Anda di halaman 1dari 333

INHOUSE 

TRAINING
PT JAYA CM

A. PENGENALAN

JALUR TRANSMISI PLN
Citra Dream, 28 Juni 2018
by. Holil Muhamad
SASARAN PELATIHAN
Peserta Pelatihan diharapkan bisa:
 Mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan mulai dari
pekerjaan survey, approval dokumen pelaksanaan ke PLN 
sampai aplikasi di Lapangan dengan mudah tanpa hambatan
yang berarti.

 Mengetahui apa yang harus diperhatikan dalam tahap


pelaksanaan terkait dengan filosofi dan ketentuan design,  
sehingga bisa meminimalisir kesalahan pelaksanaan.

by. Holil Muhamad
DAFTAR ISI
A.  PENGENALAN
1. Definisi Transmisi
2. Fungsi Transmisi
3. Jenis Transmisi
4. Material dan Peralatan
5. Type Tower Sesuai Besarnya Sudut Jalur Transmisi
6. Type Tower Sesuai Konduktor yang digunakan
7. Ketinggian Tower
8. Penampang Memanjang Ruang Bebas
9. Penampang Melintang Ruang Bebas Dua Sirkuit
10. Penampang Melintang Ruang Bebas Satu Sirkuit
11. Pondasi Tower
12. 12 Tahapan Pekerjaan Jalur Transmisi PLN
13. Gambar Tower, Konduktor dan Perlengkapan

By Holil Muhamad
DAFTAR ISI
B.  SURVEY DAN PERENCANAAN
1. Pekerjaan Survey Tophografi
2. Pekerjaan Survey Soil Test (Penyelidikan Tanah)
3. Pekerjaan Survey Jalur dan Titik Tower terkait
Pembebasan Lahan
4. Perencanaan Tower Schedule
5. Pengajuan Design Tower yang akan digunakan
6. Perencanaan / Design Kelas Pondasi.
7. Perencanaan Foundation Schedule 
8. Approval Material ME
9. As‐Built Drawing.
DAFTAR ISI
C. PELAKSANAAN 
C1. Pelaksanaan Pekerjaan Sipil
1. Setting Out Titik Tower (sesuai final design)
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pemasangan (Instal) Tower
4. Pemasangan Perlengkapan Tower
5. Pekerjaan Finishing

C2. Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal


1. Pemasangan Perlengkapan Listrik
2. Pemasangan Konduktor
3. Pekerjaan Stringging
4. Testing & Commissioning
5. Energizing
DAFTAR ISI
D.  LAMPIRAN 
1. SNI 04‐06918‐2002 (Ruang Bebas dan Jarak Bebas
Minimum pada SUTT & SUTET)
2. Bahan Diklat PLN Bogor (SUTT & SUTET)
3. SPL SUTT & SUTET (Draft 2009)
4. Technical Particular Guarantues (TPG)
5. Gambar
A. PENGENALAN TRANSMISI

By Holil Muhamad
1.  DEFINISI TRANSMISI
Dalam kontek pembahasan ini, yang dimaksud
transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi listrik
khusus untuk tegangan tinggi dan ekstra tinggi (70 kV,
150kV, 275kV dan 500kV) yang umumnya saat ini
dipakai di Indonesia, terutama untuk jalur transmisi
Pemerintah dalam hal ini Perusahaan Listrik Negara
(PLN).
Dalam satu saluran jalur transmisi bisa terdiri dari:
1 (satu) circuit
2 (dua) circuit dan
4 (empat) circuit
Dimana dalam 1 circuit terdiri dari 3 phase (R S T)
By Holil Muhamad
2.  FUNGSI TRANSMISI
Sebagaimana disebutkan dimuka bahwa transmisi tenaga
listrik benfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari
suatu tempat ketempat lainnya, yang meliputi:
 Berfungsi menyalurkan energi listrik dari pembangkit
listrik ke gardu induk.
 Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu
induk ke gardu induk lainnya.
 Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tower
yang digantung menggunakan isolator dengan sistem
tegangan tinggi.
SKEMATIK PENDISTRIBUSIAN

By Holil Muhamad
3.  JENIS TRANSMISI
 Berdasarkan tegangan:
 SUTUT (Saluran Udara Ultra Tinggi) >750 kV
 SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) 275 –
500 KV
 SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) 70 – 150 KV

 Berdasar media isolasi:
 Saluran udara
 Saluran kabel (isolasi XLPE “Cross‐Linked Poly 
Ethylene” maupun isolasi minyak kertas)
 Saluran Gas (GIL “Gas Insulated Line”) menggunakan
SF6 “Sulfur HexaFluoride” sebagai media isolasi
By Holil Muhamad
3.  JENIS TRANSMISI
Berdasarkan kepemilikan / investor
 Pembangkit dan Jaringan dibangun PLN, dioperasikan
oleh PLN
 Pembangkit dibangun serta dikelola oleh Swasta dan
Jaringan dibangun oleh Swasta tetapi dikelola oleh PLN 
 T/L Keban Agung – Lahat (PT Priamanaya)
 Pembangkit dan Jaringan dibangun serta dikelola oleh
Swasta, powernya digunakan sendiri dan dijual untuk
Industri  T/L Cikarang Listrindo
 Pembangkit dan Jaringan dibangun serta dikelola
oleh Swasta, powernya digunakan sendiri oleh
swasta dan masyarakat sekitarnya  T/L PT INCO 
Sorowako Sualwesi
By Holil Muhamad
4.  MATERIAL & PERALATAN
 TOWER
 KONDUKTOR
 GROUND WIRE
 ISOLATOR
 TENSION CLAMP
 SUSPENSION CLAMP
 COMPRESSION JOINT
 SPACER
 DAMPER
 ARMOR ROD
 PENTANAHAN TOWER
 REPAIR SLEEVE
 BOLA PENGAMAN
 LAMPU AVIASI
 ARCHING HORN
 APD
 WINCH
 STEEL GIN POLE
 ALAT STRINGING
 NYLON ROPE
 DERRICK GUYS
 STAKES
 SNATCH BLOCK
 DLL
5. TYPE TOWER SESUAI BESARNYA 
SUDUT JALUR  TRANSMISI
Tipe Tower Sudut

AA (suspension) 0° ‐ 3°

BB (tension) 3° ‐ 20°

CC (tension) 20° ‐ 40°

DD (tension) 40° ‐ 60°

EE (tension) 60° ‐ 90°

By Holil Muhamad
6. TYPE TOWER SESUAI KONDUKTOR 
YANG DIGUNAKAN
7.  KETINGGIAN TOWER
 AA6 -3, AA6 +0, AA6 +3, AA6 +6, AA6 +9, AA6 +12, AA6 +15

 BB6 -3, BB6 +0, BB6 +3, BB6 +6, BB6 +9, BB6 +12, BB6 +15

 CC6 -3, CC6 +0, CC6 +3, CC6 +6, CC6 +9, CC6 +12, CC6 +15

 DD6 -3, DD6 +0, DD6 +3, DD6 +6, DD6 +9, DD6 +12, DD6 +15

 DDR6 -3, DDR6 +0, DDR6 +3, DDR6 +6, DDR6 +9, DDR6 +12,

 EE6 -3, EE6 +0, EE6 +3, EE6 +6, EE6 +9, EE6 +12, EE6 +15

 AA6 +6 (+1, +2, -1, 0)  spesial design

By Holil Muhamad
8. PENAMPANG MEMANJANG RUANG BEBAS
9. PENAMPANG MELINTANG RUANG BEBAS DUA SIRKUIT
10. RUANG BEBAS SUTT 275kV DAN 500kV SATU SIRKUIT
11.  PONDASI TOWER
Pondasi tower umumnya menggunakan Pondasi
Telapak yang terpisah antara keempat kakinya dan
biasanya tidak dihubungkan dengan sloop (tie 
beam).
Bila tanah keras berada pada lapisan tanah yang 
cukup dalam, maka pondasinya bisa
menggunakan bore pile (jarang sekali
menggunakan tidang pancang) atau bisa juga
menggunakan Raft Foundation.
Berbeda dengan tower BTS, sambungan tower ke
pondasi tidak menggunakan angkur tetapi
menggunakan STUB.
By Holil Muhamad
12.  TAHAPAN PEKERJAAN T/L PLN
PEKERJAAN SURVEY
PEKERJAAN PERENCANAAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI
PEMASANGAN TOWER 
PEMASANGAN INSTALASI ME
TESTING
ENERGIZING

By Holil Muhamad
13. GAMBAR TOWER, KONDUKTOR 
DAN PERLENGKAPANNYA
GAMBAR SINGLE LINE TOWER By Holil Muhamad
ACSR

AAAC
Pemasangan GSW pada tower
GSW
(Galvanized Steel Wire)
Spacer untuk 4 konduktor

Spacer untuk 2 konduktor
Pemasangan grounding tower

BC
(Bare Copper)
A. Engine Winch
INHOUSE TRAINING
PT JAYA CM

B. SURVEY & PERENCANAAN

JALUR TRANSMISI PLN
Citra Dream, 28 Juni 2018
by. Holil Muhamad
SASARAN PELATIHAN
Peserta Pelatihan diharapkan bisa:
 Mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan mulai dari
pekerjaan survey, approval dokumen pelaksanaan ke PLN 
sampai aplikasi di Lapangan dengan mudah tanpa hambatan
yang berarti.

 Mengetahui apa yang harus diperhatikan dalam tahap


pelaksanaan terkait dengan filosofi dan ketentuan design,  
sehingga bisa meminimalisir kesalahan pelaksanaan.

by. Holil Muhamad
DAFTAR ISI
A.  PENGENALAN
1. Definisi Transmisi
2. Fungsi Transmisi
3. Jenis Transmisi
4. Material dan Peralatan
5. Type Tower Sesuai Besarnya Sudut Jalur Transmisi
6. Type Tower Sesuai Konduktor yang digunakan
7. Ketinggian Tower
8. Penampang Memanjang Ruang Bebas
9. Penampang Melintang Ruang Bebas Dua Sirkuit
10. Penampang Melintang Ruang Bebas Satu Sirkuit
11. Pondasi Tower
12. Tahapan Pekerjaan Jalur Transmisi PLN
13. Gambar Tower, Konduktor dan Perlengkapan

By Holil Muhamad
DAFTAR ISI
B.  SURVEY DAN PERENCANAAN
1. Pekerjaan Survey Tophografi
2. Pekerjaan Survey Soil Test (Penyelidikan Tanah)
3. Pekerjaan Survey Jalur dan Titik Tower terkait
Pembebasan Lahan
4. Perencanaan Tower Schedule
5. Pengajuan Design Tower yang akan digunakan
6. Perencanaan / Design Kelas Pondasi.
7. Perencanaan Foundation Schedule 
8. Approval Material ME
9. As‐Built Drawing.
DAFTAR ISI
C.  PELAKSANAAN 
1. Setting Out Titik Tower (sesuai final design)
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pemasangan (Instal) Tower
4. Pemasangan Perlengkapan Tower
5. Pemasangan Perlengkapan Listrik
6. Pemasangan Konduktor
7. Pekerjaan Stringging
8. Testing & Commissioning
9. Energizing
DAFTAR ISI
C. PELAKSANAAN 
C1. Pelaksanaan Pekerjaan Sipil
1. Setting Out Titik Tower (sesuai final design)
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pemasangan (Instal) Tower
4. Pemasangan Perlengkapan Tower
5. Pekerjaan Finishing

C2. Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal


1. Pekerjaan Persiapan
2. Pemasangan Perlengkapan Listrik
3. Pemasangan Konduktor
4. Pekerjaan Stringging
5. Testing & Commissioning
6. Energizing
DAFTAR ISI
D.  LAMPIRAN 
1. SNI 04‐06918‐2002 (Ruang Bebas dan Jarak Bebas
Minimum pada SUTT & SUTET)
2. Bahan Diklat PLN Bogor (SUTT & SUTET)
3. SPL SUTT & SUTET (Draft 2009)
4. Technical Particular Guarantues (TPG)
5. Gambar
B. PEKERJAAN PERENCANAAN
Pekerjaan Perencanaan meliputi al :
1. Pekerjaan Survey Tofografi & Soil Test)
2. Pekerjaan Penyelidikan Tanah (Soil Test)
3. Pekerjaan Survey Jalur dan Titik Tower terkait
Pembebasan Lahan
4. Perencanaan Tower Schedule
5. Pengajuan Design Tower yang akan digunakan
6. Perencanaan / Design Kelas Pondasi.
7. Perencanaan Foundation Schedule 
8. Approval Material ME
9. As‐Built Drawing

By Holil Muhamad
B1.  Pekerjaan Survey Tophografi
 Survey Tophografi dimaksudkan untuk
mendapatkan Peta Situasi Tanah sepanjang Jalur
Transmisi berupa gambar denah (horizontal 
alignment) dan gambar potongan (vertical 
alignment)
 Gambar potongan terdiri dari longitudinal 
section dan cross section
 Dari gambar diatas dibuat Tower Schedule (Tabel
type tower)
 Pendataan kepemilikan tanah dan data kawasan
berupa tanaman / pohon serta bangunan dll
sepanjang Jalur Transmisi.

By Holil Muhamad
B2.  Pekerjaan Survey Soil Test
Pekerjaan Survey Soil Test Jalur Transmisi PLN biasanya
meliputi :
 Pekerjaan Test Sondir, dilakukan pada setiap Titik Tower 
sampai mencapai tanah keras dengan nilai qc > 150 atau
sampai kedalaman 40 m.
 Pekerjaan pengeboran, biasanya dilakukan sebanyak 10% 
dari jumlah titik tower  dengan prioritas dilaksanakan pada
titik tower tension (tower sudut).
 Pengeboran dilakukan sampai mencapai tanah keras dengan
nilai SPT > 60 atau sampai kedalaman 40 m, saat pengeboran
diambil sample dan SPTnya serta diambil data setiap lapisan
tanah untuk dibuatkan boring lognya
 Dilakukan Test Laboratorium dari setiap sample tanah (UDS)

By Holil Muhamad
B3.  Suvey Jalur & Titik Tower
Pekerjaan Survey Jalur & Titik Tower meliputi:
 Pengecekan terhadap semua route SUTT, terutama pada
lokasi tanah yang akan ditempati masing‐masing
pondasi tower.
 Inventarisasi pohon/ tanaman/ bangunan yang akan
ditempati tapak tower, di sekeliling tapak tower jalan
masuk menuju tapak tower dan sepanjang Koridor Jalur
Transmisi
 Persiapan administrasi (terutama non teknis) yang 
terkait dengan masyarakat sekitarnya.
 Pemilihan Lokasi Direksi Keet dan gudang lapangan, 
jalan akses untuk mobilisasi peralatan kerja dan 
mobilisasi material.
By Holil Muhamad
B4. PERENCANAAN TOWER SCHEDULE

SURVEY  1. PETA TOPOGRAFI
TOPOGRAFI 2. LONG PROFIL
3. CROSS SECTION
NO

1. CEK LAHAN 1. DESIGN JALUR
2. CEK SAGING &  2. DESIGN TYPE & 
CLEARANCE
YES TINGGI TOWER

TOWER 
SCHEDULE
FINISH
TOWER SCHEDULE

By Holil Muhamad
B5. Pengajuan Design Tower
Pengajuan Design Tower ada dua pilihan
yaitu :
1. Menggunakan design tower existing
2. Menggunakan design tower baru

By Holil Muhamad
B5.1. Menggunakan Design Tower Existing

GAMBAR  1. CEK MATERIAL
REFERENSI 2. DESIGN
3. SHOP DRAWING
NO

PENGAJUAN 
APPROVAL KE PLN

YES

FABRIKASI SAMPLE  MASS 
TOWER & TRIAL       PRODUCTION
ASSEMBLY
B5.2. Menggunakan Design Tower Baru
NO

SINGLE LINE &  PENGAJUAN 
CLEARANCE  APPROVAL KE PLN
DIAGRAM

YES

NO
PENGAJUAN  1. CEK MATERIAL
YES                               NO          2. DESIGN
APPROVAL KE PLN
3. SHOP DRAWING

YES NO

FABRIKASI SAMPLE  YES MASS


TOWER & 
PRODUCTION
DESTRUCTION TEST
B6. Design Kelas Pondasi
NO

SPESIFIKASI TEKNIS  SUPPORT 
(TPG) REACTION & TYPE 
TOWER
NO YES

PENGAJUAN  1. DESIGN
APPROVAL KE PLN 2. SHOP DRAWING

YES                                   

FINISH
6.1 PEMBAGIAN KELAS PONDASI
Pemilihan Kelas Pondasi ditentukan oleh :
 Daya Dukung Tanah & Kedalamannya
 Permukaan Air Tanah
 Sudut Geser (Frustrum Angle)
KELAS
1 2 3 4 5 6 7
PONDASI
Raft
Concrete Concrete Concrete Block or Concrete
TYPE Enlarge Pile
Pad & Pad & Pad & Anchor Pad &
PONDASI Pad & Foundation
Chimney Chimney Chimney Foundation Chimney
Chimney

Normal soil Bad soil Normal soil


Very bad
Very Good condition Homogeneous condition condition
TYPE SOIL Good Soil soil
Soil no ground rock no ground with ground
condition
water water water

DAYA
0.7 > σ ≥ qc > 60
DUKUNG 5 > σ ≥ 2.5 2.5 > σ ≥ 1.2 1.2 > σ ≥ 0.7 σ>5 5 > σ ≥ 0.5
0.5 Fr > 100
TANAH

FRUSTRUM
20o 15o 10o - 0o 0o 0o
ANGLE
7. FOUNDATION SCHEDULE
SOIL TEST
1. SONDIR
2. BORING   

DAYA DUKUNG SETIAP SITE
1. qc & kedalamannya
2. Muka aair tanah

Approved  FOUNDATION 
Kelas Pondasi SCHEDULE

Approved  NO
Tower Schedule

YES PENGAJUAN 
FINISH APPROVAL KE PLN
7. Foundation Schedule

By Holil Muhamad
KETENTUAN – KETENTUAN DESIGN 
(Sesuai Draft SPLN TX.XXX‐X: 2009)
STANDAR SPLN TX.XXX-X: 2009
Lampiran  Surat  Keputusan  Direksi

PT PLN (PERSERO) PT PLN (PERSERO) No.     . K/DIR/2009

DRAF STANDAR KELOMPOK KERJA

KONSTRUKSI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
DAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI  
DENGAN TOWER RANGKA BAJA 
(LATTICED STEEL TOWER)

PT PLN (PERSERO)
JALAN TRUNOJOYO BLOK M‐I/135 KEBAYORAN BARU

JAKARTA SELATAN 12160
TYPE TOWER 70kV

Luas
Type Sudut Jumlah Max Working
NO Alumunium
Tower Belok Jalur Konduktor Tension (kg)
(mm2)

1 Aa1 0° - 3° 1 1700 152


2 Bb1 0° - 20° 1 1700 152
3 Cc1 20° - 40° 1 1700 152
4 Dd1 40° - 60° 1 1700 152
5 Ee1 60° - 90° 1 1700 152
TYPE TOWER 150kV
Type TOWER 150kV (bedasarkan sudut jalur)
Type Sudut Belok
NO keterangan
Tower Jalur
1 AA 0° - 3° Suspension
2 BB 0° - 20° Tension
3 CC 20° - 40° Tension
4 DD/R 40° - 60° Tension / Dead End
5 EE 60° - 90° Tension
TYPE TOWER 150kV
Type AA TOWER 150kV (bedasarkan jumlah & luas konduktor)
Sudut Luas
Type Jumlah Max Working
NO Belok Alumunium
Tower Konduktor Tension (kg)
Jalur (mm2)
AA1 1 2700 152
AA2 2 2700 241.68
AA3 1 3400 428.9
AA4 1 2400 241.68
1 0° - 3°
AA5 1 3400 282
AA6 2 3400 428.9
AA7 2 2400 241.68
AA11 2 3400 510
TYPE TOWER 150kV
Type BB TOWER 150kV (bedasarkan jumlah & luas konduktor)
Luas
Type Sudut Jumlah Max Working
NO Alumunium
Tower Belok Jalur Konduktor Tension (kg)
(mm2)
BB1 1 2700 152
BB2 2 2700 241.68
BB3 1 3400 428.9
BB4 1 2400 241.68
2 0° - 20°
BB5 1 3400 282
BB6 2 3400 428.9
BB7 2 2400 241.68
BB11 2 3400 510
TYPE TOWER 150kV
Type CC TOWER 150kV (bedasarkan jumlah & luas konduktor)
Luas
Sudut Jumlah Max Working
NO Alumunium
Belok Jalur Konduktor Tension (kg)
(mm2)
CC1 1 2700 152
CC2 2 2700 241.68
CC3 1 3400 428.9
CC4 1 2400 241.68
3 20° - 40°
CC5 1 3400 282
CC6 2 3400 428.9
CC7 2 2400 241.68
CC11 2 3400 510
TYPE TOWER 150kV
Type DD/R TOWER 150kV (bedasarkan jumlah & luas konduktor)
Sudut Luas
Jumlah Max Working
NO Belok Alumunium
Konduktor Tension (kg)
Jalur (mm2)
DD/R1 1 2700 152
DD/R2 2 2700 241.68
DD/R3 1 3400 428.9
DD/R4 1 2400 241.68
4 40° - 60°
DD/R5 1 3400 282
DD/R6 2 3400 428.9
DD/R7 2 2400 241.68
DD/R11 2 3400 510
TYPE TOWER 150kV
Type EE TOWER 150kV (bedasarkan jumlah & luas konduktor)
Luas
Type Sudut Jumlah Max Working
NO Alumunium
Tower Belok Jalur Konduktor Tension (kg)
(mm2)
EE1 1 2700 152
EE2 2 2700 241.68
EE3 1 3400 428.9
EE4 1 2400 241.68
5 60° - 90°
EE5 1 3400 282
EE6 2 3400 428.9
EE7 2 2400 241.68
EE11 2 3400 510
TYPE TOWER 275kV

Luas
Sudut Belok Jumlah Max Working
NO Alumunium
Jalur Konduktor Tension (kg)
(mm2)
1 AAE 0° - 5° 2 3400 428.9
2 BBE 0° - 10° 2 3400 428.9
3 CCE 10° - 30° 2 3400 428.9
4 DDE 30° - 60° 2 3400 428.9
5 EEE 60° - 90° 2 3400 428.9
Terminal Tower
6 FFE tension 45° 2 3400 428.9
entry
TYPE TOWER 500kV
Max Luas
Sudut Belok Jumlah
NO Working Alumuniu
Jalur Konduktor
Tension (kg) m (mm2)
4 2700 282
1 AAE 0° - 5°
4 3300 337.8
4 2700 282
2 BBE 0° - 10°
4 3300 337.8
4 2700 282
3 CCE 10° - 30°
4 3300 337.8
4 2700 282
4 DDE 30° - 60°
4 3300 337.8
4 2700 282
5 EEE 60° - 90°
4 3300 337.8
Terminal 4 2700 282
6 FFE Tower tension 4 3300 337.8
45° entry
JARAK BEBAS MIN SUTT 70kV & 150kV
Jarak bebas min (m)
No. Uraian
70 kV 150 kV
1 Lapangan terbuka 6,5 7,5
2 Lalu lintas jalan/jalan raya 8,0 9,0
SUTT, SUTM, SUTR, saluran telepon, antene
3 3,0 4,0
radio, TV dan kereta gantung
4 Di atas bangunan tanpa atap tahan api 12,5 13,5
5 Di atas bangunan dengan atap tahan api 3,5 4,5
6 Pepohonan, hutan, perkebunan 3,5 4,5
7 Lapangan olah raga 12,5 13,5
8 Rel KA biasa. 8,0 9,0
Jembatan besi, rangka besi penahan
9 3,0 4,0
penghantar, kereta rel listrik
Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air
10 3,0 4,0
pasang tertinggi pada lalu lintas air.
BEBAN / TEKANAN ANGIN
SUTT 70 kV dan 150 kV
Tekanan angin tersebut dikenakan pada 1.5
Steel tower 120 kg/m2
kali bidang permukaan tower.
Konduktor 40 kg/m2
Insulator 60 kg/m2

SUTET 275 kV
Tekanan angin tersebut dikenakan pada 1.5
Steel tower 235 kg/m2
kali bidang permukaan tower.
Konduktor 106 kg/m2
Insulator 143 kg/m2

SUTET 500 kV
Tekanan angin tersebut dikenakan pada 1.5
Steel tower 403 kg/m2
kali bidang permukaan tower.
Konduktor :112 kg/m2
Insulator : 63 kg/m2
JARAK ANTAR TOWER
Rentang
Rentang Berat (m) Rentang Angin (m)
No Tower Dasar
(m) Normal Broken Normal  Broken

1 66 Kv 300 600 300 400 300

2 150 kV 350 700 400 500 400

Tower gantung = 800 Tower gantung = 800


3 275 kV 400 Tower sudut = 1200 Tower sudut = 1200 500 375
Uplift condition = ‐800 Uplift condition = ‐800
(tower sudut saja ) (tower  sudut saja)
Tower gantung,  Tower gantung, 
tower tower
sudut & tower ujung = sudut & tower ujung =
4 500 Kv 500 1500 1500 550 400
Uplift condition = ‐ Uplift condition = ‐
1000 1000
(tower sudut saja ) (tower sudut saja )
KELENGKAPAN TOWER

1. Penghalang Panjat (Anti Climbing Device)


2. Tangga Panjat (Step Bolt)
3. Pelat Nomor Tower (Number Plate)
4. Pelat Tanda Bahaya (Danger Plate)
5. Tanda Khusus (Aircraft Trafict Sphere or 
Lighting)
INHOUSE TRAINING
PT JAYA CM

C. PELAKSANAAN

JALUR TRANSMISI PLN
Citra Dream, 28 Juni 2018
by. Holil Muhamad
SASARAN PELATIHAN
Peserta Pelatihan diharapkan bisa:
 Mengetahui tahapan pelaksanaan pekerjaan mulai dari
pekerjaan survey, approval dokumen pelaksanaan ke PLN 
sampai aplikasi di Lapangan dengan mudah tanpa hambatan
yang berarti.

 Mengetahui apa yang harus diperhatikan dalam tahap


pelaksanaan terkait dengan filosofi dan ketentuan design,  
sehingga bisa meminimalisir kesalahan pelaksanaan.

by. Holil Muhamad
DAFTAR ISI
A.  PENGENALAN
1. Definisi Transmisi
2. Fungsi Transmisi
3. Jenis Transmisi
4. Material dan Peralatan
5. Type Tower Sesuai Besarnya Sudut Jalur Transmisi
6. Type Tower Sesuai Konduktor yang digunakan
7. Ketinggian Tower
8. Penampang Memanjang Ruang Bebas
9. Penampang Melintang Ruang Bebas Dua Sirkuit
10. Penampang Melintang Ruang Bebas Satu Sirkuit
11. Pondasi Tower
12. 12 Tahapan Pekerjaan Jalur Transmisi PLN
13. Gambar Tower, Konduktor dan Perlengkapan

By Holil Muhamad
DAFTAR ISI
B.  SURVEY DAN PERENCANAAN
1. Pekerjaan Survey Tophografi
2. Pekerjaan Survey Soil Test (Penyelidikan Tanah)
3. Pekerjaan Survey Jalur dan Titik Tower terkait
Pembebasan Lahan
4. Perencanaan Tower Schedule
5. Pengajuan Design Tower yang akan digunakan
6. Perencanaan / Design Kelas Pondasi.
7. Perencanaan Foundation Schedule 
8. Approval Material ME
9. As‐Built Drawing.
DAFTAR ISI
C.  PELAKSANAAN 
1. Setting Out Titik Tower (sesuai final design)
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pemasangan (Instal) Tower
4. Pemasangan Perlengkapan Tower
5. Pemasangan Perlengkapan Listrik
6. Pemasangan Konduktor
7. Pekerjaan Stringging
8. Testing & Commissioning
9. Energizing
DAFTAR ISI
C. PELAKSANAAN 
C1. Pelaksanaan Pekerjaan Sipil
1. Setting Out Titik Tower (sesuai final design)
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pemasangan (Instal) Tower
4. Pemasangan Perlengkapan Tower
5. Pekerjaan Finishing

C2. Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal


1. Pekerjaan Persiapan
2. Pemasangan Perlengkapan Listrik
3. Pemasangan Konduktor
4. Pekerjaan Stringging
5. Testing & Commissioning
6. Energizing
DAFTAR ISI
D.  LAMPIRAN 
1. SNI 04‐06918‐2002 (Ruang Bebas dan Jarak Bebas
Minimum pada SUTT & SUTET)
2. Bahan Diklat PLN Bogor (SUTT & SUTET)
3. SPL SUTT & SUTET (Draft 2009)
4. Technical Particular Guarantues (TPG)
5. Gambar
C1.  PEKERJAAN SIPIL
Pekerjaan Sipil Meliputi al :
 Pekerjaan Persiapan
 Pematokan
 Pemasangan Bow Plank
 Galian Tanah
 Urug Pasir dan Lantai Kerja
 Setting stub dan Pemasangan Grounding
 Pembesian dan Pemasangan Begisting
 Persiapan Cor Pondasi
 Pelaksanaan Cor Pondasi
 Pembongkaran Begisting dan Urugan kembali
 Erection Tower
 Finishing dan Pekerjaan Lainnya

By Holil Muhamad
1.1.  Pekerjaan Persiapan
 Pengecekan terhadap semua route SUTT, terutama pada lokasi tanah
yang akan ditempati masing‐masing pondasi tower.
 Inventarisasi pohon/ tanaman/ bangunan yang akan ditempati tapak
tower, di sekeliling tapak tower jalan masuk menuju tapak tower serta
jalur yang akan dilewati kabel transmisi.
 Persiapan administrasi (teknis dan non teknis)
 Pembuatan Direksi Keet dan gudang lapangan, mobilisasi peralatan 
kerja dan mobilisasi material.
 Menyiapkan crew tenaga kerja:
 Sub Bidang Non‐Teknik (Management Material/ Logistic, Admin, dll)
 Sub Bidang Pekerjaan Sipil (Tenaga Ahli/ Engineer & Workers)
 Sub Bidang Pekerjaan Erection (Erectors)
 Sub Bidang Elektrikal (sesuai dengan Scope Pekerjaan dalam Kontrak
Kerja)

By Holil Muhamad
1.2.  Setting Out /Pematokan
menentukan letak pondasi pada
masing‐masing kaki pondasi.
 Harus diyakini bahwa posisi
patok yang menandai tempat 
tower tidak bergeser (tidak 
digeser) dari tempat yang telah
ditentukan.
 Jika patok tanda letak tower
bergeser, secara teknis akan 
timbul masalah, misalnya: 
seharusnya tower suspension 
yang berubah posisi menjadi 
tension.

By Holil Muhamad
1.3.  Pemasangan Bow Plank
 Pemasangan Bow Plank adalah untuk menentukan letak (posisi) 
masing‐masing kaki tower.
 Pemasangan Bow Plank menggunakan kayu papan yang 
mengelilingi letak pondasi tower dan berbentuk bujur sangkar.
 Dari empat sisi pada titik tertentu ditarik benang, sehingga pada 
titik pertemuan tarikan benang tersebut diketahui sebagai letak
titik tengah (As) masing‐masing kaki tower.
 Berdasarkan pengalaman di lapangan dan kebiasaan para
pekerajaan lapangan, pada umumnya papan‐papan untuk Bow 
Plank tidak dipasang, karena Bow Plank justru akan bergeser jika 
terkena tanah galian.
 Titik As kaki tower diukur dan ditentukan setelah pekerjaan
galian tanah selesai.

By Holil Muhamad
1.4.  Pekerjaan Galian Tanah
 Galian tanah dilakukan
setelah Bow Plank 
terpasang, sehingga
posisi tanah yang akan 
digali jelas dan tidak 
terjadi kesalahan galian 
tanah.
 Untuk type pondasi bore 
pile, pekerjaan galian
tanah dilakukan setelah
bore pile selesai Galian Tanah pada Pondasi Tipe Normal
dikerjakan.

By Holil Muhamad
1.5.  Pekerjaan Lantai Kerja
 Sebelum pemasangan lantai kerja, tanah
dasar dicek elevasinya kemudian dipadatkan
 Pasang lapisan pasir urug dengan ketebalan
sesuai shop drawing yang sudah disetujui.
 Kemudian cor lantai kerja dengan beton
sesuai spesifikasi (biasanya dengan campuran
1 PC : 3 Pasir : 5 Split).
 Setelah lantai kerja cukup keras untuk
diinjak, kemudian dilakukan penentuan / 
pengukuran titik posisi STUB pada setiap kaki 
tower serta dicek kembali elevasinya.

By Holil Muhamad
1.6.  Setting STUB dan Grounding
Urutan pelaksanaan setting Stub
 Tentukan (marking) posisi titik stubnya dengan alat ukur
theodolite dengan koordinat dan elevasi sesuai shop drawing.
 Letakan ujung bawah stub pada titik tersebut, pada bagian atas
stub dipasang alat untuk mengatur kemiringan stub (dalam dua
arah).
 Setelah stub (kaki) tower dipasang dengan baik dengan posisi dan
kemiringan sesuai shop drawing, maka alat pengatur kemiringan
stub dikunci.
 Sebelum pekerjaan pembesian, terlebih dahulu dipasang
Grounding.
 Pada saat melakukan pemasangan pembesian harus dilaksanakan
dengan hati‐hati, jangan sampai merubah setting stub (posisi,
elevasi dan kemiringannya).
 Setelah pemasangan pembesian selesai, dilanjutkan pemasangan
bekisting.

By Holil Muhamad
1.7.  Pengecoran Pondasi
 Pengecoran pada masing‐masing kaki tower 
dilakukan secara terus menerus dan tuntas, tidak 
boleh ada tenggang waktu terlalu lama.
 Jika dalam satu kaki tower di cor beberapa kali 
dalam beberapa hari, dikhawatirkan senyawa
pada sambungan cor menjadi kurang baik.
 Pada umumnya digunakan mutu beton K225 (site 
mix) mengingat lokasinya sulit dicapai dengan
truck beton ready mix .
 Agar selalu dikontrol posisi stub jangan sampai
berubah.
 Setelah beton cukup umurnya, dilanjutkan dengan
pekerjaan pemasangan tower.

By Holil Muhamad
1.8.  Pembongkaran Begisting & Urugan
 Pembongkaran begisting dilakukan apabila
umur beton telah mencukupi (beberapa hari
setelah pelaksanaan cor pondasi).
 Setelah begisting dibongkar, dilanjutkan
dengan melakukan pengurugan kembali tanah.
 Pada saat melakukan pengurugan kembali, 
tidak boleh sekaligus, tetapi harus dilakukan
secara bertahap / berlapis, kemudian
dipadatkan dengan menggunakan alat
pemadat tanah (Stamper), dilanjutkan untuk
lapisan urugan selanjutnya, sampai dengan
elevasi rencana.

By Holil Muhamad
1.9.  Pemasangan Tower
 Erection / Pemasangan Tower dilaksanakan setelah
pondasi tower cukup umur.
 Biasanya jika pengecoran dalam keadaan normal 
(tidak menggunakan campuran Addittive/ untuk
mempercepat pengerasan beton), pekerjaan erection 
baru dilaksanakan setelah umur pondasi mencapai 28 
(dua puluh delapan) hari sejak pengecoran selesai.
 Peralatan untuk Pemasangan Tower
 Hand / machine whinch
 Steel Gin Pole 
 Tali / tambang
 Takel / katrol
 dll

By Holil Muhamad
1.9.  Pemasangan Tower
 Urutan pelaksanaan pemasangan tower :
 Lakukan pengecekan kembali posisi bagian atas Stub.
 Pasang kaki tower yang paling bawah
disambungkan pada Stub yang sudah terpasang
 Pasang batang utama horizontal dan diagonal tower.
 Pasang batang sekunder diagonal arah horizontal 
(sebagai pengunci / bracing)
 Pasang batang sekunder arah vertikal.
 Demikian seterusnya sampai keatas selesai.
 Cek vertikality tower kemudian baut dikencangkan
dengan alat torsi.
 Pasang accessories tower

By Holil Muhamad
1.9.  Pemasangan Tower

a. Plat Nomor Tower (Number Plate)


b. Plat Tanda Bahaya (Danger Plate)
c. Penghalang Panjat Tower
Erection Tower
By Holil Muhamad
1.9.  Pemasangan Tower

By Holil Muhamad
1.10.  Finishing & Pek Lainnya
Yang termasuk finishing, meliputi pekerjaan:
 Perataan tanah sesuai denggan luas tanah yang 
dimiliki PLN pada tapak tower.
 Pengerasan bolt & nut tower. Bila perlu sampai satu
atau dua tingkat (seksi stub), bolt & nut dimatikan (di 
las) atau dipasang baut anti thief, terutama didaerah
yang rawan pencurian.
 Pemasangan Danger Plate dan Number Plate.
 Pemasangan Penghalang Panjat Tower.
 Pemasangan patok batas tanah milik PLN.
 Penyempurnaan pedestal (plesteran pondasi kaki 
tower).

By Holil Muhamad
C2.  PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pekerjaan Elektrikal Meliputi al :
Pekerjaan Persiapan
Pemasangan Isolator dan Accessoriesnya
Pemasangan Kabel (konductor) dan Kabel
Tanah (GSW / OPGW) serta Accessories
Pekerjaan Saging
Testing & Commissioning
Energizing

By Holil Muhamad
C2.1.  Pekerjaan Persiapan
Kegiatan Persiapan meliputi al :
1. Persiapan Administrasi
2. Mempelajari Dokumen Pelaksanaan
3. Survey Akses ke Lokasi Pekerjaan dan
Pemeriksaan / Inspeksi Titik Tower dan Koridor
Jalur Ruang Bebas Transmisi
4. Menyiapkan Schedule Peralatan
5. Menyiapkan Schedule Man Power
6. Menyiapkan Schedule Pelaksanaan Pekerjaan
Elektrikal
By Holil Muhamad
C2.1.1. Persiapan Administrasi

Persiapan Administrasi meliputi al :


1. Pemberitahuan ke PLN akan memulai pekerjaan elektrikal
2. Perijinan ke Pejabat setempat
3. Perijinan ke Pihak Aparat Keamanan setempat
4. Pemberitahuan / sosialisasi ke masyarakat setempat
terutama masyarakat yang akan dilintasi kabel SUTT / SUTET

By Holil Muhamad
C2.1.2. Dokumen Pelaksanaan
Dokumen Pelaksanaan yang harus dipelajari dan difahami
meliputi dokumen elektrikal dan dokumen / gambar sipil yang
berhubungan dengan Long Profile al :
1. Gambar Long Profile yang sudah lengkap dengan gambar
saging dan tower schedulenya.
2. Besarnya nilai Maximum Working Tesnion (MWT) yang 
diijinkan karena akan sangat berpengaruh terhadap
maksimum jarak titik Alat Stringing.
3. Gambar Pekerjaan Elektrikal.
4. Spesifikasi Teknis Pekerjaan Elektrikal.
5. Dll

By Holil Muhamad
C2.1.3. Survey Akses dan Lokasi Pekerjaan
1. Situasi tanah route koridor jalur transmisi (ROW) dan ruang
bebas
2. Jenis keadaan tanaman / timbunan disepanjang jalur bebas
(koridor), jika perlu dilakukan pekerjaan Bush Clearing 
(pembersihan semak‐semak) dan pemotongan pohon‐pohon
agar jalurnya bebas
3. Keberadaan jenis – jenis instalasi lain yang berdekatan
dengan rencana saluran / jaringan.
4. Lokasi guna penempatan drumstand, serta jalan yang 
tersedia untuk pelaksanaan penarikan.
5. Lokasi untuk penempatan base camp sementara (flying 
camp)

By Holil Muhamad
C2.1.4. Peralatan
 Gambar Kerja  Joint Connector
 Hydrostatic Driver Puller  Pilot Wire
 Brake Conductor  Wire Rope
 Hydraulic Drum Stand (Tensionir)  Joint Protector
 Running Out Block  Small Winch
 Chain Hoist  Levelling
 Come Along  Roll
 Torque Wrench  Ladder
 Hydraulic Cable Cutter  Swivel

By Holil Muhamad
C2.1.4. Schedule Man Power
Jumlah Tenaga Kerja agar diperhitungkan terhadap :
 Waktu yang tersedia untuk Pekerjaan Elektrikal dengan
mengikuti tahapan dan jumlah team serta schedule  
pekerjaan sipil.
 Kondisi kesulitan medan / lapangan termasuk kesulitan
jalan access menuju lokasi pekerjaan.
 Jarak / panjang jalur yang akan dikerjakan dalam satu
section penarikan kabel.

