Anda di halaman 1dari 14

RESUME BAHASA INDONESIA

KONSEP DAN PENGEMBANGAN PARAGRAF

NAMA : NOVELLYA ANGEL TANIA

NIM : P0 5140320 030

PRODI : SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

DOSEN : Dr.Noermansyah,M.Pd.
A. HAKIKAT PARAGRAF

1. Menurut Arifin dan Tasai (2006:125) “Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik”.

2. Menurut Jauhari (2008:107) paragraf merupakan seperangkat kalimat yang


tersusun logis-sistematis yang merupakan ekspresi pikiran yang relevan dan
mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan dan
merupakan bagian bab dalam karangan tersebut yang ditandai oleh garis baru.
3. Menurut Tarigan (2012) paragraf merupakan seperangkat kalimat tersusun
logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan
dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.

4. Menurut Akhadiah dkk. (1990:144), inti penuangan buah pikiran dalam sebuah
karangan yang terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua
kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, utama/topik,
penjelas sampai pada kalimat penutup.

B. UNSUR-UNSUR PARAGRAF

1. Transisi (kalimat atau kata)


 transisi kata (1996:16)
a. Penanda hubungan kelanjutan: dan, lagi, serta, lagi pula.
b. Penanda hubungan urutan waktu: dahulu, kini, sekarang.
c. Penanda klimaks : paling, se… nya, ter.
d. Penanda perbandingan: sama, seperti, ibarat, bak, bagaimana.
e. Penanda kontras: tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya.
f. Penanda urutan jarak: di sini, di situ, di sana, dekat,
jauh, sebelah..
g. Penanda ilustrasi: umpama, contoh, misalnya.
h. Penanda sebab akibat: karena, sebab, oleh karena, akibatnya.
i. Penanda kondisi: jika, kalau, jikalau, andai kata, seandainya.
j. Penanda simpulan: simpulan, ringkasnya, garis
besarnya, rangkuman.

 Transisi berupa Kalimat


Terdapat kalimat penuntun, kalimat topik, kalimat pengembang,dan
kalimat penegas.

c. syarat- syarat pembentukan paragraf

1.      Kesatuan

Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di
dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh
menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam
sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua
kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.

2.      Kepaduan

Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan kalimat-kalimat yang berdiri sendiri-


sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal
balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan
pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa
hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.

Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai
penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.

 Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan


sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu,
seperti halnya dll
 Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, meskipun
dll
 Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan
sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya
dll
 Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu,
jadi dll
 Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, kemudian dll
 Hubungan yang menyatakan singkatan, misal:  ringkasnya, misalnya, yakni,
sesungguhnya dll
 Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sana, dekat, di seberang dll

3.      Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup
menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama.

D. Penggunaan Kata Ganti (Promina)

Kata ganti (promina) adalah sebuah kata yang digunakan untuk mewakili suatu benda,
tempat, ataupun frase kalimat.

Berdasarkan penggunaannya, kata ganti dibagi menjadi tiga macam, yaitu kata ganti
orang, kata ganti penunjuk, dan kata ganti penanya.

A. KATA GANTI ORANG

1. Kata Ganti Orang Pertama

1.1 Orang Pertama Tunggal

Yaitu: aku, saya, beta, ana, ambo, awak, daku, aye, gua/gue, hamba.

Catatan:

– Verb yang diawali kata ku-, penulisannya harus digabung. Misalkan: kubuat,
kumaki, kucari, kubawa, bandingkan dengan aku buat, aku maki, aku cari, aku bawa.

– Kata ganti kepemilikan yang terdiri dari satu suku kata, penulisannya harus
digabung. Misalkan: ibuku, tanganku, bukuku, pacarku bandingkan dengan ibu saya,
tangan beta, buku hamba, pacar gua.
Contoh:
Aku masih diam di sini. Menunggu sahabatku, Kana, yang katanya mau datang pukul
19.00 tadi. Tapi, sudah satu jam aku menunggu, tak juga ia menunjukkan batang
hidungnya. Kubuka layar ponselku, mencoba mengirim pesan singkat. Mungkin saja
ia lupa.

1.2 Orang Pertama Jamak

Yaitu: kita dan kami

Terkadang penulis masih bingung tentang perbedaan kata “kita dan kami”. Kita
adalah kata ganti yang mewakili aku, kamu, dia/mereka. Sedangkan kami adalah kata
ganti untuk mewakili aku dan dia/mereka (kamu tidak termasuk).

2. Kata Ganti Orang Kedua

2.1 Orang Kedua Tunggal

Yaitu: kamu, kau, Anda, saudara/i, engkau, sampean, elo/elu, awak, situ.

Catatan:
Verb yang bersubyek “kau” penulisannya harus digabung. Misalkan: kauucap,
kaugapai, kaumakan, bandingkan dengan kamu ucap, engkau gapai, elo makan.

Kata  Anda selalu diawali huruf kapital, dimanapun tempatnya karena dianggap
sebagai sapaan hormat, seperti sapaan Pak, Bu, Kek, dll.

2.2 Orang Kedua Jamak

Yaitu: kalian, saudara-saudara.

3. Kata Ganti Orang Ketiga

3.1 Orang Ketiga Tunggal

Yaitu: dia, ia, beliau, diriya.

Catatan:
Kata ganti kepemilikan dia dan ia, diubah menjadi -nya dan penulisannya digabung.
Misalkan: makanannya, bukunya, nasinya, dll.

3.2 Orang Ketiga Jamak

Yaitu: mereka

B. KATA GANTI PENUNJUK

1. Penunjuk Umum

Yaitu: ini dan itu

2. Penunjuk Tempat

Yaitu: sini, situ, sana

Catatan:

Jika terdapat kata depan (di dan ke), maka penulisan tetap harus dipisah. Misalkan: di
sini, di sana, di situ, ke sini, ke sana, ke situ.

3. Penujuk Ikhwal

Yaitu: begini dan begitu

C. KATA GANTI PENANYA

1. Penanya Orang atau Benda

Yaitu: siapa, apa

2. Penanya Tempat

Yaitu: mana, dimana, kemana, darimana

Catatan:
Kata di, ke, dan dari, penulisannya digabung karena sudah dianggap perpaduan yang
pas dalam EYD. Seperti partikel pun dalam kata walaupun, meskipun, biarpun,
ataupun.

3. Penanya Waktu

Yaitu: kapan

Mungkin itu saja yang bisa saya tuliskan. Jika ada kesalahan dalam artikel di atas,
bisa kasih kritik dan sarannya di kolom komentar.

E. Kata penghubung (Konjungsi)

1. Kata penghubung koordinatif (penghubung


dua klausa yang setara.

Hubug
anan
Penam
bahn
Contoh
: dan
a. H
ub
un
ga
n
Pe
mi
lih
an
C
on
to
h:
at
au
b. H
u
b
u
n
g
a
n

P
e
r
l
a
w
a
n
a
n

C
o
n
t
o
h
:

t
e
t
a
p
i

2. Kata Penghubung Korelatif (menghubungkan dua kata, frasa,


klausa, keduanya sama derajatnya. Contoh: tidak hanya …. tetapi
juga, tidak hanya…., bahkan, bukannya….melainkan, makin….,
makin…, jangankan…., pun….baik…., maupun…., demikian….,
sehingga, apa(kah)…. atau…., entah….

1. Kata penghubung koordinatif (penghubung dua klausa yang setara.

a. Hubungan Penambahan. Contoh: dan

b. Hubungan Pemilihan. Contoh: atau

c. Hubungan Perlawanan. Contoh: tetapi

2. Kata Penghubung
Subordinatif
(menghubungkan dua
klausa, keduanya
bertingkat.
a. Hubungan waktu. Contoh: sesudah, setelah, sehabis, sejak, selesai,
ketika,

tatkala, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.

b. Hubungan syarat. Contoh: jika, jikalau, kalau, asal(kan), bila,


manakala.

c. Hubungan Pengandaian. Contoh: andaikan, seandainya, umpamanya,


sekiranya.

d. Hubungan tujuan. Contoh: agar, biar, supaya.

e. Hubungan kosesif. Contoh: biarpun, meskipun, sekalipun, walau(pun),

kendati(pun), sungguh(pun).

f. Hubungan Pemiripan. Contoh: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana,


seperti, sebagai, laksana.
g. Hubungan penyebaban. Contoh: sebab, karena, oleh karena.
h. Hubungan pengakibatan. Contoh: se (hingga), sampai(-sampai),
maka(nya).

3. Kata Penghubung Korelatif (menghubungkan dua kata, frasa, klausa,


keduanya sama derajatnya. Contoh: tidak hanya …. tetapi juga, tidak
hanya….,
bahkan, bukannya….melainkan, makin…., makin…, jangankan….,
pun….baik….,

maupun…., demikian…., sehingga, apa(kah)…. atau…., entah…. entah….

4. Kata Penghubung Antarkalimat

Contoh: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu,


walupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu,
kemudian, sesudah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula,
selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, bahkan,
akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena
itu, oleh sebab itu, sebelum itu.
5. Kata Penghubung antarparagraf

a. Kata penghubung yang menyatakan tambahan pada


sesuatu yg telah disebutkan sebelumnya. Contoh: di
samping itu, demikian juga, tambahan lagi.
b. Kata penghubung yg menyatakan pertentangan dg sesuatu yg
telah disebutkan sebelumnya. Contoh: bagaimanapun juga,
sebaliknya, namun.
c. Kata penghubung yang menyatakan perbandingan. Contoh:
sebagaimana, sama halnya.
d. Kata penghubung yg menyatakan akibat atau hasil. Contoh: oleh
karena itu, jadi, akibatnya.
e. Kata penghubung yg menyatakan tujuan. Contoh: untuk
itulah, untuk maksud itu

f. Kata penghubung yang menyatakan intensifikasi.

Contoh:

ringkasnya, pada intinya


g. Kata penghubung yang menyatakan waktu
Contoh:
kemudian, sementara itu

h. Kata penghubung yang menyatakan tempat


Contoh:
di sinillah, berdampingan dengan
1. Deskripsi:

Contoh :

Dengan cara menyusui dua anak secara langsung dalam dunia kebidanan dinyatakan sebagai
tandem breastfeeding atau tandem nursing. Menyusui dengan dua anak ini tidak akan
berbahaya dan tidak juga mengurangi dalam jatah untuk bayi yang lebih kecil atau sang adik.

Dengan catatan ibu menyusui harus selalu menjaga asupan nutrisi yang lengkap dan bisa
diberikan berupa suplemen multivitamin, serta menjaga sistem kebugaran tubuh dari stressor
dan rasa lelah yang berlebihan selama masa menyusui.

2. Eksposisi:

Contoh :

Hukum Kesehatan Dalam Kebidanan

Perkembangan yang menggembirakan terjadi dalam pendidikan Bidan yaitu


dikembangkannya materi Etika Profesi Kebidanan menyatu dengan Hukum Kesehatan dalam
Kurikulum Nasional Diploma III Kebidanan Tahun 2002. Mengigatkan betapa pentingnya
substansi tersebut dalam perkembangan pelayanan dan praktik kebidanan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi dalam kebidanan yang evidence atau up to
date sebagai dasar munculnya rumusan dan terobosan baru dalam konsep pengetahuan dan
praktik kebidanan. Disisi lain diberbagi disiplin ilmu lain juga mengalami perkembangan
pesat, termasuk perkembangan atau trend maupun need (kebutuhan) masyarakat juga
berubah. Tidak lepas juga dari pengaruh perkembangan era globalisasi, akan meningkatkan
kritis masyarakat terhadap pelayanan kebidanan. Berbagai permasalahan yang muncul
diseputar praktik profesi bidan terkait dengan etika dan hukum merupakan bahan belajar yang
sangat bagus bagi bidan untuk menciptakan kajian yang lebih mendalam untuk menjawab
berbagai pertanyaan tentang hal tersebut.

Tantangan yang muncul menjadi “Siapakah bidan menghadapi persoalan-persoalan terkait


dengan etika dan hukumkesehatan?”, dan “”Bagaimana upaya-upaya yang perlu dilakukan
oleh bidan beserta segenap jajaran profesi untuk mensosialisasikan mengenai hukum
kesehatan yang terkait dengan para bidan?”. Siapakah bidan membuka peluang baru untuk
mengembangkan disiplin ilmu hukum kesehatan dalam kebidanan?”.

3. Persuasi :

Contoh :

Berolahraga sangatlah penting untuk kesehatan kita. Namun, olahraga yang dilakukan jangan
sampai melampaui batas kemampuan diri kita. Sebab, olahraga yang kita lakukan justru akan
menimbulkan malapetaka bagi tubuh kita. Berolahraga secara berlebihan akan membuat otot-
otot dan sendi di tubuh kita akan mengalami keram dan sakit yang berlebih. Sementara itu,
detak jantung kita juga akan berdenyut dua kali lebih cepat dibanding biasanya. Jika
dibiarkan, maka bukan tidak mungkin serangan jantung akan menyerang tubuh kita. Oleh
karena itu, janganlah berolahraga terlalu keras. Melainkan, kita mesti berolahraga secara rutin
sesuai dengan kemampuan tubuh kita. Misalnya, jika kita kuat berolahraga selama dua kali
seminggu, maka berolahragalah dengan durasi waktu tersebut. Dengan begitu, fungsi
olahraga sebagai penyebab sehatnya tubuh pun akan lebih terasa.

4. Argumentasi :

Contoh :

Jumlah anak jalanan di kota-kota besar semakin hari semakin bertambah. Mereka memenuhi
jalan-jalan utama di pusat kota dengan segala tingkah dan aksinya. Berbagai macam cara
mereka lakukan agar dapat bertahan hidup di jalanan, dari cara yang sopan hingga yang
paling brutal. Mereka berkeliaran di jalan dan mencari hidup dengan cara meminta-minta.
Fenomena seperti ini mulai tampak menggejala ketika krisis ekonomi melanda negara kita.
Krisis yang berkepanjangan menjadi penyebab kesulitan hidup di segala sektor/bidang.
5. Narasi :

Contoh :

Pada tanggal 4 Juli 1927 Ir. Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan
tujuan Indonesia segera merdeka. Namun nyatanya pada tanggal 29 Desember 1929, Belanda
memasukkan beliau ke dalam penjara Sukamiskin di Bandung sampai pada tanggal 31
Desember 1931.

Beliau dibebaskan dan kemudian bergabung dengan Partindo namun untuk yang kedua
kalinya Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Ende, Flores pada tahun 1933. Kemudian
beliau dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melewati perjuangan yang cukup panjang, beliau bersama Bung Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945

Anda mungkin juga menyukai