Stockpile Management
Stockpile Management
Oleh:
Ramadhona Rista
03021181320006
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2017
IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
Menyetujui :
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
B. LOKASI
PT. Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan
C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan
D. LATAR BELAKANG
Batubara merupakan sumber daya alam yang sangat potensial baik
sebagai sumber energi maupun sebagai penghasil devisa negara. Ketersediaan
batubara bersifat panjang dan bertahan dalam waktu lama sehingga
mendukung berbagai macam proyek industri dan juga ekonomi. Berdasarkan
atas cara penggunaannya sebagai penghasil energi di klasifikasikan menjadi
penghasil energi primer dan skunder. Penghasil energi primer dimana
batubara yang langsung di pergunakan untuk industri misalnya pemakaian
batubara sebagai bahan bakar burner (dalam industri semen dan pembangkit
listrik tenaga uap). Penghasil energi sekunder dimana batubara yang tidak
langsung dipergunakan untuk industri misalnya pemakaian batubara sebagai
bahan bakar padat (briket), bahan bakar cair (konversi menjadi bahan bakar
air). Batubara bisa dipergunakan bukan sebagai bahan bakar antara lain
sebagai reduktor pada peleburan timah, pabrik ferro nikel, industri besi dan
baja. Selain itu, dapat pula di ekspor untuk menambah devisa negara.
Provinsi Sumatera Selatan menyimpan sumber daya energi yang
cukup besar, salah satunya batubara yang berada di PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk. Tidak menutup kemungkinan Provinsi Sumsel dapat dicanangkan
sebagai Lumbung Energi Nasional. Batubara yang diproduksi harus sesuai
dengan permintaan dan persyaratan yang diinginkan konsumen dalam hal ini
terutama adalah kualitas batubara harus sesuai dengan standar yang telah
disepakati.
Meningkatnya permintaan bahan bakar batubara untuk industri
menyebabkan produsen batubara terus menerus meningkatkan produksinya.
Batubara yang dihasilkan dari Front penambangan pada umumnya tidak
langsung dikirim ke konsumen sehingga batubara tersebut harus ditumpuk
sementara ditempat penumpukan yang disebut dengan istilah Stockpile.
Batubara yang berasal dari front penambangan ada yang langsung ditumpuk
di live stockpile dan ada yang ditumpuk pada temporary stockpile.
Tujuan dari temporary stockpile adalah untuk menyimpan sementara
batubara yang berasal dari front penambangan yang belum dikirim kepada
konsumen karena tidak sesuai dengan permintaan pasar. Permasalahan utama
yang dihadapi perusahaan dalam penumpukan batubara pada stockpile adalah
terjadinya Spontaneous Combustion. Spontaneous Combustion adalah
terbakarnya batubara dengan sendirinya yang diakibatkan oleh oksidasi
batubara. Batubara akan teroksidasi saat tersingkap dipermukaan sewaktu
penambangan, demikian pada saat batubara ditimbun proses oksidasi ini terus
berlangsung.
Hal ini terjadi pada temporary stockpile pit-1 utara area Banko Barat
yang merupakan tempat penelitian penulis. Terjadinya spontaneous
combustion pada temporary stockpile adalah akibat dari management
stockpile yang tidak berjalan dengan baik. management stockpile ini meliputi
lamanya penimbunan batubara pada temporary stockpile, pola penimbunan,
metode penimbunan, sistem penumpukan serta management FIFO sudah
berjalan dengan baik atau tidak, pada temporary stockpile dimana batubara
yang ditumpuk pertama kali pada stockpile adalah batubara pertama kali yang
di ambil ketika batubara akan dikirim kepada konsumen.
Tumpukan batubara pada temporary stockpile yang mengalami
spontaneous combustion akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan
seperti penurunan kualitas batubara yang akan mempengaruhi permintaan
pasar, terbuangnya sebagian volume batubara yang telah terbakar dan pihak
perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk penanggulangan
batubara yang terbakar.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis terjadinya spontaneous
combustion terhadap temporary stockpile sehingga dapat menghindari dan
meminimalisir terjadinya spontaneous combustion.
E. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana metode penimbunan, sistem penimbunan, monitoring
temperatur pada temporary stockpile?
2. Apakah management FIFO sudah diterapkan?
3. Faktor-faktor apa saja penyebab terjadinya spontaneous combustion pada
temporary stockpile di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk ?
4. Apa saja yang harus dilakukan dalam upaya pencegahan terjadinya
spontaneous combustion pada temporary stockpile Pit-1 Utara Banko Barat
PT. Bukit Asam (Persero),Tbk ?
F. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Menentukan metode penimbunan, sistem penimbunan dan monitoring
temperatur pada temporary stockpile agar dapat berjalan dengan baik
sehingga dapat meminimalisir terjadinya spontaneous combustion pada
tumpukan batubara.
2. Menerapkan FIFO pada stockpile Pit-1 utara.
3. Menganalisis faktor – faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
spontaneous combustion pada temporary stockpile di area pit-1 utara banko
barat.
4. Menerapkan upaya apa saja yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
spontaneous combustion pada temporary stockpile serta penanganan
spontaneous combustion pada temporary stockpile.
G. PEMBATASAN MASALAH
Penelitian tugas akhir ini hanya membatasi pada analisis terjadinya
spontaneous combustion pada temporary stockpile area banko barat dimana
batubara yang ditumpuk pada temporary stockpile tersebut merupakan
batubara yang berasal dari penambangan pit-1 utara banko barat.
H. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data dan informasi yang diperoleh dari lokasi penambangan sebagai
data primer dan juga diambil dari literatur-literatur yang berhubungan dengan
pembuatan laporan ini.
Tahapan penelitian yang dilakukan antara lain:
1. Studi Literatur
Mempelajari literatur-literatur yang ada baik berupa text book, jurnal
penelitian dan laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitan dan faktor-
faktor yang mendukungnya.
2. Pengambilan data
Pengambilan data yang dilakukan terdiri dari data primer dan data
skunder.
a. Data primer, yaitu data yang diambil dari pengamatan lapangan
dengan mencatat secara sistematis data yang dibutuhkan, terdiri dari :
1) Lamanya penimbunan, metode penimbunan, pola penimbunan, kondisi
penimbunan, pengukuran saluran air temporary stockpile, dan
manajemen FIFO terhadap penimbunan.
2) Menghitung dimensi stockpile yang ada di lapangan.
3) Monitoring temperatur pada temporary stockpile.
b. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari literatur dan
referensi- referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.
1) Data Produksi Batubara Berdasarkan Kualitas UPTE tahun 2017.
2) Data Status Volume Batubara di Temporary Stockpile.
3) Data Rencana Produksi UPTE .
4) Data Curah Hujan.
5) Data Kapasitas Batubara di Temporary Stockpile UPTE
3. Pengolahan data
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, dilakukan pengolahan data
yaitu menyusun berdasarkan urutan, ditabulasi, kemudian di hitung nilai-nilai
yang diperlukan seperti nilai rata-rata, rumus luasan dan volume bangun ruang,
dan hasilnya nanti akan digunakan sebagai masukan-masukan dalam
perhitungan selanjutnya.
5. Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan
dengan permasalahan yang diteliti dan setelah dilakukan analisis, maka didapat
kesimpulan dan rekomendasi output bagi perusahaan.
I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Parameter kualitas batubara
Kualitas batubara merupakan faktor dasar dalam pengambilan keputusan
oleh pihak konsumen untuk memilih produk yang dihasilkan oleh produsen.
Dengan kualitas yang memenuhi permintaan konsumen maka dapat
memuaskan konsumen dan juga dapat meningkatkan pendapatan produsen itu
sendiri. Oleh karena itu perlu adanya kesepakatan harga standar terhadap
kualitas batubara yang diinginkan konsumen dengan yang dimiliki perusahaan.
Untuk dapat mengetahui serta memperoleh data kualitas batubara yang
dihasilkan selama proses produksi perlu dilakukan kegiatan pengukuran
kualitas batubara.
Untuk menjaga kualitas batubara setelah ditambang, maka harus
diperhatiakan teknis penimbunannya. Permasalahan yang timbul dari
penimbunan batubar antara lain adanya spontaneous combustion pada
timbunan batubara yang sudah terlalu lama dan terjadi genangan air pada
musim hujan di stockpile.
Penilaian kualitas batubara ditentukan oleh beberapa parameter yang
terkandung dalam batubar menurut ASTM standard yang ditentukan dari
sejumlah analisis di laboratorium, parameter kualitas batubara umumnya terdiri
dari:
1. Nilai kalori (Calorific Value)
2. Kandungan Sulfur (Total Sulfure)
3. Kandungan Air Total (Total Moisture)
4. Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture)
5. Kandungan Air Bebas (Free Moisture)
6. Kandungan Abu (Ash Content)
7. Zat Terbang (Volatile Metter)
8. Karbon Tertambat (Fixed Carbon)
9. Indeks Ketergerusan (Hardgrove Grindabillity Index =HGI)
Di dalam analisa kualitas batubara di laboratorium menurut ASTM
(American Standart for Testing Material), dilaporkan dengan menyebutkan
beberapa dasar analisa kualitas batubara yaitu:
a. As Receive (AR) adalah batubara hasil dari proses penambangan, sehingga
masih diperhitungkan total moisture dan abu yang ada pada batubara.
b. Air Dried Base (ADB) adalah batubara yang telah mengalami proses
pemasaran lanjutan, sehingga kandungan air bebasnya hilang pada kondisi
temperatur dan kelembaban standar sehingga tidak diperhitungkan lagi.
c. Dried Base (DB) adalah keadaan batubara kondisi dasar udara kering yang
dipanaskan pada suhu standar, sehingga batubara dalam kondisi dasar kering
dan bebas dari kandungan air total tetapi masih mengandung abu.
d. Dried Ash Free (DAF) adalah batubara bersih dan bebas dari abu maupun
total moisture.
e. Dried Mineral Metter Free (DMMF) adalah batubara bersih kering yang
telah bebas dari mineral-mineral pengotor yang berasal dari zat bukan
organik pada batubara saat proses pembentukan.
2. Management Stockpile
Menurut Anne M Carpenter, 1999, Management Of Coal Stockpile, IEA
Coal Reseach, management stockpile adalah proses pengaturan dan prosedur
yang terdiri dari pengaturan kuantitas, pengaturan kualitas dan prosedur
penumpukan batubara di stockpile. Stockpile managemen merupakan suatu
upaya agar batubara yang diproduksi dapat dikontrol, baik kuantitasnya
maupun kualitasnya. Selain itu stockpile managemen berfungsi untuk
mengurangi kerugian yang mungkin muncul dari proses handling batubara di
stockpile. Stockpile management dibagi menjadi 3 bagian kerja, yaitu:
1) Storage / stocking management,
2) Quality and Quantity Management,
3) Blending Management.
Penjelasan dari 3 bagian kerja didalam stockpile management sebagai
berikut:
1) Storage / stocking management yaitu penyimpanan batubara yang terkait
dengan pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di
stockpile. Manajemen penumpukan dimulai dari pembuatan desain stockpile
yang berorientasi pada pemeliharaan kuantitas, kualitas dan lingkungan.
Berorientasi pada pemeliharaan kuantitas karena suatu storage management
harus mempertimbangkan faktor kapasitas stockpile yang dapat
semaksimum mungkin pada area yang tersedia tetapi tetap memperhatikan
faktor kualitas dan lingkungan. Berorientasi pada pemeliharaan kualitas
karena desain kualitas yang efisien sehingga keperluan untuk pengaturan
kualitas seperti blending, segresi penumpukan yang didasarkan pada kualitas
produk. Sedangkan berorientasi pada lingkungan karena desain stockpile
harus benar-benar memiliki fasilitas pengolahan dan pengelolaan limbah
yang berasal dari stockpile. Kemungkinan limbah yang dihasilkan seperti
debu, logam-logam berat yang menyebabkan mengganggu kesehatan dan
batubara berukuran partikel kecil (fine coal) yang terbawa air hujan atau
pada waktu penyemprotan stockpile.
