Anda di halaman 1dari 17

REFARAT

ILD (Interstitial Lung Disease)

Pembimbing:
dr. Edwin Anto Pakpahan, Sp. P

Disusun oleh:
Miftahul Jannah
(1908320041)

SMF PULMONOLOGY
RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas refarat sebagai salah satu syarat tugas untuk perbaikan
nilai Post Test di Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit Paru RSUD Deli Serdang Lubuk
Pakam.

Pada kesempatan kali ini, izinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan refarat yang berjudul “ILD

(Interstitial Lung Disease)” ini, terutama kepada pembimbing saya yaitu dr. Edwin Anto
Pakpahan Sp.P.

Semoga refarat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua orang, baik sekarang
maupun dihari yang akan datang.

Medan, 12 Maret 2021

(Miftahul Jannah)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................2
2.1 Defenisi ILD (Interstitial Lung Disease).......................................................2
2.2 Patogenesis....................................................................................................2
2.3 Epidemiologi.................................................................................................2
2.4 Klasifikasi ILD .............................................................................................3
2.5 Diagnosis ILD ..............................................................................................6
2.6 Penatalaksana................................................................................................10
BAB III KESIMPULAN...................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit paru interstisial (Interstitial lung disease/ ILD) adalah kelompok penyakit paru
yang ditandai dengan alveolitis parenkim dan fibrosis. Di Amerika Serikat, 15% penderita
yang memerlukan perawatan rumah sakit adalah penderita ILD dan 30 – 40% ILD adalah
fibrosis paru idiopatik (Idiopathic Pulmonary Fibrosis/IPF/Cryptogenic Fibrosing
Alveolitis/CFA). Suatu studi epidemiologi di New Mexico menemukan insidens ILD adalah
31,5 per 100.000 untuk laki-laki dan 26,1 per 100.000 untuk wanita, sementara IPF mencapai
45% penderita ILD.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, protozoa dan infeksi parasit,
penyakit jaringan konektif seperti Systemic Lupus Erythematosus (SLE), drug induced dan
iatrogenic syndrome serta idiopatik. Banyak dari penyakit ini yang bersifat self limiting,
tetapi ada juga yang kronis yang melibatkan dinding alveolus, jaringan sekitar alveolar dan
jaringan Penunjang lain di paru.
Pada tahun 1960 Liebow merupakan orang yang pertama mengklasifikasikan ILD
menjadi 5 entitas yaitu: Usual Interstitial Pneumonia (UIP), Desquamative Interstitial
Pneumonia (DIP), Bronchiolitis Obliterans with Clinical Interstitial Pneumonia (BIP),
Lymphoid Interstitial Pneumonia (LIP), dan Giant Cell Interstitial Pneumonia (GIP).
Diagnosis pasti ILD adalah dengan biopsi paru. Untuk mendapatkan hasil jaringan yang
terbaik, biopsi dilakukan dengan open lung biopsy yang mortaliti dan morbiditinya tinggi.
Selain itu jaringan paru bisa didapatkan pula dengan prosedur video-assisted
thoracoscopy (VATS) yang relatif lebih mahal dari biopsi transbronkial maupun dengan
pemeriksaan bronchoalveolar lavage(BAL) yang merupakan pendekatan diagnostik lain dari
ILD. Prosedur transbronkial dan BAL dilakukan dengan menggunakan bronkoskop serat
lentur (fiberoptic bronchoscopy) yang morbiditi dan mortalitinya lebih rendah. Pemeriksaan
BAL bertujuan untuk mendapatkan sampel sel-sel dan komponen nonselular dari unit
bronkoalveolar yang dapat digunakan untuk menentukan diagnosis, menentukan stadium
penyakit, dan menilai kemajuan terapi (follow up) pada beberapa penyakit ILD.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi ILD ( Interstitial Lung Disease)


Penyakit paru interstisial (Interstitial lung disease/ ILD) adalah kelompok penyakit
paru yang ditandai dengan alveolitis parenkim dan fibrosis, kelainan ini mempengaruhi
struktur alveolar, interstitial paru dan saluran nafas.1

