Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Pathfinder Club Karo Pusat

(Berita Mission: 19 September 2014 – Pathfinder Day Karo Pusat)

Cerita ini bermula dari sebuah gereja masehi advent hari ketujuh di desa Sumbul Tanah
Karo. Gereja Advent sumbul bukan merupakan satu-satunya gereja Advent yang ada di Tanah
Karo. Selain gereja Advent Sumbul ada juga sidang-sidang yang lain diantaranya: Berastagi,
Kabanjahe, Ajijahe, Barusjulu, dll.
Pada tahun 1997-an, kegiatan kerohanian yang dilakukan di GMAHK Sumbul sudah
mengalami banyak perkembangan disana-sini. Baik kegiatan BWA maupun Pemuda Advent..
Biasanya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di hari sabat sore. Kegiatan-kegiatan tersebut
berjalan dengan lancar.
Pada suatu sabat sore, tepatnya jam 3, segerombolan anak-anak yang masih berumur
antara 10-12 tahun datang beramai-ramai menuju komplek GMAHK Sumbul – entah siapa yang
memimpin, mengajak atau mengumpulkan mereka. Sesampainya di Gereja, tanpa ada
komando dari siapa pun disana, Mereka bermain-main. Anak-anak ini cukup ramai dan sangat
kompak satu dengan yang lain. Kadang mereka bermain aleb cendong, bermain bola kasti, atau
kalau bosan, mereka menangkapi katak atau belalang disekitar areal gereja. Tidak ada yang
memperhatikan mereka, apalagi menegur dan melarang mereka bermain-main pada hari sabat.
Siapakah anak-anak ini saudara? Mereka adalah anak-anak advent dan non-advent yang
bersekolah di SD Advent Sumbul. Dan pembina kami “K’Ari, K’Angelia, K’ Amos, K’ Fandi, K’Eva”
adalah beberapa orang dari anak-anak tersebut, tapi mereka sekarang sudah besar.
Kegiatan “jadi-jadian” yang dilakukan oleh anak-anak kecil tersebut berlangsung secara
rutin dalam jangka waktu yang lama. Semula hanya anak-anak sumbul saja yang melakukan
kegiatan rutin. Tapi akhirnya beberapa anak-anak dari sidang kabanjahe dan berastagi juga ikut
bergabung. Jika orang tua mereka bertanya apa yang mereka lakukan di gereja setiap sabat
sore. Anak-anak ini menjawab “Kami PA mak!”. Jadi para orang tua membiarkan saja anaknya
bermain-main di sana.
Hal tersebut terus terjadi hingga pada suatu ketika, para guru-guru yang mengajar di SD
Advent sumbul merasa kasihan terhadap mereka. Mereka adalah ibu N. Hutagalung dan Ibu
Sagala. Akhirnya mereka mempunyai inisiatif untuk membuka klub petualang kecil-kecilan.
Kebetulan salah seorang dari guru-guru itu mempunyai pengalaman dan pengetahuan
mengajar petualang. Mereka memanggil semua anak-anak itu dan mengajari mereka bernyanyi
lagu baru, menghafal ayat Alkitab dan bermain. Anak-anak itu sangat antusias dan nampak jelas
mereka sangat menyukai kegiatan PA baru mereka. Kegiatan petualang itu tidak berlangsung
lama. Entah kenapa, para Guru itu tidak lagi mau mengajar. Setelah kegiatan petualang itu
berhenti. Kegiatan PA ”jadi-jadian” itu kambuh lagi. Anak-anak itu tetap datang ke gereja setiap
sabat sore dan lagi mereka bermain-main dan berpetualang dengan asyiknya.
Pada suatu ketika, ada seorang kakak yang datang ke gereja Sumbul untuk bekerja
sebagai penginjil literatur. Dia bernama K’ Dahlia Siringo-ringo. Kakak ini memperhatikan
dengan seksama apa yang dilakukan oleh anak-anak yang sering bermain setiap sabat sore itu.
Tanpa ragu-ragu kakak ini mengumpulkan kembali semua anak-anak yang berkeliaran itu dan
mulai membicarakan bahwa Ia akan memulai adventurer sabat depan, jadi dia menghimbau
anak-anak itu supaya datang pada jam 3 sore. Pada hari sabat yang dijanjikan akhirnya anak-
anak itu berkumpul dengan semangatnya membawa banyak teman. K’ Dahlia pun sangat
senang dan akhirnya mulai mengajar adventurer. Kakak ini sangat kreatif dalam mendidik anak-
anak Adventurer, dia mengajari mereka tentang alkitab, menggambar, mewarnai, dan
membuat pra karya kreatif. Di samping itu K’ dahlia juga piawai dalam membawakan
permainan yang seru-seru, sehingga anak-anak itu semakin rajin datang ke adventurer pada
saat itu. Kakak ini juga perhatian kepada anak-anak didiknya sehingga dia selalu mengingat
Ulang Tahun anak-anak itu dan merayakan nya di Adventurer dan memberikan kenang-
kenangan yang indah buat adik-adiknya.
Waktu terus berlalu, sepertinya K’ Dahlia harus mengakhiri pelayanannya di gereja
Advent sumbul dan Dia harus berangkat ke tempat lain untuk melanjutkan pelayanannya.
Nampaknya Adventurer akan kembali berkeliaran seperti dulu lagi. Dan benar saja, setelah K’
Dahlia pindah, kegiatan Adventurer itu tidak berjalan seperti biasa lagi dan pastinya anak-anak
itu kembali bermain-main setiap sabat sore di gereja tersebut.
Seiring waktu anak-anak yang kecil tadi bertumbuh dan kini mereka memasuki masa
SLTP, Tapi sepertinya belum ada kegiatan kepemudaan yang mengumpulkan mereka setiap
sabat sore. Meskipun begitu mereka tetap setia datang ke Gereja setiap sabat sore. Sampai
pada suatu saat, beberapa orang Lelaki yang masih lajang datang berkunjung ke gereja Advent
Sumbul. Mereka berasal dari Batam, sepertinya ramah dan lucu-lucu dan rupanya mereka
mempunyai niat untuk tinggal di Sumbul tepatnya di komplek sekolah. Para pemuda ini
memperhatikan kembali banyak sekali anak-anak yang bermain setiap sabat sore sehingga
mereka terpanggil untuk mengumpulkan anak-anak ini. Para pemuda itu adalah: Om Boner
Situmorang, Om Effendy, Om Par-par dll, anak-anak ini memang mengenal mereka dengan
sebutan “Om” (terkesan tua sekali  ). Pada awalnya para pemuda ini tidak mengajak anak-
anak itu untuk mengadakan acara PA, tapi sebaliknya mereka malah jadi bermain-main
bersama di gereja itu. Ada-ada saja tingkah polah para lajang itu, mereka bisa membuat
lelucon, bermain sulap, bermain teka-teki dan bahkan bercerita tentang Cinta (maklum, para
lajang). Anak-anak itu sangat menyukai hal-hal lucu seperti itu. Ada kalanya, Om par-par
membuat games kecil-kecilan dan membagikan kertas-kertas notes sebagai hadiahnya, anak-
anak itu sangat senang.
Setelah beberapa minggu, bermain dan bermain saja akhirnya seorang dari pemuda itu
yakni: Om Boner Situmorang berinisiatif untuk membentuk PA Remaja yang bernama:
Pathfinder. Ia pun memberitahukan niatnya itu kepada anak-anak yang ada disitu dan mengajak
mereka untuk datang sabat depan. Pada sabat berikutnya banyak sekali anak-anak yang datang
dengan memakai pakaian yang beraneka ragam pula. Mulai dari saat itu Om boner
menghimbau mereka supaya menggunakan seragam Hitam Putih sebelum seragam yang asli
dijahit. Om Boner mulai mengajarkan berbagai hal yang ia ketahui tentang Pathfinder dan mulai
sejak itu anak-anak itu tidak diperbolehkan memanggil “OM” lagi tetapi “Kak”, K’ Boner. Regu
pun dibagi dan akhirnya kegiatan Pathfinder di Sumbul memulai jejak nya yang pertama.
Melihat kemajuan yang begitu drastis, Tidak hanya gereja sumbul yang antusias tetapi Sidang
Berastagi dan Kabanjahe juga ingin anak mereka dididik dalam organisasi ini.
Waktu terus bergulir kemajuan Pathfinder Sumbul dan gabungan dari sidang lainnya
semakin Nampak jelas. Pathfinder Club ini melakukan banyak kegiatan seperti: Pelayanan ke
sidang-sidang, mencari dana, Kegiatan Track n Trail dan Hiking dan kegiatan bakti sosial lainnya
seperti: perlawatan ke Penjara, menjual buku, membagikan traktat dan risalah kepada orang-
orang yang bukan advent dan membawa anak-anak lain yang non-advent untuk bergabung ke
Pathfinder. Ada juga satu kegiatan yang menarik dimana setiap anak-anak Pathfinder akan
diperiksa rumah dan kamarnya setiap hari minggu, apakah Ia sudah menjalankan kebersihan
dan kerapian di rumah masing-masing.
K’ Boner terus mendidik anak-anak ini dengan sabar meskipun kadangkala ada masalah
yang timbul karena kebandelan mereka. Di pathfinder K’ Boner membagikan Ilmu-ilmu yang
cukup berharga seperti Tali-temali, Morse, Semaphore dll. Tapi nampaknya K’ Boner agak
kewalahan dalam mendidik adik-adik karena dia hanya sendiri.
Tetapi Tuhan selalu punya jalan, Tanpa di duga-duga seorang lelaki nimbrung bersama
di Pathfinder dan dia adalah seorang Bapak dengan satu anak, Dialah K’ Rimson Sinaga. Seorang
bekas pembina Pramuka dari Besitang yang telah memakan asam garam dunia Pramuka yang
keras, sarat dengan militerisme. Wajah yang lumayan seram dengan kumis menjuntai,
membuat adik-adik Pathfinder takut dan berdiri tegang. Setelah beberapa saat bergabung di
Pathfinder, ternyata k’ Rimson sinaga mempunyai segudang ilmu yang sangat berharga. Dia ahli
dalam PBB, tali-temali, morse apa lagi, semaphore sudah luar kepala dan bertahan hidup di
alam menjadi makanannya sehari-hari. Tanpa sungkan sungkan dia mengajari anak-anak itu
dengan baik, dia mulai memperkenalkan Restok kepada mereka dan Mengajarkan disiplin baris-
berbaris, yaaa layaknya ala militer tetapi tanpa kontak fisik. Pathfinder sumbul saat itu pun
semakin baik saja, anak-anak itu sudah bisa membuat tandu, Menara Pandang, mengobati
orang-orang yang sedang terluka, memasak, dan keahlian kepanduan lainnya. Setelah bergaul
beberapa minggu, ternyata K’ Rimson sinaga bukanlah orang yang seram seperti wajahnya,
malah ia adalah seorang pembina yang humoris yang suka bercanda sehingga anak-anak itu pun
menyukainya lebih lagi, bahkan karna postur kakak itu yang agak pendek, anak-anak Pathfinder
sering mengejeknya.
Kepembinaan K’ Boner Situmorang dan K’ Rimson Sinaga bertahan lama. Sampai suatu
saat ada inisiatif dari K’ Boner situmorang sendiri untuk meresmikan Pathfinder Sumbul dengan
pusat pelatihan di Gereja Advent Sumbul sendiri. Acara Peresmian itu diadakan pada sabat
sore. Mereka mempersiapkan acara dengan baik, mulai dari memasang api unggun, berlatih
baris berbaris, berlatih membuat menara pandang, P3K sampai membuat Kolak Jambe ala
Pathfinder sebagai makanan Jedahnya. Meskipun pakaian seragamnya masih berwarna-warni.
Akhirnya resmilah Pathfinder Club Sumbul terbentuk pada saat itu. Sejak dari itu, mereka
mengumpulkan dana untuk menjahitkan baju seragam pathfinder yang resmi sehingga mereka
bisa menggunakan seragam Pathfinder dan kacu. Kelas-kelas dan tanda kepahaman pun
diaktifkan di Pathfinder sehingga selalu ada Ilmu-ilmu baru yang didapatkan oleh anak-anak
tersebut. Setelah itu banyak kegiatan-kegiatan lainnya yang diikuti seperti: perkemahan di
Tongging, Mendaki gunung Sipiso-piso, Perkemahan di Haranggaol dll
Perjalanan Pathfinder Sumbul tidak hanya sampai disitu, banyak suka duka yang
dihadapi oleh Para pembina dan Anak-anak Pathfinder Sendiri. Seperti: Orangtua yang selalu
keberatan jikalau anak-anak itu pulang PA agak telat, orangtua juga marah-marah jikalau ada
latihan diluar jam PA apa lagi kalau soal meminta dana berkaitan dengan kegiatan perkemahan
dan jangkauan keluar lainnya. Kadang-kadang Pembina menjadi sasaran empuk para orangtua
dan dituduh penyebab semua anak-anak mereka tidak mengerjakan tugas di rumah. Tetapi K’
Boner dan K’ Sinaga tetap tabah menjalani semua itu.
Sampailah suatu berita yang menggembirakan dimana pada tahun 2000 akan diadakan
Perkemahan UIKB di Sibolangit dengan Tema “Temukan Kuasa Allah”. K’ Boner dan K’ Sinaga
menghimbau anak-anak itu untuk semuanya ikut karena itu adalah event pertama terbesar
yang bisa diikuti oleh Pathfinder Sumbul Sejak diresmikan. Anak-anak itu pun sangat antusias,
tetapi dana yang dibutuhkan juga cukup banyak. Oleh karena itu anak-anak itu pun membuat
berbagai kerajinan tangan untuk dijual ke anggota jemaat, membuat makanan kecil seperti
keripik dan sempat juga berjualan telur ayam kampung rebus dan menjajakannya ke semua
orang seharga Rp. 5000, - per butirnya. Dana yang dikumpulkan lumayan banyak dan akhirnya
bisa membawa mereka mengikuti Kampore UIKB pertama di Sumatera Utara. Meskipun
Pathfinder sumbul belum menjadi yang terbaik pada Kampore Itu, tetapi mereka bersyukur bisa
menjadi peserta dari Tanah Karo Untuk mengikuti UIKB. Setelah Even Besar itu, banyak lagi
Even-even lainnya yang berhasil diikuti oleh Pathfinder Sumbul, Diantaranya: Kampore SKU
2001, Kampore Path From The Past, Kampore, Kampore SKU 2004, Kampore SKU 2005, dll. Dan
semua itu bisa terwujud berkat kerja keras anak-anak Pathfinder dan Pembina, Dukungan dari
orangtua dan terlebih Penyertaan Tuhan.
Anak-anak kecil tadi kini sudah tidak kecil lagi mereka sudah harus melangkahkan kaki
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu SLTA, sehingga satu per satu mereka pindah
keluar kota untuk bersekolah. Tetapi segala sesuatu yang pernah diajarkan di Pathfinder
menjadi ukiran permanen dalam lubuk hati mereka, suatu goresan tinta yang tidak akan pernah
pudar. Patah Tumbuh, Hilang Berganti, seperti itulah layaknya Pathfinder Sumbul, Meskipun
begitu, Mereka masih bisa mengikuti satu kampore Besar lagi yaitu yang dilaksanakan di
Lampung.
Setelah Kepembinaan K’ Boner dan K’ Sinaga harus berakhir karena mereka menjalani
kehidupan yang baru, Obor perjuangan Pathfinder sumbul di lanjutkan kembali oleh banyak
pembina-pembina yang berdedikasi pada saat itu. Sehingga Api Semangat Pathfinder Sumbul
Tidak Pernah Mati.
Pathfinder Sumbul terus bertumbuh di bawah naungan sayap Allah Bapa. Banyak sekali
kenangan dan memory yang tercipta di dalamnya. Sekian Banyak anak remaja yang pernah
mencicipi kepembinaan di Pathfinder. Sekian Banyak pembina yang menjejakkan kakinya di
Pathfinder Sumbul, Mengabdikan diri dan menciptakan momen-momen penting sejalan dengan
perkembangan mental, fisik terutama rohani anak-anak remaja. Kami tidak bisa sampaikan satu
per satu secara detail pengabdian yang telah di torehkan oleh Para Pembina ini, Kami Hanya
Bisa menyebutkan satu per satu nama Mereka:
Pembina-pembina itu adalah:
1. K’ N. Hutagalung
2. K’ Sagala
3. K’ Dahlia Siringo-ringo
4. K’ Boner Situmorang
5. K’ Rimson Sinaga
6. K’ Fernando Parhusip
7. K’ Fernando Pinem
8. K’ Silvia Sinukaban
9. K’ Ester Karosekali
10. K’ Edrison Ginting
11. K’ Agus Tambunan
12. K’ Johnsar Saragih
13. K’ Martin Ginting
14. K’ Ari Christian Purba
15. K’ Friska Veronika Sembiring
16. K’ Angelia Sinukaban
17. K’ Suci br Sinukaban
18. K’ Arbi Tarigan
19. K’ Naftali Pasaribu
20. K’ Paulina Barus
21. K’ Ika Natalia Sitepu
22. K’ Loryna Claudia Sembiring
23. K’ Florida Br Sembiring

Dan Sponsor-sponsor yang setia mendukung kami:


1. Jemaat Sumbul, Kabanjahe dan Berastagi
2. Para Tua-tua Jemaat
3. Para Pendeta
4. Iting Cindy
5. Bapak E. Sinukaban

Maaf jika ada nama-nama yang belum kami sebutkan, bukan karena sengaja, mungkin kami
lupa.
Perjuangan Kami Belum selesai, Kini Obor itu sudah ada di tangan kami generasi muda
yang sekarang, kami terinspirasi oleh semangat dan kerja keras para Pathfinder pendahulu kami
beserta Pembina-pembina kami, oleh karena itu kami juga ingin menjadi seperti mereka. Tanpa
dukungan orang tua kami tidak mungkin menjalani apa yang ada di depan kami.
Demikianlah Berita Mission yang dapat saya bawakan, Selamat Hari Pathfinder, Tuhan
Memberkati!

Anda mungkin juga menyukai