By Holil Muhamad
C2.1.5. Schedule Pelaksanaan Pek Elektrikal
Schedule Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal agar 
memperhatikan dan mengikuti :
 Jumlah section (ruas) penarikan yang paling optimum dan
efisien sesuai jumlah dan kapasitas peralatan serta man 
power yang tersedia.
 Tahapan dan jumlah team serta schedule  pekerjaan sipil.
 Kondisi kesulitan medan / lapangan termasuk kesulitan
jalan access menuju lokasi pekerjaan.
 Jarak / panjang jalur yang akan dikerjakan dalam satu
section penarikan kabel.

By Holil Muhamad
C2.2.  Pemasangan Isolator & Accessories
Tahapan Pemasangan Isolator :
1. Periksa kondisi dudukan tempat menggantungkan
isolator
2. Menyiapkan material Isolator dan accessoriesnya
serta dicek / dipastikan material yang tersedia
sudah sesuai dengan dokumen yang telah
disetujui.
3. Pasang isolator dan accessoriesnya sesuai shop 
drawing yang sudah disetujui.

By Holil Muhamad
C2.3.  Pemasangan Kabel & Accessories
Tahapan Pemasangan Kabel :
Pasang kawat penahan (tarikan) semetara pada tower 
tertentu dan diikat pada angkur atau pohon / 
bangunan yang ada.
Pasang Hydrostatic Driver Puller  dan Hydraulic Drum 
Stand (Tensionir) pada ke dua ujung section / ruas
tarikan sesuai gambar rencana.
Periksa kondisi isolator sudah terpasang sesuai
dengan shop drawing.
Pasang roll disamping isolator pada setiap cross arm 
tower yang akan dipasang kabel.
Laying out yaitu penggelaran dan peletakan konduktor
pada running block / roll, dilakukan secara manual 
atau dengan mesin.
By Holil Muhamad
C2.4.  Pekerjaan Saging
Tahapan Pekerjaan Saging:
Cek kondisi kawat penahan (tarikan) semetara dan
tower tertentu (tower sudut)
Tarik konduktor dengan gaya maksimum sesuai MWT 
design sedemikian rupa sehingga nilai andongan
(saging) konduktor sesuai dengan gambar rencana . 
Untuk mengatur /mengecek sagging bisa digunakan
alat ukur theodolit.
Clamping yaitu pelepasan roll pada tower suspension 
dan konduktor diletakan pada suspension clamp 
(konduktor bisa mulur / begerak secara bebas).
Jumpering yaitu pemasangan jumper pada tower 
tension setelah konduktor diclemp pada tension 
clamp (tower tension)
By Holil Muhamad
C2.5.  Testing & Commissioning
 Pekerjaan instalasi listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan
dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan.
 Sebelum dan pada saat akan dioperasikan harus diyakini terlebih
dahulu bahwa instalasi listrik tersebut benar‐benar aman untuk
dioperasikan.
 Instalasi listrik harus memenuhi persyaratan dan ketentuan yang 
berlaku, harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian atau commisoning
test.
 Pemeriksaan/ Inspeksi merupakan bagian dari Testing & Commisioning, 
yaitu dengan cara melihat langsung terhadap peralatan/ material 
maupun konstruksi instalasi listrik yang telah terpasang secara kasat
mata dan atau melalui bantuan alat tertentu, misal teropong, tetapi
tidak menggunakan bantuan alat uji/alat ukur.

By Holil Muhamad
C2.5.1.  Pemeriksaan / Inspeksi
Ada beberapa jenis pemeriksaan, yaitu:
1. Pemeriksaan sifat tampak (visual check), meliputi:
 Pemeriksaan item per item alat/ barang/material yang telah
terpasang, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
alat/barang/material yang dipasang telah sesuai dengan spesifikasi
dalam kontrak.
 Melihat apakah perlengkapan yang dipasang dalam kondisi baik, 
secara phisik tidak ada kelainan, tidak cacat phisik, tidak rusak, dan
lain‐lain.
2. Pemeriksaan pemasangan atau rangkaian konstruksi.
 Pemeriksaan rangkaian alat/barang/material yang telah terpasang, 
tujuannya adalah mengetahui alat/ barang/material yang dipasang, 
apakah telah sesuai dengan gambar rencana maupun peraturan
yang berlaku (SNI, LMK, PUIL, SPLN, dll).
By Holil Muhamad
C2.5.1.  Pemeriksaan / Inspeksi
3.   Pengecekan Baut
Pengencangan baut‐baut tower dengan memakai kunci moment 
dengan ukuran kekencangan sesuai standar yang  sudah
ditetapkan.
4.   Pengujian tahanan tanah, 
Dimana nilai tahanan tanah maksimal yang ditetapkan adalah 5Ω.
Pengujian tegangan tembus dari konduktor menggunakan megger:
 Phase to Phase
 Phase to Ground
5.   Tes OPGW (Optical Ground Wire) 
Menggunakan Alat OTDR (Optical Time Domain Reflectometer).
6.   Tes intertrip.

By Holil Muhamad
GAMBAR PERALATAN 
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

By Holil Muhamad
PENARIKAN KONDUCTOR
GAMBAR STRINGING & SAGING
[Connection for 1st drum]
Swievel

Sock Joints Anti Twist Wire


Cable
1st Drum

Tensioner Side (Drum Side) Puller Side (Engine Side)

[Connection between 1st and 2nd drums]


Sock Joints
Cable
Anti Twist Wire 1st Drum

Swievel

Sock Joints Connector


Cable
2nd Drum

Cable
2nd Drum
[Connection for end of 2nd drum]

Sock Joints

Anti Twist Wire

Swievel

By Holil Muhamad
[Connection for 1st drum] PENARIKAN GSW / OPGW
Anti Twist Wire

Counter weight
Swievel
Armor grip
for OPGW Anti Twist Wire

OPGW

Tensioner Side (Drum Side) Puller Side (Engine Side)


OPGW
[Connection between 1st and 2nd drums] 1st Drum

Counter weight

Armor grip
Armor grip
for OPGW
for OPGW
OPGW
2nd Drum

OPGW
[Connection for end of 2nd drum] 2nd Drum

Connector

Anti Twist Wire


Armor grip for OPGW

By Holil Muhamad
1 3

2 4

By Holil Muhamad
By Holil Muhamad
WIRE ROPE

By Holil Muhamad
DRUM HYDRAULIC STAN / TENSIONER

By Holil Muhamad
ENGINE WINCH

A. Engine Winch
B. Reel Winder
By Holil Muhamad
Joint Connector

By Holil Muhamad
Hydrostatic Drive Puller

By Holil Muhamad
Running Out Block

By Holil Muhamad
Chain Hoist

By Holil Muhamad
Come Along

By Holil Muhamad
Torque Wrench

By Holil Muhamad
Manual Cable Cutter

Hydraulic Cable Cutter

By Holil Muhamad
Pilot Wire

By Holil Muhamad
Levelling Saging

By Holil Muhamad
Ladder

By Holil Muhamad
Swivel

By Holil Muhamad
Roller

By Holil Muhamad
SNI 04-6918-2002

Standar Nasional Indonesia

Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada


Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

ICS 29.240.20 Badan Standardisasi Nasional


SNI 04-6918-2002

Daftar isi

Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata .....................................................................................................................................ii
Prakata .....................................................................................................................................ii
1 Ruang Iingkup................................................................................................................... 1
2 Acuan normatif.................................................................................................................. 1
3 Istilah dan definisi ............................................................................................................. 2
3.1 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).......................................................................... 2
3.2 Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) ............................................................ 2
3.3 jarak bebas minimum vertikal dari konduktor ................................................................... 2
3.4 jarak bebas minimum horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang.................................. 2
3.5 ruang bebas...................................................................................................................... 2
3.6 lapangan terbuka atau daerah terbuka............................................................................. 2
3.7 daerah dengan keadaan tertentu...................................................................................... 2
3.8 lapangan umum ................................................................................................................ 3
3.9 bangunan.......................................................................................................................... 3
3.10 permukaan bumi .............................................................................................................. 3
3.11 tanaman/ tumbuhan......................................................................................................... 3
3.12 sirkit tunggal..................................................................................................................... 3
3.13 sirkit ganda ...................................................................................................................... 3
3.14 konfigurasi konduktor....................................................................................................... 3
3.15 jarak gawang dasar ......................................................................................................... 3
4 Persyaratan umum ........................................................................................................... 3
4.1 Dasar penetapan ruang babas ......................................................................................... 3
4.2 Dasar penetapan jarak bebas minimum vertikal dari konduktor pada SUTT ................... 4
4.3 Dasar penetapan Jarak babas minimum vertikal dari konduktor pada SUTET ................ 4
4.4 Jarak babas minimum vertikal dari konduktor pada SUTT dan SUTET ........................... 5
4.5 Jarak babas minimum horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang pada SUTT dan
SUTET ..................................................................................................................................... 5
4.6 Ruang babas pada SUTT dan SUTET ............................................................................. 5
5 Persyaratan khusus .......................................................................................................... 5

i
SNI 04-6918-2002

Prakata

Standar Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) ini merupakan revisi khusus
dari SNI 225-1987, Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 1987 (PUIL 1987), Pasal 760,
Pemasangan Penghantar Udara di Luar Bangunan. Huruf : Jarak antara Penghantar Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) dan Ekstra Tinggi (SUTET) dengan bumi dan dengan benda lain.

Panitia Teknik Standar Ruang Bebas Saluran UdaraTegangan Tinggi dan Saluran Udara
Ekstra Tinggi merumuskan Standar ini mengacir pada beberapa dokumen standar dan
dokumen pembanding.

Standar ini disiapkan oleh Panitia Teknik Standar Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan
Tinggi dan Saluran Udara Ekstra Tinggi yang dibentuk dengan Keputusan Direktur Jenderal
Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor : 42-12/40/600.3/2001 tanggal 2 Juli 2001.

Standar Nasional Indonesia (SNI) ini telah dibahas dalam Forum Konsensus ke XVII SNI
bidang Rekayasa Elektrotenika pada tanggal 23 Oktober 2001 dan akan diberlakukan
sebagai SNI wajib. Selanjutnya, berdasarkan keputusan Forum Konsensus XVII, masalah
pencantuman "Klasifikasi bangunan tidak tahan api dan jarak minimum pompa bensin"
sesuai dengan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 01.P/47/MPE/1992,
perlu dibahas oleh panitia teknik bersama dengan PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Strategis-
Pusat Pengendalian dan Pengaturan Beban. Untuk maksud tersebut telah dilakukan rapat di
Bandung tanggal 12 sampai dengan 14 Nopember 2001 dilanjutkan pada rapat tanggal 12
Desember 2001 di Kantor Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi – Jakarta,
ditetapkan bahwa hal tersebut tidak termasuk dalam ruang Iingkup standar ini.

Dalam penyusunan standar ini dokumen pembanding yang dipakai sebagai berikut :

K. Nakajima, Design manual of overhead transmission lines, Nippon Koei Co. Ltd., 1987.
The New Japan Engineering Consultants Inc., East Java Transmission Lines And Substation
Project, Text for intensive lecture on transmission lines (overhead lines), 1989. Merz and
McLellan Ltd., PT Encona Engineering Inc., Java 504 kV Transmission System •-Engineering
Report, 1980.
Merz and McLellan Ltd., Lahmeyer International GmbH, PT Connusa Energindo, Engineering
Services 275 kV Power Transmission Line Lubuk Linggau - Bukit Asam Asian Development
Bank Power XXlll, Volume I, benign Report, 1995.
EPPI, Transmission Line Reference Book, 345 kV and above, Second edition, Revised,
1987.

Diharapkan masyarakat standardisasi ketenagalistrikan memberikan saran dan usul

ii
SNI 04-6918-2002

perbaikan demi kesempurnaan standar ini.

Semoga SNI ini bermanfaat bagi kita, terutama dalam menunjang pembangunan nasional
untuk kesejahteraan masyarakat.

iii
SNI 04-6918-2002

Ruang bebas dan jarak bebas minimum pada Saluran Udara


Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET)

1 Ruang Iingkup

Standar ini berlaku sebagai pedoman untuk menetapkan ruang batas dan jarak bebas
minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET).

Standar ini berlaku untuk SUTT dengan tegangan nominal 66 kV dan 150 kV serta SUTET
dengan tegangan nominal 275 kV dan 500 kV di Indonesia, balk dengan menggunakan
menara baja maupun tiang baja/beton.

2 Acuan normatif

Standar ini menggunakan dokumen acuan dan dokumen pembanding sebagai berikut :

SNI 04-0227-1994, Tegangan standar.

IEC 60033, Amendment 2:1997, IEC standard voltages.


IEC 60071-1:1993, Insulation co-ordination - Part 1 : Definitions, principles and rules.
IEC 60071-2:1993, Insulation co-ordination - Part 2 : Application guide.
IEC 1089:1991, Round wire concentric lay overhead electrical stranded conductor.
IRPA/INIRC Guidelines, Interim guidelines on limits of exposure to 50/60 Hz electric and
magnetic fields, 1989.
HD 637 S1 (Harmonization Document), Power installation exceeding 1 kV a.c., CENELEC,
1999.
French Standard NF C 13-200, High voltage electrical installations - Rules, 1989.
ANSI C2 - 1997, National Electrical Safety Code (NESC).
SPLN 67-1A : 1986, Kondisi spesifik Indonesia - Bagian satu : A. Kondisi a/am.
SPLN 121 : 1996, Konstruksi saluran udara tegangan tinggi 70 kV dan 150 kV dengan tiang
beton/baja.

1 dari 15
SNI 04-6918-2002

3 Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini sebagai berikut:

3.1
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan
nominal di atas 35 kV sampai dengan 230 kV

3.2
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan
nominal di atas 230 kV atau mempunyai tegangan tertinggi untuk perlengkapan di atas 245
kV.

3.3
jarak bebas minimum vertikal dari konduktor
jarak terpendek secara vertikal antara konduktor SUTT atau SUTET dengan permukaan
bumi atau benda di atas permukaan bumi yang tidak boleh kurang dari jarak yang telah
ditetapkan demi keselamatan manusia, makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan
Operasi SUTT dan SUTET

3.4
jarak bebas minimum horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang
jarak terpendek secara horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang ke bidang vertikal ruang
bebas; bidang vertikal tersebut sejajar dengan sumbu vertikal menara/tiang dan konduktor

3.5
ruang bebas
ruang yang dibatasi oleh bidang vertikal dan horizontal di sekeliling dan di sepanjang
konduktor SUTT atau SUTET di mana tidak boleh ada benda di dalamnya demi keselamatan
manusia, makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan operasi SUTT dan SUTET

3.6
Iapangan terbuka atau daerah terbuka
kawasan di mana:
- tidak terdapat tanaman/tumbuhan dan benda lainnya, atau
- terdapat tanaman/tumbuhan dan benda lainnya yang tingginya tidak melebihi 4 (empat)
meter.

3.7
daerah dengan keadaan tertentu
kawasan yang sacara permanen atau sementara dipergunakan untuk sarana pelayanan
umum maupun khusus yang memerlukan ruang dengan tinggi di atas permukaan bumi lebih
dari 4 (empat) meter antara lain: daerah perumahan, daerah industri/pabrik, daerah
pertokoan, pasar, terminal bus/angkutan umum, perkantoran, gudang, lapangan umum,
tanaman/tumbuhan, hutan, perkebunan, lalu-lintas jalan/jalan raya, rel kereta biasa,
konduktor kereta listrik, Ialu-lintas air, instalasi lain seperti jembatan besi, rangka besi
penahan, saluran udara tegangan rendah (SUTR), saluran udara tegangan menengah
(SUTM), SUTT, SUTET, saluran udara telekomunikasi, antena radio, antena televisi

2 dari 15
SNI 04-6918-2002

3.8
lapangan umum
kawasan terbuka yang sewaktu-waktu digunakan untuk kegiatan dengan menggunakan
benda setinggi antara 4 (empat) meter sampai dengan 8 (delapan) meter

3.9
bangunan
semua Janis bangunan dengan tinggi lebih dari 4 (empat) meter

3.10
permukaan bumi
permukaan tertinggi dari bumi itu sendiri, permukaan re! kereta api, permukaan jalan dan
permukaan air tertinggi pada saal pasang atau banjir, yang dipergunakan sebagai patokan
untuk menetapkan jarak bebas minimum

3.11
tanaman/ tumbuhan
semua jenis tumbuhan dengan tinggi Iebih dari 4 (ernpat) meter

3.12
sirkit tunggal
sirkit yang mempunyai sistem fase tiga dengan tiga buah konduktor atau tiga buah bundel
konduktor fase, konfigurasi horizontal

3.13
sirkit ganda
sirkit yang mempunyai dua sistem fase tiga, yang masing-masing sirkit terdiri atas tiga buah
konduktor atau tiga buah bundel konduktor fase, konfigurasi vertikal

3.14
konfigurasi konduktor
bentuk susunan konduktor fase, yaitu posisi tegak (vertikal) atau mendatar (horizontal)

3.15
jarak gawang dasar
jarak horizontal antar dua menara atau tiang dengan persyaratan desain tertentu yang
menghasilkan biaya konstruksi saluran (SUTT atau SUTET) yang paling ekonomis.

4 Persyaratan umum

4.1 Dasar penetapan ruang babas

Ruang bebas ditetapkan dengan mempertimbangkan :


a. jarak konduktor dari sumbu vertikal menara/tiang;
b. jarak horizontal akibat ayunan (swing) konduktor pada kecepatan angin 15 m/detik
(sudut ayunan 200);
c. jarak bebas impuls petit- untuk SUTT (i hat -label 1) atau jarak bebas impuls switsing
untuk SUTET (lihat Tabel 2)

3 dari 15
SNI 04-6918-2002

d. jarak bebas minimum vertikal dari konduktor;


e. lendutan konduktor didasarkan pada suhu konduktor maksirnum (80°C untuk ACSR -
konduktor alumunium berpenguat baja).

Lendutan (sag) konduktor antara dua menara/tiang ditentukan oleh berat konduktor, jarak
gawang (span) dari kuat tarik konduktor. Untuk menghitung lendutan digunakan rumus :

dengan:
D= lendutan (m)
W= berat konduktor per satuan panjang (kg/m)
S= jarak gawang (m)
T= kuat tarik konduktor pada suhu 80°C (kg)

4.2 Dasar penetapan jarak bebas minimum vertikal dari konduktor pada SUTT

Jarak bebas minimum vertikal dari konduktor pada SUTT ditetapkan dengan
mempertimbangkan :

a. lendutan konduktor didasarkan pada suhu konduktor maksirnum (80°C untuk ACSR -
konduktor alumunium berpenguat baja); Lendutan konduktor antara dua menara/tiang
ditentukan sesuai butir 4.1e.
b. konduktor dengan jenis sesuai IEC 1089: A1/S2A atau A1/S2B (ACSR), atau A1/SA1A
(ACSR/AS) berukuran 125 mm2 — 26/7 sampai dengan 450 mm2 -54/7;
c. lendutan maksimum diukur pada tengah gawang;
d. jarak gawang dasar SUTT 66 kV menara baja: 300 m;
e. jarak gawang dasar SUTT 66 kV tiang baja: 160 m;
f. jarak gawang dasar SUTT 66 kV tiang baton: 60 m;
g. jarak gawang dasar SUTT 150 kV menara baja: 350 m;
h. jarak gawang dasar SUTT 150 kV tiang baja: 200 m;
i. jarak gawang dasar SUTT 150 kV tiang baton: 80 m.

4.3 Dasar penetapan Jarak babas minimum vertikal dari konduktor pada SUTET

Jarak babas minimum vertikal dari konduktor pada SUTET ditetapkan dengan
mempertimbangkan :
a. persyaratan keselamatan dari medan Iistrik dan medan magnet yang ditetapkan oleh
IRPA/ INIRC, (lihat Tabel 3);
b. obyek berjarak 1 m di atas bumi (untuk jarak bebas minimurn vertikal ke bumi);
c. SUTET 275 kV sirkit ganda menggunakan bundel konduktor: 2 x A1/S2A atau
2 x A1/S2B (ACSR), atau 2 x A1/SA1A (ACSR/AS) berukuran 250 mm2 - 26/7 sampai
dengan 450 mm2 - 54/7 dengan spasi 40 cm;

4 dari 15
SNI 04-6918-2002

d. SUTET 500 kV sirkit tunggal dan ganda menggunakan bundel konduktor: 4 x A1/S2A
atau 4 x A1/S2B (ACSR), atau 4 x A1/SA1A (ACSR/AS) berukuran 250 mm2 - 26/7
sampai dengan 450 mm2 - 54/7 dengan spasi 45 cm;
e. jarak gawang dasar SUTET 275 kV: 400 m, jarak gawang dasar SUTET 500 kV: 450 m;
f. susunan fase secara vertikal untuk sirkit ganda pada SUTET 275 kV dan 500 kV;
g. jarak antar sirkit pada SUTET 275 kV sirkit ganda: 11,6 m;
h. jarak antar sirkit pada SUTET 500 kV sirkit ganda: 14,6 m;
i. jarak antar fase pada SUTET 500 kV sirkit tunggal: 12 m.

4.4 Jarak babas minimum vertikal dari konduktor pada SUTT dan SUTET

Jarak bebas minimurn vertikal dari konduktor pada SUTT dan SUTET dapat dilihat pada
Tabel 4.

4.5 Jarak babas minimum horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang pada SUTT
dan SUTET

Jarak babas minimum horizontal dari sumbu vertikal menara/tiang pada SUTT dan SUTET
dapat dilihat pada Tabel 5.

4.6 Ruang babas pada SUTT dan SUTET


Ruang babas pada SUTT dan SUTET dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan
Gambar 6.

5 Persyaratan khusus

Standar ini berdasarkan parameter yang terbanyak dipakal di Indonesia.


Untuk kondisi tertentu dan/atau kondisi khusus yang parameternya berbeda dengan
parameter persyaratan umum (antara lain: tegangan nominal, bentuk menara/tiang, Jenis
atau ukuran konduktor, jumlah sirkit, susunan fase, susunan sirkit) perlu perhitungan dan
persyaratan tersendiri.

5 dari 15
SNI 04-6918-2002

Tabel 1 Jarak bebas minimum impuls petir

Tabel 2 Jarak bebas minimum impuls switsing untuk SUTET

6 dari 15
SNI 04-6918-2002

7 dari 15
SNI 04-6918-2002

Tabel 4 Jarak bebas minimum vertikai dari konduktor ( C )

8 dari 15
SNI 04-6918-2002

9 dari 15
SNI 04-6918-2002

Gambar 1 Penampang memanjang ruang bebas

10 dari 15
SNI 04-6918-2002

11 dari 15
SNI 04-6918-2002

12 dari 15
SNI 04-6918-2002

13 dari 15
SNI 04-6918-2002

14 dari 15
SNI 04-6918-2002

15 dari 15
BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN
Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4
Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270
Telp: 021- 574 7043; Faks: 021- 5747045; e-mail : bsn@bsn.or.id
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

20.1. PENGERTIAN SUTT / SUTETI


Pembangunan pusat Pembangkit dengan kapasitas produksi energi listrik yang
besar: PLTA, PLTU, PLTGU, PLTG, PLTP memerlukan banyak persyaratan,
terutama masalah lokasi yang tidak selalu bisa dekat dengan pusat beban seperti
kota, kawasan industri dan lainnya. Akibatnya tenaga listrik tersebut harus
disalurkan melalui sistem transmisi yaitu :
- Saluran Transmisi
- Gardu Induk
- Saluran Distribusi
Apabila salah satu bagian sistem transmisi mengalami gangguan maka akan
berdampak terhadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga Saluran transmisi,
Gardu induk dan Saluran distribusi merupakan satu kesatuan yang harus dikelola
dengan baik.

INDUSTR
RI
PUSAT BESAR
PEMBANGKIT SALURAN
TENAGA TRANSMISI GARDU
LISTRIK TT INDUK

JARINGAN TRAFO
INDUSTR TEGANGAN
I DISTRIBU
MENENGAH 20 KV SI
SEDANG
PJ
U

INDUSTRI KECIL
JARINGAN
TEGANGAN
MALL RUMAH RENDAH 220 V
TANGGA

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTETI) adalah sarana di udara untuk menyalurkan tenaga listrik

SUTT / SUTET I 1
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

berskala besar dari Pembangkit ke pusat-pusat beban dengan menggunakan


tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi.

20.1.1. Saluran Udara


SUTT/SUTETI merupakan jenis Saluran Transmisi Tenaga Listrik yang
banyak digunakan di PLN daerah Jawa dan Bali karena harganya yang lebih
murah dibanding jenis lainnya serta pemeliharaannya mudah.
Pembangunan SUTT/SUTETI sudah melalui proses rancang bangun yang
aman bagi lingkungan serta sesuai dengan standar keamanan
internasional, diantaranya:
- Ketinggian kawat penghantar
- Penampang kawat penghantar
- Daya isolasi
- Medan listrik dan Medan magnet
- Desis corona
Macam Saluran Udara yang ada di Sistem Ketenagalistrikan PLN P3B Jawa
Bali antara lain :
a. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV
c. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTETI) 500 kV

SUTT 150 kV Sukolilo – Kenjeran


SUTETI 500 kV Suralaya -
(tower 4 sirkit tipe suspensi)
Cilegon
20.1.2. Saluran Kabel
SUTT / SUTET I 2
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Pada daerah tertentu (umumnya perkotaan) yang mempertimbangkan


masalah estetika, lingkungan yang sulit mendapatkan ruang bebas,
keandalan yang tinggi, serta jaringan antar pulau, dipasang Saluran
Kabel.
a. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 70 kV
b. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 kV
c. Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLTT) 150 kV
Mengingat bahwa Saluran kabel biaya pembangunannya mahal dan
pemeliharaannya sulit , maka jarang digunakan.

Potongan Melintang kabel plastic (XLPE : Cross Link Polyethile) 150 kV

Contoh Kabel Tanah isolasi minyak kertas (Oil Filled Cable paper insulation)
150 kV Sukolilo – Ngagel – Simpang (Surabaya)

Saluran Kabel Laut 150 kV Jawa - Bali


SUTT / SUTET I 3
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

20.1.3. Saluran Gas

Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah Saluran


yang diisolasi dengan gas, misalnya: gas SF6. Karena mahal
dan resiko terhadap lingkungan sangat tinggi maka saluran
ini jarang digunakan.

SUTT / SUTET I 4
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

20.2. PERLENGKAPAN SUTT/SUTETI DAN FUNGSINYA


20.2.1. Tower:
Tenaga listrik yang disalurkan lewat sistem transmisi umumnya
menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara
sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan
benda sekelilingnya.
Tower adalah konstruksi bangunan yang kokoh, berfungsi untuk
menyangga/merentang kawat penghantar dengan ketinggian dan
jarak yang cukup agar aman bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya. Antara tower dan kawat penghantar disekat oleh
isolator.

Jenis-jenis tower
a. Menurut bentuk konstruksinya:
- Lattice tower
- Tubular steel pole
- Concrete pole
- Wooden pole

SUTT / SUTET I 5
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Steel Pole
Lattice Tower

Konstruksi tower merupakan jenis konstruksi SUTT / SUTETI yang paling banyak
digunakan di jaringan PLN karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah
pegunungan dan jauh dari jalan raya. Namun demikian perlu pengawasan yang intensif
karena besi-besinya rawan terhadap pencurian.

Tower harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya yaitu:


- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan)
- Gaya tarik akibat rentangan kawat
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.

SUTT / SUTET I 6
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

b. Menurut fungsinya:
- Dead end tower yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu induk,
tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik
- Section tower yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga
dengan sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat
pembangunan (penarikan kawat), umumnya mempunyai sudut belokan yang
kecil.
- Suspension tower yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya
menanggung gaya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan
- Tension tower yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik
yang lebih besar daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan
- Transposision tower yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat
melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi
transmisi
- Gantry tower yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan
antara dua Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi
existing.
- Combined tower yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran
transmisi yang berbeda tegangan operasinya

c. Menurut susunan/konfigurasi kawat fasa


- Jenis delta digunakan pada konfigurasi horisontal/mendatar
- Jenis piramida digunakan pada konfigurasi vertikal/tegak.
- Jenis Zig-zag yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan tower.

SUTT / SUTET I 7
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

d. Type tower terdiri dari :


Tower 150 kV
TYPE TOWER FUNGSI SUDUT
Aa Suspension 0˚ – 3˚
Bb Tension / section 3˚ – 20˚
Cc Tension 20˚ – 60˚
Dd Tension 60˚ – 90˚
Ee Tension > 90˚
Ff Tension > 90˚
Gg Transposisi

Tower 500 kV
TIPE TOWER
SIRKIT FUNGSI SUDUT
SIRKIT GANDA
TUNGGAL
A AA Suspension 0˚ – 2˚
AR AA R Suspension 0˚ – 5˚
B BB Tension 0˚ – 10˚
C CC Tension 10˚ – 30˚
D DD Tension 30˚ – 60˚
E EE Tension 60˚ – 90˚
F FF Dead end 0˚ – 45˚
G GG Transposisi

SUTT / SUTET I 8
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Tower 4 sirkit tipe tension


Tower 4 sirkit tipe suspensi (Tension Tower)
(Suspension Tower)

Tower 2 sirkit tipe suspensi Tower 2 sirkit tipe tension

SUTT / SUTET I 9
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

SUTT / SUTET I 10
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

SUTT / SUTET I 11
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Bagian-bagian tower:
a. Pondasi:
Pondasi adalah konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower (stub)
dengan bumi. Jenis pondasi tower beragam menurut kondisi tanah tempat
tapak tower berada dan beban yang akan ditanggung oleh tower. Pondasi
tower yang menanggung beban tarik dirancang lebih kuat/besar daripada
tower tipe suspension.
Jenis pondasi:
- Normal dipilih untuk daerah yang dinilai cukup keras tanahnya

Stub tower
chimney
pad
Tanah
Tanah
Tanah
Urug
Urug

pad

- Spesial: Pancang ( fabrication dan cassing) dipilh untuk daerah yang


lembek/tidak keras sehingga harus diupayakan mencapai tanah keras
yang lebih dalam
Stub tower
Chimney

Tanah
Tanah
Tanah
Urug
Urug

Pad

Tiang
Pancang

SUTT / SUTET I 12
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

- Raft dipilih untuk daerah berawa / berair

- Auger dipilh karena mudah pengerjaannya dengan mengebor dan


mengisinya dengan semen

- Rock: drilled dipilih untuk daerah berbatuan

Contoh pemasangan pondasi untuk tower lattice dan tower pole

SUTT / SUTET I 13
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Pondasi steel pole 500 kV


Pondasi tower (lattice) SUTET 500 dead end Suralaya
b. Stub:
kV Gresik - Krian
Stub adalah bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan
dengan pemasangan pondasidan diikat menyatu dengan pondasi.
Bagian atas stub muncul dipermukaan tanah sekitar 0,5 sampai 1 meter dan
dilindungi semen serta dicat agar tidak mudah berkarat.
memenuhi syarat:
- Jarak antar stub harus benar
- Sudut kemiringan stub harus sesuai dengan kemiringan kaki tower
- Level titik hubung stub dengan kaki tower tidak boleh beda 2 mm (milimeter)
Apabila pemasangan stub sudah benar dan pondasi sudah kering maka kaki-kaki
tower disambung ke lubang-lubang yang ada di stub.
c. Leg
Leg adalah kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada
tanah yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi
leg. Sedangkan body harus tetap sama tinggi permukaannya.
Pengurangan leg ditandai: -1; -2; -3
Penambahan leg ditandai: +1; +2; +3

Stub
Stub (normal
(extensi

Kaki B
Kaki A

Leg Extension kaki tower


SUTT / SUTET I 14
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

d. Common Body
Common body adalah badan tower bagian bawah yang terhubung antara
leg dengan badan tower bagian atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower
dapat dilakukan dengan pengaturan tinggi common body dengan cara
penambahan atau pengurangan.
Pengurangan common body ditandai: -3
Penambahan common body ditandai: +3; +6; +9; +12; +15

e. Super structure
Super structure adalah badan tower bagian atas yang terhubung dengan
common body dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir.
Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super structure namun digantikan
dengan “K” frame dan bridge.

f. Cross arm
Cross arm adalah bagian tower yang berfungsi untuk tempat
menggantungkan atau mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat petir.
Pada umumnya cross arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis tension yang
mempunyai sudut belokan besar berbentuk segi empat.

g. K frame
K frame adalah bagian tower yang terhubung antara common body dengan
bridge maupun cross arm. K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri.
K frame tidak dikenal di tower jenis pyramida

SUTT / SUTET I 15
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

g. Bridge
Bridge adalah penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada
tengah-tengah bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah
Bridge tidak dikenal di tower jenis pyramida

h. Rambu tanda bahaya


Rambu tanda bahaya berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi
SUTT/SUTETI mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan tulisan
AWAS BERBAHAYA TEGANGAN TINGGI. Rambu ini dipasang di kaki tower lebih
kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah disisi yang mengahadap tower
nomor kecil dan sisi yang menghadap nomor besar.

Rambu tanda bahaya Rambu identitas tower dan jalur

i. Rambu identifikasi tower dan penghantar/jalur

Rambu identifikasi tower dan penghantar/jalur berfungsi untuk


memberitahukan identitas tower:
- Nomor tower
- Urutan fasa
- Penghantar/Jalur
- Nilai tahanan pentanahan kaki tower

SUTT / SUTET I 16
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak
dua buah disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap
nomor besar dan bersebelahan dengan Rambu tanda bahaya.
Pada daerah super stucture juga dipasang rambu penghantar/jalur agar petugas
bisa mengenali penghantar/jalur yang boleh dikerjakan.

j. Anti Climbing Device (ACD)


ACD disebut juga penghalang panjat berfungsi untuk menghalangi orang yang
tidak berkepentingan untuk naik tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10cm
dengan yang lainnya dan dipasang di setiap kaki tower dibawah Rambu tanda
bahaya.

k. Step bolt
Step bolt adalah baut yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower
hingga super structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas
sewaktu naik maupun turun dari tower.

Baut Panjat (step bolt) Penghalang Panjat (anti


climbing device)

SUTT / SUTET I 17
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

l. Halaman tower
Halaman tower adalah daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi
keatas tanah galian pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub
tergantung pada jenis tower .

Patok As Tapak
batas tower kaki
t h

20.2.2. Konduktor

Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari Pembangkit
ke Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya, yang terentang lewat tower-tower.
Konduktor pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada
tower suspension dipegang oleh suspension clamp. Dibelakang clamp tersebut
dipasang rencengan isolator yang terhubung ke tower.

a. Bahan konduktor

Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki
sifat sifat sebagai berikut :
1) konduktivitas tinggi
2) kekuatan tarik mekanikal tinggi
3) titik berat
4) biaya rendah
5) tidak mudah patah

SUTT / SUTET I 18
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan penghantar yang baik
karena memiliki konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup baik.
Namun karena harganya mahal maka konduktor jenis tembaga rawan pencurian.
Aluminium harganya lebih rendah dan lebih ringan namun konduktivitas dan
kekuatan mekanikalnya lebih rendah dibanding tembaga.
Pada umumnya SUTT maupun SUTETI menggunakan ACSR (Almunium
Conductor Steel Reinforced).
Bagian dalam kawat berupa steel yang mempunyai kuat mekanik tinggi,
sedangkan bagian luar kawat daripada bagian sebelah dalam kawat maka ACSR
cocok dipakai pada SUTT/SUTETI. Untuk daerah yang udaranya mengandung
kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu kawat steelnya dilapisi dengan
almunium.
Pada Saluran transmisi yang perlu dinaikkan kapasitas penyalurannya namun
SUTT tersebut berada didaerah yang rawan sosialnya tinggi dan sulit dilakukan
pemadaman semua sisi, maka dipasang konduktor jenis TACSR (Thermal
Almunium Conductor Steel Reinforced) yang mempunyai kapasitas besar tetapi
berat kawat tidak mengalami perubahan yang banyak.
Konduktor pada SUTT/SUTET merupakan kawat berkas (stranded) atau serabut
yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding kawat pejal.

b. Urutan fasa
Pada sistem arus putar, keluaran dari generator berupa tiga fasa, setiap fasa
mempunyai sudut pergerseran fasa 120º. Pada SUTT dikenal fasa R; S dan T
yang urutan fasanya selalu R diatas, S ditengah dan T dibawah. Namun pada
SUTETI urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain panjang, karakter
SUTETI banyak dipengaruhi oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun
konfigurasi yang tidak selalu vertikal. Guna keseimbangan impendansi
penyaluran maka setiap 100 kM dilakukan transposisi letak kawat fasa.

SUTT / SUTET I 19
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

c. Penampang dan jumlah konduktor


Penampang dan jumlah konduktor disesuaikan dengan kapasitas daya yang akan
disalurkan, sedangkan jarak antar kawat fasa maupun kawat berkas disesuaikan
dengan tegangan operasinya.
Jika kawat terlalu kecil maka kawat akan panas dan rugi transmisi akan besar.
Pada tegangan yang tinggi (SUTETI) penampang kawat , jumlah kawat maupun
jarak antara kawat berkas mempengaruhi besarnya corona yang ditengarai
dengan bunyi desis atau berisik.

d. Jarak antar kawat fasa:


Jarak kawat antar fasa SUTT 70kV idealnya adalah 3 meter, SUTT= 6 meter
dan SUTETI=12 meter. Hal ini karena menghindari terjadinya efek ayunan yang
dapat menimbulkan flash over antar fasa.

e. Perlengkapan kawat penghantar


Perlengkapan atau fitting kawat penghantar adalah: Spacer, vibration damper.
Untuk keperluan perbaikan dipasang repair sleeve maupun armor rod.
Sambungan kawat disebut mid span joint.

20.2.3. Ground wire


Ground wire atau Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media untuk
melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat
fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir
menyambar dari atas kawat. Namun jika petir menyambar dari samping maka
dapat mengakibatkan kawat fasa tersambar dan dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan.
Kawat pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower
suspension dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp dipasang kawat
jumper yang menghubungkannya pada tower agar arus petir dapat dibuang ke
tanah lewat tower. Untuk keperluan perbaikan mutu pentanahan maka dari

SUTT / SUTET I 20
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

kawat jumper ini ditambahkan kawat lagi menuju ketanah yang kemudian
dihubungkan dengan kawat pentanahan.
a. Bahan Ground wire
Bahan ground wire terbuat dari steel yang sudah digalvanis, maupun sudah
dilapisi dengan almunium. Pada SUTETI yang dibangun mulai tahun 1990an,
didalam ground wire difungsikan fibre optic untuk keperluan telemetri, tele
proteksi maupun telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground
Wire), sehingga mempunyai beberapa fungsi.

b. Jumlah dan posisi ground wire


Jumlah ground wire paling tidak ada satu buah diatas kawat fasa, namun
umumnya di setiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya satu
buah untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar
sehingga kawat fasa mudah tersambar petir.
Jarak antara ground wire dengan kawat fasa di tower adalah sebesar jarak antar
kawat fasa, namun pada daerah tengah gawangan dapat mencapai 120% dari
jarak tersebut.

20.2.4. Isolator
Isolator adalah media penyekat antara bagian yang bertegangan dengan bagian
yang tidak bertegangan. Fungsi isolator pada SUTT/SUTETI adalah untuk
mengisolir kawat fasa dengan tower.

a. Nilai isolasi
Besarnya isolasi pada umumnya 3 hingga 3,3 kali tegangan sistem, dimaksudkan
akan tahan terhadap muka tegangan petir pada waktu 1,2 mikro detik. Apabila
nilai isolasi menurun akibat dari polutan maupun kerusakan pada isolasinya,
maka akan terjadi kegagalan isolasi yang akhirnya dapat menimbulkan
gangguan.

b. Jenis isolator
Isolator terbagi atas beberapa jenis yaitu:

SUTT / SUTET I 21
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Menurut bentuknya:
- Piringan yaitu isolator yang berbentuk piring, salah satu sisi dipasang
semacam mangkuk logam dan sisi lainnya dipasang pasak. Antara pasak
dengan mangkuk diisolasi dengan semen khusus.
Ada dua macam model sambungannya: Ball & socket ; clevis &eye.
Pemasangan isolator jenis piring ini digandeng-gandengkan dengan piringan
lainnya. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan isolasi terhadap
tegangan yang bekerja di transmisi tersebut. Jenis ini mempunyai
fleksibelitas yang tinggi, karena bisa dipakai sebagai isolator gantung
maupun isolator tarik.
- Long rod adalah isolator yang berbentuk batang panjang, di kedua ujungnya
dipasang sarana penghubung yang terbuat dari logam. Sirip-sirip isolator
berada di antara kedua ujung tersebut. Isolator jenis ini dipakai sebagai
isolator gantung.
- Pin isolator tidak digunakan di SUTT/SUTETI.
- Post isolator adalah isolator berbentuk batang panjang, di kedua ujungnya
dipasang sarana penghubung yang terbuat dari logam. Isolator ini dipakai
sebagai isolator yang didudukkan.

SUTT / SUTET I 22
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

SUTT / SUTET I 23
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

a. Menurut bahannya
Bahan isolator terbuat dari:
- Keramik: mempunyai keunggulan tidak mudah pecah, tahan terhadap cuaca,
harganya relatif mahal. Pada umumnya isolator menggunakan bahan ini.
- Gelas/kaca: Mempunyai kelemahan mudah pecah namun harganya murah.
Digunakan hanya untuk isolator jenis piring.
Sambungan isolator yaitu batang pasak dan mangkuknya terbuat dari logam
digalvanis. Pada daerah yang banyak mengandung uap garam maupun zat kimia
tertentu dapat membuat batang pasak karatan dan putus. Akhir-akhir ini
dikembangkan teknik untuk melapisi batang pasak tersebut dengan zink.

b. Menurut bentuk pasangannya

SUTT / SUTET I 24
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

- “I” string
- “V” string
- Horisontal string
- Single string
- Double string
- Quadruple
Pada daerah yang rawan lingkungan maupun kemampuan mekanik yang belum
mencukupi harus dilakukan penguatan rencengan isolator, sebagai contoh:dibuat
double string.

Isolator renceng untuk Isolator renceng untuk Isolator renceng untuk


tower suspension tower tension SUTETI tower tension
(“I” type) (“V” type) (Horizontal type)

SUTT / SUTET I 25
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Konfigurasi Isolator tower Suspensi Isolator yang terpasang


SUTET 500 kV pada tension tower type
DD

2. Speksifikasi isolator

Setiap isolator harus mempunyai speksifikasi dari fabrikan yang mencantumkan:


- Standar mutu, misalnya dari IEC
- Type
- Model sambungan
- Panjang creepage atau alur (mm)
- Kuat mekanik (kN)
- Panjang antar sambungan (mm)
- Berat satuan (kg)
- Diameter (mm)
- Tegangan lompatan api frekwensi rendah kondisi basah (kV)
- Tegangan lompatan impuls kondisi kering (kV)
- Tegangan tembus (kV)

3. Karakteristik listrik
Bahan Isolator yang diapit oleh oleh logam merupakan kapasitor. Kapasitansinya
diperbesar oleh polutan maupun kelembaban udara dipermukaannya. Bagian ujung
saluran mengalami tegangan permukaan yang paling tinggi, sehingga dibutuhkan arcing
horn untuk membagi tegangan tersebut lebih merata ke beberapa piring isolator lainnya.

4. Karakteristik mekanik
Isolator harus memiliki kuat mekanik guna menanggung beban tarik kawat maupun
beban berat isolator dan kawat penghantar. Umumnya mempunyai Safety faktor 6.

SUTT / SUTET I 26
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

5. Perlengkapan/fitting isolator
Berfungsi untuk menghubungkan rencengan isolator dengan arm tower maupun kawat
penghantar, diantaranya: U bolt; shackle; ball eye; ball clevis; socket eye; socket clevis;
link; extension link; double clevis, dan lain sebagainya, Bahan terbuat dari baja
digalvanis dan mempunyai kuat mekanik sesuai beban yang ditanggungnya.

20.2.5. Tension clamp


Tension clamp adalah alat untuk memegang ujung kawat penghantar, berfungsi
untuk menahan tarikan kawat di tower tension. Pemasangan tension clamp harus benar-
benar sempurna agar kawat penghantar tidak terlepas. Sisi lain dari tension clamp
dihubungkan dengan perlengkapan isolator.
agar tidak terjadi pemanasan yang akhirnya dapat memutuskan hubungan kawat
jumper.
Pada tower tension dibutuhkan kawat penghubung antara kedua ujung kawat
penghantar di kedua sisi cross arm, kawat ini disebut jumper. Bagian bawah tension
clamp terdapat plat berbentuk lidah untuk menghubungkan kawat jumper tersebut.
Sambungan ini harus kuat dan kencang

20.2.6. Suspension clamp

SUTT / SUTET I 27
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Suspension clamp adalah alat yang dipasangkan pada kawat penghantar ke


perlengkapan isolator gantung, berfungsi untuk memegang kawat penghantar pada
tower suspension. Kawat penghantar sebelum dipasang suspension clamp pada harus
dilapisi armor rod agar mengurangi kelelahan bahan pada kawat akibat dari adanya
vibrasi atau getaran pada kawat penghantar.
Pada kondisi tertentu yaitu letak tower yang terlalu rendah dibanding tower-tower
sebelahnya maka dipasang pemberat atau counter weight agar rencengan isolator tidak
tertarik ke atas.

20.2.7. Compression joint


Karena masalah transportasi, panjang konduktor dan GSW dalam satu gulungan
(haspel) mengalami keterbatasan. Oleh karenanya konduktor dan GSW tersebut harus
disambung.
Sambungan (joint) harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
- konduktivitas listrik yang baik
- kekuatan mekanis dan ketahanan yang tangguh
Compression joint adalah material untuk menyambung kawat penghantar yang
cara penyambungannya dengan alat press tekanan tinggi.
Compression joint kawat penghantar terdiri dari dua komponen yang berbeda
yaitu:
- Selongsong steel berfungsi untuk menyambung steel atau bagian dalam kawat
penghantar ACSR
- Selongsong almunium berfungsi untuk menyambung almunium atau bagian luar
kawat penghantar ACSR
Penyambungan kawat didahului dengan penyambungan kawat steel, dilanjutkan
dengan penyambungan kawat almunium.
.Penempatan compression joint harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Diusahakan agar berada di tengah-tengah gawangan atau bagian terrendah
daripada andongan kawat.
- Tidak boleh berada di dekat tower tension (sisi kawat yang melengkung ke
bawah terhadap tengah gawang).

SUTT / SUTET I 28
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

- Tidak boleh di atas jalan raya, rel KA, SUTT lainnya

20.2.8. Spacer
Spacer adalah alat perentang kawat penghantar terbuat dari bahan logam dan
berengsel yang dilapisi karet. Pada SUTETI spacer ini merangkap sebagai
vibration damper.
Fungsi spacer adalah:
- Memisahkan kawat berkas agar tidak beradu
- Pada jarak yang diinginkan dapat mengurangi bunyi desis / berisik corona
- Penempatan yang dipandu dari fabrikan dapat mengurangi getaran kawat

Spacer untuk konduktor berkas 2


Spacer untuk konduktor
kawat (twin conductors)
berkas 4 kawat
(quadruple)

20.2.9. Damper
Damper atau vibration damper adalah alat yang dipasang pada kawat
penghantar dekat tower, berfungsi untuk meredam getaran agar kawat tidak
mengalami kelelahan bahan.
Bentuk damper menyerupai dua buah bandul yang dapat membuang getaran
kawat.

SUTT / SUTET I 29
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

20.2.10. Armor Rod


Armor rod adalah alat berupa sejumlah urat kawat yang dipilin, berfungsi untuk
melindungi kawat dari kelelahan bahan maupun akibat adanya kerusakan.
Bahan armor rod adalah almunium keras, sehingga dapat menjepit kawat
denga erat.

Arching
horn

Armour
rod

Damper

konduktor

20.2.11. Pentanahan Tower


Pentanahan Tower adalah perlengkapan pembumian sistem transmisi, berfungsi
untuk meneruskan arus listrik dari badan tower kebumi.

a. Nilai pentanahan tower

SUTT / SUTET I 30
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Nilai pentanahan tower harus dibuat sekecil mungkin agar tidak menimbulkan
tegangan tower yang tinggi yang pada akhirnya dapat mengganggu sistem
penyaluran:
Sistem 70kV : maksimal 5 Ohm
Sistem 150kV : maksimal 10 Ohm
Sistem 500kV : maksimal 15 Ohm

b. Jenis pentanahan
- Electroda bar: suatu rel logam yang ditanam di dalam tanah. Pentanahan ini
paling sederhana dan efektif,dimana nilai tahanan tanah adalah rendah
Electroda plat : plat logam yang ditanam di dalam tanah secara horisontal atau
vertikal. Pentanahan ini umumnya untuk pengamanan terhadap petir.
Counter poise electroda: suatu konduktor yang digelar secara horisontal di dalam
tanah. Pentanahan ini dibuat pada daerah yang nilai tahanan tanahnya tinggi.
Atau untuk memperbaiki nilai tahanan pentanahan.
Mesh electroda: yaitu sejumlah konduktor yang digelar secara horisontal di tanah
yang umumnya cocok untuk daerah kemiringan.

c. Jenis sambungan pada tower


- Penyambungan langsung pada stub bagian bawah
- Penyambungan dibagian atas stub

Penyambungan pada bagian


Penyambungan pada bagian bawah stub atas stub
c. Komponen pentanahan tower
- Kawat pentanahan: terbuat dari bahan yang konduktifitasnya besar: tembaga.
- Klem pentanahan atau sepatu kabel: bahan tembaga yang tebal
- Batang pentanahan: terbuat dari pipa tembaga atau besi galvanis

SUTT / SUTET I 31
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

- Klem sambungan kawat pentanahan terbuat dari tembaga.

20.2.12. Repair Sleeve


Repair sleeve adalah selongsong almunium yang terbelah menjadi dua bagian
dan dapat ditangkapkan pada kawat penghantar, berfungsi untuk memperbaiki
konduktifitas kawat yang rantas,
Cara pemasangannya dipress dengan hydraulic tekanan tinggi

20.2.13. Bola Pengaman


Bola pengaman adalah rambu peringatan terhadap lalu lintas udara, berfungsi
untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat transmisi.
Bola pengaman dipasang pada ground wire pada setiap jarak 50m hingga 75 meter
sekitar lapangan/bandar udara.

20.2.14. Lampu Aviasi


Lampu aviasi adalah rambu peringatan berupa lampu terhadap lalu lintas udara,
berfungsi untuk memberi tanda kepada pilot pesawat terbang bahwa terdapat kawat
transmisi.

a. Jenis lampu aviasi


o Lampu aviasi yang terpasang pada tower dengan supply dari Jaringan
tegangan rendah
o Lampu aviasi yang terpasang pada kawat penghantar dengan sistem
induksi dari kawat penghantar

20.2.15. Arching Horn


Arcing horn adalah peralatan yang dipasang pada sisi Cold (tower) dari
rencengan isolator.

SUTT / SUTET I 32
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

Fungsi arcing horn:


o Media pelepasan busur api dari tegangan lebih antara sisi Cold dan Hot
(kawat penghantar)
o Pada jarak yang diinginkan berguna untuk memotong tegangan lebih bila
terjadi: sambaran petir; switching; gangguan, sehingga dapat
mengamankan peralatan yang lebih mahal di Gardu Induk (Trafo)
Media semacam arcing horn yang terpasang pada sisi Hot (kawat penghantar)
adalah:
o Guarding ring : berbentuk oval, mempunyai peran ganda yaitu sebagai
arcing horn maupun pendistribusi tegangan pada beberapa isolator sisi
hot. Umumnya dipasang di setiap tower tension maupun suspension
sepanjang transmisi.
o Arcing ring : berbentuk lingkaran, mempunyai peran ganda yaitu
sebagai arcing horn maupun pendistribusi tegangan pada beberapa
isolator sisi hot. Umumnya hanya terpasang di tower dead end dan
gantry GI.

SUTT / SUTET I 33
PT PLN (Persero)
Udiklat Bogor

1. Seling cantol
2. Jangkar lever hoist
3. Lever hoist
4. Pengait konduktor

SUTT / SUTET I 34
SPLN TX.XXX-X: 2009
STANDAR Lampiran  Surat  Keputusan  Direksi 

PT PLN (PERSERO) No.     . K/DIR/2009 
PT PLN (PERSERO)   
   

DRAF STANDAR KELOMPOK KERJA


 

KONSTRUKSI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI


DAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI
DENGAN TOWER RANGKA BAJA
(LATTICED STEEL TOWER)
 

PT PLN (PERSERO) 

JALAN TRUNOJOYO BLOK M‐I/135 KEBAYORAN BARU 

JAKARTA SELATAN 12160 
KONSTRUKSI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
DAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI DENGAN
TOWER RANGKA BAJA
(LATTICED STEEL TOWER)
 

Disusun oleh : 

Kelompok Bidang Transmisi Standardisasi  

dengan Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) 

No.XXX.K/DIR/2009 

Kelompok Kerja Standardisasi 

PT PLN (Persero) 

Dengan Surat Keputusan General Manager 

PT PLN (Persero) Litbang Ketenagalistrikan 

No.083.K/LITBANG/2009 

Diterbitkan oleh : 

PT PLN (PERSERO)  

Jalan Trunojoyo Blok M‐I /135, Kebayoran Baru 

Jakarta Selatan 
SUSUNAN KELOMPOK BIDANG TRANSMISI 
STANDARDISASI 

Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. : XXX.K/DIR/XXXX


Tanggal : XX –XXX- XXXX
1. Ir. Agoes Priambodo : Sebagai Ketua Harian merangkap Anggota
2. Ir. Edy Iskanto : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Ir. Jono Haryadi : Sebagai Wakil Sekretaris merangkap Anggota
4. Ir. Djoko Mulyadi : Sebagai Anggota
5. Ir. Yanuar Hakim : Sebagai Anggota
6. Ir. Edy Wahyudi : Sebagai Anggota
7. Ir. Zainal Abidin Sihite : Sebagai Anggota
8. Ir. Herpekik Hargono : Sebagai Anggota
9. Ir. Syahrul : Sebagai Anggota
10. Ir. Sudibyo : Sebagai Anggota
11. Ir. John Tonapa : Sebagai Anggota
12. Ir. Tumpal Simarmata : Sebagai Anggota
13. Ir. Suharto : Sebagai Anggota

SUSUNAN KELOMPOK KERJA 
POLA PROTEKSI SALURAN TRANSMISI 

Surat Keputusan General Manager PT PLN (Persero) Litbang Ketenagalistrikan


No: 083.K/LITBANG/2009
1. Priyono Maskur : Sebagai Ketua merangkap Anggota
2. Chaerul Ikhsan : Sebagai Sekretaris merangkap Anggota
3. Pandu Surya Tantra : Sebagai Anggota
4. T.Susman Riyadi : Sebagai Anggota
5. Masril : Sebagai Anggota
6. Kusbandrio : Sebagai Anggota
7. Murdani Siswiyanto : Sebagai Anggota
8. Nana Mulyana : Sebagai Anggota
9. Donny Marnanto : Sebagai Anggota
10. Dwi Budiyanto : Sebagai Anggota
11. Sutarno : Sebagai Anggota
12. Widodo Mulyono : Sebagai Anggota
13. Mayarudin : Sebagai Anggota
14. Nasrul Alam : Sebagai Anggota
DAFTAR ISI
 

1. RUANG LINGKUP……………………………………………………………………………………….
2. TUJUAN…………………………………………………………………………………………………..
3. ACUAN NORMATIF……………………………………………………………………………………..
4. ISTILAH DAN DEFINISI…………………………………………………………………………………  
4.1. Saluran Sirkit Tunggal …………………………………………………………………………
4.2. Saluran Sirkit Ganda …………………………………………………………………………
4.3. SUTT ……………………………………………………………………………………………
4.4. SUTET …………………………………………………………………………………..
4.5. SUTT Satu Sirkit ………………………………………………………………………
4.6. SUTT Dua Sirkit ………………………………………………………………………
4.7. SUTT Empat Sirkit …………………………………………………………………..
4.8. SUTT Kombinasi ……………………………………………………………………..
4.9. SUTET Satu Sirkit …………………………………………………………………….
4.10. SUTET Dua Sirkit …………………………………………………………………….
4.11. SUTET Kombinasi …………………………………………………………………….
4.12. Konfigurasi penghantar ………………………………………………………….
4.13. Tower gantung / Suspension Tower …………………………………………….
4.14. Tower tarik Sudut/Tension Tower ………………………………………………….
4.15. Tower Tarik Ujung/Dead End Tower ………………………………………………….
4.16.
5. KRITERIA DASAR………………………………………………………………………………………

1. Type Tower
2. Tinggi Standar Tower
3. Gaya Tarik Maksimum (Maximum Working Tension)
4. Jarak penghantar antar sirkit
5. Jarak antar cross arm
6. Jarak cross arm antara kawat fasa dan kawat tanah
7. Jarak rentang/Gawang
8. Jarak Bebas
9. Pembebanan
Tekanan angin
Kombinasi beban
10. Faktor beban
11. Metoda Analisis
12. Metoda Desain
13. Gambar Detail
14. Pentanahan tower
15. Galvanisasi
PASAL 4 KONFIGURASI SUTT DAN SUTET DENGAN TOWER RANGKA BAJA

1. Konfigurasi SUTT
2. Konfigurasi SUTET

PASAL 5 KELENGKAPAN TOWER

1. Penghalang panjat (Anti Climbing Device)


2. Tangga Panjat (Step Bolt)
3. Pelat Nomor Tower dan Phasa
4. Pelat tanda bahaya
5. Tanda Khusus (Aircraft Traffic Sphere and or Lighting)

PASAL 6 SYARAT PENGUJIAN

1. Persyaratan Mill Certificate Material


2. Persyaratan Sample Test Material
3. Persyaratan Assembly Test
4. Persyaratan Loading Test

DAFTAR GAMBAR

LAMPIRAN

KONSTRUKSI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI


DAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI DENGAN TOWER RANGKA BAJA
(LATTICED STEEL TOWER)

PASAL 1
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
1.1 Ruang lingkup

Standar ini dimaksudkan untuk menetapkan pedoman dasar konstruksi Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dengan
menggunakan konstruksi tower rangka baja (Latticed Steel Tower).
1.2 Tujuan

Tujuan standar ini adalah untuk memberikan pegangan yang terarah dan seragam bagi
perencanaan tower rangka baja (Latticed Steel Tower).

PASAL 2
DEFINISI

2.1 Saluran sirkit tunggal (Single circuit line)


Suatu saluran listrik yang hanya mempunyai satu sirkit. (IEV 466-01-08)

2.2 Saluran sirkit ganda (Double circuit line)


Suatu saluran yang terdari dua sirkit terletak pada satu penyangga yang sama yang tidak harus
memiliki tegangan dan frekuensi yang sama. (IEV 466-01-09 )

2.1 SUTT
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang dimaksud adalah Transmisi dengan penghantar
isolasi udara dengan tegangan sistem 70 kV sampai dengan 150 kV.

2.2 SUTET

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang dimaksud adalah Transmisi dengan
penghantar isolasi udara dengan tegangan sistem 275 kV sampai dengan 500 kV.

2.3 SUTT satu sirkit

Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan tiga buah penghantar fasa (1 x 3 fasa) serta dilengkapi
satu buah kawat tanah.

2.4 SUTT dua sirkit

Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan enam buah penghantar fasa ( 2 x 3 fasa)
dengan tingkat tegangan yang sama serta dilengkapi satu atau dua buah kawat tanah.

2.5 SUTT empat sirkit

Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan dua belas buah penghantar fasa (4 x 3 fasa)
dengan tingkat tegangan yang sama serta dilengkapi dua buah kawat tanah.

2.6 SUTT Kombinasi


Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan dua belas penghantar fasa (2 x 3 fasa + 2 x 3
fasa) dengan tingkat tegangan yang berbeda serta dilengkapi dua buah kawat tanah.

2.7 SUTET satu sirkit

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan tiga buah penghantar fasa ( 1 x 3 fasa) serta
dilengkapi satu buah kawat tanah.

2.8 SUTET dua sirkit

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan enam buah penghantar fasa ( 2 x 3 fasa)
dengan tingkat tegangan yang sama serta dilengkapi satu atau dua buah kawat tanah.

2.9 SUTET kombinasi

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan dua belas penghantar fasa (2 x 3 fasa + 2 x
3 fasa) dengan tingkat tegangan yang berbeda serta dilengkapi dua buah kawat tanah.

2.10 Konfigurasi penghantar

Konfigurasi penghantar adalah bentuk susunan penghantar fasa, yaitu posisi tegak
(vertikal), mendatar (horizontal) atau segitiga (delta).

2.11 Tower gantung / Suspension Tower


Tower Suspensi adalah tower yang digunakan untuk menyangga penghantar atau konduktor
pada kedua bentang untuk jalur transmisi yang relative lurus dengan sudut belok antara 0
sampai dengan 3 derajat untuk SUTT atau 0 sampai 5 derajat untuk SUTET.

2.12 Tower tarik sudut / Tension Tower


Tower tarik sudut adalah tower yang digunakan untuk menyangga penghantar atau
konduktor pada kedua bentang untuk jalur transmisi yang mempunyai sudut belok sampai
dengan 90 derajat untuk SUTT dan SUTET.

2.13 Tower tarik ujung / Dead End Tower


Tower tarik ujung adalah tower yang digunakan untuk menyangga penghantar atau
konduktor pada ujung jalur transmisi atau pada jalur transmisi dengan span pendek pada
salah satu bentang (slack span) yang mempunyai sudut belok sampai dengan 60 derajat
untuk SUTT dan SUTET.
2.14 Tower Transposisi
Tower Transposisi adalah tower tarik sudut / tension tower SUTT atau SUTET yang
digunakan untuk merubah posisi fasa penghantar atau konduktor pada kedua bentang untuk
jalur transmisi yang lurus.

2.15 Tower khusus


Tower khusus adalah Tower yang digunakan untuk menyangga dan menahan beban tarikan
dari suatu bagian jalur SUTT atau SUTET dengan jarak rentang atau ground clearance yang
abnormal, misalnya menyeberangi sungai, laut atau lembah. Tower didesain khusus sehingga
cocok untuk kondisi beban kerja yang lebih besar dimana Tower standar tidak dapat digunakan.

2.16 Tower Standar


Tower Standar adalah tower yang mempunyai tinggi standar / normal tanpa body extension,
baik untuk Suspension tower dan Tension tower.

2.17 Rentang dasar


Rentang dasar adalah jarak horisontal antara 2 (dua) buah tower yang berurutan pada daerah
datar dengan tinggi tower normal (tanpa body extension).

2.18 Rentang angin


Rentang angin adalah setengah jumlah dari 2 (dua) rentang horisontal yang berurutan dari satu
tiang.

2.19 Rentang berat


Rentang berat adalah panjang penghantar dari 2 (dua) rentang berurutan yang disangga oleh
satu tower, diukur dari titik lendutan terendah dari kedua bentang tersebut.

2.20 Beban kerja


Beban kerja adalah beban maksimum yang dapat didukung dan ditahan secara terus menerus
oleh konstruksi tower.

2.21 Beban rencana


Beban rencana adalah beban kerja yang dikalikan dengan faktor beban pada kondisi normal
maupun abnormal.
PASAL 3
KRITERIA DASAR
3.1 Type Tower
Type tower digolongkan berdasarkan pada : Sudut belok jalur, Jumlah konduktor dan total luas
penampang, seperti pada tabel.….
Tower 70 kV
NO Type Sudut Jumlah Maximum Luas Luas Luas
Tower belok Konduktor Working Alumunium Steel Total
Jalur per phasa Tension per (mm2) (mm2) (mm2)
Konduktor
(kg)
1 Aa1 0° - 3° 1 1700 152.00 24.71 176.7
2 Bb1 0° - 20° 1 1700 152.00 24.71 176.7
3 Cc1 20° - 40° 1 1700 152.00 24.71 176.7
4 Dd1 40° - 60° 1 1700 152.00 24.71 176.7
5 Ee1 60° - 90° 1 1700 152.00 24.71 176.7
Tabel 3.1a
Tower 150 kV (dua Sirkit)
NO Type Sudut Jumlah Maximum Luas Luas Luas
Tower belok Konduktor Working Alumunium Steel Total
Jalur per phasa Tension per (mm2) (mm2) (mm2)
Konduktor
(kg)
1 AA1 0° - 3° 1 2700 152.00 24.71 176.7
AA2 2 2700 241.68 39.42 281.1
AA3 1 3400 428.90 65.61 468.5
AA4 1 2400 241.68 39.42 281.1
AA5 1 3400 282.00 468.5
AA6 2 3400 428.90 55.59 484.5
AA7 2 2400 241.68 39.42 281.1
AA11 330.00
2 BB1 0° - 20° 1 152.00 24.71 176.7
BB2 2
BB3 1
BB4 1
BB5 1
BB6 2
BB7 2
BB11
3 CC1 20° - 40° 1 152.00 24.71 176.7
CC2 2
CC3 1
CC4 1
CC5 1
CC6 2
CC7 2
CC11
4 DD1 40° - 60° 1 152.00 24.71 176.7
DD2 2
DD3 1
DD4 1
DD5 1
DD6 2
DD7 2
DD11
5 EE1 60° - 90° 1 152.00 24.71 176.7
EE2 2
EE3 1
EE4 1
EE5 1
EE6 2
EE7 2
EE11
Tabel 3.1b
Tower 150 kV (Kombinasi)
NO Type Sudut Jumlah Maximum Luas Luas Luas
Tower belok Konduktor Working Alumunium Steel Total
Jalur per phasa Tension per (mm2) (mm2) (mm2)
Konduktor
(kg)
1 4AA1 0° - 3° 1 2700 152.00 24.71 176.7
4AA2 2 2700 282.00 45.94 327.9
4AA3 1 3400 402.84 65.61 468.5
4AA4 1 2400 241.68 39.42 281.1
4AA5 1 3400 402.84 68.61 468.5
4AA6 2 3400 428.90 55.59 484.5
4AA7 2 2400 241.68 39.42 281.1
4AA11
2 BB1 0° - 20° 1 152.00 24.71 176.7
4BB2 2
4BB3 1
4BB4 1
4BB5 1
4BB6 2
4BB7 2
4BB11
3 4CC1 20° - 40° 1 152.00 24.71 176.7
4CC2 2
4CC3 1
4CC4 1
4CC5 1
4CC6 2
4CC7 2
4CC11
4 4DD1 40° - 60° 1 152.00 24.71 176.7
4DD2 2
4DD3 1
4DD4 1
4DD5 1
4DD6 2
4DD7 2
4DD11
5 4EE1 60° - 90° 1 152.00 24.71 176.7
4EE2 2
4EE3 1
4EE4 1
4EE5 1
4EE6 2
4EE7 2
4EE11
Tabel 3.1c
Tower 275 kV
NO Type Sudut Jumlah Maximum Luas Luas Luas
Tower belok Konduktor Working Alumunium Steel Total
Jalur per phasa Tension per (mm2) (mm2) (mm2)
Konduktor
(kg)
1 AA 0° - 5° 2 3400 428.90 55.59 484.5
2 BB 0° - 10° 2 3400 428.90 55.59 484.5
3 CC 10° - 30° 2 3400 428.90 55.59 484.5
4 DD 30° - 60° 2 3400 428.90 55.59 484.5
5 EE 60° - 90° 2 3400 428.90 55.59 484.5
6 FF Terminal 2 3400 428.90 55.59 484.5
Tower
tension 45°
entry
Tabel 3.1d

Tower 500 kV
NO Type Sudut Jumlah Maximum Luas Luas Luas
Tower belok Konduktor Working Alumunium Steel Total
Jalur per phasa Tension per (mm2) (mm2) (mm2)
Konduktor
(kg)
1 AA 0° - 5° 4 2700 282.0 45.95 327.8
4 3300 337.8 54.97 392.8
2 BB 0° - 10° 4 2700 282.0 45.95 327.8
4 3300 337.8 54.97 392.8
3 CC 10° - 30° 4 2700 282.0 45.95 327.8
4 3300 337.8 54.97 392.8
4 DD 30° - 60° 4 2700 282.0 45.95 327.8
4 3300 337.8 54.97 392.8
5 EE 60° - 90° 4 2700 282.0 45.95 327.8
4 3300 337.8 54.97 392.8
6 FF Terminal 4 2700 282.0 45.95 327.8
Tower
4 3300 337.8 54.97 392.8
tension 45°
entry

Tabel 3.1e
3.2  Tinggi Standar Tower (data pln je)
Tinggi Standar Tower adalah tinggi tower total (tanpa body extension) dengan ketinggian
crossarm / lengan tower paling bawah terhadap ujung kaki tower, seperti pada gambar.….
3.3 Gaya Tarik Maksimum (Maximum Working Tension)
Besar gaya tarik maksimum kawat penghantar dan kawat tanah yang digunakan untuk
perhitungan beban seperti pada tabel 3.1a, 3.1b, 3.1c, 3.1d, 3.1e

3.4 Jarak penghantar antar sirkit

Jarak minimum antara penghantar dengan penghantar di titik tengah rentangan ditentukan
dengan rumus VDE 0210--1985 sebagai berikut:

(sisipkan formula hitungan)

dimana :

k= koefisien yang tergantung pada posisi dan jenis penghantar (besaran antara 0,5 ~ 1,0)
(lihat lampiran 1)

L a= Jarak ayunan isolator (untuk isolator gantung yang dirancang bentuk 'V' dan isolator
tarik, maka La = 0) (m)

Dm = lendutan penghantar pada suhu sekitar maksimum 40 °C (m)


I = b . v , dengan

b = konstanta (0,012 ~ 0,0007)

v = tegangan nominal (kV)

3.5 Jarak antar crossarm fasa


Jarak antar crossarm fasa ditentukan oleh electrical clearance sesuai dengan SPLN No………
kecuali untuk SUTT 150 kV jarak minimum antar cross arm fasa adalah 5,00 meter.

3.6 Jarak cross arm antara kawat fasa dan kawat tanah
Jarak cross arm antara kawat fasa dan kawat tanah ditentukan berdasarkan andongan kawat
tanah sebesar 0,8 x andongan kawat fasa dan harus memperhitungkan sudut perlindungan
kawat fasa terhadap petir/sheilding angle, sesuai SPLN ……………….

3.7 Jarak rentang / gawang

Jarak rentang dasar, rentang angin dan rentang berat SUTT serta SUTET dengan tower rangka
baja (lattice tower) seperti pada tabel.……
3.8 Jarak bebas
Jarak bebas minimum penghantar terhadap tanah dan terhadap benda yang berada di
bawahnya seperti Tabel 1 berikut (sesuai Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.:
01.P/47/MPE/1992)
Tabel 1 (tabel KepMen baru)
Jarak bebas minimum SUTT 70 kV dan 150 kV

Jarak bebas minimum (m)


No. Uraian
70 kV 150 kV
1 Lapangan terbuka 6,5 7,5
2 Lalu lintas jalan/jalan raya 8,0 9,0
3 SUTT, SUTM, SUTR, saluran telepon, antene 3,0 4,0
radio, TV dan kereta gantung
4 Di atas bangunan tanpa atap tahan api 12,5 13,5
5 Di atas bangunan dengan atap tahan api 3,5 4,5
6 Pepohonan, hutan, perkebunan 3,5 4,5
7 Lapangan olah raga 12,5 13,5
8 Rel KA biasa. 8,0 9,0
9 Jembatan besi, rangka besi penahan 3,0 4,0
penghantar, kereta rel listrik
10 Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air 3,0 4,0
pasang tertinggi pada lalu lintas air.

Penampang melintang ruang bebas disekitar tower dapat dilihat pada Gambar………..

3.9 Pembebanan
Beban yang terjadi pada konstruksi tower rangka baja SUTT dan SUTET digunakan untuk
menentukan dimensi tower atau kekuatan tower. pada kondisi rencana pembebanan normal dan
abnormal.

Jenis pembebanan yang ada pada konstruksi SUTT dan SUTET dapat dilihat pada SPLN 100-1
s/d 3 : 1993, tentang Saluran Udara Tegangan Tinggi Pembebanan Penyangga Saluran udara.

3.9.1 Tekanan angin


Tekanan angin minimum yang bekerja pada konduktor, insulator dan tower adalah sebagai
berikut :

- SUTT 70 kV dan 150 kV :


- Steel tower : 120 kg/m2 Tekanan angin tersebut dikenakan pada 1.5 kali
bidang permukaan tower.

- Konduktor : 40 kg/m2

- Insulator : 60 kg/m2

- SUTET 275 kV :

- Steel tower : 235 kg/m2 Tekanan angin tersebut dikenakan pada 1.5 kali
bidang permukaan tower.

- Konduktor : 106 kg/m2

- Insulator : 143 kg/m2

- SUTET 500 kV :

- Steel tower : 403 kg/m2

- Konduktor : 112 kg/m2

- Insulator : 163 kg/m2

3.9.2 Kombinasi beban

Pada perhitungan beban harus dilakukan kombinasi beban normal dan abnormal yang bekerja
pada tower, kombinasi beban untuk tower rangka baja SUTT dan SUTET tersebut adalah
seperti pada tabel ……. dan tabel ………..

3.10 Faktor Beban

Untuk menjamin keandalan dan keamanan dari suatu konstruksi karena adanya pengaruh dari
berbagai faktor terhadap kekuatan bahan dan konstruksi, maka diperlukan toleransi dalam
ketelitian perhitungan, kesalahan pada pengujian dan sebagainya, yang besarannya disebut
faktor beban
Faktor beban yang direkomendasikan adalah :
- Kondisi Normal :
- SUTT : 1.5
- SUTET : 1,2
- Kondisi Abnormal :
- SUTT : 1.1
- SUTET : 1,2
3.11 Metoda Analisis
Perhitungan gaya pada batang rangka baja harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip analisis
struktur yang mutakhir.

3.12 Metoda Desain


Perhitungan ukuran batang dan simpul hubung batang baja harus berdasarkan standar yang
umum digunakan untuk tower rangka baja.

3.13 Gambar Detail


Hasil perhitungan desain struktur tower rangka baja digambarkan secara detail berdasarkan
standar yang umum digunakan untuk tower rangka baja.

3.14 Pentanahan
Untuk mereduksi adanya tegangan sentuh dan tegangan lebih akibat sambaran petir pada
konstruksi SUTT atau SUTET yang tidak bertegangan, dipasang beberapa batang pentanahan
(Grounding) yang dihubungkan satu sama lain dengan plat tembaga dan dihubungkan ke
tiang dari dua sisi yang berlawanan. Tahanan pentanahan setiap tiang disyaratkan
maksimum 10 Ohm, diukur tanpa dihubungkan dengan batang baja tower. Gambar konstruksi
pentanahan tiang dapat dilihat pada Gambar……….
Apabila hasil pengukuran tahanan pentanahan melebihi 10 ohm, maka harus dipasang
penambahan pentanahan tower dengan menggunakan counterpoise cable, ditanam kedalam
tanah dengan kedalaman minimum 0,7 meter.
Jenis kawat yang digunakan

a) Kawat tanah baja (Steel)


b) Kawat tanah copper (Cu)

3.15 Galvanisasi
Seluruh permukaan material komponen struktur tower rangka baja (batang, baut dan plat) harus
dilapisi zinc galvanis dengan metode pencelupan panas (Hot Dip Galvanized)

PASAL 4

KONFIGURASI SUTT DAN SUTET DENGAN TOWER RANGKA BAJA


4.1 Konfigurasi SUTT
4.1.1 Konfigurasi SUTT satu sirkit

Jenis konfigurasi penghantar yang dipergunakan (Gambar ………..)


a) Vertikal dengan isolator batang panjang atau renteng (Gambar ………)
b) Delta dengan isolator batang panjang atau renteng (Gambar ………)
4.1.2 Konfigurasi SUTT Dua sirkit
Jenis konfigurasi penghantar yang dipergunakan (Gambar ………)
a) Vertikal dengan isolator batang panjang atau renteng (Gambar ……..)
b) Horizontal dengan isolator batang panjang atau renteng

4.1.3 Konfigurasi SUTT Empat sirkit

Jenis konfigurasi penghantar yang dipergunakan (Gambar………)


Vertikal dengan isolator batang panjang atau renteng (Gambar ………)

4.1.4 Konfigurasi SUTT Kombinasi

Jenis konfigurasi penghantar yang dipergunakan (Gambar ………)


a) Vertikal dengan isolator batang panjang atau renteng (Gambar ………)
b) Vertikal dan Horizontal dengan isolator batang panjang atau renteng (Gambar ………)

4.2 Konfigurasi SUTET


4.2.1 Konfigurasi SUTET satu sirkit

Jenis konfigurasi penghantar yang dipergunakan

a) Horizontal dengan isolator batang panjang atau renteng dengan bentuk V


(Gambar……..)

4.2.1 Konfigurasi SUTET Dua sirkit

Jenis konfigurasi penghantar yang dipergunakan


a) Vertikal dengan isolator batang panjang atau renteng bentuk V dan I (Gambar ………)

4.2.2 Konfigurasi SUTET Kombinasi

Jenis konfigurasi penghantar yang dipergunakan


Vertikal dan Horizontal dengan isolator batang panjang atau renteng bentuk V dan I
(Gambar ………)
PASAL 5
KELENGKAPAN TOWER

5.1 Penghalang panjat (Anti Climbing Device)


Dipasang pada tower section pertama yang berfungsi untuk mencegah orang/umum memanjat
tower. Pasangan penghalang panjat dipasang melingkari body tower dengan type tanduk
seperti pada gambar…….

5.2 Tangga Panjat (Step Bolt)


Dipasang pada dua sisi diagonal batang utama tower yang berfungsi sebagai sarana petugas
pemeliharaan memanjat tower seperti pada gambar…….

5.3 Pelat Nomor Tower dan Fasa


Dipasang pada dua sisi tower depan dan belakang yang berfungsi sebagai sarana informasi
Nomor urut tower dan Konfiguras fasa dengan ukuran seperti pada gambar…….Material yang
dipergunakan adalah pelat alumunium tebal 2 mm.

5.4 Pelat Tanda Bahaya


Dipasang pada dua sisi tower depan dan belakang yang berfungsi sebagai sarana informasi
tanda bahaya dengan ukuran seperti pada gambar…….Material yang dipergunakan adalah
pelat alumunium tebal 2 mm.

5.5 Tanda Khusus (Aircraft Traffic Sphere and or Lighting)


Kelengkapan tambahan yang dipasang pada tower, kawat tanah dan konduktor yang berfungsi
sebagai tanda khusus apabila diperlukan.
Bola tanda pengaman (Aircraft Traffic Sphere) terbuat dari bahan fiber dengan lapisan
fluorescent yang dapat memantulkan sinar. Peralatan ini dipasang pada kawat tanah atau
konduktor jalur SUTT atau SUTET yang melintas dekat bandar udara atau sungai, teluk, laut
dan sebagainya.

PASAL 6
SYARAT PENGUJIAN

6.1 Persyaratan Mill Certificate Material


Setiap material yang digunakan untuk struktur tower rangka baja harus dilengkapi dengan Mill
Certificate Material dari supplier / pemasok yang dikeluarkan oleh Lembaga atau Institusi
reputable yang independen.

6.2 Persyaratan Sample Test Material


Setiap material yang digunakan untuk struktur tower rangka baja harus diambil sample secara
acak untuk dilakukan test material pada Lembaga atau Institusi reputable yang independen.
Jenis test yang dilakukan meliputi :
• Uji Tarik
• Uji Kelenturan

6.3 Persyaratan Assembly Test


Satu dari setiap type tower yang sudah diproduksi lengkap harus dilakukan assembly test
sebelum dilakukan galvanisasi.

6.4 Persyaratan Loading Test


Loading test dilakukan setelah Assembly Test dilaksanakan untuk type tower yang telah
disepakati.
Persyaratan Loading Test mengacu pada IEC Publication 652, 1979-Loading Test on Overhead
Line Towers.
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES

(TPG)
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEE

Foundation - Minimum Safety Factor

The safety factor of foundation for sliding stability 1.5

The safety factor of foundation for overturning stability 2.0

The safety factor of foundation for Uplift 1.5

Design structures reinforce concrete 1.1

Bearing capacity for shallow foundation 3.0

Bearing capacity for deep foundation :


Friction of pile 5.0
Point bearing capacity of pile 3.0

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEE
Foundation - Design

FOUNDATION CLASS 1 2 3 4 5 6 7

Block or
Concrete Pad Concrete Pad Concrete Pad Raft Enlarge Concrete Pad
Foundation Types Anchor Pile Foundation
& Chimney & Chimney & Chimney Pad & Chimney & Chimney
Foundation
Normal soil Bad soil Normal soil
Homegeneous Very bad soil
Approximate soil/rock description Very Good Soil Good Soil condition no condition no condition with
rock condition
ground water ground water ground water

Allowable bearing capacity (kg/cm 5 > σ ≥ 2.50 2.5 > σ ≥ 1.2 1.2 > σ ≥ 0.7 σ>5 0.7 > σ ≥ 0.5 σ < 0.5 5 > σ ≥ 0.5

o
15o 10o
o
Design Uplift frustrum angle 20 - 0 0o 0o

Subject to Subject to Subject to Subject to Subject to Subject to Subject to


Soil parameters detailed soil detailed soil detailed soil detailed soil detailed soil detailed soil detailed soil
investigation investigation investigation investigation investigation investigation investigation

Soil/rock unit weight kg/m3 1600 1600 1600 **) 1950 / 950 *) 1950 / 950 *) 950 *)

Below Below Below Below Above


Water table foundation foundation foundation foundation Variable Variable foundation
level level level level level
3
Concrete unit weight kg/m 2400 2400 2400 2400 2400 / 1400 *) 2400 / 1400 *) 1400 *)

Notes : 1. *) Used when calculation counter weight against uplift force


2. **) Rock anchor shall be used against uplift force
3. Application of soil investigation data obtained from Dutch Cone Penetrometer Test,
shall be deducted using a reduction factor of 20-40, subject to Engineers approval.

Holil Muhamad
TPG MAXIMUM LOAD ACTING ON FOUNDATION

Moment Horizontal Force Safety


Vertikal Force ( Kg )
No. Type Tower (Kgm) ( Kg ) Factor
Mx My Compression Up-Lift T - Shear L - Shear ( sf )
Type Tower
1 AA - - 60722 48087 4505 6806 1.5
2 BB - - 85054 71932 10120 10170 1.1
3 CC - - 102946 84743 15508 14695 1.5
4 DD - - 156447 134137 25666 22829 1.5
5 DDR - - 156447 134137 25666 22829 1.5
6 EE - -

Note : Maximum Load Acting on the Foundation included safety factor

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES
Steel Tower
NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE

Standard Design Standard Design

A. General Design Conditions


a. Voltage kV 150 150
b. Number of circuit 2 2
c. Basic Span m 350 350
d. Loading Span
- Wind Span
All towers
- Normal working m 500 500
- Broken wire m 400 400
- Weight Span
Suspension Tower
- Normal working m 700 700
- Broken wire m 400 400
Tension Tower
- Normal working m 700 700
- Broken wire m 400 400
e. Conductor mm² 2 x ACSR 429/57 mm²( Zebra) 2 x ACSR 429/57 mm²( Zebra)
f. Maximum Working Tension (T) per Conductor kg 3400 3400
g. Ground Wire mm2 GSW 55 mm² and OPGW 70 mm² GSW 55 mm² and OPGW 70 mm²
h. Maximum Working Tension (T) ground wire kg 1400 1400

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES
Steel Tower
NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE

B. For wind loading conditions the following shall be applied

0
B.1 Temperature of Conductor C

a. Highest Temp. 80 for ACSR 80 for ACSR


27
b. Average Temp. 27
10
c. Lowest Temp. 10

B.2 Wind Pressure kg/mm2 TWR Std TWR Std

a. Conductors and Groundwires, on the projected 40 40


area of each of them

b. Insulator strings, on the projected of each area of 60 60


them

c. Tower, on 1.5 times the projected area of 120 120


members of one side

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES

Steel Tower
NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE

C. Tower Design Details


C.1 Minimum thikcness of members before galvanizing
a. Main angle members mm 5 5
b. Secondary members mm 4 4
c. Secondary unstressed members mm 4 4
d. Gusset plate mm 4.5 4.5
C.2 Minimum diameter of bolts mm 16 16
Number of immersions in
C.3 Minimum zinc mass
uniformity test Number of immersions in uniformity test
2
a. members g/m 800 600
2
b. bolts, nuts, washwer g/m 550 350
C.4 Slenderness ratio
a. Tower legs & main members in cross arm and
groundwire peaks 120 120
b. All other compression members 200 200
c. Sceondary members for reinforcement of
compression members 250 250
d. Tension members 400 400
C.5 Safety factor
a. Against normal loading conditions 1.5 1.5
b. Against broken wire conditions 1.1 1.1

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES

Steel Tower
NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE

D. Clearance
These clearance will be maintained for the line
conditions corresponding at 800C for ACSR (max.
conductor temp.)

D.1 Minimum Vertical Clearance


15 15
a. Above normal ground, open and agricultural land m
15 15
b. Above pedestrian access m
15 15
c. At main roads crossing m
4.5 4.5
d Above trees m
4.5 4.5
e At power circuit crossing regardless the voltage m
from shield wire

f At telephone line crossing m 4 4


15 15
g Urban/inhabitat area m
40 40
h Above big river crossing ( min ) m

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES

Steel Tower

NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE

E. Materials for Supports

Standard Steel materials JIS 3101 JIS 3101

SS 400 SS 540

Minimum tensile strength kg/m2 4000 5400


2
Minimum yield strength kg/m 2450 4000

Minimum elongation on 200 m % 17 13

Minimum bending diameter 1.5 x t 2.0 x t

(expressed as a function of thickness)

Maximum working stresses :

- Tensile stress kg/m2 Confirm to ASCE 10


2
- Compressive stress kg/m Confirm to ASCE 10
2
- Shears stress kg/m Confirm to ASCE 10

Galvanizing :

- Minimum quantity of zinc coating g/m2 600

Minimum number of uniformity As Per ASTM A123

(minutes x time )

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES

Steel Tower

NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE

F. Clearance Internal to Lines


The configuration of double and four circuit towers
will take into account the following internal clearance

F.1 Groundwire
a. Number per tower 2 2
b. Shield angle (max) deg. 15 15

F.2 Distance between tower arm and jumper m 1.9 1.9

F.3 Maximum allowable swing angle


a. Suspension deg. 40 40
b. Tension (jumper) deg. 20 20

F.4 Normal insulation spacing m 1.8 1.8

F.5 Minimum insulation spacing m 1.3 1.3


(under swing condition)

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES

Steel Tower

NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE

G. Tower Earthing

G.1 Terminals and earthing angles for counterpoise wire

a. Terminals

- Manufacturer's name Local

- Meterials Copper

- Type Terminal Cable Ф 70

b. Earthing angle
PT. CITRAMASJAYA TEKNIKMANDIRI
- Manufacturer's name

- Materials L 50 X L 50 X 5

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES

Steel Tower

NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE

G.2 Counterpoise wire (galvanized steel wire)

a. Manufacturer's name

b. Materials

c. Classification

d. Construction of wire (number/diameter)

e. Direction of stranding of outermost layer

f. Length of one wire m

- Tolerance in length %

g. Ultimate breaking strength kg

h. Component iron wire

- Diameter mm

- Tolerance in diameter mm

- Minimum breaking strength kg

- Minimum number of twisting times

- Minimum weight of zinc coating g/m2

Holil Muhamad
TECHNICAL PARTICULARS AND GUARANTEES
Steel Tower
NO. DESCRIPTION UNIT REQUIRED PROPOSED AND GUARANTEE
AA BB CC DD DDR EE AA BB CC DD DDR EE
Double Double Double Double Double Double
1. Type ofinsulator set
Sespension Tension Tension Tension Tension Tension
2. Maximum angle of deviation deg 3 20 40 60 60 90
3. Basic span m 350 350 350 350 350 350
o
4. Sag of line conductor in basic span at 150 C m
5. Maximum distance of line conductor below cross arm m
6. Height above ground of buttom conductor cross arm m
7. Minimum height of earth conductors above upper line
conductor at tower m 2.9 4.1 4.1 4.1 4.1
8. Vertical spacing between conductors at tower
- Minimum m
- Actual m 4.7 4.3 4.3 4.3 4.3
9. Overall tower height m 35.3 33.7 33.7 30.4 304
10. Clearance between conductors of one circuit and tower
climbing leg of the other circuit :
- Minimum m
- Actual m
11. Horizontal distance from tower centre line of earth conductor m 2.867 3.4 4.065 3.6 3.6
12. Longitudinal dimension of tower body at cross arm level m 1.291 1.7 2 2.192 2.192
13. Overall tower base dimension at ground line (transverse x
longitudinal) :
- Maximum for standard height tower
- Actual for stndard height tower m 5.411 6.71 7.838 8.03 8.03
14. Mass of complete tower above ground line 7546 10081 12940 16542 17600
15. Mass of tower above ground line
- - 3 meter tower kg 6753 9004 11536 15117 16154
- ± 0 meter kg 7546 10081 12940 16542 17600
- + 3 meter tower kg 8330 11476 14835 18498 19535
- + 6 meter tower kg 9200 12640 16606 19992 21028
- + 9 meter tower kg 10171 14375 19083 22120 23157
- + 12 meter tower kg
- + 15 meter tower kg

Holil Muhamad
FOUNDATION SCHEDULE
Daya Dukung Sudut Muka Air
Kedalaman Kelas
No Tower ID Type Tower Tanah Geser Tanah Catatan
Tanah Keras Pondasi
(Kg/cm²) (derajat) (m)

1 T.01 DDR6+3 3.00 0.90 11 5.50 3

2 T.01A AA6+3 2.80 0.80 12 5.00 3

3 T.02 AA6+3 3.40 2.00 17 3.00 2

4 T.03 AA6+9 3.50 1.10 0 1.00 7

5 T.03A AA6+9 3.20 1.00 0 1.50 7

6 T.04 AA6+12 3.20 0.90 0 0.80 7

7 T.05 AA6+9 3.60 1.80 18 3.00 2

8 T.06 AA6+9 7.00 85 / 110 0 1.75 6

9 T.07 AA6+12 6.60 75 / 120 0 1.50 6

10 T.08 AA6+9 7.00 80 / 115 0 1.60 6

11 T.09 BB6+12 7.40 80 / 105 0 1.00 6

Holil Muhamad
Indication of legs
WT = WEIGHT SPAN CONTRACT : 150/20 kV 150/PLN-TJS/LINES AND SUBS-01, DATE MARCH 28, 2013
D C
PT. TATA JABAR SEJAHTERA PROJECT : KBI 150 kV PLN SUPPLY - TRANSMISSION LINE AND SUBSTATIONS
WD = WIND SPAN CONDUCTOR : 2 x ACSR 435/56 mm² (ZEBRA)

RASIO WT/WD = 0,5 - 1,5 EARTH WIRE : OPGW 70 mm²

PT KEMBAR ABADI PRIMA CONTRACTOR DWG NO : PLN DWG NO : REVISION NO : 0


A B
069-KAP-TJS-TL-TS-01-01 420015-TJSKAP-L-069-TS-01-01 DATE :

GROUND SPAN
ANGLES FOUND. ACT. SPAN PROGRESSIVE CONDITION OF AREA
TOWER LEVEL
NO. TOWER NUMBER TOWER TYPE CLASS DISTANCE WEIGHT WIND CROSSING REMARKS TOWER
HIGHT WT/WD
APPR LOCATION
° " ' L/R (M) (M) (M) (M) (M) village sub-district district

T. 29 Ext. AA + 3 2 7 16 R 20,649
443.306 rice field
1 T. 30 X DDRS6 + 12 75 40 48 R 1 20,520 443.306 31.922 407.985 413.290 0.987 rice field CURUG KLARI KARAWANG
highway, OHL 70 kV, MV 20 kV, rice field
383.273
+17m T30X
2 T. 30 A 4BBX6 + 9 4 00 6 R 1 19,685 826.579 29.506 390.817 354.996 1.101 rice field CURUG KLARI KARAWANG
326.719 T.30A Lower CCT OHL 70 kV, rice field
3 T. 31 A (Upper) 4DDRS6 + 6 26 4 9 L 2 20,315 1,153.298 30.092 339.311 365.432 0.929 rice field CURUG KLARI KARAWANG
404.144
20,113

T. 33 Ext. AA ± 0 3 10 3 L 20,185
363.676 rice field
4 T. 32 X DDR6 + 12 56 45 22 L 1 19,969 363.676 31.922 430.807 389.500 1.106 rice field CURUG KLARI KARAWANG
415.323 OHL 70 kV, rice field
5 T. 32 A 4BBX6 + 6 0 14 43 L 1 19,505 778.999 29.506 458.028 398.125 1.150 rice field CURUG KLARI KARAWANG
380.927 T.32A Lower CCT OHL 70 kV, rice field
3 T. 31 A (Lower) 4DDRS6 + 6 63 38 55 L 2 20,520 1,159.926 30.092 332.129 392.536 0.846 rice field CURUG KLARI KARAWANG
404.144 rice field, Kebun, road, MV 20 kV
6 T. 31 B 4AA6 + 12 1 23 36 R 1 19,685 1,564.070 30.032 426.047 397.462 1.072 rice field CURUG KLARI KARAWANG
390.779 rice field, road
7 T. 31 C 4BB6 + 9 8 40 9 L 2 20,315 1,954.849 29.536 379.061 395.575 0.958 rice field CIMAHI KLARI KARAWANG
400.370 rice field
8 T. 31 D 4AA6 + 9 1 01 6 L 2 20,113 2,355.219 26.880 403.849 400.188 1.009 rice field CIMAHI KLARI KARAWANG
400.005 rice field
9 T. 31 E 4AA6 + 9 0 23 54 R 1 20,185 2,755.224 27.540 401.616 401.003 1.002 rice field CIMAHI KLARI KARAWANG
402.000 rice field, road
10 T. 31 F 4DD6 + 9 50 11 21 R 1 3,157.224 28.000 286.450 353.053 0.811 rice field CIMAHI KLARI KARAWANG
MV 20 kV, rice field, road, river, water
304.105
treatment Bukit Indah
11 T. 31 G 4EE6 + 6 80 44 35 R 1 3,461.329 48.590 398.066 317.053 1.256 KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
savanna
330.000 savanna
Bukit Indah
12 T. 31 H 4AA6 + 3 1 19,969 3,791.329 47.812 286.246 330.014 0.867 KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
savanna
330.028 tree, savanna
13 T. 31 I 4CC6 + 12 37 18 56 L 2 19,505 4,121.357 47.578 428.686 364.199 1.177 savanna KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
398.369 savanna
14 T. 31 J 4BB6 + 12 13 45 29 L 6 16,989 4,519.726 36.397 333.716 395.166 0.844 savanna KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
tree Sengon, BTS to center = 47,546
391.962
meter
15 T. 31 K 4AA6 + 12 1 20,692 4,911.688 45.387 419.013 381.685 1.098 savanna KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
371.408 savanna
16 T. 31 L 4BB6 + 9 10 58 40 L 2 19,467 5,283.096 45.452 361.701 367.091 0.985 savanna KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
362.774 savanna
17 T. 31 M (Lower) 4BB6 + 9 5 14 50 R 2 19,340 5,645.870 44.192 403.816 352.896 1.144 savanna KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
343.017 savanna
18 T. 31 N DDR6 - 3 8 53 59 R 2 18,988 5,988.887 40.021 savanna KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
50.000
GANTRY TATA JABAR SUBSTATION
6,038.887 40.310 KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
371.408

362.774
17 T. 31 M (Upper) 4BB6 + 9 13 17 26 R 2 430.654 350.850 1.227 KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
19,043 44.192
338.925 savanna
19 T. 31 O DDR6 + 3 0 05 23 R 2 19,187 338.925 40.430 PLOT savanna KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG
50.000
GANTRY TATA JABAR SUBSTATION
388.925 40.620 KALIURIP CIKAMPEK KARAWANG

Holil Muhamad
INHOUSE TRAINING
PT JAYA CM
A. PENGENALAN
B. SURVEY & PERENCANAAN
C. PELAKSANAAN

JALUR TRANSMISI PLN
Citra Dream, 28 Juni 2018
by. Holil Muhamad
INHOUSE TRAINING
PT JAYA CM

A. PENGENALAN

JALUR TRANSMISI PLN
Citra Dream, 28 Juni 2018
by. Holil Muhamad
DAFTAR ISI
A.  PENGENALAN
1. Definisi Transmisi
2. Fungsi Transmisi
3. Jenis Transmisi
4. Material dan Peralatan
5. Type Tower Sesuai Besarnya Sudut Jalur Transmisi
6. Type Tower Sesuai Konduktor yang digunakan
7. Ketinggian Tower
8. Penampang Memanjang Ruang Bebas
9. Penampang Melintang Ruang Bebas Dua Sirkuit
10. Penampang Melintang Ruang Bebas Satu Sirkuit
11. Pondasi Tower
12. 12 Tahapan Pekerjaan Jalur Transmisi PLN
13. Gambar Tower, Konduktor dan Perlengkapan

B.  SURVEY DAN PERENCANAAN
1. Pekerjaan Survey Tophografi
2. Pekerjaan Survey Soil Test (Penyelidikan Tanah)
3. Pekerjaan Survey Jalur dan Titik Tower terkait Pembebasan Lahan
4. Perencanaan Tower Schedule
5. Pengajuan Design Tower yang akan digunakan
6. Perencanaan / Design Kelas Pondasi.
7. Perencanaan Foundation Schedule 
DAFTAR ISI
8.         Approval Material ME
9.         As‐Built Drawing.

C. PELAKSANAAN
C1. Pelaksanaan Pekerjaan Sipil
1. Setting Out Titik Tower (sesuai final design)
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pemasangan (Instal) Tower
4. Pemasangan Perlengkapan Tower
5. Pekerjaan Finishing

C2. Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal


1. Pemasangan Perlengkapan Listrik
2. Pemasangan Konduktor
3. Pekerjaan Stringging
4. Testing & Commissioning
5. Energizing

D.  LAMPIRAN 
1. SNI 04‐06918‐2002 (Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada SUTT & SUTET)
2. Bahan Diklat PLN Bogor (SUTT & SUTET)
3. SPL SUTT & SUTET (Draft 2009)
4. Technical Particular Guarantues (TPG)
5. Gambar
1.  DEFINISI TRANSMISI
Dalam kontek pembahasan ini, yang dimaksud transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi
listrik khusus untuk tegangan tinggi dan ekstra tinggi (70 kV, 150kV, 275kV dan 500kV) yang
umumnya saat ini dipakai di Indonesia, terutama untuk jalur transmisi Pemerintah dalam hal ini
Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Dalam satu saluran jalur transmisi bisa terdiri dari:
 1 (satu) circuit
 2 (dua) circuit dan
 4 (empat) circuit
Dimana dalam 1 circuit terdiri dari 3 phase (R S T)

2.  FUNGSI TRANSMISI
Sebagaimana disebutkan dimuka bahwa transmisi tenaga listrik benfungsi untuk menyalurkan
energi listrik dari suatu tempat ketempat lainnya, yang meliputi:
 Berfungsi menyalurkan energi listrik dari pembangkit listrik ke gardu induk.
 Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
 Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tower yang digantung menggunakan
isolator dengan sistem tegangan tinggi.

By Holil Muhamad
SKEMATIK PENDISTRIBUSIAN

By Holil Muhamad
3. JENIS TRANSMISI
 Berdasarkan Tegangan:
 SUTUT (Saluran Udara Ultra Tinggi) >750 kV
 SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) 275 – 500 KV
 SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) 70 – 150 KV

 Berdasar media isolasi:
 Saluran udara
 Saluran kabel (isolasi XLPE “Cross‐Linked Poly Ethylene” maupun isolasi minyak kertas)
 Saluran Gas (GIL “Gas Insulated Line”) menggunakan SF6 “Sulfur HexaFluoride” sebagai
media isolasi

 Berdasarkan kepemilikan / investor


 Pembangkit dan Jaringan dibangun PLN, dioperasikan oleh PLN
 Pembangkit dibangun serta dikelola oleh Swasta dan Jaringan dibangun oleh Swasta
tetapi dikelola oleh PLN  T/L Keban Agung – Lahat (PT Priamanaya)
 Pembangkit dan Jaringan dibangun serta dikelola oleh Swasta, powernya digunakan
sendiri dan dijual untuk Industri  T/L Cikarang Listrindo
 Pembangkit dan Jaringan dibangun serta dikelola oleh Swasta, powernya digunakan
sendiri oleh swasta dan masyarakat sekitarnya  T/L PT INCO Sorowako Sualwesi

By Holil Muhamad
4. MATERIAL & PERALATAN

 TOWER  APD
 KONDUKTOR  WINCH
 GROUND WIRE  STEEL GIN POLE
 ISOLATOR  ALAT STRINGING
 TENSION CLAMP  NYLON ROPE
 SUSPENSION CLAMP  DERRICK GUYS
 COMPRESSION JOINT  STAKES
 SPACER  SNATCH BLOCK
 DAMPER  DLL
 ARMOR ROD
 PENTANAHAN TOWER
 REPAIR SLEEVE
 BOLA PENGAMAN
 LAMPU AVIASI
 ARCHING HORN
5. TYPE TOWER SESUAI BESARNYA SUDUT 
JALUR  TRANSMISI

Tipe Tower Sudut


AA (suspension) 0° ‐ 3°
BB (tension) 3° ‐ 20°
CC (tension) 20° ‐ 40°
DD (tension) 40° ‐ 60°
EE (tension) 60° ‐ 90°

By Holil Muhamad
6. TYPE TOWER SESUAI KONDUKTOR YANG DIGUNAKAN
7.  KETINGGIAN TOWER
 AA6 -3, AA6 +0, AA6 +3, AA6 +6, AA6 +9,
AA6 +12, AA6 +15

 BB6 -3, BB6 +0, BB6 +3, BB6 +6, BB6 +9,
BB6 +12, BB6 +15

 CC6 -3, CC6 +0, CC6 +3, CC6 +6, CC6 +9,
CC6 +12, CC6 +15

 DD6 -3, DD6 +0, DD6 +3, DD6 +6, DD6 +9,
DD6 +12, DD6 +15

 DDR6 -3, DDR6 +0, DDR6 +3, DDR6 +6,


DDR6 +9, DDR6 +12,

 EE6 -3, EE6 +0, EE6 +3, EE6 +6, EE6 +9,
EE6 +12, EE6 +15

 AA6 +6 (+1, +2, -1, 0)  spesial


design
By Holil Muhamad
8. PENAMPANG MEMANJANG RUANG BEBAS
9. PENAMPANG MELINTANG RUANG BEBAS DUA SIRKUIT
10. RUANG BEBAS SUTT 275kV DAN 500kV SATU SIRKUIT
11. PONDASI TOWER
 Pondasi tower umumnya menggunakan Pondasi Telapak yang terpisah antara keempat kakinya
dan biasanya tidak dihubungkan dengan sloop (tie beam).
 Bila tanah keras berada pada lapisan tanah yang cukup dalam, maka pondasinya bisa
menggunakan bore pile (jarang sekali menggunakan tidang pancang) atau bisa juga
menggunakan Raft Foundation.
 Berbeda dengan tower BTS, sambungan tower ke pondasi tidak menggunakan angkur tetapi
menggunakan STUB.

12.  TAHAPAN PEKERJAAN T/L PLN
 PEKERJAAN SURVEY
 PEKERJAAN PERENCANAAN
 PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI
 PEMASANGAN TOWER 
 PEMASANGAN INSTALASI ME
 TESTING
 ENERGIZING

By Holil Muhamad
13. GAMBAR TOWER, KONDUKTOR 
DAN PERLENGKAPANNYA
GAMBAR SINGLE LINE TOWER By Holil Muhamad
Gambar Kabel

AAAC ACSR
Gambar Konduktor
KAWAT GROUNDING

GSW 
Pemasangan GSW pada tower
(Galvanized Steel Wire)
Spacer untuk 2 konduktor Spacer untuk 4 konduktor
Penyambungan konduktor

Arching Horn
Kawat Grounding BC 
(Bare Copper)

Pemasangan Grounding Tower
A. Engine Winch
INHOUSE TRAINING
PT JAYA CM

B. SURVEY & PERENCANAAN

JALUR TRANSMISI PLN
Citra Dream, 28 Juni 2018
by. Holil Muhamad
DAFTAR ISI
A.  PENGENALAN
1. Definisi Transmisi
2. Fungsi Transmisi
3. Jenis Transmisi
4. Material dan Peralatan
5. Type Tower Sesuai Besarnya Sudut Jalur Transmisi
6. Type Tower Sesuai Konduktor yang digunakan
7. Ketinggian Tower
8. Penampang Memanjang Ruang Bebas
9. Penampang Melintang Ruang Bebas Dua Sirkuit
10. Penampang Melintang Ruang Bebas Satu Sirkuit
11. Pondasi Tower
12. 12 Tahapan Pekerjaan Jalur Transmisi PLN
13. Gambar Tower, Konduktor dan Perlengkapan

B.  SURVEY DAN PERENCANAAN
1. Pekerjaan Survey Tophografi
2. Pekerjaan Survey Soil Test (Penyelidikan Tanah)
3. Pekerjaan Survey Jalur dan Titik Tower terkait Pembebasan Lahan
4. Perencanaan Tower Schedule
5. Pengajuan Design Tower yang akan digunakan
6. Perencanaan / Design Kelas Pondasi.
7. Perencanaan Foundation Schedule 
DAFTAR ISI
8.         Approval Material ME
9.         As‐Built Drawing.

C. PELAKSANAAN
C1. Pelaksanaan Pekerjaan Sipil
1. Setting Out Titik Tower (sesuai final design)
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pemasangan (Instal) Tower
4. Pemasangan Perlengkapan Tower
5. Pekerjaan Finishing

C2. Pelaksanaan Pekerjaan Elektrikal


1. Pemasangan Perlengkapan Listrik
2. Pemasangan Konduktor
3. Pekerjaan Stringging
4. Testing & Commissioning
5. Energizing

D.  LAMPIRAN 
1. SNI 04‐06918‐2002 (Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada SUTT & SUTET)
2. Bahan Diklat PLN Bogor (SUTT & SUTET)
3. SPL SUTT & SUTET (Draft 2009)
4. Technical Particular Guarantues (TPG)
5. Gambar
B. PEKERJAAN PERENCANAAN
Pekerjaan Perencanaan meliputi al :
 Pekerjaan Survey Tofografi & Soil Test)
 Pekerjaan Penyelidikan Tanah (Soil Test)
 Pekerjaan Survey Jalur dan Titik Tower terkait Pembebasan Lahan
 Perencanaan Tower Schedule
 Pengajuan Design Tower yang akan digunakan
 Perencanaan / Design Kelas Pondasi.
 Perencanaan Foundation Schedule 
 Approval Material ME
 As‐Built Drawing

B1. PEKERJAAN SURVEY TOPHOGRAFI
Survey Tophografi dimaksudkan untuk mendapatkan Peta Situasi Tanah sepanjang Jalur
Transmisi berupa gambar denah (horizontal alignment) dan gambar potongan (vertical 
alignment)
Gambar potongan terdiri dari longitudinal section dan cross section
Dari gambar diatas dibuat Tower Schedule (Tabel type tower)
Pendataan kepemilikan tanah dan data kawasan berupa tanaman / pohon serta bangunan dll
sepanjang Jalur Transmisi.

By Holil Muhamad
B2. PEKERJAAN SURVEY SOIL TEST
Pekerjaan Survey Soil Test Jalur Transmisi PLN biasanya meliputi :
 Pekerjaan Test Sondir, dilakukan pada setiap Titik Tower sampai mencapai tanah keras dengan
nilai qc > 150 atau sampai kedalaman 40 m.
 Pekerjaan pengeboran, biasanya dilakukan sebanyak 10% dari jumlah titik tower  dengan
prioritas dilaksanakan pada titik tower tension (tower sudut).
 Pengeboran dilakukan sampai mencapai tanah keras dengan nilai SPT > 60 atau sampai
kedalaman 40 m, saat pengeboran diambil sample dan SPTnya serta diambil data setiap
lapisan tanah untuk dibuatkan boring lognya
 Dilakukan Test Laboratorium dari setiap sample tanah (UDS)

B3. SURVEY JALUR DAN TITIK TOWER
Pekerjaan Survey Jalur & Titik Tower meliputi:
 Pengecekan terhadap semua route SUTT, terutama pada lokasi tanah yang akan
ditempati masing‐masing pondasi tower.
 Inventarisasi pohon/ tanaman/ bangunan yang akan ditempati tapak tower, di 
sekeliling tapak tower jalan masuk menuju tapak tower dan sepanjang Koridor Jalur
Transmisi
 Persiapan administrasi (terutama non teknis) yang terkait dengan masyarakat
sekitarnya.
 Pemilihan Lokasi Direksi Keet dan gudang lapangan, jalan akses untuk mobilisasi 
peralatan kerja dan mobilisasi material.

By Holil Muhamad
B4. PERENCANAAN TOWER SCHEDULE

SURVEY  1. PETA TOPOGRAFI
TOPOGRAFI 2. LONG PROFIL
3. CROSS SECTION
NO

1. CEK LAHAN 1. DESIGN JALUR
2. CEK SAGING &  2. DESIGN TYPE & 
CLEARANCE
YES TINGGI TOWER

TOWER 
SCHEDULE
FINISH
By Holil Muhamad
TOWER SCHEDULE

By Holil Muhamad
B5. Pengajuan Design Tower
Pengajuan Design Tower ada dua pilihan yaitu :
1. Menggunakan design tower existing
2. Menggunakan design tower baru

B5.1 Menggunakan Design Tower Existing B5.2 Menggunakan Design Tower Baru


NO

SINGLKE LINE &  PENGAJUAN 
GAMBAR  1. CEK MATERIAL CLEARANCE  APPROVAL KE 
2. DESIGN
REFERENSI 3. SHOP DRAWING DIARAM PLN

NO NO YES
PENGAJUAN 
APPROVAL KE PLN PENGAJUAN  1. CEK MATERIAL
APPROVAL KE PLN 2. DESIGN
3. SHOP DRAWING
YES YES NO 

FABRIKASI SAMPLE  FABRIKASI SAMPLE   YES  MASS 


MASS 
TOWER TOWER & 
& TRIAL ASSEMBLY PRODUCTION DESTRUCTION  PRODUCTION
TEST

By Holil Muhamad
B6. Design Kelas Pondasi

NO

SPESIFIKASI TEKNIS  SUPPORT 
(TPG) REACTION & TYPE 
TOWER
NO YES

PENGAJUAN  1. DESIGN
APPROVAL KE PLN 2. SHOP DRAWING

YES                                   

FINISH
6.1 PEMBAGIAN KELAS PONDASI
Pemilihan Kelas Pondasi ditentukan oleh :
 Daya Dukung Tanah & Kedalamannya
 Permukaan Air Tanah
 Sudut Geser (Frustrum Angle)
KELAS
1 2 3 4 5 6 7
PONDASI
Raft
Concrete Concrete Concrete Block or Concrete
TYPE Enlarge Pile
Pad & Pad & Pad & Anchor Pad &
PONDASI Pad & Foundation
Chimney Chimney Chimney Foundation Chimney
Chimney

Normal soil Bad soil Normal soil


Very bad
Very Good condition Homogeneous condition condition
TYPE SOIL Good Soil soil
Soil no ground rock no ground with ground
condition
water water water

DAYA
0.7 > σ ≥ qc > 60
DUKUNG 5 > σ ≥ 2.5 2.5 > σ ≥ 1.2 1.2 > σ ≥ 0.7 σ>5 5 > σ ≥ 0.5
0.5 Fr > 100
TANAH

FRUSTRUM
20o 15o 10o - 0o 0o 0o
ANGLE
7. FOUNDATION SCHEDULE

SOIL TEST
1. SONDIR
2. BORING   

DAYA DUKUNG SETIAP SITE
1. qc & kedalamannya
2. Muka aair tanah

Approved  FOUNDATION 
Kelas Pondasi SCHEDULE

Approved  NO
Tower Schedule

YES PENGAJUAN 
FINISH APPROVAL KE PLN

By Holil Muhamad
7. Foundation Schedule

By Holil Muhamad
KETENTUAN – KETENTUAN DESIGN 
(Sesuai Draft SPLN TX.XXX‐X: 2009)
TYPE TOWER 150kV (bedasarkan sudut jalur)
Type Sudut Belok
NO keterangan
Tower Jalur
1 AA 0° - 3° Suspension
2 BB 0° - 20° Tension
3 CC 20° - 40° Tension
4 DD/R 40° - 60° Tension / Dead End
5 EE 60° - 90° Tension
TYPE TOWER 150kV
(berdasarkan jumlah dan luas penampang konduktor)
Type AA Type BB
Max Max
Sudut Luas Sudut Luas
Type Jumlah Working Type Jumlah Working
NO Belok Alumunium NO Belok Alumunium
Tower Konduktor Tension Tower Konduktor Tension
Jalur (mm2) Jalur (mm2)
(kg) (kg)
AA1 1 2700 152 BB1 1 2700 152
AA2 2 2700 241.68 BB2 2 2700 241.68

AA3 1 3400 428.9 BB3 1 3400 428.9

AA4 1 2400 241.68 BB4 1 2400 241.68


1 0° - 3° 2 0° - 20°
AA5 1 3400 282 BB5 1 3400 282

AA6 2 3400 428.9 BB6 2 3400 428.9

AA7 2 2400 241.68 BB7 2 2400 241.68

AA11 2 3400 510 BB11 2 3400 510


TYPE TOWER 150kV
(berdasarkan jumlah dan luas penampang konduktor)
Type CC Type DD/R
Max Sudut Max
Sudut Luas Sudut Luas
Jumlah Working Belok Jumlah Working
NO Type Belok Alumunium NO Belok Alumunium
Konduktor Tension Jalur Konduktor Tension
Tower Jalur (mm2) Jalur (mm2)
(kg) (kg)

CC1 1 2700 152 DD/R1 1 2700 152

CC2 2 2700 241.68 DD/R2 2 2700 241.68

CC3 1 3400 428.9 DD/R3 1 3400 428.9

CC4 1 2400 241.68 DD/R4 1 2400 241.68


3 20° - 40° 4 40° - 60°
CC5 1 3400 282 DD/R5 1 3400 282

CC6 2 3400 428.9 DD/R6 2 3400 428.9

CC7 2 2400 241.68 DD/R7 2 2400 241.68

CC11 2 3400 510 DD/R11 2 3400 510


TYPE TOWER 150kV
Type EE TOWER 150kV (bedasarkan jumlah & luas konduktor)
Luas
Sudut Belok Jumlah Max Working
NO Type Tower Alumunium
Jalur Konduktor Tension (kg)
(mm2)
EE1 1 2700 152
EE2 2 2700 241.68
EE3 1 3400 428.9
EE4 1 2400 241.68
5 60° - 90°
EE5 1 3400 282
EE6 2 3400 428.9
EE7 2 2400 241.68
EE11 2 3400 510
TYPE TOWER 275kV & 500kV
TOWER 275kV TOWER 500 kV
Max Max
Sudut Luas Type Sudut Luas
Type Jumlah Working Jumlah Working
NO Belok Alumunium NO Tower Belok Alumunium
Tower Konduktor Tension Konduktor Tension
Jalur (mm2) Jalur (mm2)
(kg) (kg)
1 AAE 0° - 5° 2 3400 428.9 4 2700 282
1 AAE 0° - 5°
4 3300 337.8
2 BBE 0° - 10° 2 3400 428.9 4 2700 282
2 BBE 0° - 10°
4 3300 337.8
3 CCE 10° - 30° 2 3400 428.9 4 2700 282
3 CCE 10° - 30°
4 3300 337.8
4 DDE 30° - 60° 2 3400 428.9 4 2700 282
4 DDE 30° - 60°
4 3300 337.8
5 EEE 60° - 90° 2 3400 428.9 4 2700 282
5 EEE 60° - 90°
4 3300 337.8
Terminal Terminal 4 2700 282
Tower Tower
6 FFE 2 3400 428.9 6 FFE tension 45°
tension 4 3300 337.8
45° entry entry
JARAK BEBAS MIN SUTT 70kV & 150kV

Jarak bebas min (m)


No. Uraian
70 kV 150 kV
1 Lapangan terbuka 6,5 7,5
2 Lalu lintas jalan/jalan raya 8,0 9,0
SUTT, SUTM, SUTR, saluran telepon, antene
3 3,0 4,0
radio, TV dan kereta gantung
4 Di atas bangunan tanpa atap tahan api 12,5 13,5
5 Di atas bangunan dengan atap tahan api 3,5 4,5
6 Pepohonan, hutan, perkebunan 3,5 4,5
7 Lapangan olah raga 12,5 13,5
8 Rel KA biasa. 8,0 9,0
Jembatan besi, rangka besi penahan
9 3,0 4,0
penghantar, kereta rel listrik
Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air
10 3,0 4,0
pasang tertinggi pada lalu lintas air.
BEBAN / TEKANAN ANGIN
SUTT 70 kV dan 150 kV
Tekanan angin tersebut dikenakan pada 1.5 kali bidang
Steel tower 120 kg/m2
permukaan tower.
Konduktor 40 kg/m2
Insulator 60 kg/m2

SUTET 275 kV
Tekanan angin tersebut dikenakan pada 1.5 kali bidang
Steel tower 235 kg/m2
permukaan tower.
Konduktor 106 kg/m2
Insulator 143 kg/m2

SUTET 500 kV
Tekanan angin tersebut dikenakan pada 1.5 kali bidang
Steel tower 403 kg/m2
permukaan tower.
Konduktor :112 kg/m2
Insulator : 63 kg/m2
JARAK ANTAR TOWER
Rentang
Rentang Berat (m) Rentang Angin (m)
No Tower Dasar
(m) Normal Broken Normal  Broken

1 66 Kv 300 600 300 400 300

2 150 kV 350 700 400 500 400


Tower gantung = 800 Tower gantung = 800
3 275 kV 400 Tower sudut = 1200 Tower sudut = 1200 500 375
Uplift condition = ‐800 Uplift condition = ‐800
(tower sudut saja ) (tower  sudut saja)
Tower gantung, tower Tower gantung, tower
sudut & tower ujung = sudut & tower ujung =
4 500 Kv 500 1500 1500 550 400
Uplift condition = ‐1000 Uplift condition = ‐1000
(tower sudut saja ) (tower sudut saja )
KELENGKAPAN TOWER

1. Penghalang Panjat (Anti Climbing Device)


2. Tangga Panjat (Step Bolt)
3. Pelat Nomor Tower (Number Plate)
4. Pelat Tanda Bahaya (Danger Plate)
5. Tanda Khusus (Aircraft Trafict Sphere or Lighting)

Anda mungkin juga menyukai