Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Perilaku Biaya Pada UKM Konveksi “Maju Warna”

Tugas Akhir Semester


Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
Dosen Pengampu:
Oktaviani Ari Wardhaningrum, S.E., M.Sc., CSRS., CSRA., CRP

Disusun Oleh
Falsa Kikit Indania
200810301035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JEMBER
2021

1
1. Pendahuluan
Menurut (Sulistyo, 2010) menyatakan bahwa UKM adalah salah satu jenis
usaha milik perorangan, badan usahanya berbadan hukum atau tidak berbadan hukum.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki andil penting
bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sebanyak 97% perusahaan
di Indonesia merupakan usaha mikro dan kecil namun mampu menyumbang 57%
PDB (Pendapatan Domestik Bruto) dan menyerap 60% tenaga kerja (ekon.go.id).
Tidak hanya produk barang dan jasa yang dapat dipenuhi untuk kebutuhan dalam
negeri tapi juga dapat di ekspor hingga ke berbagai negara. Pada tahun 2016 UKM
bahkan berkontribusi terhadap ekspor nasional sebesar 15% (KADIN, 2016) . Karena
dengan adanya UKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap
dalam dunia kerja menjadi berkurang.
Usaha mikro, kecil dan menengah telah menjadi salah satu prioritas utama
agenda pembangunan di Indonesia, terbukti dengan masih bertahannya sektor UKM
pada masa krisis besar tahun 1998, dibandingkan dengan usaha lain yang lebih besar,
yang tidak dapat bertahan saat krisis. Pengembangan UKM merupakan salah satu
contoh kegiatan ekonomi yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
Pemerintah saat ini juga sedang gencar gencar nya memberikan penghargaan kepada
setiap UKM yang mampu mengubah produk yang tidak memiliki nilai guna menjadi
lebih bermanfaat.
Analisis perilaku biaya bisa digunakan sebagai media bagi manajemen untuk
memprediksi biaya yang akan dikeluarkan di masa depan dan menentukan perkiraan
biaya berserta pendapatan. Analisis perilaku biaya juga mampu memberikan masukan
bagi manajemen dalam proses estimasi biaya produksi. Agar tercipta analisis perilaku
biaya yang baik maka perlu terlebih dahulu biaya apa saja yang harus diidentifikasi,
dipilah, dan dikelompokkan kedalam unsur biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variable cost).
Menurut (L.M.Samryn, 2001), Berdasarkan perilaku biaya bisa dibedakan
menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah suatu
biaya yang konstan dalam total tanpa mempertimbangkan perubahan-perubahan
tingkat aktifitas dalam suatau relevant range tertentu. Sedangkan biaya variable
(variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Semua industri atau usaha dalam segala ukuran

2
skala juga harus dapat menerapkan analisis yang tepat berkaitan dengan perilaku
biaya, tak terkecuali ukm konveksi maju warna yang merupakan usaha rumahan
dalam pembuatan pakaian jadi seperti , t-shirt, jaket, celana, dan lain sebagainya.
Untuk bisa bersaing dengn usaha konveksi lainya, UKM konveksi maju warna
terus melakukan perbaikan dan terus meningkatkan pelayanan. UKM maju warna
lebih cenderung menononjolkan kualitas barang yang di produksi dan harga barang
yang dijualnya.
2. Pembahasan
2.1 Usaha Kecil dan Menengan (UKM)
Usaha kecil dan menengah (UKM) salah satu bagian penting dalam
membangun perekonomian suatu Negara. Menurut (Sulistyo, 2010) menyatakan
bahwa UKM adalah salah satu jenis usaha milik perorangan, badan usahanya
berbadan hukum atau tidak berbadan hukum.
Kendala-kendala yang bisa menjadi penyebab sulitnya UKM dalam
mendapatkan modal diantaranya yaitu :
a. Tidak mengenal satu sama lain antara pemilik modal dan pemilik
UKM.
b. Kebanyakan para pelaku usaha atau UKM tidak famliar dengan
pembukuan , sedangkan pemilik modal seperti bank atau pemilik
modal lainya sangat familiar dengan adanya pembukuan.
c. Sulit memenuhi persyaratan administasi yang diminta leh pemilik
modal.
2.1 Konsep Biaya
Menurut (Simamora, 2002) menyimpulkan bahwa biaya adalah kas atau
nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan
memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.
Mulyadi dalam (Kartika, 2019) juga menyampaikan bahwa biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi, sedang terjadi atau yangkemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
(Dunia, 2005) juga menyatakan, Akuntansi biaya adalah bagian dari
akuntansi manajemen dimana merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi
yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya.
Dari definisi definisi di atas bisa disimpulkan bahwa biaya merupakan
semua sumber nilai ekonomi yang diukur dengan uang yang digunakan untuk