2.2 Patogenesis

Proses patogenesis ILD dimulai dengan jejas pada lapisan epitel alveolar yang meng-
akibatkan proses inflamasi dengan melibatkan berbagai sel-sel inflamasi dan sel efektor imun
didalam parenkim paru. Inisiasi jejas dapat melalui inhalasi (seperti inhalasi serat mineral
atau debu mineral dari pajanan pekerjaan atau lingkungan), sensitisasi antigen (seperti pada
hypersensitivity pneumonitis akibat pajanan lingkungan atau pekerjaan), melalui sirkulasi
darah (seperti pada penyakit vascular kolagen, drug-induced ILD, IPF dll). Pada interstitium
dalam keadaan normal ditemukan banyak sel efektor. Lebih dari 90% sel ini adalah makrofag
alveolus yang biasanya adalah monosit. Kegunaan makrofag alveolar adalah menfagositosis
organisme maupun partikel kecil yang masuk kedalam alveolus.1
Alveolitis menyebabkan perubahan struktur alveolar berupa penebalan dan fibrosis
jaringan interstitial paru sehingga pada akhirnya terjadi penurunan fungsi paru karena alveoli
tidak dapat melakukan pertukaran gas. Apabila jejas yang terjadi dapat dihindari atau
dibatasi, maka proses inflamasi tidak akan berlanjut kemudian terjadi proses repair dan
proses deposisi kolagen serta fibrosis tidak akan terjadi. Apabila jejas terus berlanjut maka
proses inflamasi akan berjalan terus sehingga terjadi proliferasi fibroblast, deposisi kolagen
dan penyumbatan kapiler interstitial. Akibat dari jaringan parut dan distorsi jaringan paru
yang ditimbulkannya, dapat terjadi gangguan pertukaran gas dan fungsi ventilasi yang serius.1
2.3 Epidemiologi
Menurut Silva dkk7 tahun 2009 di New Mexico Amerika Serikat, insiden terjadinya
ILD sekitar 30 per 100.000 per tahun dengan perkiraan sepertiganya adalah IPF (Idiopathic
Pulmonary Fibrosis). Insiden ILD ini lebih tinggi untuk laki-laki dibandingkan perempuan.
Di Jepang insidennya adalah 4,1 per 100.000, dan di Finlandia adalah 7-12 per 100.000.2
Insiden dan prevalensi IPF secara pasti sulit diketahui, namun dari suatu data
diperoleh insiden terjadinya IPF adalah 7-10 kasus per 100.000 per tahun dengan prevalensi
3-6 per 100.000. Pada penelitian lain juga didapatkan prevalensi IPF adalah 20,2 per 100.000
laki-laki dan 13,2 per 100.000 wanita.2
2.4 Klasifikasi ILD
Tabel 1. Klasifikasi ILD

Tabel 1. Interstitial Lung disorders : major categories 2

SARKOIDOSIS

Sarkoidosis adalah penyakit inflamasi multiorgan yang etiologi/antigen penyebabnya


belum diketahui. Antigen yang telah diproses oleh makrofag dipresentasikan kepada sel
limfosit T sehingga teraktivasi dan mengeluarkan interleukin-1 yang akan mengaktifkan
limfosit CD4 untuk mengeluarkan interleukin-2, sehingga terjadi : (1) kemotaksis, yang
menarik sel limfosit dari sirkulasi ke tempat pembentukan granuloma, (2) mitogenesis,
stimulasi sel limfosit T sehingga berproliferasi di tempat pembentukan granuloma.
Kompartementalisasi sel-sel inflamasi pada paru mengakibatkan gambaran limfositopenia
pada darah tepi dan CD4 lymphocyte-rich alveolitis (alveolitis limfositik).4

IDIOPATHIC PULMONARY FIBROSIS (IPF)

            IPF atau cryptogenic fibrosing alveolitis (CFA) adalah salah suatu penyakit ILD yang
etiologinya tidak diketahui, walaupun ada bentuk IPF yang diturunkan (bentuk familial),
karena itu sebelum menegakkan diagnosis IPF perlu disingkirkan penyebab fibrosis
paru  seperti sarkoidosis, eosinophilic granuloma, penyakit vaskular kolagen, fibrosis paru
akibat infeksi, aspirasi kronik, dan obat-obatan.Pada IPF terdapat kompleks imun dalam
serum dan paru pada fase aktif penyakit. Walaupun kompleks imun dapat mengaktifkan
sistem komplemen namun belum ada bukti bahwa proses ini terjadi dalam paru.  Kompleks
imun menstimulasi makrofag untuk melepaskan berbagai faktor antara lain leukotrien
B4 (LTB4) yang menarik netrofil dan eosinofil. Makrofag alveolar juga melepaskan oksidan
yang menyebabkan jejas pada epitel paru sehingga terjadi proliferasi fibroblas dan deposisi
kolagen.3

HYPERSENSITIVITY PNEUMONITIS (HP)

            HP atau extrinsic allergic alveolitis  (EAA) suatu sindrom akibat inhalasi antigen


berulang terutama partikel organik seperti bakteri termofilik, protein avian, jamur dan bahan
kimia.22 Apabila terjadi interaksi  dengan antigen maka akan terdapat kompleks imun yang
terdeposisi di paru (reaksi Arthus)., dan terdapat produksi antibodi IgG dan IgM di paru.
Pembentukan granuloma terjadi akibat infiltrasi makrofag dan limfosit ke dalam dinding
bronkiolus dan dinding alveol.3

EOSINOPHILIC PNEUMONIA (EP)

            Pada EP ditemukan gambaran histologis yang khas berupa infiltrasi eosinofil dan
makrofag pada alveol. Walaupun pada beberapa kasus diketahui penyebabnya (misalnya
reaksi obat tertentu, jamur, parasit, inhalasi) namun kebanyakan bersifat idiopatik. Pada EP
ditemukan eosinofilia darah tepi, peningkatan laju endap darah dan respons terhadap
kortikosteroid yang baik.25 De Jaegher dan Demedts25 menemukan pada 5 kasus EP terdapat
42 ± 22% eosinofil sebelum terapi kortikosteroid. Setelah terapi jumlah eosinofil menurun
hingga kurang dari 1%. Pada kasus EP juga ditemukan limfositosis. Limfosit pada BAL
didominasi terutama oleh sel T CD4.25 Yamaguchi dkk25menemukan pada satu pasien selain
terdapat eosinofilia juga terdapat peningkatan IgE akibat produksi lokal antibodi di paru.3

DRUG-INDUCED LUNG DISEASE (DILD)

            Drug-Induced Lung Disease (DILD) tidak memiliki gambaran khas baik dari gejala
dan tanda, pemeriksaan laboratorium, maupun pemeriksaan patologis. Diagnosis
DILD dibuat setelah menyingkirkan  kemungkinan  keganasan,  infeksi,  tromboemboli paru,
dan gagal jantung.3
            Salah satu obat yang diketahui menyebabkan terjadinya ILD adalah amiodaron.
Amiodaron diindikasikan untuk penatalaksanaan aritmia jantung dan digunakan terutama
untuk pasien yang rekfrakter terhadap terapi konvensional. Farmakologi dan toksisiti
amiodaron banyak dibahas dalam berbagai studi. Reaksi toksik pada paru dan hepar adalah
reaksi nonkardiak terbanyak. Namun mekanisme toksisiti multisistem belum diketahui. Salah
satu akibat penggunaan amiodaron adalah inhibisi lysosomal phospholipase A, sehingga
menyebabkanphospholipidsm yang luas. Secara histopatologis, pada paru terjadi akumulasi
limfosit, fibroblas dan foamy macrophage serta fibrosis.4

            Gambaran alveolar makrofag pada BAL terlihat vakuol dengan myelin figures akibat


akumulasi lipid. Gambaran ini terlihat pada penderita yang memakai amiodaron baik yang
toksik dan nontoksik sehingga hubungan toksisiti dan gambaran BAL belum terbukti. Namun
gambaran inflamasi interstisial dan fibrosis berhubungan dengan gambaran klinis. Manfaat
pemeriksaan BAL pada penderita yang memakai amiodaron mungkin berguna dalam
menyingkirkan kemungkinan infeksi. Biopsi transbronkial juga menunjukkan
gambaran  foamy macrophage. Pada septa alveol terlihat penebalan oleh jaringan fibrosis.4

        

         
2.5 Diagnosis ILD
Table 2. Clues from the initial evaluation that suggest specific types of ILD.2
Table 3 Clues from the physical examination and their disease associations. 2
Table 4 Clues for specific diagnoses from blood and urine testing.2
Table 5 Thoracic imaging patterns.2
2.6 Penatalaksanaan
Tabel 6. Therapies for select types of ILD.2
Tabel 7. Pharmacotherapy for IPF: agents current clinical trials.2
BAB 3
KESIMPULAN

Penyakit paru interstisial (Interstitial lung disease/ ILD) adalah kelompok penyakit


paru yang ditandai dengan alveolitis parenkim dan fibrosis. ILD terdiri atas berbagai penyakit
yang memiliki kemiripan dalam gejala, perubahan fisiologi, gambaran radiologi dan
gambaran histopatologinya. Terdapat berbagai macam klasifikasi dari IDL. Terapi ILD
berdasarkan pada klasifikasi ILD itu sendiri. Pasien yang ditemukan dengan kecurigaan ILD
harus dievaluasi lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wildawati Nurdin, Lisnawati. 2015. Aspek Histopatologik Interstitial Lung Disease.


Pratista patologi
2. Keith C Meyer. 2014. Diagnosis and management of Interstitial lung disease.
Translation AL Respirator Medicine
3. Menaldi Rasmin. 2016. Bronchoalveolar Lavigne pada Interstitial Lung Disease.
Departemen Pulmonology dan Ilmu kedokteran FKUI
4. Juliani Dewi. 2018. KL-6/MUC-1 sebagai Penanda Penyakit Paru Interstitial. OPINI:
Malang

Anda mungkin juga menyukai