Anda di halaman 1dari 16

Peninggalan Pada Masa Pemerintahan Turki Utsmani,

Mughol, dan Syafawi

Nama : Zuhrah Putri Priyadi


Kelas : XI MIA 5
Guru Pembimbing : Roslina, S.Ag

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi


Tahun Ajaran 2020/2021
A. Peninggalan Pada Masa Pemerintahan Turki Utsmani
1. Istana Topkapi
Istana yang juga dikenal dengan sebutan masjid biru ini merupakan
kediaman resmi dan pusat pemerintahan Sultan Turki Usmani selama sekitar
400 tahun, yaitu dari 1465-1858. Istana Topkapi merupakan sebuah
kompleks yang terdiri atas empat halaman utama dan banyak bangunan
yang lebih kecil. Letaknya persis di tepi pantai di titik pertemuan antara
Selat Bosporus, Tanjung Tanduk Emas (Golden Horn) dengan Laut
Marmara. Topkapi dalam bahasa Turki adalah gerbang meriam.

Topkapi merupakan karya terbesar Kesultanan Turki Usmani. Dibangun


dengan arsitektur khas Turki yang mempunyai taman-taman indah yang
menghubungkan antara satu bangunan dengan lainnya. Taman-taman hijau
ini dipenuhi pepohonan yang rindang. Didirikan di atas lahan seluas 700
ribu meter persegi, Istana Topkapi mulai dibangun pada 1453 oleh Sultan
Mehmed II.

2. Istana Dolmabahce
Istana ini dibangun di Istanbul. Dolmabahce dibangun oleh Sultan Abdul
Mecid I pada 1843 hingga 1856. Pembangunan istana megah tersebut
diperkirakan menelan dana berupa lima juta koin emas Ottoman Mecidiye
atau setara dengan 35 ton emas.

Istana ini merupakan tempat tinggal enam khalifah Turki Usmani, yaitu
dari 1856, ketika pertama kali dihuni sampai berakhirnya era kekhalifahan
pada 1924. Khalifah yang terakhir tinggal di sini adalah Abdul Mecid
Efendi. Istana ini terdiri atas tiga bagian, yaitu mabeyn imperial (ruang
kenegaraan), muayede salon (hall upacara), dan imperial harem.

3. Istana Yildiz
Istana ini dibangun di sebuah hutam alam. Pada akhir abad ke-19, Sultan
Abd al-Hamid II meninggalkan Istana Dolmabahce dan tinggal di Istana
Yildiz. Keputusan untuk pindah ini karena kekhawatiran sultan akan
serangan musuh-musuh yang muncul dari arah lautan.

Setelah menempati Istana Yildiz, Sultan Abd al-Hamid II merenovasinya


dengan memperbesar bangunan megah ini. Untuk pekerjaan tersebut, ia
memercayakan kepada arsitek Italia, Raimondo D’Aronco. Setelah
direnovasi, Istana Yildiz bisa disejajarkan dengan istana-istana Turki
Usmani lainnya, seperti Istana Topkapi dan Dolmabahce.

4. Masjid Sultan Ahmed


Masjid ini dibangun antara tahun 1609 dan 1616 atas perintah Sultan
Ahmed I, yang kemudian menjadi nama masjid tersebut. Ia dimakamkan di
halaman masjid. Masjid ini terletak di kawasan tertua di Istanbul, di mana
sebelum 1453 merupakan pusat konstantinopel, ibu kota kekaisaran
Bizantin/Bizantium, yang berada di dekat situs kuno Hippodrome, serta
berdekatan juga dengan apa yang dulunya bernama Gereja Kristen
Kebijaksanaan Suci (Hagia Sophia) yang diubah fungsinya menjadi museum
dan sekarang kembali difungsikan sebagai masjid.

Jaraknya cukup dekat dengan Istana Topkapi, tempat kediaman para


Sultan Utsmaniyah sampai tahun 1853 dan tidak jauh dari pantai Bosporus.
Dilihat dari laut, kubah dan menaranya mendominasi cakrawala kota
Istanbul.

Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Biru karena warna cat
interiornya didominasi warna biru. Akan tetapi, cat biru tersebut bukan
merupakan bagian dari dekor asli masjid, maka cat tersebut dihilangkan.
Sekarang, interior masjid ini tidak terlihat berwarna biru.

Arsitek Masjid Sultan Ahmed, Sedefhar Mehmet Aga, diberi mandat


untuk tidak perlu berhemat biaya dalam penciptaan tempat ibadah umat
Islam yang besar dan indah ini. Struktur dasar bangunan ini hampir
berbentuk kubus, berukuran 53 kali 51 meter. Seperti halnya di masjid lain
pada umumnya, masjid ini diarahkan sedemikian rupa sehingga orang yang
melakukan salat menghadap ke kiblat (Makkah), dengan mihrab berada di
depan.

5. Masjid Raya Sulaimaniah


Masjid Raya Sulaimaniah adalah masjid yang dibangun oleh Dinasti
Utsmaniyah pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni yang terletak di bukit
ketiga di antara Tujuh Bukit, Kota Istanbul, Turki. Mulai pembangunan
sejak tahun 1550 dan selesai 1557 dengan arsiteknya Mimar Sinan.

Masjid Raya Süleymaniye atau Sulaimaniyah, dibangun atas perintah


Sultan Sulaiman Al-Qanuni/ Suleyman Agung), dan dirancang oleh arsitek
kekaisaran Mimar Sinan. Prasasti di utara masjid diukir dalam tulisan arab
atau kaligrafi Islam khat tsuluts pada tiga marmer bertuliskan 1550 dan
peresmian tahun 1557. Desain Masjid Süleymaniye merupakan representasi
sadar diri Suleyman tentang dirinya sebagai Solomon kedua. Ini terinspirasi
dari Kubah Batu, yang dibangun di situs Kuil Salomo.

B. Peninggalan Pada Masa Daulah Mughol


1. Benteng Agra
Benteng Agra, atau sering disebut juga Benteng Merah di Agra,
dibangun pada tahun 1573 di bawah pemerintahan Kaisar Akbar, salah
satu Kaisar terhebat dari Dinasti Islam Mughol.

Benteng Agra adalah sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO yang


terletak di Agra, India. Benteng ini juga disebut sebagai Lal Qila dan
Benteng Merah. Lokasinya adalah sekitar 2.5 km ke barat laut dari Taj
Mahal. Benteng ini lebih tepat disebut sebagai sebuah kota berdinding.

Benteng Agra adalah sebuah benteng paling penting di India.


Penguasa Mughal terkenal seperti Babur, Humayun, Akbar, Jehangir,
Shah Jahan dan Aurangzeb tinggal di sini, dan memerintah negara dari
sini. Pada masa itu, Di dalam benteng ini disimpan kekayaan negara.
Benteng ini juga pernah dikunjungi oleh duta negara asing, pelancong,
dan orang-orang penting.
2. Istana Jahangir
Istana Jahangir juga menjadi peninggalan Kesultanan Mughal yang
merupakan istana milik pangeran Salim, seorang putra dari Raja
Jalaludin Akbar dan Mariam-uz-Zamani. Nama istana yang berada di
Paryatan Bhawan, Orachha, tersebut diambil dari nama pangeran Salim
saat dewasa.

3. Istana Jodha Akbar


Istana Jodha Akbar berdiri di tengah istana Fatehpur Sikri, atau
dahulu bernama Fatehabad. Terletak 35 Km dari bangunan Taj Mahal.
Berada di Kota Agra, provinsi Uttar Pradesh, India.
Kota sekaligus istana ini dibangun di abad ke-15. Didirikan oleh
Kaisar Islam Mughol, generasi ke-3 bernama Abu'l-Fath Jalal ud-din
Muhammad Akbar akrab disapa Kaisar Akbar. Tak lain dan tak bukan
adalah suami dari Jodha Akbar.

Istana Jodha Akbar lebih dikenal sebagai Jodhbai’s Palace atau The
Shabistan-I-Iqbal.

4. Benteng Merah
Benteng Merah adalah sebuah komplek benteng abad 17 yang
dibangun oleh Kaisar Mughol, Shah Jahan di kota berdinding Delhi
Lama yang berfungsi sebagai kediaman para Kaisar Mughol.

Shah Jahan mendirikan benteng itu sekaligus berfungsi sebagai istana


dan taman. Usai kematian istrinya, Mumtaz Mahal, Sultan yang mulai
berkuasa tahun 1628, memindahkan pusat pemerintahannya dari Agra ke
Delhi. Ia pun kemudian membangun kota baru, Shahjahanabad (kini Old
Delhi), dan mendirikan istana barunya di kota yang terlatak di antara
Perbukitan Aravalli dan Sungai Yamuna.
Benteng Merah atau Red Fort atau Lal Qila ini dibangun selama 10
tahun dan kini terletak di jalan Netaji Subhash Marg dan Mahatma
Gandhi Marg di wilayah Kota Delhi. Dinamakan Benteng Merah karena
dinding raksasanya bermaterialkan batu pasir merah yang melingkupi
kedelapan sisinya. Dinding itu memanjang dari ujung kota Shahjanabad
dengan panjang seluruhnya 2,5 kilometer dan tinggi bervariasi antara 16
meter hingga 33 meter.

Benteng ini merupakan simbol kecemerlangan arsitektur dan


kekuasaan Dinasti Mughal. Bangunannya memperlihatkan hasil karya
seni tingkat tinggi peninggalan Kesultanan Mughal.

5. Taj Mahal
Taj Mahal adalah sebuah monumen yang terletak di Agra, India.
Dibangun atas keinginan Kaisar Mughol Shāh Jahān, anak Jahangir,
sebagai sebuah mausoleum (makam) untuk istri Persianya, Arjumand
Banu Begum, juga dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zamani atau Mumtaz
Mahal. Dibangun mulai 1632 hingga 1653.
Waktu itu, Shah Jahan menghadapi pemberontakan di Dataran Tinggi
Deccan. Dia bertarung bersama pasukan ketika Mumtaz meninggal.
Istrinya meninggal karena melahirkan anak ke-14 pada 1631. Kaisar
yang hatinya hancur lalu memilih mengasingkan diri selama setahun.

Ia dilaporkan muncul kembali saat rambutnya berubah jadi putih.


Dikatakan bahwa istrinya yang sedang sekarat meminta agar dia tidak
menikah lagi dan ingin dia dihormati dengan mausoleum (makam).

C. Peninggalan Pada Masa Daulah Syafawi


1. Jembatan Khaju
Jembatan Khaju adalah salah satu jembatan yang paling terkenal di
Isfahan, Iran yang dibangun kembali oleh Shah Abbas II berdasarkan
pada dasar-dasar jembatan yang lama sekitar tahun 1650 yang
mempunyai luas 23 m2 dengan panjang 105 meter dan lebar 14 meter.
Shah Abbas II sengaja membangun jembatan itu agar Isfahan, ibu kota
baru kesultanan Dinasti Safawi, dikenal luas. Shah memindahkan pusat
kesultanan ke kota yang terletak 340 kilometer di selatan Teheran itu
karena letak yang strategis, terlalui oleh Jalur Sutera.

Shah Abbas berpikir, dengan membangun tengaran semegah itu,


Isfahan akan langsung jadi buah bibir. Betapa tidak, setiap hari ada arus
besar para pedagang dan pelancong yang hilir mudik dari Asia ke Timur
Dekat dan sebaliknya. Praktis mereka akan berdecak kagum ketika
melintasi Jembatan Khaju yang dikonstruksi dengan teknologi baru pada
waktu itu.

2. Naqsh-e Jahan Square


Lapangan Naqsh-e Jehaan (Meidan Emam) terletak di pusat kota
Isfahan Iran adalah salah satu lapangan terbesar di dunia. Lapangan
seluas sembilan hektare ini dikelilingi oleh bangunan peninggalan Dinasti
Syafawi. Secara resminya dikenal sebagai Medan Imam, dahulu bernama
Medan Shah. Lapangan ini digambarkan pada sisi belakang uang 20.000
rial Iran. Area ini dibangun antara 1598 sampai 1629 dan menjadi saksi
akan kehidupan sosial dan budaya di Persia pada era Syafawi.

Lapangan ini berbentuk persegi panjang dengan panjang 560 meter


dan lebar 160 meter dengan posisi sejajar arah utara-selatan. Ini adalah
sistem pusat kota terbesar di dunia. Di sekelilingnya terdapat pasar,
majelis pengadilan, taman bermain dan dikelilingi bangunan monumental
seperti Istana Ali Qapu, Masjid dan Bazar Isfahan.

Bentuk bangunan disekitar lapangan terdiri dari dua lantai, framing


persegi dan saling terhubung. Misalnya, tambahkan pusat kota dan
bangunan sekitarnya menjadi ansambel tertutup yang dimaksudkan untuk
melambangkan hubungan antara ulama, penguasa dan perdagangan.
Lapangan terbuka biasa digunakan sebagai tempat pertemuan,
perdagangan, pengadilan serta untuk acara olahraga dan perayaan
keagamaan.

3. Sekolah Chahar Bagh


Sekolah Chahar Bagh adalah Salah satu mahakarya arsitektur dari
periode Syafawi akhir di Isfahan Ibukota Iran. Sekolah ini juga disebut
"Sekolah Soltani" dan "Sekolah Ibu".
Sekolah Soltani dibangun pada masa pemerintahan "Shah Sultan
Hussein Safavi" (1105-1135 H / 1694-1724 M) dan dinamai “Sekolah
Chaharbagh” karena terletak di Jalan Chaharbagh, Isfahan. Terdapat
kesalahan penyebutan nama pada sekolah ini yaitu "Madarshah" yang
artinya “Ibunya Raja”. Padahal tidak ada gelar yang disebut "Madarshah"
pada saat penyumbangan gedung ini. Ibu Sultan Hussein mendedikasikan
satu-satunya penginapan dan bazaar yang ada untuk membangun asrama
dan sekolah ini.

Sekolah Chaharbagh dibangun pada 7-1116 H / 7-1706 M dan


pembangunan dekorasi dan ubinnya berlangsung sampai 1126 H / 1714
M. Sekolah Soltani sebenarnya adalah sekolah untuk pelajar ilmu agama
dan diajar oleh ulama terkenal seperti "Mohammad Baqir Majlisi" yang
dipilih oleh Syah sendiri.
Peninggalan Sejarah Pada Masa Kerajaan Turki Utsmani,
Mughal, dan Syafawi

Nama : Naura Juwita Sari


Kelas : XI MIA 5
Guru Pembimbing : Roslina, S.Ag

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Jambi


Tahun Ajaran 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai