Anda di halaman 1dari 9

Pengertian kata tugas

Kata tugas adalah salah satu jenis kata dalam bahasa


Indonesia yang hanya memiliki makna gramatikal
“maknanya berubah sesuai konteksnya” dan tidak memiliki
makna leksikal “makna tetap” artinya makna dari kata tugas
akan menjadi jelas ketika dia dihubungkan dengan kata lain
dalam sebuah kalimat, sebagian besar kata tugas bentuknya
tetap dan hanya sedikit yang dapat mengalami perubahan
bentuk.

Ciri-Ciri Kata Tugas


Adapun ciri-ciri kata tugas yang diantaranya yaitu:

1. Punya makna gramatikal tapi tidak memiliki makna


leksikal.
2. Biasanya bentuknya tidak berubah.
3. Artinya akan jelas ketika didampingi oleh kata lain
dalam kalimat.

Jenis-Jenis Kata Tugas


Adapun klasifikasi macam-macam jenis kata tugas yang
diantaranya yaitu:

1. Kata Depan “Preposisi”


Sebutan lain untuk kata depan ialah preposisi, dalam bahasa
latin preposisi berasal dari kata yaitu “prae” dan “ponere”.
Prae berarti sebelum sedangkan ponere berarti
menempatkan atau tempat. Berarti kata depan merupakan
kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat yang
diikuti nominal atau pronominal, kata depan ialah kata yang
menghubungkan kata benda dengan bagian kalimat. Kata
depan umumnya digunakan untuk mengantar sebuah objek
penyerta kalimat dan tidak boleh mengantarkan subjek
kalimat.

Umumnya kata depan yang dikenal ialah di ke dan dari, kata


depan di ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali dalam gabungan kata yang sudah
dianggap satu kata seperti kepada dan dari pada. Beberapa
kata depan lainnya ialah dalam antara atas, kepada, akan,
terhadap, oleh, dengan, sampai, untuk, dll.

Contoh penggunaannya dalam kalimat yaitu:

1. Tinggallah bersama saya disini.


2. Dimana kakakmu?
3. Ayah sedang dalam perjalanan ke luar kota.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, pereposisi dapat


menomorfemis atau polimorfemis.

1. Preposisi monomorfermis

Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya


atas satu morfem dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi
bentuknya. Berikut adalah preposisi dalam bahasa Indonesia
beserta beberapa fungsinya.

Bagi
Untuk
Buat menandai hubungan perutukan
Guna
Dari : menandai hubungan asal,arah dari suatu tempat,atau
mlik
Dengan : menandai hubungan kesetaraan atau car
Di : menandai hubungan tempat berada
Karena : menandai hubungan sebab
Sebab : menandai hubungan sebab
Ke : menandai hubungan arah menuju suatu tempat
Oleh : menandai hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku

2. Preposisi plimorfemis

Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam : (1) yang


dibentuk dengan memakai afiks dan (2) yang dibentuk
dengan menggabungkan dua kata atau lebih. Contoh untuk
(1) adalah selama dan bagaikan, sedangkan untuk (2)
adalah selain dari dan sampai dengan/ke.

3. Prepposisi polimorfemis dengan afiks

Posisi polimorfemis yang berafiks dibentuk dengan


menempelkan afiks pada dasar. Dasar itu dapat merupakan
morfem bebas(sama, serta) atau morfem terikat (jelang,
kitar).

Contoh :
Bersama : menandai hubungan kesetaraan
Beserta : menandai hubungan kesetaraan
Menuju : menandai hubungan tujuan ke suatuu tempat
Menurut : menandai hubungan sumber
Sekeliling : menandai hubungan ruang lungkup geografis
Sekitar : menandai hubungan ruang lingkup geografis atau waktu
Selama : menandai hubungan kurun waktu
Sepanjang : menandai hubungan kurun waktu bentangan lokasi
Mengenaio : menandai hubungan sasaran atau objektif
Terhadap : menandai hubungan arah
Bagaikan : menandai hubungan pemiripan

2. Kata Penghubung “Konjungsi”


Kata penghubung “konjungsi” atau yang juga sering disebut
dengan kata sambung ialah kata yang berfungsi sebagai
penghubung antara satu kata dengan kata lainnya “dalam
sebuah kalimat” atau satu kalimat dengan kalimat lainnya
“dalam sebuah paragraf”. Terdapat banyak jenis kata
penghubung dan penggunaannya harus disesuaikan dengan
struktur dan maksud yang ingin disampaikan. Secara Umum
kata penghubung terbagi dua yaitu:

 Kata Penghubung Koordinatif

Kata penghubung koordinatif ialah kata penghubung yang


berfungsi menghubungkan kata dengan kata atau kalimat
dengan kalimat, dimana kata atau kalimat yang
dihubungkannya memiliki kedudukan setara/sederajat,
contohnya: dan, serta, atau dll.

1. Ibu sedang masak dan ayah sedang tidur.


2. Ia membeli buku, pulpen, pensil serta penggaris.
3. Saya biasanya pergi dengan sepeda atau angkutan
umum.
 Kata Penghubung Subordunatif

Kata penghubung subordinatif ialah kata penghubung yang


berfungsi menghubungkan kata dengan kata atau kalimat
dengan kalimat, dimana kata atau kalimat yang
dihubungkannya memiliki kedudukan yang tidak setara/tidak
sederajat. Contohnya ketika, sejak, yang, agar, supaya, dll.
Contoh penggunaannya:

1. Saja terjatuh ketika dalam perjalanan.


2. Ibu selalu memilih sayur yang masih segar.
3. Kamu harus rajin belajar agar sukses.

 Konjungsi Korelatif

Adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, fraa atau


klausa ; dan kedua unsur itu memiliki status sintakis yang
sama. Konjungsi korelatif terdirir atas dua bagian yang
dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang
dihubungkan.

