Anda di halaman 1dari 7

Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease Pratista Patologi

Wildawati Nurdin, Lisnawati

Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease


Wildawati Nurdin, ABSTRAK
Lisnawati Interstitial Lung disease (ILD) dikenal juga sebagai DPLD (Diffuse
Departemen Patologi Anatomik Parenchymal Lung Disease) adalah sekelompok penyakit paru
Fakultas Kedokteran interstitial yang ditandai oleh adanya alveolitis dan fibrosis. The
Universitas Indonesia American Thoracic Society (ATS) bersama ahli pulmonologi,
radiologi dan histopatologi telah membuat pernyataan bersama
dalam mengklasifikasikan ILD, dimana ILD dibagi menjadi 4 pem-
bagian besar yaitu: ILD yang penyebabnya diketahui, Idiopathic
Interstitial Pneumonia (IIP), Granulomatosa ILD dan lain lain seperti
Lymphangioleiomyomatosis (LAM). Di antara 4 kelompok ILD
tersebut, gambaran histopatologis pada IIP sangat mirip dan sulit
untuk membedakannya satu sama lain, dimana IIP dibagi lagi
menjadi 2 golongan yaitu Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF) dan
IIP selain IPF. IIP selain IPF dibagi lagi menjadi 6 golongan
penyakit yaitu Desquamative Interstitial Pneumonia (DIP),
Respiratory Bronchiolitis-Associated Interstitial ILD (RB-ILD),
Nonspecific Interstitial Pneumonia (NSIP), Cryptogenic Organizing
Pneumonia (COP), Acute Interstisial Pneumonia (AIP),dan
Lymphcytic Interstitial Pneumonia (LIP). Diperlukan kerjasama
antara ahli patologi, ahli radiologi dan klinisi untuk menegakkan
diagnosis dari IIP.

Kata kunci : Interstitial Lung disease, gambaran histopatologi

PENDAHULUAN
Interstitial Lung Disease (ILD) atau Diffuse Parenchymal
Lung Disease (DPLD) adalah kelompok penyakit paru yang
ditandai dengan alveolitis dan fibrosis, kelainan ini mempengaruhi
struktur alveolar, interstitial paru dan saluran nafas. Kelainan ini
dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, protozoa dan infeksi
parasit, penyakit jaringan konektif seperti Systemic Lupus
Erythematosus (SLE), drug induced dan iatrogenic syndrome serta
idiopatik. Banyak dari penyakit ini yang bersifat self limiting, tetapi
ada juga yang kronis yang melibatkan dinding alveolus, jaringan
1
sekitar alveolar dan jaringan penunjang lain di paru.
Pada tahun 1960 Liebow merupakan orang pertama yang
mengklasifikasikan ILD menjadi 5 entitas yaitu: Usual Interstitial
Pneumonia (UIP), Desquamative Interstitial Pneumonia (DIP),
Bronchiolitis Obliterans with Clinical Interstitial Pneumonia (BIP),
Lymphoid Interstitial Pneumonia (LIP), dan Giant Cell Interstitial
Pneumonia (GIP). Beberapa modifikasi dan revisi dari klasifikasi
2
ILD terjadi pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Klasifikasi ILD yang digunakan pada saat ini adalah
menurut The American Thoracic Society (ATS) dan The European
Respiratory Society (ERS) (Gambar 1) yang telah membuat
pernyataan bersama antara ahli pulmonologi, radiologi dan
histopatologi. Klasifikasi tersebut di publikasikan pada American
Journal of Respiratory and Critical care Medicine pada tahun
3,5
2002. Tidaklah mudah untuk menegakkan diagnosis dalam
kelompok ILD secara pasti dan akurat.

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 9


Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease Pratista Patologi
Wildawati Nurdin, Lisnawati

Untuk itu perlu kerjasama yang baik Jepang insidennya adalah 4,1 per 100.000, dan
1,7
antara ahli patologi, radiologi dan klinisi. Pada di Finlandia adalah 7-12 per 100.000.
makalah ini akan dibahas tentang Idiopathic Insiden dan prevalensi IPF secara pasti
Interstitial Pneumonia (IIP) karena kelompok sulit diketahui, namun dari suatu data diperoleh
penyakit ini mempunyai gambaran histopatologi insiden terjadinya IPF adalah 7-10 kasus per
yang sangat mirip sehingga sulit untuk mem- 100.000 per tahun dengan prevalensi 3-6 per
2,4
bedakan satu sama lainnya. 100.000. Pada penelitian lain juga didapatkan
Tujuan penulisan ini adalah untuk prevalensi IPF adalah 20,2 per 100.000 laki-laki
1,7
menjelaskan gambaran histopatologi dari dan 13,2 per 100.000 wanita.
kelompok penyakit ILD terutama IIP. COP (Cryptogenic Organizing Pneumo-
nia) sangat jarang terjadi, di Kanada dengan
Patofisiologi prevalensi 12 per 100.000. Sementara itu
Proses patogenesis ILD dimulai dengan prevalensi AIP (Acute Interstitial Pneumonia)
jejas pada lapisan epitel alveolar yang meng- sulit untuk ditentukan secara pasti, namun dari
akibatkan proses inflamasi dengan melibatkan salah satu studi menyebutkan bahwa prevalensi
7
berbagai sel-sel inflamasi dan sel efektor imun AIP adalah 1 per 25.000.
didalam parenkim paru. Inisiasi jejas dapat
melalui inhalasi (seperti inhalasi serat mineral Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF)
atau debu mineral dari pajanan pekerjaan atau IPF dikenal juga sebagai Idiopathic
lingkungan), sensitisasi antigen (seperti pada Interstitial Pneumonia (IIP) atau Usual Interstitial
hypersensitivity pneumonitis akibat pajanan Pneumonia (UIP), penyebabnya tidak diketahui,
lingkungan atau pekerjaan), melalui sirkulasi bersifat progresif dan dapat menimbulkan
darah (seperti pada penyakit vascular kolagen, fibrosis yang difus. Kelainan ini dapat didiag-
2-4.
drug-induced ILD, IPF dll). Pada interstitium nosis dari biopsi spesimen paru.
dalam keadaan normal ditemukan banyak sel Insiden terjadinya penyakit ini terutama
efektor. Lebih dari 90% sel ini adalah makrofag pada wanita paruh baya. Dalam beberapa
alveolus yang biasanya adalah monosit. Kegu- kasus, IPF dapat terjadi pada pasien yang lebih
naan makrofag alveolar adalah menfagositosis muda, dan dengan riwayat fibrosis paru pada
organism maupun partikel kecil yang masuk keluarga. Onset terjadi perlahan dengan
5
kedalam alveolus. manifestasi sesak nafas dan batuk yang
Alveolitis menyebabkan perubahan produktif yang berkembang selama beberapa
struktur alveolar berupa penebalan dan fibrosis bulan sampai tahunan. Pada pengujian fungsi
jaringan interstitial paru sehingga pada akhirnya paru menunjukkan restriktif fisiologi paru dengan
2-4
terjadi penurunan fungsi paru karena alveoli menurunnya volume paru.
tidak dapat melakukan pertukaran gas. Apabila Gambaran radiologi pada tahap awal
jejas yang terjadi dapat dihindari atau dibatasi, tidak tampak kelainan (sekitar 10% kasus),
maka proses inflamasi tidak akan berlanjut tetapi lama kelamaan menjadi lebih jelas
kemudian terjadi proses repair dan proses kelainannya. Pada HRCT (High Resolution
deposisi kolagen serta fibrosis tidak akan terjadi. Computed Tomographic) scan pasien dengan
Apabila jejas terus berlanjut maka proses IPF menunjukkan gambaran honeycomb dan
2-4,9-11
inflamasi akan berjalan terus sehingga terjadi traksi bronkiektasis.
proliferasi fibroblast, deposisi kolagen dan IPF sangat tidak responsif terhadap
penyumbatan kapiler interstitial. Akibat dari terapi medis, pada tahap lanjut dapat
jaringan parut dan distorsi jaringan paru yang menimbulkan fibrosis paru yang progresif yang
2,8
ditimbulkannya, dapat terjadi gangguan dapat menimbulkan hipertensi jantung paru.
5
pertukaran gas dan fungsi ventilasi yang serius.
Gambaran Histopatologi IPF
Epidemiologi Interstitial Lung Disease Salah satu ciri khas IPF adalah fokus
7
Menurut Silva dkk tahun 2009 di New fibroblast yang merupakan kolagen basofilik
Mexico Amerika Serikat, insiden terjadinya ILD yang muncul dari epitel sub alveolar (Gambar
sekitar 30 per 100.000 per tahun dengan 2). Pada fibrosis yang berlanjut terdapat jaringan
perkiraan sepertiganya adalah IPF (Idiopathic parut yang padat dan tidak teratur, kolagen
Pulmonary Fibrosis). Insiden ILD ini lebih tinggi eosinofilik serta honeycomb. Pada lapisan
untuk laki-laki dibandingkan perempuan. Di

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 10


Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease Pratista Patologi
Wildawati Nurdin, Lisnawati

alveolar sering digantikan oleh sel bronkhiolar tahunan. Gejala yang ditimbulkan adalah batuk
2-5,13
metaplastik dan metaplasia skuamosa. dan sesak. Pada uji fungsi paru terdapat
2,3
penurunan volume paru dan hipoksemia.
Desquamative Interstitial Pneumonia (DIP) Pemeriksaan radiologis menunjukkan
Merupakan entitas khas yang harus penebalan pada dinding saluran nafas. Berhenti
dipisahkan dari IPF dan penyakit paru fibrosis merokok dan pemberian kortikosteroid dapat
2,3,5.10
lainnya. DIP berhubungan erat dengan kebiasa- memperbaiki keadaan klinis.
2,3,5
an merokok dan bronkiolitis yang terkait ILD.
Gambaran klinis DIP berbeda dengan Gambaran Histopatologi Respiratory
IPF, pada pasien dengan DIP biasanya berusia bronchiolitis-associated ILD
lebih muda dan mempunyai riwayat perokok Secara histopatologi kelainan RB-ILD
berat. Pada studi fisiologis menunjukkan penu- ditandai oleh proses inflamasi bronchiolocentric
runan fungsi paru yang lebih ringan daripada setempat-setempat pada parenkim paru normal
IPF. HRCT scan menunjukkan gambaran atau parenkim paru yang emphysematous.
ground-glass attenuation tetapi tidak ada fibrosis Berbeda dengan DIP, ditemukan banyak
2,3,5
dan honeycomb. makrofag berpigmen didalam lumen bronkhiolus
2
Prognosis DIP jauh lebih baik, dengan yang disebut smokers bronchiolitis atau dusty
3 5
berhenti merokok dan diberikan terapi kortiko- brown macrophages atau tobacco pigmen.
steroid, kondisi pasien banyak yang membaik.
Tetapi pada sedikit kasus bisa terus ber- Nonspecific Interstitial pneumonia ( NSIP )
kembang dan berakhir menjadi fibrosis paru. Pada tahun 1994, Katzenstein dan
2
Angka kematian adalah 20% sampai 30%, Fiorelli menciptakan istilah nonspesifik inter-
sedangkan kelangsungan hidup rata rata adalah stitial pneumonia untuk fibrosis pneumonia
2,3,5
12 tahun. interstitial yang tidak dapat diklasifikasikan
kedalam IPF atau kelainan lainnya. Gambaran
Gambaran Histopatologi DIP klinis NSIP tumpang tindih dengan IPF dan
Gambaran histopatologi DIP menunjuk- beberapa penyakit ILD lainnya. Keluhan pasien
kan pola fibrosis paru yang lebih difus, namun cenderung sesak dan batuk. HRCT scan
arsitektur paru-paru masih dapat dikenal. Pada menunjukkan kelainan retikulonodular dan tidak
lapangan pandang kecil terdapat penebalan ada honeycomb. Beberapa pasien NSIP dapat
interstitial yang hampir merata dibandingkan berespon terhadap pemberian terapi kortiko-
IPF. Pada rongga alveolar ditemukan banyak sel steroid, namun bila ditemukan pola fibrosis,
2,3,5,12
makrofag dengan sitoplasma eosinofilik yang prognosa menjadi lebih buruk.
halus dan berpigmen granular yang dapat dilihat
2,3,5,13
dengan pewarnaan H&E. Gambaran Histopatologi NSIP
Terdapat 2 pola NSIP yaitu pola seluler
2,3,5,6
Tabel 1. Perbandingan IPF dan DIP. dan fibrosis. Kelainan yang ditemukan pada pola
IPF DIP fibrosis bersifat lebih difus, dengan penebalan
Gambaran klinik: dinding alveoli yang merata. Penebalan
Umur (tahun) 50 40 disebabkan oleh proses inflamasi atau fibrosis ,
Respon terhadap
kortikosteroid
Tidak Ya tidak ditemukan gambaran honeycomb,
Kelangsungan hidup (tahun) 4-5 10-15 maupun fokus fibroblast. Adapun pada pola
Kematian (%) >90 <30 selluler terdapat gambaran inflamasi kronis
Gambaran patologis: ringan sampai sedang pada interstitial serta
Temporal distributio Heterogen Sama
Fokus fibroblast Ada Tidak ada
pneumosit tipe 2 di area inflamasi. Jarang
Makrofak intra-alveolar Fokal Difus ditemukan agregat limfoid. Tetapi dalam banyak
kasus adalah campuran antara 2 pola
2,3,5,13
Respiratory Bronchiolitis-Associated tersebut.
Interstitial Lung Disease (RB-ILD)
Respiratory Bronchiolus-Associated Cryptogenic Organizing Pneumonia (COP)
Interstitial Lung Disease adalah bronkiolitis yang COP berbeda dari gangguan paru-paru
berhubungan dengan ILD dan merupakan interstitial lainnya karena kelainannya meliputi
penyakit yang dapat diakibatkan oleh rokok. parenkim paru dan bronkiolus terminal. Tidak
Lebih sering terjadi pada laki-laki usia 40-50 seperti ILD kronis lainnya, COP lebih subakut,

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 11


Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease Pratista Patologi
Wildawati Nurdin, Lisnawati

gejala timbul selama beberapa minggu atau Gambaran Histopatologi AIP


bulan. Pada pemeriksaan HRCT scan menun- Paru-paru pada penderita AIP menun-
jukkan beberapa daerah radio opak pada bagian jukkan gambaran kerusakan alveolar yang difus.
noduler. Pada pengobatan COP sering responsif Selama minggu pertama setelah terjadi jejas
terhadap kortikosteroid dan mempunyai prog- paru akut, biopsi paru menunjukkan fase
2,3,5
nosis yang lebih baik. eksudatif. Pada tahap awal terdapat edema
interstitial dan intra alveolar yang diikuti oleh
Gambaran Histopatologi COP pembentukan membran hialin eosinofilik yang
Gambaran histopatologi COP merupa- menempel pada dinding alveolar. Pada fase
kan proses peradangan fibroselluler setempat- proliferatif, spesimen biopsi menunjukkan hiper-
setempat. Proses fibrosis ini melibatkan bronkio- plasia sel tipe II dan proliferasi fibroblast sebagai
lus kecil dan dapat meluas ke parenkim paru. membran hialin yang menyatu kedalam
Terbentuk tonjolan kolagen bersebukan sel-sel parenkim paru. Pada jejas paru yang progresif,
radang pada bronkiolus distal. Fibrosis terutama spesimen biopsi menunjukkan fibrosis dengan
ditemukan di bronchiolocentric dan intraluminal, honeycomb, metaplasia skuamosa, dan meta-
2,3,5,13
hal ini berbeda dengan IPF/NSIP yang terjadi plasia bronkiolar.
pada interstitial. Pada COP jaringan granulasi
lebih eosinofilik, jaringan parut yang tidak Lymphocytic Interstitial Pneumonia ( LIP )
teratur, honeycomb dan tidak ditemukan fokus Lymphocytic Interstitial Pneumonia (LIP)
2,3,5
fibroblast. termasuk kasus yang jarang. Dan pada banyak
Karena pola COP tidak spesifik dan kasus merupakan penyakit yang didasari oleh
dapat dilihat dalam entitas penyakit yang penyakit lymphoproliferatif atau autoimun.
beragam, maka para ahli mempertimbangkan Beberapa studi menunjukkan bahwa lebih dari
beberapa proses penyakit yang mendasarinya 50% pasien dengan LIP akan berkembang
yaitu: menjadi limfoma sel B. Pada Pusat Pengen-
1. Idiopathic cryptogenic organizing pneumonia dalian dan Pencegahan Penyakit menggunakan
(bronchiolitis obliterans organizing LIP sebagai kriteria untuk menentukan diagnosis
pneumonia). AIDS. LIP cenderung terjadi pada wanita paruh
2. Collagen vascular diseases baya yang memiliki gangguan autoimun. Banyak
3. Organizing pneumonia penderita yang pada hasil laboratoriumnya
4. Organizing adult respiratory distress terdapat dysproteinemia, hypergammaglobu-
2,3,5
syndrome/diffuse alveolar damage linemia atau hypogammaglobulinemia.
5. Chronic eosinophilic pneumonia Pasien dengan LIP biasanya mempu-
6. Hypersensitivity pneumonitis nyai gejala dengan batuk dan sesak, dan pada
7. Wegener granulomatosis HCRT scan menunjukkan pola difus, ground-
8. Inflammatory bowel disease glass, mikronodular atau retikulonodular. Peng-
9. Obat-obatan obatan LIP adalah dengan kortikosteroid, sering
2,3
10. Sesudah terapi radiasi . dengan penambahan obat imunosupresif seperti
azathioprine, sedangkan pada limfoma malig-
2,3,5
Acute Interstitial Pneumonia ( AIP ) num membutuhkan kemoterapi.
Acute Intestitial Pneumonia (AIP) adalah
jejas paru akut yang menyebabkan ber- Gambaran Histopatologi LIP
kembangnya sindrom gangguan pernafasan Karakteristik dari LIP adalah multifokal
pada orang dewasa yang penyebabnya tidak yang difus. Gambaran LIP ditandai dengan
diketahui. Gangguan ini disebut juga Hamman- adanya berbagai macam sel inflamasi yang
Rich Syndrome. Gejala klinis diawali dengan terdiri dari reaksi limfosit, sel plasma dan
adanya hipoksemia dan kegagalan bernafas makrofag yang terletak di interstitium dan
2,3,5,I0
yang membutuhkan intubasi dan ventilasi kadang mengelilingi bronkiolus kecil.
mekanik. Pada HRCT scan menunjukkan zona Terdapat infiltrat interstitial pada septa alveolar
2,3,5
konsolidasi dan gambaran radio opak. dan bronkiolus yang terdiri dari sebagian besar
Prognosis pasien ini adalah buruk limfosit, sel plasma,makrofag dan folikel
I0,13
meskipun dapat bantuan ventilasi agresif dan limfoid.
2,3,5
terapi kortikosteroid.

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 12


Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease Pratista Patologi
Wildawati Nurdin, Lisnawati

RINGKASAN fisiologi, gambaran radiologi dan gambaran


Interstitial Lung Disease (ILD) adalah histopatologinya. Pasien yang ditemukan
kelompok berbagai penyakit yang melibatkan dengan kecurigaan ILD harus dievaluasi
dinding alveolus, jaringan sekitar alveolus dan lengkap. Diperlukan kerjasama antara ahli
jaringan penunjang lain di paru-paru. patologi, ahli radiologi dan klinisi untuk
ILD terdiri atas berbagai penyakit yang menegakkan diagnosis dari ILD.
memiliki kemiripan dalam gejala, perubahan

2,3
Tabel 2. Ringkasan gambaran patologi dari Idiopathic Interstitial Pneumonia.
Feature IPF DIP/RBILD NSIP AIP
Temporal appearance bervariasi seragam seragam seragam
Interstitial inflammation sedikit sedikit Biasanya menonjol sedikit
Collagen fibrosis sedikit difus pada DIP, fokal pada difus tidak ada
RBILD
Fibroblast proliferation Focus fibroblast tidak jarang Difus
Organizing pneumonia tidak tidak kadang-kadang, fokal tidak
Honeycomb changes ya tidak jarang tidak
Intra-alveolar macrophage kadang-kadang fokal Difus pada DIP, kadang-kadang, fokal tidak
accumulation peribronkhiolar pada RBILD
Hyaline membranes tidak Tidak Tidak ya
Keterangan Tabel: IPF=Idiopathic Pulmonary Fibrosis, DIP=Desquamative Interstitial Pneumonia, RB-ILD= Respiratory
Bronchiolitis-Associated Interstitial Lung Disease, NSIP=Nonspecific Interstitial pneumonia, AIP= Acute Interstitial Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA. 7. Silva CIS, Muller NL. Idiopathic interstitial


1. Golubicic TP, Sharma OP. Clinical atlas of pneumonias. Thoracic Imaging. 2009; 24:
interstitial lung disease. London: Sprienger- 260-73.
Verlag; 2006. p.37-66. 8. Camus P, Kudoh S, Ebina M. Interstitial lung
2. Gal Anthony A, Staton GW. Current disease associated with drug therapy. Brit J
concepts in the classification of interstitial Cancer.2004;91:18-23.
lung disease. Am J Clin Pathol. 2005;123: 9. Bourke SJ. Interstitial lung disease: progress
67-81. and problems. Postgrad Med J. 2006; 82:
3. American Thoracic Society Board of 494-9.
Directors, European Respiratory Society 10. Raghu G, Harold R, Collard, Egan JJ,
Executive Committee. American thoracic Martinez FJ, Behr J, et al. An official
society/european respiratory society inter- ATS/ERS/JRS/ALAT statement: idiopathic
national multidiscipliner consensus classi- pulmonary fibrosis: evidence-based guide-
fication of the idiopathic interstitial lines for diagnosis and management. Am J
pneumonias. Am J Respir Crit Care Med. Respir Crit Care Med. 2011;183:788-824.
2002;165:277-304. 11. Martinez FJ, Safrin S, Weycker D, Starko
4. Flaherty KR, King TE, Raghu G, Lynch JP, KM, Bradford WZ, King TE, et al . The
Colby TV, Travis WD ,et al. Idiopathic clinical course of patients with idiopathic
interstitial pneumonia. Am J Respir Crit Care pulmonary fibrosis. Ann Intern Med.
Med. 2004;170:904-10. 2005;142:963-7.
5. Travis MD, Colby TV, Koss MN, Christenson 12. Travis WD, King TE, David, Lynch DA,
ML, Muller NL, King TE. Non-neoplastic Colby TV, Galvin JR, et al. Idiopathic
disorders of the lower respiratory tract. nonspecific interstitial pneumonia. Am J
Washington: AFIP;2001.p.49-199. Respir Crit Care Med. 2008;177:1338-47.
6. Halkos ME, Gal AA, Kerendi F, Miller DL, 13. Wittram C, Mark EJ, McLoud TC. CT-
Miller JI. Role of thoracic surgeons in the histologic correlation of the ARS/ERS 2002
diagnosis of idiopathic interstitial lung classification of idiopathic interstitial
disease. Ann Thorac Surg. 2005;79:2172-9. pneumonia. RSNA. 2003;23:1057-71.

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 13


Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease Pratista Patologi
Wildawati Nurdin, Lisnawati

Gambar 1. Klasifikasi ILD berdasarkan The American


Thoracic Society (ATS), dan The European Gambar 4. Respiratory bronchiolitis-associated ILD.
3,5
Respiratory Society (ERS). Mengandung makrofag berpigmen pada intraluminal
2,3,5,6
(H&E, 25X).

Gambar 2. IPF. A. Ada gambaran parenkim paru Gambar 5. A Cellular Nonspecific Interstitial
normal dengan peradangan interstitium, fibrosis dan Pneumonia bersebukan sel radang kronik ringan
honeycomb (H&E, 5x); B. Fokus fibroblast pada (H&E,15X). B. Fibrotic Nonspecific Interstitial
interstitial pneumonia, terdapat kolagen basofilik yang Pneumonia, penebalan septum dengan tidak adanya
2,3,5,6
muncul dari epitel subalveolar (H&E, 5X). gambaran honeycomb dan fokus fibroblast (H&E,
2,3,5,6
15X).

Gambar 3. DIP. A. Jaringan paru dengan fibrosis


interstitial yang difus dan terdapat penebalan
interstitial yang hampir merata serta banyak makrofag
pada ruang alveolar. (H&E, 5X); B. Ruang alveolar
berisi banyak makrofag, warna coklat, pigmen
2,3,5
granular dalam sitoplasma (H&E, 100X).
Gambar 6. COP. Distal bronkiole dipenuhi oleh tufts
of young, kolagen basofilik yang bercampur dengan
2,3,5,13
sel inflamasi (H&E, 25X).

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 14


Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease Pratista Patologi
Wildawati Nurdin, Lisnawati

Gambar 7. A Fase eksudatif pada AIP. Ruang


alveolar dilapisi oleh membran hialin eosinofilik (H&E,
70X). B. Fase organisasi pada AIP, ditemukan
hiperplasia sel tipe II yang nyata dan proliferasi
fibroblast sebagai membran hialin yang menyatu
2,3,5
dalam parenkim paru.
Gambar 8.Terdapat sel inflamasi dalam interstitium
2,3,5
dan mengelilingi bronkiolus kecil ( H&E, 25X).

Vol. 4 No. 1 Januari 2015 15

Anda mungkin juga menyukai