Anda di halaman 1dari 21

Mitologi Dalam Teori Genetik Konrad Z.

Lorenz: Perspektif
Pendidikan Islam".

Kevin Arielga Biyan Ashbara


Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Email Penulis: kevinashbara@std.unissula.ac.id

ABSTRAK

Tulisan ini sebagai analisis wacana dalam kajian pusataka dengan menggunakan
pendekatan teori-teori sosial dan pendidikan Islam. Temuan penelitian ini, pertama; Lorenz
berpandangan perilaku sosial manusia bersumber dari genetis. Mempelajari fenomena
sosial binatang untuk diterapkan pada perilaku sosial manusia yang memiliki struktur
biologis yang berbeda dengan binatang. Kedua; argumentasi yang dibangun Lorenz,
menganalogikan manusia sama dengan binatang karena insting bawaan sangat layak
diperdebatkan. Ketiga; dilihat dalam perspektf pendidikan Islam, argumentasi Lorenz,
sangat tidak proporsional karena struktur biologis manusia berbeda dengan struktur
biologis binatang. Kelemahan teori genetik Lorenz tentang perilaku manusia adalah
terlalu menekankan pada aspek biologis semata atau dalam narasinya “manusia adalah
binatang sosial”, teori ini dapat diterima sebagai mitologi dalam paradigma kajian
akademis.

Kata Kunci: Mitologi, Teori gentik , Teori Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling baik dan lengkap satu di bandingkan
dengan makhluk lainnya. Manusia, bukan hanya memiliki bentuk yang indah dan unik,
tetapi lebih dari itu, manusia menyimpan sejuta makna dan rahasia yang selalu menarik
untuk dikaji dan diperbincangkan. Keindahan dan keunikan manusia membuat semakin
sulit dipahami. Kesulitan-kesulitan itulah yang semakin merangsang daya pikir kritis para
filosof untuk mengungkapkan teka-teki tentang siapa manusia. Salah satu elemen yang
paradoks dari manusia adalah keberadaannya sebagai makhluk individu (personal) dan
pada saat yang sama juga makhluk sosial (komunitas). Manusia adalah makhluk
independen yang mengungkapkan keberadaannya sebagai individu yang unik dan
bebas, namun di sisi lain keberadaannya sebagai pribadi yang unik dan bebas,
terperangkap dalam relasinya dengan sesama manusia. Seperti yang diungkapkan
Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial atau dalam bahasa Yunaninya dikenal
sebagai zoonpolitikon. Manusia selalu hidup dalam relasinya dengan sesamanya. Bahkan
kesempurnaan diri dan tujuan akhir (kebahagiaan menurut Aristoteles) hanya bisa
dicapai dalam relasinya dengan sesama. Atau dalam bahasa eksistensialnya dikatakan
sebagai “aku menjadi aku karena kamu.” 2Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki
kemampuan berinteraksi dan menjalin kerja sama. Ibnu Miskalah menyebut manusia
sebagai homo homini socius yaitu manusia memerlukan manusia lain selain dirinya
sendiri.3Untuk mencapai kebahagiaan insaninya, manusia memerlukan satu tempat yang di
dalamnya terdapat suatu komunitas tertentu. Sebuah komunitas yang dapat melengkapi
eksistensinya, sekaligus menyempurnakan kemanusiaannya. Melalui komunitas itulah
manusia menjalin interaksi dan kerja sama. Interaksi dan kerja sama manusia tidak
didasari atas insting atau naluri semata melainkan kesadaran untuk saling membutuhkan .

Alfred Adler juga menyatakan pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. Hal
itu dapat dibuktikan bahwa manusia memiliki sikap kooperatif, memiliki hubungan sosial,
hubungan antar pribadi, mengikatkan diri dengan kelompok lainnya.4 Kegiatan unik
manusia dapat bersifat individual, bersifat sosial, dan bersifat ke-Tuhankan. Ketiga kegiatan
tersebut saling mendukung, misalnya dalam interaksi sosial manusia dapat
merealisasikan kehidupannya secara individual, karena adanya interaksi sosial dan
dalam interaksi itu akan ditemukan perangsang-perangsang (stimulus) dan pola asuh di
dalam kehidupan sosial dengan sesama manusia. Thomas Aquinas sebagaimana pendapat
Aristoteles, bentuk tertinggi dari relasi yang dijalani manusia dalam lingkungan sosialnya
ialah persahabatan.5 Persahabatan adalah sesuatu yang urgen (necessary) bagi manusia
dalam menjalani hidupnya di dunia ini karena tujuan dari persahabatan ialah kebaikan.
Tetapi ada sumber lain yang menilai relasi yang paling urgen dalam hidup manusia bukanlah
pada persahabatan melainkan pada keluarga. Keluargalah yang berperan penting dalam
seluruh perkembangan kepribadian seseorang. Menurut Paula J. C. Dan Janet W. K. Manusia
merupakan makhluk yang terbuka, bebas memilih makna di dalam setiap situasi,
mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang hidup secara berkelanjutan, serta
turut menyusun pola hubungan antar sesama dan unggul multidimensional dengan berbagai
kemungkinan.6 Sedangkan menurut Omar Mohammad Al-Toumi Al-Syaibany, manusia
adalah makhluk mulia yang mampu berpikir, dan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari
badan, ruh, dan akal). Manusia di dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.7Manusia merupakan makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurnya, dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang
lain. Kesempurnaan itu dimiliki oleh manusia, karena Allah memberikan keistimewaan
berupa akal pikiran, yang tidak dimiliki oleh makhluk lainya. Di samping itu, Allah
melengkapi kesempurnaan manusia dengan memberinya daya hidup, bisa mengetahui,
berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir dan memutuskan. Semua daya
tersebut telah dibawa oleh manusia semenjak ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kehidupan
sosial manusia tidak terlepas dari kehidupan individualnya, begitu juga sebaliknya.
Argumentasi ini memunculkan psikologi sosial, cabang dari psikologi, yang mempelajari
pengaruh-pengaruh luar terhadap diri individu. Psikologi sosial merupakan ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami asal usul dan sebab-sebab terjadinya perilaku
individual dalam konteks sosial. Psikologi sosial merupakan keilmuan yang mempelajari
tentang hubungan antara manusia dan kelompok yang dipengaruhi perilaku manusia
yang bisa melahirkan respon yang bersifat destruktif ataupun konstruktif. Berbagai
pemikiran, pandangan, ide dan perbincangan yang dilakukan untuk membuka tabir
tentang manusia. Tidak henti-hentinya pembahasan mengenai manusia, baik dalam
aspek fisik maupun psikis, menandakan bahwa misteri manusia masih mengandung
kejutan-kejutan ilmiah yang layak untuk ditelaah dan dipresentasikan dalam dunia ilmu
pengetahuan. Kajian ini menjawab teori genetik Konrad Zocharias Lorenz yang menyatakan
bahwa manusia sebagai binatang sosial dalam perilaku sosial sesama manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Genetika
Mengubah parameter dalam genetika populasi, yaitu frekuensi alel menjadi suatu
informasi bersifat kuantitatif. Untuk tujuan ini di perlukan ditunjukkan sedikit
penjelasan mengenai prameter statistik. Dengan demikian informasi tentang alel
Dapat dimanfaatkan dengan baik analisis populasi, menghitung munculnya suatu
sifat genetik dalam suatu populasi, dan menghitung besaran kuantitatif dari sifat
yang ada dalam populasi tersebut.
Genetika berkembang dari ilmu yang membahas tentang bagaimana sifat diturunkan
menjadi lebih luas, yakni ilmu yang mempelajari tentang materi genetik.
Secara luas, genetika membahas mengenai:
1. Struktur materi, genetik, meliputi gen, kromosom, DNA, RNA, plasmid,
episom, dan elemen tranposabel.
2. Reproduksi materi genetik, meliputi reproduksi sel, replikasi DNA, dan
lainnya.
3. Kerja materi genetik, meliputi ruang lingkup materi genetik, transkripsi, kode
genetik dan lainnya.
4. Perubahan materi genetik, meliputi mutasi dan rekombinasi
5. Genetika dalam populasi
6. Perekayasaan materi genetik

Perinsip genetika

Perkembangan dalam suatu genetika dalam suatu ilmu tidak dapat si lepaskan dari adanya
suatu eksperimen yang dipilih oleh Mendel pada sivum pasivum . Mendel yakni telah
berhasil menjelaskan dengan bagaimana orang tua meneruskannya sifat itu terhadap anak
dengan persilangan antara tanaman terhadap sifat yang telah berbeda.
Sivum pasivum mempunyai suatu keunggulan yang dapat digunakan dalam percobaan
genetika karena mudah diperoleh memiliki varietas yang jelas yang dapat dibedakan ,
termasuk warna biji , bentuk biji ,dan warna bunga . Sivum pasivum mempunyai bunga yang
lumayan besar untuk memfasilitasi pembiakan buatan.

Ketika di silangkan terhadap sifat lain Mendel menyilangkan tanaman dengan bunga ungu
dan bunga putih dan tanaman bunga ungu (F1). Sifat bunga ungu tersebut yakni dapat
dikatakan dominan . Jika F1 dilintasi dengan F1, F2 akan dihasilkan dengan rasio ungu : putih
= 3:1. Sifat yang telah diamati disebut dengan fenotif , sedang kan dalam sebuah faktor
kontrol disebut genotipe

Pengertian Mutasi

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik baik pada taraf tingkatan gen
maupun pada tingkat kromosom.

Tujuan mutasi adalah untuk menghadapi perubahan alam yang akan timbul sewaktu-waktu,
sehingga ketika perubahan muncul, ada dua kemungkinan yang dapat timbul yaitu sifat yang
bermutasi lebih mudah beradaptasi dibandingkan dengan sifat yang asli, sehingga karakter
asli kemungkinan hilang dari peredaran. Kemungkinan lainnya adalah sifat yang bermutasi
tidak cocok terhadap lingkungan yang baru, sehingga individu atau populasi suatu spesies
yang memilikinya akan susut atau punah. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa cocok
atau tidaknya bagi individu yang bermutasi tergantung pada daerah dimana individu atau
populasi tersebut tinggal.

Mutasi sendiri terbagi menjadi Mutasi Besar dan Mutasi kecil, Mutasi Kecil hanya
menimbulkan perubahan kecil yang kadang tidak jelas pada fenotip atau dengan kata lain
terdapat variasi dimana individu yang bermutasi hanya sedikit berbeda dari tetuanya.

Sebaliknya, mutasi besar menimbulkan perubahan yang jelas pada fenotip dan
menyebabkan fenotipe keturunannya mengarah ke abnormal. Mutasi besar merupakan
dasar bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat terwariskan (heritable). Pelajari
mengenai mutasi pada buku Kuantifikasi Dan Filogenetika Mutasi DNA.
Penyebab Mutasi

Mutasi adalah peristiwa berubahnya informasi yang terkandung dalam DNA. Perubahan
informasi ini dapat terjadi dalam skala kecil pada beberapa basa nukleotida, atau pada skala
kromosom yang melibatkan jutaan basa nukleotida.

Mutasi dapat menyebabkan berbagai perubahan baik maupun buruk dan menghasilkan
berbagai variasi genetik. Mutasi dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Terjadinya mutasi pada DNA dapat menyebabkan adanya perubahan protein yang
dihasilkan. Perubahan pada protein yang dihasilkan dapat menyebabkan perbedaan pada
manusia. Beberapa penyakit pada manusia yang disebabkan oleh terjadinya mutasi adalah
penyakit buta warna dan thalasemia. Terdapat beberapa macam mutasi diantaranya
substitusi, delesi, insersi, duplikasi, inversi, translokasi dan lain-lain.

Faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi berasal dari banyak aspek variabel
faktor lingkungan. Faktor- faktor tersebut dikenal sebagai mutagen. Pada umumnya faktor-
faktor lingkungan penyebab mutasi (mutasi) dibagi menjadi:

1. Faktor Fisika (Radiasi)


Agen mutagenik dari faktor fisika berupa radiasi. Radiasi yang bersifat mutagenik
antara lain berasal dari sinar kosmis, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar –X, partikel
beta, pancaran netron ion- ion berat, dan sina- sinar lain yang mempunyai daya
ionisasi. Radiasi dipancarkan oleh bahan yang bersifat radioaktif. Suatu zat radioaktif
dapat berubah secara spontan menjadi zat lain yang mengeluarkan radiasi. Ada
radiasi yang menimbulkan ionisasi ada yang tidak. Radiasi yang menimbulkan ionisasi
dapat menembus bahan, termasuk jaringan hidup, lewat sel-sel dan membuat
ionisasi molekul zat dalam sel, sehingga zat- zat itu tidak berfungsi normal atau
bahkan menjadi rusak. Sinar tampak gelombang radio dan panas dari matahari atau
api, juga membentuk radiasi, tetapi tidak merusak.
2. Faktor Kimia
Mutagen Bahan Kimia, contohnya kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat yang
dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan
dapat menghambat pembelahan sel pada anafase. Zat-zat lainnya misalnya:
Pestisida: DDT (insektisida dipertanian dan rumah tangga), DDVP (insektisida,
fumigam, helminteik ternak), Aziridine (digunakan pada industri tekstil, kayu dan
kertas untuk membasmi lalat rumah, mutagen pada tawon, mencit, neurospora, E,
coli, dan bakteriofage T4), TEM (digunakan dalam teskstil dan medis, Membasmi
lalat rumah.mutagen pada mencit dan serangga, jamur, aberasi pada memcit, allium
e coli dan lekosit).
Makanan dan minuman: Caffein (Banyak didapatkan pada minuman, kopi, teh,
cokelat, dan limun yang mengandung cola, Pada bidang medis untuk antihistamin
dan obat pusing, pengembang pembuluh darah, koroner), Siklamat dan
sikloheksilamin (Banyak digunakan untuk penyedap makanan dan minuman,
Natrium nitrit dan asam nitrit (zat ini digunakan mengawetkan daging, ikan dan
keju).
3. Faktor Biologi
Lebih dari 20 macam virus penyebab kerusakan kromosom, misalnya virus hepatitis
menimbulkan aberasi pada darah dan sumsum tulang. Virus campak, demam kuning,
dan cacar juga dapat menimbulkan aberasi.

Jenis Mutasi

Mutasi pada tingkat gen disebut mutasi titik, sedangkan mutasi pada kromosomal biasanya
disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi
dasar munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di
alam, biasanya lebih rendah daripada 1:10.000 individu. Jenis-jenis mutasi lainnya,
diantaranya:

1. Mutasi titik
Mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA. Mutasi
titik sering terjadi namun efeknya dapat dikurangi oleh mekanisme
pemulihan gen. Mutasi titik dapat mengakibatkan berubahnya urutan asam
amino pada protein serta berubah atau hilangnya fungsi enzim. Saat ini
teknologi banyak menggunakan mutasi titik sebagai markernya (disebut juga
SNP) untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada gen dan dikaitkan dengan
perubahan fenotipe.
Contoh mutasi gen adalah reaksi asam nitrit dengan adenin menjadi zat
hipoxanthine. Zat ini kemudian akan menempati tempat adenin asli dan
berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin. Mutasi gen dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu mutasi diam, mutasi non-sense, mutasi miss-sense.

2. Mutasi Besar
Mutasi kromosom, sering juga disebut dengan mutasi besar atau aberasi
kromosom merupakan perubahan jumlah kromosom dan susunan atau
urutan gen dalam kromosom. Mutasi kromosom sering terjadi karena
kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis.

3. Aneuploidi
Aneuploidi adalah perubahan jumlah n yang menandakan jumlah set
kromosom. Sebagai contoh, sel tubuh manusia memiliki 2 paket kromosom
sehingga disebut 2n, dimana satu paket n manusia berjumlah 23 kromosom.
Aneuploidi dibagi menjadi dua yaitu autopoliploidi dan allopoliploidi. Pada
autopoliploidi, n-nya mengganda karena kesalahan meiosis, sedangkan
allopoliploidi, yaitu perkawinan atau hibrid antara spesies yang berbeda
jumlah set kromosomnya.

