Pembimbing:
dr. Edwin Anto Pakpahan, Sp. P
Disusun oleh:
Miftahul Jannah
(1908320041)
SMF PULMONOLOGY
RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas refarat sebagai salah satu syarat tugas untuk perbaikan
nilai Post Test di Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit Paru RSUD Deli Serdang Lubuk
Pakam.
Pada kesempatan kali ini, izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan refarat yang berjudul “ILD
(Interstitial Lung Disease)” ini, terutama kepada pembimbing saya yaitu dr. Edwin Anto
Pakpahan Sp.P.
Semoga refarat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua orang, baik sekarang
maupun dihari yang akan datang.
(Miftahul Jannah)
DAFTAR ISI
2.2 Patogenesis
Proses patogenesis ILD dimulai dengan jejas pada lapisan epitel alveolar yang meng-
akibatkan proses inflamasi dengan melibatkan berbagai sel-sel inflamasi dan sel efektor imun
didalam parenkim paru. Inisiasi jejas dapat melalui inhalasi (seperti inhalasi serat mineral
atau debu mineral dari pajanan pekerjaan atau lingkungan), sensitisasi antigen (seperti pada
hypersensitivity pneumonitis akibat pajanan lingkungan atau pekerjaan), melalui sirkulasi
darah (seperti pada penyakit vascular kolagen, drug-induced ILD, IPF dll). Pada interstitium
dalam keadaan normal ditemukan banyak sel efektor. Lebih dari 90% sel ini adalah makrofag
alveolus yang biasanya adalah monosit. Kegunaan makrofag alveolar adalah menfagositosis
organisme maupun partikel kecil yang masuk kedalam alveolus.1
Alveolitis menyebabkan perubahan struktur alveolar berupa penebalan dan fibrosis
jaringan interstitial paru sehingga pada akhirnya terjadi penurunan fungsi paru karena alveoli
tidak dapat melakukan pertukaran gas. Apabila jejas yang terjadi dapat dihindari atau
dibatasi, maka proses inflamasi tidak akan berlanjut kemudian terjadi proses repair dan
proses deposisi kolagen serta fibrosis tidak akan terjadi. Apabila jejas terus berlanjut maka
proses inflamasi akan berjalan terus sehingga terjadi proliferasi fibroblast, deposisi kolagen
dan penyumbatan kapiler interstitial. Akibat dari jaringan parut dan distorsi jaringan paru
yang ditimbulkannya, dapat terjadi gangguan pertukaran gas dan fungsi ventilasi yang serius.1
2.3 Epidemiologi
Menurut Silva dkk7 tahun 2009 di New Mexico Amerika Serikat, insiden terjadinya
ILD sekitar 30 per 100.000 per tahun dengan perkiraan sepertiganya adalah IPF (Idiopathic
Pulmonary Fibrosis). Insiden ILD ini lebih tinggi untuk laki-laki dibandingkan perempuan.
Di Jepang insidennya adalah 4,1 per 100.000, dan di Finlandia adalah 7-12 per 100.000.2
Insiden dan prevalensi IPF secara pasti sulit diketahui, namun dari suatu data
diperoleh insiden terjadinya IPF adalah 7-10 kasus per 100.000 per tahun dengan prevalensi
3-6 per 100.000. Pada penelitian lain juga didapatkan prevalensi IPF adalah 20,2 per 100.000
laki-laki dan 13,2 per 100.000 wanita.2
2.4 Klasifikasi ILD
Tabel 1. Klasifikasi ILD
SARKOIDOSIS
IPF atau cryptogenic fibrosing alveolitis (CFA) adalah salah suatu penyakit ILD yang
etiologinya tidak diketahui, walaupun ada bentuk IPF yang diturunkan (bentuk familial),
karena itu sebelum menegakkan diagnosis IPF perlu disingkirkan penyebab fibrosis
paru seperti sarkoidosis, eosinophilic granuloma, penyakit vaskular kolagen, fibrosis paru
akibat infeksi, aspirasi kronik, dan obat-obatan.Pada IPF terdapat kompleks imun dalam
serum dan paru pada fase aktif penyakit. Walaupun kompleks imun dapat mengaktifkan
sistem komplemen namun belum ada bukti bahwa proses ini terjadi dalam paru. Kompleks
imun menstimulasi makrofag untuk melepaskan berbagai faktor antara lain leukotrien
B4 (LTB4) yang menarik netrofil dan eosinofil. Makrofag alveolar juga melepaskan oksidan
yang menyebabkan jejas pada epitel paru sehingga terjadi proliferasi fibroblas dan deposisi
kolagen.3
HYPERSENSITIVITY PNEUMONITIS (HP)
EOSINOPHILIC PNEUMONIA (EP)
Pada EP ditemukan gambaran histologis yang khas berupa infiltrasi eosinofil dan
makrofag pada alveol. Walaupun pada beberapa kasus diketahui penyebabnya (misalnya
reaksi obat tertentu, jamur, parasit, inhalasi) namun kebanyakan bersifat idiopatik. Pada EP
ditemukan eosinofilia darah tepi, peningkatan laju endap darah dan respons terhadap
kortikosteroid yang baik.25 De Jaegher dan Demedts25 menemukan pada 5 kasus EP terdapat
42 ± 22% eosinofil sebelum terapi kortikosteroid. Setelah terapi jumlah eosinofil menurun
hingga kurang dari 1%. Pada kasus EP juga ditemukan limfositosis. Limfosit pada BAL
didominasi terutama oleh sel T CD4.25 Yamaguchi dkk25menemukan pada satu pasien selain
terdapat eosinofilia juga terdapat peningkatan IgE akibat produksi lokal antibodi di paru.3
Drug-Induced Lung Disease (DILD) tidak memiliki gambaran khas baik dari gejala
dan tanda, pemeriksaan laboratorium, maupun pemeriksaan patologis. Diagnosis
DILD dibuat setelah menyingkirkan kemungkinan keganasan, infeksi, tromboemboli paru,
dan gagal jantung.3
Salah satu obat yang diketahui menyebabkan terjadinya ILD adalah amiodaron.
Amiodaron diindikasikan untuk penatalaksanaan aritmia jantung dan digunakan terutama
untuk pasien yang rekfrakter terhadap terapi konvensional. Farmakologi dan toksisiti
amiodaron banyak dibahas dalam berbagai studi. Reaksi toksik pada paru dan hepar adalah
reaksi nonkardiak terbanyak. Namun mekanisme toksisiti multisistem belum diketahui. Salah
satu akibat penggunaan amiodaron adalah inhibisi lysosomal phospholipase A, sehingga
menyebabkanphospholipidsm yang luas. Secara histopatologis, pada paru terjadi akumulasi
limfosit, fibroblas dan foamy macrophage serta fibrosis.4
2.5 Diagnosis ILD
Table 2. Clues from the initial evaluation that suggest specific types of ILD.2
Table 3 Clues from the physical examination and their disease associations. 2
Table 4 Clues for specific diagnoses from blood and urine testing.2
Table 5 Thoracic imaging patterns.2
2.6 Penatalaksanaan
Tabel 6. Therapies for select types of ILD.2
Tabel 7. Pharmacotherapy for IPF: agents current clinical trials.2
BAB 3
KESIMPULAN