Oleh:
Muh. Ridhoni 210141010063
Stela Gledist Amrin 210141010103
i
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru interstisial (ILDs: interstitial lung diseases) adalah suatu kelainan paru
tersendiri yang ditandai dengan bermacam- macam tanda inflamasi dan fibrosis dalam
interstisium paru dengan gambaran histologis yang menonjol berupa kerusakan dan/atau
regenerasi pneumosit tipe II.1 ILD lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Di Jepang insidennya adalah 4,1 per 100.000, dan di Finlandia adalah 7-12
per 100.000. Insiden dan prevalensi IPF secara pasti sulit diketahui, namun dari suatu data
diperoleh insiden terjadinya IPF adalah 7-10 kasus per 100.000 per tahun dengan
Penyakit ini bersifat sporadik, faktor risiko utama yang diketahui adalah merokok,
paparan lingkungan (sebagai contoh, debu logam, debu pertanian, dan bulu binatang),
mikroba (infeksi virus kronis seperti Epstein-Barr Virus atau virus Hepatitis C),
total pasien IPF), dan faktor polimorfisme gen. Rata-rata harapan hidup 2 – 3 tahun dari
saat diagnosis ditegakkan, 20% kasus dengan harapan hidup 5 tahun. 2 Banyak kasus
indikator prognostik.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit paru interstisial (ILDs: interstitial lung diseases) adalah suatu kelainan paru
tersendiri yang ditandai dengan bermacam- macam tanda inflamasi dan fibrosis dalam
interstisium paru dengan gambaran histologis yang menonjol berupa kerusakan dan/atau
Interstitial Lung Disease (ILD) atau Diffuse Parenchymal Lung Disease (DPLD)
adalah kelompok penyakit paru yang ditandai dengan alveolitis dan fibrosis, kelainan ini
B. Epidemiologi
Insiden terjadi ILD di New Mexico Amerika Serikat, sekitar 30 per 100.000 per tahun
dengan perkiraan sepertiganya adalah IPF (Idiopathic Pulmonary Fibrosis). Insiden ILD
ini lebih tinggi untuk laki-laki dibandingkan perempuan. Di Jepang insidennya adalah 4,1
per 100.000, dan di Finlandia adalah 7-12 per 100.000. Insiden dan prevalensi IPF secara
pasti sulit diketahui, namun dari suatu data diperoleh insiden terjadinya IPF adalah 7-
10 kasus per 100.000 per tahun dengan prevalensi 3-6 per 100.000. Pada penelitian
lain juga didapatkan prevalensi IPF adalah 20,2 per 100.000 laki-laki dan 13,2 per
100.000 wanita. COP (Cryptogenic Organizing Pneumo- nia) sangat jarang terjadi, di
Kanada dengan prevalensi 12 per 100.000. Sementara itu prevalensi AIP (Acute
Interstitial Pneumonia) sulit untuk ditentukan secara pasti, namun dari salah satu studi
Kelainan ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, protozoa dan infeksi parasit,
penyakit jaringan konektif seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE), drug induced
3
dan iatrogenic syndrome serta idiopatik. Banyak dari penyakit ini yang bersifat self
limiting, tetapi ada juga yang kronis yang melibatkan dinding alveolus, jaringan sekitar
- Merokok
- Paparan lingkungan misalnya debu logam, debu pertanian, dan bulu binatang
- Mikroba (infeksi virus kronis seperti Epstein-Barr Virus atau virus Hepatitis C)
- Gastroesophageal reflux
D. Gambaran Radiologi
tomography (HRCT) resolusi tinggi pada wanita bukan perokok berusia 72 tahun.
Gambar HRCT pada tingkat (A) lengkung aorta tidak menunjukkan penyakit paru
sangat terbatas. (D-F) ILD dengan tingkat "tak tentu" pada pencitraan HRCT pada wanita
non-perokok berusia 46 tahun dengan sklerosis sistemik. (A–D) Zona atas menunjukkan
4
retikulasi kecil, (E) tepat di bawah tingkat hemidiafragma kanan, dan (F) resesus
ambang batas 20% sulit untuk diukur (yaitu, "tidak tentu" menurut staging Goh); FVC
pada pasien ini diperkirakan 60%, dengan demikian menunjukkan ILD "luas". Perhatikan
Gambar 2. Gambar computed tomography resolusi tinggi pada wanita 58 tahun dengan
sklerosis sistemik yang tidak pernah merokok; DLCO 32% diprediksi dan FVC 76%
diprediksi.
Gambar aksial pada (A) tingkat lengkung aorta, (B) carina, dan (C) lobus bawah
menunjukkan penyakit yang luas (.20% tingkat dengan estimasi visual) dan (D) rekonstruksi
5
koronal. Ada sarang lebah yang nyata, terutama di lobus bawah, yang menunjukkan pola
pneumonia interstisial yang biasa. Gambar koronal menunjukkan dominansi penyakit di zona
berdasarkan hasil dari riwayat pasien, pemeriksaan fisik, studi laboratorium (misalnya,
serologi autoimun) dan bila perlu hasil dari biopsi paru. Diperlukan adanya diskusi antara ahli
paru, ahli radiologi dan ahli patologi dalam mendiagnosis secara akurat ILD.5
Pemilihan obat dan prognosis dari ILD tergantung pada subtipe dan etilogi ILD
sehingga diperlukan diagnosis yang akurat. HRCT (High Resolution CT) memiliki peran
penting dalam mendiagnosis ILD (Gambar 3) dan sering digunakan dalam menegakkan
Namun masalah dalam membedakan subtipe ILD adalah banyak gambaran radiologi
dan histopatologi yang ditemukan sama dengan bentuk ILD secara umum, sehingga untuk
membuat diagnosis definit berdasarkan hasil tersebut cukup sulit dilakukan. Oleh karena itu
6
dalam menegakkan diagnosis definit ILD yaitu dengan mengetahui dan mengidentifikasi
Differential Diagnosis ?
F. Patofisiologi
Proses patogenesis ILD dimulai dengan jejas pada lapisan epitel alveolar yang meng-
akibatkan proses inflamasi dengan melibatkan berbagai sel-sel inflamasi dan sel efektor
imun didalam parenkim paru. Inisiasi jejas dapat melalui inhalasi (seperti inhalasi serat
mineral atau debu mineral dari pajanan pekerjaan atau lingkungan), sensitisasi antigen
melalui sirkulasi darah (seperti pada penyakit vascular kolagen, drug-induced ILD, IPF
dll). Pada interstitium dalam keadaan normal ditemukan banyak sel efektor. Lebih dari
90% sel ini adalah makrofag alveolus yang biasanya adalah monosit. Kegu- naan
makrofag alveolar adalah menfagositosis organism maupun partikel kecil yang masuk
kedalam alveolus.2
jaringan interstitial paru sehingga pada akhirnya terjadi penurunan fungsi paru karena
alveoli tidak dapat melakukan pertukaran gas. Apabila jejas yang terjadi dapat dihindari
atau dibatasi, maka proses inflamasi tidak akan berlanjut kemudian terjadi proses repair
dan proses deposisi kolagen serta fibrosis tidak akan terjadi. Apabila jejas terus berlanjut
maka proses inflamasi akan berjalan terus sehingga terjadi proliferasi fibroblast, deposisi
kolagen dan penyumbatan kapiler interstitial. Akibat dari jaringan parut dan distorsi
jaringan paru yang ditimbulkannya, dapat terjadi gangguan pertukaran gas dan fungsi
G. Klasifikasi
7
Klasifikasi ILD diketahui berdasarkan apakah penyebabanya diketahui atau tidak.
Tetapi pada saat ini biasanya disubklasifikasikan sebagai fibrotikd dan non-fibrotik. ILD
fibrotik lebih sering dijadikan penanda toksisitas radiasi. Perbedaan antara ILD fobrotik
dan non-fibrotik dibuat berdasarkan hasil HRCT untuk temuan fibrosis dengan retukulasi,
Gambar 4. Hasil temuan HCT, (A) Fibrosis padat dengan retukulasi, (B) Brokektasis dengan
1. ILD fibrotik : ILD fibrotik biasanya bersifat progresif yang dapat diklasifikasikan
sebagai IPF atau ILD non-IPF. Hampir semua ILD fibrotik ditandai dengan
bronkiektasis retikulasi atau traksi, bronkiektasis retikulasi atau traksi dengan atau
penyakit paru kistik. Ini secara kolektif kurang umum daripada ILD fibrotik dan hampir
selalu memiliki prognosis yang lebih baik dan respon terhadap terapi.
IPF dikenal juga sebagai Idiopathic Interstitial Pneumonia (IIP) atau Usual
dapat menimbulkan fibrosis yang difus. Kelainan ini dapat didiag- nosis dari biopsi
spesimen paru. Insiden terjadinya penyakit ini terutama pada wanita paruh baya.2
8
Gambaran radiologi pada tahap awal tidak tampak kelainan (sekitar 10%
kasus), tetapi lama kelamaan menjadi lebih jelas kelainannya. Pada HRCT (High
IPF sangat tidak responsif terhadap terapi medis, pada tahap lanjut dapat
jantung paru.2
Merupakan entitas khas yang harus dipisahkan dari IPF dan penyakit paru
fibrosis lainnya. DIP berhubungan erat dengan kebiasaan merokok dan bronkiolitis
Gambaran klinis DIP berbeda dengan IPF, pada pasien dengan DIP biasanya
berusia lebih muda dan mempunyai riwayat perokok berat. HRCT scan menunjukkan
Prognosis DIP jauh lebih baik, dengan berhenti merokok dan diberikan terapi
bronkiolitis yang berhubungan dengan ILD dan merupakan penyakit yang dapat
diakibatkan oleh rokok. Lebih sering terjadi pada laki-laki usia 40-50 tahunan.
Gejala yang ditimbulkan adalah batuk dan sesak. Pada uji fungsi paru terdapat
9
- Nonspecific Interstitial pneumonia ( NSIP )
inter- stitial pneumonia untuk fibrosis pneumonia interstitial yang tidak dapat
diklasifikasikan kedalam IPF atau kelainan lainnya. Gambaran klinis NSIP tumpang
tindih dengan IPF dan beberapa penyakit ILD lainnya. Keluhan pasien cenderung
sesak dan batuk. HRCT scan menunjukkan kelainan retikulonodular dan tidak ada
honeycomb. Beberapa pasien NSIP dapat berespon terhadap pemberian terapi kortiko-
steroid, namun bila ditemukan pola fibrosis, prognosa menjadi lebih buruk.2
meliputi parenkim paru dan bronkiolus terminal. Tidak seperti ILD kronis lainnya,
COP lebih subakut gejala timbul selama beberapa minggu atau bulan. Pada
pemeriksaan HRCT scan menunjukkan beberapa daerah radio opak pada bagian
Acute Intestitial Pneumonia (AIP) adalah jejas paru akut yang menyebabkan
tidak diketahui. Gangguan ini disebut juga Hamman- Rich Syndrome. Gejala klinis
intubasi dan ventilasi mekanik. Pada HRCT scan menunjukkan zona konsolidasi dan
Prognosis pasien ini adalah buruk meskipun dapat bantuan ventilasi agresif
10
Lymphocytic Interstitial Pneumonia (LIP) termasuk kasus yang jarang dan
lymphoproliferatif atau autoimun. Beberapa studi menunjukkan bahwa lebih dari 50%
pasien dengan LIP akan berkembang menjadi limfoma sel B. Pada Pusat
menentukan diagnosis AIDS. LIP cenderung terjadi pada wanita paruh baya yang
Pasien dengan LIP biasanya mempunyai gejala dengan batuk dan sesak, dan
pada HCRT scan menunjukkan pola difus, ground- glass, mikronodular atau
H. Tatalaksana
penyakit penyerta. Rehabilitasi paru telah dipelajari dalam beberapa subtipe ILD fibrotik
dan dapat meningkatkan kualitas hidup, sesak dan kapasitas latihan pada pasien ILD yang
memiliki sesak saat beraktivitas atau keterbatasan fungsional. Transplantasi paru harus
I. Prognosis
Individu dengan ILD yang tidak dapat diklasifikasikan memiliki mortalitas yang secara
signifikan lebih rendah dibandingkan dengan IPF pada analisis yang tidak disesuaikan
dengan penyesuaian pembaur potensial termasuk usia, jenis kelamin, FVC dan DLCO.
ILD yang tidak dapat diklasifikasikan memiliki mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ILD non-IPF hanya pada analisis yang tidak disesuaikan. Pasien ILD yang tidak
11
dapat diklasifikasikan dengan risiko kematian yang tinggi dapat diidentifikasi
menggunakan beberapa gambaran klinis, fisiologis, dan radiologis dasar. Dalam studi
kohort besar, kemajuan dan kematian ILD yang tidak dapat diklasifikasikan secara
independen diprediksi oleh penggunaan terapi oksigen kronis, beban fibrosis radiologis
12
BAB III
PENUTUP
Interstitial Lung Disease (ILD) adalah kelompok berbagai penyakit yang melibatkan
dinding alveolus, jaringan sekitar alveolus dan jaringan penunjang lain di paru-paru. ILD
terdiri atas berbagai penyakit yang memiliki kemiripan dalam gejala, perubahan fisiologi,
kecurigaan ILD harus dievaluasi lengkap. Diperlukan kerjasama antara ahli patologi, ahli
13
Daftar Pustaka
1. Dewi J. KL-6/MUC-1 sebagai Penanda Penyakit Paru Interstisial [Internet]. Vol. 45. 2018.
Available from: https://www.sekisuidiagnostics.com/writable/
2. Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease.docx-2.download.
3. Khanna D, Tashkin DP, Denton CP, Renzoni EA, Desai SR, Varga J. Etiology, risk factors,
and biomarkers in systemic sclerosis with interstitial lung disease. Vol. 201, American
Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. American Thoracic Society; 2020. p. 650–
60.
4. Leung SC, Churg AM, Leipsic JA, Levy RD, Wilcox PG, Ryerson CJ. Unclassifiable
interstitial lung disease: An unresolved diagnostic dilemma. Respirology Case Reports. 2015
Sep 1;3(3):85–8.
5. Goodman, C. D., Nijman, S. F., Senan, S., Nossent, E. J., Ryerson, C. J., Dhaliwal, I., ... & Palma, D.
A. (2020). A primer on interstitial lung disease and thoracic radiation. Journal of Thoracic
Oncology, 15(6), 902-913.
14