Toaz - Info-Makalah-Prinsip-Utama-Pertolongankorban Dan Bantuan Hidup Dasar
Toaz - Info-Makalah-Prinsip-Utama-Pertolongankorban Dan Bantuan Hidup Dasar
Disusun oleh :
1
D-3 Keperawatan Samarinda
Kalimantan Timur
Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua.Terimakasih kita
sampaikan kepada taman-teman dan semua pihak yang telah membantu
melancarkan pembuatan tugas Gawat Darurat Bencana ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kategori
sempurna. Oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang
2
Samarinda, 23 Januari 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Masalah.................................................................................................5
C. Tujuan ..................................................................................................5
D. Manfaat.................................................................................................5
BAB II (PEMBAHASAN)
a. Pertolongan Pertama.............................................................................6
b. Bantuan Hidup Dasar............................................................................12
a. Kesimpulan...........................................................................................25
b. Saran.....................................................................................................25
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
dasar maka bisa berakibat fatal pada korban. Karena, lebih baik
mengetahui pertolongan pertama dan tidak memerlukannya daripada
memerlukan pertolongan pertama tetapi tidak mengetahuinya. Menurut
Sjamsuhidajat (2004) dalam Turambi, Kiling, & Supit (2016), penanganan
korban di tempat kejadian merupakan hal yang sangat penting. Sebab,
setiap kali kejadianbencana, petugas kesehatan sering kali datang
terlambat ke lokasi bencana sehingga menyebabkan korban meninggal
tanpa adanya tindakan pertolongan pertama. Berdasarkan data WHO
(World Health Organizasition) dalam Supriyantoro 2011, pada tahun 2005
terdapat 57,03 juta orang meninggal di seluruh dunia. Sekitar 35.000
- 50.000 diantaranya karena kecelakaan dan bencana alam yang
diakibatkan oleh henti napas dan henti jantung. Dalam jumlah korban,
Indonesia menempati peringkat kedua dunia, yaitu sebanyak lebih kurang
227.898 jiwa. Bencana alam di Indonesia mengakibatkan kerugian yang
sangat besar, baik dari segi materi maupun jumlah korban (meninggal,
luka – luka, maupun cacat).
B. Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah Prinsip Utama
Pertolongan Pertama Korban dan Bantuan Hidup Dasar
C. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah
untuk mendeskripsikan Prinsip Utama Pertolongan Korban dan Bantuan
Hidup Dasar
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Prinsip
Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar.
5
2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang
Prinsip Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pertolongan Pertama
6
B. Prinsip Pertolongan Pertama
Prinsip dan tujuan dilakukannya pertol adalah :
1. Menyelamatkan kehidupan.
2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk / kecacatan.
3. Memberikan rasa nyaman dan mempercepat kesembuhan.
7
P>Painful: rangsangan nyeri, coba untuk memberi rangsangan nyeri
pada pasien, yang paling mudahadalah menekan bagian putih
dari kuku tangan(dipangkal kuku).
8
Penggunanya kurang popular di Indonesia, gunanya
adalah untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita
melalui baju penolong.
4. Masker penolong.
Sangat berguna untuk mencegah penularan penyakit
melalui udara.
5. Helm.
Dipakai bila akan bekerja ditempat yang rawan akan
jatuhnya benda dari atas. Misalnya dalam bangunan runtuh dan
sebagainya.
9
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
10
pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa secara Mettag
(triage Tagging System) atau sistem triage penuntun lapangan
Star(Simple Triage and Rapid Transportasi).
1. Prioritas 1- Merah
2. Prioritas 2- Kuning
3. Prioritas 3-Hijau
11
4. Prioritas 0-Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami
cederayangmematikan.
1) Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas
dantidak mungkin diresusitasi.
2) Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang
memerlukan tindakan dan transport segera (gagal nafas, cedera
torako-abdominal,cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok
atau perdarahan berat,luka bakar berat).
3) Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang
dipastikantidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu
dekat (cederaabdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan
respirasi, frakturamayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang
belakang leher, sertaluka bakar ringan).
4) Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang
tidakmembutuhkan stabilisasi segera (cedera jaringan lunak,
fraktura dandislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa
gangguan jalannafas serta gawat darurat psikologis).
12
arterifemoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau
pernafasan dan terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran.
kematian biologis dimana kerusakan otak tidak dapat diperbaiki lagi,
dapat terjadi dalam 10 menit setelah kematian klinis.Oleh karena itu,
berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya dilakukan
tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.
13
korban, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah
matinya sel otak.Penilaian dan peralatan yang dilakukan pada bantuan
hidup dasar sangat penting guna melanjutkan ketahapan selanjutnya.
hal ini harus dilakukan secara cermat dan terus menerus termasuk
terhadap tanggapan korban pada proses pertolongan.
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran
udara pernapasan dari korban dan pasien.Henti napas merupakan
kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan hidup dasar. Henti
napas dapat terjadi pada keadaan:
a. Tenggelam
b. stroke
c. bstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah
untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan
darah ke otak dan organvital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan
bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup
dan mencegah henti jantung.
2. Henti jantung
14
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi.Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak
dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu
(tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti
jantung.
a. Airway(jalan napas)
b. Breathing (bantuan napas)
c. Circulation(bantuan sirkulasi)
d. Defibrilation (terapi listrik)
e. Exposure/environmental
Sebelum melakukan tahapan A:(airway), harus terlebih dahulu dil
akukan prosedur awal pada korban dan pasien, yaitu :
15
b. Memastikan kesadaran dari korban dan pasien
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penol
ong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban
& pasien,yaitu dengan cara:
menyentuh atau menggoyangkan bahu korban dan pasien dengan lemb
ut untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil
namanya atau Pak..Buk..Mas dan mbak.
c. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban dan pasien tidak memberikan respon
terhadap panggilan,
segeraminta bantuan dengan cara berteriak Tolong!! untuk mengaktif
kan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
d. Memperbaiki posisi korban & pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban dan
pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan
yang rata dan keras.Jika korban ditemukandalam posisi miring atau
tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang.
Penting :
e. Mengatur posisi penolong
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan
bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi
atau menggerakan lutut.
1. A : Airway(Jalan napas)
Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan de
ngan melakukan tindakan :
16
a. Pemeriksaan jalan napas tindakan ini bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat
sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan
dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang
dilapisi dengan
sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikor
ek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. mulut
dapat dibuka dengan tehnik Cross finger , dimana ibu jari
diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.
b. Membuka jalan napas
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing,
biasa pada korban tidak sadar, tonus otot-otot menghilang, maka
lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring, ini salah satu
penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh
lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu
( Head tilt dan chin lift ) dan maneuver Pendorongan mandibula.
teknik membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang
awam dan petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu.
2 B : Breathing (Bantuan napas )
Terdiri dari 2 tahap yaitu :
a. memastikan korban dan pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada,mendengar
bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban dan pasien.
Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan
hidung korban dan pasien, sambil tetap mempertahankan jalan
napas tetap terbuka.Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi
10 detik.
b. memberikan bantuan napas.
Jika korban dan pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat
dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut
ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
17
memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu
yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5- 2 detik
dan volume udara yang dihembuskan adalah 400-500 ml atau
sampai dada korban atau pasien terlihat mengembang.Penolong
harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan
napas agar tercapai volume udara yang cukup. konsentrasi
oksigen yang dapat diberikan hanya16-17 %. Penolong juga
harus memperhatikan respon dari korban atau pasien setelah
diberikan bantuan napas.
1. Mulut ke mulut
bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan
cara yang cepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-
paru korban atau pasien.Pada saat dilakukan hembusan napas
dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam
terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup
seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi
kebocoran saat menghembuskan napas dan juga penolong harus
menutup lubang hidung korban atau pasien dengan ibu jari dan
jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung.
volume udarayang diberikan pada kebanyakan orang dewasa
adalah 400-500 ml volume udara yang berlebihan dan laju
inspirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
2. Mulut ke hidung
18
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut
korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus
ataudimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan
sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus
menutup mulut korban atau pasien.
3. C : Circulation (Bantuan Sirkulasi)
Bantuan sirkulasi terdiri dari 2tahapan :
a. memastikan ada tidaknya denyut jantung korban atau pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban atau pasien dapat ditentukan
dengan meraba arteri karotis didaerah leher korban atau pasien,
dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah)
penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau
kiri kira-kira 1-2 cm,raba dengan lembut selama5-10 detik. Jika
teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa
pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala
topang dagu untuk menilai pernapasan korban atau pasien.Jika
tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas
pertahankan jalan napas.
b. melakukan bantuan sirkulasi
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat
diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi
jantung luar, dilakukandengan teknik sebagai berikut :
1. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang
iga kananatau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada
(sternum).
2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih
2 atau 3 jari ke atas. daerah tersebut merupakan tempat untuk
meletakkan tangan penolong dalam memberikan bantuan
sirkulasi
19
3. Detakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk
satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari
jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban atau pasien, jari-
jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
4. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding
dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur
sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan berkisar antara
1,5-2 inci(3,8-5 cm)tekanan pada dada harus dilepaskan
keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke
posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. selang
waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus
sama dengan pada saat melakukan kompresi.
5. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau
merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
6. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2
dilakukan baik oleh 3 atau 2 penolong jika korban atau pasien
tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 100 kali
permenit (dilakukan 9 siklus permenit), untuk kemudian dinilai
apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak. dari
tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan
sistolik 60-80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah,
sedangkan curah jantung (cardiacoutput ) hanya 25% dari curah
jantung normal. selang waktu mulai
darimenemukanpasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dila
kukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak
boleh melebihi 30 detik.
4 D : Defibrilation
Atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah defibrilasi
adalah suatu terapi dengan memberikan energi listrik. hal ini dilakukan
jika penyebab henti jantung (cardiac arrest) adalah kelainan irama
jantung yang disebut dengan fibrilasi ventrikel.
20
5 E : Exposure/environmental
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya, biasanya dengan
cara menggunting dengan tujuan memeriksa dan mengevaluasi penderita.
Setelah pakaian dibuka penderita harus diselimuti agar tidak
kekedinginan Yang perlu diperhatikan :
1. Selamatkan nyawa
2. Cegah pemburukan
3. Percepat pemulihan
4. Lindungi korban tidak sadar
5. Harus tenang. Hanya orang yang tenang bisa membantu orang lain.
6. Selamatkan diri Anda terlebih dulu, kemudian orang sekitar Anda -
Periksa keadaan bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa
saja yang mengancam keselamatan Anda, orang lain dan korban.
Dekati korban setelah kondisi benar-benar aman.
7. Mintalah bantuan. Jangan tinggalkan korban sendirian. Kirim orang
lain untuk segera cari pertolongan. Bila Anda satu-satunya orang yang
berada di tempat kejadian dan bantuan tidak kunjung tiba, Anda bisa
pergi tinggalkan korban untuk cari pertolongan.
8. Hubungi Rumah Sakit atau fasilitas medis terdekat. Pesan yang
diberikan kepada layanan gawat darurat harus singkat: di mana lokasi
korban, kondisi korban, dan berapa banyak korban.
9. Jangan pindahkan korban patah tulang atau bagian belakang tanpa
tandu.
10. Jangan berikan makanan atau minuman kepada korban.Setiap
menit sangat berharga bagi korban dalam kondisi darurat lakukanlah
tindakan pertolongan secepat mungkin.
a. Periksa kondisi korban
Penolong bisa gerakkan bahu korban perlahan sambil memanggil
korban. Bila sadar, korban akan bisa menggerakkan tubuhnya,
mengeluarkan suara atau menjawab pertanyaan sebagai bentuk
reaksi yang diberikan.Jika tidak ada gerakan anggota tubuh atau
21
reaksi, berarti korban tidak sadar; maka yang harus dilakukan
adalah:
b. Hubungi 118 atau nomor telepon gawat darurat yang bisa
dihubungi. Bisa minta bantuan orang lain untuk melakukannya
jika ada banyak orang di sekitar lokasi kejadian.
c. Baringkan korban dan berlututlah di sebelahnya, tegak lurus
dengan bahu korban.
d. Periksa pernapasannya dengan Lihat - Dengar - Rasakan selama 5
– 10 detik. Lihat naik turun (kembang-kempis) dada bagian
bawah dan perut.Dengarkan dan rasakan keluarnya udara dari
hidung dan mulut dengan melekatkan pipi Anda ke wajah korban.
Jika korban tidak bernapas, segera lakukan pernapasan bantuan
dari mulut ke mulut.
e. Angkat dagu korban. Tutup hidung korban.Tarik napas dan
letakkan mulut Anda di atas mulut korban.Mulut Anda harus
menutupi sepenuhnya mulut korban. Berikan napas bantuan
sebanyak 2 kali setiap 5 detik sambil tetap Lihat - Dengar -
Rasakan hembusan napasnya dan lihat apakah dada korban naik
saat udara dihembuskan. Jika masih belum ada napas, mulailah
pernapasan bantuan dengan menekan dada dan jantung; taruh satu
telapak tangan di antara tulang dada dan tulang belakang dan
tangan yang lain di atasnya. Tekan dada korban sedalam 4-5cm
dengan cepat. Lakukan 30 tekanan untuk setiap 2 pernapasan (100
tekanan per menit).
f. Ketika korban bernapas lagi, miringkan dia dalam posisi
pemulihan.
Posisi pemulihan
22
berbahaya.Luruskan kaki korban, kemudian silangkan salah satu
tangannya ke bahu, tekukkan salah satu kakinya yang terdekat dengan
Anda.
Memindahkan korban :
CATATAN PENTING:
Menyeret korban dapat dilakukan jika korban pingsan atau luka parah dan
tidak cukup orang yang menolong untuk memindahkan korban. Lihat
bagian selanjutnya.Tentang tanduJika tidak ada tandu yang tersedia,
gunakan papan meja, pintu atau 2 batang kayu yang kuat dengan selimut
atau kain sarung.Gunakan tandu dengan bagian tengah yang keras untuk
membawa korban yang dicurigai menderita cedera di kepala atau di tulang
belakang.
23
Cara membuat tandu dari selimut dan tiangTaruh selimut
terbentang di tanah dan letakan kedua tiang berjarak 1/3 lebar
selimut.Lipat sisa selimut menutupi kedua tiang tersebut. Berat korban
akan menahan lipatan pada tempatnya.
CATATAN PENTING:
Ketika Anda menyeret korban, usahakan tubuh korban tetap rata dengan
tanah.Memindahkan korban dengan merangkul
1. Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka yang masih bisa
berjalan dengan sedikit bantuan.
2. Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka. Namun, jika
tangan atau bahu yang terluka, berdirilah disisi tubuh yang lain.
3. Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang pinggulnya.
Rangkulkan tangan korban ke pundak Anda dan sanggalah korban dengan
bahu Anda, pegang tangannya dam pindahkan korban perlahan-lahan.
Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Henti jantung adalah penyebab utama kematian di dunia. Penderita
henti jantung membutuhkan reusitasi jantung paru (RJP) dalam rangka
mempertahankan aliran darah ke otak dan jantung. Tindakan ini juga
meningkatkan tingkat keberhasilan defibrilasi untuk menghentikan
Ventikular Fibrilasi (VF) sehingga jantung memperoleh kembali
kemampuan mencetuskan irama jantung dan pompa jantung yang efektif.
Kualitas kompresi dada sangat menentukan terutama apabila defibrilasi
tidak dapat dilakukan pada 4-5 menit setelah kolaps (Jakarta Medical
Service & Training, 2012).
Tindakan Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar
(BHD) merupakan layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap
korban yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut mendapat
pelayanan kesehatan secara paripurna di unit pelayanan kesehatan. kaum
awam yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
25
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran-
saran sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
https://pmidkijakarta.or.id/layanan/pp
https://www.kompasiana.com/dhanitrilogy/551b56f881331137489de6e2/p
engetahuan-umum-pertolongan-pertama-pada-gawat-darurat(sumber
utama buku Diklat pribadi Materi Search and Rescue Gunung Hutan 2009)
depfoundation.org/images/idep/downloads/disaster-
management/information-for-disaster-area/idep-foundation-disaster-
management-booklet-08-emergency-first-aid-id.pdf(Panduan Umum
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) oleh Yayasan
IDEP.)
http://www.indohcf.com/entry/apa-yang-bisa-saya-lakukan-saat-
menghadapi-kasus-gawat-darurat-medis
26
https://www.academia.edu/8411728/BAB_6._PERTOLONGAN_PERTA
MA_GAWAT_DARURAT
27