4. Aneusomi
Aneusomi merupakan perubahan jumlah kromosom.

5. Mutasi Kromosom
Mutasi kromosm adalah mutasi yang menyebabkan perubahan materi
genetik dalam skala besar. Dilansir dari bbc.co.uk, ada empat jenis mutasi
kromosom yaitu penghapusan, translokasi, inversi, dan duplikasi.
Manfaat dan Kerugian Mutasi

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik, baik DNA maupun RNA.
Perubahan tersebut bisa terjadi pada taraf urutan gen (disebut juga mutasi titik) maupun
pada taraf urutan kromosom yang disebut aberasi. Peluang terjadinya mutasi di alam adalah
sebanyak 1:10.000 individu.

Manfaat Mutasi

Pada umumnya, mutasi merugikan, mutannya bersifat letal dan homozigot resesif. Namun
demikian mutasi juga bisa menguntungkan, diantaranya, melalui mutasi, dapat dibuat
tumbuhan poliploid yang sifatnya unggul. Contohnya, semangka tanpa biji, jeruk tanpa biji,
buah stroberi yang besar, dan lain-lain. Mutasi juga menjadi salah satu kunci terjadinya
evolusi di dunia.

Keruguan Mutasi

Selain memiliki beberapa manfaat, mutasi juga memiliki dampak negatif . Dampak negatif
mutasi antara lain berdampak bagi manusia, yaitu timbulnya penyakit seperti Sindrom
Turner, Klinefelter, Sindrom Jacob, Sindrom Patau, Sindrom Edward, Metafemale, dan
Anemia Sel Sabit.

Pewarisan sifat

Pada pewarisan sifat terdapat istilah dominan dan sifat resesif, dominan merupakan
karakter yang mampu menutupi karakter yang lain. Sedangkan, sifat resesif adalah karakter
yang ditutupi. Bentuk alternatif atau variatif dari gen-gen alel, bila Anda melihat bentuk
rambut, mata, warna kulit, dan jenis telinga disebut fenotip yang adalah wujud ekspresi gen.
Susunan informasi gen atau genetik dari suatu individu yang mengkode beragam karakter
fisik disebut genotip. Perlu Anda ketahui bahwa susunan kromosom pada sel penyusun
tubuh dengan susunan kromosom pada sel kelamin itu berbeda. Susunan kromosom pada
sel tubuh berpasangan dan disebut sebagai diploid, sedangkan susunan kromoson sel
kelamin disebut haploid dan tidak berpasangan. Terdapat 23 pasang kromosom sel tubuh,
dikarenakan dalam keadaan diploid maka jumlah total kromosom menjadi 46 buah
kromosom. Kromosom nomor 1 sampai nomor 22 disebut autosom atau kromosom tubuh,
sedangkan nomor 23 disebut sebagai gonosom atau kronosom kelamin. Kronosom nomor
23 atau gonosom inilah yang akan membedakan laki-laki atau perempuan. Penelitian
pertama mengenai pewarisan sifat adalah Gregor Mendel, seorang pendeta dan ahli botan
dari Austria. Ia melakukan penelitian tentang pewarisan sifat pada 1856, pada penelitian
tersebut ia menggunakan kacang kapri sebagai objek. Mendel menggunakan kacang kapri
karena memiliki sifat kontras dan dapat melakukan penyerbukan sendiri, memiliki daur
hidup yang relatif pendek, menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak, dan mudah
melakukan penyerbukan silang. Teorinya ini disebut sebagai Hukum Mendel, terdapat dua
teori yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendek II. Hukum Mendel I atau hukum segregasi
merupakan kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Pembentukan gamet
terjadi secara meiosis atau pasangan homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi.
Dimana terjadi pemisahan alel-alel pada gen secara bebas dari diploid menjadi haploid.

Hukum Mendel II yang juga disebut hukum asortasi, dimana dikatakan bahwa pewarisan
sifat setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan sifat atau gen lain. Hukum Mendel
II berlaku ketika pembentukan gamet pada persilangan dengan dua sifat berbeda atau
dihibrid. Persilangan antara kacang ercis biji bulat warna kuning dengan tanaman ercis
bentuk biji keriput warna hijau, menjadi salah satu percobaan persilangan yang terkenal.
Hasil dari percobaan ini adalah genotip untuk berbiji bulat dan berwarna kuning, dengan
genotip dominan dan kacang kapri berbiji keriput berwarna hijau dengan genotip resesif.

Kromosom pada sel penyusun tubuh dengan susunan kromosom pada sel kelamin itu
berbeda. Susunan kromosom pada sel tubuh berpasangan dan disebut sebagai diploid,
sedangkan susunan kromoson sel kelamin disebut haploid dan tidak berpasangan. Terdapat
23 pasang kromosom sel tubuh, dikarenakan dalam keadaan diploid maka jumlah total
kromosom menjadi 46 buah kromosom. Kromosom nomor 1 sampai nomor 22 disebut
autosom atau kromosom tubuh, sedangkan nomor 23 disebut sebagai gonosom atau
kronosom kelamin. Kronosom nomor 23 atau gonosom inilah yang akan membedakan laki-
laki atau perempuan.
Penelitian tentang genetika pertama kali dilakukan oleh Gregor Mendel yang dijuluki dengan
bapak genetika. Ia melakukan eksperimen tentang pola-pola dasar pewarisan. Penelitian
kloning pertama berhasil dilakukan pada tahun 1952 oleh Robert Briggs dan Thomas King,
berupa kloning dari sel cebong. Pada tahun 1978, Baby Laouse lahir melalui pembuahan
bayi tabung, yang merupakan karya Dr Patrick Steptoe dan R. G Edwards dari Inggris. Pada
tahun 1993, Dr Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan
(embrio splitting technique) walaupun akhirnya semua klon tersebut rusak. Tanggal 23
Februari 1997 Dr Ian Wilmuth dari Scotlands Rouselin Institute berhasil mengkloning
mamalia pertama dengan kelahiran domba dolly yang menggunakan teknik ahli inti sel
somatik atau somatic cell nuclear transfer (SCNT). Pada tanggal 17 Juni 1999, tim ilmuwan
Amerika Serikat telah melakukan upaya yang serupa terhadap manusia, yaitu telah berhasil
mengkloning embrio-embrio manusia pertama kalinya.

Mitologi Teori Genetik

Teori genetik Konrad Z. Lorenz menekankan kualitas pembawaan sejak lahir atas tingkah
laku sosial. Bahwa “manusia adalah binatang sosial” menjadi inti dan teori genetik dan
sekaligus menjadi dasar asumsinya, bahwa komponen-komponen dari tingkah laku sosial
dihubungkan dengan atau mempunyai akar pada penyebab genetik yang tidak dipelajari.
Lorenz mempelajari gejala sosial pada binatang, berpendapat bahwa tingkah laku agresi
adalah perwujudan dan insting agresi yang dibawa sejak lahir. Insting agresi yang dibawa
sejak lahir merupakan kebutuhan untuk melindungi diri. Sifat-sifat menonjol dari binatang di
antaranya adalah sifat.

Mempertahankan wilayahnya, bertindak agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuatu.


Sifat-sifat ini ditemukan pula pada diri manusia. Berangkat dari teori genetik ini, maka
Lorenz sebagai ahli etologi 20 memandang bahwa insting merupakan sifat dasar hewan yang
menjadi aspek penting dalam memahami perilaku manusia.

Dalam perspektif pendidikan Islam, perilaku manusia tidak ditentukan semata-mata oleh
insting bawaan (faktor biologis), tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (non
biologis). Hakekat manusia dalam konsep pendidikan Islam adalah makhluk yang diciptakan
oleh Allah SWT, memiliki berbagai potensi untuk tumbuh kembang menuju kepada
kesempurnaan. Term makhluk jika disandarkan pada manusia tentu sangat bebeda
maknanya dengan term binatang yang dialamatkan pada manusia sebagai mana teori
Lorenz yang menganggap “manusia sebagai binatang sosial.”

Penamaan manusia sebagai makhluk (ciptaan) sangat rasional dan bisa diterima semua
orang, tetapi penamaan manusia sebagai binatang tentu menuai perdebatan dan butuh
penjelasan yang rasional. Perspektif pendidikan islam tentang hakekat manusia dibangun di
atas konsep kesatuan antara hati dan akal untuk dapat menghasilkan manusia intelektual
dan berakhlak. Karena itu, pendidikan Islam berupaya mengembangkan potensi manusia
secara maksimal melalui penguatan pada hard skill dan soft skill. Dalam kaitan ini,
argumentasi yang dibangun Lorenz dalam menjelaskan perilaku manusia di mana insting
bawaan dianggap paling berpengaruh terhadap perilaku manusia, lemah dan sulit
dijelaskan. Bahwa konsep hakekat manusia dan fungsi penciptaannya harus sepenuhnya
diakomodasikan dalam perumusan teori melalui pendekatan kewahyuan, Empirik dan
rasional serta filosofis. Karena itu, peran individu (faktor bawaan atau insting) maupun yang
lain (guru atau lingkungan), dalam membentuk perilaku manusia tidak bisa diabaikan tetapi
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dengan demikian, teori genetik Lorenz yang terlalu menekankan pengaruh insting (biologis)
dan mengabaikan faktor non biologis dalam perilaku manusia agak sulit diterima karena
berseberangan dengan realitas. Jika teori ini diterima, maka konsekuensinya adalah manusia
lebih layak mengikuti manusia. Implikasinya adalah bahwa penghargaan Tuhan kepada
manusia sebagai makhluk yang paling sempurna (lengkap) menjadi taruhan sebagai makhluk
yang paling sempurna (lengkap) menjadi taruhan.

Manusia sebagai binatang sosial, dan insting bawaan binatang dianggap penting dalam
memahami perilaku manusia, adalah analogi yang mengacaukan nalar sehat manusia dan
sulit diterima karena secara biologis maupun sosial, manusia justru lebih Sempurna, lebih
lengkap dan lebih layak ditiru perilakunya dibanding binatang. Bahwa perilaku binatang,
tidak cukup untuk menjelaskan perilaku manusia yang memang secara biologis lebih lengkap
dan lebih sempurna.
Presefektif pendidikan Islam

Dalam perspektif pendidikan Islam, manusia mempunyai sejumlah potensi atau


kemampuan, dan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi tersebut, dan mengarahkan fitrah dan potensi tersebut
menuju kebaikan dan kesempurnaan.21 Hal ini tentu sangat berbeda dengan potensi
(insting) yang dimiliki binatang. Lalu bagaimana bisa perilaku binatang dijadikan rujukan bagi
pengembangan perilaku manusia. Meskipun pengembangan potensi manusia dan insting
binatang dapat dilakukan dengan kegiatan belajar (latihan dan pendidikan).

Dalam perspektif pendidikan Islam, kritik terhadap teori genetik Lorenza tentang perilaku
manusia karena hurus merujuk pada perilaku Binatang yang terlalu menekankan pengaruh
insting bawaan. Padahal potensi manusia untuk mengembangkan perilakunya jauh lebih
kompleks Dibandingkan insting bawaan yang dimiliki binatang. Karena itu, Lorenz tanpa
sadar terjebak pada sikap “merendahkan” posisi manusia sebagai ciptaan yang paling
sempurna.

