1. Apa itu nyeri dan apa saja klasifikasinya? (ciri2, persamaan, dan perbedaan)
nyeri diartikan sebagai sensasi fisik atau kondisi emosi yang tidak diinginkan akibat
rusaknya saraf atau jaringan di dalam tubuh seseorang. klasifikasi nyeri adalah berdasarkan
durasi (akut, kronik), patofisiologi (nosiseptif, nyeri neuropatik).
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah dengan ukuran intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung
untuk waktu singkat. Nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan.
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang periode
waktu. Nyeri kronik berlangsung lama, intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung
lebih dari 6 bulan.
Manifestasi klinis yang tampak pada nyeri kronis sangat berbeda dengan yang
diperlihatkan oleh nyeri akut. Dalam pemeriksaan tandatanda vital, sering didapatkan masih
dalam batas normal dan tidak disertai dilatasi pupil. Secara verbal klien mungkin akan
melaporkan adanya ketidaknyamanan, kelemahan, dan kelelahan.
Nyeri Nosiseptif
Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan. Pada
umumnya, tipe nyeri ini tidak memerlukan terapi khusus karena perlangsungannya yang
singkat. Nyeri ini dapat timbul jika ada stimulus yang cukup kuat sehingga akan
menimbulkan kesadaran akan adanya stimulus berbahaya, dan merupakan sensasi
fisiologis vital. Intensitas stimulus sebanding dengan intensitas nyeri. Contoh: nyeri pada
operasi, nyeri akibat tusukan jarum, dll.
Nyeri Neuropatik
Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi sistem saraf perifer (seperti pada
neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia, radikulopati lumbal, dll) atau sentral (seperti
pada nyeri pasca cedera medula spinalis, nyeri pasca stroke, dan nyeri pada sklerosis
multipel).
Nyeri neuropati dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi (sentral dan perifer), etiologi,
gejala dan mekanisme.
klasifikasi Keterangan
Neuropati sendiri dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi saraf yang terpengaruh dan
penyakit-penyakit yang menyebabkannya. Berikut ini adalah jenis-jenis neuropati yang
umum:
a. Neuropati perifer, kondisi ini terjadi ketika gangguan atau kelainan saraf memengaruhi
saraf di luar otak dan saraf tulang belakang. Dengan kata lain, neuropati perifer
memengaruhi saraf-saraf pada anggota gerak, seperti lengan, tungkai, tangan, kaki, dan
jari.
b. Neuropati otonom, kondisi yang muncul akibat kerusakan pada sistem saraf involunter.
Sistem saraf ini mengendalikan detak jantung, sirkulasi darah, sistem pencernaan, respons
seksual, keringat, dan fungsi kandung kemih.
c. Neuropati kranial, kondisi dimana terjadi kerusakan pada salah satu dari 12 saraf 2
kranial(saraf di bagian kepala).
d. Neuropati fokal atau mononeuropati, kondisi yang hanya memengaruhi satu saraf, satu
kelompok saraf, atau saraf pada salah satu bagian tubuh seperti paha, kaki, lengan, otot
mata, atau dada. Kondisi ini umumnya dipicu oleh penyakit diabetes, dengan gejala yang
muncul secara mendadak. Gejala biasanya dapat mereda dengan sendirinya dalam jangka
waktu 6 hingga 8 minggu.
Berdasarkan jumlah saraf
neuropati terbagi atas 2 jenis yaitu polineuropati dan monon
europati.
a. Polineuropati adalah suatu keadaan yang ditandai gangguan fungsi dan atau struktur yang
mengenai banyak saraf tepi, bersifat simetris dan bilateral. Biasanya disebabkan oleh
kelainan-kelainan difus yang memengaruhi seluruh susunan saraf perifer, seperti
gangguan metabolik, keracunan, keadaaan defisiensi, dan reaksi imuno-alergik. Bila
gangguan hanya mengenai akar saraf spinalis maka disebut poliradikulopati dan bila saraf
spinalis juga ikut terganggu maka disebut poliradikuloneuropati.
b. Mononeuropati adalah lesi bersifat fokal pada saraf tepi atau lesi bersifat fokal majemuk
yang berpisah-pisah (mononeuropati multipleks) dengan gambaran klinis yang simetris
atau tidak simetris. Penyebabnya adalah proses fokal misalnya penekanan pada trauma,
tarikan, luka dan lain-lain, penyinaran, berbagai jenis tumor, infeksi fokal, dan gangguan
vascular.
Sumber :
Amalia AF, dkk. (2016). Kembuan Profil nyeri di poliklinik saraf RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4,
Nomor 2
Bahrudin, Mochamad. (2017). Patofisiologi Nyeri (Pain). Sanitika Media
P, Thomas Eko; Putra, Purna. (2016). Peran Sitokin dalam Mekanisme Nyeri Neuropatik.
