MRP II
- merupakan suatu sistem informasi terintegrasi yang menyediakan data di antara
berbagai aktivitas produksi dan area fungsional lainnya dari bisnis secara
keseluruhan.
- MRP II menyediakan koordinasi antara pemasaran dan produksi. Pemasaran,
keuangan, dan produksi menyepakati total rencana yang bisa diterapkan yang
dinyatakan dalam rencana produksi. dan mempunyai kemampuan simulasi
untuk menjawab pertanyaan “what if” ( bagaimana jika).
- Sehingga bisa melakukan pengendalian.
b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan XBRL dan apa implikasi penggunaan XBRL
terhadap pengendalian intern
Extensible Business Reporting Language (XBRL) adalah sebuah bahasa komunikasi
elektronik yang secara universal digunakan untuk transmisi dan pertukaran informasi
bisnis, yang menyempurnakan proses persiapan, analisis dan akurasi untuk berbagai
pihak yang menyediakan dan menggunakan informasi bisnis. Ilustrasinya,
Kalau orang memerlukan data data laporan keuangan, datanya memang sudh
disediakan oleh penyedia informasi (perusahaan yang sahamnya publish di bursa),
laporannya umumnya disajikan dalam bentuk html. Ketika orang mau lakukan anlisis
mereka harus download datanya, kemudian input atau ketikkan lagi secara manual
sesuai dengan tujan analisis. Jadi tidak bisa langsung diolah dari dokumen tadi,
karena dia menggunakan Bahasa yang tidak kompatibel dengan pengolaan secara
otomatis. Jadi kalau laporan tersebut disajikan dalam bentuk XBRL ini pengolahan
data tersebut bisa dilakukan secara otomatis. Sehingga memudahkan dalam
oengolahan dan oenyajian data.
Implikasi :
1. Taxonomy creation. Ketika ada yang mau membuat dokumen XBRL
ini, maka harus hati hati dalam membuat taxonomy, karena kalau
taxonominya salah maka data yang dihasiklan bisa salah. Jadi harus
ada control untuk memastikan bahwa pembuatan taxonomy XBRL ini
benar.
2. Taxonomy Mapping Error. Proses mapping akun data base internal ke
taxonomi tags Harus dikendalikan proses mappingnya karena Bisa saja
nanti tagnya sudah, namun pembebanan ke akunnya tidak sesuai.
3. Validation of instance documents. Prosedur verifikasi harus dibuat
untuk memvalidikais dokumen instan tadi untuk memastikan bahwa
taxonomy sesuai dan tag harus diterapkan sebelum posting ke web
c. Jelaskan secara ringkas tentang konsep just in time (JIT), apa keuntungan dari
penerapan konsep JIT didalam sebuah perusahaan serta apa kesulitan utama untuk
menerapkan konsep tersebut.
Just in time ini konsepnya bahwa dalam perusahaan itu minimal inventory dan
sampai diusahakan konsepnya zero. Jadi persediaan itu dibeli ketika ada permintaan.
Jadi settingan yang dibuat itu adalah permintaan datang stok juga ada ready untuk
itu, jadi stok tidak ditumpuk. Stoknya pas pasnya sesuai dengan pemesanan,
kemudian diproses, dan selanjutnya sampai begitu selesai waktunya sudah di setting
sedemikian rupa agar sama dengan jadwal kapan harusnya sampai ditangan
customer. Mulai dari pengadaan bahan baku, pemrosesan sampai ke penyerahan
pada kinsmen itu setting waktuya sangat tinggi. Begitu bahan baku samapi, tidka
disimpang, namun langsung diproduksi, selesai produki tidak perlu masuk Gudang
sehingga biaya Gudang minimal bahkan tidak ada. Jadi semuanya hrarus tepat
waktu.
Jadi ketika pakai konsep JIT dia akan beriringan dengan konsep Zero defect dan zero
inventory. Apa kaitannya dengan lean manufacturing? Lean manufacturing yang
menaungi konsep ini, bagaimana cranya agra sumber day aitu digunakan secara
seefisien mungkin dan tepat waktu.
Keuntungan :
- Mampu menghilangkan aktivitas yang tidak perlu (no added value) Perusahaan
melakukan efisiensi biaya produksi, termasuk meminimalkan kerusakan mesin dan juga
waktu yang diperlukan untuk perbaikan.
- Meminimalkan Inventory, Penurunan persediaan pada sistem produksi dapat dicapai
dengan memperpendek waktu persiapan atau memperkecil besaran lot pengiriman dari
pemasok. Pemendekan persiapan atau pengiriman dimungkinkan, karena adanya
perbaikan teknik produksi.
Kesulitan:
- Harus ada kesepakatan ata kontrak melakukan jit ini agar tidak terjadi hal hal
yg bisa menghambar kegiatan, seperti pemasok yang terlmabat memasok
barang sehingga proses produksi terlambat bahkan terhenti,
- Sistem Produksi Just In Time tidak memiliki toleransi terhadap kesalahan
atau “Zero Tolerance for mistakes” sehingga akan sangat sulit untuk
melakukan perbaikan/pengerjaan ulang pada bahan-bahan produksi ataupun
produk jadi yang mengalami kecacatan.
Tradisional dia menumpuk persediaan, mulai dari bahan baku sampai bahan jadi ditumpuk
baru dijual.
Lean manufacturing prinsipnya mereka baru bekeja kalau ada permintaan dan tentunya
disusahakan continue. Jadi kalau ada permintaan baru diproses bahan baku.
Kalau rekayasa ulang (reengineering), prosedurnya yang dibuat ulang, dibuat baru
dan berbeda sama sekali dengan sebelumnya.
Rekayasa ulang kalau anggota organisasi tidak siap/tidak menerima, bisa jadi saat
implementasi awal awal banyak yang menolak. Karena efek rekayasa ulang adalah
pengurangan pekerja, yang merupakan efek yang ditakutkan organisasi.
e. Salah satu fitur kunci dari reengineering dalam system penggajian adalah masih
menggunakan batch processing dalam pemrosesan data penggajian. Jelaskanlah
mengapa tidak menggunakan real time system?
Jawab:
System penggajian tidak harus pakai realtime system dan lebih baik menggunakan
batch processing, dikumpul dulu baru diolah sekliagus. Kenapa tidak menggunakan
real time system? Karena urgensi updatingnya tidak ada. Sumber daya pengolahan
secara batch relative lebih murah dibandingkan dengan realtime, jadi bisa lebih
efisien. Sedangkan untuk efektivitasnya sama, misalnya gaji tanggal 1 dikumpul
dalam satu batch dulu, diantri, diolah nanti sekaligus dalam satu batch. Melakukan
hal ini tentu tidak merugikan siapapun, jika dibanding realtime processing yang biaya
penyediaan nya mahal, dan urgensinya pun tidak ada. Jadi disini efisiensi lah alasan
kenapa dalam system penggajian masih menggunakan batch processing,
dibandingkan menggunakan realtime system.
Bagian apa saja (dokumen apa saja) dan controlnya dimana saja yang terlibat dalam
system penggajian?
Perusahaan manufaktur
Perusahaan dagang
Soal II