Dalam teori pendidikan Islam, karakter dasar penciptaan manusia bukan hanya pada aspek
naluriah semata atau insting bawaan. Lebih dari pada itu, manusia memiliki potensi-potensi
positif yang diberikan oleh Allah kepada dirinya guna menyempurnakan kekurangannya,
seperti akal dengan daya rasa dan daya pikirnya, fitrah bertuhan, rasa etik, rasa malu,
ilham,Firasat, kemudian diberikan petunjuk Al-Qur’an dan petunjuk Nabi SAW sebagai
menyempurnanya.

Selain itu, ia juga adalah makhluk yang memiliki iradah (kehendak yang mulia), bebas
menentukan tingkah lakunya berdasarkan pikiran dan perasaannya. Dengan kelengkapan-
kelengkapan yang diberikan Allah ini, manusia bisa menjadi makhluk yang sempurna, yang
tidak hanya dikuasai oleh aspek biologisnya. Dengan segala potensi dan kelebihan ini ia pun
menjadi makhluk yang memiliki tanggung jawab melestarikan alam, menyejahterakan
manusia dan tanggung jawab kepada Tuhan atas segala tingkah lakunya serta kewajiban
mencari Ridha-Nya. Berbeda dengan asumsi yang dikembangkan Lorenz dalam teori
Genetika nya , spirit pendidikan Islam tentang pola perilaku, lebih banyak merujuk pada
substansi manusia yang terdiri dari substansi jasmani, substansi ruhani dan substansi
nafsani.23 Ketiga substansi ini secara tegas dapat dibedakan, namun secara pasti tidak
dapat dipisahkan. Substansi jasmani adalah salah satu aspek dalam diri manusia yang
bersifat material. Bentuk dan keberadaannya dapat diindra, seperti tubuh dan anggota-
anggotanya seperti tangan, kaki, mata, telinga dan lain-lain. Dengan kata lain, ia terdiri dari
struktur organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna dibanding dengan
organisme fisik makhluk lainnya termasuk binatang yang menjadi pijakan teori genetik
Lorenz. Setiap makhluk biotik lahiriah memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari
tanah, air, api, dan udara. Energi kehidupan ini lazimnya disebut dengan Nyawa, karena
nyawa manusia hidup. Dengan daya ini, jasad manusia dapat bernafas, merasakan sakit,
panas-dingin, pahit-manis, haus lapar dan segala rasa fisik bilogis lainnya. Sedangkan
substansi ruhani dan adalah substansi psikis manusia yang menjadi esensi kehidupan. Ruh
berbeda dengan spirit dalam terminologi psikologi, sebab term ruh lebih kepada subtansi,
berbeda dengan spirit yang lebih kepada akibat dari pada ruh.24 Sementara substansi
nafsani adalah jiwa atau diri yaitu substansi psikofisik (jasadi-ruhani) manusia, sehingga
menciptakan potensi-potensi yang potensial, tetapi dapat aktual jika manusia
mengupayakannya. Teori ini yang diabaikan oleh Lorenz dalam teori Genetika nya, dalam
perspektif pendidikan Islam, setiap komponen pada diri manusia (hati, akal dan nafsu)
memiliki daya yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Aktualisasinya membentuk
kepribadian, yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Hati berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, pengendali struktur organism fisik lainnya.
Apabila hati ini berfungsi secara normal, maka kehidupan manusia menjadi baik dan sesuai
dengan fitrahnya, sebab hati memiliki natur illahiyyah atau rabbaniyyah yang merupakan
natur supra kesadaran yang dipancarkan dari Tuhan.

Struktur organisme fisik manusia ini luput dari kajian Lorenz dalam membangun
argumentasinya tentang teori genetik. Sehingga narasi yang dikemukakan yakni “manusia
sebagai makhluk sosial” menuai perdebatan dan bahkan kritik terutama jika dilihat dalam
perspektif pendidikan Islam. Teori Lorenz yang menganggap “manusia sebagai binatang
sosial,” menurut penulis lebih dekat dipahami sebagai sebuah mitologi dari pada sebuah
fakta ilmiah. Dalam Al-Qur’an memang ditemukan beberapa ayat yang menyebutkan
manusia sebagai binatang.

Dalam pendidikan Islam, nilai kemunusiaan bukan pada aktifitas biologis tetapi pada
aktifitas spritualiatas. Ketika manusia hanya memenuhi Aktivitas biologisnya semata, maka
pada saat itu Al-Qur’an menganggap dia sebagai binatang dan bahkan lebih buruk dari
binatang. Narasi yang disampaikan Lorenz dalam teori genetiknya, di mana manusia
dianggap sebagai binatang sosial menggiring dia pada satu kesimpulan bahwa perilaku
manusia ditentukan oleh insting bawaan.

Kesimpulan Lorenz ini sangat berbeda dengan narasi Al-Qur’an yang menganggap manusia
sebagai makhluk sosial, bukan binatang sosial. Dalam berbagai ayat 27 ditegaskan bahwa
perilaku manusia ditentukan atau dipengaruhi oleh identitas bukan insting bawaan. Karena
itu, ketika manusia tidak menjaga identitasnya sebagai manusia, maka manusia sama seperti
binatang atau bahkan lebih buruk dari binatang itu sendiri. Artinya, manusia dianggap
binatang bukan karena insting bawaan tetapi karena tidak mampu menjaga identitasnya
sebagai manusia yang berbeda dengan binatang.

Lorenz mencoba memperkuat argumentasinya dengan memberikan contoh kenapa


binatang lebih suka kawin dengan keturunan ibunya atau bahkan dengan ibunya sendiri itu
karena insting bawaan yang dalam teori genetiknya disebut sebagai teori kelekatan. Teori
tersebut menurut hemat penulias lebih baik dalam menghasilkan penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan perilaku hewan dari pada dianalogikan dengan perilaku manusia. Kenapa
karena justru manusia secara insting (teori fitrah) tidak mau kawin dengan ibunya karena
penghormatan dan kesucian.

