Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PADA AKSEPTOR KB

IMPLAN TENTANG EFEK SAMPING KB IMPLAN


DI PUSKESMAS KADUR
PAMEKASAN

OLEH :
NAMA : BAIHAQI, S.HI
NIP : 198210172011011009
JABATAN : PENYULUH BANGGA KENCANA
PANGKAT : PENATA/III/C

DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN


PERLINDUNGAN ANAK SERTA PENGENDALIAN
PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
TAHUN 2021
SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dra. YUDISTINAH, MM


NIP : 196301171989082001
Jabatan : Kepala DPPPA serta PP & KB Kabupaten Pamekasan
Instansi : DPPPA serta PP dan KB Kabupaten Pamekasan

Menyatakan bahwa karya tulis/karya ilmiah berjudul “ GAMBARAN TINGKAT


PENGETAHUAN PADA AKSEPTOR KB IMPLAN TENTANG EFEK SAMPING KB
IMPLAN “ benar-benar disusun oleh Penyuluh KB di bawah ini:

Nama : Baihaqi, S.HI


NIP : 198210172011011009
Jabatan : Penyuluh KB Ahli Muda
Pangkat/Gol : Penata /IIIc
Penulis : Utama/Pembantu (coret salah satu)

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya dengan
penuh tanggung jawab.

Pamekasan, 30 Desember 2021

Kepala DPPPA serta PP dan KB


Kabupaten pamekasan

Dra. YUDISTINAH, MM
Pembina Utama Muda
NIP. 19630117 198908 2 0001

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan
rahmat, hidayah dan inayah_Nya akhirnya buku ini dapat kami susun dan kami judul
" Gambaran Tingkat Pengetahuan Pada Akseptor KB Implan Tentang Efek Samping KB
Implant Di Puskesmas Kadur".

Dalam penulisan buku ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana , sing kat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca, khususnya
keluarga besar Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Kabupaten Pamekasan serta masyarakat pad a umumnya.

Kami menyadari bahwa buku ini jauh dari sempurna , masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan maka kami senantiasa menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun dan dapat memperbaiki serta melengkapi buki ini ..

Harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat serta tercatat sebagai suatu
amar sholeh,

Semoga apa yang menjadi tujuan kami dalam membantu program pemerintah yaitu
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat , Keluarga Berencana mendapat dukungan dari
semua pihak dan ridho dari Allah SWT, Aamiin.

Kadur, 30 Desember 2021


Penyuluh KB

BAIHAQI,S.HI
NIP. 19821017 201101 1 009

iii
DAFTAR PUSTAKA

SURAT KETERANGAN.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1. Latar Belakang..................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.............................................................................................................3
3. Tujuan Penelitian..............................................................................................................3
3.1. Tujuan Umum..................................................................................................................
3.2. Tujuan Khusus.................................................................................................................
4. Manfaat Penelitian............................................................................................................4
4.1. Manfaat Teoritis...............................................................................................................
4.2. Manfaat Praktis................................................................................................................
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................
1. Hasil penelitian.................................................................................................................5
1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................................................
1.2. Karakteristik Subyek Penelitian.......................................................................................
2. PEMBAHASAN...............................................................................................................7
2.1. Tingkat pengetahuan secara umum pada akseptor KB Implan di Puskesmas
Kadur.........................................................................................................................................
2.2. Berdasarkan Dimensi Tingkat Pengetahuan Akseptor Keluarga
Berencana Tentang Jenis Efek Samping dan Penangannya......................................................
2.3. Keterbatasan penelitian..................................................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................
1. KESIMPULAN...............................................................................................................11
2. SARAN...........................................................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) jumlah penduduk dunia
mencapai 7,2 milyar hingga tahun 2013. Negara Indonesia berada di urutan ke-4
penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Sensus penduduk
Indonesia 2013 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia 237.641.326 jiwa.
Penduduk Indonesia yang padat menggambarkan kurangnya keberhasilan
program Keluarga Berencana (KB). Berdasarkan penelitian World Health
Organization (WHO) di seluruh dunia, terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa
pertahun. Kematian ibu tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99%.
Hasil survei Demografi Kesehatan Indonesia (BKKBN, 2012) menyatakan bahwa
pada tahun 2012 angka kematian ibu sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Angka ini
meningkat dari tahun 2007 yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup.
Meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dapat mempersulit
pemerintah dalam menekan Angka Kematian Ibu (AKI). Program Keluarga
Berencana (KB) Nasional merupakan ujung tombak dari pemerintah untuk
menyeimbangkan pertumbuhan penduduk. Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Indonesia sebagai salah satu negara tertinggi di Asia dan tertinggi ke-3 di kawasan
ASEAN (Depkes, 2012). Salah satu upaya pencegahan menurunkan AKI di Indonesia
adalah dengan menggerakkan masyarakat terutama PUS (Pasangan Usia Subur),
untuk ber-KB. Keluarga Berencana (KB) mempunyai posisi yang strategis dalam
upaya penanggulangan pertumbuhan penduduk melalui kelahiran, pendewasaan usia
perkawinan dan pembinaan ketahanan serta peningkatan kesejahteraan keluarga.
Pembangunan Keluarga Berencana Nasional diarahkan pada terwujudnya Keluarga
Berkualitas yang dimaksudkan adalah warga Indonesia yang mempunyai
jumlah anak yang ideal, sehat berpendidikan, sejahterah berwawasan kedepan,
terpenuhi hak-hak reproduksinya dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
(BKKBN, 2011).

1
Kebijakan pemerintah tentang KB saat ini mengarah pada pemakaian Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) merupakan suatu metode kontrasepsi efektif karena dapat memberikan
perlindungan dari resiko kehamilan untuk jangka waktu hingga 10 (sepuluh) tahun.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dinilai paling cost effective dengan
tingkat keberhasilan mencapai 99%. Penggunaan MKJP di Indonesia sendiri relatif
masih rendah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : faktor sosial,
demografi, ekoomi, dan sarana serta faktor yang berkaitan dengan kualitas pelayanan
dari MKJP itu sendiri (BKKBN, 2012).
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dengan implan merupakan salah
satu metode unggulan, dinilai efektif dari segi kegunaan dan biaya dengan tingkat
keberhasilan mencapai 99%. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau yang
disebut Implan (susuk) adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit
lengan atas sebelah dalam, yang terbuat dari sejenis silastik yang berisi hormon.
Implan sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan). Implan
mempunyai keuntungan yang tinggi yaitu sebagai perlindungan kehamilan jangka
panjang, pengembalian kesuburan cepat, tidak mengganggu produksi ASI, dan tidak
mengganggu hubungan seksual (Handayani, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Maharani (2007), yang melakukan penelitian
hubungan lama pemakaian KB implan dengan keluhan akseptor menunjukkan bahwa
keluhan yang dirasakan 73% tidak teraturnya siklus menstruasi, dan 27% teratur
siklus menstruasinya. Amenore terjadi pada 30-40% wanita pada akhir tahun
pertama pemakaian, perdarahan tidak teratur terjadi pada sekitar 50% wanita
pada 3 bulan pertama, tetapi menurun hingga 30% pada bulan ke-6 dan perdarahan
memanjang paling banyak dialami pada 3 bulan pertama.
Sebagai tenaga kesehatan khususnya Bidan mempunyai peran untuk
membantu untuk menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu), dengan cara
membantu mempromosikan tentang Keluarga Berencana. Salah satu caranya dengan
memberikan konseling. Dalam melakukan konseling KB agar optimal tenaga
kesehatan bisa menggunakan alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK), yang
berisi informasi seputar kontrasepsi (Saifuddin, 2012). Kenyataannya banyak
wanita yang mengalami kesulitan dalam menentukan alat kontrasepsi yang
sesuai untuk dirinya. Kendala yang sering ditemukan karena kurangnya
pengetahuan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan yang meliputi derajat status
2
kesehatan, kemungkinan munculnya efek samping, kemungkinan adanya kegagalan
atau terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, jumlah kisaran keluarga yang
diharapkan, persetujuan dari suami atau istri, nilai-nilai budaya, lingkungan serta
keluarga dan lain sebagainya (Everett, 2012).
Program Keluarga Berencana di Kecamatan Kadur pada bulan November
2015, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) adalah 552.22 dengan akseptor KB aktif
perempuan 439.605 (79,61%) meliputi KB IUD 115.253 (26,22%), MOW 20.855
(4,74%), Implan 29.536 (6,72%), Suntik 192.161 (43,71%), Pil 49.465 (11,25%).
Bulan November tahun 2015 di Kabupaten Bantul sendiri peserta KB aktif
sebanyak 120.208 (23,54%). Implan berada pada urutan ke-5 dengan jumlah akseptor
5.892 (4,90%), dibandingkan alkon lainnya seperti peminat MOW dan MOP
(BKKBN, 2015).
Data yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 9-10
Februari 2017 di Puskesmas Kasihan II Bantul, dengan jumlah PUS 8.435
meliputi akseptor KB MOW (441), MOP (55), IUD (1.477), Pil (826), Kondom
(627), Suntik (2.792), Implan (140). Dan angka drop out KB Implan di
Puskesmas Kasihan II Bantul sebanyak 13 akseptor dengan berbagai macam
alasan. Berdasarkan hasil wawancara kepada 8 responden didapatkan 5 orang tahu
tentang implan serta efek sampingnya dan 3 orang lain tidak begitu mengetahui
tentang efek samping KB Implan.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dari 8 orang didapatkan hasil bahwa
pengetahuan akseptor implan tentang impaln dan efek sampingnya sudah lebih
banyak yang mengetahuinya dibandingkan yang belum tahu, tetapi penggunaan
implan masih berada di posisi ke-3 terendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi
lainnya.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Implan Tentang Efek Samping
KB Implan”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan akseptor KB implan
tentang efek samping KB implan di Kerja Puskesmas Kadur”?

3
3. Tujuan Penelitian
3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB implan tentang efek samping
KB implan di Kerja Puskesmas Kadur.
3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB implan tentang jenis efek
samping implan di Puskesmas Kadur.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB implan tentang cara
penanganan efek samping KB implan di Puskesmas Kadur

4. Manfaat Penelitian
4.1. Manfaat Teoritis
Menambah referensi ilmu bagi Penyuluh KB khususnya dalam alat
kontrasepsi implan.

4.2. Manfaat Praktis


a. Bidan di Puskesmas Kadur.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan
sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
konseling tentang KB Implan daan efek sampingnya kepada calon akseptor.
b. Peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan sumber acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya
sejenis.
c. Akseptor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
meningkatkan motivasi masyarakat dalam keikutsertaannya mendukung
program pemerintah khususnya program KB dan dapat mengetahui efek
samping KB Implan serta cara mengatasinya.

4
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil penelitian
1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kadur, Yogyakarta yang beralamat
di Jl. Padokan Kecamatan Kasihan, Tirtonirmolo Bantul, wilayah kerja
Puskesmas Kadurterdiri atas 2 desa yaitu desa Tirtonirmolo dan Ngestiharrjo.
Pelayanan kesehatan dasar di Puskemas Kadurmeliputi KIA termasuk KB, usaha
kesehatan gizi masyarakat, kesehatan lingkungan, pemberantasan dan pencegahan
penyakit menular (P2M), Pengobatan termasuk penanganan darurat karena
kecelakaan, dan promosi kesehatan. Jam pelayanan Puskesmas Kadur hari Senin-
Kamis jam 07.30-14.30 wib, Jum’at jam 07.30-11.30 wib, Sabtu jam 07.30-13.00
wib. Program- program layanan kesehatan di Puskesmas Kadurbersifat promotif,
preventif, dan rehalibitatif.
Jumlah tenaga kesehatan khususnya kebidanan di Puskesmas
Kadurberjumlah 6 (enam) orang , untuk program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) melayani pemeriksaan kehamilan, Keluarga Berencana (KB), imunisasi,
persalinan, pemeriksaan ibu nifas, dan pengobatan anak. Pelayanan KIA
dilaksanakan setiap hari Senin-Sabtu sampai selesai. Di Puskesmas Kadur,
sebelum memberikan pelayanan khususnya KB, akseptor terlebih dahulu diberikan
konseling. Pemberian konseling kepada akseptor bidan menggunakan lembar balik
untuk lebih memudahkan akseptor dalam memahami yang disampaikan bidan
1.2. Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik responden pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan
umur, pendidikan, paritas, dan pekerjaan yang diuraikan sebagai berikut
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Akseptor KB Implan berdasarkan
karakteristik Di Puskesmas Kadur

Karakteristik Frekuensi Presentase %


Umur
<20 Tahun 2 3.4%
20-30 Tahun 27 46.6%
>35 Tahun 29 50.0%
Jumlah 58 100%
Pendidikan
SD-SMP 18 31%
SMA – Sederajat 32 55.2%

5
Perguruan Tinggi 8 13.8%
Jumlah 58 100%
Paritas
1 3 5.2%
2-3 41 70.7%
>3 14 24.1
Jumlah 58 100%
Pekerjaan
IRT 32 55.2%
Swasta 19 32.8%
PNS 7 12.1%
Jumlah 58 100%
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan sebagian besar akseptor implan di
Puskesmas Kadur, berumur > 35 tahun sebanyak 29 orang (50,0 %), pendidikan
responden mayoritas tamatan SMA/Sederajat dengan jumlah 32 orang (55,2 %),
berdasarkan jumlah anak diketahui sebagian besar mempunyai anak 2-3 anak
sebanyak 41 orang (70,7 %) dan pekerjaan akseptor mayoritasnya menjadi Ibu
Rumah Tangga (IRT) sebanyak 32 orang (55,2 %).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Akseptor Berdasarkan Pengetahuan
Terhadap Efek Samping KB Implan Di Puskesmas Kadur
Pengetahuan Frekuensi Presentase %
Baik 2 3.4%
Cukup 45 77.6%
Kurang 11 19.0%
Jumlah 58 100%
Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa secara umum pengetahuan akseptor
KB Implan tentang efek samping KB Implan di Puskesmas Kadur sebagian besar
adalah kategori cukup sebanyak 45 orang (77,6 %).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Akseptor Berdasarkan Jenis Efek
Samping KB Implan dan penangannya Di Puskesmas Kadur
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Jenis Efek Samping
Baik 2 3,4 %
Cukup 42 72,4 %
Kurang 14 24.1%
Jumlah 58 100%
Penanganan efek samping
Baik 13 22.4%
Cukup 34 58.6%
Kurang 11 19%
Jumlah 58 100%
Berdas

6
Berdasarkan tabel 5. Diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan akseptor
KB Implan di Puskesmas Kadurmengenai jenis efek samping KB Implan di
kategorikan cukup yaitu sebanyak 42 orang (72,4 %), dan untuk
penanganannya diketahuai frekuensi terbanyak yaitu akseptor yang memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 34 orang (58,6 %).
2. PEMBAHASAN
2.1. Tingkat pengetahuan secara umum pada akseptor KB Implan di Puskesmas
Kadur
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa secara umum
pengetahuan akseptor KB Implan tentang efek samping KB Implan di Puskesmas
Kadursebagian besar adalah kategori cukup 45 orang (77,6 %). Menurut
Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu sebagai akibar proses
pengindaraan terhadap objek tertentu melalui panca indera dan sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya
dimana pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitiannya Rika Maryati (2013) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Akseptor
KB Implan Tentang Efek Samping KB Implan Di Bidan Yayuk Suprapti Desa
Taman Sragen” yang menunjukkan tingkat pengetahuan akseptor implan adalah
kategori cukup.
Menurut Suliha dalam Sari dkk (2010), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, sosial
ekonomi dan pekerjaan. Pendidikan adalah upaya yang memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi maka, seseorang akan cendrung untuk mendapatkan informasi, baik
dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Sari dkk, 2010).
Menurut penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
yang dimiliki oleh seeseorang calon akseptor akan mempengaruhi keputusannya dan
keberlangsungannya dalam ber- KB (Khotima, 2011).
Dilihat dari pendidikan responden sebagian besar adalah Sekolah

7
Menengah Atas (SMA) sebanyak 32 orang (55,2 %). Pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
baik pula pengetahuannya. Pendidikan yang djalani seseorang memiliki pengaruh
pada peningkatan kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional,
umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan
individu yang berpendidikan lebih rendah. Menurut Sari dkk (2009), pendidikan
adalah upaya yang memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku
positif yang meningkat. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan
Berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden adalah sebagai Ibu
Rumah Tangga sebanyak 32 orang (55,2 %). Salah satu faktor pembentuk
pengetahuan seseorang adalah lingkungan sosial termaksud didalamnya
lingkungan kerja. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
khususnya yang berbasis internet, memudahkan seseorang untuk memperoleh
informasi dan sumber pengetahuan up to date kapanpun dan dimanapun tanpa harus
dibatasi oleh ruang dan waktu (Erfendi, 2008). Pekerjaan umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan keluarga. Tingkat pekerjaan berpengaruh dalam pemilihan alat
kontrasepsi karena lingkungan, pekerjaan yang mendorong seseorang dalam
pemilihan kontrasepsi.
Berdasarkan umur akseptor diketahui sebagian besar akseptor berumur
>35 tahun sebesar 29 orang (50,0 %). Dengan usia lebih >35 tahun secara
psikologis telah masuk akal dalam rentang usia dewasa madya dimana seseorang
semakin mencapai kematangan emosional sehingga mampu mengambil keputusan
yang tepat dalam hal yang berhubungan dengan dirinya. Seperti yang
dikemukakan oleh Prananjaya cit Puspitiwati (2012) yang menyebutkan semakin tua
usia seseorang maka semakin banyak pengalaman, pengetahuan dan keahlian
sehingga semakin arif dalam mengambil keputusan atau tindakan.
2.2. Berdasarkan Dimensi Tingkat Pengetahuan Akseptor Keluarga
Berencana Tentang Jenis Efek Samping dan Penangannya
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa pengetahuan akseptor
KB Implan mengenai jenis-jenis efek samping KB Implan sebagian besar adalah

8
kategori cukup (72,4 %), pengetahuan tentang jenis-jenis efek samping KB
Implan termaksuk ke tingkat pengetahuan “tahu”. Menurut Budiman & Riyanto
(2013), tahu artinya dapat mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Pengetahuan merupakan hasil atau “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu
obyek tertentu. Proses pengindraan trjadi melalui panca indra manusia yakni indra
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, dan peraba melalui kulit.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangaat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Overt behavior) Notoatmodjo (2010).
Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan. Pengetahuan akseptor implan tentang jenis-jenis efek samping
menunjukkan akseptor implan mampu menjawab pertanyaan tentang jenis-jenis
efek samping implan seperti gangguan haid, perubahan berat badan, dan efek
samping lainnya. Dari hasil penelitian sebagian besar jawaban responden yang
banyak salah pada nomer 16, 17, 18 tentang efek samping KB Implan. Menurut Sari
dkk (2009) faktor yang mempengarui pengetahuan adalah tingkat pendidikan,
informasi, budaya, pengalaman, sosial ekonomi dan pekerjaan. Banyaknya akseptor
yang memiliki pengetahuan cukup dikarenakan responden sebagian besar
berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga sudah mengetahui tentang
alat kontrasepsi yang akan digunakan.
Pengetahuan akseptor KB Implan tentang cara penanganan efek samping KB
Implan di Puskesmas Kadurdikategorikan sebagian besar adalah kategori cukup
(34,2%). Dari hasil penelitian sebagian besar responden dapat menjawab pertanyaan
nomer 26 dan 27 yaitu tentang penanganan efek samping. Menurut Mulyani (2013)
efek samping yang timbul dari berbagai jenis efek samping seperti gangguan haid,
depresi, keputihan, jerawat, perubahan libido, perubahan BB, efek pada sistem
reproduksi, dan efek samping lainnya dapat diatasi dengan pengobatan dan
pemberian konseling. Banyak akseptor yang memiliki pengetahuan cukup
dikarenakan akseptor sebelum menggunakan alat kontrsepsi tersebut diberikan
konseling terlebih dahulu sebelum akseptor melakukan pemasangan. Karena sebagai
tenaga kesehatan khususnya bidan mempunyai peran untuk membantu menurunkan
Angka Kematian Ibu, dengan cara membantu mempromosikan tentang Keluarga
Berencana. Salah satunya dengan memberikan konseling. Dalam melakukan
konseling konseling KB agar optimal bidan menggunakan Alat Bantu Pengambilan
Keputusan (ABPK), yang berisi informasi seputar kontrasepsi (Saifuddin, 2012).
9
Seperti hasil pengamatan yang dilakukan pada Puskesmas Kadur, bahwa bidan
sebelum melakukan pemasangan terlebih dahulu memberikan informasi kepada calon
akseptor melalui media lembar balik.
2.3. Keterbatasan penelitian
Peneliti mengalami sedikit masalah yaitu kesulitan peneliti untuk menemui
responden di Puskesmas dan mengharuskan peneliti melakukan penelitian secara
door to door, dan pada saat responden mengisi kuesioner seringkali responden
terburu-buru karena aktivitas responden sehingga responden menjawab pertanyaan
kurang optimal yang disebabkan kurangnya konsentrasi.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data penelitian mengambil judul “Tingkat Pengetahuan
Akseptor KB Implan Tentang Efek Samping KB Implan Di Puskesmas Kadur
dengan responden sebanyak 59 orang. Tingkat pengetahuan responden dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan akseptor KB Implan tentang efek samping KB Implan
sebagian besar dalam kategori cukup (77,6 %).
2. Tingkat pengetahuan akseptor KB Implan tentang jenis efek samping KB
Implan sebagian besar dalam kategori cukup (72,4 %).
3. Tingkat Pengetahuan akseptor KB Implan tentang cara penanganan efek
samping KB Implan sebagian besar dalam kategori cukup (58,6%).
2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Puskesmas Kadur
Tenaga kesehatan khususnya bidan agar lebih sering mengadakan
penyuluhan tentang KB dan mengajak responden untuk berpartisipasi aktif
serta mendukung program KB.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian
dengan menambahkan variabel lain seperti pengetahuan tentang kontrasepsi
implan atau kejadian drop out implan dan menggunakan responden
yang lebih banyak sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.
3. Akseptor
Bersedia mengikuti penyuluhan dan aktif bertanya serta menanggapi agar
dapat mengetahui bagaimana cara memilih dan menggunakan alat
kontrasepsi yang benar dan sesuai sertaa dapat mengetahui efek samping yang
ditimbulkandan cara mengatasinya

11

Anda mungkin juga menyukai