Tka 3
Tka 3
136-149
p-ISSN 1412-0712, e-ISSN 2527-8312, DOI: 10.17509/bs_jpbsp.v18i1.12153
How to cite (in APA Style): Johan, G.M. (2018). Analisis kesalahan berbahasa Indonesia dalam proses
diskusi siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 18(1),136-149, doi:
10.17509/bs_jpbsp.v18i1.12153
Article History: Received (September 21,2017); Revised (January 14,2018);Accepted (February 12,2018).
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan
siswa kelas VI SDN 1 Galagamba. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif. Sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Galagamba. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain lembar observasi dan alat perekam. Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data
kesalahan berbahasa yakni teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
kesalahan berbahasa Indonesia meliputi kesalahan secara fonologis, morfologis, sintaktis, semantis,
kohesi, koherensi, dan logika dalam proses diskusi yang dilakukan siswa sekolah dasar. Saran dari
penelitian ini, guru dapat menggunakan hasil analisis mengenai kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh
siswa sebagai bahan refleksi pembelajaran.
Kata kunci: analisis kesalahan berbahasa, diskusi, siswa sekolah dasar.
mendata dan mengklasifikasi kesalahan yang sedikitnya tiga tujuan pembelajaran yakni, (1)
terkandung dalam tuturan dan tulisan siswa. memperbaiki pemikiran siswa dan
Hal tersebut menandakan adanya rangkaian membantu mereka mereka menyusun
proses yang dilakukan dalam tahap analisis pemahaman materi akademis, (2)
berbahasa. mendorong keterlibatan dan keikutsertaan
Analisis kesalahan berbahasa siswa. Diskusi memberi kesempatan luas
hendaknya dapat dilakukan secara cermat kepada siswa untuk mengutarakan dan
dan mendalam. Berkaitan dengan hal bermain dengan ide-ide mereka sendiri, serta
tersebut Tarigan (1989,p.9) mengungkapkan memotivasi siswa untuk ikut terlibat dalam
langkah-langkah kerja dalam analisis pembicaraan di kelas, dan (3) membantu
kesalahan berbahasa: (1) pengumpulan siswa belajar keterampilan komunikasi dan
sampel kesalahan; (2) pengidentifikasian proses berpikir.
kesalahan; (3) penjelasan kesalahan; (4)
pengklasifikasian kesalahan; dan (5) Fenomena kesalahan berbahasa
pengevaluasian kesalahan. Melengkapi dapat terjadi pada situasi atau bidang-bidang
pendapat sebelumnya, Ellis (1986,p.51-52) tertentu terutama pada pemakaian bahasa
menambahkan beberapa langkah dalam yang tidak hanya mengutamakan faktor
analisis kesalahan berbahasa, yaitu (1) komunikatif sebagai hasil akhir dalam
mengumpulkan korpus; (2) mengidentifikasi aktivitas berbahasa, tetapi juga
kesalahan; (3) mengklasifikasi kesalahan; (4) memperhatikan kaidah berbahasanya.
menjelaskan kesalahan; dan (5) mengevaluasi Penguasaan terhadap bahasa Indonesia jelas
kesalahan. diperlukan dalam interaksi belajar mengajar
Melengkapi pendapat sebelumnya, di sekolah. Tentunya di dalam lingkungan
Sridhar (dalam Yulianto dan Mintowati, pendidikan, bahasa Indonesia yang
2010,p.53) yang mengungkapkan ada enam digunakan adalah bahasa yang baik dan
langkah prosedur analisis kesalahan benar sesuai dengan kaidah berbahasa.
berbahasa, yakni (1) pengumpulan data; (2) Proses belajar mengajar di sekolah
identifikasi data; (3) klasifikasi data; (4) merupakan salah satu situasi resmi yang
penentuan frekuensi kesalahan; (5) menuntut adanya keteraturan kaidah
identifkasi wilayah kesulitan dalam belajar berbahasa dengan baik dan benar. Berkaitan
bahasa kedua; dan (6) terapi terhadap dengan pernyataan tersebut, Arifin dan Hadi
kesalahan. (2001,p.12) mengungkapkan bahwa bahasa
Diskusi memungkinkan adanya Indonesia yang baik dan benar adalah
dialog antara siswa dengan siswa maupun bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
siswa dengan guru. Diskusi dapat dipandang dengan norma kemasyarakatan dan sesuai
sebagai suatu kegiatan komunikasi dua arah. kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Akan
Sejalan dengan pendapat sebelumnya, tetapi, pada kenyataannya siswa selama di
Arends (2001,p.378) mengungkapkan sekolah masih belum sepenuhnya
diskusi kelas merupakan komunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
seseorang berbicara satu dengan yang lain, dan benar. Kesalahan berbahasa merupakan
saling berbagi gagasan dan pendapat untuk suatu hal yang tidak perlu ditakuti atau
mengekspresikan pikiran tentang pokok bahkan dihindari oleh guru, melainkan
bahasan tertentu. Dalam hal ini diskusi sesuatu yang perlu dihadapi dengan bijak
dapat dipandang sebagai suatu model dan menganggap hal tersebut sebagai suatu
pembelajaran, dapat pula dipahami sebagai proses yang wajar terjadi terutama pada
bagian atau tahapan dari model siswa yang sedang belajar bahasa. Hal
pembelajaran yang lain. tersebut sejalan dengan pendapat Corder
Melengkapi pendapat sebelumnya, (dalam Yulianto dan Mintowati, 2010,p.53)
Arends (1997,p.201) mengungkapkan bahwa yang mengemukakan bahwa pada setiap
diskusi digunakan oleh guru untuk mencapai
Pada tahap ini siswa akan berusaha memberikan pengaruh terhadap bahasa yang
menyatakan pendapat yang ada di dalam digunakan oleh siswa. Karena mengetahui
pikiran mereka. Di sisi lain, siswa juga penggunaan bahasa mereka tidak menjadi
diharuskan menggunakan bahasanya sesuai kriteria penilaian, siswa cenderung untuk
dengan kaidah berbahasa yang berlaku. Hal menggunakan bahasa yang seenaknya,
ini tentu cukup menarik karena untuk dapat padahal seharusnya pada proses
menggunakan bahasa yang baku, pembelajaran di dalam kelas dibutuhkan
membutuhkan waktu yang panjang dan penggunaan bahasa yang formal. Terlebih
merupakan proses tidak mudah sehingga siswa kelas VI sudah seharusnya telah
dituntut keseriusan dalam membina memiliki kemampuan berbahasa yang penuh
kemampuan tersebut pada diri siswa. dibandingkan kelas di bawahnya.
Banyak orang yang mahir Melalui penelitian ini diharapkan
menuangkan idenya dalam bentuk tulisan, guru mulai menyadari dan memperhatikan
akan tetapi masih menemui kendala pada penggunaan bahasa siswa, tidak semata-mata
saat menyatakan pendapatnya secara menilai kebenaran atau ketepatan gagasan
langsung dihadapan orang lain. Siswa dalam siswa. Hal itu berkaitan dengan penggunaan
hal ini dituntut kemampuannya untuk dapat bahasa yang baik dapat mencerminkan
mengemukakan pendapat dan tanggapannya pemikiran seorang siswa sekaligus mengikuti
dalam proses diskusi di kelas. Pada saat kaidah berbahasa yang seharusnya
menuangkan idenya dalam bentuk tulisan, diterapkan dalam lingkungan formal.
siswa akan cenderung lebih berhati-hati Kesalahan berbahasa tidak boleh dibiarkan
dalam menggunakan bahasanya. Sedangkan begitu saja, guru perlu mengetahui kesalahan
pada saat menyatakan pendapatnya secara yang dilakukan oleh siswanya. Sehingga guru
lisan, siswa cenderung spontan dalam dapat membenarkan tiap kesalahan yang
menggunakan bahasanya. Kaitannya dengan dilakukan oleh siswa di dalam proses
hal tersebut, fokus kesalahan berbahasa yang pembelajaran.
hendak dijadikan objek penelitian ini akan
tampak secara alami. METODE
Pada hakikatnya kesalahan berbahasa Penelitian ini menggunakan metode
dapat dikategorikan ke dalam kesalahan deskriptif. Pemilihan jenis penelitian yang
berbahasa lisan dan tulis. Setiap ragam digunakan disesuaikan dengan fokus
kesalahan berbahasa memiliki kelebihan dan masalah pada penelitian tersebut. Hal itu
kekurangannya masing-masing. Alasan dikarenakan dalam penelitian kualitatif data
dipilihnya bahasa lisan sebagai fokus yang akan dihasilkan lebih banyak berupa
penelitian karena bahasa lisan cenderung kata-kata. Sumber data dalam penelitian ini
lebih mudah dan berdaya guna untuk adalah siswa kelas VI SDN 1 Galagamba.
berkomunikasi. Sifatnya lebih longgar, lebih Instrumen yang digunakan dalam penelitian
bebas dalam menggunakan diksi, dan ini antara lain lembar observasi dan alat
cenderung kurang mengikuti kaidah-kaidah perekam. Teknik analisis yang digunakan
yang berlaku dibandingkan dengan bahasa dalam menganalisis data kesalahan
tulis (Hastuti, 2003,p.83). berbahasa yakni teknik analisis kualitatif. Hal
Dalam proses diskusi, banyak siswa tersebut disesabkan data yang diolah lebih
mengabaikan kaidah yang seharusnya banyak berupa kata-kata.
digunakan dalam berbahasa Indonesia.
Misalnya seperti penggunaan kata yang tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
baku, pengucapan yang keliru dan A. Kesalahan Berbahasa Indonesia
sebagainya. Lebih lanjut lagi, hal tersebut Secara Fonologis dalam Proses
cenderung tidak begitu diperhatikan oleh Diskusi Siswa Kelas VI SDN 1
guru dalam penilaian pembelajaran di kelas Galagamba
dengan metode diskusi. Hal ini dapat pula
wacana percakapan siswa terdapat pada bahasa yang berlaku justru diabaikan.
percakapan yang tidak koheren antara Sebagian besar masyarakat yang
guru dan siswa. Namun demikian, menggunakan bahasa cenderung kurang
secara umum wacana diskusi siswa memedulikan kaidah berbahasanya.
dapat dikatakan koheren walaupun Mereka menganggap selama pembicara
terdapat beberapa penanda kohesi yang dan pendengar dapat saling memahami
tidak dieksplisitkan. maksud yang sedang dibicarakan, maka
F. Kesalahan Logika dalam Proses pembicaraan tersebut sudah baik dan
Diskusi Siswa Kelas VI SDN 1 benar.
Galagamba Proses belajar mengajar di
Kesalahan logika yang sekolah merupakan salah satu contoh
ditemukan dalam proses diskusi siswa situasi resmi yang menuntut adanya
kelas VI SDN 1 Galagamba meliputi penggunaan bahasa Indonesia dengan
kesalahan kalimat yang tidak logis atau baik dan benar. Sejalan dengan
tidak dapat dinalar. Kesalahan logika pernyataan tersebut, Arifin dan Hadi
dalam proses diskusi siswa lebih (2001,p.12) mengungkapkan bahwa
diakibatkan makna kalimat yang bahasa Indonesia yang baik dan benar
dibentuk oleh siswa tidak dapat diterima adalah penggunaan bahasa Indonesia
oleh nalar. Kesalahan tersebut dapat yang digunakan sesuai dengan norma
terjadi karena pemilihan kata yang kemasyarakatan dan sesuai kaidah
kurang tepat dalam proposisi yang bahasa Indonesia yang berlaku. Namun
disampaikan siswa, sehingga kalimat demikian, pada kenyataannya siswa
yang dibentuk menjadi tidak logis. selama berada di sekolah masih belum
sepenuhnya mampu menggunakan
DISKUSI PENELITIAN bahasa Indonesia dengan baik dan
A. Tidak Mudah Berbahasa Indonesia benar. Masih banyak ditemukan
dengan Baik dan Benar beragam kesalahan berbahasa Indonesia
Berbahasa Indonesia dengan yang dilakukan oleh siswa dalam
baik dan benar tidaklah mudah, butuh pembelajaran di sekolah.
kecermatan dan pembiasaan untuk Melengkapi pendapat
mencapai hal tersebut. Pengguna bahasa sebelumnya, Alwi, et al, (2000,p.20-21)
yang baik tentu harus memerhatikan juga mengemukakan bahwa bahasa yang
penggunaan kaidah dalam berbahasa. benar merupakan penggunaan bahasa
Di dalam situasi yang resmi, pengguna yang mengikuti kaidah yang telah
bahasa dituntut untuk menggunakan dibakukan, sedangkan bahasa yang baik
bahasa sesuai dengan kaidah yang merupakan pemanfaatan ragam yang
berlaku. Masalah akan muncul apabila tepat dan serasi menurut golongan
pengguna bahasa tidak menggunakan penutur dan jenis bahasa. Berdasarkan
bahasa sesuai dengan situasi pendapat tersebut, dapat dikatakan
pembicaraannya. bahwa bahasa yang baik merupakan
Kegiatan berbahasa tidak hanya bahasa yang digunakan sesuai dengan
perlu baik, tetapi juga harus benar situasi pembicaraan.
dalam praktiknya. Akan tetapi, dalam Sebagai pengguna bahasa yang
penggunaannya sering kita temukan baik, kita sudah sepatutnya mampu
kejanggalan berbahasa terutama jika menyesuaikan diri dengan lingkungan.
ditinjau dari segi kebahasaan. Kita Bahasa yang benar dapat dianggap
sering menjumpai sebagian masyarakat menjadi tidak baik apabila digunakan
yang berpendapat bahwa tujuan utama tidak sesuai dengan situasi
berbahasa hanya sekedar penggunaannya. Bahasa yang baik tidak
menyampaikan pesan, sehingga kaidah selamanya sama dengan bahasa yang
benar. Bahasa yang tepat sasaran tidak memengaruhi inilah yang dikenal
harus beragam baku. Berbahasa dengan dengan istilah interferensi. Hal itu
baik berarti kita harus mampu sejalan dengan pendapat Alwasilah
menyesuaikan diri dengan situasi. (1985,p.132), yang mengungkapkan
Bahasa yang digunakan di lingkungan bahwa interferensi berrati adanya saling
pendidikan tentu berbeda dengan pengaruh antarbahasa. Pengaruh itu
bahasa yang digunakan di pasar. dalam bentuk yang paling sederhana
Bahasa yang baik belum tentu berupa pengambilan satu unsur dari
benar, kecuali jika bahasa tersebut satu bahasa dan digunakan dalam
sesuai dengan kaidah berbahasa yang hubungannya dengan bahasa lain.
berlaku. Berbahasa dengan benar Pada akhirnya proses saling
memiliki arti bahwa dalam berbahasa memengaruhi antara bahasa yang satu
penutur harus mampu menaati kaidah dengan bahasa yang lain tidak dapat
bahasa yang berlaku. Adanya kaidah dihindarkan. Persentuhan kedua bahasa
yang mengatur kegiatan berbahasa ini tersebut menimbulkan adanya kontak
bukan untuk mengekang aktivitas bahasa. Kontak bahasa dapat
berbahasa, melainkan untuk menjaga mengakibatkan perubahan sistem suatu
penggunaan bahasa tersebut tetap bahasa yang disebabkan oleh
terbebas dari pengaruh kontaminasi pengambilan unsur suatu bahasa ke
bahasa daerah dan bahasa asing. Jadi dalam bahasa yang lain. Mendukung
dapat disimpulkan bahwa bahasa yang pendapat sebelumnya, Wenreich (dalam
baik dan benar adalah bahasa yang Chaer dan Agustina, 2010,p.120)
dapat dipahami dan sesuai situasinya menyebut interferensi sebagai
serta tidak menyimpang dari kaidah perubahan sistem suatu bahasa
berbahasa yang berlaku. Bahasa yang sehubungan dengan adanya
baik dan benar dapat digunakan sesuai persentuhan bahasa tersebut dengan
dengan fungsi dan situasi. adanya persentuhan bahasa tersebut
dengan unsur-unsur bahasa lain yang
B. Interferensi Sebagai Faktor dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Penyebab Kesalahan Berbahasa Hampir setiap orang di
Bahasa bersifat dinamis oleh Indonesia menguasai lebih dari satu
karena itu selalu mengalami perubahan bahasa, bahkan terdapat beberapa orang
serta pergeseran. Perubahan dan yang mampu menguasai beberapa
pergeseran tersebut dapat terjadi karena bahasa sekaligus. Penguasaan dwibahasa
adanya perubahan politik, sosial, atau multibahasa tidak menutup
ekonomi, dan budaya. Bahasa sebagai kemungkinan dapat mengakibatkan
bagian integral suatu kebudayaan tidak gesekan dalam penggunaan bahasa. Hal
dapat lepas dari kontak yang tersebut dapat mengakibatkan bahasa
ditimbulkan oleh pemakaian bahasa. satu dengan yang lainnya saling
Kontak karena kepentingan bidang memengaruhi. Akibat yang ditimbulkan
politik, pendidikan, ekonomi, ilmu dari gesekan tersebut adalah terjadinya
pengetahuan, dan lainnya dapat interferensi kebahasaan. Hal tersebut
menyebabkan suatu bahasa terpengaruh sejalan dengan pendapat
oleh bahasa yang lain. Suwito (1983,p.39-40) yang
Bahasa Indonesia telah lama mengungkapkan bahwa apabila dua
hidup secara berdampingan dengan bahasa atau lebih digunakan secara
bahasa-bahasa daerah. Maka, suatu bergantian oleh penutur yang sama,
kewajaran apabila terjadi proses saling dapat dikatakan bahwa bahasa tesebut
memengaruhi antara bahasa Indonesia dalam keadaan saling kontak. Dalam
dan bahasa daerah. Proses saling setiap kontak bahasa terjadi proses
saling mempengaruhi antara bahasa satu pengaruh morfem dalam bahasa daerah.
dengan bahasa yang lain. Temuan tersebut juga mendukung
Dalam proses belajar bahasa, pendapat Hastuti (2003,p.40) yang
memungkinkan terjadinya interferensi mengemukakan bahwa interferensi di
bahasa. Interferesi bahasa sangat sulit bidang tata bahasa dapat terjadi kalau
dihindari sehingga dapat mengakibatkan dwibahasawan mengidentifikasi
perubahan dan perkembangan bahasa. morfem, kelas morfem, atau hubungan
Terjadinya gejala interferensi juga tidak ketatabahasaan pada sistem bahasa
lepas dari perilaku penutur bahasa dan pertama dan mempraktikannya dalam
penerima. Bahasa dapat berkembang tuturannya pada bahasa kedua atau
dengan cepat dan menyerap unsur- sebaliknya. Selain temuan interferensi
unsur asing jika penutur dan penerima secara morfologis, interferensi leksikal
sering melakukan interferensi. Akan juga terjadi dalam proses diskusi siswa.
tetapi, upaya pemertahanan suatu Interferensi leksikal terjadi
bahasa dapat terhambat jika interferensi karena siswa memasukkan salah satu
semakin marak dilakukan oleh para kosakata bahasa daerah ke dalam bahasa
pengguna bahasa. Indonesia. Perbendaharaan kata suatu
Berdasarkan hasil analisis bahasa pada umumnya hanya terbatas
terhadap proses diskusi yang dilakukan pada pengungkapan berbagai segi
siswa ditemukan gejala interferensi kehidupan yang terdapat di dalam
dalam berbagai hal. Salah satunya masyarakat yang bersangkutan, serta
interferensi secara morfologis, bentuk segi kehidupan lain yang dikenalnya.
interferensi tersebut berkaitan dengan Oleh karena itu, jika masyarakat bergaul
pembentukan kata dengan afiks. dengan lingkungan yang baru, maka
Interferensi secara morfologis yang mereka akan bertemu dan mengenal
ditemukan dalam proses diskusi konsep baru.
terdapat pada kata kebawa, kebakar, dan Karena penutur belum
ketutup. (kebawa-Jawa:kegawa; terbawa: mempunyai kosakata yang mencukupi
Indonesia). Berdasarkan contoh untuk mengungkapkan konsep baru
tersebut, dapat dilihat bahwa siswa tersebut, maka penutur biasanya
mengidentifikasi morfem bahasa daerah menggunakan kosakata bahasa sumber
dan mempraktikannya ke dalam bahasa untuk mengungkapkannya. Salah
Indonesia. Hal itu mendukung satunya interferensi secara leksikal yang
pendapat Chaer dan Agustina ditemukan dalam proses diskusi
(2010,p.123), yang mengungkapkan terdapat pada kata ilir. Berdasarkan
bahwa interferensi dalam bidang contoh tersebut, dapat dilihat bahwa
morfologi terdapat pada pembentukan siswamengambil kosakata bahasa
kata dengan afiks. Afiks-afiks suatu daerah sebagai padanan kata dan
bahasa digunakan untuk membentuk menggunakannnya dalam bahasa
kata dalam bahasa lain. Indonesia.
Temuan di atas juga mendukung Dalam hal ini, penutur bahasa
Mekarsari (2011,p.126), yang meneliti secara sengaja menyerap atau
tentang kesalahan berbahasa pada hasil meminjam kosakata bahasa sumber
laporan wawancara siswa. Berdasarkan untuk mengungkapkan konsep baru
data yang diperoleh dalam penelitian tersebut. Faktor ketidakcukupan atau
tersebut, ditemukan bahwa kesalahan terbatasnya kosakata bahasa penerima
berbahasa yang dilakukan siswa terjadi untuk mengungkapkan suatu konsep
pada kesalahan penghilangan afiks baru dalam bahasa sumber, cenderung
tertentu dan penggunaan afiks yang akan menimbulkan terjadinya
tidak tepat yang disebabkan adanya interferensi. Hal tersebut didukung
tulis dan lisan. Sering kita jumpai diskusi siswa. Hal ini mengindikasikan
banyak penyimpangan terjadi dalam siswa yang belum mampu dalam
penggunaan bahasa sehari-hari memilih kata yang tepat untuk
berkaitan dengan pilihan kata yang tidak disampaikan kepada orang lain secara
tepat. Bahasa Indonesia sebenarnya lisan. Kekurangtepatan dalam pemilihan
memberikan kebebasan seluas-luasnya kata dapat berakibat pada penilaian oleh
bagi penuturnya untuk memilih kata pendengar atau pembaca bahwa
yang disukainya, memakai kata-kata pembicara atau penulis kurang mampu
yang menarik baginya, akan tetapi hal menggunakan kosakata bahasanya.
tersebut tidak berlebihan dan Kekurangmampuan itu kemungkinan
hendaknya tetap memerhatikan kaidah besar diakibatkan karena kurang luasnya
yang berlaku. penguasaan kosakata penutur atau
Kesalahan pilihan kata terjadi penulis (Yulianto dan Mintowati,
akibat kesalahan pemilihan kata-kata 2010,p.4.17).
yang tidak tepat dalam proses diskusi
siswa. Ketidaktepatan penggunaan kata SIMPULAN
atau pilihan kata dapat juga dapat Kesalahan berbahasa Indonesia secara
disebabkan karena penggunaan kata fonologis yang ditemukan dalam proses
yang tidak baku. Berdasarkan hasil diskusi siswa VI SDN 1 Galagamba terdiri
analisis pada kesalahan pilihan kata atas kesalahan pelafalan karena perubahan
ditemukan fakta bahwa siswa sering dan penghilangan bunyi tertentu. Kesalahan
melakukan kesalahan dalam pilihan kata pelafalan karena perubahan fonem terjadi
dengan memasukkan kata tidak baku pada pelafalan perubahan bunyi vokal dan
dalam situasi pembelajaran di sekolah. pelafalan perubahan bunyi diftong yang
Hal tersebut dapat disebabkan oleh meliputi kesalahan perubahan bunyi vokal
pergaulan siswa pada kesehariannya [a] yang berubah menjadi bunyi [ǝ ] dan
lebih sering menggunakan kata tidak kesalahan perubahan bunyi diftong [aw]
baku. Maka, tidak menutup yang tergantikan bunyi vokal [o] dan
kemungkinan bahasa pergaulan siswa kesalahan pelafalan karena penghilangan
menular dalam proses pembelajaran di bunyi tertentu yang terjadi pada terjadi pada
sekolah. penghilangan bunyi konsonan meliputi
Hal ini terbukti dengan kesalahan penghilangan bunyi konsonan [h],
banyaknya penggunaan kata tidak baku [s] dan bunyi vokal [ǝ ].
dalam proses diskusi yang dilakukan Kesalahan berbahasa Indonesia
siswa. Hampir setiap siswa melakukan secara morfologis yang ditemukan dalam
kesalahan pada kategori ini. proses diskusi siswa VI SDN 1 Galagamba
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan terdiri atas kesalahan penggunaan afiks yang
bahwa kebanyakan mereka tidak tidak tepat dan penghilangan afiks.
menyadari kalau kata ngga, tapi, dan tau Kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat
sebagai ragam bahasa nonbaku meliputi kesalahan kesalahan penggunaan
seharusnya tidak boleh digunakan prefiks ter- yang tergantikan prefiks ke-,
dalam kegiatan pembelajaran yang kesalahan penggunaan sufiks –nya, kesalahan
menuntut penggunaan ragam bahasa penggunaan konfiks mem–kan, kesalahan
baku. Karena lazimnya penggunaan penggunaan prefiks nge-, dan kesalahan
bahasa dalam situasi formal seperti penggunaan penggunaan sufiks –kan.
forum diskusi dan rapat menggunakan Kesalahan secara morfologis terjadi pada
bahasa Indonesia yang baku. kesalahan penghilangan afiks yang terdiri
Kesalahan pemilihan kata atas kesalahan penghilangan prefiks ber-, dan
merupakan kesalahan dengan jumlah kesalahan penghilangan prefiks me-, mem-,
terbanyak yang ditemukan dalam proses
men-, meng-, yang merupakan alomorf dari berlangsung di dalam kelas, maupun diluar
prefiks meN-. kelas secara intensif. Hal ini diperlukan
Kesalahan berbahasa Indonesia untuk memberikan suatu contoh yang
secara sintaktis yang ditemukan dalam positif bagi siswa, dalam hal menggunakan
proses diskusi siswa VI SDN 1 Galagamba bahasa Indonesia untuk pemakaian sehari-
meliputi kesalahan bidang frasa dan kalimat. hari.
Kesalahan dalam bidang frasa meliputi
kesalahan penghilangan preposisi,
pengguanaan bentuk superlative yang DAFTAR RUJUKAN
berlebihan, Kesalahan dalam bidang kalimat Alwasilah, A. C. (1985). Beberapa Madhab dan
meliputi kesalahan akibat penggunaan istilah Dikotomi Teori Linguistik. Bandung:
asing, kesalahan penghilangan konjungsi, Angkasa.
penggunaan konjungsi yang tidak tepat, dan Alwi, H. et al. (2010). Tata Bahasa Baku
adanya pengaruh bahasa daerah. Adanya Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
pengaruh bahasa daerah tersebut dan Balai Pustaka.
dikarenakan fakor kebiasaan dalam Arends, R. I. (1997). Clasroom Instructional and
komunikasi lisan sehari-hari. Kesalahan Management. New York: McGraw Hill
selanjutnya karena penghilangan preposisi, Companies.
yakni pada preposisi di. Kesalahan lainnya ----------------. (2001). Learning to Teach. (5th
adalah penggunaan istilah asing yang terjadi Ed). New York: McGraw Hill
pada munculnya kata game dalam kalimat Companies.
yang seharusnya berbahasa Indonesia. Arifin, Z., & Hadi, F. (2001). 1001 Kesalahan
Kesalahan berbahasa Indonesia Berbahasa. Jakarta: CV Akademika
secara semantis yang ditemukan dalam Presindo.
proses diskusi siswa kelas VI SDN 1 Chaer, A., & Agustina, L. (2010).
Galagamba mencakup kesalahan pilihan kata Sosiolinguistik Perkenal Awal. Jakarta:
(diksi) yang dilakukan oleh siswa dalam Rineka Cipta.
proses diskusi terdiri atas penggunaan kata- Dulay, et. al. (1982). Language Two. New
kata yang tidak tepat yang diakibatkan pilhan York: Oxford University Press.
kata tidak baku serta tidak lazim digunakan Ellis, R. (1985). Understanding Second Language
misalnya kata kalo, kayak, liat, ngga, dan tipi. Acquisition. New York: Oxford
Kesalahan kohesi dan koherensi University Press.
yang ditemukan dalam proses diskusi siswa Hanafiah, W. (2014). Analisis Kohesi dan
kelas VI SDN 1 Galagamba terdiri atas Koherensi pada Buletin Jumat. Jurnal
kesalahan penanda kata penghubung Epigram, 11(2),135-152. Diunduh dari
(konjungsi), kesalahan penyulihan http://id.portalgaruda.org/
(substitusi) dan kesalahan repetisi Hartati, T. (2010). “Pendidikan Bahasa
(pengulangan). Kesalahan logika yang Indonesia Sebagai Bahasa Kedua”.
ditemukan dalam proses diskusi siswa kelas Makalah pada Seminar Antarbangsa
VI SDN 1 Galagamba meliputi kesalahan (Internasional) Pendidikan Bahasa
kalimat yang tidak logis atau tidak dapat Melayu Serantau, Beijing.
dinalar. Hastuti, S. (2003). Sekitar Analisis Kesalahan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra
sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam Gama Widya.
melakukan tindakan untuk memperbaiki Markhamah, & Sabardila, A. (2011). Analisis
kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh Kesalahan dan Karakteristik Bentuk
siswa. Guru juga diharapkan agar dapat Pasif. Solo: Jagad Abjad.
menggunakan bahasa Indonesia yang baik Mekarsari, D.O. (2011). Analisis Kesalahan
dan benar sesuai kaidah yang berlaku baik di Berbahasa pada Laporan Hasil
dalam proses pembelajaran yang Wawancara Siswa Kelas XI IPA 2