A. Kalimat Definisi
Kalimat definisi adalah suatu kalimat yang memberikan penjelasan umum tentang suatu benda, hal,
aktivitas, dan lain-lain. Kalimat definisi ini membantu pembacanya untuk mengetahui atau memahami
istilah-istilah yang sering muncul dalam sebuah tulisan.
Contoh :
Buaya merupakan salah satu hewan purba yang masih hidup hingga saat ini.
2. Kalimat definisi jika dibalik tidak merubah atau merusak makna kalimat tersebut.
Contoh :
B. Kalimat dekripsi
Kalimat deskripsi adalah kalimat yang menggambarkan keadaan, bentuk, atau suasana tertentu, seperti
benda, orang, tempat sesuai dengan objek yang sebenarnya. Dengan kalimat deskripsi, pembaca seolah-
olah melihat, mendengar, dan merasakan sendiri tentang hal yang disampaikan dalam suatu teks.
Dengan kata lain, kalimat deskripsi merupakan kalimat yang melukiskan sesuatu, menyatakan apa yang
diindra, melukiskan perasaan, dan perilaku jiwa dalam wujud kalimat.
Contoh =
2. Buaya memiliki kulit yang kasar dan gigi yang sangat tajam.
C. Kalimat simpleks
Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu struktur dengan satu verba utama yang
menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks sama dengan kalimat tunggal (hanya
mengandung satu struktur : S-P-O / S-P-K / S-P-O-K).
S P O
S P K(tempat)
S P O K(tempat)
S P O K(waktu)
Kalimat majemuk dapat diartikan sebagai kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal. Setiap
kalimat majemuk memiliki kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat ini dapat diketahui
dengan cara melihat kata penghubung yang digunakan.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat sederajat atau
setara. Kalimat majemuk setara ini tidak memiliki anak kalimat.
1. Antar klausa memiliki hubungan koordinatif, sehingga bisa berdiri sendiri meskipun dipisahkan.
3.Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:
Jenis Konjungsi
penggabungan dan
penguatan/Penegasan bahkan
pemilihan atau
berlawanan sedangkan
kemudian, lalu,
urutan waktu
lantas
Contoh :
Saya ingin melanjutkan pendidikan di bidan kehutanan dan ternyata ayah sangat mendukung
pilihan tersebut.
Kalimat majemuk rapatan sebenarnya berasal dari kalimat majemuk setara yang dirapatkan bagian-
bagiannya karena frasa/kata-kata dalam kalimat itu menduduki posisi yang sama. Bagian yang
dirapatkan bisa subjek atau predikat. Perapatannya didapat dengan cara menghilangkan unsur-unsur
yang sama.
2. Dipisahkan dengan tanda koma, dan konjungsi dan, serta, dan juga.
Pak bahar, guru bahasa Indonesia dan teman ayahku. (rapatan subjek)
Kalimat majemuk bertingkat merupakan satu jenis kalimat majemuk yang hubungan antara unsur-
unsurnya tidak sederajat. Kalimat majemuk jenis ini kedudukan klausa-klausanya bertingkat sebagai
hasil perluasan terhadap salah satu, beberapa, atau semua unsurnya hingga membentuk pola baru. Ada
satu unsurnya yang berkedudukan sebagai induk kalimat, dan unsur lainnya berkedudukan sebagai anak
kalimat.
Induk kalimat merupakan bagian kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat yang
berpotensi menjadi kalimat, sedangkan anak kalimat adalah bagian dari kalimat yang tidak dapat berdiri
sendiri sebagai kalimat lengkap. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat
letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak
kalimat.
Ciri ciri kalimat majemuk bertingkat :
1. Salah satu klausa / anak kalimat tidak tidak dapat berdiri sendiri. Dengan kata lain, tidak akan memiliki
arti jika dipisah.
2. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh
macam, yaitu:
Jenis Konjungsi
penjelasan Bahwa
kenyataan Padahal
Contoh:
Gempa yang dahsyat mengguncang Nepal sehingga bangunan dan rumah rata dengan tanah.
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan kalimat majemuk setara atau rapatan dengan kalimat
majemuk bertingkat. Umumnya dalam kalimat majemuk campuran, terdapat paling sedikit tiga kalimat
tunggal.
Ciri ciri kalimat majemuk campuran:
2. Dihubungkan dengan dua buah konjungsi seperti pada kalimat majemuk setara dan campuran.
Contoh :
Ketika aku baru sampai, teman temanku telah pulang padahal aku datang tepat waktu.
Budi merupakan anak yang pintar, tetapi sayangnya tidak rajin sehingga kepintarannya tersebut
menjadi sia sia.
