Anda di halaman 1dari 5

Laporan Uji Karbohidrat

Sumber: http://semilirsenja.blogspot.com/2010/01/identifikasi-karbohidrat-laporan.html

Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok penting yaitu monosa-karida, disakarida,


oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis
dan tidak kehilangan sifat gulanya. Contoh dari monosakarida adalah ribosa, arabinosa, fruktosa,
glukosa, dan lainnya. Golongan monosakarida ini biasanya dikelompokkan dalam triosa, tetrafosfat,
pentosaheksosa, dan heptosa. Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis menghasilkan
dua monosakarida yang sama atau berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang jika dihidrolisis akan
menghasilkan glukosa dan fruktosa. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisis
menghasilkan tiga hingga sepuluh monosakarida. Contohnya adalah raffinosa yang dihidrolisis
menghasilkan glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Kelompok karbohidrat yang terakhir adalah
polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang memiliki bobot molekul yang tinggi. Bila
dihidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh monosakarida. Contohnya adalah amilum, dekstrin,
glikogen, selulosa dan lainnya.

Untuk mengidentifikasi karbohidrat, biasanya dilakukan uji terhadap karbohidrat. Berbagai uji telah
dikembangkan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap keberadaan karbohidrat, mulai
dari yang membedakan jenis-jenis karbohidrat dari yang lain sampai pada yang mampu membedakan
 jenis-jenis karbohidr
karbohidrat
at secara spesifik.
spesifik. Uji reaksi tersebut
tersebut meliputi
meliputi uji Molisch,
Molisch, Barfoed, Benedict,
Benedict,
Selliwanof dan uji Iod, dan lain-lain.

Dalam percobaan bikimia yang dilakukan tentang identifikasi karbohidrat bertujuan untuk mengamati
struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji, melakukan uji
umum karbohidrat, dan mengidentifikasi karbohidrat. Uji reaksi yang dilakukan meliputi uji Molisch,
Barfoed, Benedict, Selliwanof dan uji Iod, dan uji unknown.

1. Tes Molisch

Tes ini didasarkan pada reaksi asam sulfat pekat dengan larutan karbonhidrat untuk menghasilkan
furfural atau hydroxymethyl furfural. Reagen Molisch mengandung – napthol yang terkondensasi
dengan hasil yang terbentuk oleh asam sulfat untuk memberikan senyawa berwarna. Perlu dicatat
bahwa tes ini dengan yang menyertainya memerlukan larutan karbonhidrat 0.1%. Ini di hasilkan dari
pengenceran larutan 1% yang digunakan (pelarutan 1: 10).

Dalam percobaan dilakukan penambahan 2 tetes reagen molisch pada 2 ml larutan 0,1 % larutan
sampel. Sampel karbohidrat yang digunakan dalam percobaan ini adalah glukosa, sukrosa, dan pati.
Dilakukan pencampuran dengan baik, kemudian dilakukan penambahan 3 ml asam sulfat. Dari
perlakuan tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Glukosa + 2 tetes molisch, berwarna agak merah muda. Setelah penambahan asal sulfat, warna
menjadi bening keunguan dengan endapan ungu.

b. sukrosa+ 2 tetes molisch, campuran berwarna bening agak merah muda. Setelah penambahan
asal sulfat, warna menjadi ungu kehitaman.

c. Pati + 2 tetes molisch, campuran berwarna putih bening. Setelah penambahan asal sulfat, warna
menjadi Ungu muda dan endapan ungu

Teori yang mendasari percobaan ini adalah penambahan asam organik pekat, misalanya H2SO4
menyebabakan karbohidrat terhidrolisis menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis
pentosa akan mengalami dehidrasi dengan asam tersebut menjadi furfural, semantara golongan
heksisosa menjadi hidroksi-multifurfural. Pereaksi molisch yang terdiri dari a-naftol dalam alkohol
akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.

Prinsip dari uji ini adalah Asam sulfat pekat menghidrolisa ikatan glikosida merubah monosakarida
menjadi furfural dan devirat-deviratnya. Kemudian akan bergabung dengan α-naphtol tersulfonasi
menghasilkan kompleks berwarna purple (ungu).

Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat, walalupun hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa
larutan yang diperiksa tidak mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan
reaksi positif, sedangka warna hijau adalah negatif.

 Apabila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes pelarut Molisch (alfa naftol dalam etanol) kemudian
ditambah asam sulfat pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, maka pada bidang
batas kedua lapisan tersebut akan terbentuk cincin ungu yang disebut kwnoid. Terdapat dua lapisan
dalam tabung reaksi, lapisan ungu dibagian atas dan lapisan hitam dibagian bawah. Pereaksi Molisch
membentuk cincin yaitu pada larutan glukosa, sukrosa, dan pati menghasilkan cincin berwarna ungu
pada larutan karbohidrat, yang dalam praktikum digunakan glukosa, sukrosa, dan pati. Hal ini
menunjukkan bahwa uji molish sangat spesifik untuk membuktikan adanya golongan monosakarida,
disakarida dan polisakarida pada larutan karbohidrat. Apabila larutan gula yang diberi pereaksi ini
dipanaskan terlalu lama maka dapat menyebabkan cincin ungu terjadi lebih cepat.

Dari hasil yang diperoleh dalam percobaan menunjukkan bahwa glukosa, sukrosa dan peti
merupakan karbohidrat.

Karbohidrat secara kualitatif dapat dikenali dengan melakukan beberapa uji. Karbohidrat memberikan
reaksi positif dengan uji molish. Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam
sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi
pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan
kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan -naftol dalam pereaksi molish.

3. Tes Benedict

Tes ini biasa digunakan dalam tes aldehid. Di samping itu juga dapat digunakan untuk membedakan
karbonhidrat yang mengandung gugus reduksi dari yang tidak mengandung gugus reduksi. Reagen
Benedict mengandung CuSO4, natrium sitrat, dan natrium karbonat dan di dalam larutan alkalin,
larutan tersebut tidak mengkatalisasis reagen Benedict menunjukkkan tes positif.

Pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa, sedangkan
untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Sekalipun aldosa atau ketosa
berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah
kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi
berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif 
dinamakan gula pereduksi.

Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid dengan
kuprooksida yang berwarna merah bata. Larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuprooksida yang berwarna. Gula
pereduksi beraksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi
terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang
menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan.

Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah
terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah,
orange atau merah bata serta adanya endapan.

Dari percobaan diperoleh hasil positif pada larutan glukosa, maltosa dan fruktosa. Hal ini terjadi
karena glukosa, maltosa dan fruktosa memiliki gugus yang masih memiliki ujung rantai yang bebas
dan iktan antar karbonnya cukup lemah sehingga mudah lepas karena pemanasan. Uji benedict
merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas, seperti yang
terdapat pada laktosa dan maltosa.

Monosakarida segera mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti ferisianida, hydrogen


peroksida, atau ion cupri (Cu2+). Pada reaksi sepreti ini, guka dioksidasi pada gugus karbonil, dan
senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi dimana senyawa-senyawa pereduksi adalah pemberi
electron dan senyawa pengoksidasi adalah penerima electron. Glukosa dan gula-gula lain yang
mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut gula pereduksi. Sifat ini berguna dalam analisis
gula. Gula yang mengandung gugus aldehid atau keton bebas mereduksi indicator-indikator seperti
kompleks ion kupri (Cu2+) menjadi bentuk kupro (Cu+). Bahan pereduksi pada reaksi-reaksi ini
adalah bentuk rantai terbuka aldosa dan ketosa. Ujung peruduksi dari suatu gula adalah ujung yang
mengandung ggus aldehida atau keto bebas.

Monosakarida bersifat redutor, dengan diteteskannya Reagen akan menimbulkan endapan merah
bata. Selain menguji kualitas, secara kasar juga berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak
gula dalam larutan maka semakin gelap warna endapan. Pada praktikum yang dilakukan, endapan
tersebut belum tampak karena percobaannya singkat.

Sedangkan pati memberikan hasil negatif terhadap uji ini, karena pati merupakan polisakarida dan
 juga karena gugus aldehidnya terikat kuat satu sama lain dan panjang sehingga tidak dapat bereaksi
dengan pereaksi. Sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun
konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh penglihatan. Sukrosa
tidak dapat mereduksi sebab tidak mempunyai OH-laktol (OH yang terikat pada atom C pertama),
sehingga gugus O-nya sudah terikat pada atom C glukosa dan fruktosa dan membentuk sukrosa
yang bergugus keton. Larutan sukrosa dan pati tidak merupakan senyawa pereduksi karena sukrosa
tidak memilki atom karbon anomer bebas. Adanya gula reduksi pada suatu larutan ditandai dengan
adanya perubahan warna khususnya merah tua pada larutan.

4. Tes Barfoed

Uji Barfoed itu adalah uji kimia untuk mendeteksi adanya monosakarida. Dasarnya adalah reduksi
cuprum asetat menjadi cuprum oksida (ada endapan merahnya nanti). Kelompok aldehid dari
monosakarida teroksidasi menjadi karboksilat. Pereaksi Barfoed terdiri atas larutan kupriasetat dan
asam asetat dalam air, dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida,
contohnya pada fruktosa dan sukrosa.

Reagen Barfoed mengandung tembaga (II) asetat di dalam larutan laktat. Asam tidak cukup kuat
untuk menghidrolisis karbonhidrat. Tingkat reaksi (yang ditunjukkan dengan perubahan warna atau
terjadinya pengendapan) adalah berbeda untuk gugus karbonhidrat yang berbeda. Reagen barfoed
adalah pereaksi yang terdiri dari kuprisulfat dan asam acetate dalam air dan digunakan untuk
membedakan antara monosakarida dan disakarida. Barfoed merupakan pereaksi yang bersifat asam
lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida.

Dalam asam, polisakarida atau disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil
monomernya sehingga bereaksi positif dengan pemanasan yang lebih lama. Hal inilah yang menjadi
dasar untuk membedakan antara polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Monomer gula dalam
hal ini bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Dibanding dengan
monosakarida, polisakarida yang terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih
kecil, sehingga intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan
monosakarida. Kelompok aldehid dari monosakarida teroksidasi menjadi karboksilat.

Dalam percobaan yang dilakukan, tidak terjadi perubahan warna pada campuran larutan Barfoed
dengan glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa, galaktosa, laktosa maupun pada pati. Warna campuran
tetap berwarna biru. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna
biru.

Fruktosa mempunyai gugus keton, sedangkan sukrosa merupakan disakarida yang terdiri dari
glukosa dan fruktosa. Gugus aldehid dari sukrosa yang bereaksi dengan pereaksi Seliwanof.
Percobaan yang terjadi lebih lambat, dibandingkan dengan fruktosa. Warna larutan yang dihasilkan
oleh sukrosa lebih muda dibandingkan fruktosa. Seharusnya intensitas warna pada campuran
berbeda satu sama lain, tetapi pada uji yang dilakukan, intensitas warnanya tetap sama.

5. Tes Selliwanof 

Reagen ini mengandung resorsional dalam HCl 6M. reaksi melibatkan perubahan warna oleh karena
reaksi antara furfural atau hidroxymenthyl furfural dan resorsinol. Reaksi ini berlangsung sangat cepat
dengan beberapa zat dan lebih lambat dengan yang lain. HCl dapat menghidrolisis beberapa
senyawa yang tidak memberikan hasil reaksi positif untuk menghasilkan zat yang dapat memberikan
tes positif untuk menghasilkan.

Uji seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut
 juga ketosa. Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asm levulinat dan
hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan
warna merah pada larutannya.

Pada percobaan, ketika ke dalam reagen Seelliwanof pada tabung reaksi ditambahkan larutan
karbohidrat, masing-masing 2 tetes glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa, kemudian dipanaskan,
diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Reagen Selliwanof + glukosa : warna menjadi bening kekuningan

b. Reagen Selliwanof + fruktosa : warna menjadi merah

c. Reagen Selliwanof + maltosa : warna menjadi bening

d. Reagen Selliwanof + sukrosa : warna menjadi orange

Berdasarkan teori, warna merah bata yang terjadi pada larutan menunjukkan rekasi positif. Dalam hal
ini berarti sukrosa memberikan reaksi positif terhadap reagen Selliwanof. Sukrosa memiliki gugus
keton, sehingga mampu bereaksi positif dengan asam (HCl yang terdapt pada reagen selliwanof).
Bila sukrosa dihidrolisis maka akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sedangkan
larutan lainnya menunjukkan hasil negatif.

Ketosa akan didehidrasi lebih cepat dari aldosa. Reaksi seliwanof disebabkan perubahan fruktosa
oleh HCl panas menjadi levulinat dan hidroksimetil fultural, selanjutnya kondensasi hikroksimetil
dengan resersinal akan menghasilkan senyawa. Sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa
akan memberikan reaksi yang positif. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton
akan menghasikan warna merah pada larutannya. Pada sampel yang digunakan, hasil yang
menunjukkan karbohidrat yang mengandung gugus keton adalah glukosa dan maltosa karena larutan
yang dihasilkan berwarna bening agak kemerahan. Sedangkan pada fruktosa dan sukrosa larutan
berwarna kuning atau orange. Fruktosa merupakan ketosa, dan sukrosa terbentuk atas glukosa dan
fruktosa, sehingga reaksi dengan pereaksi selliwanof menghasilkan senyawa berwarna jingga atau
orange.

Uji seliwanof dapat membedakan sukrosa dan fruktosa karena fruktosa akan diakibatkan oleh asam
chlorida panas menjadi asam levulinat dan hidroksimetil fultural, sedangkan sukrosa mudah
dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa memberikan reaksi yang positif.

6. Tes Iodin

Beberapa polisakarida akan bereaksi dengan lodine untuk memberikan warna. Pati memberikan
warna biru gelap, dextrin menghasilkan warna merah, gelikogen memberikan warna coklat
kemerahan. Sellulose, disakarida, dan monosakarida tidak memberikan warna dengan lodine.

Pada uji iodine yang dilakukan terhadap glukosa, maltosa, sukrosa dan pati, diperoleh hasil reaksi
sebagai berikut:

a. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan glukosa: campuran berwarna kuning;

b. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan maltosa: campuran berwarna kuning;

c. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan sukrosa: campuran berwarna kuning;

d. Setetes iodin 0,01 M + satu tetes larutan pati: campuran berwarna hitam;

Dari hasil tersebut, hanya pati yang menunjukkan reaksi positif bila direaksikan dengan iodine. Hal ini
disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks
karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati
dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga
menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Dalam percobaan, warna biru tua yang
terbentuk sangat pekat, mendekati hitam atau berwarna hitam. Sedangkan pada glukosa, sukrosa,
dan maltosa tidak bereaksi dengan iodine. Hal ini dibuktikan karena larutannya berwarna kuning
bening. Pada uji iodine, kondensasi iodine dengan karbohidrat, selain monosakarida dapat
menghasilkan warna yang khas. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru, sedangkan
dengan glikogen akan membentuk warna merah.

fi9p19

Warna biru pekat (hitam) pada amilum tersebut merupakan indikasi bahwa terjadi proses hidrdolisis
sempurna amilum menjadi glukosa. Sedangkan pada sukrosa, maltosa, dan glukosa tidak terjadi
hidrolisis. Hal ini ditunjukkan dengan uji Iodin negatif, karena glukosa, maltosda dan sukrosa jika diuji
dengan pereaksi Iodin akan memberikan hasil negative.

Dalam amilum terdiri dari dua macam amilum yaitu amilosa yang tidak larut dalam air dingin dan
amilopektin yang larut dalam air dingin. Ketika amilum dilarutkan dalam air, amilosa akan membentuk
micelles yaitu molekul-molekul yang bergerombol dan tidak kasat mata karena hanya pada tingkat
molekuler. Micelles ini dapat mengikat I2 yang terkandung dalam reagen iodium dan memberikan
warna biru khas pada larutan yang diuji. Pada saat pemanasan, molekul-molekul akan saling
menjauh sehingga micellespun tidak lagi terbentuk sehingga tidak bisa lagi mengikat I2.

Anda mungkin juga menyukai