Baik ……maupun….(maupun)..
Tidak hanya….,tetapi (..)juga…
Demikian (rupa)….sehingga…
Apa(kah)…atau…
Entah…entah…
Jangankan….pun…

Perhatikan contoh berikut ini.

1. Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok


2. Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus
patuh.
 Konjungsi Antarkalimat

Berbeda dengan konjungsi di atas, konjungsi antarkalimat


menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain.
Karena itu, konjungsi macam itu selalu memulai suatu
kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis
dengan huruf kapital. Berikut contoh penggunaan konjungsi
antarkalimat.

 Biarpun demikian/ begitu sekalipun demikian/ begitu


sesungguhpun demikian / begitu walaupun demikian.
 Meskipun demikian / begitupun kemudian, sesudah itu,
setelah itu, selanjutnya.
 Tambahan pula, lagi pula, selain itu.
 Sesungguhnya, bahwasannya.
 Malah(an), bahkan.
 Kecuali itu.
 Dengan demikian.
 Oleh karena itu, moleh sebab itu.
 Sebelum itu.

Cotoh dalam kalimat:

 Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak


menghalanginya.

Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami


tidak menghalanginya.

 Mereka berbelanja ke Gelodok. Mereka ke saudaranya


ke Ancol.

Mereka belanja ke Geldok. Sesudah itu, mereka pergi ke


saudaranya di Ancol.
 Konjungsi Antarparagraf

Jika konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat


dan mellalui suatu kalimat baru, konjungsi antarparagraf
pada umunya memulai pada sautu paragraph. Hubungannya
dengan paragraph sebelumnya berdasarkan makna yang
terkandung pada paragraph sebelum itu. Konjungsi pada
kelompok (1) berikut ini masih sering dipaikai, sedangkan
yang ada pada kelompok (2) umumnya terdapat pada naskah
sastra yang lama.

 Adapun, akan hal, mengenai, dalam pada itu.


 Alkisah, arkian, sebermula, syahdan.

Contoh pada kalimat:

1. Adapun terbongkarnya rahasia bahwa di bawah pohon


itu tersimpan harta karun, bermula dari cerita Pak
Kisah yang pernah menjadi pembantu raja dan turut
menanam harta tersebut beberapa puluh tahun yang
lalu.
2. Akan hal lamarannya menjadi salah seorang guru di
Sekolah Dasar Impres Raya ini telah kami bicarakan
pada rapat guru minggu lalu.
3. Syahdan maka pada suatu hari datanglah seorang laki-
laki tua yang bungkuk dan sangat mengerikan ke istana
raja dan mengemukakan niat untuk melamar putri dari
raja tersebut.
4. Sebermula pada zaman dahulu itu datanglah
malapetaka yang dahsyat memusnahkan penduduk
daerah ini denga air yang bah ganas, dan setelah itu
orang menamai daerah itu “kelenglengen” yang
bermakna “tenggelam” atau “terbenam”.

3. Kata Seru “Interjeksi”


Kata seru ialah jenis kata dalam bahasa Indonesia yang
digunakan untuk mengungkapkan isi perasaan penulis atau
pembicara. Kata seru digunakan untuk menegaskan
perasaan tersebut. Perasaan yang dimaksud dapat berupa
perasaan marah, sedih, gembira, sakit, kagum, terkejut, dll.
Nah dalam penggunaannya kata seru memiliki intonasi yang
khas agar dapat menggambarkan perasaan tersebut dengan
baik. Contoh kata seru dan penggunaannya yaitu:

 Aduh, indah sekali pemandangannya “kekaguman”.


 Gila, dia bisa melakukan gerakan itu saat di udara
“kekagetan”.
 Ayo kita kesana! “Ajakan”.
 Berengsek kamu, pergi dari sini sekarang!
“kemarahan”.
 Mudah-mudahan hari ini tidak hujan “harapan”
 Dll.

4. Kata Sandang “Artikula”


Kata sandang atau artikula ialah kata yang tidak mempunyai
makna yang digunakan untuk menjelaskan kata benda
“nomina” atau kata tertentu, kata sandang dapat digunakan
untuk mendampingi kata benda dasar ataupun kata benda
turunan atau kata tertentu lainnya. Biasanya kata sandang
terletak sebelum kata benda yang dijelaskannya. Contoh
kata sandang ialah yang sang, kaum, para, si, dll. Contoh
penggunaannya yaitu:

 Yang Maha Pemaaf pasti akan menerima taubatmu


“Yang” sering digunakan untuk menggantikan nama
Tuhan”.
 Sang wartawan tidak takut dengan pemerintah “Sang”
sering digunakan untuk penunjuk tunggal.
 Kaum komunis sangat benci dengan agama “Kaum”
digunakan untuk penunjuk jamak.
 Para mahasiswa dituntun untuk aktif dalam segala
kegiatan “Para” digunakan untuk penunjuk jamak
terhadap kelompok dengan kesamaan tertentu.

5. Partikel Penegas
Partikel penegas ialah kelas kata dalam bahasa Indonesia
yang tidak bisa berdiri sendiri dan harus dikaitkan dengan
kata lain dalam penggunaannya, beberapa contoh partikel
penegas ialah -kah, -lah, -pun, dll. Contoh penggunaannya
yaitu:

 Apakah kamu sedang sakit ? (-kah sering digunakan


dalam kalimat tanya.
 Menjauhlah, saya sedang tidak ingin diganggu! (-lah
sering digunakan dalam kalimat perintah atau kalimat
deklarasi.
 Mereka pun bisa melakukannya (-pun digunakan untuk
menegaskan suatu hal.

Anda mungkin juga menyukai