MIKROBIOLOGI ENTEROBACTERIACEAE
DISUSUN OLEH :
190610001
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI PENDIDIKAN DOKTER
TAHUN AJARAN
2020/2021
Latar Belakang
Enterobacteriaceae termasuk dalam famili bakteri, sebagian besar lebih dikenal bersifat
patogen, seperti Salmonella dan Eschericia coli. Ilmu genetika menempatkan
Enterobacteriaceae di antara Proteobacteria, dan mereka memberikan perintah mereka sendiri
(Enterobacteriales), meskipun hal ini kadang-kadang diambil untuk memasukkan beberapa
sampel lingkungan terkait. Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar
manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada komposisi material. Sebagian
kuman enterik ini tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah) bila kuman tetap
berada di dalarn usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi perubahan pada host
atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman ini
mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia. Organisme-organisme di
dalam famili ini pada kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial
misalnya sebagai penyebab infeksi saluran kemih. infeksi pada luka, dan infeksi lainnya
(Jawetz, 2013).
A. Definisi
Enterobacter adalah genus umum Gram-negatif, anaerob fakultatif, berbentuk batang, non
bakteri membentuk spora milik keluarga Enterobacteriaceae. Salah satu spesies yang terkenal
adalah Enterobacter Aerogenes telah diambil pada signifikansi klinis sebagai bakteri
oportunistik dan telah muncul sebagai patogen nosokomial dari pasien perawatan intensif
patogen, terutama untuk orang-orang yang pada ventilasi mekanik. Enterobacter Aerogenes
awalnya bernama Aerobacter aerogenes, dan kemudian dimasukkan dalam genus
Enterobacter pada tahun 1960. Pada tahun 1971, spesies ini diusulkan untuk diubah namanya
Klebsiella mobilis karena motilitas yang diberikan oleh flagella peritrichous dan kekerabatan
genetis untuk Klebsiella (Jawetz, 2013).
B. Epidemiologi
Feses yang berasal dari orang yang tidak dicurigai mengidap penyakit subklinis atau
carrier merupakan sumber kontaminasi yang lebih penting daripada kasus klinis yang jelas
yang segera diisolasi; misalnya, bila carrier yang bekerja sebagai pengelola makanan akan
"mengeluarkan" organisme itu. Banyak hewan, termasuk hewan ternak, binatang pengerat,
dan unggas, secara alami terinfeksi dengan berbagai salmonela dan mengandung bakteri di
2
dalam jaringan (daging), ekskresi, atau telur. Insidensi salmonela yang tinggi pada ayam
kemasan telah dipublikasikan secara luas. Di Amerika Serikat, insidensi demam tifoid
menurun, tetapi insidens infeksi salmonela lainnya meningkat tajam. Masalah ini mungkin
diperberat dengan meluasnya penggunaan makanan hewan yang mengandung obat
antimikroba yang membantu proliferasi salmonela yang resistan-obat dan potensi
penyebarannya ke manusia (Jawetz, 2013).
C. Karakteristik
1. Faktor virulensi
Antigen O adalah bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit
polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang unik.
Antigen O resistan terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi
bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM (Jawetz, 2013).
3
pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik. Infeksi saluran napas pada manusia
terutama disebabkan oleh kapsular tipe 1 dan 2; infeksi saluran kemih, disebabkan oleh tipe 8
,9, 10, dan 24 (Jawetz, 2013).
Antigen H terdapat di flagela dan didenaturasi atau dirusak oleh panas atau alkohol.
Antigen ini dipertahankan dengan memberikan formalin pada varian bakteri yang motil.
Antigen H seperti ini beraglutinasi dengan antibodi anti-H, terutama IgG. Penentu dalam
antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin). Di dalam satu
serotipe, antigen flagel terdapat dalam satu atau dua bentuk, disebut fase 1 (biasanya
ditunjukkan dalam huruf kecil) dan fase 2 (biasanya ditunjukkan dalam angka Arab), seperti
terlihat pada Tabel 16-4. Organisme ini cenderung berubah bentuk dari satu fase ke fase
lainnya; ini yang disebut variasi fase. Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu
aglutinasi dengan antibodi anti O (Jawetz, 2013).
Terdapat banyak contoh struktur antigen yang tumpang tindih antara Enterobacteriaceae
dengan bakteri lain. Kebanyakan Enterobacteriaceae memiliki antigen 014 yang sama dengan
E coli. Polisakarida kapsular tipe 2 pada klebsiela sangat mirip dengan polisakarida tipe 2
pada pneumokokus. Beberapa antigen K bereaksi-silang dengan polisakarida kapsular
Haemophilus influenzae atau Neisseria meningitidis. Dengan demikian, E coli 075:K100:H5
dapat menginduksi antibodi yang bereaksi dengan H influenzae tipe b (Jawetz, 2013).
4
Klasifikasi antigenik pada Enterobacteriaceae sering menunjukkan adanya antigen
spesifik. Karena itu, formula antigenik pada E coli dapat menjadi 055:K5:H21; sedangkan
pada Salmonella Schottmülleri adalah 01,4,5,12;Hb:1,2 (Jawetz, 2013).
Kolisin (Bakteriosin)
Enterobacteriaceae merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang pendek. Tipe
morfologi dilihat dalam perkembangannya diatas media padat in vitro namun morfologinya
sangat variable yang berasal dari specimen klinis (Jawetz, 2013).
1. Escherichia-E coli
Secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, dan fermentasi
manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa. Pada isolat dari urin dapat segera diidentifikasi
sebagai E coli dengan melihat hemolisisnya pada agar darah, morfologi koloni yang khas
dengan warna pelangi yang "berkilau" pada medium diferensial seperti agar EMB, dan tes
bercak indol yang positif. Lebih dari 90% isolat E coli positif terhadap ß-glukuronidase
dengan menggunakan substrat 4-metilumbeliferil-ß-glukuronida (MUG). Isolat dari tempat
anatomik lain selain urine, dengan sifat yang khas (yang telah disebutkan di atas ditambah uji
oksidase negatif) umumnya dapat dipastikan sebagai E coli dengan tes MUG positif (Jawetz,
2013).
5
2. Grup Klebsiella-Enterobacter-Serratia
3. Grup Proteus-Morganella-Providencia-
Anggota grup ini mendeaminasi fenilalanin, motil, tumbuh pada medium kalium sianida
(KCN), dan memfermentasi xilosa. Spesies proteus bergerak sangat aktif dengan
menggunakan flagel peritrika (peritrichous flagella), mengakibatkan "swarming" pada
6
medium padat kecuali swarming dihambat oleh zat zat kimia, seperti medium feniletil
alkohol atau CLED (cystine-lactose-electrolyte-deficient). Spesies Proteus dan Morganella
morganii merupakan urease-positif, sedangkan spesies Providencia biasanya urease-negatif.
Kelompok Proteus-Providencia sangat lambat memfermentasi laktosa atau tidak
memfermentasikannya sama sekali. Proteus mirabilis lebih rentan terhadap obat antimikroba,
antara lain penisilin, dan anggota kelompok penisilin lainnya (Jawetz, 2013).
4. Citrobacter
Bakteri ini secara khas bersifat sitrat positif dan berbeda dari salmonella karena organisme
ini tidak mendekarboksilasi lisin. Organisme ini sangat lambat memfermentasi laktosa
(Jawetz, 2013).
7
5. Shigella-Shigela
6. Salmonella-Salmonela
Bakteri ini merupakan batang motil yang secara khas memfermentasikan laktosa dan
manosa tanpa memproduksi gas tetapi tidak memfermentasikan laktosa atau sukrosa.
Sebagian besar salmonela menghasilkan H.S. Organisme ini umumnya bersifat patogen untuk
manusia dan hewan bila termakan. Arizona termasuk kelompok salmonela (Jawetz, 2013).
8
D. KLASIFIKASI
Cara identifikasi :
9
Media ini terdiri dari 0,1% glukosa, 1 % sukrosa, 1 % laktosa. Ferri sulfat untuk mendeteksi
produksi produksi H2S, protein protein dan indicator indicator phenol red. Salmonella
Salmonella bersifat bersifat alkali acid, alkali terbentuk karena adanya proses oksidasi
dekarboksilasi protein membentuk amina yang bersifat bersifat alkali dengan adanya phenol
red maka terbentuk terbentuk warna merah, Escherichia Escherichia coli memfermentasi
glukosa, sukrosa dan laktosa yang bersifat asam sehingga terbentuk warna kuning pada dasar
dan lereng dan kuning pada dasar dan lereng dan menghasilkan gas. menghasilkan gas
(Manullang, 2018).
b) Citrate
Bakteri yang memanfaatkan sitrat sebagai sumber karbon akan menghasilkan natrium
karbonat yang bersifat alkali, dengan adanya indicator brom thymol blur menyebabkan
terjadinya warna biru. Pada Escherichia coli tidak memanfaatkan sitrat, sehingga pada
penanaman media sitrat hasilnya negatif (Manullang, 2018).
10
c) SIM (Sulfit Indol Motility)
Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri. produksi indol dan pembentukkan gas H2S
(Manullang, 2018).
d) Metil Red
Media ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari beberapa bakteri yang memproduksi
asam sebagai hasil fermentasi dari glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan
penambahan penambahan indicator indicator metal red. Escherichia Escherichia coli
memproduksi memproduksi asam kuat sehingga sehingga pada penambahan larutan metal red
akan terbentuk warna merah (Rihibiha, 2021).
11
e) Voges proskauer
Bakteri tertentu dapat memproduksi acetyl methyl carbinol dari fermentasi glukosa yang data
diketahui dengan penambahan larutan voges proskauer, Escherichia coli tidak memproduksi
acetyl metal carbinol sehingga penanaman pada media ini memberikan hasil negatif
(Rihibiha, 2021).
f) Fermentasi karbohidrat
12
g) uji indol
Uji indol digunakan untuk mengetahui apakah bakteri mempunyai enzim triptophanase
sehingga bakteri tersebut mampu memecah asam amino triptophan membentuk indol melalui
proses oksidasi. Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan reagen Ehrlich/Kovac's
yang berisi) paradimetil amino benzaldehid (Darna, 2018).
13
a) Pencegahan
Tindakan sanitasi harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi makanan dan air oleh
hewan pengerat atau hewan lain yang mengeluarkan salmonela. Hewan ternak, daging, dan
telur yang terinfeksi harus dimasak sampai matang. Carrier tidak boleh diizinkan bekerja
sebagai pemegang makanan dan mereka harus melakukan tindakan pencegahan higienis yang
ketat (Manullang, 2018).
Karena manusia adalah pejamu utama shigela patogen yang telah diketahui, usaha
pengendalian harus ditujukan untuk mengeliminasi organisme dari reservoir dengan cara :
(1) pengendalian sanitasi air, makanan, dan susu; pembersihan saluran air; dan pengendalian
lalat;
(3) deteksi kasus-kasus subklinis dan carrier, terutama pengelola makanan; dan
b) Pengobatan
Pengobatan tergantung pada sistem organ yang terlibat. Secara umum, terapi awal pasien
dengan bakteremia mungkin adalah empiris.. Pemilihan agen antimikroba spesifik tergantung
pada pola-pola pola-pola kerentanan kerentanan setempat. Setelah Setelah bakteremia
bakteremia dikonfirmasi dikonfirmasi pengobatan pengobatan dapat dimodifikasi.
Pengobatan dengan aktivitas intrinsik yang tinggi terhadap K pneumoniae harus dipilih untuk
pasien sakit pasien sakit parah. Contoh obat-obat tersebut termasuk sefalosporin generasi keti
(misalnya, cefotaxime, ceftriaxone), carbapene dengan nama generiknya (imipenem/
cilastatin), aminoglikosida (misalnya, gentamisin, amikasin), dan kuinolon.Obat-obat ini
dapat digunakan sebagai monoterapi atau terapi kombinasi. Beberapa ahli menyarankan
menggunakan kombinasi dari aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga sebagai
pengobatan. pengobatan. Lainnya Lainnya tidak setuju dan merekomendasikan
merekomendasikan monoterapi. monoterapi. Aztreonam Aztreonam dapat digunakan pada
pasien yang alergi terhadap antibiotik beta-laktam. Kuinolon juga pilihan pengobatan
pengobatan yang efektif yang efektif untuk rentan isolat pada pasien, pasien, baik alergi
carbapenem carbapenem atau alergi beta-laktam (Jawetz, 2013).
14
F. Kesimpulan
15
Daftar pustaka
Jawetz, Melnick & Adelberg. (2013). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta: Salemba
Medika.
Darna, D., Turnip, M., & Rahmawati, R. (2018). Deteksi dan Identifikasi Bakteri Anggota
Enterobacteriaceae pada Makanan Tradisional Sotong Pangkong. Jurnal Labora Medika.
Dewa ayu, P. U. (2018). IDENTIFIKASI Enterobacteriaceae Pada Telur Asin di Pasar Umum
Gianyar (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan Denpasar).
Rihibiha, D., & Friliansari, L. P. (2021). Isolasi Enterobacteriaceae pada Kecoa (Periplaneta
americana) di Area Perumahan di Kota Cimahi. Jurnal Kesehatan Kartika.
16