Anda di halaman 1dari 6

Ada Dimensi Allah Dalam Peristiwa Isra’-Mi’raj

M. Junaidi Sahal

Disampaikan di Departemen Urologi FK Unair - RS Dr. Soetomo

(27 Februari 2022/ 26 Rajab 1443)

Ada ungkapan yang seing kita dengar di pesantren, yaitu: ”Anta turid, wa ana urid wallohu

fa’aalun limaa yuriid.” ungkapan berdasar dari spirit Firman Allah QS Hud 107:

‫س َم َاوات َو أاْل َ أرض إِ َّّل َما شَا َء َربُّكَ ۚ إِ َّن َربَّكَ فَعَّال ِل َما ي ِريد‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ‫خَا ِلدِينَ فِي َها َما دَا َم‬

mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki

(yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.

Itu ayat memberikan sebuah motivasi bahwa Allah-lah yang Maha Berkehendak. Kalau Allah

yang berkeingingan melakukan sesuatu pastilah terjadi sekalipun akal manusia belum bisa

menjangkaunya.

Demikian pula lah dengan yang terkait perjalanan tidak masuk akal isra’ mi’raj Nabi Muhammad

‫ صلي هللا عليه و سلم‬jika benar benar hanya menggunakan dimensi akal. Namun jika melihat dimensi

Allah yang Fa’aalun Lima yuriid, maka hal itu pasti dapat diterima oleh akal yang beriman.

Coba perhatikan dan Renungi Firman Allah Yang selalu menjadi favorit untuk diulang

kajiannya, yaitu Firman-Nya di QS Al Isra’ 1:


َ ‫س أب َحانَ الَّذِي أَس َأرى بِعَ أب ِد ِه لَيأال ِمنَ أال َمس ِأج ِد أال َح َر ِام إِلَى أال َمس ِأج ِد اْل أق‬
َ َ‫صى الَّذِي ب‬
‫ار أكنَا َح أولَه ِلن ِريَه ِم أن آيَاتِنَا‬

ِ َ‫س ِميع أالب‬


‫صير‬ َّ ‫إِنَّه ه َو ال‬

Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram

ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya

sebagian dari tanda-tanda, (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi

Maha Mengetahui (Al-Isra 1).

Jika memahami ayat ini dengan Hud 107, maka akan melihat ada dimensi Allah yang bermain

dalm perjalanan itu. Dan ini dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Mestinya tidak perlu ada debat yang berkepanjangan dalam melihat isra mi’raj Nabi

Muhammad ‫ صلي هللا عليه و سلم‬. Kalau kita melihat pada clue di huruf ‘ba’ di ayat itu dan tiadanya

lafdul jalalah Allah (‫)هللا‬..

Huruf ‘ba’ pada kalimat ‘bi ‘abdihi’, masuk kategori huruf ilshoq (menempel) yang memberikan

makna kebersamaan.

Misal , ketika kita berucap basmalah disaat melakukan aktifitas apapun, maka seolah kita

membersamai aktivitas kita dengan ‘ismillah’ nama Allah. Sehingga aktivitas kita kadi berkah.

Demikian pula ketika melihat Isra Mi’raj di ayat tersebut (al Isra 1), bahwa perjalanan Nabi

Muhammad ‫ صلي هللا عليه و سلم‬yang dengan jarak dan kecepatan yang un limited,namun ada
percepatan yang un limited juga sudah pasti hal itu terjadi karena bersama kekuasaan Allah. Hal

itu bisa dilihat dari huruf ‘bi’ pada bi’adihi.

Seperti seekor semut surabaya yang menempel dan berada di tas kresek di dalam mobil dan

kebawa hingga naik pesawat sampai ke cibubur jakarta, maka setelah 2 jam perjalanan dan

sampai di cibubur ia keluar dari tas kresek itu. Dan si semut itu ketemu semut cibubur, semut

cibubur bertanya asalnya, di jawab dari surabya 2 jam yang lalu. Maka bisa dipastikan tidak akan

percaya itu semut cibubur, kenapa? Karena semut cibubur masih menggunakan dimensi semut

bukan dimensi manusia.

Maka demikian pula dengan peristiwa isra’ mi’raj, jika dipahami dengan dimensi Allah pastilah

yakin dan beriman dengan peristiwa itu.

Dan Itulah pula tidak ditemukan lafdul jalalah (Allah) ‫ هللا‬pada kalimat subhanal ladzi ‫ سبحان الذى‬,

kenapa?

Itu membuktikan bahwa perjalanan itu hanya DIA yang bisa,karena itu tanpa

disebutpun,manusia sudah pasti berfikir kepada ‫هللا‬. Karena hanya Allah yang memliki kekuatan

melakukan itu semua.

Sehingga dari kedua clue kita harus memahami perjalanan tersebut terjadi bersama dimensi

Allah, bukan bersama dimensi manusia.

Maka, jika dalam hidup ini selalu mengedepankan dimensi Allah sudah pasti akan ada

percepatan pula sehingga semua urusan jadi mudah. Bukan berarti terlarang penggunaan dimensi
manusia, karena penting juga hal itu sebagai bentuk ikhtiyar. Tapi dasari dimensi manusia itu

dengan dimensi Allah yaitu tawakkal kepadaNya.

Bukankah Allah telah menjaminnya dalam firmanNya di surat At Thalaq 3;

‫َيء قَد ًأرا‬ َّ ‫ّللاَ َبا ِلغ أ َ أم ِر ِه قَ أد َج َع َل‬


‫ّللا ِلك ِل ش أ‬ َّ ‫علَى‬
َّ ‫ّللاِ فَه َو َحسأبه ِإ َّن‬ َ ‫َو َم أن َيت ََو َّك أل‬

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan

(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya.

Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

So, pelajaran terindah dari perjalanan Nabi Muhammad ‫ صلي هللا عليه و سلم‬ketika isra’ mi’raj

adalah kalau ingin ada percepatan dalam urusan hidup kita maka gunakanlah DIMENSI

ALLAH… Bagaimana caranya?

2. Lanjutan Isra ayat 1 itu adalah berbicara rute perjalanan Nabi Muhammad ‫صلي هللا عليه و سلم‬

َ ‫ ِمنَ أال َمس ِأج ِد أال َح َر ِام إِلَى أال َمس ِأج ِد اْل أق‬dari Masjidil Haram menuju Masjidl Aqsho..
‫ص‬

Itu memberikan makna lain bahwa perjalanan hidup itu agar mendapatkan percepatan dalam

urusan yang sulit menggunakan dimensi Allah dengan cara:

a. Warnai hidup ini dengan selalu ritmenya dari masjid ke masjid. Artinya hidup akan mulia

kalau hati selalu ingat dengan masjid baik dari aspek membangun masjid secara fisik atau

meramikan masjid dengan selalu ibadah di dalamnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


… ))* ‫ ))…وفيه ((ورجل قلبه معلق بالمسجد إذا خرج منه حتى يعود إليه‬: ‫((سبعة يظلهم هللا في ظله يوم ّل ظل إّل ظله‬

“Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi mereka pada hari tiada naungan selain naungan

Allah yaitu: … -diantaranya-: “dan seorang yang terikat (hatinya) dengan masjid ketika ia keluar

hingga ia kembali ke masjid …” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ‫)رضي هللا عنهما‬

Dan jangan hanya ingat masjid di saat mau kencing aja.

ِ‫ص َالةِ َوقِ َرا َءة‬ َ ‫ َو َّل أالقَذَ ِر ِإنَّ َما ه‬،‫َيء ِم أن َهذَا أالبَ أو ِل‬
َ ِ‫ِي ِل ِذ أك ِر هللا‬
َّ ‫ َوال‬،‫ع َّز َو َج َّل‬ ‫اجدَ َّل ت َ أ‬
‫صلح ِلش أ‬ ِ ‫س‬َ ‫ِإ َّن َه ِذ ِه أال َم‬

ِ ‫أالق أر‬
‫آن »صحيح‬

“Sesungguhya masjid-masjid ini tidak pantas digunakan untuk tempat kencing dan berak, tetapi

hanyasanya ia (dibangun) untuk dzikrullah, shalat dan membaca al-Qur’an.” (HR Muslim)

So, ingat masjid dengan selalu ibadah di dalamnya akan juga membuat percepatan dalam

penyelsaian masalah..

‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا كانت ليلة ريح كان مفزعه إلى المسجد حتى‬: ‫عن أبي الدرداء قال‬

‫تسكن‬

Sayydina Abu Darda berkata, “Jika terjadi angin topan, Baginda Rasulullah ‫ صلي هللا عليه و سلم‬akan

bergegas masuk ke masjid dan tidak akan keluar dari masjid sebelum angin reda."
b. Dari masjid ke masjid juga memliki makna bahwa hidup itu dari sholat ke sholat. Hidup 24

jam harus di mulai sholat subuh dan diakhiri dengan sholat isya’ sebelum tidur lagi…Karena

sholat dapat membuat percepatan dalam menyelesaikan masalah..

‫صلَّى‬
َ ‫سلَّ َم ِإذَا َحزَ َبه أ َ أمر‬ َ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ أي ِه َو‬ َّ ‫« َكانَ َرسول‬: ‫عن حذَ أيفَة بن اليمان رضي هللا عنه قَا َل‬
َ ِ‫ّللا‬

Dari sayyidina Hudzaifah RA, dia berkata, "Apabila Baginda Rasulullah SAW menemui suatu

kesulitan, maka beliau bergegas mengerjakan sholat." (HR Ahmad, Abu Dawud, dari Kitab

Durrul Mantsur)

So, itulah Allah menjadikan sholat sebagai media mendatangkan pertolonganNya..

Al-Baqarah ayat 45:

ِ‫ص َالة‬ َّ ‫" ۚ َوا أست َ ِعينوا بِال‬Carilah pertolongan Allah dengan sabar dan sholat."
َّ ‫صب ِأر َوال‬

Itulah makna dimensi Allah untuk mendapatkan percepatan dalam mengahapi persolan hidup

dari pelajaran isra’ mi’raj Nabi Muhammad ‫…صلي هللا عليه و سلم‬

Wallohu Alam

Anda mungkin juga menyukai