuran keingin­
an berperilaku dapat menjadi indikator terbaik saat ini dalam
memprediksi perilaku nasabah untuk tetap bersama atau akan
meninggalkannya. Keinginan berperilaku juga dapat dipandang
sebagai sinyal keberhasilan atau kegagalan perbankan syariah
dalam mempertahankan nasabahnya di masa yang akan datang.15
Rendahnya pangsa pasar perbankan syariah, diduga akibat ke­
inginan menjadi nasabah di perbankan syariah juga rendah.
Dalam teori consumer behavior, konsumen atau nasabah dalam
mengambil keputusan untuk membeli atau memanfaatkan jasa
tertentu dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu faktor bauran pe­
masaran, psikologi, sosial budaya dan situasional.16 Secara lebih
detail, faktor-faktor tersebut terbagi dalam dua kategori yaitu
eksternal dan internal. Faktor bauran pemasaran (produk, pro­
mosi, harga dan saluran distribusi), sosial-budaya dan situasio­
nal adalah kategori eksternal. Sedangkan faktor internal secara
hierar­kis meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, kepribadian
dan sikap.17
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan, bahwa perilaku
dan keinginan konsumen dipengaruhi banyak faktor seperti
du­kungan pemerintah, pengaruh sosial, kredibilitas bank, ke­
rahasiaan bank, kualitas layanan, kepuasan nasabah, keper­
cayaan, pengetahuan, norma subjektif, citra dan reputasi bank,
motif agama, keuntungan, kemanfaatan, produk bank, lokasi,
fatwa MUI, persepsi adanya kemudahan dan loyalitas nasabah.
Menurut penelitian Idris, Salleh, Ahmad, Ismail dan Yazid dengan
responden nasabah bank Islam di Johor Malaysia,18 menyatakan

15
Zeithaml Berry dan Parasuraman, Service Marketing, Fourth edition (Prentice
Hall: Exclusive right by Mc Graw-Hill, 2006).
16
Erna Ferrinadewi dan Didit Darmawan, Perilaku Konsumen: Analisis Model
Keputusan, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2004), 19.
17
Leon G Schiffman and Leslie Lazar Kanuk, Consumer Behaviour, Seventh
Edition (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2000), 8-9.
18
Nur Hafidzah Idris, Nur Atika Salleh, Norliyana Ahmad, “Determinants Of
Intention To Use Islamic Banking Products among Malay Muslims: A Case Study

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 69


bahwa kepuasan nasabah berpengaruh terhadap keinginann
nasabah di Bank Islam. Penelitian oleh Usman, menyimpulkan
bahwa nasabah bank syariah dalam menggunakan produk per­
bankan syariah juga dipengaruhi oleh kepercayaan yang di­
milikinya.19 Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Mamman
dan Ogunbado dengan objek penelitian nasabah bank Islam di
Negeria menyimpulkan bahwa agama berpengaruh terhadap
keinginan berperilaku nasabah. Selanjutnya penelitian oleh Reni
dan Hayati Ahmad,20 Asraf21 dan Rivai dkk22 dengan responden
nasabah bank syariah di Indonesia menyimpulkan bahwa agama
berpengaruh terhadap keinginan menggunakan perbankan
syariah. Terdapat beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa
pengetahuan mempengaruhi perilaku nasabah seperti dilakukan
oleh Reni dan Hayati Ahmad.23 Sedangkan penelitian yang se­
cara khusus membahas pengaruh pengetahuan fatwa haram
bunga bank terhadap perilaku dilakukan oleh Muiszudin. 24
Dalam perspektif Islam, individu tidak hanya dipahami
se­bagai homo-economicus, tapi secara totalitas dipahami sebagai
homo-Islamicus.25 Dalam kerangka inilah, motif tindakan individu
Muslim tidak terlepas dari pengaruh nilai-nilai agama. Keputusan

In Johor Baharu,” The 2nd World Conference On Islamic Thought & Civilization, 2014.
19
Hardius Usman,”Customers Trust on Islamic Banks in Indonesia,” The
Journal of Asian Finance, Economics and Business, Vol.2 No.1, (2015): 5-13.
20
Andi Reni, Nor Hayati Ahmad, “Application Of Theory Reasoned Action In
Intention To Use Islamic Banking In Indonesia,” Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi
Syariah (Journal of Islamic Economics), Volume 8 (1), Januari (2016): 137 – 148.
21
Asraf, “Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Menyimpan Dana
di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pasaman Barat dengan Religiositas sebagai
Variabel Moderator,” E-Journal Apresiasi Ekonomi, vol. 2, no. 1 (Januari 2014): 61-62
22
Harif Amali Rivai, Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam Memilih
Jasa Perbankan: Bank Syariah vs Bank Konvensional, Laporan penelitian kerjasama Bank
Indonesia dan Center for Banking Research (CBR) Universitas Andalas (2008).
23
Reni & Ahmad, “Application of Theory Reasoned Action…, 137 – 148.
24
Muiszudin, “Perilaku Konsumen Perbankan Syariah; Interaksi antara Budaya,
Manajemen, Komitmen, dan Pengetahuan Fatwa terhadap Ketaatan Organisasional
Muhammadiyah di Provinsi Kalimantan Barat,” Disertasi, Universitas Andalas, 2015.
25
Ahmad Muflih Saefuddin, “Berbagai Arus pemikiran Ekonomi,” dalam M.
Rusli Karim, Berbagai Aspek Ekonomi Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), xxiii.

70 Dr. Mochlasin, M.Ag


nasabah Muslim dalam memanfaatkan jasa perbankan syariah,
tentu dalam intentitas tertentu dipengaruhi oleh faktor ajaran
agama. Pelarangan riba dalam Islam adalah klausul agama,
meski­pun menimbulkan ragam tafsir dalam implementasi dan
otoritas penegakannya ketika dalam bentuk sebuah fatwa.
Pengaruh agama terhadap perilaku konsumen telah mulai
menjadi perhatian para ahli ilmu ekonomi, utamanya dalam
teori perilaku konsumen. Schiffman dan Kanuk mencontoh­
kan dalam keluarga Yahudi yang berupaya mentaati peraturan
tentang makanan, hal itu dilakukan karena aturan itu dipahami
sebagai suatu kewajiban agama yang harus dilaksanakan. Se­
bagai contoh, pemunculan label halal pada Yoghurt Dannon ber­
dampak pada peningkatan penjualan di kalangan rumah tangga
orang-orang Yahudi di Amerika sebesar 25%.26
Sebagaimana paparan di atas, berdasarkan penelitian-pene­
litian terdahulu terdapat tiga faktor penting untuk mempre­diksi
keinginan berperilaku nasabah di perbankan syariah, yaitu ke­
puasan (satisfaction), kepercayaan (trust), motif agama (religius
motive) serta pengetahuan fatwa haram bunga bank. Kepuasan,
kepercayaan dan motif agama akan ditempatkan dalam pene­
litian ini sebagai variabel dependen, sedangkan penge­tahuan
fatwa akan ditempatkan sebagai moderating variable. Rendahnya
keinginan sebagaimana terlihat dalam gambar 1.2 di atas bisa
diakibatkan kepuasan (satisfaction), kepercayaan (trust) dan dan
motif agama (religious motive) yang rendah pada nasabah muslim
bank syariah.
Kepuasan dan kepercayaan adalah dua konsep yang saling
berkaitan, bahkan menurut kesimpulan riset Jone dan Sasser
pelanggan yang benar-benar percaya adalah pelanggan yang
memang merasa sangat puas.27 Pelanggan yang merasa puas,

26
Schiffman and Kanuk, Consumer Behaviour…, 388.
27
T.O Jones and W.E. Sasser, Jr., “Why Satisfied Custumer Defect,” Harvad
Bussines Review, vol. 73, no. 6 (Nopember-Desember 1995): 88-99.

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 71


dengan sendirinya akan merekomendasikan produk atau jasa
kepada konsumen lain dengan cara word of mouth. Kepuasan pe­
langgan itu terjadi dikarenakan perusahaan menganggap dapat
mempengaruhi ingatan dan pangsa pasar.28 Lingkungan dan
pola perilaku yang berubah cepat, membuat marketer tidak
mudah menciptakan pelanggan yang memiliki kepercayaan
tinggi terhadap perusahaan.29 Tantangan perbankan syariah saat
ini adalah bagaimana merekrut nasabah sebanyak mungkin, ke­
mudian menanamkan kepercayaan tinggi dalam diri nasabah
ter­hadap produk dan layanan prima.
Dipilihnya Daerah Istimewa Yogyakarta karena provinsi ini
dianggap sebagai miniatur Indonesia dengan memperhati­kan
beragamnya etnis, corak keagamaan, latar belakang sosial bu-
daya dan ekonomi penduduknya. Daerah Istimewa Yogyakarta
juga dikenal sebagai kota pelajar yang salah satu cirinya memili-
ki well known terhadap informasi baru, termasuk munculnya in-
formasi tentang fatwa haram bunga bank yang dikeluarkan MUI.
Di samping itu, daerah ini menarik untuk diteliti karena per-
kembangan bank syariah di DIY cukup fenomenal dibuktikan
dengan market share mencapai 7,9% melampaui tingkat nasional
yang hanya sebesar 4,86% pada tahun 2016.30 Perkembangan ini
juga didukung dengan adanya kantor perbankan syariah di se-
mua kabupaten dan kota.

C. OBYEK DAN URGENSI PENELITIAN


Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel pengetahuan
fatwa haram bunga bank terhadap hubungan variabel kepuasan

28
Ove C Hansemark dan Marie Albinson, “Customer Satisfaction and Retention:
The Experience of Individual Employees”, Manajing Service Quality Journal, 2004.
29
Jennifer Ajie dan Hatane Semuel, “Pengaruh Satisfaction dan Trust terhadap
Minat Beli Konsumen (Purchase Intention) di Starbuck the Square Surabaya,”Jurnal
Manajemen Pemasaran Petra, Vol. 2, no. 1 (2014): 1-10.
30
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah diakses tanggal 10 Juni 2016.

72 Dr. Mochlasin, M.Ag


nasabah, kepercayaan dan motif agama terhadap minat ber­
peri­laku dan pemanfaatan jasa bank syariah yang sebenarnya.
Populasi yang diteliti hanya nasabah Muslim bank syariah yang
berdomisili di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang ter­diri
dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman. Kabupaten Bantul,
Ka­bupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo.
Dalam dunia penelitian, orisinalitas ataupun keaslian pene­
litian sangat diutamakan. Secara garis besar orisinalitas atau
keaslian sebuah penelitian terbagi dalam dua kategori umum,
yaitu penelitian yang memang belum diteliti atau dibahas oleh
peneliti sebelumnya, kedua melanjutkan karya penelitian sebe­
lumnya tapi dengan model, pendekatan, metode, dan variabel
yang berbeda dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan
yang dirasa kurang relevan.31 Keaslian penelitian ini terletak pada
penambahan variabel motif agama untuk mengukur atau meng­
analisa perilaku nasabah khususnya minat berperilaku (bevioral
intention) di bank syariah. Di samping itu, terdapat analisa baru
tentang peran variabel pengetahuan fatwa haram bunga bank
terhadap hubungan variabel kepuasan, kepercayaan dan motif
agama terhadap minat berperilaku dengan Moderated Regression
Analysis (MRA).
Dalam teori consumer behavior, dinyatakan bahwa kon­sumen
bertindak atas dasar rasionalitas. Termasuk dalam menen­ tu­

31
Ciri-ciri orisinalitas: 1)mengembangkan atau berkolaborasi dalam kegiatan
riset yang sedang berjalan, untuk menghasilkan hal-hal baru; 2)mengeinterpertasi
teori yang sudah ada, dalam konteks yang berbeda; 3)mendemonstrasiskan
dengan menguji ide milik orang lain; 4)mengerjakan riset empirisyang belum
pernah dikerjakan sebelumnya; 5)menggunakan pendekatan metode yang berbeda
untuk menjawab masalah; 6)membuat sintesis informasi dengan cara yang
berbeda; 7) menyusun interpretasi baru dari data atau informasiyang telah ada; 8)
mengaplikasi ide yang sudah ada dilokasi yang baru; 9)mengem­bang­­kan perangkat
atau teknik multi disiplin untuk memecahkan suatu masalah; 10)mengadakan
kajian yang belum pernah diriset sebe­lum­nya; 11)membuat analisis kritis terhadap
hasil riset yang belum pernah diuji ke­absahan­­nya. Diadopsi dengan penyesuaian
dari Phillips and Pugh, How to Get a PhD (Buckingham – Philadelphia: Open
University Press, 1984), 61-62. Lihat juga dalam https://derwinirawan.wordpress.com.
Diakses tanggal 29 Juli 2016.

Consumer Of Islamic Banking dalam Riset Kontemporer 73


kan bank pilihannya umumnya didasarkan pada faktor baur­
an pemasaran, stimuli ekonomi, sosial budaya, psiko­ logi
dan personalitas. Dengan penelitian ini, secara teoretik akan
memunculkan teori baru dalam manajemen pema­ saran per­
bankan, yaitu Islamic customer behavior dengan cara penam­
bahan variabel baru yang mempengaruhi nasabah muslim yaitu
variabel motif religius. Secara lebih khusus, akan memberikan
kajian baru tentang pengaruh fatwa terhadap keinginan ber­
perilaku nasabah (behavioral intention) perilaku sebenarnya
(actual use) dalam pemanfaatan bank syariah.
Diharapkan temuan ini dapat menjadi kajian ilmiah dalam
membuat strategi manajemen pemasaran bagi perbankan syariah,
khususnya di wilayah DIY. Manajemen pemasaran modern
harus memperhatikan perilaku konsumen (consumer behavior),
dalam hal ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat
berperilaku nasabah dan pemanfaatan sebenarnya. Penelitian
ini juga bisa menjadi acuan dalam memprediksi sejauh mana
perkembangan perbankan syariah, khususnya di DIY yang me­
miliki karakteristik tertentu di masa yang akan datang. Sehingga
bisa menjadi evaluasi agar di masa-masa yang akan datang per­
bankan syariah mampu mengelola industri perbankan syariah
lebih kompetitif.

74 Dr. Mochlasin, M.Ag


BAB VI

KARAKTERISTIK DAN RESPON NASABAH


PERBANKAN SYARIAH TERHADAP FATWA
HARAM BUNGA BANK

A. DATA DIRI NASABAH PERBANKAN SYARIAH


1. Usia
Usia responden dikelompokkan menjadi 10 kategori usia
yaitu 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64,
65-70. Mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 25-
29 tahun sebanyak 19% atau sejumlah 87 orang, usia ter­sebut
menggambarkan fase dinamis dan pencarian identitas. Res­pon­
den paling sedikit berusia 60-64 sebanyak 2%, sebuah usia yang
menggambarkan fase kemapanan dan stagnan.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Usia

75
2. Domisili
Responden dalam penelitian ini adalah nasabah Muslim
perbankan syariah di wilayah DIY yang meliputi Kota Yogya­
karta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunug
Kidul dan Kabupaten Kulonprogo. Responden terbanyak berasal
dari Kabupaten Sleman sebanyak 28% (82 orang) dan paling se­
dikit responden dari Gunung Kidul sebanyak 16% (49 orang).
Kabupaten Sleman terbanyak karena, daerah ini penduduknya
terbanyak dan akses terhadap perbankan syariah relatif lebih
mudah dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya.
Res­ponden terbanyak nomor kedua adalah nasabah Muslim
domisili Kota Yogyakarta sebanyak 25% (75 orang). Kabupaten
Bantul menduduki nomor ketiga sebanyak 21% (63 orang), meski­
pun penduduknya besar di kabupaten ini jumlah bank syariah
tidak sebanyak kabupaten Sleman. Urutan keempat adalah kabu­
paten Gunung Kidul, responden di kabupaten ini sebanyak 16%
(48 orang). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.2 Responden Berdasarkan Domisili.

76 Dr. Mochlasin, M.Ag


3. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin responden terbanyak dalam pe­
nelitian ini adalah perempuan, yaitu sebesar 52% atau sebanyak
156 orang, sedangkan laki-laki sebesar 48% atau sebanyak 144
orang. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa responden
perempuan umumnya lebih responsif dan serius dalam mengisi
angket, angket yang tidak lengkap pengisiannya umumnya ber­
jenis kelamin laki-laki. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.3 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

4. Pekerjaan
Responden berdasarkan latar belakang pekerjaan diklasifi­
kasikan menjadi sembilan macam yaitu karywan PNS, Dosen,
Guru, Praktisi Bisnis, Wiraswasta, TNI/Polri, Karyawan Swasta
dan lainnya yang meliputi pensiunan, Pegawai BUMN, Buruh,
Petani, Peternak, Karyawan Kontrak dan Ibu Rumah Tangga.
Pekerjaan terbanyak yang melatarbelakangi responden adalah
sebagai Karyawan Swasta sebesar 36 % atau sebanyak 108 orang,
sedangkan paling sedikit adalah sebagai TNI/Polri sebesar 0,7%

Karakteristik dan Respon Nasabah Perbankan Syariah Terhadap .... 77


atau sebanyak 2 orang. Karyawan swasta biasanya lebih fleksibel
secara personal dalam memilih atau menempatkan dananya di­
bandingkan karyawan PNS maupun TNI/Polri, demikian juga
secara institusional, pimpinan memiliki wewenang untuk me­
milih bank rekanan bagi karyawannya. Lebih jelasnya dapat di­
lihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan

5. Pendidikan Terakhir
Pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat menentu­
kan perilaku seseorang, termasuk dalam penentuan lembaga
keuangan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, umumnya akan
semakin kritis melihat persoalan. Responden dalam peneliti­
an ini dibatasi minimal berpendidikan terakhir SMA, karena
jenjang pendidikan ini diasumsikan telah memiliki kemampuan
untuk mengisi angket dengan baik. Latar belakang pendidikan
responden dalam penelitian ini mayoritas adalah S1 sebesar 40%
atau sebanyak 120 orang, kemudian disusul berpendidikan SMA
sebesar 29%, S2 sebesar 20%, Diploma sebesar 7% dan terakhir S3
sebesar 4%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

78 Dr. Mochlasin, M.Ag


Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 4.5 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

6. Lama Menjadi Nasabah


Waktu pemanfaatan jasa perbankan syariah menjadi penting
bagi responden, karena ia dapat memperoleh kesempatan untuk
merasakan dan menilai kinerja perbankan syariah. Namun de­
mikian, lama menjadi nasabah tidak secara otomatis seiring
dengan pemahaman fatwa haram bunga bank. Ada kalanya se­
orang nasabah belum mengetahui fatwa tetapi sudah menjadi
nasabah, atau sebaliknya sudah lama mengetahui fatwa tetapi
baru beberapa waktu kemudian menjadi nasabah bank syariah.
Mayoritas responden dalam penelitian ini sudah mengetahui
fatwa lebih dari lima tahun yaitu sebesar 25% atau sejumlah 75
orang, bahkan beberapa responden telah mengetahui sejak fatwa
diterbitkan yaitu 12 tahun yang lalu. Sedangkan responden ter­
kecil menjadi nasabah bank syariah kurang dari satu tahun yaitu
sebesar 6% (18 orang), meskipun sebagian mereka sudah ter­lebih
dahulu mengetahui tentang fatwa haram bunga bank. Lebih jelas­
nya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Karakteristik dan Respon Nasabah Perbankan Syariah Terhadap .... 79


Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 4.6 Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah

7. Jumlah Saldo Terakhir


Loyalitas dan kepercayaan (trust) nasabah dapat dilihat dari
beberapa indikator, salah satunya adalah jumlah saldo yang di­
miliki di perbankan syariah. Umumnya responden memiliki
saldo terakhir lebih dari Rp 3.000.000,- yaitu sebesar 46% atau
sejumlah 138 responden. Kemudian responden yang memiliki
kurang dari Rp 2.000.000,- sebesar 24% dan responden yang

Sumber: Data
primer diolah
(2016)
Gambar 4.7
Responden Ber­
dasarkan Kepe­
milikan Saldo

80 Dr. Mochlasin, M.Ag


memiliki saldo kurang dari Rp 1.000.000,- sebesar 24% atau
sejumlah 72 orang. Banyaknya responden yang berlatar belakang
karyawan swasta, hal itu menyebabkan banyak responden hanya
menjadikan rekening di bank syariah sebagai transit gaji karena
digunakan untuk keperluan sehari-hari, kebutuhan bulanan
maupun kredit. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.7.

8. Produk yang Dimanfaatkan


Responden dalam penelitian ini umumnya memanfaatkan
produk jasa perbankan syariah yang berupa tabungan, yaitu se­
besar 83% atau sejumlah 249 responden dari total sampel 300.
Urutan berikutnya pembiayaan, yaitu sebesar 11% atau se­jumlah
33, kemudian urutan berikutnya sebesar 4% adalah responden
yang memanfaatkan jasa deposito. Sedangkan 2% meman­faat­
kan jasa lainnya yang sebenarnya juga memanfaatkan tabungan
dengan berbagai jenisnya. Data ini menunjukkan, bahwa res­
ponden masih menjadi nasabah pasif belum menjadi nasabah
produktif dengan berbagai produknya. Lebih jelasnya dapat di­
lihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.8 Responden Berdasarkan Pemanfaatan Produk

Karakteristik dan Respon Nasabah Perbankan Syariah Terhadap .... 81


9. Kapan Mengetahui Fatwa MUI
Menjawab pertanyaan ini, terdapat lima jawaban dari res­
ponden yaitu (1) mereka yang mengetahui fatwa haram bunga
bank lebih lima tahun, bahkan ada yang menjawab sejak diterbit­
kannya fatwa; (2) mereka yang mengetahui fatwa haram bunga
bank lima tahun lalu; (3) mereka yang mengetahui fatwa haram
bunga bank empat tahun lalu; (4) mereka yang mengetahui fatwa
haram bunga bank tiga tahun lalu; (5) memilih jawaban lainnya.
Jawaban responden terbanyak adalah mengetahui fatwa
haram bunga bank yang diterbitkan MUI sekitar tiga tahun lalu,
yaitu sebesar 24% atau sejumlah 72 responden. Berikutnya res­
ponden yang mengetahui fatwa lima tahun lalu sebesar 23%,
kemudian lebih dari lima tahun sebesar 20% dan empat lalu se­
besar 13%. Responden yang menjawab lainnya juga sebesar 20%,
yaitu responden yang menjawab baru tahu, mengetahui kurang
dari satu tahun dan 18 orang tidak mengetahui, meskipun paham
tentang fatwa haram bunga bank. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.9 Responden Berdasarkan Pengetahuan Fatwa MUI

82 Dr. Mochlasin, M.Ag


B. KETERKAITAN NASABAH DENGAN FATWA HARAM
BUNGA BANK
a. Sumber Informasi Fatwa MUI
Ketika responden diberi pertanyaan tentang sumber infor­
masi fatwa MUI tentang keharaman bunga bank, semua res­pon­­
den mengetahui meskipun dari sumber informasi yang ber­­­beda-
beda. Sebanyak 31% atau sejumlah 93 responden me­nge­­tahui
fatwa ini dari televisi, sebanyak 27% dari pengajian, dari media
koran sebanyak 15%. Dari jawaban responden ter­sebut, nam­
paknya televisi sangat efektif mempengaruhi penge­tahuan dan
tentunya perilaku nasabah Muslim. Sumber penge­tahuan fatwa
lainnya yang memberitahukan responden adalah media sosial
(facebook), keluarga dekat, angket dan dari informasi di kampus.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.10 Responden Berdasarkan Sumber Informasi Fatwa

b. Pendapat Responden tentang Fatwa MUI


Responden dalam penelitian ini juga ditanya pendapat me­
reka tentang keluarnya fatwa haram bunga bank oleh MUI, ke­
banyakan mereka menjawab positif, dengan rincian sebanyak

Karakteristik dan Respon Nasabah Perbankan Syariah Terhadap .... 83


55% menjawab tepat dan 34% menjawab sangat tepat. Sebanyak
11% menjawab negatif, yaitu dengan rincian 9% menjawab tidak
tepat dan 2% menjawab sangat tidak tepat. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.11 Pendapat Responden tentang Fatwa Haram Bunga Bank

c. Alasan Setuju dengan Fatwa Haram Bunga Bank


Ketika responden ditanya alasan mereka setuju dengan ke­
luarnya fatwa haram bunga bank, mayoritas responden yaitu
sebesar 55% atau sejumlah 165 orang menjawab bahwa mereka
setuju fatwa karena bunga bank sama dengan riba. Jawaban be­
rikutnya sebesar 21% responden menyatakan bahwa dalam
praktek bunga bank terdapat unsur kezaliman, 11% responden
men­jawab karena dalam bunga bank terdapat pelanggaran ke­
adilan ekonomi. Sebanyak 6% responden memilih jawaban lain­
nya, yaitu pada dasarnya setuju dengan fatwa tetapi mem­beri­
kan alasan sendiri, yaitu keuntungan dengan praktik bunga bank
terlalu tinggi dan setuju dengan fatwa tetapi tidak mutlak. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

84 Dr. Mochlasin, M.Ag


Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 4.12 Alasan Responden Setuju dengan Fatwa

d. Alasan tidak Setuju dengan Fatwa Haram Bunga Bank


Responden juga diberi pertanyaan alasan-alasan apabila
tidak setuju dengan diterbitkannya fatwa haram bunga bank.
Sebanyak 78% tidak menjawab artinya responden setuju fatwa,
sebanyak 7% responden berpendapat bahwa bunga bank ber­
beda dengan riba, pengharaman bunga bank tidak memiliki
dalil yang kuat dipilih sebanyak 3%, terbitnya fatwa haram
belum tepat dipilih oleh 6% responden. Kemudian sebesar 6%

Sumber: Data
primer diolah
(2016)
Gambar
4.13 Alasan
Responden Tidak
Setuju dengan
Fatwa

Karakteristik dan Respon Nasabah Perbankan Syariah Terhadap .... 85


res­pon­den menjawab lainnya dengan memberikan jawaban yang
bervariasi di antaranya bank sama dengan jasa, belum tahu
tentang fatwa, terpaksa memanfaatkan bank konvensional dan
bagi hasil peminjaman di bank syariah lebih tinggi. Lebih jelas­
nya dapat dilihat pada gambar 4.13.

e. Bunga Bank Hukumnya Sama Dengan Riba


Dalam perspektif hukum, ternyata responden kebanyakan
me­nyatakan bahwa bunga bank sama dengan riba yang dikenal
dalam ajaran Islam, pendapat ini didukung oleh 75% respon­
den atau sejumlah 225 orang. Tetapi terdapat responden yang
menjawab tidak sama didukung oleh 11% responden, tidak tahu
sebanyak 12% dan menjawab lainnya sebesar 2%. Jawaban lain­
nya memunculkan jawaban yang beragam seperti tergantung
individu, bunga bank tidak sama persis dengan riba, subhat dan
ada yang menjawab bahwa riba adalah samar-samar. Lebih jelas­
nya dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.14 Pandangan Responden tentang Hukum Bunga Bank

86 Dr. Mochlasin, M.Ag


f. Setuju Jika Fatwa Berlaku Mengikat Bagi Setiap Muslim
Terdapat jawaban yang menarik dari pertanyaan apakah
responden setuju jika fatwa bunga bank berlaku mengikat bagi
umat Islam di Indonesia. Sebesar 74% atau sejumlah 222 orang
setuju fatwa berlaku mengikat, sebanyak 26% atau 78 orang me­
nyatakan tidak setuju. Kondisi ini menggambarkan, umat Islam
membutuhkan ketegasan terhadap pemerintah dalam bentuk
dukungan politik untuk menjalankan syariat Islam. Lebih jelas­
nya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.15 Pandangan Responden tentang Berlakunya Fatwa

g. Relevansi Terbitnya Fatwa bagi Perkembangan Perbankan


Syariah
Dalam penelitian ini responden dimintai pendapat tentang
relevansi fatwa terhadap perkembangan syariah di Indonesia.
Sebanyak 78% atau sejumlah 234 orang berpendapat bahwa ter­
bit­nya berpengaruh positif terhadap perkembangan bank syariah,
59% berpendapat berpengaruh dan 19% sangat berpengaruh. Se­
mentara 22% berpendapat negatif, yaitu 19% tidak berpengaruh
dan 3% sangat tidak berpengaruh. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut ini:

Karakteristik dan Respon Nasabah Perbankan Syariah Terhadap .... 87


Sumber: Data primer diolah (2016)
Gambar 4.16 Pendapat Responden tentang Relevansi Fatwa

h. Kepemilikan Rekening Selain di Bank Syariah


Menjawab pertanyaan ini sebesar 75% atau sebanyak 222
responden ternyata memiliki rekening di bank konvensional,
hal ini menunjukkan responden banyak yang mendua dalam hal
kepemilikan rekening dengan berbagai alasan. Dengan demikian,
kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena dimungkinkan salah
satu sebabnya adalah nasabah Muslim belum begitu yakin
dengan eksistensi bank syariah. Dari sudut pandang ekonomis,
sebe­narnya memiliki lebih dari satu rekening adalah high cost.

Sumber: Data
primer diolah
(2016)
Gambar 4.17
Responden
Berdasarkan
Kepemilikan
Rekening

88 Dr. Mochlasin, M.Ag


Se­mentara responden yang sangat loyal dan hanya memiliki di
bank syariah hanya sebesar 26% atau sejumlah 78 responden.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.17.

i. Upaya Sosialisasi Fatwa oleh Pemangku Kepentingan


Perkembangan perbankan syariah sampai saat ini tidak ter­
lepas dari peran ulama dan kebijakan pemerintah, meski­pun
terdapat pendapat yang menyatakan bahwa peran keduanya
belum maksimal. Upaya yang telah dilakukan MUI untuk men­
dongkrak market share adalah dengan menerbitkan fatwa haram
bunga bank. Saat responden diberi pertanyaan tentang peran
pemangku kepentingan, ternyata responden berpendapat bahwa
64% masih kurang melakukan sosialisasi, sebesar 18% menya­
takan cukup dan hanya 8% yang menyatakan sosialisasi fatwa
haram bunga bank sudah baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar berikut ini.

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.18 Sosialisasi Fatwa Haram Bunga Bank

j. Informasi Fatwa Haram Bunga Bank di Kajian Agama


Bank syariah adalah lembaga keuangan yang berupaya meng­
implementasikan ajaran Alquran dan as-Sunnah, maka kajian ke­

Karakteristik dan Respon Nasabah Perbankan Syariah Terhadap .... 89


agamaan menjadi sangat penting keberadaannya. Jawaban res­
ponden menunjukkan, bahwa mereka kebanyakan yaitu 78 %
(234 orang) pernah memperoleh materi tentang fatwa haram
bunga bank. Nasabah yang belum pernah mendengar fatwa
dalam kajian keagamaan hanya sebesar 22% atau 36 orang, hal itu
bisa disebabkan nasabah benar-benar tidak pernah mendengar
atau kemungkinan mereka tidak aktif dalam kajian keagamaan
(pengajian). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah (2016)


Gambar 4.19 Kajian Fatwa Haram Bunga Bank di Pengajian

k. Peran Tokoh Agama dalam Mensosialisasikan Fatwa Haram


Bunga
Sebagai masyarakat yang dikenal religius, salah satunya me­
miliki ciri taat kepada tokoh agama seperti ulama, kyai, ustadz.
Bahkan Negara dalam membuat kebijakan, sering meminta ban­
tuan para ulama untuk mensosialisasikan ke masyarakat. Untuk
meredam konflik di masyarakat pun, ulama memiliki peran yang
sangat vital di tengah masyarakat Indonesia. Terbitnya fatwa
haram bunga bank, telah demikian luas dikenal di masyarakat
meskipun tingkat pengetahuannya belum mendalam. Hal itu di­
tunjukkan dengan jawaban responden sebanyak 58% yang me­

90 Dr. Mochlasin, M.Ag


nyata­kan peran tokoh agama masih kurang, bahkan sebesar 13%
responden menyatakan belum berperan. Responden yang me­
nyatakan tokoh agama telah berperan, hanya sebesar 20%. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Data primer diolah

Karakteristik dan Respon Nasabah Perbankan Syariah Terhadap .... 91


BAB VII

PENGARUH FATWA HARAM BUNGA BANK


TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEINGGINAN NASABAH

A. FATWA HARAM BUNGA BANK


Kata fatwa berasal dari bahasa Arab fatuwa jamaknya fatawa
yang terambil dari kata kerja lampau fatiya berarti petuah, na­
sihat dan jawaban pertanyaan hukum.1 Sedangan secara isti­lah,
pendapat mengenai suatu hukum dalam Islam yang meru­pakan
tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang di­aju­kan
oleh peminta fatwa dan tidak mempunyai daya ikat. Dengan
kata lain, pihak peminta fatwa baik perorangan, lembaga mau­
pun masyarakat luas tidak harus mengikuti isi atau hukum
dari fatwa yang diberikan kepadanya. Hal ini disebabkan fatwa
sese­orang mufti atau ulama disuatu tempat bisa saja berbeda
dari fatwa ulama lain di tempat yang sama. Fatwa biasanya cen­
derung dinamis karena merupakan tanggapan terhadap per­kem­
bangan baru yang sedang dihadapi masyarakat peminta fatwa. Isi
fatwa itu sendiri belum tentu dinamis, tetapi minimal fatwa itu
responsif.2
Tindakan memberi fatwa disebut futya atau ifta’, suatu isti­
lah yang juga merujuk pada profesi memberi nasehat. Orang
yang memberi fatwa disebut mufti atau ulama, sedangkan yang
meminta fatwa disebut mustafti. Peminta fatwa bisa berupa per­

1
Tsauqi Daif, al-Mu’jam al-Wasit (Jumhuriyah al-Misr al-Arabiyah: Al-Idarah
al-Ammah lilmu’jamat wa ihya’ al-Turats), 673. Lihat pula Munawir, Ahmad
Warson (Kamus al-Munawwir, Yogyakarta: PP Al-Munawwir, 1997), 1034.
2
Tim, Ensiklopedi Islam (Jakarta; PT. Ikhtiar Baru van Hoeven, 1999), 6.

92
orangan, lembaga ataupun siapa saja yang membutuhkan. Pada
dasarnya futya adalah profesi independen namun di banyak
negara Muslim menjadi terkait dengan otoritas kenegaraan dalam
berbagai cara. Dalam sejarah Islam, dari abad ke tujuh Hijriyah,
negaralah yang mengangkat ulama yang bermutu sebagai mufti.
Namun pada masa-masa selanjutnya, pos-pos resmi dari futya
diciptakan, sehingga mufti menjadi jabatan kenegaraan yang
hierarkis, namun tetap dalam fungsi keagamaan. Pada tempat
dan periode tertentu, seperti pada masa Dinasti Usmaniah, fungsi
mufti dikombinasikan dengan hakim dan pemegang jabatan ini
seringkali dilarang memberikan fatwa sehubungan dengan tin­
dakan hukum yang terjadi di pengadilan. 3
Dalam perjalanan sejarah hukum Islam, setidaknya ada
empat produk pemikiran hukum Islam yang dikenal dan diprak­
tekkan oleh umat Islam yaitu kitab-kitab fikih, fatwa-fatwa
ulama, keputusan-keputusan pengadilan agama dan peraturan
per­undangan di negeri Muslim.4 Di Indonesia, lembaga formal
dan diangkat oleh negara yang berhak mengeluarkan fatwa
adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI), lembaga ini juga me­mi­
liki struktur sampai kabupaten kota.5 Di samping MUI, Ormas-
ormas Islam juga memiliki lembaga atau mekanisme fatwa
seperti Persis, Majelis Tarjih milik Muhammadiyah dan Bahsul
Masail milik NU.6 Tiga lembaga terakhir fatwa inilah yang paling
3
Ibid.
4
H. M.Atho Mudzhar, Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), 91.
5
MUI didirikan pada suatu acara muktamar nasional ulama yang dilang­
sung­kan dari tanggal 21-27 Juli 1975. Para peserta muktamar terdiri atas para
wakil majelis-majelis ulama daerah yang baru dibentuk, para wakil pengurus
pusat sepuluh organisasi Islam yang ada, sejumlah ulama bebas dan empat orang
wakil rohaniawan Islam ABRI. Pada akhir muktamar dibuat suatu deklarasi yang
ditandatangani oleh 53 orang peserta, yang mengumumkan terbentuknya Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dengan ketua umum pertama yang terpilih adalah Dr.
Hamka. Selengkapnya lihat dalam M. Atho Mudzhar, Fatwa-fatwa Majelis Ulama
Indonesia: Sebuah Studi Tentang Pemikiran Hukum Islam di Indonesia 1975-1988
(Jakarta: INIS, 1993), 55-6.
6
M.B. Hooker, Islam Mazhab Indonesia, Fatwa-fatwa dan Perubahan Sosial, cet II
(Jakarta: Teraju, 2003), 78.

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 93


produktif dan memiliki pengaruh luas untuk ditaati di kalangan
umat Islam di Indonesia.
Dalam Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI, di­
nyatakan bahwa fatwa yang diterbitkan oleh MUI didasarkan
pada:7
1. Permintaan atau pertanyaan dari masyarakat yang oleh
Dewan Pimpinan dianggap perlu dibahas dan diberikan
fatwa­nya.
2. Permintaan atau pertanyaan dari pemerintah, lemabaga/
organisasi sosial atau MUI sendiri.
3. Perkembangan dan temuan masalah-masalah keagamaan
yang muncul akibat perubahan masyarakat dan kemajuan
ilmu pengetahuan.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi syariah di Indone­


sia, MUI menambah instrumen dalam struktur organisasi­nya
dengan nama Dewan Syariah Nasional (DSN). Keberadaan
DSN ini yang nantinya mendorong terbitnya fatwa haram bunga
bank di Indonesia. Dengan demikian, saat ini MUI memiliki tiga
perangkat, yaitu satu komisi dan dua lembaga yang terkait dengan
pembuatan dan penetapan fatwa, yakni komisi fatwa, Lem­baga
Pengkajian pangan, Obat-obatan, Minuman dan Kos­ metika
(LP-POM) dan Dewan Syariah Nasional. Fatwa-fatwa MUI se­
jauh ini dapat dikategorikan menjadi empat klasifikasi, yaitu
fatwa tentang ibadah, kemasyarakatan, kehalalan produk dan
ekonomi syariah. Fatwa tentang ekonomi syariah, dipandang
paling kuat dibandingkan dengan produk fatwa lainnya, hal itu
dikarenakan fatwa ekonomi syariah diakui atau dikuatkan ke­
beradaannya dalam perundang-undangan.8

7
Buku Pedoman MUI Tahun 2001.
8
Yeni Salma Barinti, “Fatwa MUI tentang Ekonomi Syariah dalam Sistem
Hukum Indonesia” dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI): Dalam Perspektif
Hukum dan Perundang-undangan (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khasanah Keaga­
maan Balitbang Kemenag RI, 2012), 263-4.

94 Dr. Mochlasin, M.Ag


Semenjak kemunculannya pada tahun 1991, perbankan
syariah mendapat payung hukumnya dalam UU No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan kemudian direvisi menjadi UU 10 Tahun
1998 dan dipertegas dengan UU No. 21 Tahun 2008.9 Pada pasal
23 UU Perbankan Syariah No. 23 Tahun 2008 dan SEBI No.
25/4/BPPP disebutkan bahwa bank syariah wajib memi­ liki
DPS yang penunjukkan anggotanya dilakukan setelah me­la­ku­
kan konsultasi dengan MUI.10 Munculnya opini syariah yang
di­berikan oleh DPS-DPS menimbulkan kekhawatiran bagi pe­
laku ekonomi syariah, apabila terjadi perbedaan antara suatu
lembaga keuangan syariah (LKS) dengan lainnya.
Fenomena tersebut menyebabkan pelaku ekonomi syariah
mendesak MUI segera membentuk lembaga tersendiri yang
khusus mengkaji bidang ekoomi syariah.11. Desakan itu muncul
dari masyarakat pelaku ekonomi syariah kepada MUI melalui
Lokakarya Ulama tentang Reksa Dana Syariah pada tanggal
29-30 Juli 1997. Harapan besar itu didasarkan pada: (1) MUI
telah terlibat sejak awal pengkajian dan pelaksanaan ekonomi
syariah; (2) dilibatkan oleh pemerintah melalui peraturan per­
undang-undangan, dan (3) dipercaya sebagai lembaga tempat
Indonesia yang menguasai dan memahami hukum Islam.
Mempertimbangkan desakan dari masyarakat utamanya pelaku
ekonomi syariah, MUI pada tahun 1999 membentuk DSN dengan
menerbitkan SK MUI No. Kep-754/MUI/II/99. Salah satu tugas
pokok DSN adalah mengeluarkan fatwa tentang jenis-jenis ke­
giatan keuangan dan fatwa tentang jasa keuangan syariah. Se­
menjak dibentuknya DSN, dari tahun 1999 sampai tahun 2009
telah terbit 73 fatwa SDN yang terdiri 22 fatwa khusus mengatur

9
Dalam pasal 1 ayat 3 disebutkan: “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannyamemberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.
10
Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha yang dilakukan bank
syariah agar sesuai dengan prinsip syariah.
11
Barinti, “Fatwa dalam Perundang-undangan” dalam Fatwa, 262.

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 95


perbankan syariah, 11 fatwa khusus mengatur pasar modal
syariah dan 35 fatwa mengatur kegiatan ekonomi syariah secara
umum.12
Pada tanggal 16 Desember 2003, MUI mengeluarkan fatwa
yang cukup menghebohkan panggung ekonomi Indonesia, yaitu
keharaman bunga bank. Fatwa itu diperkuat dengan diterbit­kan­
nya surat keputusan tertanggal 24 Januari 2004 yang berisi tentang
tiga hal penting:13
Pengertian Bunga (Interest) dan Riba:
a. Bunga (Interest/fa’idah) adalah tambahan yang dikenakan
dalam transaksi pinzaman uang (al-qardh) yang diperhi­
tung­kan dari pokok pinjaman tempo waktu, diperhitungkan
secara pasti di muka dan pada umumnya berdasarkan per­
sentase.
b. Riba adalah tambahan (ziyadah) tanpa imbalan yang terjadi
karena penangguhan dalam pembayaran yang diperjanjikan
sebelumnya, dan inilah yang disebut Riba Nasi’ah.

Hukum Bunga Bank


a. Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria
riba yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Dengan de­
mikian, praktek pembungaan uang ini termasuk salah satu
bentuk riba dan riba haram hukumnya.
b. Praktek penggunaan tersebut hukumnya adalah haram, baik
dilakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadean, Ko­
perasi dan Lembaga Keuangan lainnya maupun dilaku­kan
oleh individu.

Bermuamalah dengan lembaga keuangan konvensional


a. Untuk wilayah yang sudah ada kantor/jaringan lembaga
keuangan Syari’ah dan udah dijangkau, tidak dibolehkan

12
Ibid., 83
13
www.muidiy.or.id. Diunduh tanggal 5 januari 2017.

96 Dr. Mochlasin, M.Ag


melakukan transaksi yang didasarkan kepada perhitungan
bunga.
b. Untuk wilayah yang belum ada kantor/jaringan lembaga
keuangan Syari’ah, diperbolehkan melakukan kegiatan
transaksi di lembaga keuangan konvensional berdasar­kan
prinsip dharurat/hajat.

Meskipun fatwa tersebut jelas menyebut larangan bunga


bank, namun dampak pada perilaku Muslim ternyata tidak serta
merta berubah. Setidaknya hal itu terjadi karena empat sebab.
Pertama, Fatwa MUI tidak bersifat sistemik, melainkan hanya
mengikat secara perorangan. Karena tidak sistemik, maka ke­
beradaan bank syariah hanyalah pada level alternatif. Kedua,
masih terbatasnya kantor layanan syariah. Ketiga, umat Islam
Indonesia belum menjadikan halal haram sebagai standar per­
buatan. Keuntungan masih menjadi panutan utama dalam ber­
investasi. Keempat, masih minimnya pemahaman tentang per­
bankan syariah dan prinsip keuangan dalam Islam.14
Muhammadiyah pada Sabtu 3 April 2010 lewat rapat pleno
Munas ke-27 Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah di Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM),15 mengikuti jejak MUI dengan
mengeluarkan fatwa tentang haramnya bunga bank. Fatwa haram
ini sebenarnya sudah dikeluarkan sejak 1968 silam, namun
hanya diperuntukkan bagi bank-bank swasta saja.16 Fatwa ini
14
Asri Supatmiati, “Revolusi Paradigma, Keharusan Menuju Sistem Syariah,”
dalam Wan Andy dkk., Prospek Bank Syariah Pasca Fatwa MUI (Yogyakarta; Suara
Muhammadiyah): 107-108.
15
ttps://m.tempo.co/read/news/2010/04/04/087237836/fatwa-bunga-bank-
haram-untuk internal-muhammadiyah. Diakes tanggal 11 Juli 2017.
16
Argumen yang dibangun dalam fatwa ini adalah: (1) bunga perbankan
termasuk riba itu di antaranya mengacu pada ciri-ciri yang sama dengan riba,
yakni tambahan sebagai imbalan mendapatkan modal pinjam dalam jangka waktu
tertentu; (2) adanya perjanjian yang mengikat, lebih banyak menguntungkan
pemilik saham atau ada tirani antara pemilik modal dan pengguna modal serta
imbalan jasa hanya dimiliki pemegang saham (pemilik modal); (3) saat ini bank-
bank pemerintah pemegang sahamnya juga swasta, oleh karena itu sudah tidak
ada bedanya antara bank pemerintah dan swasta. Majlis Tarjih Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Himpunan Majlis Tarjih, tt, 307-309.

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 97


merupakan keputusan resmi hasil Musyawarah Nasional tahun
2006. Meskipun hukum bunga bank sudah diputuskan haram
oleh Muhammadiyah dan MUI, namun bagi Nahdhatul Ulama
(NU), bunga bank belum sepenuhnya diharamkan, karena masih
terjadi ikhtilaf (beda pendapat) soal penetapan keharaman bunga
bank.
Argumen yang dibangun dalam fatwa haram bunga bank
oleh Muhammadiyah adalah: (1) sistem ekonomi berbasis bunga
(interest) semakin diyakini sebagai berpotensi tidak stabil, tidak
berkeadilan, menjadi sumber berbagai penyakit ekonomi modern,
menggantungkan pertumbuhan pada penciptaan hutang baru,
merupakan pemindahan sistematis uang dari orang yang me­
miliki lebih sedikit uang kepada orang yang memiliki lebih
banyak uang, seperti tampak dalam krisis hutang Dunia Ketiga
dan di seluruh dunia, serta merupakan pencurian uang diam-
diam dari orang yang menabung, yang berpenghasilan tetap
dan memasuki kontrak jangka panjang; (2) Terdapat argumen
kuat untuk mendukung sistem keuangan bebas bunga bagi abad
ke-21 yang sejalan dengan ajaran Islam dan ajaran Kristen awal
(James Robertson), perlu mengeliminir peran bunga dan bahwa
absensi riba dalam perekonomian mencegah penumpukan harta
pada sekelompok orang dan terjadinya mislokasi produksi, serta
men­cegah gangguan-gangguan dalam sertor riil, seperti inflasi
dan penurunan produktifitas ekonomi makro; (3) Ekonomi
Islam yang berbasis prinsip syariah dan bebas bunga telah di­
per­kenalkan sejak beberapa dasawarsa terakhir dan institusi
ke­uang­an Islam (syariah) telah diakui keberadaannya dan di
Indonesia telah terdapat di banyak tempat; (4) Perlu mendorong
Persyarikatan dan seluruh warga Muhammadiyah serta umat
Islam secara umum untuk berperan aktif dalam pengembangan
ekonomi yang berdasarkan prinsip syariah dan bebas bunga,
dan yang tidak saja bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat dan

98 Dr. Mochlasin, M.Ag


kesejahteraan bersama, tetapi juga secara nyata telah menjadi
wahana dakwah konkret yang efektif.17

B. FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP KE­


INGINAN MENGGUNAKAN (BEHAVIORAL INTEN­
TION) PERBANKAN SYARIAH BAGI NASABAH
MUSLIM
1. Kepuasan nasabah (customer satisfaction) tidak ber­
pengaruh terhadap keinginan menggunakan (behavioral
intention) perbankan syariah bagi nasabah Muslim di DIY.
Dari hasil analisis, kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
berpengaruh terhadap keingginan untuk tetap menggunakan
jasa perbankan syariah tidak terbukti dan tidak didukung oleh
data. Hasil penelitian ini sejalan dengan kesimpulan penelitian
Idris, Salleh, Ahmad, Ismail dan Yazid dengan responden nasabah
bank Islam di Johor Malaysia.18 Kesimpulan ini didukung oleh
hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mohsan, Nawaz,
Shaukat dan Aslam di bank Islam Pakistan.19
Hasil penelitian ini berbeda dari beberapa penelitian ter­
dahulu seperti yang dilakukan oleh Cheriyah, Sulistyowati,
Cornelia, Viverita dengan responden nasabah bank syariah.20 Pe­
nelitian Amin, Isa dan Fontaine dengan obyek penelitian nasabah
bank Islam di Malaysia juga menyimpulkan terdapat hubungan
signifikan antara kepuasan nasabah dengan keinginan berperi­
17
Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor
08 Tahun 2006 dalam tarjih.muhammadiyah.or.id. Diakses tanggal 11 Juli 20017.
18
Nur Hafidzah Idris, Nur Atika Salleh, Norliyana Ahmad, “Determinants Of
Intention To Use Islamic Banking Productsamong Malay Muslims: A Case Study
In Johor Baharu,” The 2nd World Conference On Islamic Thought & Civilization, 2014.
19
Faizan Mohsan, Numan Aslam, Muhammad Musarrat Nawaz, Zeeshan
Shaukat, “Impact of Customer Satisfaction on Customer Loyalty and Intentions to
Switch: Evidence from Banking Sector of Pakistan,” International Journal of Business
and Social Science, Vol. 2 No. 16; September (2011): 263-270.
20
Yayah Cheriyah, Widya Sulistyowati, Ade D Cornelia dan Viverita, “Factors
Affecting Customers’ Satisfaction and Perception: Case Study of Islamic Banks’
Service Quality,” Asean Marketing Journal, Vol.Ii No. 1, June 2010.

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 99


laku.21 Penelitian Afiff dan Astuti dengan responden nasabah
bank syariah di Indonesia juga menyimpulkan adanya hubungan
signifikan antara kepuasan dengan keinginan berprilaku.22 Ada­
nya pengaruh hubungan kepuasan terhadap keinginan ber­
perilaku juga didukung oleh penelitian Zeng, Hu dan Yang.23
Indikator kepuasan yang digunakan dalam penelitian ini
me­liputi tiga komponen, yaitu atribut yang berkaitan produk
(atributes related to the product), pelayanan (atributes related to
service), dan penjualan atau transaksi (atributes related to purchase).
Nilai terendah jawaban responden dari indikator kepuasan na­
sabah, terlihat dari penilaian tentang pernyataan bahwa Bank
Syariah memberikan promo yang unik dan berbeda dengan bank
konvensional dengan skor 6,28. Sedangkan jawaban tertinggi
dengan skor 8,14, terlihat dari penilaian tentang pernyataan
bahwa karyawan bank syariah melayani nasabah dengan sikap
ramah dan sopan.
Kepuasan pelanggan dalam pemasaran suatu produk atau
jasa sangatlah penting, termasuk dalam pemasaran perbankan
syariah. Pelanggan atau nasabah saat ini sangat selektif dalam
melakukan pilihan-pilihan produk atau jasa yang akan diguna­
kannya. Dalam pandangan Kotler dan Keller, pilihan nasabah
didasarkan pada jasa yang akan memberikan nilai (value) ter­
tinggi atau maksimal sebagaimana yang dipersepsikannya. Nilai
yang dirasakan pelanggan (customer perceived value) terdiri dari
manfaat ekonomi, fungsional dan psikologis atau emosi.24
21
Muslim Amin , Zaidi Isa dan Rodrigue Fontaine, “ The Role Of Customer
Satisfaction In Enhancing Customer Loyalty In Malaysian Islamic Banks,” The
Service Industries Journal, September (2010): 1519-1532.
22
Adi Zakaria Afiff dan Rifelly Dewi Astuti, The Addition of Spiritual
Dimension on Customer Value to Investigate the Relationship of Customer Value,
Customer Satisfaction and Behavior Intention on Islamic Banks Saving Products in
Indonesia, ASEAN Marketing Journal, Vol. 1, No. 1, June 2009.
23
Zeng, Fue, Zuohao Hu dan Rong Chen Zhilin Yang. “Determinants of Online
Service Satisfaction and their Impacts on Behavioural Intention,” Total Quality Mana­
gement 20, no. 9 (2009): 953-969.
24
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran (Marketing
Manajement) alih bahasa Bob Sabron (Jakarta: Erlangga, 2009), 136.

100 Dr. Mochlasin, M.Ag


Dari rumus CPV yang telah diuraikan pada bab terdahulu,
maka dapat disimpulkan bahwa nilai yang dipersepsikan oleh
nasabah bank syariah di wilayah DIY kurang dari total manfaat
dikurangi total biaya. Hal itu berarti kinerja bank syariah di
wilayah DIY belum memenuhi harapan, sehingga nasabah belum
merasa puas. Ketidakpuasan pelanggan akhirnya bisa ber­­
dampak kepada berkurangnya keinginan nasabah meng­guna­kan
perbankan syariah di DIY.
Skor indikator keinginan untuk terus menggunakan per­
bankan syariah dalam hasil penelitian ini mencapai skor ter­
tinggi, yaitu sebesar 7.95 sebagaimana tergambar pada tabel
4.17. Meskipun hasil penelitian menunjukkan kepuasan nasabah
tidak berpengaruh terhadap keinginan menggunakan perbankan
syariah, tetapi skor tersebut secara tidak langsung menunjukkan
bahwa nasabah muslim bank syariah di DIY dalam tingkat ter­
tentu tetap memiliki loyalitas. Menurut Schiffman dan Kanuk
sebagaimana dikutip oleh Suastuti, terdapat karakter pelanggan
yang disebut hostages, yaitu mereka yang tidak puas tetapi karena
alasan tertentu sehingga tetap menggunakan produk perbankan
syariah.
Pengaruh kepuasan terhadap keinginan berperilaku na­
sabah muslim bank syariah di DIY, memiliki arti yang sangat
penting. Peter dan Olson berpendapat, keinginan berperilaku
adalah suatu proposisi yang menghubungkan diri dengan tin­
dakan yang akan datang. Pengukuran keinginan berperilaku
dapat dijadikan cara yang terbaik untuk memprediksi perilaku
pem­belian masa yang akan datang sebagaimana dinyatakan oleh
Zeithaml dan Pasuraman.25 Konsekuensi yang timbul dari persepsi
terhadap kualitas jasa dalam bentuk keinginan berperilaku nasabah
muslim bank syariah secara individual dapat dipandang sebagai
sinyal keberhasilan atau kegagalan bank syariah di wilayah DIY
25
Berry Zeithaml dan Parasuraman, Service Marketing, Fourt edition (Prentice
Hall: Exclusive Right by Mc Graw-Hill, 2006).

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 101


untuk mempertahankan para nasabah yang berdampak pada
keberlanjutan perusahaan.

2. Kepercayaan nasabah (customer trust) berpengaruh secara


signifikan terhadap keinginan menggunakan (behavioral
intention) perbankan syariah
Dari hasil analisis, menunjukkan bahwa variabel keper­ca­
yaan berpengaruh positif terhadap keinginan menggunakan
bank syariah bagi nasabah muslim di DIY. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya seperti dilakukan
oleh Usman. 26 Responden dalam penelitian ini adalah nasabah
bank syariah, nasabah bank konvensionl dan nasabah kedua­
nya. Adapun variabel trust yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi ability, integrity dan benevolence. Hasil penelitian
ini menyimpulkan bahwa nasabah bank syariah dalam meng­
gunakan produk perbankan juga dipengaruhi oleh kepercayaan
yang dimilikinya. Rahmawati juga menyimpulkan bahwa keper­
cayaan nasabah berpengaruh siginifikan terhadap keinginan
untuk menggunakan jasa IT perbankan syariah di Indonesia.27
Hasil penelitian ini berbeda dengan apa yang telah dilaku­kan
oleh Khan dan Latifah dengan responden nasabah muda di
Malaysia yang menyatakan bahwa responden tidak memiliki
ke­percayaan terhadap bank Islam.28
Indikator variabel kepercayaan dalam penelitian ini meli­
puti: (1) sistem bank syariah mengacu pada ajaran Islam; (2) sistem
di bank syariah dapat dipercaya; (3) bank syariah komitmen

26
Hardius Usman, ” Customers Trust on Islamic Banks in Indonesia,” The
Journal of Asian Finance, Economics and Business, Vol.2 No.1, (2015): 5-13.
27
Rahmawaty, Anita. “Model Perilaku Penerimaan Teknologi Informasi
Nasabah Perbankan Syari’ah: Peran Motivasi Spiritual,” Disertasi. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2012.
28
Nasreen Khan and Sharifah Latifah Syed A. Kadir, “The impact of perceived
value dimension onsatisfaction and behavior intention: Young-adult Consumers
in Banking Industry,” African Journal of Business Management, Vol.5 (11), 4 June
(2011): 4087-4099.

102 Dr. Mochlasin, M.Ag


terhadap perjanjian; (4) informasi terpercaya; (5) sistem di bank
syariah benar-benar memperhatikan nasabah. Hubungan ke­
puasan dengan kepercayaan nasabah sebagaimana diuraikan
di atas, belum menjadi jaminan bahwa nasabah yang puas akan
menjadi nasabah loyal. Nasabah yang tidak puas belum tentu
menjadi nasabah yang tidak percaya, beberapa faktor dapat
mempengaruhi seperi ekonomi, psikologi dan lain-lain. Keper­
cayaan nasabah dalam penelitian ini juga dimungkinkan adanya
anggapan, bahwa bank syariah adalah beyond banking, tidak
sekedar bank tetapi telah dipercaya sebagai industri keuangan
yang menekankan aspek keadilan dan kemanusiaan. Oleh ka­
rena­nya, kepuasan nasabah tidak hanya didasarkan pada ke­
untungan semata atau hal-hal yang tampak (tangible) seperti
performa layanan, kantor megah, parkir luas dan lain-lain.
Hasil wawancara dari salah satu responden,29 menyatakan
bahwa kinerja buruk yang terjadi di bank syariah adalah disebab­
kan oknum semata sehingga tidak memudarkan kepercayaan
nasabah. Pada umumnya nasabah yang percaya, dikarenakan
mendapatkan kepuasan dari kinerja suatu perusahaan yang di­­­
terimanya. Responden memiliki kepercayaan meskipun tidak
puas, maknanya terdapat harapan yang tinggi dari para nasabah
agar perbankankan syariah memperbaiki diri dan suatu saat akan
menjadi perbankan ideal.
Hasil jawaban deskriptif responden juga menunjukkan,
bahwa nasabah mayoritas dengan nilai rata-rata 7,49 dalam indi­­
kator dua (Tabel 3.14) sudah menganggap sistem yang digunakan
bank syariah dapat dipercaya. Sistem maupun produk yang
diterapkan dalam bank syariah, dianggap oleh nasabah telah me­
laksanakan apa yang menjadi ketentuan Alquran dan Sunnah
serta Dewan Syariah Nasional.

29
Wawancara dengan Pak Bobi, salah satu nasabah Bank Muamalat pada
tanggal 5 Agustus 2016.

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 103


3. Motif agama (religious motive) berpengaruh secara signi­
fikan terhadap keinginan menggunakan (behavioral inten­
tion) perbankan syariah
Dari hasil analisis, motif agama berpengaruh positif ter­
hadap keinginan menggunakan bank syariah bagi nasabah
muslim di DIY. Menilik dari nilai signifikansinya, maka motif
agama merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
keinginan berperilaku nasabah muslim bank syariah dibanding
variabel kepuasan dan kepuasan kepercayaan pelanggan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebe­lum­
nya, bahwa motif agama mempengaruhi perilaku konsumen dan
juga perilaku nasabah bank Islam di beberapa negara. Di antara
penelitian-penelitian itu telah dilakukan oleh Reni dan Hayati
Ahmad,30 Asraf31 dan Rivai dkk32 dengan responden nasabah
bank syariah di Indonesia menyimpulkan bahwa agama berpe­
nga­ruh terhadap keinginan menggunakan perbankan syariah.
Se­lanjutnya penelitian Haque33 dengan responden nasabah bank
Islam di Malaysia, menyimpulkan bahwa agama berpengaruh
signifikan terhadap keinginan menggunakan bank Islam. Pene­
litian dengan kesimpulan yang sama juga telah dilakukan oleh
Hasan, Subhani dan Osman34 dengan responden nasabah muslim
di Bank Islam Pakistan. Hasil penelitian berbeda dengan bebe­

30
Andi Reni, Nor Hayati Ahmad, “Application Of Theory Reasoned Action In
Intention To Use Islamic Banking In Indonesia,” Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi
Syariah (Journal of Islamic Economics), Volume 8 (1), Januari (2016): 137 – 148.
31
Asraf, “Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Menyimpan Dana
di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pasaman Barat dengan Religiositas sebagai
Variabel Moderator,” E-Journal Apresiasi Ekonomi, vol. 2, no. 1 (Januari 2014): 61-62
32
Harif Amali Rivai, Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen dalam Memilih
Jasa Perbankan: Bank Syariah vs Bank Konvensional, Laporan penelitian kerjasama Bank
Indonesia dan Center for Banking Research (CBR) Universitas Andalas (2008).
33
Ahsanul Haque, “Islamic Banking in Malaysia: A Study of Attitudinal
Differences of Malaysian Customers,” European Journal of Economics, Finance and
Administrative Sciences, vol. 18, no.1 (2010): 7-18.
34
Syed Akif Hasan, Muhammad Imtiaz Subhani, dan Osman, “Consumer
Criteria for the Selection of an Islamic Bank: Evidence from Pakistan,” International
Research Journal of Finance and Economics (IRJFE), vol. 94 (2012): 114-124.

104 Dr. Mochlasin, M.Ag


rapa penelitian yang menyimpulkan tidak pengaruh religius
ter­hadap nasabah untuk menggunakan bank Islam. Di antara
penelitian ini adalah Hatmawan dan Sarungu yang meneliti na­
sabah perbankan syariah di Madiun35 kemudian penelitian Idris,
Salleh, Ahmad, Ismail dan Yazid dengan responden nasabah bank
Islam di Johor Malaysia.36
Hasil penelitian ini juga menunjukkan, bahwa responden
yang merupakan nasabah muslim di bank syariah DIY berupaya
menjalankan ajaran agama secara menyeluruh (kaffah) termasuk
dalam kehidupan ekonomi. Hal itu dapat dilihat dari jawaban
responden terhadap indikator yang digunakan untuk mengukur
variabel motif agama para nasabah. Responden menggunakan
perbankan syariah didasarkan niat dan tujuan untuk beribadah
kepada Allah, sebuah motivasi yang sangat tinggi bagi sese­
orang yang beragama. Hal itu ditunjukkan dengan jawaban pada
indikator dorongan agama nomor 19 dan 20. Responden meng­
gunakan bank syariah didasarkan pada motivasi untuk men­
dapatkan keseimbangan dan kemaslahatan hidup di dunia dan
akhirat. Hal itu ditunjukkan jawaban responden terhadapa indi­
kator nomor 26 dan 27.
Responden umumnya meyakini, bahwa menggunakan bank
syariah, merupakan perwujudan dari pengamalan syariat Islam.
Kesimpulan ini didukung data deskriptif melalui jawaban res­
ponden, bahwa sebanyak 75% responden atau sejumlah 225 orang
berpendapat bunga bank sama dengan riba sebagaimana di­sebut­
kan dalam Alquran. Keinginan untuk totalitas dalam men­jalan­
kan ajaran agama, terlihat dari jawaban responden sebesar 74%
atau sejumlah 222 orang menyatakan setuju jika fatwa bunga

35
Aglis Andhita Hatmawan dan Julianus Johnny Sarungu, “Saving Behavior
In Islamic Banking The Moderation Religiosity,” I J A B E R, Vol. 14, No. 2 (2016):
663-673.
36
Nur Hafidzah Idris, Nur Atika Salleh, Norliyana Ahmad, “Determinants Of
Intention To Use Islamic Banking Productsamong Malay Muslims: A Case Study
In Johor Baharu,” The 2nd World Conference On Islamic Thought & Civilization, 2014.

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 105


bank berlaku mengikat bagi umat Islam di Indonesia, hanya
26% responden atau sejumlah 78 orang yang menyatakan tidak
setuju. Jawaban ini ini juga menunjukkan, bahwa respon­den
menginginkan peran pemerintah lebih banyak untuk men­du­
kung perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Adanya
pengaruh positif signifikan motif agama terhadap keingginan
menggunakan perbankan syariah, didukung pula data deskriptif
responden yang mayoritas atau sebesar 75% menyatakan bunga
bank sama dengan riba sebagaimana dikenal dalam ajaran Islam
yang bersumber dari Alquran dan as-Sunah.

C. PERAN FATWA HARAM BUNGA BANK DALAM


TINJAUAN EMPIRIK
a. Pengetahuan fatwa haram bunga bank tidak berpengaruh
terhadap behavioral intention nasabah perbankan syariah
Dari hasil analisis, menunjukkan bahwa variabel pengeta­
huan fatwa haram bunga bank tidak berpengaruh terhadap ke­­
ingin­an menggunakan bank syariah bagi nasabah Muslim di DIY.
Kesimpulan penelitian ini menguatkan hasil penelitian se­be­lum­
nya yang telah dilakukan oleh Besra dan Surya yang menyim­
pulkan bahwa fatwa haram tidak berpengaruh signifikan ter­
hadap keputusan nasabah37. Penelitian lainnya dilakukan oleh
Ghafur W (2008), hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa fatwa
MUI tentang keharaman bunga bank tidak berpengaruh sig­­
ni­­fikan dalam mendorong pertumbuhan perbankan syariah.38
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Khatimah39 dan

37
Eri Besra dan Sari Surya, “Pengaruh Fatwa Mui Tentang Bunga Bank Haram
Terhadap Keputusan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Andalas dalam
Memilih Bank di Kota Padang,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, vol. 1 no. 2 (2005).
38
Muhammad Ghafur, “Pengaruh Fatwa MUI tentang Keharaman Bunga/
Interest terhadap Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia,” Jurnal Pene­
litian Agama, vol. XVII, no. 2 (Mei -Agustus 2008).
39
Khusnul Khatimah, “Sikap Pengusaha Muhammadiyah terhadap Fatwa
Majlis Tarjih tentang Haramnya Bunga Bank (Studi Kasus Desa Tieng, Kecamatan

106 Dr. Mochlasin, M.Ag


Hendrawan,40 keduanya menyimpulkan bahwa fatwa haram
bunga bank berpengaruh terhadap perilaku nasabah.
Di samping itu, sudah menjadi pemahaman umum bagi
masyarakat muslim Indonesia bahwa fatwa haram bunga bank
tidak berlaku mengikat setiap muslim. Sehingga dalam fatwa
terdapat opsi, antara menggunakan atau mengabaikan isi fatwa.
Hal itu juga tercermin dari jawaban deskriptif responden, me­
reka menghendaki adanya peraturan resmi pemerintah yang
mewajibkan setiap muslim untuk mentaati fatwa. Karena pe­me­
rintah belum memberikan aturan itu, maka tidak menjadi kewa­
jiban untuk mentaatinya.
Kendati demikian, data deskriptif responden menunjukkan
bahwa mayoritas mereka menjawab positif terhadap keberadaan
fatwa, dengan rincian sebanyak 55% menjawab tepat dan 34%
menjawab sangat tepat. Sebanyak 11% menjawab negatif, yaitu
dengan rincian 9% menjawab tidak tepat dan sebesar 2% men­
jawab sangat tidak tepat. Pengaruh pengetahuan fatwa haram
akan signifikan terhadap perilaku nasabah, apabila terdapat
sinergi antara perbankan dengan tokoh masyarakat seperti ulama,
kyai, ustadz dan lain-lain. Pada kenyataannya, tokoh agama di
mata responden masih minim perannya dalam rangka ikut so­
sialisasi. Kondisi itu didasarkan pada jawaban respon­den yang
menyatakan sebanyak 58% peran tokoh agama masih kurang,
bahkan sebesar 13% responden menyatakan belum ber­peran.
Res­ponden yang menyatakan tokoh agama telah berperan hanya
sebesar 20%. Sebagai industri perbankan yang operasional­nya
menggunakan prinsip syariah, maka peran tokoh agama sangat­
lah vital. Namun demikian, kinerja bank syariah tidak kalah pen­
ting­nya untuk ditingkatkan agar senantiasa memenuhi harapan
para nasabah.
Kejajar, Kabupaten Wonosobo),” Jurnal Tajdida, vol. 10, no. 1 (Juni 2011): 40-58.
40
Heru Hendrawan, “Analisi Perilaku Nasabah Tabungan Bank ABC Cabang
Tebet setelah Fatwa MUI Mengenai Bunga Bank,” Thesis, Program Studi Manajemen
dan Bisnis IPB (2004).

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 107


Aktivitas perbankan adalah domain muamalah yang sangat
luas, sehingga pertimbangan nasabah tentunya sangat kom­pleks.
Terdapat banyak faktor yang dipertimbangkan nasabah se­hingga
dapat mempengaruhi perilakunya. Karena variabel pe­ngetahuan
fatwa haram bunga bank (X4) tidak berpengaruh langsung ter­
hadap keinginan berperilaku menggunakan bank syariah (Y),
maka variabel ini berpotensi menjadi moderating variable.

2. Pengetahuan fatwa haram bunga bank memperkuat


hubungan kepuasan nasabah dengan keinginan meng­
gunakan perbankan syariah
Dari hasil analisi, bahwa nilai signifikansi pengaruh varia­
bel kepuasan terhadap keinginan berperilaku yang dimoderasi
pengetahuan fatwa. Berpengaruhnya fatwa haram bunga ter­
hadap hubungan kepuasan dan keinginan berperilaku nasabah,
didukung oleh penelitian sebelumnya sebagaimana dilakukan
oleh Muiszudin yang menyatakan bahwa pengetahuan fatwa
haram bunga bank dapat memoderasi hubungan budaya dan
komitmen organisasi. 41 Hasil ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Besra dan Surya yang menyimpulkan bahwa
fatwa haram tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan
nasabah42. Penelitian lainnya dilakukan oleh Ghafur W (2008),
hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa fatwa MUI tentang ke­
haraman bunga bank tidak berpengaruh signifikan dalam men­
dorong pertumbuhan perbankan syariah.43

41
Muiszudin, “Perilaku Konsumen Perbankan Syariah: Interaksi Budaya,
manajemen Komitmen, Pengetahuan Fatwa terhadap Ketaatan Organisasional
muhammadiyah Kalimantan Barat,” Disertasi, Universitas Hasanuddin Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Program Doktor (2013): 149-150.
42
Eri Besra dan Sari Surya, “Pengaruh Fatwa Mui Tentang Bunga Bank Haram
Terhadap Keputusan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Andalas dalam
Memilih Bank di Kota Padang,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, vol. 1 no. 2 Tahun 2005.
43
Muhammad Ghafur W, “Pengaruh Fatwa MUI tentang Keharaman Bunga/
Interest terhadap Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Penelitian
Agama, vol. XVII, no. 2 (Mei-Agustus 2008).

108 Dr. Mochlasin, M.Ag


Mengkaji perilaku nasabah Muslim bank syariah di DIY
dari pandangan ekonomi, pasif, kognitif dan emosional sebagai­
mana dirumuskan oleh Schiffman dan Kanuk.44 Maka hasil
uji statistik tentang pengetahuan fatwa yang memperkuat hu­
bung­an kepuasan dengan keinginan berperilaku, menunjukkan
nasabah muslim bank syariah di DIY adalah nasabah kategori
pelanggan yang tidak semata-mata mengedepankan aspek kog­
nitif, tetapi juga mempertimbangkan aspek emosi. Motif emo­
sional mengandung arti bahwa pemilihan sasarannya menurut
kriteria pribadi atau subyektif seperti kebanggan, ketakutan,
kasih sayang, atau status.45 Asumsi yang mendasari perbeda­
an ini bahwa para konsumen selalu berusaha memilih berbagai
alter­natif yang dalam pandangan mereka dapat membantu me­
mak­simumkan kepuasan (utility).
Dengan demikian, hasil penelitian ini didukung secara teo­
retik maupun penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian
ini juga memperkuat teori di atas, bahwa harapan yang muncul
pada nasabah tidak sebatas functional benefit seperti keuntungan,
keamanan dan lain-lain tetapi juga emotional benefit seperti ke­
halalan sistem. Kategorisasi perilaku demikian juga selaras
dengan pendapat Engel, Blackwell dan Miniard, menurut mereka
konsumen dalam memilih sesuatu didasarkan pada manfaat
utilitarian dan manfaat hedonik. Utilitarian merupakan atribut
produk fungsional yang obyektif, sedangkan hedonik meliputi
respon emosional, pancaindera dan pertimbangan estetis.46 Dalam
konteks relasi nasabah muslim dengan perbankan syariah, ber­
arti telah terjadi spiritual perceived value.47 Hasil penelitian ini

44
Leon G Schiffman and Leslie Lazar Kanuk, Consumer Behaviour, Seventh
Edition (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2000).
45
Schiffman, Leon G and Leslie Lazar Kanuk, Consumer Behaviour, Seventh
Edition (New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2000), 78-9.
46
James F. Engel, Roger D. Blacwell dan Paul W. Miniard, Perilaku Konsumen
(Consumer Behavior), alih bahasa F.X. Budiyanto dan Lyndon Saputra (Tanggerang:
Binarupa Aksara Publisher, tt), 285.
47
H. Kartajaya, et all., Rethinking Marketing, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 109


memberikan gambaran, adanya perbedaan karakter pada tingkat
tertentu antara nasabah bank syariah dengan konvensional. Hal
ini juga terlihat dari jawaban deskriptif responden, di mana se­
banyak 75% responden berpendapat bahwa bunga bank termasuk
riba yang dilarang Alqur’an sebagaimana terlihat pada gambar
4.14.

3. Pengetahuan fatwa haram bunga bank memperkuat hu­


bung­an kepercayaan nasabah dengan keinginan meng­
gunakan perbankan syariah
Perbankan syariah sebagai trust industry, maka kepercayaan
nasabah sangatlah penting untuk mendukung keberlanjutan
bank syariah. Dari hasil analisis, kepercayaan nasabah terhadap
keinginan untuk menggunakan bank syariah diperkuat oleh
variabel fatwa haram bunga bank. Fatwa haram bunga bank,
di­pandang oleh responden sebagai bentuk penegasan dan pen­
jelasan dari Alquran maupun al-Hadis. Kondisi ini yang menye­
babkan nasabah mempertimbangkan kemunculan fatwa haram
bunga bank, sehingga mempengaruhi pola berperilaku mereka
terhadap bank syariah. Hasil penelitian ini didukung oleh salah
satu kesimpulan penelitian Muiszudin yang menyatakan bahwa
pengetahuan fatwa haram bunga bank dapat memoderasi hu­
bung­an budaya dan komitmen organisasi. 48
Fatwa haram bunga bank dipandang oleh responden, seba­­
gai upaya untuk mempertegas bahwa bank syariah dalam opera­
sionalnya tidak mempraktekkan sistem bunga. Dengan demikian,
pengetahuan fatwa telah menjadi referensi pandangan responden

2003. Lihat pula Yoki K uncoro, “Aliansi Strategis, Solusi Meningkatkan Pasar
perbankan Syariah,” yokikuncoro.wordpress.com, diunduh hari Jumat tanggal 19
September 2 014.
48
Muiszudin, “Perilaku Konsumen Perbankan Syariah: Interaksi Budaya,
manajemen Komitmen, Pengetahuan Fatwa terhadap Ketaatan Organisasional
muhammadiyah Kalimantan Barat,” Disertasi, Universitas Hasanuddin Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Program Doktor (2013): 149-150.

110 Dr. Mochlasin, M.Ag


sehingga memunculkan kepercayaan pada diri responden. Hal
itu juga dikuatkan oleh jawaban responden sebagaimana digam­
barkan dalam jawaban deskriptif yang menyatakan bahwa se­
banyak 78% atau sejumlah 234 orang berpendapat bahwa terbit­
nya fatwa berpengaruh positif terhadap perkembangan bank
syariah, 59% berpendapat berpengaruh dan 19% sangat ber­pe­
ngaruh. Sementara 22% berpendapat negatif, yaitu 19% tidak
berpengaruh dan 3% sangat tidak berpengaruh.
Selain faktor di atas, pengetahuan fatwa haram bunga ber­
peran terhadap hubungan kepercayaan dengan keinginan
nasabah menggunakan bank syariah dikarenakan materi fatwa
haram juga telah tersosialisasi dalam acara keagamaan seperti
pengajian. Hal itu dibuktikan dengan jawaban responden yang
menyatakan kebanyakan yaitu sebesar 78 % (234 orang) pernah
memperoleh materi tentang fatwa haram bunga bank. Nasabah
yang belum pernah mendengar fatwa dalam kajian keagamaan
hanya sebesar 22% atau 36 orang, hal itu bisa disebabkan nasabah
benar-benar tidak pernah mendengar atau kemungkinan mereka
tidak aktif dalam kajian keagamaan (pengajian).

4. Pengetahuan fatwa haram bunga bank tidak memperkuat


hubungan motif agama dengan keinginan menggunakan
perbankan syariah.
Dari hasil analisis, motif agama nasabahterhadap keinginan
menggunakan perbankan syariah tidak mampu diperkuat oleh
variabel pengetahuan fatwa haram bunga bank. Hasil penelitian
ini berbeda dengan salah satu kesimpulan penelitian Muiszudin
yang menyatakan bahwa pengetahuan fatwa haram bunga bank
dapat memoderasi hubungan budaya dan komitmen organisasi.49

49
Muiszudin, “Perilaku Konsumen Perbankan Syariah: Interaksi Budaya,
manajemen Komitmen, Pengetahuan Fatwa terhadap Ketaatan Organisasional
muhammadiyah Kalimantan Barat,” Disertasi, Universitas Hasanuddin Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Program Doktor (2013): 149-150.

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 111


Dengan demikian, data hasil penelitian menjelaskan bahwa
motif agama memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap ke­
inginan menggunakan jasa perbankan syariah, sehingga tidak
mampu diperkuat oleh pengetahuan haram bunga bank. Hasil
analisis ini juga sejalan dengan respon nasabah terhadap variabel
motif agama yang menempatkan indikator satu pada skor ter­
tinggi yaitu 8,06 (Tabel 3.15). Indikator satu menyatakan bahwa
niat nasabah menggunakan bank syariah hanya untuk ber­ibadah
kepada Allah, sehingga pengetahuan fatwa haram bunga bank
yang bersifat komplementer kurang diperhitungkan oleh na­
sabah bank syariah di DIY.
Kondisi di atas sejalan dengan pemahaman responden,
bahwa fatwa haram bunga menjadi bagian integral dari syariat
atau ajaran Islam itu sendiri. Sehingga kehadiran fatwa menjadi
tidak begitu diperlukan bagi nasabah bank syariah di DIY.
Kondisi ini menunjukkan bahwa keharaman riba telah dipahami
sebagai bagian integral dari syariat atau ajaran Islam itu sendiri
yang bersendikan Alquran dan al-Hadis. Sehingga keberadaan
pengetahuan fatwa haram bunga bank menjadi tidak begitu di­
perlukan bagi nasabah bank syariah di DIY. Syariat Islam adalah
domain keyakinan, sedangkan pengetahuan fatwa haram bunga
bank dipandang oleh responden hanyalah pandangan ulama
yang bersifat opsional (ijtihadi).
Tidak berperannya pengetahuan fatwa haram untuk mem­
perkuat hubungan motif agama terhadap keinginan meng­
guna­kan perbankan syariah, hal itu terjadi dimungkinkan pula
karena rendahnya pengetahuan responden tentang segala infor­
masi yang berkaitan dengan konten fatwa. Pengetahuan yang
dimaksud dalam variabel penelitian ini terdapat enam level
mulai dari mengetahui terbitnya fatwa, tujuan fatwa, alasan
fatwa, kriteria dan kemampuan menilai produk perbankan yang
di­­
kate­
gorikan mengandung unsur riba. Jawaban responden
yang menyatakan bahwa sosialisasi tentang pengetahuan fatwa

112 Dr. Mochlasin, M.Ag


oleh pemangku kepentingan masih kurang (64%) sebagaimana
terlihat pada gambar 4.18, memiliki kontribusi mengapa penge­
tahuan fatwa tidak mampu memperkuat hubungan motif
agama terhadap keingginan menggunakan perbankan syariah.
Rendahnya pengetahuan fatwa haram bunga bank juga di­akibat­
kan masih rendahnya peran para tokoh agama (hanya 20%)
untuk melakukan sosialisasi. Rendahnya peran tokoh agama
ter­lihat pada jawaban responden yang mayoritas mendapatkan
informasi tentang fatwa bersumber dari televisi, yaitu sebesar
31% sebagaimana terpapar pada gambar.

Pengaruh Fatwa Haram Bunga Bank Terhadap Faktor-Faktor .... 113


BAB VIII

CATATAN PENUTUP

D alam tulisan ini menunjukkan adanya model baru dalam


melihat faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah di per­
bankan syariah, yaitu kemunculan variabel pengetahuan fatwa
haram bunga bank sebagai moderating variable. Variabel ini me­
moderasi bagi faktor-faktor yang mempengaruhi ke­ingin­an ber­
perilaku nasabah (behavioral intention), utamanya kepuasan dan
kepercayaan. Penelusuran penelitian terdahulu menun­juk­kan,
bahwa selama ini fatwa haram bunga bank hanya dikait­kan
dengan kinerja industri perbankan syariah maupun untuk meng­
ukur persepsi nasabah muslim. Dalam penelitian ini, pe­nge­
ta­huan fatwa haram bunga bank telah terbukti secara empirik
berperan sebagai moderating variable terhadap perilaku utama­
nya hubungan kepuasan dan kepercayaan terhadap keinginan
nasabah muslim dalam menggunakan bank syariah.
Tulisan ini juga semakin mengukuhkan, bahwa motif agama
sangat berpengaruh terhadap perilaku dan keputusan nasabah.
Sehingga teori perilaku konsumen Islam yang telah dimuncul­
kan para teoretis ekonomi Islam semakin mendapatkan justi­
fikasi teoretik, terutama dalam menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan nasabah muslim di perbank­an syariah.
Dengan demikian, teori perilaku konsumen konvensional yang
telah berkembang dengan munculnya Theory of Reasonned Action,
Theori of Planned Behavior dan Technology Acceptance Model yang
mengabaikan faktor religious, sedikit banyak telah mengalami

114
krisis relevansi untuk diterapkan pada masyarakat muslim yang
semakin dinamis.
Analisis Moderating Regression Analysis (MRA), menunjukkan
bahwa pengetahuan fatwa haram bunga bank mampu memo­
derasi hubungan kepuasan dan kepercayaan terhadap keinginan
menggunakan bank syariah bagi nasabah muslim di DIY. Hal ini
berarti nasabah muslim di DIY, adalah kategori nasabah rasional
yang sangat memperhatikan kualitas produk dan pelayanan.
Namun di sisi lain, nasabah menganggap penting terhadap ke­
be­radaan fatwa haram bunga bank. Pihak perbankan syariah
hendaknya secara terus menerus meningkatkan kinerja diiringi
dengan sosialisasi tentang sistem perbankan syariah melalui
tokoh agama.
Nasabah muslim bank syariah di DIY, didominasi usia antara
20-39 tahun yang mencerminkan usia produktif yang sering di­
sebut sebagai generasi millenial atau generasi Y. Dengan demi­
kian, nasabah bank syariah di DIY berpotensi akan menjadi
pelanggan dalam waktu yang lama. Di sisi lain, usia ini sangat
rawan akan meninggalkan karena mereka cenderung kritis dan
dinamis. Perbankan syariah harus mampu memberikan produk
yang inovatif seperti penggunaan teknologi informasi dan pe­
layanan yang berkualitas untuk menjaga loyalitas nasabah. Di
samping itu, harus terus bersinergi dengan para tokoh agama
untuk melakukans sosialisasi tentang pengetahuan fatwa.

Catatan Penutup 115


DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku:


Ajzen, Icek, Attitude, Personality and Behavior, New York: Open
University Press, 2005.
---------, dan Martin Fishbein, Understanding Attitudes and Predicting
Social Behavior, Eaglewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc., 1980.
Al Arief, M Nur Rianto. Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung:
Alfabeta, 2010.
Al-Amidi, Ali bin Muhammad bin Salim at-Taghlibi Abul Hasan
Saifuddin. Al-Ahkâm fi Ushûl al-Ihkâm. Beirut: Dar al-Fikr,
1996.
Al-Ghazali. Ihya Ulumuddin. Beirut: Dar an-Nahdah, tt.
Al-Ghazali, Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Abu
Hamid. Al-Mustashfa fi Ushûlil Fiqh. Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, 1993.
Ancok. Djamaludin dan Fuat Nasori Suroso. Psikologi Islami: Solusi
Islam atas Problem-Problem Psikologi. Cetakan VII, Yogya­karta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Archer, Simon dan Rifaat Ahmed Abdul Karim. Islamic Finance
the Regulatory Challenge. Singapura: John Wiley&Sons (Asia)
Pte Ltd., 2007.
Asy-Syatibi. al-Muwāfaqāt fi Ushul al- Ahkam. ttp; Dar al-Fikri, tt.
----------, al-Muwāfaqāt fi Ushul asy-Syariah, Beirut: Ar-Rahmaniyah,
1960.

117
Ausaf, Ahmad dan Tariqullah Khan. Islamic Financial Instruments
for public Sector Resource Mobilization. Jeddah: IRTI, 1997.
Baharuddin. Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen
Psikologi dari al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Baidhawi, Zakiyuddin. Etika Bisnis Syariah: Prinsip-prinsip Kepe­
milikan dan Produksi. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta,
2008.
Bakar, Mohd Daud dan Engku Rabiah Adawiyah Engku Ali.
Essential Reading in Islamic Finance. Kualalumpur: CERT
Publication, 2008.
Bank Indonesia. Tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 tahun
1992, 1998.
-------------, Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Nasional
Periode 2002-2011, Jakarta: BI, 2002.
-------------. Statistik Perbankan Syariah Juni 2009. Jakarta: Direktorat
Perbankan Syariah, 2010.
Barinti, “Fatwa dalam Perundang-undangan” dalam Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MJUI): Dalam Perspektif Hukum
dan Perundang-undangan, Jakarta: Puslitbang Lektur dan
Khasanah Keagamaan Balitbang Kemenag RI, 2012.
Bawono, Anton Multivariate. Analysis. Salatiga: STAIN Salatiga
Press, 2006.
Besra, Eri dan Sari Surya. “Pengaruh Fatwa MUI Tentang Bunga
Bank Haram Terhadap Keputusan Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Andalas dalam Memilih Bank di Kota
Padang”. Jurnal Bisnis dan Manajemen, vol. 1 No. 2 Tahun 2005.
Bloom, Benjamin S. etc. Taxonomy of Educational Objectives: The
Classification of Educational Goals. Handbook Domain. New
York: Longmans, Green and Co, 1956.
BNI, Syariah. Prospek Bank Syariah Pasca Fatwa MUI. Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2005.
Boediono, Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE, 2002.

118 Dr. Mochlasin, M.Ag


Buchory, Herry Ahmad dan Djasmin Saladin. Dasar-dasar Pema­
saran Bank. Bandung: Linda Karya, 2006.
Chapra, M. Umer & Habib Ahmed, Kata Pengantar dalam The
Future of Economics: An Islamic Perspective (Masa Depan Ilmu
Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam). alih bahasa Ikhwan Abidin
Basri, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Chapra, M. Umer & Habib Ahmed. The Future of Economics: An
Islamic Perspective. Leicester, UK: The Islamic Foundation,
2000.
---------------. Corporate Governance in Islamic Financial Institution.
Jeddah: Ocasional Paper IDB, 2002.
Dillon, William R. Multivariate Analysis Methods and Applications.
Toronto: John Wiley & Sons Inc., 1984).
Ferdinand, Augusty. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Pene­
litian untuk Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen.
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
2013.
Griffin, Jill. Customer Loyalty edisi revisi. Jakarta: Erlangga, 2005.
Hadi, Sutrisno. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset, 1991.
Hanan, Mack dan Peter Karp. Customer Satisfaction: How to
Maximize Measure and Market Your Company’s Ultimate Product.
New York: American Management Association, 1991.
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta:
Bumi aksara, 2006.
Hassan, Rusni. Islamic Banking and Takaful. 2nd Edition. Selangor:
Pearson Malaysia Sdn Bhd, 2011.
Ismail, Abdul Ghafar. Money Islamic Banks and the Real Economy.
Singapore: Cengage learning Asia Pte ltd., 2010.
Ka’bah, Rifyal. Hukum Islam di Indonesia: Perspektif Muhammadiyah
dan NU. Jakarta: Universitas Yarsi, 1999.
Kahf, Monzer. The Demand Side of Consumer Behavior: Islam Per­
spective. ttp, tt.

Daftar Pustaka 119


Kahf, Monzer. The Islamic Economy of the Functioning of the Islamic
Economic System (Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap
Fungsi Sistem Ekonomi Islam). alih bahasa Machnun Husen,
Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 1995.
-------------, The Islamic Economy: Analytical of the Functioning of
the Islamic Economic System. Palinfield In: Muslim Studies
Associations of USA and Canada, 1979.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Kartajaya, H., et all. Rethinking Marketing. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2003.
Kasmir, Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana, 2004.
Khan, M. Fahim. Essays in Islamic Economic. United Kingdom:
The Islamic Foundation. 1995.
Kotler, Philip and Gary Armstrong. Principles of Marketing. Tenth
edition, New York: Prentice-Hall, 2004.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran
(Marketing Management). Edisi Tiga Belas, alih bahasa Bob
Sabran, Jakarta Air Langga, 2008.
------------, Marketing Management: Analysis Planning Implementation
and Control. Ninth Edition, New York: Prentice-Hall, 1997.
Loudon, D. L., Della Bitta. A.J. Consumer Behavior: Concepts and
Applications. 4th Edition. New York: McGrqaw-Hill, 1995.
Lupioyadi, R. Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek (Service
Marketing Management: Theory and Practice. Jakarta:
Salemba Empat, 2001.
Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Ke-Indonesiaan.
Bandung: Mizan Pustaka, 1997.
Magill, Survey of Social Science: Psychology Series, California: Salem
Press, 1993.
Mangunwijaya, Y.B. Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta:
Gramedia, 1982.

120 Dr. Mochlasin, M.Ag


Mannan, M. Abdul. Islamic Economic; Theory and Practice. Delhi:
Sh. M. Ashraf, 1970.
Mas’ud, Muhammad Khalid. Filsafat Hukum Islam dan Perubahan
Sosial (Islamic Legal Philosofy: A Studi of Abu Ishaq asy-Syatibi’s
Life and Thought). Surabaya: al-Ikhlas, 1995.
Mochlasin. Etika Bisnis dan Perbankan Perspektif Islam. Salatiga:
STAIN Salatiga Press, 2012.
Mowen, John C. dan Michael Minor. Perilaku Konsumen (Consumer
Behavior). alih bahasa Lina Salim, Jakarta: Erlangga, 2002.
Mowen, John C. dan Michael. Perilaku Konsumen (Consumer
Behavior). Jilid 1 Edisi kelima, Jakarta: Erlangga, 2012.
Mudzhar, Atho. Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan
Liberasi. Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998.
Mudzhar, Atho. Fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta: INIS,
1993.
Munawir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir. Yogyakarta: PP
Al-Munawwir, 1997.
Naqvi, Syed Nawab Haider. Ethics and Economics: An Islamic
Synthesis. London; Islamic Foundation, 1981.
------------, Islam, Economics and Society. London and New York:
Kegan Paul International, 1994.
Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharam. Mengembangkan
Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Menara
Kudus, 2002.
Neuman, W. Lawrence. Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches. San Fransisco: Pearson Education
Inc., 2003.
Notoatmodjo, Soekijo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Oliver, R.L. “Customer Satisfaction Research”. in R. Grover and
M. Vriens (ed.), Handbook of Marketing Research. CA: Sage
Publication, 2006.

Daftar Pustaka 121


Peter, Paul J. and Jerry C. Olson. Consumer Behavior and Marketing
Strategy, 3th Chicago: Irwin, 1990.
---------------, Consumer Behaviour and Marketing Strategy. 4 ed.,
New Jersey: Ricard D. Irwin, 1996.
Prasetijo, Ristiyanti dan John J.O.I Ihalauw. Perilaku Konsumen.
Yogyakarta: Andi, 2005.
Prasetyantoko, A. Bencana Finansial: Stabilitas Sebagai Barang Publik.
Jakarta: Kompas, 2008.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII
Yogyakarta dan Bank Indonesia, Ekonomi Islam. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2008.
Rahardjo, M. Dawam. Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi.
Jakarta: LSAF, 1998.
Rahman, Afzalur. Economic Doctrine of Islam: Banking and Insurance.
London: Muslim School Trust, 1979.
Rayner, S.E. The Theory of in Islamic Contracts in Islamic law: A
Comparative Analysis with Particular Reference to the Modern
Legislation in Kuwait. Bahrain and the United Arab Emirate,
London: Graham&Trotman, 1991.
Reksoprayitno, Soediyono. Pengantar Ekonomi Mikro.Yogyakarta:
BPFE, 2007.
Ridwan, Samir Abdul Hamid. Aswāq al-Aurāq al-Māliyah. Mesir:
al-Ma’had al-‘Ali lilfikr al-Islami, 1996.
Saat, Mohammad Khairi, Razli Ramli, Haryani dan Aminuddin.
Islamic Banking Practices: From the Practitioner’s Perspective.
Kualalumpur; IDFIM, 2011.
Saeed, Abdullah. Islamic Banking and Interest. Leiden, New York,
Koln: E.J Brill, 1996.
Schiffman, L., Bednall, D, O¶Cass, A, Paladino, A. & Kanuk, L.
Consumer behavior. 3rd ed., Australia: Pearson Education,
2005.
Schiffman, Leon G dan Leslie Lazar Kanuk. Consumer Behaviour.
Seventh Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc., 2000.

122 Dr. Mochlasin, M.Ag


Siddiqi, Muhammad Nejatullah. Muslim Economic Thinking:
A Survey Contemporary Literature. Jeddah: The Islamic
Foundation, 1981.
--------------, The Economic Enterprise in Islam. Lahore: Islamic
Publications LTD. 1988.
Simamora, Henry. Manajemen Sumberdaya Manusia. Edisi Ketiga,
Yogyakarta: STIE YKPN, 2003.
Smit, Adam. The Theory of Moral Sentiment. New York: Augustus
M. Kelley, 1966.
-----------, An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of
Nations. New York: Moder Library, 1937
Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Edisi III.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Tim, Ensiklopedi Islam. Jakarta; PT. Ikhtiar Baru van Hoeven, 1999.
--------, Ensiklopedi Islam. Jakarta; PT. Ikhtiar Baru van Hoeven,
1997.
Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Pelanggan Puas? Tak Cukup.
Yogyakarta: Andi, 2015.
Toutounchian, Iraj. Islamic Money and Banking: Integrating Money
in Capital Theory. Singapore: John Wiley&Sons (Asia) Pte.
Ltd., 2009.
Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Zeithaml, Berry dan Parasuraman. Service Marketing. Fourth
edition, Prentice Hall: Exclusive Right by Mc Graw-Hill, 2006.

Sumber dari Jurnal, Disertasi dan Thesis:


Abdullah, Nurdianawati Irwani dan Asyraf Wajdi Dusuki.
“Customers Perceptions of Islamic Hire-purchase Facility in
Malaysia: An Empirical Analysis,” IIUM Journal of Economics
and Management 14, no. 2 (2006): 177-204.
Adji, Jennifer dan Hatane Semuel, MS. “Pengaruh Satisfaction dan
Terus terhadap Minat Beli Konsumen (Purchase Intention) di

Daftar Pustaka 123


Starbucks the Square Surabaya,” Jurnal Manajemen Pemasaran
Petra 2, no. 1 (2014): 1-10.
Afiff, Adi Zakaria dan Rifelly Dewi Astuti, The Addition of
Spiritual Dimension on Customer Value to Investigate the
Relationship of Customer Value, Customer Satisfaction and
Behavior Intention on Islamic Banks Saving Products in
Indonesia, ASEAN Marketing Journal, Vol. 1, No. 1, June 2009.
Ahmad, Ashfaq. “Islamic Banking Experience of Pakistan:
Comparison between Islamic and Conventional Banks,”
International Journal of Business and Management 5, no. 2
(2010): 137-148.
Ahmad, Norafifah dan Sudin Haron. “Perceptions of Malaysian
Corporate Customers Towards Islamic Banking Products &
Services,” International Journal of Islamic Financial Services 3,
no. 4 (2002): 1-16.
Ahmed, Siddique, Shahnur Azad Chowdhury dan Maruf Ullah.
“Performance Challenges and Prospects of Islamic Banking
in Bangladesh,” Sokoto Journal of Management Studies 4, no. 1
(2013): 129-142.
Ajzen, Icek. The Theory of Planned Behavior: Organizational Behavior
and Human Decision Processes 50, 179-211.
------------, “The Theory of Planned Behavior dalam Icek Ajzen,”
The Theory of Planned Behavior, Organizational Behavior and
Human Decision Processes, vol. 50, (1991), 179-211.
----------- dan Martin Fisbein, “The Prediction of Behavioral
Intentions in a Choice Situation,” Journal of Experimental
Social Psychology, vol 5 (1969), 400-416.
Akbar, Mohammad Muzahid dan Parvez, Noorjahan. 2009.
“Impact of Service Quality, Trust and Customer Satisfaction
On Customers Loyalty,” ABAC Journal 29, no. 1 (January-
April 2009): 24-38.
Almossawi, Mohammed. “Bank Selection Criteria Employed
by College Student in Bahrain: An Empirical Analysis,”

124 Dr. Mochlasin, M.Ag


International Journal of Bank Marketing, 19, no. 3 (11 Jun
2001).
Amelia, Amelia dan Ronald Ronald. “Factors Influencing Internet
Banking’s Actual Usage,” European Journal of Business and
Management, 7, no. 3 (2015): 141-150.
Amin, Muslim, Zaidi Isa dan Rodrigue Fontaine, “The Role of
Customer Satisfaction in Enhancing Customer Loyalty in
Malaysian Islamic Banks the Service,” Industries Jurnal,
September (2010): 1519-1532.
Anatole, Tatiana dan Vena Anisimova. “The Effects of Corporate
Brand Attributes on Attitudinal and Behavioural Consumer
Loyalty,” The Journal of Consumer Marketing, 2007.
Anderson, James C. dan James A Narus. “A Model of Distributor
Firm and Manufacturer Firm Working Partnership,”Journal
of Marketing 54 (1990): 42-58.
Asraf, “Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Menyim­
pan Dana di Bank Muamalat Indonesia Cabang Pasaman
Barat dengan Religiusitas sebagai Variabel Modefrator,”
E-Journal Apresiasi Ekonomi 2, no 1 (Januari 2014): 61-62.
Benda. “Personal Religiosity and Drug Use and Other legal act”,
Journal of Law and Society, Oxford.
Besra, Eri dan Sari Surya. Pengaruh Fatwa Mui Tentang Bunga
Bank Haram Terhadap Keputusan Mahasiswa Fakultas
Eko­nomi Universitas Andalas dalam Memilih Bank di Kota
Padang,” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 1 no. 2, 2005.
Bley, Jorg and Kermit Kuehn. “Conventional Versus Islamic
Finance: Student Knowledge and Perception in the United
Arab Emirates International,” Journal of Islamic Financial
Services 5 no.4 (2004): 1-13.
Carlander, Anders, Daniel Peterson, Amelie Gamble, Tommy
Gärling, Lars-Olof Johansson et al. “Trust-Mediated Effects
of Personal Services on Satisfaction with Banks,” Journal of
Financial Services Marketing 18, no 2(2013): 121-136.

Daftar Pustaka 125


Cheriyah, Yayah Widya Sulistyowati, Ade D Cornelia dan
Viverita, “Factors Affecting Customers’ Satisfaction and
Perception: Case Study of Islamic Banks’ Service Quality,”
Asean Marketing Journal, Vol.I No. 1, June 2010.
Davis, F. D. “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and
User Acceptance of Information Technology,”MIS Quarterly
13, 1989.
Dugree, Jeffery F., dkk. “Observation Translating Values into
Product Wants,” Journal of Advertising Research 36, no.6
(November 1996): 93.
Dusuki, Asyraf Wajdi dan Nurdianawati Irwani Abdullah.
“Why do Malaysian Customers Patronise Islamic Banks”.
The International Journal of Bank Marketing 25, no. 3 (2007):
142-160.
Erol, Cengiz and Radi El-Bdour. “Attitude Behavior and
Patronage Factors of Bank Customer toward Islamic Banks,”
International Journal Banking and Marketing 7, no. 6 (1989): 31-
37.
Ferrinadewi, Erna dan Didit Darmawan. Perilaku Konsumen:
Analisis Model Keputusan. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,
2004.
Gerrard, Philip dan Cunningham, J. Barton. “Islamic Banking: a
Study in Singapore,” International Journal of Bank Marketing
15 no. 6 (1997): 204-216.
Ghafur, Muhammad. “Pengaruh Fatwa MUI tentang Keharaman
Bunga/Interest terhadap Perkembangan Perbankan Syariah
di Indonesia,” Jurnal Penelitian Agama XVII, no. 2 (Mei-
Agustus 2008).
Hafeez, Samraz dan Bakhtiar Muhammad. “The Impact of
Service Quality, Customer Satisfaction and Loyalty Programs
on Customer’s Loyalty: Evidence from Banking Sector of
Pakistan,” International Journal of Business and Social Science 3
no. 16 (August 2012): 200-209.

126 Dr. Mochlasin, M.Ag


Haque, Ahasanul. “Islamic Banking in Malaysia: A Study of
Attitudinal Differences of Malaysian Customers,” European
Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, 18
(2010): 7-18.
Haryadi, “Persepsi Masyarakat terhadap Perbankan Syariah”.
Jurnal Bisnis dan Manajemen 7, no. 2 (2007): 189-204.
Hasan, Haslinda, Teo Poh Kiong, Raja Azimah Ainuddin.
“Effects of Perceived Value and Trust on Customer Loyalty
towards Foreign Banks in Sabah, Malaysia,” Global Journal
of Emerging Trends in e-Business, Marketing and Consumer
Psychology (GJETeMCP) An Online International Research
Journal 1, no 2 (2014).
Hasan, Syed Akif, Subhani, Muhammad Imtiaz dan Osman.
“Consumer Criteria for the Selection of an Islamic Bank:
Evidence from Pakistan,” International Research Journal of
Finance and Economics (IRJFE) 94 (2012): 114-124.
Hendrawan, “Analisis Perilaku Nasabah Tabungan Bank ABC
Cabang Tebet setelah Fatwa MUI mengenai Bunga Bank,”
Thesis, Progam Studi manajemen dan Bisnis IPB (2004).
Hoq, Mohammad Ziaul dkk. “The Effet of Trust, Customer
Satisfaction and Image on Customer Loyalty in Islamic
Banking Sector,” South Asean Journal Management 17, no. 1
(2010): 70-93.
Hussain, Al-Hameeda Abo dan Nadhem. “Clients of Conventional
and Islamic Banks in Bahrain How They Choose Which
Bank to Patronize Jasim Al-Ajmi Saleh,” International Journal
of Social Economics 36, no. 11 (2009): 1086-1112.
Ismail, Ahmad Zaki Hj. “Influences Selection of Islamic Banking:
A study on Malaysian Customer Preferences,” American
Journal of Applied Sciences 6, no. 5 (2009).
Khatimah, Khusnul, “Sikap Pengusaha Muhammadiyah ter­
hadap fatwa Majlis Tarjih tentang Haramnya Bunga Bank

Daftar Pustaka 127


(Studi Kasus Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo),” Jurnal Tajdida 10, no. (1 Juni 2011): 40-58.
Khattak, Naveed Azeem dan Kashif-Ur-Rehman. “Customer
Satisfaction dan Awareness of Islamic Banking System in
Pakistan,” African Journal of Business Management 4 (2010):
662-671.
Lajuni, Ming, Yusman, “Intention to Use Islamic Banking Products
and Its Determinants,” International Journal of Economics and
Financial, Januari 2017.
Logiawan, Yenny dan Hartono Subagio, “Analisa Customer
Value terhadap Customer Loyalty dengan Customer Satis­
faction sebagai variabel intervening pada Restoran Bandar
Djakarta Surabaya, Jurnal Manajemen Pemasaran Petra, Vol.
2, No. 1 (2014): 1-11.
Lujja, Sulaiman Mustafa Omar Mohammad and Rusni Hassan,
“Modelling public behavioral intention to adopt Islamic
banking in Uganda: The theory of reasoned action” Inter­
national Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management, vol. 9, (2016): 583-600.
Madjid, Rahmat. “Customer Trust as Relationship Mediation
Between Customer Satisfaction and Loyalty At Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Southeast Sulawesi,” The International
Journal Of Engineering And Science (IJES) 2 no. 5 (2013): 48-59.
Mamman, Muhammed dan Ahamad Faosiy Ogunbado, “The
Moderating Role of Religiosity on the Relationship between
Customer Attitudes and Intention to Adopt Islamic Banking
in Nigeria,” Asian Journal of Multidisciplinary Studies, Vol. 4
Mei (2016): 8-12.
----------, Ahamad Faosiy Ogunbado dan Abu Sufian Abu-Bakr,
“Factors Influencing Customer’s Behavioral Intention to
Adopt Islamic Banking in Northern,” Nigeria: a Proposed,
2016.

128 Dr. Mochlasin, M.Ag


Mayer, R.C., J.H. Davis dan F.D. Schoorman. “An Integratif
Model of Organizational Trust,” Akademi Management Review
30, no.3 (1995): 709-734.
Metawa, Saad A dan Mohammed Almosawi. “Banking Behavior
of Islamic Bank Customers: Perspective and Implication,”
International journal of Banking Marketing 16. No. 7 (1998):
299-213.
Mohammad , Mustafa Omar dan Rusni Hassan. “To adopt
Islamic banking in Uganda: The Theory of Reasoned Action,”
International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and
Management 9, no 4 (2016): 583-600.
Muiszudin, “Perilaku Konsumen Perbankan Syariah; Interaksi
antara Budaya, Manajemen, Komitmen, dan Pengetahuan
Fatwa terhadap Ketaatan Organisasional Muhammadiyah
di Provinsi Kalimantan Barat,” Disertasi, Universitas
Andalas, 2015.
Mylonakis, John. “A Research Study of Customer Preferences in
the Home Loans Market: The Mortgage Experience of Greek
Bank Customers, ”International Research Journal of Finance
and Economics,” 10 (2007).
Naser, Kamal, Ahmad Jamal dan Khalid Al-Khatib. “Islamic
Banking: A Study of Customer Satisfaction and Preferences
in Jordan,” International Journal of Banking Marketing 17, no.
3 (1999) 135-151.
Oliver, R.L. “Cognnitive, Affective, and Attribute Bases of
the Satisfaction Responses,” Journal of Consumer Research
(Desember 1993).
Rahmawaty, Anita. “Model Perilaku Penerimaan Teknologi
Informasi Nasabah Perbankan Syari’ah: Peran Motivasi
Spiritual,” Disertasi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Rashid, Mamunur dan M. Kabir Hassan. “Customer Demo­
graphics Affecting Bank Selection Criteria, Preference, and
Market Segmentation: Study on Domestic Islamic Banks in

Daftar Pustaka 129


Bangladesh,” International Journal of Business and Management
4, no. 6 (2009): 131-146.
Reni, Andi Nor Hayati Ahmad, “Application Of Theory
Reasoned Action In Intention To Use Islamic Banking In
Indonesia,” Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal
of Islamic Economics), Volume 8 (1), Januari (2016): 137 – 148.
Rivai, Harif Amali. Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Konsumen
dalam Memilih Jasa Perbankan: Bank Syariah vs. Bank Konvensional.
Laporan penelitian kerjasama Bank Indonesia dan Center for
Banking Research (CBR) Universitas Andalas , 2008.
Rusydi, M. “Syariah Compliance dalam Penerimaan Produk
Perbankan Syariah: Aplikasi Theory of Planned Behavior,”
Disertasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Shafie, Shahril, Wan Nursofiza Wan Azmi dan Sudin Haron.
“Adopting And Measuring Customer Service Quality In
Islamic Banks: A Case Study of Bank Islam Malaysia Berhad.
Journal of Muamalat and Islamic Finance Research 1, no.1 (2004)
2-19.
Suastuti, Ni Luh. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Wisatawan terhadap Produk Freestanding Restaurant di
Kawasan Pariwisata Nusa Dua – Kabupaten Badung,” Jurnal
Studi Manajemen & Organisasi 4, no. 2, (Juli 2007): 20-26.
Sweeney, J.C. and Soutar, G.N.,“Consumer Perceived Value: The
Development of A Multiple item Scale,” Journal of Retailing,
Vol. 77, No. 2 (2001): 203-220.
Usman, Hardius” Customers Trust on Islamic Banks in Indo­
nesia,” The Journal of Asian Finance, Economics and Business,
Vol.2 No.1, (2015): 5-13.
W, Muhammad Ghafur. “Pengaruh Fatwa MUI tentang Keha­
raman Bunga/Interest terhadap Perkembangan Perbankan
Syariah di Indonesia,” Jurnal Penelitian Agama XVII, no. 2
(Mei-Agustus 2008): 355-371.

130 Dr. Mochlasin, M.Ag


Wahyuni, Salamah “Moslem Community Behavior in the
Conduct of Islamic Bank: The Moderation Role of Knowledge
and Pricing”, Procedia - Social and Behavioral Sciences, vol. 57
Oktober (2012): 290-298.
Zeng, Fue. Hu, Zuohao. Chen, Rong dan Yang Zhilin. “Deter­
minants of Online Service Satisfaction and their Impacts on
Behavioral Intention,” Total Quality Management 20, no. 9
(2009): 953-969.
Ziyad, Muhammad “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Bank Muamalat sebelum dan sesudah terbitnya Fatwa Haram
Bunga Perbankan oleh MUI,” Jurnal Manajemen dan Akuntans,
vol. 2, N o. 1 (2010).

Sumber dari Internet:


Bank Indonesia dan IPB. “Potensi, Preferensi dan perilaku
Masya­rakat terhadap Bank Syari’ah di Kalimantan Selatan,”
2004, www.bi.go.id, diakses tanggal 21 April 2013.
Bank Indonesia–CBR Universitas Andalas. “Identifikasi Faktor
Penentu Keputusan Konsumen dalam Memilih Jasa Per­
bankan: Bank Syariah vs Bank Konvensional,” 2007, http://
www.bi.go.id, diakses tanggal 21 April 2013.
Bank Indonesia–IPB. “Potensi, Preferensi dan Perilaku Masya­
rakat terhadap Bank Syariah: Studi Kasus pada wilayah
Sumatra Selatan,” 2004, http://www.bi.go.id, diakses tanggal
21 April 2013.
Bank Indonesia–PPKPLP Undip. “Penelitian Potensi, Preferensi
dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di wilayah
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,” 2000, http://
www.bi.go.id, diakses tanggal 10 September 2012.
Yoki “Aliansi Strategis. Solusi Meningkatkan Pasar perbankan
Syariah” dalam yokikuncoro.wordpress.com, diakses tanggal
19 September 2014.

Daftar Pustaka 131


132

Anda mungkin juga menyukai