Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yayang Fatma Imania (0402520042)

MEKANISME KERJA OTOT JANTUNG


A. Mekanisme Kerja Otot Polos
Kontraksi
Kontraksi otot polos seperti pada otot rangka dan jantung, sangat tergantung pada
konsentrasi Ca2+interseluler. Perbedaannya terletak pada mekanisme pengaturan kontraksi
oleh Ca2+troponin, maka sebagai penggantinya, Ca2+mengaktifkan otot polos dengan
pengaturan rantai myosin (myosin-linked regulation). Myosin otot polos dapat berinteraksi
dengan aktin jika myosin rantai ringan difosforilasi. Ion Ca 2+mengatur fosforilasi myosin
rantai ringan secara tidak langsung dengan jalan berkombinasi dengan protein pengikat Ca 2+
(kalmodulin). Kompleks kalmodulin- Ca2+mengaktifkan “myosin rantai ringan kinase”, yang
memfosforilasi myosin rantai ringan kemudian memulai kontraksi dan memelihara siklus
jembatan silang terus berjalan selama Ca2+masih tersedia. Kontraksi dengan penguraian rantai
myosin ini juga terjadi pada otot Moluska dan beberapa kelompok invertebrate yang lain
serta pada system kontraktil aktin miosin non otot.
Karena system tubulus T yang terorganisasi seperti pada otot rangka tidak ada, dan
reticulum sarkoplasma biasanya sangat kurang luas, maka hubungan eksitasi-kontraksi pada
otot polos juga agak berbeda dengan otot rangka. Ion Ca 2+yang mengaktifkan kontraksi otot
sebagian besar berasal dari cairan ekstraseluler, sedangkan dari reticulum sarkoplasma hanya
sedikit. Depolarisasi pada sarkolema menyebabkan permeabilitasnya terhadap
Ca2+meningkat, sehingga Ca2+berdifusi masuk ke sarkoplasma (mengikuti gradient
konsentrasi) untuk memulai kontraksi. Kontraksi berakhir bila Ca2+dikeluarkan dari
sarkoplasma dengan memompa kembali Ca2+keluar sel. Ada beberapa sel otot polos yang
reticulum sarkoplasmanya membentuk tautan bercelah dengan sarkoplasmanya. Otot polos
dapat diaktifkan secara spontan oleh saraf, hormone, dan pada beberapa kasus oleh regangan
otot. semua sumber eksitasi aktif umumnya meningkatkan konsentrasi Ca2+intraseluler.
Pengaturan berdasarkan myosin (terdapat dalam otot polos), otot polos mempunyai
struktur molekuler yang serupa dengan struktur molekuler otot lurik kendati sarkomernya
tidak segaris. Otot polos mengandung molekul α-aktinin dan tropomyosin sebagaiman halnya
otot lurik. Otot polos tidak memiliki sistem troponin dan rantai ringan myosin otot polos
berbeda dengan otot lurik. Sekalipun begitu, kontraksi otot polos juga diatur oleh ion Ca 2+.
Berikut mekanisme kontraksi pada otot polos:
1) Fosforilasi rantai tipis-p myosin memulai kontraksi otot polos
Myosin otot polos mengandung rantai ringan-p yang mencegah pengikatan kepala
myosin pada F aktin. Rantai tipis-p harus mengalami fosforilasi dahulu sebelum
memungkinkan pengaktifan myosinATPase oleh F aktin. Kemudian aktivitas ATPase
akan menyebabkan hidrolisis ATP. Fosfat pada rantai ringan myosin dapat
membentuk khelasi dengfan ion Ca2+yang terikat pada kompleks tropomyosin-TpC-
aktin sehingga terjadi peningkatan kecepatan pembentukan jembatan silang antara
kepala myosin dengan aktin. Fosforilasi rantai ringan-p memulai siklus kontraksi
pelekatan-pelepasan pada otot polos.
2) melakukan fosforilasi rantai tipis-p.
Sarkoplasma otot polos mengandung enzim kinase rantai ringan myosin yang
bergantung kalsium. Aktivasi ion 2
pada enzim kinase rantai ringan memerlukan
pengikatan kalmodulin Ca2+. Enzim kinase rantai ringan yang diaktifkan oleh
kalmodulin 4 Ca2+melakukan fosforilasi rantai ringan-p yang kemudian akan berhenti
menghambat interaksi myosin-F aktin. Siklus kontraksi kemudian dimulai.
Relaksasi
Relaksasi terjadi pada otot polos jika:
a. Konsentrasi Ca2+menurun hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat dari
pelepasannya kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ATPase.
b. TpC- 4 Ca2+kehilangan Ca2+
c. Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin menghambat interaksi selanjutnya
kepala myosin- F aktin.
d. Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F aktin. Dengan demikian ion
Ca2+mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosterik yang diantarai di dalam
otot oleh TpC, TpI, TpT, tropomyosin dan F aktin
B. Mekanisme Kerja Otot Jantung

Gambar 1.Tahap Kerja Otot Jantung


Potensial listrik akan mengakibatkan adanya kontraksi pada otot jantung. Otot jantung terdiri
dari :
a) 2 buah filamen, yaitu filamen halus dan filamen kasar.
b) Aktin
c) Myosin
Secara singkat Aktin terletak di atas myosin. Myosin memiliki energi ATP. Dengan
adanya energi ATP akan menyebabkan kepala myosin lepas dari aktin . Dengan bantuan air,
susunan ATP myosin akan berubah dan memendekan kepalanya. Setelah memendekan
kepalanya, myosin akan menarik kembali aktin dan menyebabkan terdorongnya aktin
kebagian dalam. Proses ini terjadi terus-menerus dan akhirnya terjadi kontraksi otot.
Jaringan otot jantung dikenal sebagai miokardium. Myocardium terdiri dari otot
jantung khusus, yang terdiri dari kumpulan sel-sel otot, secara teknis dikenal sebagai miosit
Miosit mengisi 70% dari massa jantung dan terjerat dalam jaringan kolagen yang bertindak
sebagai kerangka pendukung. Darah disuplai ke masing-masing miosit jantung melalui
kapiler yang berdekatan dengannya. Miosit jantung terdiri dari aktin dan miosin. Miosit, atau
serat otot, adalah sel tunggal otot. Serat-serat otot ini mengandung banyak myofibril, unit otot
yang kontraktil. Myofibril berjalan dari satu ujung sel ke ujung yang lain dan bergantian
bundel filamen tipis, terdiri terutama aktin, dan filamen tebal, terutama terdiri dari protein
myosin. Seperti otot polos dan rangka, otot jantung berkontraksi berdasarkan kenaikan
kalsium di dalam sel otot, memungkinkan interaksi aktin dan miosin.
Pada otot jantung terdapat dua organel yang menonjol di dalam miosit jantung, yaitu
mitokondria yang menghasilkan energi dan retikulum sarkoplasma yang mengatur
penanganan kalsium dalam sel. Kontraksi jantung dimulai ketika kalsium ektraseluler
bergerak ke dalam sel dan melintasi saluran kalsium tipe-L yang bergantung pada Eksitasi-
Kontraksi Kopling atau Excitation-Contraction Coupling (ECC) adalah proses di mana
potensial aksi memicu miosit untuk berkontraksi. ECC atau kontraksi otot dapat terjadi ketika
ion kalsium masuk dari sisi ekstraseluler ke dalam permukaan halus sel otot melalui saluran
kalsium, yang mempengaruhi pada tegangan sarcolemma.
Ketika miosit didepolarisasi oleh potensial aksi, ion kalsium memasuki sel selama
fase 2 potensial aksi melalui saluran kalsium tipe-L yang terletak di sarkolema. Kalsium ini
memicu pelepasan kalsium berikutnya yang disimpan dalam retikulum sarkoplasma (SR)
melalui saluran pelepasan kalsium ("reseptor ryanodine"). Adapun retikulum sarkoplasma
tersebut berikatan dengan filamen tipis dari aktin, sehingga memulai kontraksi sarkomer.
Pada akhir urutan kontraksi, miofilamen secara aktif diangkut kembali ke retikulum
sarkoplasma oleh pompa kalsium dalam membrannya.

Gambar 2. Mekanisme Kerja Otot Jantung


Kalsium juga diangkut keluar sel ke ruang pompa ekstrakulikuler yang terikat dengan
membran penukar natrium dengan kalsium. Kontraksi jantung disebabkan oleh interaksi
antara aksin dan filamen tipis yang ditunjukkan oleh gambar yang berwarna kuning dan ungu.
Dan jembatan silang miosin yang menonjol dari filamen tebal yang ditunjukkan pada gambar
dengan warna merah.
Otot jantung yang rileks,dikarenakan troponin dan tropomiosin yang mencegah aktin
berinteraksi dengan jembatan silang miosin, sehingga mengakibatkan aktin tidak dapat
berinteraksi dengan miosin di jembatan silang yang mengandung ATP dan terikat dengan otot
yang diaktifkan oleh kalsium yang berikatan dengan troponin C. Kemudian menggeser
troponin kompleks dan tropomiosin ke konformasi aktin yang memungkinkan aktin
berinteraksi dengan jembatan silang miosin. ATPase pada kepala miosin kemudian
menghidrolisis ATP sehingga dapat menyediakan kebutuhan energi untuk jembatan silang
miosin agar dapat berinteraksi dengan filamen tipis dan menarik filamen tipis menuju
sarkomer dengan cara seperti rakit.

Anda mungkin juga menyukai