Denpasar : UNIVERSITAS UDAYANA
Devi, Fryda Liana. (2021). Manajemen Nyeri Neuropatik. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional Volume 3, Nomor 1
Haerul Muhajiji. (2019). Analisis Kualitas Hidup Penggunaan Gabapentin Dibandingkan
Dengan Pregabalin Terhadap Nyeri Neuropatik Di Poli Saraf Rsud Provinsi Ntb Tahun 2019.
Mataram : Universitas Muhammadiyah Mataram
Mahadewa, T. G. B. (2013). Saraf perifer masalah dan penanganannya (Cetakan ke-1).
Jakarta Barat: PT. Indeks.
Berdasarkan gejala
Tipikal
Nyeri wajah unilateral dengan kualitas tajam, menusuk, dan sensasi tertinggal (lingering
aftersensation) yang berlangsung b.0eberapa detik, dengan periode refrakter dan nyeri
tidak berkelanjutan.
Atipikal
Nyeri wajah unilateral dengan kualitas tajam, menusuk, dengan sensasi tertinggal (lingering
aftersensation), terbakar, atau tersengat, dimana nyeri berlangsung beberapa detik
(sedikit lebih lama dari nyeri tipikal) dengan periode refrakter dan nyeri yang terus
menerus tapi tidak parah.
Nyeri neuropatik secara mekanis tidak serupa dengan kondisi nyeri kronis
karena Pasien biasanya mengalami serangkaian gejala yang berbeda, seperti
sensasi terbakar dan tersengat listrik, dan nyeri akibat rangsangan yang tidak
menyakitkan (seperti sentuhan ringan)
gejalanya menetap dan cenderung menjadi kronis dan kurang merespons
obat pereda nyeri. Gangguan tidur, kecemasan dan depresi sering terjadi dan parah
pada pasien dengan nyeri neuropatik, dan kualitas hidup lebih terganggu pada
pasien dengan nyeri neuropatik kronis dibandingkan pada pasien dengan nyeri non-
neuropatik kronis yang tidak berasal dari saraf yang rusak atau teriritasi.
Nyeri neuropatik dapat timbul dari kondisi yang mempengaruhi sistem saraf tepi
atau pusat. Gangguan pada otak dan korda spinalis, seperti multiple sclerosis dan
mielopati post traumatik, dapat msnyebabkan nyeri neuropatik. Gangguan sistem saraf
tepi yang terlibat dalam proses nyeri neuropatik termasuk penyakit pada saraf spinalis,
ganglia dorsalis, dan saraf tepi. Nyeri neuropati adalah hal yang paling sering dan purting
dalam morbiditas pasien kalker. Nyeri pada pasien kanker dapat timbul dari kerusakan
sistem saraf karena radiasi atau kemoterapi.
6. Apa saja faktor risiko dan penyebab terjadinya rasa nyeri di skenario dan juga penyebab
neuropatik ?
7. Mengapa rasa nyeri akan bertambah saat terkena udara dingin?
Kekakuan, sakit, dan nyeri sering dikaitkan dengan perubahan cuaca, terutama
turunnya suhu musim dingin. Ketika otot dingin, maka fleksibilitas otot menjadi berkurang,
sehingga lebih cenderung menjadi rusak dan menyakitkan.
Cuaca dingin menyebabkan kelelahan, masalah keseimbangan, kelemahan otot
atau sakit kepala. Ini dikarenakan perubahan tekanan udara yang mendahului perubahan
cuaca. Kelembapan yang lebih tinggi, tekanan udara yang lebih rendah, dan angin kencang
dapat memberikan penekanan pada sendi dan otot.
Sensasi “pembekuan otak” yang didapat beberapa orang ketika makan es krim,
dan udara dingin mungkin merangsang saraf trigeminal yang bertanggung jawab atas
sensasi kulit di wajah, leher, dan mulut.
Udara dingin juga bisa menyebabkan pilek, sebab pembuluh darah mengerut,
sehingga kepala menjadi sakit. Pengidap migrain mungkin sudah memiliki sensitivitas yang
meningkat terhadap perubahan sensorik (panas / dingin, terang / gelap, kebisingan /
keheningan, dan lain-lain) dan ambang nyeri yang lebih rendah juga.
Penjelasan lain kenapa udara dingin bisa memicu nyeri adalah berkaitan dengan
penurunan tekanan barometrik, yang menyebabkan tendon, otot, dan jaringan di
sekitarnya mengembang. Karena ruang yang terbatas di dalam tubuh, maka dapat
menyebabkan rasa sakit, terutama pada sendi yang terkena artritis.
Tubuh setiap orang bereaksi terhadap tekanan barometrik yang fluktuatif, tapi
orang-orang dengan artritis dan mereka yang menderita nyeri kronis lebih rentan merasa
tidak nyaman. Selain itu, cuaca buruk dapat memengaruhi suasana hati orang; jika sedih
atau tertekan, persepsi nyeri dapat diperbesar.
8. Apakah ada hubungan riwayat yang sama dengan diagnosis pada skenario
9. Mengapa rasa nyeri pada skenario dapat menjalar?
Trigeminal Neuralgia, secara tradisional disebut dengan Tic Douloureux, adalah
gangguan nyeri neuropatik kronis yang ditandai dengan gejala nyeri tertusuk atau
sengatan listrik di daerah wajah. Penyakit ini terjadi akibat gangguan pada saraf wajah
yang dinamakan saraf trigeminal (nervus trigeminus).
Nervus Trigeminus adalah nervus cranialis kelima. Nervus ini terbagi menjadi 2
cabang. Cabang besar memerankan fungsi sensoris pada wajah, sedangkan cabang yang
lebih kecil memerankan fungsi motorik mengunyah.
serabut-serabut N. trigeminus akan membentuk 3 buah cabang yaitu :
N. ophthalmicus (N. V 1): Cabang pertama mengontrol sensasi di mata seseorang, kelopak
mata atas dan dahi.
N. maxillaris (N. V 2): Cabang kedua mengontrol sensasi di kelopak mata bawah, pipi,
lubang hidung, bibir atas dan gusi atas.
N. mandibularis (N. V 3): Cabang ketiga mengontrol sensasi di rahang, bibir bawah, gusi
bawah dan beberapa otot yang digunakan untuk mengunyah.
Maka dari itu, pada pasien trigeminal neuralgi serangan nyeri awal mungkin
masih ringan dan singkat, tetapi jika tidak diobati, neuralgia trigeminal dapat semakin
memburuk. jika awalnya nyeri hanya pada bagian pipi saja, akan semakin memburuk dan
menyebar ke bagian rahang jika tidak diobati
Sumber:
- Pilitsis, Julie G. 2019. Trigeminal Neuralgia. American Association of Neurological Surgeons
10. Mengapa rasa nyeri pada skenario dapat hilang timbul?
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri
(menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus, hilang timbul, periode
bertambah atau berkurangnya intensitas), dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar,
sakit nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti di gencet).
Nyeri yang hilang timbul, berpindah-pindah hampir diseluruh tubuh dengan
frekuensi yang tidak terlalu sering dan intensitas ringan, kemungkinan dapat disebabkan
oleh kaku pada otot. Selain masalah pada otot, tulang, pengaruh hormonal, efek samping
obat-obatan (jika terdapat obat yang saat ini anda konsumsi), stress, adanya suatu
penyakit infeksi, dll dapat menjadi penyebab. Kondisi fisik yang kelelahan akibat aktifitas
fisik yang cukup b
erat seringkali dikeluhkan pada beberapa orang. Stres dapat juga menjadi pemicu, yang
membuat tubuh terasa lebih lelah.
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermittent yang menetap sepanjang
suatu periode waktu atau nyeri hilang timbul. Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang
berlangsung sampai melebihi perjalanan suatu penyakit akut, berjalan terus menerus
sampai melebihi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan suatu trauma, dan
terjadinya secara berulang-ulang dengan interval waktu nyeri 3 sampai 6 bulan. Berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial dengan intensitas ringan hingga berat,
terjadi konstan atau berulang yang berakhirnya tidak dapat diprediksi, berlangsung lebih
dari tiga bulan.
Sumber : Widyadharma, I Putu Eka. (2016). Efektivitas Pregabalin untuk Terapi Nyeri Kronis:
Evidence-based Review. Denpasar : Universitas Udayana.
Septriani Saragih, Ice. (2019). Pengaruh Foot Massage Terhadap Intensitas Nyeri, Durasi
Nyeri, Frekuensi Nyeri Dan Disabilitas Pasien Low Back Pain. Medan : Universitas Sumatra
Utara.
Rangkaian proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan sampai dirasakan
nyeri adalah suatu proses elektrofisiologis. Ada 4 proses yang mengikuti suatu proses
nosisepsi yaitu:
1. Transduksi: suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalnya
tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam
proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara maksimal
terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau
nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses
transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon terhadap stimulasi
eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
2. Transmisi: suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis,
kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan
pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu
dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal.
3. Modulasi: proses perluasan sinyal neural terkait nyeri (pain related neural signals). Proses
ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level
lainnya.
4. Persepsi nyeri: kesadaran akan pengalaman nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai
reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor dan
berfungsi untuk menerima rangsangan nyeri.