3
memperoleh barang atau jasa yang akan digunakan saat ini atau masa yang akan
datang.
2.3 Perilaku Biaya
Menurut (Samryn, 2012) Perilaku biaya (cost behavior) dapat diartikan
sebagai kecenderungan perubahan biaya dapat sebagai respon atas perubahan
tingkat aktifitas dalam bisnis. Biaya tersebut yang diidentifikasi berubah secara
proporsional dengan perubahan aktifitas disebut biaya variabel. Sementara biaya
yang tidak dapat berubah sampai kisaran relevan tertentu disebut biaya tetap.
Menurut (Samryn, 2012) Kisaran relevan (relevant range) adalah suatu
kisaran tingkat aktifitas dimana asumsi relatif perilaku biaya variabel dan biaya
tetap dianggap valid. Misalnya, satu mesin memilki kapasitas produksi 100 unit
per hari dengan total investasi Rp 1.000.000,-. Dengan satu mesin pabrik tersebut
perusahaan dapat memiliki kisaran relevan 1 sampai 100 unit produksi. Apabila
ingin menaikkan produksi menjadi 150 unit per hari maka pabrik harus
menambah 1 mesin yang sama dengan tambahan investasi Rp 1.000.000,-
sehingga biaya tetap menjadi Rp 2.000.000 yang akan konstan dapat untuk
memenuhi kapasitas produksi 101 – 200 unit per hari sebagai kisaran relevan
baru.
Sedangkan menurut Garison dalam (Winarko & Astuti, 2018) Menyatakan
bahwa perilaku biaya adalah biaya yang akan bereaksi atau berubah dengan
adanya perubahan tingkat aktivitas. Pemahaman terhadap perilaku biaya dapat
menjadi kunci beberapa pembuatan keputusan organisasi. Manajer yang
mengetahui perilaku biaya akan mampu memprediksi dengan lebih baik, apakah
yang terjadi pada biaya tersebut dalam berbagai kondisi.

Ukm konveksi Maju Warna adalah usaha rumahan yang bergerak dalam
memproduksi baju atau tekstil. UKM ini masih terbilang tidak terlalu besar dan juga
tidak terlalu kecil . UKM ini didirikan oleh Bapak Herry Subagyo sejak tahun 2017.
UKM ini terletak di Jln Pahlawan Gg. 3 Kedungwaru , Tulungagung. Lokasinya
ccukup strategis yaitu di pinggir jalan raya . Sehingga konsumen cukup mudah untuk
menjangkaunya.
Disini untuk memisahkan biaya tetap dan biaya variable saya menggunakan
“Metode titik tertinggi dan Terendah”. Metode titik tertinggi dan terendah (high-low
method) yaitu suatu metode pemisah biaya campuran kedalam elemen-elemen biaya

4
tetap dan biaya variabelnya dengan mendasarkan analisis pada selisih biaya antara
tingkat tertinggi dan yang terendah. Secara umum perhitungannya dapat dilakukan
dengan cara :
i. Memilih atau mencari jumlah biaya yang paling tinggi dari data yang
tersedia
ii. Memilih atau mencari jumlah biaya yang paling rendah dari data yang
tersedia
iii. Menghitung selisih jumlah jam mesin dan selisih biaya dari dua titik
tertinggi dan terendah
iv. Memasukkan selisih kedalam formula untuk menghitung komponen
biaya variabel

Berikut adalah data Data kegiatan dan biaya reparasi dan pemeliharaan Ukm
Konveksi Maju Warna selama bulan Januari sampai dengan juli tahun 2021 disajikan
dalam tabel berikut :
Bulan Jam Mesin Biaya
Januari 540 4.140
Februari 640 5.100
Maret 620 4.400
April 710 4.920
Mei 740 5.520
Juni 790 5.640
Juli 560 4.320