2) Desain stockpile yang akan ditentukan bergantung pada: kapasitas volume
batubara yang akan dikelola, jumlah pengelompokan kualitas yang akan
dijadikan main product, blending system yang akan diterapkan, sistem
penumpukan / stacking system yang digunakan. Bentuk bangun atau dimensi
stockpile bermacam-macam, tetapi yang biasa dijumpai adalah bentuk
kerucut dan limas terpancung. Rumus perhitungan volume dari bentuk
bangun stockpile batubara sebagai berikut:
a. Volume kerucut terpancung
V = 1/3 x t ( R2 + r2 + R.r)
Keterangan :
V : volume kerucut terpancung
t : tinggi kerucut terpancung
r : jari-jari lingkaran atas
R : jari-jari lingkaran bawah
b. Volume limas terpancung
V = 1/3 x t (B + A + √B + A)
Keterangan :
V : volume limas terpancung
t : tinggi limas terpancung
A : luas bidang atas
B : luas bidang bawah
3) Blending management
Didalam stockpile management kegiatan blending management adalah
yang paling rutin dilakukan bahkan stockpile management identik dengan
blending management. Blending adalah suatu proses pencampuran beberapa
batubara yang memiliki kualitas yang berbeda sehingga membentuk satu
batubara dengan kualitas tertentu yang diinginkan.
Menurut Sulistyana dan Saputra (2012) mengatakan kualitas batubara
yang termasuk peringkat rendah dengan kandungan volatile matter yang
cukup tinggi memungkinkan terjadinya spontaneous combustion pada
stockpile batubara sehingga memerlukan stockpile managemen yang baik.
Apabila batubara telah terbakar pada stockpile batubara, maka dilakukan
penanganan sebagai berikut :
a. Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu
batubara.
b. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang kualitasnya telah
turun dapat dibuang.
c. Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau spontaneous
combustion.
d. Untuk menyimpan batubara lebih lama bagian atas stockpile harus
dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stockpile.
e.
f.
g.
h.
Gambar 3: Cekungan Stockpile Yang Akan Terisi Batubara.
(Mulyana, Hana 2005)
i.
1. Cone ply merupakan pola dengan bentuk kerucut pada salah satu ujungnya
sampai tercapai ketinggian yang dikehendaki dan dilanjutkan menurut
panjang stockpile. Pola ini menggunakan alat curah, seperti stacker
reclaimer.
3) Setelah mencapai temperatur 140oC, uap dan CO2 akan terbentuk sampai
temperatur 230oC, isolasi CO2 akan berlanjut. Bila temperatur telah berada
di atas 350oC, ini berarti batubara telah mencapai titik sulutnya dan akan
cepat terbakar.
J. JADWAL KEGIATAN
Rencana pelaksanaan kerja tugas akhir adalah mulai tanggal 30 Januari
2017 sampai dengan 27 Maret 2017, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
Waktu Pelaksanaan
Minggu Ke -
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Orientasi Lapangan
4. Pengolahan Data
K. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat sebagai bahan pertimbangan bagi
Bapak/Ibu agar dapat menerima kami untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT.
Bukit Asam (Persero), tbk. Melihat keterbatasan dan kekurangan yang saya
miliki, maka saya sangat mengharapkan bantuan dan dukungan baik secara
moril maupun materiil dari pihak perusahaan untuk kelancaran penelitian
Tugas Akhir ini.
Adapun bantuan yang sangat kami harapkan dalam pelaksanaan penelitian
Tugas Akhir ini adalah :
1. Adanya bimbingan selama penelitian Tugas Akhir
2. Kemudahan dalam pengambilan data-data yang diperlukan selama
melaksanakan Tugas Akhir
Semoga hubungan baik antara pihak industri pertambangan dengan pihak
institusi pendidikan pertambangan di Indonesia tetap berlangsung secara
harmonis demi kemajuan dunia pendidikan dan perkembangan industri
pertambangan Indonesia. Atas perhatian dan bantuan yang diberikan, kami
ucapkan terima kasih.
L. DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing And Material from Annual Book ASTM Standard,
petroleum Products, Lubrications and Fossil Fuels Volume 125, Coal and
Coke, Philadelphia 2007.