oleh: Asep Sobari, Lc Sirah Community Indonesia Abdullah bin Abbas (w. 78 H)
Ibnu Abbas menetapkan satu hari khusus untuk
mengajar Maghazi (ath-Thabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa`ad, 2/68) Ali bin al-Husain (w. 94 H)
“Kami diajari Maghazi Rasulullah Saw
sebagaimana kami diajari surah dalam al- Qur’an.” (al-Jami` li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami` karya al-Khathib al-Baghdadi, 2/195) Imam az-Zuhri (w. 124 H)
“Ilmu Maghazi mengandung ilmu akhirat dan ilmu
dunia.” (al-Jami` li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami` karya al-Khathib al-Baghdadi, 2/195) al-Hakim an-Nisaburi (w. 406 H)
“Bagian ke-48 dari Ilmu Hadits (tentang Maghazi
dan Sirah, pen.), merupakan ilmu yang mesti dikuasai oleh setiap ulama.” (Ma`rifat `Ulum al- Hadits, hal. 238) Ibnu Hazm al-Andalusi (w. 456 H)
“Mendalami Sirah Nabi Saw akan mendorong
siapa pun kepada keniscayaan mengakui kebenaran Nabi dan bersaksi bahwa beliau benar- benar utusan Allah. Seandainya Muhammad Saw tidak memiliki satu pun mukjizat selain sirahnya, maka itu sudah cukup!” (al-Fishal fi al-Milal wa an- Nihal, 2/90) Al-`Izz bin Abdus Salam (w. 660 H)
“Ketahuilah, tidak ada adab sebaik adab Rasulullah
Saw dan tidak ada akhlaq seluhur akhlaq Rasulullah Saw. Karenanya, siapa yang diberi taufiq oleh Allah untuk menelusuri akhlaq Nabi dan mengikutinya, sehingga sebisa mungkin menjadi akhlaqnya….maka berbahagialah orang yang mengikuti jejaknya, bersunnah dengan sirahnya, menapaki jalannya, dan hatinya penuh dengan kecintaan kepadanya.” (Qawa`id al-Ahkam, hal. 125) Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H)
“Mengingat kebahagiaan manusia sepenuhnya
tergantung pada petunjuk Nabi Saw. Maka, siapa pun yang menginginkan kebaikan bagi dirinya, menghendaki keselamatan dan kebahagiaan, mesti mengetahui petunjuk, sirah, dan perilaku Nabi Saw. Dengan begitu, dia tidak lagi tergolong orang- orang yang jahil terhadap Nabi Saw, melainkan termasuk pengikut, pendukung, dan pembelanya.” (Zad al-Ma`ad, 1/25-26) Ibnu Katsir (w. 774 H)
“Sirah adalah ilmu yang harus mendapat perhatian
besar, pertimbangan yang kuat, dan benar-benar dipersiapkan.” (al-Bidayah wa an-Nihayah, 3/242) Syaikh Dr. Yusuf al-Qaradhawi
“Setiap Muslim memiliki beban utang kepada junjungan
kita, penunjuk jalan kita, dan pembimbing kita kepada Allah, yaitu Muhammad bin Abdullah Saw.” “Setiap ulama yang belum berkesempatan untuk menulis tentang kepribadian Nabi yang agung ini, pasti menyimpan harapan mendalam kepada Allah agar diberi kesempatan, termasuk saya, sehingga dapat menulis sebuah karya tentang sirah Nabi Muhammad Saw.” (Dalam Muqaddimah as-Sirah an-Nabawiyyah karya an-Nadawi, hal 5-6) Prof. Dr. Faruq Hamadah
“Sirah Nabawiyah adalah poros sekaligus esensi
hadits dan sunnah. Sirah selalu eksis dalam setiap lembaran ilmu dan pengetahuan. Mengetahui sirah merupakan kebutuhan asasi bagi setiap Muslim dalam segala situasi yang dihadapinya.” (Mashadir as-Sirah an-Nabawiyyah wa Taqwimuha, hal. 7)