E. Kata berimbuhan
Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata dasar entah di awal, di akhir, di
tengah, atau gabungan dari antara tiga itu untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan
dengan kata yang pertama.
1. Awalan (Prefiks)
a) Me-
men-, meng-, meny-, mem-, dan menge-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata
dasarnya dan makna yang akan dibentuk.
b) Ber-
bel- dan ber-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya. Aturan perubahan
imbuhan ber- adalah sebagai berikut:
Jika kata dasar diawali dengan huruf r atau er, maka menjadi be-
c) Ke-
Awalan ke- tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna sebagai berikut:
d) Di-
Imbuhan di- adalah kebalikan dari imbuhan me- yang membentuk kata dasar bermakna pasif.
e) Ter-
Imbuhan ter- sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja pasif. Namun, imbuhan ter-
cenderung menyatakan perbuatan yang tidak disengaja. Selain kata kerja pasif, imbuhan ter- juga
memiliki makna sebagai berikut:
Contoh:
f) Pe-
Awalan pe- memiliki macam-macam perubahan bentuk seperti yang terjadi pada awalan me- yaitu:
peng-, penye-, per-. Makna dari Imbuhan pe- adalah sebagai berikut:
g) Se-
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-bentuk sisipan antara lain
el-, -em-, dan er-.
Imbuhan infiks membentuk kata dasar yang memiliki makna sebagai berikut:
3. Akhiran (sufiks)
a) -kan
b) -I
Akhiran I membetuk kata dasar menjadi kata yang bermakna sebagai berikut:
c) -an
- Menyatakan suatu alat atau objek tertentu: gambaran, lukisan, lamaran, didikan
d) -kah, -tah
Menyatakan penegasan dalam pertanyaan: bukankah, sulitkah, mudahkah, iyatah, rugitah, panjangtah
e) -pun
4. Awalan-akhiran (Konfiks)
a) Me-kan, Me-i
Imbuhan me-kan bias berubah menjadi memper-kan, menye-kan. Imbuhan-imbuhan tersebut memiliki
makna sebagai berikut:
Imbuhan di-kan dan di-i memiliki makna yang sama dengan imbuhan me-kan, tetapi imbuhan ini
membentuk kata kerja pasif.
c) Pe-an
Imbuhan pe-an membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai berikut:
d) Se-nya
F. Kata baku
Kata baku adalah kata yang sudah benar dalam aturan maupun ejaan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia dan telah ditentukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata baku umumnya sering
digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu dalam tulisan maupun pengungkapan kata.
G. Istilah
Kalimat istilah merupakan gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses,
keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah dapat berupa kata atau gabungan
kata. Yang berupa kata misalnya : fonem, morfem, daya, suhu, partikel, radiasi, inflasi, larutan,
himpunan, dll. Yang berupa gabungan kata misalnya : hak pilih, hak milik, daya kuda, tenaga listrik, pintu
air, tiang pancang, rumah pompa, kerja sama, anggaran berimbang, mata anggaran dsb.
Contoh istilah biologi : abiotik, amputasi, anatomi, antioksidan, asimilasi, aorta, benangsari, ekosistem,
embrio, empat sehat lima sempurna, genetika, hermaprodit, insekta, komplikasi, kornea mata,
penyerbukan silang, sporadis, transplantasi, umbi batang, vaksin.
Contoh istilah matematika : akar, aritmatika, bidang datar, diagram, grafik, faktor, harga, hasil kali,
implikasi, integral, interval, koordinat, media, perbandingan seharga, persamaan, pertidaksamaan,
satuan, segi empat, sinus, variabel.
Contoh istilah pertanian : gabah kering, hama wereng, huma, irigasi, lele dumbo, lumbung desa, masa
panen, masa tanam, motorisasi perahu nelayan, mengolah sawah, petani penggarap, pasca panen,
pupuk kandang, puso, pupuk hijau, sawah tadah hujan, tambak, tanah garapan, waduk, warung hidup.
H. Konjungsi
Konjungsi atau kata hubung merupakan kata yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Konjungsi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu konjungsi intrakalimat dan antarkalimat.
Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau frasa dengan frasa.
Konjungsi intrakalimat dibagi menjadi tiga, yaitu :
Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif merupakan kata hubung yang digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih
unsur kalimat yang setara kedudukannya. Contoh penggunaan konjungsi koordinatif :
Pendampingan : serta Andi serta adiknya rela bekerja untuk membantu ibunya.
Perlawanan : sedangkan, padahal Dina ingin membeli sepeda, sedangkan uangnya tidak mencukupi.
Rani mendapat nilai ulangan matematika seratus, padahal ia tidak belajar semalam.
Pertentangan : tetapi, namun Siska ingin bermain dengan temannya, tetapi ibunya melarang. Dinda
ingin membeli boneka baru, namun ibunya menolak untuk membelikan.
Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif merupakan kata hubung yang digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih
unsur kalimat yang tidak setara kedudukannya. Contoh penggunaan konjungsi subordinatif :
Tujuan : agar, supaya Indah bangun pagi-pagi sekali agar ia tidak terlambat ke sekolah. Dani
berolahraga setiap seminggu dua kali supaya badannya tetap sehat.
Syarat : bila, jika, kalau Sinta akan menjadi guru belajar Yudi bila ia tidak nakal lagi. Ibu akan pergi ke
supermarket jika kakak sudah pulang dari sekolah.
Waktu : sejak, ketika, saat, semenjak, sewaktu, selama, sesudah, setelah, sebelum, hingga pabrik itu
sudah berdiri sejak Belanda menjajah Indonesia. Adik makan ketika ayah pulang dari kantor.
Alat atau cara : dengan, tanpa Kakek memotong kayu jati itu dengan gergaji besi.
Hasil : sehingga, sampai, maka Adik tidak mengerjakan PR, sehingga ibu guru menghukumnya.
Sebab : karena, sebab, oleh karena, oleh sebab Kakak pingsan saat upacara bendera karena ia belum
sarapan.
Pembandingan : daripada, ibarat, seperti, seolah-olah, seakan-akan, sebagaimana, laksana Aku lebih
menyukai musik daripada lukisan. Hidupnya monoton seperti selembar perkamen lawas.
Konsesif : biarpun, kendati, walaupun Ia tidak malu menggunakan tas yang sudah lusuh itu, biarpun
teman-temannya meledek.
Komplementasi : bahwa Ia tidak takut untuk dipenjara seumur hidup dan dituduh bahwa ialah yang
melakukan pembunuhan itu.
Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif merupakan kata penghubung berpasangan yang digunakan untuk menghubungkan
dua atau lebih unsur kalimat yang setara kedudukannya. Contoh penggunaan konjugsi korelatif :
Tidak hanya . . . . . tapi juga . . . Ia tidak hanya terlibat dalam kasus korupsi, tapi juga pembunuhan
berantai.
Baik . . . . . maupun . . . kakak tidak setuju dengan keputusan ibu baik yang pertama, maupun kedua.
Jangankan . . . . . pun . . . Lina tidak mau menerima boneka itu, jangankan menerima, melihatnya pun
ia tidak mau.
Bukan hanya . . . . . melainkan juga . . . Bukan hanya Sani yang tidak mau membaca pesan rahasia itu,
melainkan juga Karel yang sudah ketakutan melihat amplopnya.
Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi ini
selalu melalui satu kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Berikut
macam-macam kata penghubung antarkalimat :
Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya, seperti
: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, dan meskipun
demikian/begitu.
Contoh: Kami kurang setuju dengan usulan dia. Biarpun begitu, kami tetap menghargainya.
Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, seperti :
sesudah itu, setelah itu,dan selanjutnya.
Contoh: Kami akan memulai perjalanan ini dengan berjalan kaki. Sesudah itu, kami akan beristirahat di
rumah penduduk.
Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah
dinyatakan sebelumnya, seperti : tambahan pula, lagi pula, dan selain itu.
Contoh: Kami menyambut pagi ini clengan sukacita. Tambahan pula, burung-burung pun juga ikut
berkicau.
Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti : sebaliknya, sebelum
itu, dan seperti sebaliknya.
Contoh: Kita jangan terus menebang pohon-pohon di hutan ini. Sebaliknya, kita harus menanam pohon
baru.
Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, seperti : sesungguhnya dan bahwasanya.
Contoh: Kita dilanda banjir besar tahun ini. Sesungguhnya, bencana ini telah kita ramalkan tahun
kemarin.
Konjungsi yang menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, seperti : malahan dan bahkan.
Contoh: Rumah-rumah di Kalimatan kebanyakan didirikan di tepi sungai. Bahkan, ada kampung di
tengah laut yang dangkal.
Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya, seperti : namun, dan akan
tetapi.
Contoh: Keadaannya memang sudah aman. Akan tetapi, kita tetap harus waspada.
Konjungsi yang menyatakan akibat, seperti : oleh karena itu, dan oleh sebab itu.
Contoh: Kami sudah melarang mereka berburu di hutan, tetapi mereka tetap nekat. Oleh karena itu,
biar mereka rasakan sendiri akibatnya.
Konjungsi yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya, seperti :
sebelum itu.
Contoh: Polisi hutan menangkap dua pemburu liar. Sebelum itu, mereka menangkap lima orang
pemburu liar.
I. Rujukan kata
Kata rujukan adalah kata yang merujuk pada kata lain yang telah diungkapkan sebelumnya. Jenis-jenis
kata rujukan :
Kata rujukan penunjuk umum (benda atau suatu hal) : ini, itu, tersebut
Kata rujukan penunjuk tempat : di sini, di situ, di sana, ke sana, ke situ, ke sini
Contoh :
1. Aku dibesarkan di Kota Tegal. Di kota itu aku dibesarkan oleh kedua orang tuaku dengan penuh
kasih sayang dalam rumah sederhana. Di sana tinggal aku bersama 3 orang kakakku yang siap
melindungi. Meskipun berbeda ayah, mereka tetap memperlakukan aku selayaknya adik sendiri.
Kerukunan terasa sekali dirasakan di rumah kami. Ini semua karena didikan ibuku. Beliau adalah orang
yang penuh kasih dan sayang untuk anak-anaknya. Dari beliau, kami belajar banyak hal seperti makna
berbagi, hidup rukun, dan toleransi. Hingga kini, nilai tersebut masih kami lakukan meski kami telah
tumbuh dewasa.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang besifat non-predikatif (tidak ada yang berkedudukan
sebagai predikat).
a) Frasa endosentris
Frasa endosentris koordinatif : frasa endosentris yang terdiri atas konstituen-konstituen yang setara.
Kesetaraannya dapat dibuktikan dengan adanya kemungkinan konstituen itu dihubungkan dengan
penghubung dan / atau.
Frasa endosentris atributif : frasa endosentris yang terdiri atas konstituen-konstituen tidak setara.
Konstituen-konstituen itu tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan / atau.
Contoh : Gadis manis itu berjalan di jalan.
Frasa endosentris apositif : secara semantik, unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif
memunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsure pusat,
sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
b) Frasa eksosentris
Frasa yang jika salah satu komponennya dihilangkan, akan menyebabkan frasa tersebut tidak baik,
seperti :
- Budi makan
Frasa eksosentris proporsional : komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan
komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori nomina.
contoh : Avin pergi ke pasar.
Frasa eksosentris nondirektif :frasa eksosentris yang konstituen perangkainya berupa artikula (kata
sandang), sedangkan konstituen sumbunya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina,
verba, atau adjektiva.
contoh : Para hadirin dipersilahkan untuk memakan hidangan yang telah disediakan.
2. Frasa menurut kedudukan unsur-unsurnya.
Frasa menurut kedudukan unsur-unsurnya dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Setara
b) Bertingkat
Frasa menurut kategori kata yang menjadi unsur pusat terdapat 7 macam, yaitu :
K. Sinonim
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian
yang sama atau mirip. Sinomin dapat juga disebut sebagai persamaan kata atau padanan kata.
Contoh :
1. binatang = fauna
2. tanaman = flora
3. bohong = dusta
4. haus = dahaga
5. pakaian = baju
6. bertemu = berjumpa
7. buruk = jelek
8. bunga = kembang
L. Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan
kata. Contoh :
panjang x pendek
pintar x bodoh
jujur x bohong
tipis x tebal
besar x kecil
M. Kata Benda
Nomina atau kata benda adalah jenis kata dalam Bahasa Indonesia yang menyatakan nama dari
seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, dan dapat diterangkan
menggunakan jenis kata-kata lain, misalnya kata sifat dan kata sandang. Contohnya mobil merah. Kata
mobil termasuk dalam jenis kata benda, sedangkan kata merah termasuk dalam jenis kata sifat.
Dalam contoh di atas, kata sifat merah menerangkan kata benda mobil.
Kata benda dapat dibagi menjadi dua, yaitu kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan
panca indera (misalnya buku), serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya
dapat dikenal dengan pikiran (misalnya cinta).
a. Kata benda khusus atau nama diri (proper noun), adalah kata benda yang mewakili suatu entitas
tertentu, misalnya Jakarta.
b. Kata benda umum atau nama jenis (common noun), adalah kata benda yang menjelaskan suatu
kelas entitas, misalnya kota.
Kata benda dasar yaitu kata-kata yang secara nyata menunjukkan identitas suatu benda, kata ini tidak
bisa diuraikan ke bentuk lainnya.
Contoh: batu, kayu, buku, gelas, meja, kursi, televisi, dan sebagainya.
Kata benda turunan yaitu kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi atau pengimbuhan, baik
dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
N. Kata Kerja
Verba atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman,
atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini umumnya menjadi predikat dalam frasa atau kalimat.
Kata kerja intransitif: kata kerja yang tidak membutuhkan pelangkap, contohnya lari.