Langkah 1, Memilih atau mencari jumlah biaya yang paling tinggi dan terendah dari
data yang tersedia
Biaya Reparasi dan Pemeliharan pada Tingkat Tertinggi dan Terendah
Tertinggi Terendah Selisih
Jumlah Jam Mesin 790 540 250
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Rp. 5.640 Rp. 4.140 Rp. 1.500

5
Langkah 2, Memasukkan selisih kedalam formula untuk menghitung komponen biaya
variabel
Selisih biayareparasi dan pemeliharaan 1.500
Biaya Variabel =
Selisih jumlah jam mesin
= 250

= Rp. 6/jam
Langkah 3, masukan hasil perhitungan dari langkah 2 untuk menghitung elemen
biaya tetap tersebut per bulan pada titik tertinggi atau titik terendah dengan table
sebagai berikut:
Biaya Reparasi dan Titik kegiatan Tertinggi Titik Kegiatan
Pemeliharaan Terendah
Rp. 5.640 Rp. 4.140
Rp. 6 × 790 Rp. 4.740
Rp. 6 ×540 Rp. 3.240
(-) (-)
Biaya Reparasi dan Rp. 900 Rp.900
Pemeliharaan Tetap

Elemen Biaya Tetap = Total Biaya – Elemen Biaya Variabel


Jadi elemen biaya tetapnya menjadi :
5.640 – (6 x790) = Rp 900,- per bulan

Formula biaya selanjutnya dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan fungsi linear
y = Rp 900 + 6(x), yang memiliki arti bahwa biaya tetap pemeliharaan mesin setiap
bulan Rp 900 dan biaya variabelnya Rp.6 setiap jam pemeliharaan.

Jadi melakukan analisis perilaku biaya dengan menggunakan metode hitungan


titik tertinggi dan terendah ini sangat mudah dan cukup efesiena dalam industri atau
ukm. Dengan menggunakan metode ini juga bisa akan memprediksi bagaimana
perkembangan usaha di masa depan.Pengelompokan biaya tetap dan biaya variable ini
memiliki tujuan untuk menaikkan laba pada industri atau UKM Konveksi Maju
Warna.

6
3. Penutup
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis perilaku biaya dengan metode hitungan
titik tertinggi dan terendah sangat efektif untuk memisahkan biaya tetap dan biaya
variable dan berguna bagi manajemen dalam memisahkannya. Semua bidang industri
dapat menggunakan analisis perilaku biaya dengan metode hitungan titik terendah ini.
Metode ini berguna sebagai pemisah biaya tetap dan biaya variable yang digunakan
sebagai tolak ukur penjualan telah mencapai laba atau tidak.
Hasil dari Penelitian ini memberikan implikasi kepada manajemen koveksi
Maju Warna dalam melakukan analisis perilaku biaya dengan metode hitungan titik
tertinggi dan terendah sehingga dapat membantu Konveksi Maju Warna dalam
mengambil keputusan, misalnya dalam penggunaan biaya variable dan biaya tetap.
Analisis Perilaku biaya dengan metode hitungan titik tertinggi dan terendah ini juga
dapat meningkat kan laba dan dapat meningkatkan efesiensi kinerja dalam UKM
Konveksi Maju Warna sehingga manajemen juga mengetahui berapa banyak target
yang harus dipenuhi agar memperoleh laba yang diharapkan.

7
Refrensi

https://ekon.go.id/publikasi/detail/2969/umkm-menjadi-pilar-penting-dalam-perekonomian-
indonesia

https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=Pada+tahun+2016+UKM+bahkan+berkontribusi+terhadap+ekspor+nasional+sebesar+1
5%25+%28KADIN%2C+2016%29+

https://malangkota.bps.go.id/publication/2017/09/07/6f16d1caa243b75eed315045/produk-
domestik-regional-bruto-kota-malang-menurut-lapangan-usaha-2012-2016-.html

L.M.Samryn. (2001). Akuntansi Manajerial. In Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada.


Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya (ke-6). STIE YKPN.
Samryn, L. M. (2012). Akuntansi Manajemen. Edisi Revisi, Jakarta: Kencana.
Simamora, H. (2002). Akuntansi manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai