Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KATA TUGAS”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Bahasa Indonesia SD 1

Dosen Pengampu : Prof. Drs. Rustam Effendi, M. Pd., Ph. D

Disusun oleh

Kelas 2D

Kelompok 6

Sandrina Septia Rakasiwi 2110125120013 (4)

Muhammad Rizki Fahrizal 2110125210004 (8)

Maria Olfah 2110125220029 (18)

Nabila Tiffany Zahrotul Ula 2110125320048 (37)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................i

BAB I PEMBAHSAN MATERI .......................................................................1

A. Pengertian Kata Tugas ..............................................................................1


B. Klasifikasi Kata Tugas .............................................................................1

BAB II PENUTUP ..............................................................................................10

A. Kesimpulan ...............................................................................................10
B. Saran .........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................11

i
BAB I

PEMBAHASAN MATERI

A. Pengertian Kata Tugas


Kata tugas dalam penjenisannya lazim dinamakan kata keterangan,
kata penanda, kata perangkai, kata tanya, dan kata seru. Dengan demikian,
kata tugas mencakup semua preposisi (kata penanda) dan konjungsi (kata
perangkai), sehingga kata sedangkan temasuk kata tugas, karena dapat
menduduki fungsi, sebagai konjungsi.

B. Klasifikasi Kata Tugas


1. Preposisi
Ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi juga disebut kata
depan menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan
preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Ditinjau dari
prilaku sintaksisnya, preposisi berada didepan nomina, adjektiva, atau
adverbia sehingga terbentuk frase preposisional. Ditinjau dari segi
bentuknya, yaitu preposisi tunggal dan mejemuk.
a. Preposisi Tunggal
Adalah preposisi yang terdiri hanya satu kata, berupa kata
dasar, preposisi ini hanya terdiri atas satu morfem.
Contohnya: akan (Takut akan kegelapan); di (Duduk di kursi).
b. Preposisi yang berupa kata berafiks
Dibentuk dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar
yang termasuk kelas verbal, adjektiva, atau nomina. Afiksasi dalam
pembentukan itu dapat berbentuk penambahan prefiks, sufiks, atau
gabungan kedua-duanya (konfiks).
 Preposisi yang berupa kata berprefiks: Bersama (Pergi
bersama kakak); Menurut (Menurut rencana).
 Preposisi yang berupa kata bersufiks: Bagaikan (Cantik
bagaikan bidadari).

1
 Preposisi yang berupa kata berkonfiks: Melalui (Dikirim
melalui pos); Mengenai (Berceramah mengenai kenakalan
remaja)
c. Preposisi gabungan
Preposisi yang berdampingan, preposisi ini terdiri atas dua
preposisi yang letaknya berurutan.
Contoh : daripada (Menara itu lebih tinggi daripada pohon itu).
d. Preposisi yang berkolerasi
Preposisi ini terdiri atas dua unsur yang dipakai
berpasangan tetapi terpisah oleh kata atau prase lain. Contoh:
 Antara (….dengan antara dia dengan adiknya ada
perbedaan yang mencolok).
 Dari (….sampai dengan seminar itu diadakan dari hari
senin sampai dengan hari kamis minggu depan).
e. Preposisi dan nomina lokatif
Suatu preposisi juga dapat bergabung dengan dua nomina
asalkan nomina yang pertama mempunyai arti lokatif.
1) Peran Semantis Preposisi
 Penanda hubungan tempat. Contoh : di, ke, dari, hingga,
sampai.
 Penanda hubungan peruntukan. Contoh : bagi, untuk,
guna, buat.
 Penanda hubungan kesetaraan atau cara. Contoh :
dengan, sambil, beserta, bersama
 Penanda hubungan sebab. Contoh : karena, sebab,
lantaran
 Penanda hubungan pelaku. Contoh : oleh.
 Penanda hubungan ihwal peristiwa. Contoh : tentang,
mengenai.
 Penanda hubungan milik. Contoh : dari
2. Konjungtor (Kata Sambung)

2
Adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang
sederajat : kata dengan kata, prase dengan prase, atau klausa dengan
klausa. Konjungtor dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
a. Konjungtor Koordinatif
Menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama
pentingnya, atau memiliki status yang sama. Contoh : dan, yaitu
penanda hubungan penambahan; serta, penanda hubungan
pendamingan; atau, penanda hubungan pemilihan; tetapi, penanda
hubungan perlawanan; melainkan, penanda hubungan perlawanan;
padahal, penanda hubungan pertentangan; sedangkan, penanda
hubungan pertentangan.
Disamping menghubungkan klausa, juga dapat
menghubungkan kata. Meskipun demikian frasa yang dihasilkan
bukan frase preposional. Contoh : Dia menangis dan istrinya pun
tersedu-sedu; Saya atau kamu yang menjemput Ibu; Dia pura-pura
tidak tahu, padahal tahu banyak; Anak itu pandai tetapi polos.
b. Konjungtor Korelatif
Adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, frase,
atau klausa yang memiliki status sintaksis sama. Terdiri atas dua
bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frase, atau klausa yang
dihubungkan. Contoh : Baik pak Anwar maupun istrinya tidak suka
meroko; Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh;
Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri pun tidak dihormati.
c. Konjungtor Subordinatif
Adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau
lebih, dan klausa itu merupakan anak kalimat. Dilihat dari perilaku
sintaksis semantisnya, konjungtor ini dibagi menjadi dua belas
kelompok, yaitu :
1) Konjungtor subordinatif waktu, misalnya : sejak,
semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, selama,
demi, serta, hingga, sampai, setelah, sesudah, sebelum,
selesai, seusai, sehabis.

3
2) Konjungtor subordinatif Syarat, misalnya : jika, kalau,
jikalau, bila, manakala.
3) Konjungtor subordinatif pengandaiaan, contohnya :
andaikan, umpamanya.
4) Konjungtor subordinatif konsesif, misalnya : biarpun,
sekalipun.
5) Konjungtor subordinatif pembandingan, contohnya :
seakan-akan, seperti, sebagai.
6) Konjungtor subordinatif sebab, misalnya : sebab,
karena, oleh sebab.
7) Konjungtor subordinatif hasil, misalnya : sehingga,
sampai.
8) Konjungtor subordinatif alat, misalnya : dengan, tanpa.
9) Konjungtor subordinatif cara, misalnya : dengan, tanpa.
10) Konjungtor subordinatif komplementasi, misalnya :
bahwa.
11) Konjungtor subordinatif atribut, misalnya : yang.
12) Konjungtor subordinatif perbandingan, misalnya :
sama…dengan, lebih….dari
d. Konjungtor Antar Kalimat
Menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Karena
itu, konjungtor macam ini selalu memulai kalimat yang baru dan
tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh :
Kami tidak sependapat dengan dia; Kami tidak akan
menghalanginya; (Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun
begitu, kami tidak akan menghalanginya).
Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
 Konjungtor koordinatif menggabungkan kata atau klausa
yang setara. Kalimat yang dibentuk dengan cara ini
dinamakan kalimat majemuk setara.
 Konjungtor korelatif membentuk frase atau kalimat. Unsur
frase yang dibentuk dengan konjungtor ini memiliki status

4
sintaksis yang sama. Apabila konjungtor itu membentuk
kalimat, maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi
wujudnya. Ada kalanya terbentuk kalimat majemuk setara,
adapula yang bertingkat. Bahkan dapat terbentuk pola
kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat.
 Konjungtor subordinatif membentuk anak kalimat.
Penggabungan anak kalimat itu dengan induk kalimatnya
menghasilkan kalimat majemuk bertingkat.
 Konjungtor antar kalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi
masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri.
3. Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan
rasa hati pembicara. Secara stuktural, interjeksi tidak bertalian dengan
unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya, interjeksi ada yang
berupa bentuk dasar atau interjeksi sederhana (simple interjections)
dan interjeksi turunan (derived interjections) (Kridalaksana, [2015:
93]).
 Interjeksi sederhana (simple interjections). Contohnya: aduh,
aduhai, ah, ahoi, ai, amboi, bah, cih, cis, eh, hai, he, idih, in, lho,
oh, sst, wah, wahai, yaa (ungkapan kekecewaan).
 Interjeksi turunan (derived interjections). Contohnya:
alhamdulillah, ampun, astaga, asyik, asyoi, astagafirullah [sic],
brengsek, buset, duilah, masya allah, syukur, oke, innalillahi,
yahud.

Berikut jenis interjeksi dapat dikelompokan menurut perasaan yang


diungkapkannya, sebagai berikut :

 Interjeksi kejijikan : bah, cih, cis, ih, idih


 Interjeksi kekesalan : brengsek, sialan, buset, keparat.
 Interjeksi kekaguman atau kepuasan : aduhai, amboi, asyik.
 Interjeksi kesyukuran : Syukur, Alhamdulillah
 Interjeksi harapan : InsyaAllah.

5
 Interjeksi keheranan : aduh, aih, ai, lo, duilah, eh, oh, ah.
 Interjeksi kekagetan : astaga, astagfirullah, masyaAllah.
 Interjeksi ajakan : ayo, mari.
 Interjeksi panggilan : hai, be, eh, halo.
 Interjeksi simpulan : nah.
Contoh :
 Bah, pergi kau dari rumah ini!
 Halo, apa kabar?

Menurut Kusno (1986: 90) terdapat beberapa ciri penting kata seru
atau interjeksi. Pertama, kata seru dapat berdiri sendiri sebagai
kalimat tidak lengkap. Kedua, kata seru tidak menduduki jabatan
tertentu di dalam kalimat dan terpisah dari bangun kalimat yang
ditempatinya. Ketiga, kata seru dapat menyatakan luapan emosi atau
perasaan yang berbeda-beda, sesuai dengan hubungannya dalam
kalimat. Keempat, kata seru merupakan kata yang paling tua dan
bersifat umum. Artinya, kata seru adalah kata yang paling dulu
digunakan oleh manusia dalam proses kebahasaannya dan hampir
setiap bahasa mempunyai kata seru yang sama, misalnya oh, ah, hai,
dan he.

Contoh pemakaian kata seru: Aduh!; Aduh, bagaimana ini?; Aduh, ini
anak!

Semua contoh di atas menunjukkan bahwa sebagai kata seru, aduh


dapat mendukung makna yang berbeda-beda seperti halnya kata seru
yang lain.

4. Artikula
Adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam Bahasa
Indonesia ada kelompok artikula, yaitu sebagai berikut:
a. Artikula yang Bersifat Gelar
Pada umumnya bertalian dengan orang yang dianggap
bermartabat. Berikut ini jenis-jenisnya:

6
1) Sang : untuk menyatakan manusia atau benda unik dengan
maksud meninggikan martabat;kadang-kadang juga dipakai
dalam gurauan atau sindiran.
2) Sri : untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam
keagamaan atau kerajaan.
3) Hang : untuk laki-laki yang dihormati dan pemakaiaannya
terbatas pada nama tokoh dalam cerita sastra lama.
4) Dang :untuk wanita yang dihormati dan pemakaiaannya
terbatas pada nama tokoh pada cerita sastra lama.
b. Artikula yang Mengacu ke Makna Kelompok (Makna Korelatif)
Contohnya adalah para. Karena artikula ini mengisyaratkan
ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan
dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru
sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah “para guru” dan
bukan “para guru-guru”.
c. Artikula yang Menominalkan
Artikula “si” yang menominalkan dapat mengacu ke makna
tunggal atau genetik, bergantung pada konteks kalimat.
Contoh :
 Si Amat akan meminag Si Halimah minggu depan.

Berikut adalah ikhtisar pemakaian artikula “si” yaitu :

1) Didepan nama diri pada ragam akrab atau kurang


hormat : si ali, si toni, si nana.
2) Didepan kata untuk mengkhususkan orang yang
melakukan sesuatu : si pengirim, si penerima.
3) Di depan nominal untuk dipakai sebagai timangan,
panggilan, atau ejekan. Yang disebut itu mempunyai
sifat atua mirip sesuatu: si belang, si bungsu, si kumnis.
4) Dalam bentuk verbal yang menandakan dirinya menjadi
bersifat tertentu: bersitegang, berikukuh,
bersimaharajalela, bersikeras.

7
5) Pada berbagai nama tumbuhan dan binatang : siangit,
sibusuk, sidingin, simalakama.
5. Partikel
Partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan
bentuk hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada
empat macam partikel penegas (Alwi, 2003: 307), yaitu sebagai
berikut:
a. Partikel –kah
Berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan
kalimat interogatif. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya.
1) Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah
kalimat tersebut menjadi kalimat deklaratif.
Contoh: Diakah yang akan datang?
(Bandingkan: Dia akan datang.).
2) Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata
tanya, maka –kah seperti manasuka. Pemakaian –
kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit
lebih halus.
Contoh: Apakah ayahmu sudah datang?
3) Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi
intonasinya adalah intonasi interogatif, maka –kah akan
memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif.
Kadang-kadang urutan katanya dibalik.
Contoh: Akan datangkah dia nanti malam?
b. Partikel –lah
Juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau
kalimat deklaratif. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
1) Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit
menghaluskan nada perintahnya. Contoh: Pergilah
sekarang, sebelum hujan turun!

8
2) Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk
memberikan ketegasan yang sedikit keras. Contoh: Dari
ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
c. Partikel –tah
Berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si
penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban (seolah
bertanya pada diri sendiri karena kehenaran). Partikel –
tah banyak dipakai dalam sastra lama, dan tidak banyak
dipakai lagi sekarang. Contoh pemakaiannya adalah sebagai
berikut.
 Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?
d. Partikel pun 
Dipakai dalam kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan
dipisahkan dari kata di mukanya. Kaidah pemakaiannya adalah
sebagai beikut.
1) Dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya.
Contoh: Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
Perlu diperhatikan bahwa partikel pun pada konjungtor
ditulis serangkai; jadi, ejaannya walaupun, meskipun,
kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, dan
sungguhpun. Bedakan ejaan ini dengan ejaan-ejaan
berikut, mereka pun, makan pun, itu pun, ini pun yang
partikel pun-nya dipisahkan.
2) Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula
dipakai bersama –lah untuk menandakan perbuatan atau
proses mulai berlaku atau terjadi.
Contoh: Tidak lama kemudian hujan pun turunlah
dengan derasnya; Para demonstran
itu pun berbarislah dengan teratur.

9
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata tugas diartikan kata yang menyatakan hubungan suatu unsur
dengan unsur yang lain dalam frasa atau kalimat. Kata tugas adalah kata
atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain
berperan dalam kalimat. Kata tugas hanya memiliki arti gramatikal dan
tidak memiliki leksikal.
Kata tugas dalam penjenisannya lazim dinamakan kata keterangan,
kata penanda, kata perangkai, kata tanya, dan kata seru. Jenis kata tugas
dalam frasa dan kalimat terdiri dari lima macam. Yang dimaksud adalah
preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula dan partikel.

B. Saran
Berdasarkan uraian yang telah dibahas maka diharapkan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulisan. Terutama dalam menulis sebuah buku ataupun karya tulis
yang lainnya, haruslah menggunakan pemilihan kata yang tepat. Pemilihan
kata yang tepat sangat diperlukan agar tidak menimbulkan penafsiran
ganda sehingga tidak menimbulkan kerancuan pada pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ermanto, E. (2012). Sistem Afikasi pada Adjektiva, Nurmeralia, dan kata Tugas
Bahasa Indonesia Berdasarkan Teori Morfologi Derivasi dan Infleksi.

Nurnovika, A. (2019). Perbandingan Partikel Preposisi Bahasa Indonesia dengan


Bahasa Korea: Sebuah Analisis Kontrastif. Jurnal Pendidikan Bahasa
Indonesia, 7(1), 11-24.

Suryadi, E. (2020). Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas dalam Teks


Berita Utama Surat Kabar di Kota Medan (Doctoral dissertation, Universitas
Negeri Medan).

Susiati, S. (2020). Wujud Morfologi Bahasa Indonesia.

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi ke-4. (2017). Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan .

Widiatmoko, B., & Waslam, W. (2017). Interjeksi dalam Bahasa Indonesia:


Analisis Pragmatik. Pujangga, 3(1), 87-102.

11

Anda mungkin juga menyukai