Meskipun itu untuk tujuan mulia seperti membantu pasangan suami istri untuk
mendapatkan keturunan dan juga transplantasi organ-organ vital, semulia apapun
tujuannya hal tersebut tetap dilarang. Karena kloning disebut telah menyalahi fitrah
manusia, Al-Qur’an menyatakan manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna
diantara makhluk yang lainnya. Hal ini secara tegas oleh Allah pada surah At-Tiin ayat 4 yang
artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya
( dan berkelengkapan sesuai dengan keadaanya)”. Dalam pikiran logika sederhana, sesuatu
yang sudah sempurna kemudian disempurnakan lagi tentu saja akan menghilangkan sifat
kesempurnaannya, bahkan bisa mengakibatkan kerukerusaka.

Rekayasa genetika atau kloning, yaitu memodifikasi atau memanipulasi susunan genetika
dari sel untuk menghasilkan organisme atau makhluk hidup yang meningkat. Rekayasa
genetika dilakukan pada tumbuh-tumbuhan dan hewan, bahkan sekarang sedang
berkembang rekayasa genetika atau kloning pada manusia. Kloning pada manusia hanya
membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh) bukan sel reproduktif (seperti sel telur
dan sperma) dari seseorang penelitian tentang genetika pertama kali dilakukan oleh Gregor
Mendel yang dijuluki dengan bapak genetika. Ia melakukan eksperimen tentang pola-pola
dasar pewarisan. Penelitian kloning pertama berhasil dilakukan pada tahun 1952 oleh
Robert Briggs dan Thomas King, berupa kloning dari sel cebong. Pada tahun 1978, Baby
Laouse lahir melalui pembuahan bayi tabung, yang merupakan karya Dr Patrick Steptoe dan
R. G Edwards dari Inggris. Pada tahun 1993, Dr Jerry Hall berhasil mengkloning embrio
manusia dengan teknik pembelahan (embrio splitting technique) walaupun akhirnya semua
klon tersebut rusak. Tanggal 23 Februari 1997 Dr Ian Wilmuth dari Scotlands Rouselin
Institute berhasil mengkloning mamalia pertama dengan kelahiran domba dolly yang
menggunakan teknik ahli inti sel somatik atau somatic cell nuclear transfer (SCNT). Pada
tanggal 17 Juni 1999, tim ilmuwan Amerika Serikat telah melakukan upaya yang serupa
terhadap manusia, yaitu telah berhasil mengkloning embrio-embrio manusia pertama
kalinya. Berbagai penemuan baru ini merupakan kabar yang menggembirakan, karena
merupakan wujud nyata dari upaya pembangunan serta pengembangan kesehatan bagi
umat manusia. Perkembangan ilmu dan teknologi merupakan konsekuensi dari fitrah
manusia sebagai makhluk yang ingin mencari suatu hal baru. Serta konsekuensi konsep ilmu
dalam Al-Qur’an, yang menyatakan bahwa hakekat ilmu adalah menemukan sesuatu yang
baru dan bermanfaat bagi masyarakat.

Karena di balik itu semua, tanpa mengurangi arti penting serta fungsi sosial yang terdapat
dalam berbagai penemuan baru khususnya dalam bidang kesehatan, tidak semuanya dapat
langsung diterapkan begitu saja tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan
kedepannya. Serta dengan adanya penemuan-penemuan yang baru pasti akan
menimbulkan pro dan kontra dalam berbagai kalangan.

Lalu bagaimana islam memandang rekayasa genetika atau kloning pada manusia ini sebagai
kemajuan ilmu pengetahuan.

Lembaga Kajian Islam Al-Azhar di Kairo melarang praktik kloning pada manusia karena telah
menjadikan manusia yang dimuliakan oleh Allah SWT menjadi objek penelitian dalam
percobaan serta menghasilkan berbagai masalah yang pelik lainnya. Meskipun itu untuk
tujuan mulia seperti membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan dan
juga transplantasi organ-organ vital, semulia apapun tujuannya hal tersebut tetap dilarang.
Karena kloning disebut telah menyalahi fitrah manusia, Al-Qur’an menyatakan manusia
diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk yang lainnya. Hal ini
secara tegas oleh Allah pada surah At-Tiin ayat 4 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya ( dan berkelengkapan sesuai
dengan keadaanya)”. Dalam pikiran logika sederhana, sesuatu yang sudah sempurna
kemudian disempurnakan lagi tentu saja akan menghilangkan sifat kesempurnaannya,
bahkan bisa mengakibatkan kerusakan.

Dampak negatif yang dapat ditimbulkan terhadap hukum-hukum yang ditetapkan Al-Qur’an
dan hadist dari kloning pada manusia ini antara lain merusak institusi pernikahan karena
kloning mampu memproduksi manusia tanpa hubungan suami istri, menyamarkan garis
keturunan yang berakibat pada hukum pembagian warisan dan juga mahram. KH. Ali Yafie,
Dr. Armahaedi Mahzar, M. Kuswandi (Indonesia), Abdul Aziz Sachedina, Imam Mohammad
Mardani (AS) adalah sebagian tokoh yang tidak setuju serta mengharamkan teknologi
kloning, serta Maima’ Al -Fiqh al-Islami (Lembaga Fikih Islam) yang berada di Jeddah Saudi
Arabia juga berpendapat bahwa teknik kloning diharamkan. MUI (Majelis Ulama Indonesia)
mengeluarkan fatwa bahwa melakukan kloning pada hewan dan tumbuhan hukumnya
mubah dengan memperhatikan persyaratan yang diberikan sebagaimana tertera pada
Fatwa MUI No. 35 Tahun 2013 dan juga Fatwa MUI No. 3 Munas ke VI MUI tahun 2000.

Sebagian ulama yang memperbolehkan kloning pada manusia memiliki argumentasi sebagai
berikut, dalam islam kita diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami agama. Islam
juga menganjurkan agar kita menuntut ilmu, lalu islam menyampaikan bahwa Allah selalu
mengajari dengan ilmu yang belum ia ketahui (QS. Al-Alaq), serta Allah menyatakan, bahwa
manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin Allah (QS. Al-Baqarah: 255).

Syaikh Prof. Dr. Abdullah Bin Abdul Aziz Al Mushlih (Sekjen Al Hai-ah Al Alamiyah Li Al I’Jaz Al
‘Ilmi Bi Al-Quran Wa As Sunnah) berpendapat bahwa rekayasa genetika ini adalah tindakan
merusak terhadap kemanusiaan, hanya saja ada beberapa praktek-praktek tertentu yang
kemudian dinilai oleh asosiasi-asosiasi fikih internasional sebagai hal yang mubah.
Diantaranya adalah bayi tabung (inseminasi buatan) dan transplantasi organ-organ tubuh
tertentu, jadi dalam lingkup yang sangat terbatas. Hal itu karena dalam Al-Qur’an Allah SWT
menceritakan tentang syaiton yang mengajak manusia untuk mengubah makhluk Allah
SWT. MUI juga mengeluarkan fatwa bahwa hukum melakukan bayi tabung adalah mubah
dengan persyaratan-persyaratan tertentu sebagaimana tertera pada Fatwa MUI No. 5
Tahun 1979.

Islam tidak menentang ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Bahkan sebaliknya, islam justru
mendukung bahkan memuliakan para ilmuwan sebagaimana yang terdapat di dalam QS. Al-
Mujadilah: 11. Namun bila ilmu pengetahuan itu membahayakan serta tidak mengandung
manfaat maka islam mengharamkan dengan melindungi dari bahaya yang dapat
ditimbulkan.
BAB III

PENUTUP

Dari uraian tersebut, Penulis dapat menyimpulkan tiga hal terkait dengan teori genetik yang
dibangun Konrad Lorenz yaitu:

Teori genetik Konrad Lorenz dalam menyoroti perilaku manusia didasarkan pada asumsi
biologis semata sehingga cenderung tidak dapat membedakan perilaku normatif manusia
untuk menjaga identitasnya dengan perilaku binatang yang bebas melakukan apa saja untuk
menunjukkan identitasnya. Dalam perspektif pendidikan Islam, perhatian terhadap kognisi
sangat diutamakan dalam menyoroti perilaku manusia, sementara teori genetik Lorenz
dalam menyoroti perilaku manusia bertolak dari asumsi hasil survey atau penelitian
terhadap binatang yang tidak melibatkan kognisi. Teori genetik Konrad Lorenz lebih baik
dalam menghasilkan penelitian yang terkait dengan perilaku hewan tetapi tidak lebih baik
untuk perilaku manusia karena teorinya sangat lemah dalam mensimulasikan studi tentang
perilaku manusia (sangat menekankan pada aspek biologis).
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, Bambang. Genetika: penjelasan mekanisme pewarisan sifat. Airlangga University
Press, 2019.
Irawan, B. (2019). Genetika: penjelasan mekanisme pewarisan sifat. Airlangga University
Press.
IRAWAN, Bambang. Genetika: penjelasan mekanisme pewarisan sifat. Airlangga University
Press, 2019.
Mala, Hamlan Andi Baso, and Andi Makarma. “MITOLOGI DALAM TEORI GENETIK KONRAD Z.
LORENZ: PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM.” Istiqra: Jurnal Hasil Penelitian 9.2 (2021): 55-
68.
Mala, H. A. B., & Makarma, A. (2021). MITOLOGI DALAM TEORI GENETIK KONRAD Z.
LORENZ: PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM. Istiqra: Jurnal Hasil Penelitian, 9(2), 55-68.
MALA, Hamlan Andi Baso; MAKARMA, Andi. MITOLOGI DALAM TEORI GENETIK KONRAD Z.
LORENZ: PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM. Istiqra: Jurnal Hasil Penelitian, 2021, 9.2: 55-68.
Husna, Faiqatul Aliran Psikoanalisis Dalam Perspektif Islam, Jurnal
Sosial dan Budaya Syar-i. Vol.5 No. 2 Tahun 2018 Karimah, Faniah,
Teori Kognif Sosial Pendidikan,
Ramayulis dan Samsul Nizar, 2011, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan Islam
dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia
Rauf, Hasymiyah, 2002, Psikologi Sufi untuk Transformasi: Hati diri, dan
Jiwa, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
Roibin, Agama dan Mitos: Dari Imajinasi Kreatif Menuju Realitas Yang Dinami dalam El-
Harakah, Jurnal Budaya Islam, Vol. 9, No. 3,
September-Desember 2007 Saquinas, Thomas, 1994, Commentary on Aristotle’s
Nicomachean Ethics,
Diterjemahkan oleh C. I. Lozenge, DumbOxBooks, Notre Dame. Sutarto, Teori Kognitif dan
Implikasinya dalam Pembelajaran, Jurnal Islamic Counseling, Vol.1 No.2 Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai