Anda di halaman 1dari 14

Referat

Interstitial Lung Disease

Oleh:
Muh. Ridhoni 210141010063
Stela Gledist Amrin 210141010103

Masa KKM: 24 Januari 2022– 20 Februari 2022

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU RADIOLOGI
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022

i
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit paru interstisial (ILDs: interstitial lung diseases) adalah suatu kelainan paru

tersendiri yang ditandai dengan bermacam- macam tanda inflamasi dan fibrosis dalam

interstisium paru dengan gambaran histologis yang menonjol berupa kerusakan dan/atau

regenerasi pneumosit tipe II.1 ILD lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan

perempuan. Di Jepang insidennya adalah 4,1 per 100.000, dan di Finlandia adalah 7-12

per 100.000. Insiden dan prevalensi IPF secara pasti sulit diketahui, namun dari suatu data

diperoleh insiden terjadinya IPF adalah 7-10 kasus per 100.000 per tahun dengan

prevalensi 3-6 per 100.000. 2

Penyakit ini bersifat sporadik, faktor risiko utama yang diketahui adalah merokok,

paparan lingkungan (sebagai contoh, debu logam, debu pertanian, dan bulu binatang),

mikroba (infeksi virus kronis seperti Epstein-Barr Virus atau virus Hepatitis C),

gastroesophageal reflux,predisposisigenetik(fibrosispulmonal keluarga kurang dari 5%

total pasien IPF), dan faktor polimorfisme gen. Rata-rata harapan hidup 2 – 3 tahun dari

saat diagnosis ditegakkan, 20% kasus dengan harapan hidup 5 tahun. 2 Banyak kasus

terlambat diidentifikasi karenaterlambatdideteksi,ditambahdengan ketidaktersediaan

indikator prognostik.1

Adapun Klasifikasi dari ILD yaitu Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF),

Desquamative Interstitial Pneumonia (DIP), Respiratory Bronchiolitis-Associated

Interstitial Lung Disease (RB-ILD), Nonspecific Interstitial pneumonia (NSIP),

Cryptogenic Organizing Pneumonia (COP), Acute Interstitial Pneumonia (AIP) dan

Lymphocytic Interstitial Pneumonia (LIP).2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Penyakit paru interstisial (ILDs: interstitial lung diseases) adalah suatu kelainan paru

tersendiri yang ditandai dengan bermacam- macam tanda inflamasi dan fibrosis dalam

interstisium paru dengan gambaran histologis yang menonjol berupa kerusakan dan/atau

regenerasi pneumosit tipe II.1

Interstitial Lung Disease (ILD) atau Diffuse Parenchymal Lung Disease (DPLD)

adalah kelompok penyakit paru yang ditandai dengan alveolitis dan fibrosis, kelainan ini

mempengaruhi struktur alveolar, interstitial paru dan saluran nafas.2

B. Epidemiologi

Insiden terjadi ILD di New Mexico Amerika Serikat, sekitar 30 per 100.000 per tahun

dengan perkiraan sepertiganya adalah IPF (Idiopathic Pulmonary Fibrosis). Insiden ILD

ini lebih tinggi untuk laki-laki dibandingkan perempuan. Di Jepang insidennya adalah 4,1

per 100.000, dan di Finlandia adalah 7-12 per 100.000. Insiden dan prevalensi IPF secara

pasti sulit diketahui, namun dari suatu data diperoleh insiden terjadinya IPF adalah 7-

10 kasus per 100.000 per tahun dengan prevalensi 3-6 per 100.000. Pada penelitian

lain juga didapatkan prevalensi IPF adalah 20,2 per 100.000 laki-laki dan 13,2 per

100.000 wanita. COP (Cryptogenic Organizing Pneumo- nia) sangat jarang terjadi, di

Kanada dengan prevalensi 12 per 100.000. Sementara itu prevalensi AIP (Acute

Interstitial Pneumonia) sulit untuk ditentukan secara pasti, namun dari salah satu studi

menyebutkan bahwa prevalensi AIP adalah 1 per 25.000. 2

C. Etiologi dan Faktor Resiko

Kelainan ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, protozoa dan infeksi parasit,

penyakit jaringan konektif seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE), drug induced

3
dan iatrogenic syndrome serta idiopatik. Banyak dari penyakit ini yang bersifat self

limiting, tetapi ada juga yang kronis yang melibatkan dinding alveolus, jaringan sekitar

alveolar dan jaringan penunjang lain di paru.2

Faktor resiko interstitial lung diseases yaitu1:

- Merokok

- Paparan lingkungan misalnya debu logam, debu pertanian, dan bulu binatang

- Mikroba (infeksi virus kronis seperti Epstein-Barr Virus atau virus Hepatitis C)

- Gastroesophageal reflux

- Predisposisi genetik(fibrosispulmonal keluarga kurang dari 5% total pasien IPF)

- Faktor polimorfisme gen.

D. Gambaran Radiologi

Gambar 1. (A-C) Penyakit terbatas (,20% luas) pada pencitraan computed

tomography (HRCT) resolusi tinggi pada wanita bukan perokok berusia 72 tahun.

Gambar HRCT pada tingkat (A) lengkung aorta tidak menunjukkan penyakit paru

interstisial (ILD) yang meyakinkan, dan (B dan C) opasifikasi ground-glass subpleural

sangat terbatas. (D-F) ILD dengan tingkat "tak tentu" pada pencitraan HRCT pada wanita

non-perokok berusia 46 tahun dengan sklerosis sistemik. (A–D) Zona atas menunjukkan

4
retikulasi kecil, (E) tepat di bawah tingkat hemidiafragma kanan, dan (F) resesus

kostofrenikus menunjukkan retikulasi, ground-glass opacification, dan bronkiektasis/

bronkiolektasis traksi. Gambaran morfologi sesuai dengan pola pneumonia interstisial

nonspesifik fibrotik. Luasnya penyakit pada pencitraan HRCT sehubungan dengan

ambang batas 20% sulit untuk diukur (yaitu, "tidak tentu" menurut staging Goh); FVC

pada pasien ini diperkirakan 60%, dengan demikian menunjukkan ILD "luas". Perhatikan

dilatasi esofagus yang ditandai dengan sisa makanan.3

Gambar 2. Gambar computed tomography resolusi tinggi pada wanita 58 tahun dengan

sklerosis sistemik yang tidak pernah merokok; DLCO 32% diprediksi dan FVC 76%

diprediksi.

Gambar aksial pada (A) tingkat lengkung aorta, (B) carina, dan (C) lobus bawah

menunjukkan penyakit yang luas (.20% tingkat dengan estimasi visual) dan (D) rekonstruksi

5
koronal. Ada sarang lebah yang nyata, terutama di lobus bawah, yang menunjukkan pola

pneumonia interstisial yang biasa. Gambar koronal menunjukkan dominansi penyakit di zona

bawah yang mencolok.

E. Diagnosis dan Differential Diagnosis

ILD dapat diidentifikasi melalui pencitraan dada. ILD dapat di subklasifikasikan

berdasarkan hasil dari riwayat pasien, pemeriksaan fisik, studi laboratorium (misalnya,

serologi autoimun) dan bila perlu hasil dari biopsi paru. Diperlukan adanya diskusi antara ahli

paru, ahli radiologi dan ahli patologi dalam mendiagnosis secara akurat ILD.5

Pemilihan obat dan prognosis dari ILD tergantung pada subtipe dan etilogi ILD

sehingga diperlukan diagnosis yang akurat. HRCT (High Resolution CT) memiliki peran

penting dalam mendiagnosis ILD (Gambar 3) dan sering digunakan dalam menegakkan

diagnosis tanpa perlu dilakukan biopsi paru.5

Gambar 3. Perbandingan hasil pencitraan HCRT versus CT biasa.

Namun masalah dalam membedakan subtipe ILD adalah banyak gambaran radiologi

dan histopatologi yang ditemukan sama dengan bentuk ILD secara umum, sehingga untuk

membuat diagnosis definit berdasarkan hasil tersebut cukup sulit dilakukan. Oleh karena itu

6
dalam menegakkan diagnosis definit ILD yaitu dengan mengetahui dan mengidentifikasi

penyebab ILD pada pasien.5

Differential Diagnosis ?

F. Patofisiologi

Proses patogenesis ILD dimulai dengan jejas pada lapisan epitel alveolar yang meng-

akibatkan proses inflamasi dengan melibatkan berbagai sel-sel inflamasi dan sel efektor

imun didalam parenkim paru. Inisiasi jejas dapat melalui inhalasi (seperti inhalasi serat

mineral atau debu mineral dari pajanan pekerjaan atau lingkungan), sensitisasi antigen

(seperti pada hypersensitivity pneumonitis akibat pajanan lingkungan atau pekerjaan),

melalui sirkulasi darah (seperti pada penyakit vascular kolagen, drug-induced ILD, IPF

dll). Pada interstitium dalam keadaan normal ditemukan banyak sel efektor. Lebih dari

90% sel ini adalah makrofag alveolus yang biasanya adalah monosit. Kegu- naan

makrofag alveolar adalah menfagositosis organism maupun partikel kecil yang masuk

kedalam alveolus.2

Alveolitis menyebabkan perubahan struktur alveolar berupa penebalan dan fibrosis

jaringan interstitial paru sehingga pada akhirnya terjadi penurunan fungsi paru karena

alveoli tidak dapat melakukan pertukaran gas. Apabila jejas yang terjadi dapat dihindari

atau dibatasi, maka proses inflamasi tidak akan berlanjut kemudian terjadi proses repair

dan proses deposisi kolagen serta fibrosis tidak akan terjadi. Apabila jejas terus berlanjut

maka proses inflamasi akan berjalan terus sehingga terjadi proliferasi fibroblast, deposisi

kolagen dan penyumbatan kapiler interstitial. Akibat dari jaringan parut dan distorsi

jaringan paru yang ditimbulkannya, dapat terjadi gangguan pertukaran gas dan fungsi

ventilasi yang serius.2

G. Klasifikasi

7
Klasifikasi ILD diketahui berdasarkan apakah penyebabanya diketahui atau tidak.

Tetapi pada saat ini biasanya disubklasifikasikan sebagai fibrotikd dan non-fibrotik. ILD

fibrotik lebih sering dijadikan penanda toksisitas radiasi. Perbedaan antara ILD fobrotik

dan non-fibrotik dibuat berdasarkan hasil HRCT untuk temuan fibrosis dengan retukulasi,

bronkiektasis traksi dan gambaran honeycomb.5

Gambar 4. Hasil temuan HCT, (A) Fibrosis padat dengan retukulasi, (B) Brokektasis dengan

traksi, (C) Honeycomb, (D) Gmabaran GGO (ground-glass opacity)

1. ILD fibrotik : ILD fibrotik biasanya bersifat progresif yang dapat diklasifikasikan

sebagai IPF atau ILD non-IPF. Hampir semua ILD fibrotik ditandai dengan

bronkiektasis retikulasi atau traksi, bronkiektasis retikulasi atau traksi dengan atau

tanpa honeycomb. ILD fibrotik dapat menyebabkan peradangan sehingga dapat

mempengaruhi prognosis dan terapi.

2. ILD nonfibrotik: ILD nonfibrotik mencakup berbagai inflamasi, multinodular, dan

penyakit paru kistik. Ini secara kolektif kurang umum daripada ILD fibrotik dan hampir

selalu memiliki prognosis yang lebih baik dan respon terhadap terapi.

- Idiopathic Pulmonary Fibrosis (IPF)

IPF dikenal juga sebagai Idiopathic Interstitial Pneumonia (IIP) atau Usual

Interstitial Pneumonia (UIP), penyebabnya tidak diketahui, bersifat progresif dan

dapat menimbulkan fibrosis yang difus. Kelainan ini dapat didiag- nosis dari biopsi

spesimen paru. Insiden terjadinya penyakit ini terutama pada wanita paruh baya.2

8
Gambaran radiologi pada tahap awal tidak tampak kelainan (sekitar 10%

kasus), tetapi lama kelamaan menjadi lebih jelas kelainannya. Pada HRCT (High

Resolution Computed Tomographic) scan pasien dengan IPF menunjukkan gambaran

honeycomb dan traksi bronkiektasis.2

IPF sangat tidak responsif terhadap terapi medis, pada tahap lanjut dapat

menimbulkan fibrosis paru yang progresif yang dapat menimbulkan hipertensi

jantung paru.2

- Desquamative Interstitial Pneumonia (DIP)

Merupakan entitas khas yang harus dipisahkan dari IPF dan penyakit paru

fibrosis lainnya. DIP berhubungan erat dengan kebiasaan merokok dan bronkiolitis

yang terkait ILD.2

Gambaran klinis DIP berbeda dengan IPF, pada pasien dengan DIP biasanya

berusia lebih muda dan mempunyai riwayat perokok berat. HRCT scan menunjukkan

gambaran ground-glass attenuation tetapi tidak ada fibrosis dan honeycomb. 2

Prognosis DIP jauh lebih baik, dengan berhenti merokok dan diberikan terapi

kortiko- steroid, kondisi pasien banyak yang membaik.2

- Respiratory Bronchiolitis-Associated Interstitial Lung Disease (RB-ILD)

Respiratory Bronchiolus-Associated Interstitial Lung Disease adalah

bronkiolitis yang berhubungan dengan ILD dan merupakan penyakit yang dapat

diakibatkan oleh rokok. Lebih sering terjadi pada laki-laki usia 40-50 tahunan.

Gejala yang ditimbulkan adalah batuk dan sesak. Pada uji fungsi paru terdapat

penurunan volume paru dan hipoksemia.2

Pemeriksaan radiologis menunjukkan penebalan pada dinding saluran nafas.

Berhenti merokok dan pemberian kortikosteroid dapat memperbaiki keadaan klinis.2

9
- Nonspecific Interstitial pneumonia ( NSIP )

Pada tahun 1994, Katzenstein dan Fiorelli menciptakan istilah nonspesifik

inter- stitial pneumonia untuk fibrosis pneumonia interstitial yang tidak dapat

diklasifikasikan kedalam IPF atau kelainan lainnya. Gambaran klinis NSIP tumpang

tindih dengan IPF dan beberapa penyakit ILD lainnya. Keluhan pasien cenderung

sesak dan batuk. HRCT scan menunjukkan kelainan retikulonodular dan tidak ada

honeycomb. Beberapa pasien NSIP dapat berespon terhadap pemberian terapi kortiko-

steroid, namun bila ditemukan pola fibrosis, prognosa menjadi lebih buruk.2

- Cryptogenic Organizing Pneumonia (COP)

COP berbeda dari gangguan paru-paru interstitial lainnya karena kelainannya

meliputi parenkim paru dan bronkiolus terminal. Tidak seperti ILD kronis lainnya,

COP lebih subakut gejala timbul selama beberapa minggu atau bulan. Pada

pemeriksaan HRCT scan menunjukkan beberapa daerah radio opak pada bagian

noduler. Pada pengobatan COP sering responsive terhadap kortikosteroid dan

mempunyai prog- nosis yang lebih baik.2

- Acute Interstitial Pneumonia ( AIP )

Acute Intestitial Pneumonia (AIP) adalah jejas paru akut yang menyebabkan

berkembangnya sindrom gangguan pernafasan pada orang dewasa yang penyebabnya

tidak diketahui. Gangguan ini disebut juga Hamman- Rich Syndrome. Gejala klinis

diawali dengan adanya hipoksemia dan kegagalan bernafas yang membutuhkan

intubasi dan ventilasi mekanik. Pada HRCT scan menunjukkan zona konsolidasi dan

gambaran radio opak.2

Prognosis pasien ini adalah buruk meskipun dapat bantuan ventilasi agresif

dan terapi kortikosteroid.2

- Lymphocytic Interstitial Pneumonia ( LIP )

10
Lymphocytic Interstitial Pneumonia (LIP) termasuk kasus yang jarang dan

pada banyak kasus merupakan penyakit yang didasari oleh penyakit

lymphoproliferatif atau autoimun. Beberapa studi menunjukkan bahwa lebih dari 50%

pasien dengan LIP akan berkembang menjadi limfoma sel B. Pada Pusat

Pengendalian dan Pencegahan penyakit menggunakan LIP sebagai kriteria untuk

menentukan diagnosis AIDS. LIP cenderung terjadi pada wanita paruh baya yang

memiliki gangguan autoimun.2

Pasien dengan LIP biasanya mempunyai gejala dengan batuk dan sesak, dan

pada HCRT scan menunjukkan pola difus, ground- glass, mikronodular atau

retikulonodular. Pengobatan LIP adalah dengan kortikosteroid, sering dengan

penambahan obat imunosupresif seperti azathioprine, sedangkan pada limfoma malig-

num membutuhkan kemoterapi.2

H. Tatalaksana

Penatalaksanaan ILD yang tidak dapat diklasifikasikan meliputi penghentian merokok,

vaksinasi, oksigen tambahan, rehabilitasi paru, transplantasi paru, dan pengobatan

penyakit penyerta. Rehabilitasi paru telah dipelajari dalam beberapa subtipe ILD fibrotik

dan dapat meningkatkan kualitas hidup, sesak dan kapasitas latihan pada pasien ILD yang

memiliki sesak saat beraktivitas atau keterbatasan fungsional. Transplantasi paru harus

dipertimbangkan pada pasien dengan ILD berat atau progresif cepat.

I. Prognosis

Individu dengan ILD yang tidak dapat diklasifikasikan memiliki mortalitas yang secara

signifikan lebih rendah dibandingkan dengan IPF pada analisis yang tidak disesuaikan

dengan penyesuaian pembaur potensial termasuk usia, jenis kelamin, FVC dan DLCO.

ILD yang tidak dapat diklasifikasikan memiliki mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan ILD non-IPF hanya pada analisis yang tidak disesuaikan. Pasien ILD yang tidak

11
dapat diklasifikasikan dengan risiko kematian yang tinggi dapat diidentifikasi

menggunakan beberapa gambaran klinis, fisiologis, dan radiologis dasar. Dalam studi

kohort besar, kemajuan dan kematian ILD yang tidak dapat diklasifikasikan secara

independen diprediksi oleh penggunaan terapi oksigen kronis, beban fibrosis radiologis

yang tinggi dan adanya honeycombing pada HRCT.4

12
BAB III

PENUTUP

Interstitial Lung Disease (ILD) adalah kelompok berbagai penyakit yang melibatkan

dinding alveolus, jaringan sekitar alveolus dan jaringan penunjang lain di paru-paru. ILD

terdiri atas berbagai penyakit yang memiliki kemiripan dalam gejala, perubahan fisiologi,

gambaran radiologi dan gambaran histopatologinya. Pasien yang ditemukan dengan

kecurigaan ILD harus dievaluasi lengkap. Diperlukan kerjasama antara ahli patologi, ahli

radiologi dan klinisi untuk menegakkan diagnosis dari ILD.2

13
Daftar Pustaka

1. Dewi J. KL-6/MUC-1 sebagai Penanda Penyakit Paru Interstisial [Internet]. Vol. 45. 2018.
Available from: https://www.sekisuidiagnostics.com/writable/
2. Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease.docx-2.download.
3. Khanna D, Tashkin DP, Denton CP, Renzoni EA, Desai SR, Varga J. Etiology, risk factors,
and biomarkers in systemic sclerosis with interstitial lung disease. Vol. 201, American
Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. American Thoracic Society; 2020. p. 650–
60.
4. Leung SC, Churg AM, Leipsic JA, Levy RD, Wilcox PG, Ryerson CJ. Unclassifiable
interstitial lung disease: An unresolved diagnostic dilemma. Respirology Case Reports. 2015
Sep 1;3(3):85–8.
5. Goodman, C. D., Nijman, S. F., Senan, S., Nossent, E. J., Ryerson, C. J., Dhaliwal, I., ... & Palma, D.
A. (2020). A primer on interstitial lung disease and thoracic radiation. Journal of Thoracic
Oncology, 15(6), 902-913.

14

Anda mungkin juga menyukai