Anda di halaman 1dari 105

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA (K3)

PADA PEKERJA HOME INDUSTRI SAPU IJUK DENGAN


KECELAKAAN AKIBAT KERJA
DI RT 01 RW 05 KELURAHAN SINDANGSARI KECAMATAN
LEMBURSITU WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKUNDUL
KOTA SUKABUMI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keselamatan Kesehatan Kerja


Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

Disusun Oleh:

Adella Yanuar Juwita Syafara R


Amelia Caniago Mamtha Putri Lucita
Erna Riana Neng Mita Susanti
Fefi Herdianti Wildan Suherli
Indah Permatasari Yasa Eka Praja
Intan Febiyola

Kelompok 5

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil

karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur, serta

menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya

baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,

masyarakat dan lingkungan (Sucipto, 2014).

Era globalisasi, K3 telah menjadi sebuah kebutuhan dalam setiap bagian

kerja baik yang berada dilapangan ataupun didalam ruangan. K3 adalah suatu

bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas

keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan yang dapat

mengancam dirinya baik berasal dari individu maupun lingkungan kerjanya.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23

menyatakan bahwa upaya K3 harus diselengarakan disemua tempat kerja,

khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan. Rumah

sakit dan klinik termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai

ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya

karyawan yang bekerja, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah

sakit dan klinik (Yuwono & Yuanita, 2015).


Menerapkan program K3 dalam lingkungan kerja dengan tujuan agar

setiap tenaga kerja berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan

kesehatan kerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat

kerja atau lingkungan kerja sangat dibutuhkan sehingga pekerja merasa aman

dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya, sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja, untuk dapat bekerja sebaik

mungkin dan juga dapat mendukung keberhasilan serta target dalam

pekerjaan dapat tercapai (Saputra, 2012). Salah satu faktor yang dapat

membentuk kepuasan kerja adalah adanya jaminan dan kondisi kerja yang

nyaman bagi anggota organisasi. Dan K3 merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Indrawati dkk, 2017).

Kepuasan kerja menurut Mathis dan Jackson (2011) adalah keadaan

emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman kerja

seseorang. Kepuasan kerja dapat diartikan sebagai perasaan puas yang

diperoleh di tempat kerja, baik dalam hal beban kerja, lingkungan atau

kondisi kerja, hubungan dengan rekan kerja atau penyelia, dan kompensasi.

Kepuasan kerja sulit didefinisikan karena rasa puas itu bukan keadaan yang

tetap melainkan dapat dipengaruhi dan diubah oleh kekuatan-kekuatan baik

dari dalam maupun dari luar (Puspitawati & Riana, 2014).

Winsley Survey yang terdapat di Home Industri sapu ijuk Kelurahan

Sindangsari bahwa pabrik sapu ijuk menggunakan peralatan serba tajam dan

menggunkan tegangan listrik 3000 volt. Limbah yang ada di sapu ijuk
berserakan, limbah buanganya dijual kembali. Terdapat pencahayaan yang

cukup terlihat dengan adanya kaca akrilik yang dipasang diantara atap dan

dinding serta pintu yang berukuran besar terletak di depan pabrik. Tersedia

APD spatu boots helm dan sarung tangan untuk pembuat gagang pembuat

sapu ijuk serta untuk pembuatn sapu ijuk hanya tersedia apron saja. Pada area

home industri ini tidak terdapat kegaduhan ataupun keraiaman karena home

industri ini terletak pada pertengahan penduduk. Daerah home industri ini

hanya ada satu-satunya home industri sapu ijuk yang mempunyai perencanaan

kedepan untuk jadi pabrik terbserar seJawa Barat yang ada di daerah

kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu Rt 01 Rw 05.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja (K3) Pada

Para Pekerja Home Industri Sapu Injuk Dengan Kecelakaan Akibat Kerja

Di RT 01 RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu Wilayah

Kerja Puskesmas Cikundul Kota Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja (K3)

Pada Para Pekerja Home Industri Sapu Injuk Dengan Kecelakaan

Akibat Kerja Di RT 01 RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan

Lembursitu Wilayah Kerja Puskesmas Cikundul Kota Sukabumi.

b. Membuat diagnosa Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja (K3)

Pada Para Pekerja Home Industri Sapu Injuk Dengan Kecelakaan


Akibat Kerja Di RT 01 RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan

Lembursitu Wilayah Kerja Puskesmas Cikundul Kota Sukabumi.

c. Membuat Perencanaan Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja (K3)

Pada Para Pekerja Home Industri Sapu Injuk Dengan Kecelakaan

Akibat Kerja Di RT 01 RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan

Lembursitu Wilayah Kerja Puskesmas Cikundul Kota Sukabumi.

d. Melakukan Tindakan Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja (K3)

Pada Para Pekerja Home Industri Sapu Injuk Dengan Kecelakaan

Akibat Kerja Di RT 01 RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan

Lembursitu Wilayah Kerja Puskesmas Cikundul Kota Sukabumi.

e. Melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja (K3)

Pada Para Pekerja Home Industri Sapu Injuk Dengan Kecelakaan

Akibat Kerja Di RT 01 RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan

Lembursitu Wilayah Kerja Puskesmas Cikundul Kota Sukabumi.

f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja (K3)

Pada Para Pekerja Home Industri Sapu Injuk Dengan Kecelakaan

Akibat Kerja Di RT 01 RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan

Lembursitu Wilayah Kerja Puskesmas Cikundul Kota Sukabumi.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana belajar dalam rangka menambah pengetahuan,

untuk menerapkan teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan

yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.


2. Bagi STIKes Sukabumi

Hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai referensi dan bahan

bacaan untuk mahasiswa serta masukan untuk penulis selanjutnya,

khususnya yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Bagi Home Industri

Sebagai gambaran kepada Home Industri mengenai kecelakaan

kerja tentang luka potong yang dialami oleh pekerja sehingga dapat

menjadi bahan evaluasi serta tindakan yang harus dilakukan.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam penyusunan laporan ini menggunakan:

1. Studi kepustakaan, dengan mencari berbagai literature dari

perpustakaan dan internet.

2. Obsrevasi, dengan mengobservasi area yang akan dijadikan wilayah

binaan.

3. Wawancara, dilakukan untuk mengetahui secara langsung

karakteristik wilayah tempat binaan. Kegiatan dalam perencanaan ini

antara lain dengan mencari informasi ke berbagai sumber informasi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Kerja

1. Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Kerja

a. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan suatu upaya yang dilakukan

untuk mengurangi terjadinya kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk

kerugian yang dapat berdampak terhadap manusia maupun peralatan,

objek kerja, tempat kerja dan lingkungan kerja secara langsung dan

tidak langsung (Kemenkes, 2015).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan perhatian dan

perlindungan yang diberikan perusahaan kepada seluruh karyawannya.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat

kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja, dan

lingkungannya, serta cara-cara karyawan dalam melakukan

pekerjaannya (Sutrisno, 2016). Keselamatan kerja merupakan

rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan

tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang

bersangkutan. (Suma’mur, 2011).

Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan Kerja difilosofikan

sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan


kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya

menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian

secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya

dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja.

Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan Kerja (K3) tidak dapat

dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.

Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan

konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula

meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga

mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam

mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun

jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan

yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969

tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya

mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga

kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap

pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

atas Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan Kerja, moral dan

kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta

nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka


dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang

Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan Kerja sebagai pengganti

peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406

tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan

dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970

tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala

lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di

dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan

hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur

syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan,

pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk

tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan

bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun

pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya

karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3

serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk

memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat,

meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna

membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan

baik.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi K3

Menurut Cecep & Mitha (2015), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi K3 adalah:

a. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, terbuka

atau tertutup, bergerak atau tetap, tempat orang bekerja atau

melakukan aktivitas kerja yang sering dimasuki tenaga kerja untuk

keperluan suatu usaha yang mengandung berbagai sumber bahaya.

Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja pasal 21 telah menjamin perlindungan dan keselamatan dan

kesehatan kerja terhadap karyawan disuatu tempat kerja dengan

memberi hak dan kewajiban.

b. Peralatan yang digunakan

Mesin dan peralatan kerja yang dipergunakan dapat berpengaruh baik

secara langsung maupun tidak langsung terhadap kemungkinan

timbulnya kasus kecelakaan kerja. Sehubungan dengan ini, sangat

penting untuk memperhatikan mesin dan alat kerja yang

digunakan, yaitu kondisi perlindungan atau penanganan mesin-

mesin dan perkakas, serta kondisi alat-alat kerja.

c. Bahan yang digunakan

Sangat penting utnuk memperhatikan bahan-bahan yang


digunakan, misalnya penggunaan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan

yang dipergunakan dapat menimbulkan Hazard yang pada

akhirnya dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan

kerja. Hazard merupakan satu kesatuan kombinasi dari tiga

variabel yang terdiri frekuensi (frequency), lama waktu (duration),

dan keparahan dampak (severity) yang ditimbulkan akibat

pemajanan terhadap suatu substansi atau energi. Hazard adalah

sesuatu dapat berupa bahan beracun, ceceran larutan kimia di

lantai, bakteri patogen. Sedangkan magnitude suatu Hazard sangat

ditentukan oleh dua faktor yaitu karakter atau sifat dan jumlahnya/

banyaknya Hazard tersebut.

d. Keadaan dan kondisi tenaga kerja

Kondisi tenaga kerja berhubungan dengan tingkat produktivitas.

Tenaga kerja yang kondisi fisiknya kurang sehat atau sering sakit

cenderung berakibat menurunnya semangat kerja, kondisi seperti

ini merupakan peluang terjadinya kecelakaan kerja, yang akhirnya

menganggu kegiatan di tempat kerja. Usaha pencegahan terhadap

kondisi yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja dan

kecelakaan kerja harus selalu diupayakan. Adapun keadaan tenaga

kerja yang perlu diatur antara lain : kondisi mental dan fisik,

kebiasaan yang baik dan aman, serta pemakaian alat pelindung diri.

e. Metode kerja

Metode kerja sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan cara kerja


yang benar. Pengalaman dan cara kerja yang benar harus

memperhatikan beberapa aspek antara lain peralatan, posisi kerja,

dan penggunaan peralatan. Hampir 25% kecelakaan yang diderita

oleh tenaga kerja disebabkan dalam penanganan material.

Beberapa keluhan seperti hernia, keseleo, ketegangan, luka-luka

disebabkan oleh cara kerja atau mengangkat dan membawa yang

kurang benar.

c. Unsur dan Prinsip Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Kerja

Untuk dapat menciptakan kondisi yang aman dan sehat dalam

bekerja diperlukan adanya unsur-unsur dan prinsip-prinsip

keselamatan dan kesehatan kerja antara lain (Sutrisno dan Kusmawan

Ruswansi, 2009):

a. Adanya alat pelindung diri (APD)

b. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.

c. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggungjawab.

d. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (Syarat-

syarat lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,

kotoran, assap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan

peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu

penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara

seimbang, adanya aturan kerjja atau aturan keprilakuan.

e. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.

f. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.


g. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan

kerja.

d. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Secara umum tujuan K3 adalah untuk menciptakan tenaga kerja

yang sehat dan produktif. Selain itu, untuk menciptakan lingkungan

kerja yang higienis, aman dan nyaman yang dikelola oleh tenaga kerja

sehingga sehat, selamat, dan produktif. Sementara itu, para ahli ada

yang membedakan tujuan K3 berdasarkan keselamatan kerja dan

kesehatan kerja. Tujuan keselamatan kerja adalah untuk :

a. Melindungi pekerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi

serta produktivitas nasional

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat

kerja

c. Memelihara dan menggunakan sumber produksi secara aman dan

efisien

Sedangkan, tujuan kesehatan kerja adalah untuk :

a. Mencegah dan memberantas penyakit-penyakit akibat kerja

b. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi pekerja

c. Merawat dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas

tenaga kerja

d. Memberantas kelelahan kerja serta melipatgandakan kegairahan

dan kenikmatan bekerja


e. Sebagai perlindungan bagi masyarakat sekitar dari bahaya yang

mungkin ditimbulkan.

2. Kecelakaan Akibat Kerja

a. Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena

tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai

sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan.

Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti

kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas

sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat

untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran

mengenai keselamatan pekerja.

Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya

diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan

peralatan kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri yang optimal.

Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena

mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu

saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk

tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan

peralatan keselamatan.

b. Faktor-Faktor penyebab Kecelakaan

Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja

sebuah industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada


industri mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk

mengukur kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari

situasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekuivalen.

Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus

dianalisa, untuk seseorang yang berada di kelas pelatihan

kecenderungan kecelakaan mungkin hanya sedikit yang diketahuinya.

Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah apakah ada hubungan

yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan yang kecil

atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering

dilakukan untuk seorang manager untuk salah satu faktor kecelakaan

terhadap pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya.

Bagaimanapun jika banyak pelaku usaha yang melakukan hal diatas

akan menyebabkan berkurangnya rata-rata pendapatan, dan tidak

membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas melakukan

pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja

yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah

kecelakaan dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri.

3. Masalah Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja

a. Faktor Penyebab Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan

merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu

kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat

merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen


tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang

optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat

ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa

penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan

menurunkan produktivitas kerja. Diantaranya Faktor penyebab

masalah kesehatan dan keselamatan kerja adalah :

1) Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya

belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat

gambaran bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori

protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi

tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan

bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal.

Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja

yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan

non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga

untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat

kendala terutama menyangkut masalah kecelakaan kerja.

2) Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat

teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan

pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola

kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah


dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya

perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut

memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial

bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja

terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban

psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

3) Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat

mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan

Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan

Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work

Related Diseases).

b. Penyakit Akibat Kerja

1) Pengertian Penyakit Akibat Kerja

Menurut Perpres No 7 Tahun 2019, Penyakit Akibat Kerja adalah

penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan

kerja.

2) Lingkungan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja Yang

Ditimbulkan

Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan

dapat disebabkan oleh pemajanan dilingkungan kerja. Dewasa ini

terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana

bahaya- bahaya kesehatan berperan dan usaha- usaha untuk


mencegahnya. Misalnya antara penyakit yang sudah jelas

penularannya dapat melalui darah dan pemakaian jarum suntik

yang berulang- ulang, atau perlindungan yang belum baik pada

para pekerja rumah sakit dengan kemungkinan terpajan dengan

kontak langsung. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka

langkah awal penting adalah pengenalan bahaya yang bisa timbul

dan di evaluasi, kemudian dilakukan pengendalian untuk

mengantisipasidan emngetahui bahaya kemungkinan bahaya

lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama, yaitu diantaranya

pengenalan lingkungan kerja, evaluasi lingkungan kerja,

pengendalian lingkungan kerja.

4. Tinjauan Tentang Tenaga Kesehatan

a. Pengertian Tenaga Kesehatan

Kesehatan merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia.

Dengan demikian Pemerintah mempunyai kewajiban untuk

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan yang dapat

dijangkau rakyatnya. Masyarakat, dari semua lapisan, memiliki hak

dan kesempatan yang sama untuk mendapat pelayanan kesehatan.

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan,

baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non


gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru

Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang membedakan

jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang

mempunyai pendidikan atau keahlian khususlah yang boleh melakukan

pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia,

serta lingkungannya.

Tenaga kesehatan berperan sebagai perencana, penggerak dan

sekaligus pelaksana pembangunan kesehatan sehingga tanpa

tersedianya tenaga dalam jumlah dan jenis yang sesuai, maka

pembangunan kesehatan tidak akan dapat berjalan secara optimal.

Kebijakan tentang pendayagunaan tenaga kesehatan sangat

dipengaruhi oleh kebijakan kebijakan sektor lain, seperti: kebijakan

sektor pendidikan, kebijakan sektor ketenagakerjaan, sektor keuangan

dan peraturan kepegawaian. Kebijakan sektor kesehatan yang

berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain:

kebijakan tentang arah dan strategi pembangunan kesehatan, kebijakan

tentang pelayanan kesehatan, kebijakan tentang pendidikan dan

pelatihan tenaga kesehatan, dan kebijakan tentang pembiayaan

kesehatan. Selain dari pada itu, beberapa faktor makro yang

berpengaruh terhadap pendayagunaan tenaga kesehatan, yaitu:

desentralisasi, globalisasi, menguatnya komersialisasi pelayanan

kesehatan, teknologi kesehatan dan informasi. Oleh karena itu,

kebijakan pendayagunaan tenaga kesehatan harus memperhatikan


semua faktor di atas.

b. Jenis Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri

dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau

ketermpilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan,

baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non

gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru

Imunisasi, Malaria, dsb., dan keahlian. Hal inilah yang membedakan

jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya mereka yang

mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh

melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik

manusia, serta lingkungannya.

1) Jenis tenaga kesehatan terdiri dari :

a) Perawat i) Analis Farmasi

b) Perawat Gigi j) Dokter Umum

c) Bidan k) Dokter Gigi

d) Fisioterapis l) Dokter Spesialis

e) Refraksionis Optisien m) Dokter Gigi Spesialis

f) Radiographer n) Akupunkturis

g) Apoteker o) Terapis Wicara dan

h) Asisten Apoteker p) Okupasi Terapis.


2) Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menangani Korban

Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat saling

berkaitan. Pekerja yang menderita gangguan kesehatan atau

penyakit akibat kerja cenderung lebih mudah mengalami

kecelakaan kerja. Menengok ke negara-negara maju, penanganan

kesehatan pekerja sudah sangat serius. Mereka sangat menyadari

bahwa kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau

negara akibat suatu kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja

sangat besar dan dapat ditekan dengan upaya-upaya di bidang

kesehatan dan keselamatan kerja.

Di negara maju banyak pakar tentang kesehatan dan

keselamatan kerja dan banyak buku serta hasil penelitian yang

berkaitan dengan kesehatan tenaga kerja yang telah diterbitkan. Di

era globalisasi ini kita harus mengikuti trend yang ada di negara

maju.Dalam hal penanganan kesehatan pekerja, kitapun harus

mengikuti standar internasional agar industri kita tetap dapat ikut

bersaing di pasar global.Dengan berbagai alasan tersebut rumah

sakit pekerja merupakan hal yang sangat strategis. Ditinjau dari

segi apapun niscaya akan menguntungkan baik bagi perkembangan

ilmu, bagi tenaga kerja, dan bagi kepentingan (ekonomi) nasional

serta untuk menghadapi persaingan global.

Bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah ada, rumah


sakit pekerja akan menjadi pelengkap dan akan menjadi pusat

rujukan khususnya untuk kasus-kasus kecelakaan dan penyakit

akibat kerja. Diharapkan di setiap kawasan industri akan berdiri

rumah sakit pekerja sehingga hampir semua pekerja mempunyai

akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif.

Setelah itu perlu adanya rumah sakit pekerja sebagai pusat rujukan

nasional. Sudah barang tentu hal ini juga harus didukung dengan

meluluskan spesialis kedokteran okupasi yang lebih banyak lagi.

Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit pekerja

dapat diperbaiki kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi

utama berdirinya rumah sakit tersebut harus kita kritisi bersama.

Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak

masalah di bidang Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan Kerja

yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan materi. Salah satu

upaya dalam perlindungan tenaga kerja adalah menyelenggarakan

P3K di perusahaan sesuai dengan UU dan peraturan Pemerintah

yang berlaku. Penyelenggaraan P3K untuk menanggulangi

kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud harus

dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.

Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah

UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja; kewajiban

manajemen dalam pemberian P3K, UU No.13 Tahun 2000 tentang

ketenagakerjaan, Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja; tugas pokok

meliputi P3K dan Peraturan Mentri Tenaga Kerja No.

05/Men/1995 tentang Sistem Manajemen Keselamatan, Keamanan,

dan Kesehatan Kerja.

3) Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)

Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)

Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan

cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja

yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan

kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada

baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang

disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus

menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat

pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini

diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit

akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan

sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja

yang meliputi:

a) Pemeriksaan Awal

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum

seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan)

mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan

untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon


pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau

dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan

ditugaskan kepadanya. Anamnese umum Pemerikasaan

kesehatan awal ini meliputi:

(1) Anamnese pekerjaan

(2) Penyakit yang pernah diderita

(3) Alergi

(4) Imunisasi yang pernah didapat

(5) Pemeriksaan badan

(6) Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :

Tuberkulin test dan Psikotest

b) Pemeriksaan Berkala

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara

berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan

besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko

kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala.

Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum

dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan

bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai

dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

c) Pemeriksaan Khusus

Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus

diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana


ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu

kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan

pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium

kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga

harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat

pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan

preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak

berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat

disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe

act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan

sebagainya.

4) Fungsi/ Tugas Perawat dalam Hyperkes

a) Mengkaji Masalah Kesehatan Pekerja

b) Mengumpulkan data para pekerja, mencakup biodata, riwayat

penyakit yang lalu, masalah kesehatan pekerja saat ini.

c) Menganalisa masalah kes pekerja.

d) Menentukan kes pekerja.

e) Menyusun prioritas masalah.

f) Menyusun Rencana Askep Pekerja

g) Merumuskan tujuan

h) Menyusun rencana tindakan

i) Menyusun kriteria keberhasilan


j) Melaksanakan Pelayanan Kesehatan & perawatan terhadap

Pekerja

(1) Memberikan askep di klinik sesuai dengan perencanaan

(2) Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan

medik

(3) Melakukan P3K

(4) Melakukan rujukan

k) Penilaian

(1) Menilai hasil askep berpedoman pada tujuan

(2) Membandingkan hasil dengan tujuan yang dirumuskan

l) Sasaran pembinaan upaya kesehatan kerja oleh puskesmas

ditujukan kepada:

(1) Kelompok tani

(2) Kelompok nelayan

(3) Kelompok industri kecil/pengrajin

B. Konsep Dasar Luka Potong atau Sayat

1. Definisi Luka

Luka merupakan suatu keadaan dimana terdapat jaringan tubuh yang

mengalami kerusakan akibat benda tajam, zat kimia, gigitan hewan,

sengatan listrik, dan lain sebagainya. Menurut (Puspitasari, 2013), luka

sayat merupakan suatu kerusakan yang terjadi pada jaringan kulit akibat

trauma benda tajam seperti pisau, silet, kampak tajam, maupun pedang.

Ketika jaringan tubuh mengalami luka maka terdapat beberapa efek yang
ditimbulkan seperti pendarahan dan pembekuan darah, hilangnya seluruh

atau sebagian fungsi organ, kontaminasi bakteri, respon stres simpatis,

serta kematian sel (Zahriana, 2017).

2. Penyebab Luka Sayat

Luka sayat merupakan luka yang sering terjadi akibat beberapa

faktor dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Oktaningrum (2016), luka

sayat dapat disebabkan oleh trauma benda tajam seperti pisau dapur,

pecahan kaca maupun seng yang akan mengakibatkan rusaknya jaringan

tubuh. Luka akibat benda tajam tersebut memiliki serangan yang cepat

serta waktu penyembuhan yang dapat diprediksi (Suriadi, 2014).

3. Mekanisme Penyembuhan Luka Sayat

Tubuh akan melakukan suatu respon fisiologis secara otomatis

ketika ada jaringan tubuh yang mengalami luka atau cedera. Respon

tersebut berupa regenerasi sel dan penyembuhan luka dengan tujuan untuk

mengembalikan struktur dan fungsi jaringan tubuh yang mengalami

kerusakan (Ferdinandez, 2013). Menurut Arisanty (2013), proses

penyembuhan luka sayat pada jaringan tubuh yang mengalami kerusakan

melalui tiga fase yaitu inflamasi, proliferasi, dan remodeling atau

maturasi. Masing-masing fase tersebut memiliki mekanisme kerja yang

berbeda yaitu pada fase inflamasi terjadi mekanisme vasokonstriksi,

homeostatis dan juga infiltrasi sel inflamasi, pada fase proliferasi terjadi

mekanisme angiogenesis, deposisi jaringan kolagen, pembentukan

jaringan granulasi, dan migrasi sel epitel, sedangkan pada fase remodeling
terjadi mekanisme perbaikan jaringan dan kolagen, maturasi epidermis,

dan pengerutan luka (Sabirin, 2013).

Fase inflamasi, fase ini terjadi pada awal terbentuknya luka sayat

sampai hari ketiga atau kelima. Terbentuknya luka akan menyebabkan

pembuluh darah terputus dan mengakibatkan pendarahan sehingga tubuh

secara otomatis akan berusaha menghentikan pendarahan tersebut dengan

pengerutan ujung pembuluh darah yang terputus, vasokonstriksi, dan

homeostatis (Hidayati, 2009). Menurut Arisanty (2013), pada fase

inflamasi terdapat dua kegiatan utama yaitu respon vaskular dan respon

inflamasi. Respon vaskular diawali dengan respon homeostatik (kapiler

berkontraksi dan trombosit keluar) pada tubuh selama 5 detik setelah

terbentuknya luka, kemudian jaringan di sekitar luka tersebut akan

mengalami iskemia untuk merangsang pelepasan histamin dan zat

vasoaktif yang akan mengakibatkan vasodilatasi, pelepasan trombosit,

reaksi vasodilatasi dan vasokonstriksi, serta pembentukan lapisan firbin

yang berfungsi untuk membentuk scab atau keropeng pada permukaan

luka untuk melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme baik bakteri

maupun jamur. Respon inflamasi pada fase ini berupa reaksi non-spesifik

yang berfungsi untuk mempertahankan atau memberi perlindungan luka

dari benda asing yang akan masuk kedalam tubuh, hal tersebut akan

meminimalisir terjadinya infeksi pada luka.

Fase proliferasi, fase ini terdiri atas proses destruktif atau

pembersihan, proses proliferasi (granulasi) atau pelepasan sel-sel baru


untuk pertumbuhan, dan epitelisasi atau migrasi sel untuk penutupan luka

(Arisanty 2013). Proses destruktif, sel polimorf dan makrofag berperan

untuk membunuh bakteri jahat, kemudian akan terjadi proses debris atau

pembersihan luka. Makrofag disini juga berperan untuk menstimulasi

fibroblas untuk menghasilkan kolagen dan elastin, serta terjadi proses

pembentukan pembuluh darah (angiogenesis). Proses granulasi ditandai

dengan tumbuhnya sel-sel baru yang dibentuk oleh kolagen dan elastin,

dimana luka yang tadinya memiliki kedalaman tertentu, permukaanya

menjadi rata dengan tepi luka. Proses yang terakhir yaitu epitelisasi yang

terjadi setelah tumbuh jaringan baru dan dimulai dari tepi luka yang

mengalami proses migrasi atau perpindahan sel membentuk lapis tipis

untuk menutupi luka.

Fase Remodeling, fase ini biasa disebut dengan istilah maturasi. Fase

ini berfungsi untuk menguatkan jaringan yang baru terbentuk pada bekas

luka. Menurut Arisanty (2013), aktivitas yang terjadi pada fase ini adalah

sintesis matriks ekstraseluler (Extracellular matrix, ECM), degradasi sel,

dan proses remodeling (aktivitas seluler dan aktivitas vaskuler menurun).

Penguatan jaringan pada bekas luka dilakukan dengan cara remodeling

kolagen dan elastin sehingga menyebabkan tekanan ke atas pada

permukaan kulit yang mengalami luka, serta akan diikuti rasa gatal dan

munculnya penonjolan epitel (keloid). Menurut Dewi (2010), pada fase ini

tubuh akan berusaha untuk menormalkan kembali semua jaringan bekas

luka akibat proses penyembuhan, edema dan sel radang akan diserap, sel
muda akan menjadi matang, kapiler baru akan menutup dan diserap

kembali, kolagen yang berlebih juga akan diserap dan sisanya akan

mengerut sesuai dengan regangan yang ada, dan pada akhir fase ini kondisi

kulit mampu menahan regangan sampai 80% kemampuan kulit nomal.

Gambar 2.1 Tahapan Penyembuhan Luka


(Sumber: Arisanty, 2013)

4. Parameter Penyembuhan Luka Sayat

Parameter penyembuhan luka sayat yang diamati pada penelitian ini

adalah berkurangnya panjang luka, hilangnya eritema atau kemerahan

pada area luka, hilangnya edema atau pembengkakan, hilangnya granulasi,

dan luka yang sudah menutup. Parameter pertama ialah panjang luka,

dimana akan diamati lama waktu berkurangnya ukuran panjang luka sampai

luka tersebut sembuh. Pada saat berkurangnya ukuran panjang luka terjadi

suatu proses kontraksi. Menurut Ehrlich (2012), kontraksi ialah suatu tahap

penyempitan ukuran luka kearah tengah untuk mengurangi ukuran luka.

Parameter kedua ialah eritema atau kemerahan pada area luka. Eritema

termasuk ke dalam fase inflamasi dimana akan muncul pada saat


terbentuknya luka sampai hari kelima. Menurut Desiyana (2016), jaringan

tubuh yang mengalami luka akan melepaskan histamin dan sel mast yang

menyebabkan vasodilatasi, dimana vasodilatasi ini mengakibatkan

peningkatan aliran darah dan penyumbatan lokal sehingga menyebabkan

timbulnya warna kemerahan pada luka.

Parameter ketiga ialah edema atau pembengkakan pada area luka.

Edema atau pembengkakan pada area luka sayat akan berlangsung pada hari

ke 3 sampai hari ke 14 setelah terbentuknya luka sayat (Zahriana, 2017).

Menurut Biworo (2013), vasodilatasi arteriol pada fase inflamasi akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga

terjadinya peningkatan eksudat tinggi protein yang menimbulkan edema

atau pembengkakan di daerah perlukaan. Parameter keempat yang diamati

pada penelitian ini ialah granulasi. Menurut Desiyana (2016), munculnya

granulasi merupakan salah satu tanda kemajuan penyembuhan luka yang

terlihat pada fase proliferasi. Menurut Sabirin (2013), pada fase proliferasi

terjadi mekanisme angiogenesis, deposisi jaringan kolagen, migrasi sel

epitel, dan pembentukan jaringan granulasi. Menurut Primatika (2006),

fase proliferasi akan berlangsung pendek apabila tidak ada kontaminasi atau

infeksi bakteri yang bermakna.

Parameter yang terakhir ialah luka yang sudah menutup. Luka yang

sudah menutup termasuk kedalam fase maturasi atau remodelling. Menurut

Yunanda (2016), fase maturasi berlangsung pada hari ke 10 setelah

terbentuknya luka dimana permukaan luka telah tertutup sempurna dan


hanya menyisakan bekas luka. Aktivitas yang terjadi pada fase ini adalah

sintesis matriks ekstraseluler, degradasi sel dan proses remodeling (aktivitas

seluler dan aktivitas vaskuler menurun) (Arisanty, 2013). Penguatan

jaringan pada bekas luka dilakukan dengan cara remodeling kolagen dan

elastin sehingga menyebabkan tekanan ke atas permukaan kulit yang

mengalami luka, serta akan diikuti rasa gatal dan munculnya penonjolan

epitel (keloid).

5. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sayat

Menurut Arisanty (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

proses penyembuhan luka yaitu:

a) Faktor Umum

1) usia, pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh yang akan

menyebabkan penurunan waktu selama proses penyembuhan luka.

2) Penyakit penyerta, ada beberapa penyakit penyerta yang sering

mempengaruhi proses penyembuhan luka seperti diabetes melitus,

ginjal, dan jantung yang akan memperberat kerja sel dalam

memperbaiki luka.

3) Nutrisi, atau yang biasa disebut dengan istilah asupan makanan

berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, karena nutrisi yang

kurang akan menghambat kinerja sel bahkan menyebabkan infeksi.

4) Status psikologis, dapat menyebabkan penurunan selama proses

penyembuhan luka karena hal tersebut akan menganggu efisiensi

kerja imun tubuh. Status psikologis tersebut seperti stres, cemas,


dan depresi.

5)Obat, obat-obatan kimia sintetis ada yang berfungsi untuk

menyembuhkan luka, tetapi ada juga beberapa yang menghambat

proses penyembuhan luka seperti nonsteroidal antiinflamatoy drug

atau NSAID, obat sitotoksik, kortikosteroid, imunosupresan, dan

penisilin atau penisilamin.

b) Faktor Lokal

1) Hidrasi luka, kondisi luka yang lembab sangat mendukung proses

penyembuhan luka, karena pada luka yang terlalu kering akan

menghasilkan fibrin yang mengeras sedangkan luka yang terlalu

basah akan menyebabkan kerusakan yang memperburuk area di

sekitar luka.

2) Penatalaksanaan luka, perlu diperhatikan dengan tepat untuk

mendukung penyembuhan luka seperti kebersihan dan pemilihan

obat yang digunakan.

3) Temperatur luka, temperatur yang stabil untuk jaringan tubuh yang

mengalami luka adalah 37o C, karena pada suhu tersebut dapat

meningkatkan proses mitosis untuk mempercepat proses

penyembuhan.

4) Benda asing, pada luka sayat benda asing harus dibersihkan dengan

tepat agar luka cepat menutup dan tidak menyebabkan terjadinya

infeksi.
6. Prosedur Perawatan Luka

Perawatan luka merupakan salah satu tindakan keperawatan yang

dikerjakan oleh perawat dengan sistematis dan komprehensif. Perawatan

luka yang sistematis merupakan urutan langkah perawatan yang harus

dikerjakan oleh profesional di bidang perawatan luka.

Berikut adalah tahapan pertolongan pertama yang sebaiknya Anda lakukan

dalam perawatan luka.

a. Cuci tangan

Sebelum mulai membersihkan luka, cuci tangan Anda terlebih dahulu

menggunakan sabun dan air mengalir. Jika ingin lebih praktis lagi,

cukup gunakan hand sanitizer pada kedua tangan dan tunggu sampai

kering. Bila ada, gunakan sarung tangan medis supaya lebih steril.

Kondisi tangan yang bersih dan tertutup dapat membantu mencegah

infeksi pada luka.

b. Tekan area kulit yang masih berdarah

Tekan area kulit yang terluka pelan-pelan menggunakan kain bersih

atau kasa steril selama beberapa menit atau sampai perdarahan luar

berhenti jika luka mengeluarkan banyak darah. Sementara untuk luka

gores yang kecil tidak perlu ditekan karena biasanya perdarahan tidak

terlalu banyak. Menekan luka bertujuan untuk mencegah Anda

kehilangan banyak darah. Perlu dicatat bahwa langkah perawatan ini

hanya berlaku untuk luka yang berdarah. Jika Anda mengalami luka
bakar derajat tinggi yang menyebabkan kerusakan luas pada jaringan

kulit, lewati langkah ini dan pergilah ke dokter terdekat sesegera

mungkin.

c. Bersihkan luka dengan air

Bersihkan luka dengan air bersih yang mengalir selama 5-10 menit,

pastikan tidak ada kotoran yang tertinggal pada luka. Cara merawat

luka ini dilakukan untuk menghilangkan kuman yang bisa memicu

infeksi pada luka. Setelah itu, rawat luka dengan menggunakan lap atau

handuk bersih untuk membersihkan area di sekitarnya. Gosok dengan

perlahan hingga sebagian besar debu halus dan kasar terangkat.

d. Oleskan petroleum jelly atau salep antibiotik

Bila perlu, Anda bisa mengoleskan petroleum jelly tipis-tipis pada area

yang terluka. Menurut American Academy of Dermatology

Association, petroleum jelly dapat menjaga area luka agar tetap lembap,

mencegah bekas luka menjadi terlalu besar, dan mengurangi gatal-gatal

yang bisa muncul. Pada luka yang cukup dalam, Anda mungkin

membutuhkan krim atau salep antibiotik guna menghindari terjadinya

infeksi karena bakteri dan kotoran. Namun, penggunaan obat ini dalam

perawatan luka tidak boleh sembarangan. Anda harus berkonsultasi

terlebih dahulu dengan dokter sebelum memilih obat antibiotik.

Beberapa antibiotik yang biasa diberikan untuk merawat luka di

antaranya adalah bacitracin, polysporin, dan neosporin. Ingat, Anda

tidak perlu menggunakan antibiotik ini untuk merawat luka gores yang
kecil. Jika muncul ruam atau kulit justru terasa perih, segera hentikan

penggunaannya.

e. Balut dengan perban

Sebetulnya, tidak semua jenis luka harus diperban. Jika luka hanya

sedikit dan tidak dalam, Anda cukup membersihkan luka tersebut tanpa

harus menutupnya dengan perban. Namun, bila memang harus

menggunakan perban, pastikan Anda memilih jenis perban yang sesuai

dengan kondisi Anda. Perban terbagi menjadi lima kategori besar

seperti di bawah ini.

1) Film dressing biasanya digunakan untuk melindungi luka yang

berada di area yang sering mengalami gesekan seperti tumit dan

menjaga luka tetap kering.

2) Simple island dressing biasanya digunakan untuk menutup luka

yang telah dijahit, misalnya luka bekas operasi.

3) Non-adherent dressing adalah perban yang didesain khusus agar

tidak menempel pada cairan bekas luka dan melindungi jaringan

kulit baru supaya tidak kembali terluka.

4) Moist dressing merupakan perban yang biasanya digunakan untuk

luka yang mengandung jaringan mati yang telah mengeras dan

menghitam.

5) Absorbent dressing adalah perban penyerap cairan yang keluar dari

luka, cocok digunakan untuk luka yang basah.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA HOME INDUSTRI
SAPU DI RT 01 RW 05 KELURAHAN SINDANGSARI KECAMATAN
LEMBURDITU KOTA SUKABUMI

A. Pengkajian
1. Data Inti Komunitas
a. Sejarah / Riwayat Terjadinya / Perkembangan :
Pabrik ini dibangun 2 tahun yang lalu dengan proses perintisan
otodidak tanpa mengikuti pelatihan-pelatihan.
b. Tipe keluarga :
Pabrik ini dibangun dan didirikan oleh keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak laki-laki serta anak perempuan yang bertipe keluarga yaitu
nuclear family (keluarga inti).
c. Status perkawinan :
Status perkawinan pekerja yaitu 3 orang sudah menikah dan 5 orang
belum menikah
d. Nilai dan keyakinan yang dianut :
Keyakinan para pekerja islam dan ketika adan berkumandang pekerjaan
dihentikan serta melakukan ibadah
e. Agama :
Pekerja di Pabrik sapu ijuk seluruhnya beragama islam.
f. Demografi :

Jenis Distribusi Distribusi


Usia
Nama Kelamin Ras Etnis
Riyan 23 L Sawo Matang Sunda
Saepulah 55 L Sawo Matang Sunda
Uloh 52 L Sawo Matang Sunda
Gunawan Ginanjar 18 L Sawo Matang Sunda
Galih 17 L Sawo Matang Sunda
Didan 20 L Sawo Matang Sunda
Samsudin 32 L Sawo Matang Sunda
Gunawan 17 L Sawo Matang Sunda
g. Statistik Vital :
Tidak ada kematian akibat kecelakaan kerja
2. Data Subsystem Delapan Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Pabrik sapu ijuk terdiri dari luas 2.200 m. Limbah dibuang sapu ijuk
dijual kembali. Kualitas udara didalam pabrik sapu ijuk adem. Tidak
ada flora disekitar pabrik.
Gambar 3.1 Lokasi Pabrik Sapu Ijuk di RW 05 Kelurahan
Sindangsari Kecamatan Lembursitu


U

Sumber : Profil Desa dan Kelurahan Sindangsari, 2018


Keterangan :
: Lokasi pabrik sapu
: Batas Wilayah
Wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Gunung Puyuh
Kota Sukabumi terdiri dari 3 wilayah Rukun Tetangga (RT), adapun
batasan wilayah RW 05 Kelurahan Sindangsari adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Cikondang Kecamatan Citamiang


Sebelah : Kelurahan Cipanengah dan Kelurahan
Selatan Cikundul Kecamatan Lembursitu
Sebelah Barat : Kelurahan Sudajayahilir Kecamatan Baros
Sebelah Timur : Kelurahan Dayeuhluhur kecamatan
warudoyong
b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
Lokasi Pelayanan Kesehatan amat jauh karena pergi kepuskesmas
namun terkadang datang ke bidan atau mantri
c. Ekonomi
Jenis pekerjaan yaitu pabrik sapu ijuk, dengan penghasilan keluarga
Rp. 150.000,00,-/hari Kebutuhan keluarga tercukupi, namun tidak
memiliki tabungan kesehatan dan jaminan kesehatan. Lokasi industri
tepat disamping jalan raya, jauh dari pasar dan pusat bisnis
d. Keamanan dan Transportasi
Sumber tansportasi yang digunakan untuk datang ke pabrik
menggunakan roda dua dan jalan kaki. Pihak industri tidak memiliki
kontak layanan perlindungan lebakaran dan polisi. Sanitasi yang
digunakan yaitu air bersih dengan kualitas udara sejuk.
e. Komunikasi
1) Komunikasi formal
Berdasarkan hasil kajian, pihak industri menggunakan telepon
seluler untuk melakukan komunikasi formal.
2) komunikasi informal
Berdasarkan hasil kajian, pihak industri tidak menggunakan
komunikasi informal dalam memasrkan produknya.
f. Pendidikan
Berdasarkan hasil kajian, 5 pekerja berpendidikan SMP dan 3 orang
berpendidikan SD.
g. Rekreasi
Berdasarkan hasil kajian, para pekerja berekreasi dengan cara
berbincang bersama sambil makan dan ngopi.
3. Data Khusus
a. Karakteristik Responden
1) Jenis Kelamin
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Jenis Kelamin di Home Industri Sapu Ijuk milik
Pak Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi

No Jenis Kelamin Frekuensi Persen


(%)
1 Laki-laki 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.1 diperoleh data bahwa pekerja berjenis


kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8 orang atau 100%.
2) Umur
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Umur di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak
Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi

No Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)


1 < 50 tahun 6 75
2 > 50 tahun 2 25
Jumlah 8 100

Berdasarkan Tabel 3.2 diperoleh data bahwa sebagian besar


responden berumur < 50 tahun yaitu sebesar 75% atau 6
orang, dan sebagian kecil responden berumur > 50 tahun
yaitu sebesar 25% atau 2 orang.

3) Agama
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Agama di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak
Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi

No Jabatan Frekuensi Persen (%)


1 Islam 8 100
2 Non Islam 0 0
Jumlah 8 100
Berdasarkan tabel 3.3 diperoleh data bahwa seluruh
responden beragama islam sebesar 100% atau 84 orang.
4) Pendidikan
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Pendidikan di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak
Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)


1 SD 3 37.5
2 SMP 5 62.5
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.4 diperoleh data bahwa pekerja berpendidikan


SD yaitu sebanyak 3 orang atau 37.5% dan sebagian kecil pekerja
berpendidikan SMP yaitu sebanyak 5 orang atau 62.5%.
5) Status Pernikahan
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status
Pernikahan di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak
Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Status Frekuensi Persen (%)


Pernikahan
1 Nikah 3 37.5
2 Belum Menikah 5 62.5
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.5 diperoleh data bahwa sebagian besar


repoden memiliki status pernikahan nikah sebanyak 3 orang atau
37.5% dan sebagian kecil responden belum menikah sebanyak 5
orang atau 62.5%.
6) Penghasilan Per-bulan
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Penghasilan perbulan di Home Industri Keripik
milik Pak Baharudin di RW 04 Kelurahan Gunung
Puyuh Kecamatan Gunung Puyuh Kota Sukabumi

No Penghasilan Frekuensi Persen (%)


1 <Rp.3.000.000,- 4 50
2 >Rp.3.000.000,- 4 50
Jumlah 8 100
Berdasarkan tabel 3.6 diperoleh data bahwa seluruh responden
memiliki penghasilan perbulan <Rp.3.000.000,- sebanyak 4 orang
atau 50 serta responden memiliki penghasilan perbulan >
Rp.3.000.000,- sebanyak 4 orang atau 100%.

7). Lama Kerja


Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Lama Kerja di Home Industri Sapu Ijuk milik
Pak Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi

No Jenis Kelamin Frekuensi Persen


(%)
1 8 Jam/hari 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.1 diperoleh data bahwa lama jam kerja


yaitu sebanyak 8 orang atau 100%.
8). Suku
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Suku di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak
Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi

No Jenis Kelamin Frekuensi Persen


(%)
1 Sunda 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.1 diperoleh data bahwa mayoritas suku


pekerja yaitu sunda sebanyak 8 orang atau 100%.

b. Jawaban Kuesioner
Karakteristik Responden berdasarkan jawaban kuesioner dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 6 75
2 Tidak 2 25
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.9 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


6 atau 75% dan Tidak 4 atau 25% dengan pertanyaan mengenai luka
sayat/luka potong di home indutri sapu ijuk yaitu paling banyak Ya
Sudah mengetahui tentang luka sayat/potong.
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 5 62.5
2 Tidak 2 25
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.10 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


5 atau 62.5% dan Tidak 2 atau 25% dengan pertanyaan mengenai
pernah mengengalami luka sayatan/potong ditempat kerja yaitu paling
banyak Ya pernah mengalami luka sayatan/potong.
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 2 25
2 Tidak 6 75
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.11 diperoleh data bahwa responden menjawab


YA 2 atau 25% dan Tidak 6 atau 75% dengan pertanyaan mengenai
tahu pencegahan agar tidak terjadi luka sayat atau potong yaitu paling
banyak Tidak mengetahui pencegahan agar tidak terjadi luka
sayat/potong.
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.12 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% dengan pertanyaan cara menangani
luka sayatan atau luka potong yaitu paling banyak Tidak mengetahui
cara menangani luka sayatan atau luka potong.
Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi
No Jawaban Frekuensi Persen (%)
1 Ya 1 12.5
2 Tidak 7 87.5
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.13 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


1 atau 12.5% dan Tidak 7 atau 87.5% dengan pertanyaan mengenai
tahu pentingnya menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari
terjadinya luka sayatan atau luka potong yaitu paling banyak Tidak
mengetahui tahu pentingnya menggunakan alat pelindung diri agar
terhindar dari terjadinya luka sayatan atau luka potong.
Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.14 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% dengan pertanyaan tahu cara
pencegahan agar terhindar dari luka sayatan atau luka potong yaitu
paling banyak Tidak mengetahui cara pencegahan agar terhindar dari
luka sayatan atau luka potong.
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.15 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% dengan pertanyaan ditempat kerja di
sediakan alat pelindung diri seperti sarung tangan agar terhindar dari
luka potong yaitu paling banyak Tidak terdapat alat pelindung diri
seperti sarungtangan agar terhindar dari luka sayat/potong.

Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban


Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.16 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% dengan pertanyaan menggunakan
alat pelindung diri untuk terhindar dari luka sayatan seperti (sarung
tangan) saat bekerja yaitu paling banyak Tidak menggunakan alat
pelindung diri untuk terhindar dari luka sayatan seperti (sarung tangan)
saat bekerja.
Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 8 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.17 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


8 atau 100% dan Tidak 0 atau 0% dengan pertanyaan selalu berhati-
hati saat menggunakan alat-alat pemotong ijuk sapu yaitu paling
banyak Ya selalu berhati-hati saat menggunakan alat-alat pemotong
ijuk sapu.
Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 3 37.5
2 Tidak 5 62.5
Jumlah 8 100
Berdasarkan tabel 3.18 diperoleh data bahwa responden menjawab YA
3 atau 37.5% dan Tidak 5 atau 62.5% dengan pertanyaan Saat terkena
sayatan, hal yang pertama kali dilakukan yaitu mengisap darah oleh
mulut yaitu paling banyak Tidak jika terkena sayatan, hal yang pertama
kali dilakukan yaitu mengisap darah oleh mulut.
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.19 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% merasa khawatir jika saat saya
bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri jawaban paling banyak
yaitu paling banyak Tidak merasa khawatir jika saat saya bekerja tidak
menggunakan alat pelindung diri.

Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban


Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.20 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% dengan pertanyaan tahu cara
pertolongan pertama pada luka sayatan jawaban paling banyak yaitu
paling banyak Tidak tahu cara pertolongan pertama pada luka sayatan.

Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban


Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.21 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% dengan pertanyaan di tempat kerja
terdapat alat P3K untuk luka sayatan yaitu paling banyak Tidak di
tempat kerja terdapat alat P3K untuk luka sayatan.
Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.22 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% dengan pertanyaan pernah ada
petugas kesehatan yang melakukan promosi kesehatan mengenai
penangan luka yaitu paling banyak Tidak pernah ada petugas
kesehatan yang melakukan promosi kesehatan mengenai penangan
luka.
Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 0 0
2 Tidak 8 100
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.23 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


0 atau 0% dan Tidak 8 atau 100% dengan pertanyaan pergi ke
pelayanan kesehatan pada saat ada yang terluka saat bekerja yaitu
paling banyak tidak pergi ke pelayanan kesehatan pada saat ada yang
terluka saat bekerja.
Tabel 3.24 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 7 87.5
2 Tidak 1 12.5
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.24 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


7 atau 87.5% dan Tidak 1 atau 12.5% dengan pertanyaan apakah
meniup luka untuk mengurangi rasa nyerinya yaitu paling banyak ya
meniup luka untuk mengurangi rasa nyerinya.
Tabel 3.25 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jawaban
Kuesioner di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden
di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

No Jawaban Frekuensi Persen (%)


1 Ya 3 37.5
2 Tidak 5 62.5
Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel 3.25 diperoleh data bahwa responden menjawab YA


3 atau 37.5% dan Tidak 5 atau 62.5% dengan pertanyaan menekan
luka untuk menghentikan pendarahan yaitu paling banyak tidak
menekan luka untuk menghentikan pendarahan

Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Luka Sayat/Potong


Responden di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak
Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan
Lembursitu Kota Sukabumi

B No Pengetahuan Frekuensi Persen (%)


1 Pengetahuan Cukup 1 12.5
2 Pengetahuan 7 87.5
Kurang
Jumlah 8 100
B

BBerdasarkan tabel 3.26 diperoleh data bahwa sebagin responden


berpengetahuan kurang sebanyak 8 orang atau 87.5% dan
berpengetahuan cukup sebanyak 1 orang atau 12.5%.
Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Sikap terhadap Luka
Sayat/Potong Responden di Home Industri Sapu Ijuk
milik Pak Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi

No Sikap Frekuensi Persen


(%)
1 Kurang 8 0
Jumlah 8 100
B

B
eBerdasarkan tabel 3.27 diperoleh data bahwa responden bersikap
kurang terhadap pencegahan luka sayat/potong sebanyak 8 orang atau
100%.
Tabel 3.28 Distribusi Frekuensi Psikomotor terhadap Luka
Sayat/Potong Responden di Home Industri Sapu Ijuk
milik Pak Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi
No Psikomotor Frekuensi Persen
(%)
1 Tidak melakukan 4 100
penanganan
Jumlah 4 100

Berdasarkan tabel 3.28 diperoleh data bahwa responden tidak


melakukan penanganan luka sayat/potong sebanyak 8 orang atau 100%

B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data

No Data Diagnosa Keperawatan


1. DS : Domain 1 : Promosi
Keperawatan
1. Menurut pekerja kecelakaan
kerja pernah terjadi seperti Kelas 2 : Manajemen
Kesehatan
terpotong dan tertusuk sehingga
berakibat adanya luka Diagnosa keperawatan
:
sayat/potong
(000188) Perilaku
2. Belum pernah mendapatkan kesehatan cenderung
beresiko pada pekerja di
penyuluhan tentang penanganan
home industri Sapu Ijuk
luka dari puskesmas ataupun dari
lembaga pemerintahan lainnya.
3. Menurut pekerja mereka tidak
tahu tentang penanganan dan
pencegahan luka sayat atau
potong
DO:
1. Tempat kerja terdapat benda tajam
seperti kawat untuk
mengikat/menyulam sapu ijuk,
terdapat garu/sisir sapu yang
sangat runcing, serta terdapat alat
pemotong sapu ijuk
2. Sebagian besar pegawai pabrik
sapu ijuk berpengetahuan cukup
yaitu sebesar 12.5% dan 87.5%
berpengetahuan kurang.
3. Sebagian besar pegawai pabrik
sapu ijuk tentang sikap tidak
melakukan pencegahan luka
sayat/potong yaitu sebesar 100%
4. Sebagian besar pegawai pabrik
sapu ijuk tentang tidak adanya
psikomotor atau penanganan luka
sayat/potong yaitu sebesar 100%.

2 DS : Domain 1 : Promosi
1. Menurut pekerja bahwa Keperawatan
pertolongan pertama saat luka
Sayat/potong melakukan pingsapan Kelas 2 : Manajemen
darah oleh mulut dan meniup luka Kesehatan
2. Pekerja mengatakan bahwa
terjadinya luka sayat/potong sudah Diagnosa keperawatan
hal yang wajar dan menjadi risiko :
dalam melakukan pekerjaan (00078)
tersebut Ketidakefektifan
manajemen kesehatan
DO : pada pekerja di home
1. Hasil kuisioner bahwa semua industri Sapu Ijuk Pak
pekerja 100% melakukan Aden
pertolongan pertama saat luka
Sayat/potong melakukan pingsapan
darah oleh mulut dan meniup luka
2. Adanya pekerja yang pernah
mengalami luka sayat/potong
3. Pengetahuan tentang luka
sayat/potong 87.5% yang kurang
mengetahui.

2. Prioritas Masalah
Skoring Diagnosa Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko Pada Pekerja
di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden di RW 05 Kelurahan
Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi

No Kriteria Skor
1. Kesadaran pekerja akan masalah 1
2. Motivasi pekerja untuk menyelesaikan masalah 2

3. Kemampuan perawat dalam menyelesaikan


masalah 3
4. Ketersediaan ahli/ pihak terkait terhadap 2
penyelesaian masalah
5. Dampak terhadap masyarakat jika masalah tidak 3
terselesaikan
6. Mempercepat penyelesaian masalah dengan 2
solusi penyelesaian masalah
Total 13

Skoring Diagnosa Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Pada Pekerja


di Home Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden di RW 05 Kelurahan
Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi
No Kriteria Skor
1. Kesadaran pekerja akan masalah 2

2. Motivasi pekerja untuk menyelesaikan masalah 2

3. Kemampuan perawat dalam menyelesaikan 3


masalah
4. Ketersediaan ahli/ pihak terkait terhadap 2
penyelesaian masalah
5. Dampak terhadap masyarakat jika masalah tidak 2
terselesaikan
6. Mempercepat penyelesaian masalah dengan 3
solusi penyelesaian masalah
Total 14
Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1. (00188) Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko Pada Pekerja di Home
Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi
2. (00078) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Pada Pekerja di Home
Industri Sapu Ijuk milik Pak Aden di RW 05 Kelurahan Sindangsari
Kecamatan Lembursitu Kota Sukabumi
Perencanaan Keperawatan Keperawatan Kesehatan Kerja

Data Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data Pendukung Masalah Kesehatan Kerja :
DS : Domain 1 Prevensi Primer Prevensi Primer
1. Menurut pekerja Promosi kesehatan Level 1 : Domain IV Level 1 : Domain III
kecelakaan kerja Pengetahuan tentang kesehatan Perilaku
pernah terjadi Kelas 2 dan perilaku
seperti terpotong Manajemen kesehatan Level 2 : Kelas S
dan tertusuk Level 2 : Kelas S Pendidikan Pasien
sehingga berakibat DX : Perilaku Pengetahuan Promosi
adanya luka 00188 kesehatan cenderung Kesehatan Level 3 : Intervensi
sayat/potong beresiko 5510 Pendidikan Kesehatan
2. Belum pernah Level 3 : Outcomes 1. Targetkan sasaran pada
mendapatkan 1805 kelompok beresiko tinggi dan
1. Pengetahuan perilaku rentang usia yang akan
penyuluhan
kesehatan mendapat manfaat besar dari
tentang
 Strategi untuk pendidikan kesehatan
penanganan luka 180512
mengurangi risiko 2. Pertimbangkan riwayat
dari puskesmas
cedera karena individu dalam konteks
ataupun dari personal dan riwayat sosial
kecelakaan
lembaga 180513 budaya individu, keluarga
 Strategi untuk
pemerintahan masyarakat
menghindari paparan
lainnya. 3. Bantu individu, keluarga, dan
3. Menurut pekerja 1823 bahaya lingkungan masayarakat untuk
mereka tidak tahu memperjelas keyakinan dan
2. Pengetahuan promosi nilai-nilai kesehatan
tentang 182308
kesehatan 4. Rumuskan tujuan dalam
penanganan dan
 Perilaku yang progam pendidikan kesehatan
pencegahan luka 182314
meningkatkan 5. Tekankan manfaat kesehatan
sayat atau potong
kesehatan positif yang langsung atau
 Perilaku untuk jangka pendek yanh diterima
DO: oleh perilaku gaya hidup positif
mencegah cedera yang
1. Tempat kerja dari pada manfaat jangka
tidak sengaja
terdapat benda panjang atau efek negatif dari
tajam seperti kawat ketidak patuhan
Level 2 : Kelas GG 6. Kembangkan materi pendidikan
untuk
Pengetahuan Kondisi Kesehatan tertulis yang tersedia dan sesuai
mengikat/menyula
m sapu ijuk, dengan audien sasaran
Level 3 : Outcomes 7. Lakukan demostrasi atau
terdapat garu/sisir
demonstrasi ulang, partisifasi
sapu yang sangat 1814
3. Pengetahuan prosedur pembelajar, dan manipulasi
runcing, serta
penanganan bahan pembelajaran ketika
terdapat alat 181401 mengajarkan keterampilan
 Prosedur penanganan
pemotong sapu ijuk 181402 psikomotorik
2. Sebagian besar 181403  Tujuan prosedur 5515
pegawai pabrik 181409  Langkah-langkah prosedur
Peningkatan Kesadaran Kesehatan
sapu ijuk  Tindakan pencegahan yang 1. Ciptakan lingkungan
berpengetahuan berkaitan dengan prosedur perawatan kesehatan dimana
cukup yaitu sebesar pasien dengan permasalahan
12.5% dan 87.5% memahami aksara dapat
berpengetahuan mencari bantuan tanpa
kurang. merasa malu atau merasa
3. Sebagian besar dicela
pegawai pabrik 2. Gunakan komunikasi yang
sapu ijuk tentang sesuai dan jelas
sikap tidak 3. Gunakan Bahasa sederhana
melakukan 4. Sederhanakan bahasa bila
pencegahan luka memungkinkan
sayat/potong yaitu 5. Hindari penngunaan akronim
sebesar 100% atau singkatan dan jargon
4. Sebagian besar medis
pegawai pabrik 5520
sapu ijuk tentang Fasilitasi
tidak adanya Pembelajaran
psikomotor atau 1. Mulai tindakan hanya jika
penanganan luka pasien memang sudah
sayat/potong yaitu siapuntuk menerima proses
sebesar 100%. pembelajaran
2. Tentukan tujuan
pembelajaran dua arah yang
realistik bersama pasien
3. Tuliskan tujuan
pembelajaran yang jelas dan
mudah dinilai
4. Sesuaikan intruksi dengan
tingkat pendidikan dan
kemampuan memahami
pasien
5. Buat isi pendidikan
kesehatan sesuai dengam
kemampuan kognitif,
psikomotor, dan efektif
pasien

Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder


Level 1 : Domain IV Level 1 : Domain IV
Pengetahuan tentang kesehatan Keamanan
dan perilaku
Level 2 : Kelas U
Level 2 : Kelas HH Manajemen Krisis
keamanan
Level 3 : Intervensi

1921 Level 3 : Outcomes 6240 Pertolongan Pertama


1. Kesiapan sebelum prosedur 1. Intruksikan orang lain untuk
1911 memanggil bantuan, jika
191134 2. Perilaku keamaan pribadi diperlukan
2. Lakukan perawatan luka/ luka
 Menggunakan alat sayat/potong yang tepat
191119 pelindung selama kegiatan
berisiko tinggi
 Menghindari perilaku Level 2 : Kelas V
berisiko tinggi Manajemen Risiko

Level 3 : Intervensi
Manajemen Lingkungan Keselamatan
6486 1. Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien berdasarkan
fungsi fisik dan kognitif serta
riwayat prilaku di masa lalu
2. Identifikasi hal-hal yang
membahayakan di lingkungan
3. Edukasi individu dan
kelompok yang berisiko tinggi
terhadap bahan berbahaya
yang ada dilingkungan
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
Level 1 : Domain VII Level 1 : Domain VII
Kesehatan Komunitas Komunitas

Level 2 : Kelas BB Level 2 : Kelas c


Kesejahteraan Komunitas Peningkatan kesehatan komunitas
Level 3 : Outcomes Level 3 : Intervensi
2701 1. Status kesehatan komunitas 8700 Pengembangan program
270101  Tingkat Partisipasi dalam 1. Bantu kelompok atau
pelayanan perawatan masyarakat dalam
preventif mengidentifikasi kebutuhan
270106  Tingkat partisipasi dalam atau masalah kesehatan yang
program kesehatan di signifikan
tempat kerja 2. Bentuk satuan petugas/satgas,
2704 2. Kesehatan komunitas termasuk anggota masyarakat
yang tepat untuk memeriksa
kebutuhan prioritas atau
maslaah
3. Pilih pendekatan yang paling
tepat
4. Pantau kemajuan pelaksanaan
program
DS : Domain 1 Prevensi Primer Prevensi Primer
 Menurut pekerja Promosi kesehatan Level 1 : Domain IV Level 1 : Domain III
bahwa Pengetahuan tentang kesehatan Perilaku
pertolongan Kelas 2 dan perilaku
pertama saat luka Manajemen kesehatan
Sayat/potong Level 2 : Kelas S Level 2 : Kelas S
melakukan 00080 DX : Pengetahuan tentang kesehatan & Pendidikan kesehatan
Ketidakefektifan Perilaku
pingsapan darah manajemen
oleh mulut dan kesehatan Level 3 : Outcomes Level 3 : Intervensi
meniup luka Pengetahuan : Promosi Kesehatan 5510 Pendidikan Kesehatan
 Pekerja 1823 1. Perilaku yang meningkatkan 1. Bantu Individu, Keluarga, dan
mengatakan kesehatan masyarakat untuk memperjelas
bahwa terjadinya 182308 2. Perilaku untuk mencegah cedera keyakinan dan nilai-nilai
luka yang tidak disengaja kesehatan.
sayat/potong 182314 3. Strategi untuk menghindari 2. Rumuskan tujuan dalam program
sudah hal yang paparan bahaya lingkungan pendidikan kesehatan.
wajar dan 182326 kerja 3. Ajarkan strategi yang dapat
menjadi risiko digunakan untuk menolak
dalam perilaku yang tidak sehat atau
melakukan berisiko dari pada memberikan
pekerjaan saran untuk mengubah perilaku.
tersebut 4. Lakukan demonstrasi ketika
DO : mengajarkan keterampilan
 Hasil kuisioner psikomotorik.
bahwa semua Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
pekerja 100% Level 1 : Domain IV Level 1 : Domain IV
melakukan Pengetahuan tentang kesehatan Keamanan
pertolongan dan perilaku
pertama saat luka Level 2 : Kelas V
Sayat/potong Level 2 : Kelas T Manajemen Risiko
melakukan Kontrol risiko dan keamanan
pingsapan darah Level 3 : Intervensi
oleh mulut dan Level 3 : Outcomes 6610 Identifikasi Risiko
meniup luka 1908 Deteksi Risiko 1. Identifikasi sumber-sumber agensi
 Adanya pekerja 190801 1. Mengenali tanda dan gejala untuk menurunkan faktor risiko.
yang pernah yang mengidentifikasi risiko 2. Instruksikan faktor risiko dan
mengalami luka 19702 2. Mengidentifikasi kemungkinan rencana untuk mengurangi faktor
sayat/potong risiko kesehatan risiko.
 Pengetahuan 190810 3. Menggunakan fasilitas 3. Diskusikan dan rencanakan
tentang luka kesehatan yang sesuai dengan aktivitas-aktivitas pengurangan
sayat/potong kebutuhan risiko berkolaborasi dengan
87.5% yang individu atau kelompok.
kurang 4. Implementasikan aktivitas-aktivitas
mengetahui pengurangan risiko.
Prevensi Tersier Prevensi Tersier
Level 1 : Domain IV Level 1 : Domain IV
Pengetahuan tentang kesehatan & Keamanan
Perilaku
Level 2 : Kelas U
Level 2 : Kelas Q Manajemen Krisis
Perilaku Sehat
Level 3 : Intervensi
Level 3 : Outcomes 6240 Pertolongan Pertama
1603 Perilaku Pencarian Kesehatan 1. Instruksikan orang lain untuk
160303 1. Melakukan skrining diri memanggil bantuan, jika
2. Melakukan kegiatan sehari-hari
160305 yang konsisten dengan diperlukan.
toleransi 2. Lakukan pengkajian awal untuk
3. Melakukan perilaku kesehatan menurunkan risiko infeksi ketika
160314 dengan inisiatif sendiri memberikan perawatan.
4. Melakukan perilaku kesehatan 3. Catat karakteristik luka atau luka
yang disarankan bakar, termasuk drainase, warna,
160308 5. Mencari bantuan bila ukuran dan bau.
diperlukan. 4. Lakukan perawatan luka/luka bakar
160316 yang tepat.
Format POA (Plant Of Action)

No Diagnosa Tujuan Strategi Rencana Kriteria Waktu dan PJ


Kep
Kegiatan Hasil Tempat
1 Domain 1 Untuk memberikan Kognitif 1. Penyuluhan mengenai 1. Pekerja dan Selasa, 28 Desember Bpk. Aden
Promosi pemahaman dan luka Sayat/Potong dan pemilik Sapu 2021. Pukul 14.00
kesehatan meningkatkan pencegahan pada luka Ijuk mampu Di Pabrik Bpk. Aden
pengetahuan tentang Sayat/Potong memahami
Kelas 2 Luka Sayat/Potong tentang luka
Manajemen Sayat/Potong
kesehatan

DX : Perilaku
Mendemostrasikan Psikomotor 1. Mendemonstrasikan 1. Pekerja dan Selasa, 28 Desember Bpk. Aden
kesehatan
jenis tahapan terjadi jenis luka sayat/potong pemilik Sapu 2021. Pukul 14.00
cenderung
infeksi luka Ijuk mampu Di Pabrik Bpk. Aden
beresiko
sayat/potong memahami
tentang luka
Sayat/Potong

Adanya poster Diskusi 1. Terdapat poster 1. Terdapat poster Selasa, 28 Desember Bpk. Aden
tentang tahapan Kelompok tentang tahapan tetang tahapan 2021. Pukul 14.00
perawatan luka perawatan luka. luka dan Di Pabrik Bpk. Aden
perawatan luka
2 Domain 1 Untuk memberikan Kognitif 1. Penyuluhan mengenai 1. Pekerja dan Selasa, 28 Desember Bpk. Aden
Promosi pemahaman dan Penanganan Luka pemilik Sapu 2021. Pukul 14.00
kesehatan meningkatkan sayat/potong Ijuk mampu Di Pabrik Bpk. Aden
pengetahuan tentang memahami
Kelas 2 Penanganan Luka tentang luka
Manajemen sayat/potong Sayat/Potong
kesehatan
Mendemostrasikan Psikomotor 1. Mendemontrasikan 1. Pekerja dan Selasa, 28 Desember Bpk. Aden
DX : perawatan pertama perawatan pertama pemilik Sapu 2021. Pukul 14.00
Ketidakefekt luka sayat/potong pada luka bakar Ijuk mampu Di Pabrik Bpk. Aden
ifan bila terjadinya luka memahami
manajemen sayat/potong agar tentang luka
kesehatan tepat penanganan saat Sayat/Potong
terjadinya luka
sayat/potong
- Terbentuknya Tim Diskusi 1. Pembentukan Tim 1. Adanya Selasa, 28 Desember Bpk. Aden
Pertolongan Kelompok pertolongan petama kelompok 2021. Pukul 14.00
pertama pada luka pada lukas pertolongan Di Pabrik Bpk. Aden
Sayat/Potong dan sayat/potong pertama luka
tersedia kotak P3K 2. Adanya kotak P3K sayat/potong
- Adanya ciri pada 3. Ditempel stiker
setiap lahan yang peringatan area
berbahaya berbahaya
- Terdapat call canter 4. Ada call canter yang
medis di poster dapat dihubungi
Jam/ Diagnosa PELAKSANAA
N EVALUASI TANDA TANGAN
Hari/ Keperawat TINDAKAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN PERAWATAN
Tanggal an YA TIDAK

14.00 Domain I: PREVENSI PRIMER EVALUASI FORMATIF KELOMPOK 5


WIB :
Selasa, 28 Promosi Seluruh peserta tampak
Pendidikan kesehatan (5510)
Desember kesehatan Aktivitas yang dilakukan mengerti dari pemaparan
2021. Pendidikan Kesehatan atau penyampaian materi
 Mengidentifikasi motivasi √ mengenai sayat/potong.
Kelas 2 : dan pengetahuan awal para Perilaku kesehatan
Manajeman peserta tentang luka cenderung beresiko
Kesehatan teratasi
sayat/potong
 Merumuskan tujuan √ EVALUASI SUMATIF :
pendidikan kesehatan
DX : 00188 tentang luka sayat/potong S:
Perilaku  Mengidentifikasi Seluruh peserta
kesehatan sumberdaya yang diperlukan √ penyuluhan yang
cenderung untuk melaksanakan hadir mengatakan
beresiko pendidikan kesehatan mengerti tentang
tentang pentingnya luka Pengertian luka
sayat/potong sayat/potong,
 Menyajikan informasi Penyebab luka

pendidikan kesehatan sayat/potong,Jenis
dengan menarik dan luka sayat/potong,
memberikan manfaat Faktor yang
 Memberikan pendidikan mempengaruhi
kesehatan dengan cara √ penyembuhan luka,
kelompok, dengan topik Perawatan pada luka
 Pengertian luka sayat/potong
sayat/potong
 Penyebab luka
sayat/potong O:
 Jenis luka sayat/potong - Seluruh peserta
 Faktor yang dapat menjawab
mempengaruhi beberapa
penyembuhan luka pertanyaan tentang
luka sayat/potong
PREVENSI SEKUNDER A:
 Masalah teratasi
Pertolongan Pertama (6240) P:
Aktivitas yang dilakukan  Intervensi
 Menginstruksikan orang lain √
dihentikan.
untuk memanggil bantuan
jika diperlukan
 Memberikan pengajaran

cara melakukan perawatan
luka/luka sayat/potong yang
tepat
 Memberikan instruksi untuk
perawatan tindak lanjut √
yang diperlukan

Manajeman Lingkungan
Keselamatan (6486)
Aktivitas yang dilakukan
 Mengidentifikasi kebutuhan √
keamanan para pegawai
berdasarkan fungsi fisik dan
kognitif serta riwayat
perilaku di masa lalu
 Mengidentifikasi hal-hal

yang membahayakan di
lingkungan, misalnya :
bahaya fisik, biologi dan
kimiawi di lingkungan
 Melakukan edukasi individu
dan kelompok yang beresiko
tinggi terhadap bahan √
berbahaya yang ada di
lingkungan

PREVENSI TERSIER

Pengembangan Program (8700)


Aktivitas yang dilakukan
 Diadakanya poster tentang √
tahapan perawatan luka
sayat/potong

14.00 Domain 1 PREVENSI PRIMER EVALUASI KELOMPOK 5


WIB Promosi FORMATIF:
Selasa, 28 kesehatan Pendidikan kesehatan (5510) Seluruh peserta yang
Desember Aktivitas yang dilakukan hadir dalam penyampaian
2021. Kelas 2 Pendidikan Kesehatan penyuluhan kesehatan
Manajemen mengenai pertolongan,
kesehatan - Membantu Individu, Keluarga, perawatan, tampak sudah
dan masyarakat untuk √ mengerti ditanddai
DX : memperjelas keyakinan dan dengan peserta dapat
nilai-nilai kesehatan. menjawab atau
Ketidakefekt
ifan - Rumuskan tujuan dalam mempraktekan kembali
program pendidikan √ apa yang sudah di
manajemen
kesehatan. disampaikan oleh
kesehatan perawat. Ketidak
- Mengajarkan strategi yang
efektifan manajemen
dapat digunakan untuk
√ kesehatan sudah teratasi.
menolak perilaku yang tidak
sehat atau berisiko dari pada
EVALUASI SUMATIF
memberikan saran untuk
mengubah perilaku.
S:
- Melakukan demonstrasi ketika √ Seluruh peserta
mengajarkan keterampilan penyuluhan yang hadir
psikomotorik yaitu dengan mengatakan mengerti
demonstrasi tentang, Pertolongan
√ Pertama Pada luka
- Memberikan pendidikan
kesehatan dengan cara sayat/potong,
kelompok, dengan topik Penanganan luka
 Pertolongan Pertama sayat/potong
Pada luka sayat/potong
 Penanganan luka O:
sayat/potong - Seluruh peserta
dapat menjawab
PREVENSI SEKUNDER beberapa
pertanyaan tentang
Identifikasi Risiko Penanganan Luka
- Mengidentifikasi sumber- √ bakar
sumber agensi untuk - Seluruh peserta
menurunkan faktor risiko. yang hadir dapat
- Instruksikan faktor risiko dan √ mendemonstrasi
rencana untuk mengurangi
kembali cara
faktor risiko.
perawatan luka
- Diskusikan dan rencanakan
aktivitas-aktivitas √ yang pertama kali
pengurangan risiko dilakukan dengan
berkolaborasi dengan individu baik dan benar
atau kelompok.
- Implementasikan aktivitas- √
aktivitas pengurangan risiko.
PREVENSI TERSIER

Pertolongan Pertama
– Menginstruksikan orang lain √
untuk memanggil bantuan, jika
diperlukan.
– Melakukan pengkajian awal
yang sesuai standar
untuk menurunkan risiko √
infeksi ketika memberikan dan pertolongan
perawatan. pertama pada luka
– Mencatat karakteristik luka sayat/potong
atau luka bakar, termasuk √ A:
drainase, warna, ukuran dan  Masalah teratasi
bau. P:
– Melakukan perawatan √  Intervensi
luka/luka bakar yang tepat. dihentikan.
Catatan Perkembangan

No Hari/Tanggal/Waktu Catatan Perkembangan Paraf

1 Rabu, 29 Desember 2021. S : Kelompok 5

Pukul 13.00 WIB - Pegawai pabrik dan pemilik paham


dengan luka sayat/potong
- Pegawai pabrik dan pemilik
mengerti tentang cara pertolongan
pertama dengan kasus luka
sayat/potong
- Pegawai pabrik dan pemilik
mengerti cara penggunaan
kelengkapan yang ada di Kotak
P3K
- Pegawai pabrik dan pemilik masih
ingat tentang pentingnya
penanganan luka sayat/potong
- Pegawai pabrik dan pemilik
mengatakan masih adanya
kelompok pertolongan pertama
pada luka sayat/potong
O:

- Pegawai pabrik dan pemilik


antusias dan memperhatikan dalam
menerima penjelasan
- Pegawai pabrik dan pemilik
memahami titik lokasi resiko
berbahaya terjadi luka sayat/potong
(ditandai peringatan stiker resiko
berbahaya)
- Pegawai pabrik dan pemilik
menjaga kontak mata saat kegiatan
berlangsung selama beberapa hari
- Pegawai pabrik dan pemilik
mengikuti kegiatan hingga selesai
- Pegawai pabrik dan pemilik terlihat
antusias dalam diskusi
A:

Masalah teratasi

P:
Intervensi Dihentikan

I:

Implementasi telah dilakukan

E:

- Pegawai barik dan pemilik terlihat


paham dan saat di evaluasi kembali
menjawab pertanyaan dengan benar
BAB IV

PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilakukan dalam keperawatan Kesehatan Kerja atau K3 adalah

melaksanakan asuhan kesehatan kerja, melalui pengkajian untuk menentukan masalah kesehatan

masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kesehatan menggunakan proses

keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah keperawatan. Pengenalan masalah merupakan

salah satu tahap yang penting dalam keperawatan kesehatan kerja. Dengan ditemukannya

masalah kesehatan yang ada melalui pengkajian yang komprehensif, diharapkan upaya-upaya

yang dilakukan untuk memecahkan masalah kesehatan tersebut dapat dilakukan dengan

pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), yang dituangkan dalam proses

keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya

kesehatan dasar (PHC).

Hasi analisis data diperoleh dari dua diagnosa keperawatan yaitu yang pertama, perilaku

kesehatan cenderung beresiko pada pekerja di home industri pabrik sapu ijuk. Dari diagnosa

yang sudah di tetapkan terdapat perencanaan yang dirumuskan sebagai solusinya yaitu

melakukan penyuluhan kesehatan tentang luka sayat/potong dan penanganan luka sayat/potong.

Pada hari Selasa, 28 Desember 2021 pukul 16.00 WIB telah dilakukannya implementasi

keperawatan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. Hasil evaluasi di dapatkan bahwa

masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Diagnosa yang kedua yaitu Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Pada Pekerja Di Home

Industri Kripik Lantak. Dari diagnosa yang telah di buat maka terdapat perencanaan yang

dirumuskan sebagai solusi yaitu melakukannya penyuluhan kesehataan mengenai penanganan,


perawatan, serta pertolongan pertama pada Luka sayat/potong. Pada hari Selasa, 28 Desember

2021 pukul 16.00 WIB telah dilakukan implementasi sesuai dengan yang sudah direncanakan

dalam perencanaan. Hasil evaluasi didapatkan bahawa masalah teratasi dan intervensi

dihentikan.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh 100% pegawai di Home Industri Keripik rata-rata

berusia <50 tahun dan 2 orang beruasi 40 dan 55 tahun. Menurut Hasibuan (2009) umur harus

mendapat perhatian karena mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja, tanggung

jawab serta ketelitian seseorang. Beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran, dan

kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih.

Sebanyak 100% pekerja mengatakan jam kerja di home industri keripik pisang yaitu <8

jam/hari, tetapi bisa lebih jika terdapat banyak pengorder. Menurut Undang-Undang No.13 tahun

2003 tentang ketenaga kerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU

No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan

jam kerja ini telah di atur dalam 2 sistem seperti yang telah disebutkan yaitu: 7 jam kerja dalam 1

hari atau 40 jam kerja dalam seminggu. Ketidak sesuaian ini menyebabkan kelelahan yang

berlebihan pada pegawai dan bisa menyebabkan resiko terjadinya kecelakaan pada pegawai.

Berdasarkan hasil kajian bahawa pada barang-barang yang berbahaya tidak memakai tanda

bahaya. Apabila dilakukannya atau diterapkannya tanda-tanda bahaya untuk barang-barang yang

dapat menimbulkan kecelakaan maka akan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan kerja serta

menjadi sebuah pencegahan.

Berdasarkan hasil kajian bahwa pegawai tidak mengetahui informasi mengenai Luka

sayat/potong, penanganan, perawatan, dan pertolongan pertama pada luka sayat/potong.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Begitu pula dengan pengetahuan tentang K3. Pengetahuan K3 diberikan pada pegawai agar dapat

lebih sadar dengan bahaya jika terjadi di tempat kerja.

Pengetahuan merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan tindakan seseorang

karena perilaku didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan (Widhiarni dan Lukmandono, 2017).


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam

ketenaga kerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan

yang dibuat untuk mengatur masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak

ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak

faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut

sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi

standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil data kesehatan keselamatan kerja di Home industry Home Industri

Pabrik Sapu Ijuk Di Rt 01 Rw 05 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Lembursitu Kota

Sukabumi mahasiswa profesi STIKes Sukabumi menemukan prioritas masalah kesehatan

yaitu : Perilaku kesehatan cenderung beresiko. Tidak memahami tentang luka sayat/potong

serta cara perawatan luka dan penanganan luka sayat. Hasil evaluasi menunjukan masalah

terasi setelah melakukan beberapa implementasi sesuai dengan Planing Of Action.

B. Saran

1. Untuk Home Industri

Diharapkan home industri selalu memperhatikan dan mengutamakan keselamatan

kerja dan rutin untuk melakukan evaluasi terhadap perkembangan mengenai keselamatan
dan kesehatan kerja di home indutri dan dapat menganalisis kekurangan home industry

sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas kerja.

2. Untuk Pegawai Home Industri

Diharapkan pekerja dapat melindungi diri dari kecelakaan akibat kerja karena

ketidakpatuhan dalam melakukan pekerjaan serta dapat sesuai dengan standar yang telah

ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Hendi Dan Lister. 2019. Tingkat Efektivitas Penyembuhan Luka sayat. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, Vol 5,No. 6.

Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2014.

Okteviani dll. 2019. Bahan alami penyembuh luka. Majalah farmasetika, 4 hal. 45-56.

Sucipto CD. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publising, 2014.

Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat


Kerja. Surakarta: Harapan Press, 2014.

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2469/3/BAB%20II.pdf dikunjungi pada tanggal 20


Oktober 2019 jam 12.30

https://www.alodokter.com/mengenal-alat-pelindung-diri-dan-jenisnya dikunjungi pada tanggal


20 Oktober 2019 jam 10.30

https://www.pengelasan.net/alat-keselamatan-kerja-las/ dikunjungi pada tanggal 20 Oktober


2019 jam 11.00

https://www.alodokter.com/wajib-tahu-pertolongan-pertama-pada-luka-sayat-untuk-

selamatkan-nyawa dikunjungi pada tanggal 20 Oktober 2019 jam 11.10


LAMPIRAN
KUESIONER PENGKAJIAN UMUM KESEHATAN KESELAMATAN
KERJA (K3) HOME INDUSTRI SAPU IJUK DI RT 01 RW 05
KELURAHAN SINDANGSARI KECAMATAN LEMBURSITU WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CIKUNDUL
KOTA SUKABUMI

PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang anda anggap benar
Komponen Pengkajian Keperawatan Kerja berdasarkan Community
Assessment Wheel (Community As Patner)
1. Data Inti Komunitas
a. Sejarah / Riwayat Terjadinya / Perkembangan :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
b. Tipe keluarga ;
…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
c. Status perkawinan :
…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………..
d. Nilai dan keyakinan yang dianut :
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
e. Agama
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………….......
f. Demografi ( usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan
distribusi etnis)
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
g. Statistik vital
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

2. Data Subsystem Delapan Subsistem


a. Lingkungan Fisik
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
c. Ekonomi
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
d. Keamanan dan Transportasi
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
e. Politik dan pemerintahan
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
f. Komunikasi
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
g. Pendidikan
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
h. Rekreasi
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
LEMBAR KUEISIONER
Karakteristik Umum Responden
Nama : ……………………….
Jenis Kelamin : ……………………….
Umur : ……………………….Tahun
Jabatan Kerja : ……………………….
Lama Kerja : ……………………….Jam/hari
Pendidikan :………………………..
Agama :………………………..
Suku :………………………..
Status :………………………..
A. Kuesioner Keselamatan Kesehatan Kerja Diri
No Pertanyaan Ya Tidak
Pengetahuan
1 Apakah anda tahu tentang luka sayatan atau luka potong?
Apakah anda pernah terkena luka sayatan karena kecelakaan
2
kerja ?
Apakah anda tahu pencegahan agar tidak terjadi luka sayatan
3
atau luka potong ?
Apakah anda tahu cara menangani luka sayatan atau luka potong
5
?
Apakah anda tahu pentingnya menggunakan alat pelindung diri
6
agar terhindar dari terjadinya luka sayatan atau luka potong ?
Sikap
Apakah anda tahu cara pencegahan agar terhindar dari luka
7
sayatan atau luka potong ?
Apakah ditempat kerja di sediakan alat pelindung diri seperti
8
sarung tangan agar terhindar dari luka potong ?
Apakah anda menggunakan alat pelindung diri untuk terhindar
9
dari luka sayatan seperti (sarung tangan) saat bekerja?
Apakah anda selalu berhati-hati saat menggunakan alat-alat
10
pemotong ijuk sapu?
Apakah Saat terkena sayatan, hal yang pertama kali dilakukan
11
yaitu mengisap darah oleh mulut
Apakah anda merasa khawatir jika saat saya bekerja tidak
12
menggunakan alat pelindung diri
Psikomotor
13 Apakah anda tahu cara pertolongan pertama pada luka sayatan ?
14 Apakah di tempat kerja terdapat alat P3K untuk luka sayatan?
Apakah pernah ada petugas kesehatan yang melakukan promosi
15
kesehatan mengenai penangan luka ?
Apakah anda pergi ke pelayanan kesehatan pada saat ada yang
16
terluka saat bekerja ?
17 Apakah anda meniup luka untuk mengurangi rasa nyerinya?
18 Apakah anda menekan luka untuk menghentikan pendarahan ?
HASIL DATA KUEISIONER
Karakteristik Responden
Pendidikan
JK Umur Jabatan Kerja Lama Kerja Agama Suku Status
Terakir
SMP L 17 MENYISIR IJUK 8 JAM/HARI ISLAM SUNDA BELUM MENIKAH
MEMOTONG DAN MENIKAH
MEMASANG
SMP L 32 PLASTIK SAPU 8 JAM/HARI ISLAM SUNDA
MEMOTONG DAN BELUM MENIKAH
MEMASANG
SMP L 20 PLASTIK SAPU 8 JAM/HARI ISLAM SUNDA
SD L 17 PEMOTONG 8 JAM/HARI ISLAM SUNDA BELUM MENIKAH
SMP L 18 MENYISIR IJUK 8 JAM/HARI ISLAM SUNDA BELUM MENIKAH
MEMASANG MENIKAH
SD L 52 KAWAT DAN JAHIT 8 JAM/HARI ISLAM SUNDA
SD L 55 MERAPIHKAN IJUK 8 JAM/HARI ISLAM SUNDA MENIKAH
PEKERJA BELUM MENIKAH
SMP L 23 FUNGSIONAL 8 JAM/HARI ISLAM SUNDA

Pengetahuan
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Total Keterangan
1 0 0 0 0 1 KURANG
1 1 1 0 0 3 CUKUP
1 1 0 0 0 2 KURANG
1 1 0 0 0 2 KURANG
0 0 0 0 1 1 KURANG
1 1 0 0 0 2 KURANG
0 0 1 0 0 1 KURANG
1 1 0 0 0 2 KURANG

Sikap
Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10 Soal 11 Total Keterangan
0 0 0 1 0 0 1 KURANG
0 0 0 1 1 0 2 KURANG
0 0 0 1 0 0 1 KURANG
0 0 0 1 1 0 2 KURANG
0 0 0 1 1 0 2 KURANG
0 0 0 1 0 0 1 KURANG
0 0 0 1 0 0 1 KURANG
0 0 0 1 0 0 1 KURANG
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Perawatan Luka


Sub pokok bahasan : Perawatan Luka
Sasaran : Pegawai Home Industri Sapu Ijuk
Tempat : Pabrik Home Industri Sapu Ijuk
Hari/Tanggal : Selasa, 28 Desember 2021
Alokasi waktu : 20 menit
Media : Leaflet
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Materi : Terlampir
A. Tujuan
1. Tujuan umum

Setelah mengikuti penyuluhan,sasaran mampu mengetahui tentang perawatan luka


2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, sasaran dapat :


a) Menjelaskan kembali pengertian luka dan perawatan luka dengan kalimat
sendiri
b) Menyebutkan penyebab luka
c) Menyebutkan jenis-jenis luka
d) Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
e) Menyebutkan komplikasi luka
f) Menyebutkan cara-cara perawatan luka sederhana
B. Materi
1. Pengertian luka
2. Penyebab luka
3. Jenis jenis luka
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
5. Komplikasi luka
6. Perawatan luka sederhana di ruma
C. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan perawat Kegiatan klien Metode Media


Pendahuluan 3 menit  Memberi salam  Menjawab Ceramah -
salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dan
penyuluhan dan memperhatikan
pokok materi yang
akan disampaikan
 Menggali
 Menjawab
pengetahuan pasien
pertanyaan
dan keluarga pasien
tentang perawatan
luka
Penyajian 10 menit 1. Menjelaskan  Mendengarkan Ceramah leaflet
dan Tanya pengertian luka dan dan dan
jawab perawatan luka memperhatikan tanya jawab
2. Menjelaskan  Mendengarkan
penyebab luka dan
memperhatikan
 Mendengarkan
3. Menjelaskan jenis-
dan
jenis luka
memperhatikan
 Mendengarkan
4. Menjelaskan factor-
dan
faktor yang
memperhatikan
mempengaruhi
penyembuhan luka
 Mendengarkan
5. Menjelaskan
dan
komplikasi luka
memperhatikan
6. Menjelaskan cara-  Mendengarkan
cara perawatan luka dan
sederhana di rumah memperhatikan
7. Mengajukan  Menanyakan
kesempatan untuk materi yang
bertanya sudah
disampaikan
Penutup 7 menit  Penegasan materi  Mendengarkan Tanya leaflet
dan jawab
memperhatikan
 Memberikan  Menjawab
pertanyaan pada pertanyaan yang
pendengar tentang diberikan oleh
materi yang telah penyuluh
disampaikan
 Menutup acara dan  Membalas
mengucapkan salam salam
MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN LUKA DAN PERAWATAN LUKA


Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat
proses patalogis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ
tertentu (Lazarus,et al., 1994 dalam Potter & Perry, 2016). Luka merupakan suatu
kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat
kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera
dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan
pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan
luka (Joyce M. Black, 2015).
Perawatan luka adalah upaya atau tindakan untuk mencegah infeksi yang
dilakukan dengan langkah-langkah tertentu
B. PENYEBAB LUKA
Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan
sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan
faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses
penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka :

• Trauma

• Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia

• Gigitan binatang atau serangga

• Tekanan

• Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena

• Immunodefisiensi

• Malignansi

• Kerusakan jaringan ikat

• Penyakit metabolik, seperti diabetes


• Defisiensi nutrisi

• Kerusakan psikososial

• Efek obat-obatan
C. JENIS-JENIS LUKA
1. Berdasarkan Kategori
a) Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka
bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril

Gambar 1. Luka bakar


b) Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle
introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan
dengan asepsis bedah

Gambar 2. Luka post op skin graft


2. Berdasarkan integritas kulit
a) Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan
perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi
b) Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan
jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan
3. Berdasarkan Descriptors
a) Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur
dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar
b) Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh
akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah
kulit
c) Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi;
risiko infeksi
d) Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul;
memar
4. Klasifikasi Luka Bedah
a) Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, ,
pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi rendah
b) Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system
genitourinary, risiko infeksi
c) Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk;
risiko tinggi infeksi
d) Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi
5. Jenis luka mekanik dan fisik
a) Mekanik yaitu :
a) Insisi : disebabkan oleh alat pemotong; tepian rata dan rapat
b) Kontusi: disebabkan oleh benda tumpul, umumnya merusak
permukaan kulit atau organ; menimbulkan perdarahan atau ekimosis
pada jaringan yang terkena
c) Abrasi: disebabkan oleh gesejan atau kerokan pada lapis-lapis
epidermis kulit atau membrane mukosa
d) Laserasi: disebebkan oleh robekan pada jaringan akibat benda
tumpul; robekan jaringan tidak teratur
e) Pungsi: disebabkan oleh tertusuknya jaringan atau organ oleh benda
runcing seperti paku atau jarum
b) Fisik yaitu:
1. Agen mikroba: organisme hidup fapat mempengaruhi kulit,
membrane mukosa, organ, dan aliran darah; menghasilkan
eksotoksin; atau melepaskan endotoksin atau mempengaruhi sel lain.
2. Agen kimia: agen yang toksin untuk sel-sek tertentu; termasuk agen
farmasi, agen yang dibebaskan nekrosis sel, adam, alcohol, logam dll
3. Agen termal: suhu tinggi atau rendah dapat menimbulkan luka; ini
ada gilirannya berakibat nekrosis sel
4. Radiasi: sinar ultraviolet atau sinar-x mempengaruhi

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


1. Usia
Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan
jaringan
2. Infeksi
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan
menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).

6. Iskemia
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal
yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendi
7. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Pengobatan
Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera
Antikoagulan: mengakibatkan perdarahan
Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
9. Status Nutrisi

Defisiensi vitamin, terutama A, D, C, K, tiamin, riboflavin, dan asam pantotenat.


Status nutrisi yang baik penting dipenuhi untuk memaksimalkan fungsi tubuh
dalam proses penyembuhan luka
E. KOMPLIKASI LUKA
1. Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu,
dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis
jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti
drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan
luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam
pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin
diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.


Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi,
kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang
berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi
sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi
terjadi, luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres
dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada
daerah luka.

F. PERAWATAN LUKA SEDERHANA

Merawat luka dengan memasang pembalut atau penutup pada luka agar luka tidak
terbuka
1) Tujuan
a) Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka
b) Mencegah terjadinya pencemaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari
luka ke daerah sekitarnya
c) Mencegah terjadinya infeksi silang
d) Mengistirahatkan bagian yang luka atau sakit
e) Sebagai penahan pada bagian yang luka atau sakit
f) Memberikan rasa aman dan nyaman
2) Alat Alat Perawatan Luka
1.   Seperangkat peralatan steril
a. Kasa steril
b. Kasa penekan
c. Mangkok kecil
2.   Peralatan tidak steril
a.   Gunting pembalut
b.   Plester
c.   Alkohol 70% dalam tempatnya
e.   Bengkok (Tempat kasa kotor)
f.    Kain pembalut atau verband
g.   Alat-alat desinfektan dalam tempatnya (misalnya bethadin solution)
h. Normal Saline
3) Pelaksanaan
a. Bersihkan Luka :
- Bersihkan Luka Dengan Air Mengalir
- Bersihkan Luka Dengan Cairan Nacl0,9% (Jika Ada)
b. Hentikan Pendarahan (Jika Terjadi Pendarahan) :
- Tekan Area Luka Menggunakan Kain Bersih Atau Kasa (Jika Ada)
c. Obati Luka :
- Oleskan Bethadine Pada Area Luka Menggunakan Kasa
d. Tutupi Luka:
- Tutup Luka Menggunakan Kasa Kemudian Plaster
- Tutup Luka Menggunakan Handiplash ( bila tidak terdapak kasa dan
lukanya kecil)
e. Call Center
- Unit Gawat Darurat Terdekat
- Puskesmas Cikundul (085772973730)
- RSUD Al-Mulk (0266622094)

4) Hal yang perlu diperhatikan


a. Lingkungan harus dalam keadaan bersih
b. Perhatikan tekhnik septic dan aseptic
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2015. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Black, Joyce M, Hawks JH. 2015. Medikal surgical nursing (edisi. 8) .Philadelpia:
WB Saunders Company.
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik
dan Bedah. Jakarta: EGC
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi
Operasi. Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2016 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk. Jakarta:EGC.
Tambayong, jan. 1999. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC
Tim pelaksana skills lab. 2013. IImunologi dan infeksi. Padang: fakultas kedokteran
universitas andalas.
BERITA ACARA
KEGIATAN LOKAKARYA MINI

Pada Hari Senin Tanggal Dua Puluh Tujuh Desember Dua Ribu Dua Puluh Satu

Telah Dilaksanakan Lokakarya Mini Di Sebuah Home Industry Sapu Ijuk Yang Di

Hadiri Oleh Kelompok Lima Beranggotakan Sebelas Orang Dan Karyawan

Homeindustri Beserta Pemiliknya Yaitu Tujuh Orang Dan Pembimbing Akademik

K3 Satu Orang, Yang Di Mulai Pukul Dua Siang Dan Selesai Pada Pukul 3 Sore

Adapun Hasil Yang Telah Disepakati Dari Yang Telah Di Paparkan Yaitu Terdapat

Dua Masalah Yang Telah Di Kaji Oleh Kelompok Yaitu :

1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko


2. Ketidak Efektifan Menajemen Kesehatan

Dari Dua Masalah Tersbut Telah Didiskusikan Untuk Melakukan Beberapa


Rencana Yg Telah Di Sepakati Bersama Yaitu :
1. Untuk Masalah Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko Akan Dilakukannya
Penyuluhan Atau Promosi Kesehatan Mengenai Luka Dan Perawatan Lalu
Akan Di Lakukan Demontrasi Bagaimana Cara Menangani Luka Tersebut.
2. Untuk Masalah Ketidak Efektifan Menejemen Kesehatan Akan Dilakukan
Pembentukan Tim Pertolongan Pertama Pada Luka.

Menyetujui,

Pemilik Home Industri Ketua Kelompok

Sapu Ijuk Stikesmi

Aden Lutfi Wildan Suheri


DAFTAR HADIR
DOKUMENTASI
1. PENGKAJIAN

2. PEMBAGIAN KUEISIONER
3. PRA LOKMIN

4. LOKMIN
5. IMPLEMENTASI
a. Penkes Mengenai Luka Sayat Dan Penanganannya

b. Demonstrasi Pertolongan Pertama Pada Luka Sayat


c. Pembentukkan Kelompok Pertolongan Pertama Pada Luka Sayat,
pemasangan poster, dan penempelan stiker resiko berbahaya
6. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai