Contoh:
Anak itu sebenarnya pandai, tetapi malas. ✅
Anak itu sebenarnya pandai. Tetapi, ia malas. ✖
Anak itu sebenarnya pandai. Namun, ia malas. ✅
Anak itu sebenarnya pandai, namun ia malas. ✖
Hindari:
Pengaruh Varietas Padi (Oryza sativa L.) dan Jenis Kelamin Keong Emas (Pomacea sp.)
terhadap Daya Rusak Keong Emas pada Tanaman Padi
Keberadaan Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatra) dan Satwa Mangsanya di
Berbagai Tipe Habitat pada Taman Nasional Tesso Nilo
4. Kata atau ungkapan asing
Termasuk kata yang diambil dari bahasa daerah DAN semua kata dalam KBBI yang diberi label
cak (cakapan).
Contoh:
Pengaruh Digital Marketing Word of Mouth, dan Kualitas Pelayanan terhadap
Keputusan Pembelian.
Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
Dia enggak mau keluar kamar sejak kemarin.
5. Huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata yang dipertegas
Contoh:
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.
Catatan
Huruf miring TIDAK dipakai untuk menuliskan:
Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah.
Contoh:
Djakarta Warehouse Project (DWP) 2020 akan berlangsung secara virtual.
UPS (United Parcel Service) adalah perusahaan internasional dalam bidang transportasi
yang bermarkas di Sandy Springs, AS.
UNICEF (United Nations Children’s Fund) didirikan oleh Majelis Umum PBB pada 11
Desember 1946.
Karena baik unsur KERJA maupun SAMA sama-sama bisa diberikan imbuhan, itu berarti
gabungan kata kerja sama HARUS ditulis terpisah.
Bagaimana jika gabungan kata diberikan imbuhan?
Aturan 1. Jika salah satu unsur dalam gabungan kata mendapat awalan atau akhiran, ia
harus ditulis terpisah.
Contoh:
berterima kasih beralih fungsi
bertanggung jawab menolak bala
menanda tangan
Aturan 2. Jika kedua unsur gabungan kata mendapat awalan dan akhiran, ia harus ditulis
serangkai.
Contoh:
mempertanggungjawabkan menandatangani
ditandatangani menggarisbawahi
dialihfungsikan pertanggungjawaban
Kemudian, ada pula sejumlah gabungan kata yang sudah dianggap padu. Gabungan kata itu
harus ditulis SERANGKAI.
Contoh:
acapkali manakala bilamana olahraga
barangkali matahari belasungkawa saptamarga
beasiswa puspawarna daripada segitiga
bumiputra saputangan darmawisata sukarela
darmabakti sukacita halalbihalal wiraswasta
dukacita sukaria kacamata
hulubalang adakalanya manasuka
UTBK H-26
Dari mana kita bisa mengetahui unsur “keterangan”? Mudah saja, coba lihat, apakah ada
preposisi atau tidak? Preposisi ada banyak, berikut daftarnya:
Preposisi yang Berupa Kata Dasar
akan lepas
antara lewat
atas oleh
bagi pada
buat per
dalam sampai
dari sejak
demi seperti
dengan serta
di tanpa
hingga tentang
ke untuk
kecuali
Selain itu, ada juga preposisi yang berkorelasi, misalnya:
antara ... dan ...
dari ... hingga ...
dari ... sampai (dengan) ...
dari ... sampai ke ...
dari ... ke ...
dari ... sampai ...
sejak ... hingga ...
sejak ... sampai ...
mulai ... sampai (dengan) ...
Pahami juga peran semantis preposisi
1. Penanda Hubungan Tempat: 5. Penanda Hubungan Pelaku:
di oleh
ke
6. Penanda Hubungan Waktu:
dari
hingga pada
sampai hingga
antara sampai
pada sejak
semenjak
2. Penanda Hubungan Peruntukan:
menjelang
bagi dari
untuk
7. Penanda Hubungan Ihwal (Peristiwa):
buat
guna tentang
mengenai
3. Penanda Hubungan Sebab:
8. Penanda Hubungan Asal (Bahan):
karena
sebab dari
lantaran
4. Penanda Hubungan Kesertaan atau Cara:
dengan
sambil
bersama
beserta
UTBK H-25 2021
Ada sekitar 115 bentuk terikat dalam bahasa Indonesia. Perlukah dihafalkan semua? Tidak.
Minimal, biasakan menggunakan beberapa yang cukup lazim ditemui sehari-hari. Bentuk terikat
WAJIB ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sepuluh di antaranya:
1. "Antar-" harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
antarteman antarbangsa
antarkota antarsuku
antarnegara antarumat
antarprovinsi antarpulau, dsb.
antarwilayah
2. "Ekstra-" harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
ekstrakurikuler ekstraseluler
ekstrateresterial ekstravaganza
ekstramarital ekstraparlementer, dsb.
ekstraposisi
3. "Maha-" harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
mahasiswa maharaja
mahakarya mahakuasa
mahadewa mahakudus
mahadewi mahasuci, dsb.
mahaguru
PENGECUALIAN
"Maha Esa" dan kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan
huruf awal kapital.
Contoh:
Tuhan yang Maha Esa ✅, Mahabesar ✅, Mahasuci ✅, Maha Pengasih ✅, dan Maha
Penyayang ✅.
Tuhan yang Mahaesa ✖, Maha Besar ✖, Maha Suci ✖, Mahapengasih ✖, dan
Mahapenyayang ✖.
4. "Non-" harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
nonstop nonpartai
nonaktif nonpribumi
nonformal nonverbal
nonkonvensional nonnuklir, dsb.
nonorganik
5. "Pasca-" (BUKAN paska) harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
pascasarjana pascaperang
pascahujan pascaliburan
pascakemarau pascacedera
pascagempa pascakrisis, dsb.
pascabanjir
6. "Pra-" harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
prasekolah prakilinis
prasejarah prakerja
praduga pramodern
prajabatan prapensiun, dsb.
prakiraan
7. "Sub-" harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
subbab subkelas
subdivisi suborganisasi
subbagian subunit
subbidang subsektor, dsb.
subdirektorat
8. "Serba-" harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
serbaada serbabisa
serbabaru serbaguna
serbaindah serbasusah
serbakurang serbasedikit. dsb.
serbasalah
9. "Super-" harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
supercepat supermewah
superdamai supermahal
superintensif supernatural
superjet supersonik, dsb
superkomputer
Misalnya:
Saya (S) membaca (P). kalimat utuh
Saya (S) membaca (P) buku (O). kalimat utuh
Namun, predikat verba berimbuhan me-kan HARUS diikuti objek.
Misalnya:
Saya (S) memberikan (P). bukan kalimat utuh
Kalimat di atas pasti menggantung. Karena itu harus ada objek.
Saya (S) memberikan (P) hadiah (O). kalimat utuh
Sementara itu, kalimat bepredikat verba selain me- atau kombinasi afiks me-kan (dan variasi
lainnya, tadi saya lupa sebutkan di atas: me-i, memper-kan, atau memper-i, semua yang bisa
dibuat ke dalam bentuk pasif), bisa jadi diikuti pelengkap atau keterangan.
Misalnya
Dia (S) bekerja (P). kalimat utuh
Dia (S) bekerja (P) di kantor (K). kalimat utuh
Dia (S) bermain (P). kalimat utuh
Dia (S) bermain (P) bola (Pel.). kalimat utuh
Ketika kata-kata di atas mendapat imbuhan “ber-”, huruf r-nya harus luluh.
Jadi, penulisan imbuhan yang benar:
Becermin
Bekerja
Bederma
Beternak
Beterbangan
Sementara itu, jika imbuhan ber- bertemu kata "partisipasi", misalnya, tetap BERpartisipasi.
Bukan "bepartisipasi". ✖
Bagaimana dengan merek, keringat, cerah, gerak, kerabat, cerai, dll.?
Perhatikan:
Me-REK
Ke-RI-ngat
Ce-RAH
Ge-RAK
Ke-RA-bat
Ce-RAI, dll.
Kata-kata di atas tidak mengandung unsur “er” pada SUKU KATA PERTAMA. Huruf “r” ada
pada suku kata kedua. Jadi, kalau ditambahkan imbuhan “ter-” dan “ber-”, huruf “r” pada
imbuhan TIDAK melebur/luluh.
Sebetulnya, sesederhana itu saja. Jadi, perhatikan apakah ada unsur "ER" dalam suku kata
pertama. Kalau ada, berarti imbuhan ber-/ter- harus luluh menjadi be-/te-.
Contoh:
Posturnya kecil layaknya anak-anak usia sekolah dasar WALAUPUN usianya menginjak
14 tahun.
BAGAIMANAPUN, perekonomian tidak akan bergerak jika wabah COVID-19 ini masih
merajalela.
4. per
Partikel per HARUS ditulis TERPISAH dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu PER satu.
Harga kain itu Rp50.000 PER meter.
Saat ini harga minyak dunia sudah berada di bawah 20 dolar AS PER barel.
Bedakan per sebagai PARTIKEL dan per sebagai KATA DEPAN (preposisi).
Partikel:
Per = demi, tiap, mulai
Preposisi:
Per = bagi, dengan
Dalam kata majemuk "kapal terbang", kata kapal diterangkan oleh kata terbang. Demikian juga
dalam kalimat "Ali makan," Ali diterangkan oleh makan.
Dalam membentuk frasa, kita, pada umumnya, menyusunnya seperti itu, yaitu pokok, yang
utama, yang diterangkan kita letakkan di depan, sedangkan keterangan atau penjelasannya kita
letakkan sesudah unsur pokok itu. Inilah yang ditonjolkan oleh istilah hukum D-M itu.
Prinsip yang sama bisa kita temui pada frasa "gadis cantik" alih-alih "cantik gadis" sebagai
terjemahan beautiful girl, "buku baru" alih-alih "baru buku" sebagai terjemahan new book, dsb.
Pengecualian:
Kata mempunyai BAKU, memunyai TIDAK BAKU.
Kata mengkaji dan mengaji sama-sama berasal dari kata kaji, tetapi penulisannya
memang dibedakan. Kata mengkaji (mempelajari, menyelidiki, dsb.) dibakukan untuk
membedakan dengan mengaji (membaca atau mempelajari Alquran). Keduanya sama-
sama berasal dari kata "kaji". Jadi, keduanya benar, baik mengaji maupun mengkaji.
2. Sistematis
Sebuah kalimat setidaknya HARUS memiliki subjek dan predikat (baru kemudian
ditambahkan objek, pelengkap, atau keterangan).
4. Tidak Ambigu
Sebuah kalimat tidak boleh bersifat ambigu atau multitafsir. Dengan susunan kata yang
ringkas, sistemastis, dan sesuai kaidah kebahasaan, pembaca bisa dengan mudah
memahami ide suatu kalimat.
CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
1. Kesepadanan struktur
a. Apakah kalimat tersebut memiliki subjek dan predikat?
Contoh:
Para demonstran ke luar dari ruang sidang. (tidak efektif)
Para demonstran keluar dari ruang sidang. (efektif)
Perhatikan:
Ke luar = adverbia (mengisi keterangan)
Keluar = verba (mengisi predikat)
b. Jangan taruh preposisi di depan subjek karena akan mengaburkan pelaku dalam kalimat
tersebut.
Contoh:
Bagi semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (tidak efektif)
Semua peserta diharapkan hadir tepat waktu. (efektif)
d. Tidak bersubjek ganda (bukan berarti subjek tidak boleh lebih dari satu, melainkan lebih
pada menggabungkan subjek yang sama).
Contoh:
Adik demam sehingga adik tidak dapat masuk sekolah. (tidak efektif)
Adik demam sehingga tidak dapat masuk sekolah. (efektif)
2. Kehematan kata
Hindari menyusun kata-kata yang bermakna sama dalam sebuah kalimat. Ada dua hal yang
memungkinkan kalimat menjadi boros sehingga tidak efektif, yaitu kata jamak dan kata-kata
bersinonim.
Contoh kata jamak:
Para siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (tidak efektif)
Siswa-siswi sedang mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. (efektif)
Contoh kata sinonim:
Ia masuk ke dalam ruang kelas. (tidak efektif)
Ia masuk ruang kelas. (efektif)
Perhatikan:
Masuk (sudah pasti) ke dalam
Turun (sudah pasti) ke bawah
Naik (sudah pasti) ke atas
Mundur (sudah pasti) ke belakang
Maju (sudah pasti) ke depan
3. Kesejajaran bentuk (paralelisme)
Kalimat efektif haruslah berimbuhan pararel dan konsisten. Jika pada sebuah fungsi digunakan
imbuhan me-, selanjutnya imbuhan yang sama digunakan pada fungsi yang sama. Ini maksudnya
ketika dua atau lebih bagian dari seluruh kalimat membentuk pola yang sama.
Sederhananya:
verba, verba, dan verba
ajektiva, ajektiva, dan ajektiva.
nomina, nomina, dan nomina.
Verba = kata kerja
Ajektiva = kata sifat
Nomina = kata benda
Contoh:
Dia pandai (a), rajin (a), dan seorang juara (n). (tidak efektif)
Mereka dilarang mengobrol (v), menyontek (v), dan tidur (v). (efektif)
4. Ketegasan makna
Hati-hati saat membuat kalimat perintah, larangan, atau anjuran yang umumnya diikuti partikel
lah atau pun. Partikel adalah kata yang terkait dengan kata lain.
Ada setidaknya empat partikel yang sering kali salah tulis. Ada yang seharusnya ditulis
serangkai, tetapi malah dipisah, dan bagitu pula sebaliknya. (Ada di H-21 UTBK)
Contoh:
Kamu sapulah lantai rumah agar bersih! (tidak efektif)
Sapulah lantai rumahmu agar bersih! (efektif)
5. Logis
Suatu kalimat bisa jadi benar secara tata bahasa, tetapi belum tentu logis.
Contoh:
Mayat pria yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di kampung. (tidak
efektif)
Sebelum ditemukan tak bernyawa, pria itu sering mondar-mandir di kampung. (efektif)
“Kejar-kejaran dengan polisi” Polisi jelas mengejar orang yang diduga penjahat, tetapi si
pelanggar tidak mungkin mengejar polisi.
Saya membeli banyak perabot baru, YAITU meja, kursi, dan sebagainya.
✅ BENAR! "Yaitu" adalah jenis pemerinci lengkap
1. Frasa dan sebagainya (dsb.) digunakan untuk menyatakan perincian lebih lanjut yang
bentuknya sejenis.
Juan ke toko buku membeli berbagai alat tulis, yaitu pensil, pulpen spidol, dan
sebagainya.
2. Frasa dan lain-lain (dll.) digunakan untuk menyatakan perincian yang beragam.
Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, penebangan liar, sampah yang dibuang
sembarangan, dan lain-lain.
3. Frasa dan seterusnya (dst). digunakan untuk menyatakan perincian yang berjenjang atau
berkelanjutan secara berurutan.
Mereka diminta mempelajari buku Bahasa Indonesia dari Bab I, II, dan seterusnya.
H-11 UTBK 2021
1. SINGKATAN yang terdiri atas HURUF AWAL setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis
dengan huruf kapital TANPA tanda titik.
CONTOH:
NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia
UI = Universitas Indonesia
PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO = World Health Organization
PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia
KUHP = Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
2. SINGKATAN yang terdiri atas HURUF AWAL setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital TANPA tanda titik.
CONTOH:
PT = perseroan terbatas
MAN = madrasah aliah negeri
SD = sekolah dasar
KTP = kartu tanda penduduk
SIM = surat izin mengemudi
NIP = nomor induk pegawai
3. SINGKATAN yang terdiri atas TIGA huruf atau lebih DIIKUTI dengan tanda
TITIK.CONTOH:
hlm. = halaman
dll. = dan lain-lain
dsb. = dan sebagainya
dst. = dan seterusnya
sda. = sama dengan di atas
ybs. = yang bersangkutan
yth. = yang terhormat
ttd. = tertanda (BUKAN tanda tangan)
dkk. = dan kawan-kawan
4. SINGKATAN yang terdiri atas DUA huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-
masing DIIKUTI oleh tanda TITIK.
CONTOH:
a.n. = atas nama
d.a. = dengan alamat
u.b. = untuk beliau
u.p. = untuk perhatian
s.d. = sampai dengan
5. SINGKATAN nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat DIIKUTI dengan tanda TITIK
pada setiap unsur singkatan itu.
CONTOH:
A.H. Nasution = Abdul Haris M.Si. = magister sains
Nasution S.E. = sarjana ekonomi
H. Hamid = Haji Hamid S.Sos. = sarjana sosial
W.R. Supratman = Wage Rudolf Sdr. = saudara
Supratman Tn. = tuan
M.B.A. = master of business Ny. = nyonya
administration Prof. Alwi = Profesor Alwi
M.Hum. = magister humaniora
6. AKRONIM/KONTRAKSI bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata
atau gabungan suku kata DITULIS dengan HURUF KECIL.
CONTOH:
iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu = pemilihan umum
puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
rapim = rapat pimpinan
rudal = peluru kendali
tilang = bukti pelanggaran
H-10 UTBK 2021
Penulisan angka dan bilangan. Ditulis dengan HURUF jika ...
1. Bilangan tersebut dapat dinyatakan dengan SATU atau DUA kata.
Contoh:
Mereka menonton drama itu sampai TIGA kali.
Koleksi perpustakaan itu lebih dari SATU JUTA buku.
Minibus ini mampu memuat hingga LIMA BELAS penumpang.
Video musik ini telah ditonton lebih dari LIMA JUTA kali di YouTube.
Kecuali bilangan tersebut dipakai secara berurutan dalam perincian.
Contoh:
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
abstain.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250
sedan.
2. Bilangan tersebut terletak pada awal kalimat.
Contoh:
✅ Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
Perhatikan:
Apabila bilangan pada awal kalimat TIDAK BISA dinyatakan dengan satu atau dua kata,
susunan kalimatnya diubah.
Contoh:
✖ 250 orang peserta diundang panitia.
3. Angka dengan bilangan besar bisa ditulis SEBAGIAN dengan huruf supaya lebih mudah
dibaca.
Contoh:
Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
Pemerintah menyuntikkan dana sebesar 2,5 miliar rupiah untuk mendorong industri
pariwisata.
Ditulis dengan ANGKA jika ...
1. Menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.
Contoh:
1) Ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 hektare
10 liter
2 tahun 6 bulan 5 hari
1 jam 20 menit
2) Nilai uang
Rp15.000
$200,50
£5,25
¥100
2. Menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
3. Menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Perhatikan juga penulisan bilangan tingkat.
Contoh:
✖ Adikku masih duduk di bangku kelas 11 SMA.
✖ Ujian Nasional untuk siswa kelas 6 SD, 9 SMP, dan 12 SMA dibatalkan.
✅ Ujian Nasional untuk siswa kelas VI SD, IX SMP, dan XII SMA dibatalkan.
Contoh:
✅ Indonesia merdeka pada abad ke-20.
✖ Rp 5.000
✖ Rp.5000,-
✖ Rp.5.000
✖ 5.000 Rupiah
✅ 500 dolar
✖ $ 500
✖ 500 Dolar
✖ SALAH
Semua penulisan judul yang mengadung penamaan Latin harus:
1. ditulis cetak miring (di mana pun letaknya, judul ataupun isi teks), dan
2. huruf pertama dalam kedua kata selalu kapital (di mana pun letaknya, judul ataupun isi
teks).
Ini tidak hanya berlaku pada tingkatan spesies, tetapi juga familia. Sementara itu, genus biasanya
tidak ditulis miring (sejujurnya untuk bagian ini saya tidak tahu alasannya)