Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 1 Filsafat Ilmu 1B

Teguh Agustian Wnandi

Ismail Ali

Irhab Hanif Rafif

AGAMA, ILMU DAN MASA DEPAN MANUSIA

Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada
tuhan, atau juga disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta
yang berarti tradisi. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari
bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja religio yang berarti mengikat kembali. Maksudnya
dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada tuhan.

Menurut tinjauan istilah masa depan ialah suatu masa atau kondisi yang berada di depan manusia,
akan tetapi kondisi tersebut biasanya digunakan untuk waktu yang panjang, mungkin juga tidak
terbatas dan kadang-kadang masih bersifat abstrak. Masa depan untuk jangka pendek biasanya
digunakan istilah besok, besok lusa, bulan depan atau tahun depan. Pengertian masa depan ini bergeser
kembali ketika diletakkan atau digunakan pada orang-orang yang sudah berkeluarga.

Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusundalam suatu system
mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya &alam, manusia, dan juga agama
sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang
kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimen. Tidak dapat kita pungkiri bahwa
perkembangan peradaban manusia yangada pada saat ini merupakan bentuk desakan dari pengaruh
berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu
melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan efek saling tular serta membentuksikap
tertentu pada lingkungannya.

Agama sendiri merupakan faktor utama dalam mewujudkan pola-pola persepsi dunia bagi
manusia. Persepsi-persepsi itu turut mempengaruhi perkembangan dunia itu sendiri, dan dengan cara
demikian juga mempengaruhi jalannya sejarah. Persepsi-persepsi itu menentukan pula cara manusia
menundukkan dirinya di dunia ini. Sebaliknya sejarah juga memaksakan perubahan dan penyesuaian
terus-menerus pola-pola persepsi itu tadi, terutama pada masyarakat yang sedang berubah dengan
pesat.

Di sinilah ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari
tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih abadi. Kalau visi ini yang diyakini
oleh para ilmuwan dan agamawan, maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa.
Tentu saja pemikiran-pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya
masa depan yang cerah dan harmonis.
Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya
ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk
mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu
dilakukan suatu upaya bahwa dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan menggunakan teknologi setiap
individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral& agama, sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan manusiatersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar
perkembangan ilmu yang ada tidak menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai
kemerosotan agamayang mencakup nilai etika, moral, norma yang ada, dan agar perkembangan ilmuitu
sendiri dapat menjadi manfaat bagi kehidupan dalam segala bidang.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Albert Einstein dalam pesannya kepada mahasiswa California
Institute of Technology bahwa “ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta”.
(Jujun S. Suriasumantri, 2007).

Anda mungkin juga menyukai