Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KASUS HOME CARE


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Home Care

Di susun oleh :
1. Cecep Mulyana (AK118031)
2. Firman Taufiq Firdaus (AK118063)
3. Gita Aprilia (AK118070)
4. Hilfi Noer Hafizha (AK118074)
5. Intan Asmarani (AK118079)
6. Irva Nurfadila (AK118083)
7. Lia Nurcahyati (AK118091)
8. Mega Alisia Panca W (AK118101)
9. Mulyani Alrum Sari (AK118115)
10. Ni Putu W M (AK118122)
11. Rifki Afdilah Fazri (AK118145)
12. Tohari Wijaya (AK118192)
13. Vera Viana (AK118196)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2021

Jln. Soekarno Hatta No. 754 Cibiru Bandung kec. Panyileukan kota Bandung
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas ridho dan
karunia-Nya kami dapat memenuhi tugas praktikum mata kuliah Home Care.
Dalam penyusunan makalah ini yang berjudul “MAKALAH KASUS
HOME CARE “. Tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun dengan penuh
kesabaran dan kerja keras kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Dan kami menyadari tugas ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa
bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak yang terkait sehingga segala kendala
dapat teratasi.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis kami masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saya akan sangat mengharapkan serta menghargai
segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan penulis
berikutnya.
Sekian laporan ini kami buat, semoga makalah ini dapat diterima dan
dipahami oleh siapapun yang membacanya dan bisa menambah wawasan untuk
para pembaca, selain itu makalah ini dapat berguna bagi diri kami dan orang lain.

Bandung, 17 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................1

1.3. Tujuan Makalah....................................................................................2

BAB II Tinjauan Teori..............................................................................3


2.1. Definisi .................................................................................................3

2.2. Etiologi..................................................................................................4

2.3. Patofisiologi..........................................................................................5

2.4. Manifestasi Klinis.................................................................................7

2.5. Klasifikasi.............................................................................................8

2.6. Komplikasi............................................................................................8

2.7. Pencegahan...........................................................................................9

2.8. Pemeriksaan Penunjang......................................................................10

2.9. Penatalaksanaan Medis.......................................................................11

2.10. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................16

BAB III Penutup......................................................................................27


3.1.....................................................................................................Penutup
..............................................................................................................27

3.2. Saran...................................................................................................27

Daftar Pustaka..........................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini
disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat
sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang dan masyarakat
dengan capet dapat mengetahui informasi yang ada. Perkembangan era globalisasi
yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan
perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang, sosial ekonomi
masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi
lemah merekaingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga
memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era
peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar,
managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan
yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel ini,
industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama
perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah
yang kompleks dan harus diatasi dengan perhatian yang besar bila salah
satutujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh
pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui
staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980
Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di Rumah Yang
Disusun Oleh PPNI dan DEPKES). Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh
hasil : 97,7 % menyatakan perludikembangkan pelayanan kesehatan di rumah,
87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta
91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan dirumah memerlukan izin
operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan
keperawatan kesehatan dirumah antara lain: Kebutuhan masyarakat,
perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang
mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.
Dalam praktik Home Care sendiri ada beberapa jenis pelayanan yang
diberikan tidak jauh dengan pelayanan rumah sakit seperti pelayanan
keperawatan, pelayanan medis, dan pelayanan penunjang medis .

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Home Care?
2. Bagaimana contoh kasus dan masalah kesehatan yang memerluka layanan
Home Care?
3. Apa saja manfaat Home Care?

1.3. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dari Home Care
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui alur pelayanan pada kasus dan masalah
yang memerluka layanan Home Care
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari Home Care.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Home Care


A. Definisi Home Care
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh
pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah
melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak
(Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan di
Rumah. Oleh PPNI dan DEPKES).
Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai
bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian
dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi. Sedangkan
Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian dari
proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana
pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari
rumah sakit. Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat dari
rumah sakit semula, dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien
berada, atau dilaksanakan oleh tim khusus yang menangani perawatan di
rumah.
B. Bentuk – Bentuk Pelayanan Home Care
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada
perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca
perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di
komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
a. Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
b. Klien dengan penyakit gagal jantung,
c. Klien dengan gangguan oksigenasi,
d. Klien dengan perlukaan kronis,
e. Klien dengan diabetes,
f. Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
g. Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
h. Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
i. Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
j. Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
a. Klien dengan post partum,
b. Klien dengan gangguan kesehatan mental,
c. Klien dengan kondisi usia lanjut,
d. Klien dengan kondisi terminal.

1. Berdasarkan fokus masalah kesehatan


Berdasarkan jenis malasah kesehatan yang dialami oleh klien,
pelayanan keperawatan di rumah (home care) di bagi tiga kategori
yaitu :
a. Layanan perawatan klien sakit
Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang
paling banyak dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah
sesuai dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu
yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan
kesehatannya dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak
perlu di rawat di rumah sakit.
b. Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada
promosi dan prevensi. Pelayanannya mencakup mempersiapkan
seorang ibu bagaimana merawat bayinya setelah melahirkan,
pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia
beradaptasi terhadap proses menua, serta tentag diet mereka.
c. Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada
penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-penyakit
kronis seperti diabetes, stroke, hipertensi, masalah-masalah
kejiwaan dan asuhan paa anak.
2. Berdasarkan institusi penyelenggara
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan
Home Care (HC), antara lain:
a. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama
berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan
kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia)
yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas
(digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas
biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini
dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
b. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan
sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh
LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari
donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan
rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud
pangabdian kepadan Tuhan.
c. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam
bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa
baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak
ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan
swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service”
d. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat
dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis
program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan
Home Care (HC) diatas, adalah :
 Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat,
sehingga kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan
sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya dirawat
1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara
menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi, memandikan
bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll)
belum dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu
masih kurang.
 Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada
klien yang dirawat dirumah sakit.
 Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS
tentu memerlukan biaya yang besar.
 Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke
rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun
perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen
keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di
RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS
cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care)
dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat
waktu & biaya serta lebih mempercepat tali kekeluargaan
(Suharyati, 1998)

3. Berdasarkan Pemberi Layanan


a. Dokter
Pemberian Home Care harus berada di bawah perawatan dokter.
Dokter harus sudah menyetujui rencana perawatan sebelum
perawatan diberikan kepada pasien. Rencana perawatan meliputi:
diagnosa, status mental, tipe pelayanan dan peralatan yang
dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis, kemungkinan untuk
rehabilitasi, pembatasan fungsional, aktivitas yang diperbolehkan,
kebutuhan nutrisi, pengobatan, dan perawatan.
b. Perawat
Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung
dan tidak langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari
perawatan, semua yang membutuhkan kontak fisik dan interaksi
face to face. Aktivitas yang termasuk dalam direct care mencakup
pemeriksaan fisik, perawatan luka, injeksi, pemasangan dan
penggantian kateter, dan terapi intravena. Direct care juga
mencakup tindakan mengajarkan pada pasien dan keluarga
bagaimana menjalankan suatu prosedur dengan benar. Indirect care
terjadi ketika pasien tidak perlu mengadakan kontak personal
dengan perawat. Tipe perawatan ini terlihat saat perawat home care
berperan sebagai konsultan untuk personil kesehatan yang lain atau
bahkan pada penyedia perawatan di rumah sakit.
c. Physical therapist
Menyediakan perawatan pemeliharaan, pencegahan, dan
penyembuhan pada pasien di rumah. Perawatan yang diberikan
meliputi perawatan langsung dan tidak langsung. Perawatan
langsung meliputi: penguatan otot, pemulihan mobilitas,
mengontrol spastisitas, latihan berjalan, dan mengajarkan latihan
gerak pasif dan aktif. Perawatan tidak langsung meliputi konsultasi
dengan petugas home care lain dan berkontribusi dalam konferensi
perawatan pasien.
d. Speech pathologist
Tujuan dari speech theraphy adalah untuk membantu pasien
mengembangkan dan memelihara kemampuan berbicara dan
berbahasa. Speech pathologist juga bertugas memberi konsultasi
kepada keluarga agar dapat berkomunikasi dengan pasien, serta
mengatasi masalah gangguan menelan dan makan yang dialami
pasien.
e. Social wolker (pekerja social)
Pekerja social membantu pasien dan keluarga untuk menyesuaikan
diri dengan faktor sosial, emosional, dan lingkungan yang
berpengaruh pada kesehatan mereka.
f. Homemaker/home health aide
Tugas dari home health aide adalah untuk membantu pasien
mencapai level kemandirian dengan cara sementara waktu
memberikan personal hygiene. Tugas tambahan meliputi
pencahayaan rumah dan keterampilan rumah tangga lain (Bukit,
2008).

2.2. Konsep Stroke


A. Definisi
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009).
Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebri dan mungkin
pendarahan subarakhnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istrahat. Kesadaran klien umumnya
menurun (Arif Muttaqin, 2008).
B. Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intra
cranial dengan gejala peningkatan tekanan darah systole > 200 mmHg pada
hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan,
sianosis, dan pernafasan mengorok.
Stroke Hemoragik disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
Hipertensi, Obesitas, dan Kolesterol.(Price & Wilson, 2005)
1. Hipertensi
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90
mmHg dalam jangka waktu yang lama.
2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan seseorang yang memiliki
berat badan berlebih dengan IMT (indeks masa tubuh) lebih besar
daripada 27,8 kg/m².
3. Kolesterol
Peningkatan kadarkolesterol berhubungan dalam menyebabkan
Stroke Hemoragik dikarenakan perkembangan plak aterosklerotik
aorta pada pasien Stoke Hemoragik.
C. Manifestasi Klinis
Menurut Batticaca, 2008 gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan
motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan
sensasi, baal atau kesemutan.
12. Kelemahan pada satu sisi tubuh.
D. Patofisiologi
Menurut Price & Wilson, 2006
1. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa
atau hematoma yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema
disekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah putamen, thalamus,
sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisme
paling sering didapat pada percabangann pembuluh darah besar di
sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan
piameter dan ventrikel otak, ataupun di dalam ventrikel otak dan ruang
sub arachnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang sub
arachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan inta kranial
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul
nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda
rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan tekanan intra kranial
yang mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan sub arachnoid dapat mengakibatkan vaso
spasme pembuluh darah serebral. Vaso spasme ini sering kali terjadi 3-
5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya pada hari ke
5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vaso
spasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari
darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan
pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso spasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia,
dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan
glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan
oksigen jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar
akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh
kekurangan dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % maka akan
terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh
berusaha memenuhi oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang
dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal,
AGD, biokimia darah, elektrolit.
2. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan
juga untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan
adanya infark.
3. Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.
4. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
5. MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic.
6. EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi
karotis interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial
dinding aneurisme pada perdarahan sub arachhnoid.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Menurunkan kerusakan iskemik serebral.
Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak
mungkin area iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan
aliran darah yang adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki
disritmia serta tekanan darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan
rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
1) Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan
perdarahan pada fase akut.
2) Obat anti trombotik : pemberian ini diharapkan mencegah
peristiwa trombolitik atau embolik.
3) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
d. Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran
darah otak.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila
muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika
stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
c. Tanda-tanda vital usahakan stabil.
d. Bedrest.
e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang
berlebih.

2.3. Konsep Aspirasi Pneumonia


A. Definisi
Pneumonia aspirasi didefinisikan sebagai inhalasi isi orofaring atau
lambung ke dalam larynx dan saluran pernafasan bawah.Beberapa sindrom
pernafasan mungkin terjadi setelah aspirasi, tergantung pada jumlah dan jenis
material aspirasi, frekuensi aspirasi dan respon host terhadap material aspirasi.
Pneumonitis aspirasi (Mendelson’s syndrome) adalah jejas kimia yang
disebabkan oleh inhalasi isi lambung.1Nama lain nya yaitu Anaerobic
pneumonia, aspirasi vomitus, pneumonia necrotizing, pneumonitis aspirasi,
pneumonitis kimia.
B. Etiologi
Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu
aspirasi asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi
bakteri dari oral dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial,
Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan
exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda asing merupakan
kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor
predisposisi pneumonia bakterial. Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman
orofaring yang biasanya polimikrobialnamun jenisnya tergantung kepada
lokasi, tempat terjadinya, yaitu di komunitas atau di RS. Pada PAK, kuman
patogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-46%) yang terdapat di
sekitargigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus yang juga
dapat disertai Klebsiellapnemoniae dan Stafilococcus, atau fusobacterium
nucleatum, Bacteriodes melaninogenicus, dan Peptostreptococcus. Pada PAN
pasien di RS kumannya berasal dari kolonisasi kuman anaerobfakultatif,
batang Gram negatif, pseudomonas, proteus, serratia, dan S. aureus di
samping bisa juga disertai oleh kuman ananerob obligat di atas. Kondisi yang
mempengaruhi pneumonia aspirasi antara lain:
1. Kesadaran yang berkurang, merupakan hasil ayang berbahaya dari reflex
batuk dan penutupan glottis.
2. Disfagia dari gangguan syaraf
3. Gangguan pada system gastrointestinal, seperti penyakit esophageal,
pembedahan yang melibatkan saluran atas atau esophagus, dan aliran
lambung.
4. Mekanisme gangguan penutupan glottis atau sfingter jantung karena
trakeotomi, endotracheal intubations (ET), bronkoskopi, endoskopi atas
dan nasogastric feeding (NGT)
5. Anestesi faringeal dan kondisi yang bermacam-macam seperti muntahan
yang diperpanjang, volume saluran cerna yang lebar, gastrostomi dan
posisi terlentang.
6. Lain-lain: fistula trakeo-esofageal, pneumonia yang berhubungan dengan
ventilator, penyakit periodontal dan trakeotomi.
Kondisi-kondisi ini kesemuanya berbagi dalam seringnya dan banyaknya
volume aspirasi, yang meningkatkan kemungkinan pengembangan
pneumonitis aspirasi. Pasien dengan stroke atau penyaki kritis yang
membutuhkan perawatan biasanya mempunyai beberapa factor resiko dan
memperbaiki kasus yang mempunyai proporsi yang besar. Kurangnya
kebersihan gigi khususnya pada orang tua atau pasien yang kondisinya lemah,
menyebabkan koloni dalam mulut dengan organism patogenik yang secara
potensial bisa menyebabkan bertambahnya jumlah bakteri. Peningkatan resiko
infeksi dapat menyebabkan aspirasi.
C. Patofisiologi
Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang.Di sini
terdapat perananaksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan
material yang teraspirasi. Terdapat 3faktor determinan yang berperan dalam
pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi,volume aspirasi, serta
faktor defensif host.
Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat
dibedakan antaraberbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus
gangguan terjadi pada parenkim disertaibronkiolitis dan gangguan
interstisial.Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel,pembentukan mukus
dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus.Selanjutnya terjadi infiltrasi
selradang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan
interstisial, duktusalveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai
pembentukan membran hialin danperdarahan intra alveolar. Gangguan paru
dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.
Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat
secret orofaringeal,nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas
bagian bawah. Penyakit ini terjadi pada orang dengan level kesadaran yang
berubah karena serangan cerebrovascular accident (CVA), CNS lesion mass,
keracunan obat atau overdosis dan cidera kepala. Kebanyakan
individumengaspirasi sedikit secret orofaringeal selama tidur, dan secret
tersebut akan dibersihkan secaranormal.
Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali adalah:
1. Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis,
reflex batuk (kejang, stroke, pembiusan, cedera kepala, tumor otak)
2. Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker
nasofaring, scleroderma)
3. Kerusakan sfingter esophagus oleh selang nasogastrik. Juga peran
jumlah bahan aspirasi,hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan
mekanisme klirens saluran napas.
D. Klasifikasi
Aspirasi bisa terjadi pada individu yang sehat tanpa gejala
perkembangan infeksi tergantung pada faktor-faktor lain seperti ukuran
inolukrum, besarnya efek yang dihasilkan oleh organisme dan pertahanan
bagian yang ditempatinya seperti penutupan glottis, reflek batuk, dan status
imunologis.Pneumonia bisa muncul mengikuti aspirasi mikroorganisme yang
virulen. Dan istilah pneumonia digunakan untuk kemunculan pneumonia
ketika ukuran inolukrum cukup luas dan/atau gagalnya pertahanan bagian
yang ditempatinya.
Aspirasi bisa dibagi menjadi dua kategori. Ini mempunyai penilaian
penting, yang akan menyebabkan bakteri pneumonia dengan organism mulut
mendominasi. Aspirasi isi lambung akan menyebabkan sebuah pneumonitis
kimia (contoh: Mendelson’s syndrome) karena isi lambung biasanya steril,
tapi kadar asamnya menghasilkan perkembangan radang yang cepat pada
paru-paru. Terdapat tumpang tindih antara pneumonia dan pneumonitis, tetapi
memungkinkan untuk membuat perbedaan dan menyesuaikan perawatan yang
sesuai.Sindrom-sindrom aspirasi yang lain termasuk penghambatan saluran
karena benda asing dan pneumonia lipoid eksogen.
Aspirasi meliputi beberapa sindrom aspirasi:
1. Pneumonitis kimia: aspirasi agen toksik seperti asam lambung, cidera
instanteneus ditandai dengan hipoksemia. Pengobatan membutuhkan
dukungan ventilator bertekanan positif.
2. Reflek penutupan saluran nafas: aspirasi cairan (air, garam, makanan
nasogastrik) dapat menyebabkan laringospasme pada saluran
pernafasan dan edema pulmo yang menghasilkan hipoksemia.
Pengobatan termasuk pernafasan dengan tekanan positif yang tidak
teratur dengan 100% oksigen dan isoproterenol.
3. Obstruksi mekanik: aspirasi cairan atau zat partikel (saluran pernafasan
makanan secara parsial, hot dog, kacang) bisa menghasilkan
penghambatan mekanis yang sederhana. Terjadinya batuk, desahan dab
dispnea dengan atelektasis yang terlihat pada X-ray di dada.
Pengobatan memerlukan penyedotan trakeobronkial dan
menghilangkan zat partikel dengan serat optic bronkoskopi.
4. Pneumonia aspirasi: aspirasi bakteri dari orofaring. Pasien mengalami
batuk, demam, batuk berdahak dan hasil radiografi menunjukkan
infiltrasi. Pengobatan membutuhkan antibiotik.
E. Gejala Klinis
Manifestasi klinis pneumonia aspirasi ini bervariasi dari yang ringan
hingga berat dengan syok sepsis atau hingga gagal nafas, semua itu tergantung
dengan faktor penjamu, beratnya aspirasi dan kuman yang menjadi
penyebabnya. Gejala klinis dapat berupa bronkopneumonia, pneumonia lobar,
pneumonia nekrotikans,atau abses paru dan dapat diikuti terjadinya empiema.
Adapun gambaran klinis dari pneumonia aspirasi ini didukung dengan adanya
sputum berwarna kemerahan atau bisa juga kehijauan, dan sputum tersebut
berbau. Gejala klinis yang bisa ditemui juga dapat berupa gangguan menelan
dan gejala yang ada pada pneumonia yaitu demam, batuk, sesak, kesulitan saat
inspirasi atau inspirasi memanjang, dan ada nafas cuping hidung. Gangguan
menelan pada pasien pneumonia aspirasi ini diketahui bila pasien
mengeluarkan cairan atau makanan melalui hidung, lalu adanya sisa makanan
di mulut setelah menelan.Pasien juga biasanya mengeluhkan nyeri saat
menelan, seperti ada yang menyngkut di tenggorokan, terkadang sampai batuk
hingga tersedak saat makan atau minum, serta terdengar adanya bunyi yang
terdengar setelah makan. Pasien juga dapat mendadak batuk dan sesak
napassesudah makan atau minum. Awitan umumnya insidious, walaupun pada
infeksi anaerob bisamemberikan gambaran akut seperti pneumonia
pneumokokus berupa sesak napas pada saatistirahat, sianosis.Umumnya
pasien datang 1-2 minggu sesudah aspirasi, dengan keluhan demam mengigil,
nyeri pleuritik, batuk, dan dahak purulen berbau (pada 50% kasus). Kemudian
bisaditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan, bersuara
saat napas (mengi),takikardi, merasa pusing atau kebingungan, merasa marah
atau cemas.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan jumlah leukosit yang
meningkat (lebih dari10.000/mm3, kadang- kadang mencapai
30.000/mm3), yang mengindikasikan adanyainfeksi atau
inflamasi.Tapi pada 20% penderita tidak terdapat leukositosis. Hitung
jenisleukosit “shift to the left”. LED selalu naik. Billirubin direct atau
indirect dapatmeningkat, oleh karena pemecahan dari sel darah merah
yang terkumpul dalam alveolidan disfungsi dari hepar oleh karena
hipoksia. Untuk menentukan diagnosa etiologidiperlukan pemeriksaan
dahak, kultur darah dan serologi. Analisis gas darah
menunjukanhipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.3
2. Pemeriksaan radiologi
a. Foto Toraks
Pemeriksaan radiologi pilihan untuk pneumonia aspirasi adalah
foto toraks.3 Gambaran radiologi pneumonia aspirasi bervariasi
tergantung pada beratnya penyakit dan lokasinya.Lobus bawah dan
lobus tengah kanan paling sering terkena, Tetapi lobus bawah kiri
juga sering.Ditemukan area-area ireguler yang tidak berbatas tegas
yang mengalami peningkatan densitas. Pada tahap awal area
densitas tinggi tersebut hanya lokal, akan tetapi pada tahap lanjut
akan berkelompok/ menyatu (infiltrat). Pada beberapa kasus
pneumonia aspirasi bersifat akut dan akan bersih dengan cepat
ketika penyebab yang menimbulkan aspirasi telah teratasi. Pada
beberapa kasus, pneumonia disebabkan oleh penyakit kronik dan
aspirasi berulang akan mengakibatkan pneumonitis basis paru
kronik yang menampilkan bercak berawan (perselubungan
inhomogen).
Lokasi infiltrate:
- Bagian tengah dan bawah lobus kanan paru paling sering
terjadi inflamasi denganukuran lebih besar
- Pasien yang mengalami aspirasi pada keadaan berdiri, infiltrat
akan terbentuk padalobus kanan dan kiri bagian bawah.
- Pasien yang mengalami aspirasi pada pada keadaan berbaring
posisi dekubitus lateralkiri, infiltrate akan terbentuk pada sisi
kiri.
- Pada pasien pecandu alkohol yang mengalami aspirasi pada
posisi prone, kosolidasiyang terbentuk lebih sering pada lobus
atas paru-paru kanan.
b. Computed Tomography Scanning (CT scan) Toraks
Pemeriksaan CT scan lebih unggul dibanding dengan foto
konvensional dalam menentukan sifat, luas, dan komplikasi
aspirasi. Multidetektor CT (MDCT) telah terbukti efektif dalam
mengevaluasi adanya benda asing atau cairan. Pada pasien yang
diduga aspirasi benda asing, dalam hubungannya dengan MDCT,
dapat menggambarkan lokasi yang sesungguhnya. Temuan ini
mungkin dapat membantu penyebab aspirasi seperti fistulla atau
tumor tenggorokan, laring, atau kerongkongan.18Gambaran CT
scan yang dapat kita peroleh pada pneumonia aspirasi adalah
adanya peningkatan densitas dari paru-paru yang terkena bahan
aspirasi berupa bayangan opak. Bayangan ini terlihat seperti
konsolidasi dan ground-glass opacities.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Toraks
Beberapa penelitian besar dari MRI yang didedikasikan untuk
penyakit aspirasi pneumonia ini telah dilakukan. Namun, hasil dari
studi kasus dipublikasikan untuk mengkonfirmasi akurasi
pencitraan MRI untuk kondisi-kondisi seperti peradangan akut,
granuloma, dan fibrosis. MRI berkerja baik dalam mendefinisikan
sifat aspirasi dan reaksi tubuh terhadap aspirasi. Beberapa penulis
telah menemukan bahwa MRI lebih unggul daripada CT scan
dalam diagnosis lipoid aspirasi.
G. Penatalaksanaan
Pasien dibaringkan setengah duduk. Pada pasien dengan disfagi dan
atau gangguan reflex menelan perlu dipasang selang nasogastrik. Bila cairan
teraspirasi, trakea harus segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya.
Lakukan maneuver Heimlich untuk mengeluarkan aspirasi bahan padat, bila
bahan yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan segera lakukan trakeotomi
(krikotirotomi). Pengeluaran bahan yang tersangkut, biasanya dilakukan
dengan bronkoskopi.Berikan oksigen nasal atau masker bila ada tanda gagal
napas berikan bantuan ventilasi mekanik. Lakukan postural drainage untuk
membantu pengeluaran mukus dari paru-paru.
Pneumonia aspirasi (PA) dengan tipe yang didapat di masyarakat
diberikan penisilin atau sefalosporin generasi ke 3, ataupun klindamisin 600
mg iv/ 8 jam bila penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin. Bila
PA didapatkan di rumah sakit diberikan antibiotika spectrum luas terhadap
kuman aerob dan anaerob, misalnya aminoglikosida dikombinasikan dengan
sefalosporin generasi ke 3 atau 4, atau klindamisin.Perlu dipertimbangkan
pola dan resistensi kuman di rumah sakit bersangkutan. Dilakukan evaluasi
hasil terapi dan resolusi terhadap terapi berdasarkan gambaran klinis
bakteriologis untuk memutuskan penggantian atau penyesuaian antibiotik
(AB).
Tidak ada patokan pasti lamanya terapi.Antibiotik perlu diteruskan
hingga kondisi pasien baik, gambaran radiologis bersih atau stabil selama 2
minggu.Biasanya diperlukan terapi 3-6 minggu.

2.4. Konsep Diabetes Melitus


A. Pengertian DM
Diabetes melitus adalah suatu keadaan kelebihan kadar glukosa dalam
tubuh disertai dengan kelainan metabolik akibat gangguan hormonal dan dapat
menimbulkan berbagai kompilkasi kronik. Diabetes melitus juga merupakan
penyakit yang menahun atau tidak dapat disembuhkan (Mansjoer et al., 2000).
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, seseorang dapat
didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus
seperti poliuria, polidipsi dan polifagi diserta dengan gula darah sewaktu ≥200
mg/dL dan gula darah puasa ≥126mg/dL (Perkeni, 2011).
B. Penyebab DM
Penyebab penyakit diabetes melitus adalah terganggunya
kemampuan tubuh untuk menggunakan glukosa ke dalam sel. Tubuh
normal mampu memecah gula dan karbohidrat yang Anda makan menjadi
gula khusus yang disebut glukosa. Glukosa merupakan bahan bakar untuk
sel-sel dalam tubuh. Untuk memasukkan glukosa ke dalam sel dibutuhkan
insulin. Pada pengidap diabetes, tubuh tidak memiliki insulin (DM Tipe 1)
atau insulin yang ada kurang adekuat (DM Tipe 2). Karena sel-sel tidak
dapat mengambil glukosa, akibatnya ini akan menumpuk dalam aliran
darah. Tingginya kadar glukosa dalam darah dapat merusak pembuluh
darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem saraf. Oleh karena itu,
diabetes yang tidak ditangani dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke,
penyakit ginjal, kebutaan, dan kerusakan saraf di kaki.
C. Tanda Gejala DM
Menurut Wicak (2009) gejala umum yang ditimbulkan oleh
penyakit diabetes melitus dianataranya :
1. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala
diabetes melitus dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi
sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung
glukosa.
2. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan.
3. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien diabetes melitus akan merasa cepat lapar,hal ini disebabkan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis, sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi.
4. Berkeringan banyak
Glukosa yang tidak dapat terurai akan dikeluarkan oleh tubuh melalui
keringat sehingga pada pasien diabetes melitus akan mudah
berkeringat banyak.
5. Lesu
Pasien diabetes melitus akan mudah merasakan lesu. Hal ini
disebabkan karena pada gukosa dalam tubuh sudah banyak dibuang
oleh tubuh melalui keringat atau urin, sehinggu tubuh merasa lesu dan
mudah lelah.
6. Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien diabetes melitus disebabkan
karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai
cadangan energi.
D. Klasifikasi DM
American Diabetes Association (ADA) mengklasifikasikan diabetes
melitus berdasarkan patogenesis sindrom diabetes melitus dan gangguan
toleransi glukosa. Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4 yaitu diabetes
melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes gestational dan diabetes
melitus tipe khusus (Price & Wilson, 2005).
1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes melitus atau IDDM)
merupakan diabetes yang disebabkan oleh proses autoimun sel- T
(autoimmune T- Cell attack) yang menghancurkan sel- sel beta
pancreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin,
sehingga insulin tidak terbentuk dan mengakibatkan penumpukan
glukosa dalam darah. Pasien dengan diabetes tipe 1 membutuhkan
penyuntikan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
(Smeltzer & Bare, 2001).
2. Diabetes Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah diabetes melitus yang tidak tergantung
dengan insulin. Diabetes melitus ini terjadi karena pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak mampu
menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula
dalam darah. Diabetes melitus tipe 2 dapat terjadi pada usia
pertengahan dan kebanyakan penderita memiliki kelebihan berat badan
(Smeltzer & Bare,2001).
3. Diabetes Gestastional (diabetes kehamilan )
Diabetes gestastional adalah diabetes yang terjadi pada masa
kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Diabetes
gestastional disebabkan karena peningkatan sekresi berbagai hormone
yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa. Diabetes
gastastional dapat hilang setelah proses persalinan selesai. (Price &
Wilson, 2005).
4. Diabetes melitus tipe khusus
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena
adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan
mutase gen serta mengganggu sel beta pankreas sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat
mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom
chusing, akromegali dan sindrom genetik (Arisman, 2011).
E. Patofisiologi DM
1. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe I ( IDDM – Insulin Dependent
Diabetes Mellitus)
Islet cells pada penderita DM I menghasilkan insulin dengan jumlah
yang tidak mencukupi atau bahkan sama sekali tidak memproduksi
insulin pada saat glukosa diserap ke dalam aliran darah. Insulin yang
berperan untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (gula simpanan),
apabila terdapat dalam jumlah yang sedikit akan menyebabkan gula
darah menumpuk dalam aliran darah karena tidak bekerjanya proses
metabolisme. Hal ini menyebabkan kadar gula darah meningkat dan
tidak sebanding lagi dengan jumlah hidrat arang yang dikonsumsi (dari
makanan).
Maka dari itu, untuk mengimbangi kekurangan produksi insulin
tersebut, penderita harus mendapatkan terapi insulin secara subkutan
sebelum makan (± 1 jam). Pemberian insulin ini dilakukan satu jam
sebelum makan agar proses kerja insulin dapat berkoordinasi dalam
melakukan pengikatan dengan glukosa yang diasup dari makanan.
Sehingga fungsi insulin sebagai pengubah glukosa menjadi glikogen
dapat bekerja sesuai dengan perannya.
2. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II (NIDDM – Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus)
Pada penderita DM Tipe II, insulin bekerja untuk memengaruhi sel-sel
sasaran (sel-sel otot dan lemak) dimana hal ini tidak berfungsi dengan
baik. Sel-sel tersebut menolak mengambil glukosa dari dalam darah
dengan bantuan insulin. Sehingga gula akan tetap berada dalam darah
dan terjadi penumpukan sehingga jumlah gula tersebut akan terus
meningkat. Kadar gula yang tinggi ini akan merangsang islet cells
untuk memproduksi lebih banyak insulin. Diingatkan lagi pada
hubungan antara jumlah glukosa darah dengan jumlah produksi insulin
yang berbanding sejajar. Insulin Mempengaruhi sel-sel sasaran (sel-sel
otot & lemak) Menolak bantuan insulin Penumpukan gula darah dalam
aliran darah Kadar gula darah meningkat Merangsang islet cells
Produksi insulin berlebih ‘Keletihan awal’ islet cells Produksi insulin
berkurang Pemberian obat-obatan Membantu dalam peningkatan
insulin.
F. Pengobatan DM
Pengobatan Diabetes Mellitus bertujuan untuk menghilangkan gejala dan
tanda Diabetes Mellitus, tercapainya pengendalian kadar glukosa dalam
darah dan mencegah terjadinya progresivitas penyulit seperti
mikroangiopati dan neuropati. Pada DM tipe 1 dan DM gestasional,
pengobatan menggunakan insulin sedangkan pada DM tipe 2, pengobatan
menggunakan obat hiperglikemik oral (OHO). Penggolongan obat
hiperglikemik oral :
1. Sulfonilurea
Golongan ini bekerja dengan merangsang produksi insulin. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah glibenklamid, glikazid, gliplizid,
dan glimepirid.
2. Biguanid
Golongan ini bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah metformin.
3. Thiazolidindion
Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas
insulin di otot, hepar, dan jaringan lemak secara tidak langsung
dengan mengaktivitasi PPAR. PPAR merupakan faktor penting dalam
transkripsi inti pada diferensi sel lemak dan metabolisme asam lemak.
Contoh golongan ini adalah pioglitazon dan rosiglitazon.
4. Glukosidase Inhibitors
Golongan ini bekerja dengan cara mencegah pemecahan sukrosa dan
karbohidrat oleh enzim α glukosidase di usus halus sehingga waktu
absorpsi karbohidrat lebih lama. Contoh golongan ini adalah akarbose.
G. Pemeriksaan Penunjang DM
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu,kadar glukosa darah puasa, kemudian diikuti
dengan Tes Toleransi Glukosa Oral standar.Untuk kelompok resiko tinggi
DM, seperti usia dewasa tua, tekanan darah tinggi,obesitas, dan adanya
riwayat keluarga, dan menghasilkan hasil pemeriksaan negatif, perlu
pemeriksaan penyaring setiap tahun. Bagi beberapa pasien yang berusia
tua tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3
tahun.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS DAN NASKAH ROLE PLAY

KASUS

Keluarga pasien telp rencana ayahnya mau pulang, setelah dirumah mau
dilanjutkan homecare, perawat menyarankan keluarga untuk datang ke layanan
homecare sambil membawa surat dari perawat ruangan. Akhirnya keluarga
memenuhi saran perawat untuk datang ke homecare. Dengan membawa surat
pindah, keluarga menyerahkan surat itu disana tertulis : Nama Tn. E diagnosa
stroke, aspirasi pneumoni + DM. Usia Tn E. Usia 75 tahun , no medrek 665978...
Hal penting yang hrs diperhatikan : Perawatan luka dekubitus / 2 hari
(duederem gel). Masih terpasang NGT dan DC (H2) no 16 yang biasa.
Fisioterapi/hari
Berapa biaya yang harus disiapkan oleh keluarga untuk perawatan
homecare dan rencana apa saja yang akan dilakukan?
ASUHAN KEPERAWATAN

Untuk alur perawatan di Home Care, antara lain:


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
2. Lingkungan sosial, dan budaya
3. Spiritual
4. Pemeriksaan fisik
5. Kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan se-hari-hari.
6. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Aktual
2. Resiko
3. Potensial
Untuk diagnosa yang dialami klien sesuai dengan diagnosa medis yaitu
stroke, DM, Dan Aspirasi pneumoni
C. Perencanaan keperawatan
1. Perawatan luka dekubitus
2. Pemasangan NGT
3. Pemasangan Dower Kateter
4. Fisioterapi

D. Biaya perawatan Home Care


Harga Alat Kesehatan Dan Obat
No. Nama alat/barang Keterangan Harga
1 NGT no 16 1 x pemakaian Rp. 71.100
2 Spuit 10cc 1 x pemakaian Rp. 3.500
3 Foley Catheter 16 Fr 1 x pemakaian Rp. 32.000
4 Urine bag Adult 1 x pemakaian Rp. 20.000
5 NaCl 0,9 % 2,5 ml 1 x pemakaian Rp. 3000
6 Duoderm Gel 30 gram - Rp. 125.000
7 Kassa steril - Rp. 24.500
8 Insulin Novorapid Flexpen - Rp. 223.600
Total Rp. 502.700,-
Daftar Tarif Homecare Keperawatan
No. Nama tindakan Jasa medis Keterangan Total
1. Pemasangan poly 50.000/tindakan - Rp. 50.000
chateter
(16 Fr)
2. Pemasangan NGT 50.000/tindakan - Rp. 50.000
3. Perawatan luka 50.000/ Luka Rp. 50.000
(luka khusus diameter tindakan dekubitus
lebih dari 15 cm atau
lebih besar dan dalam )
4 Pemberian therapy 60.000/ Insulin Rp. 60.000
injeksi tindakan
(insulin)
Total Rp. 210.000,-

Daftar Tarif Homecare Fisioterapi


No Layanan Durasi Biaya Biaya Biaya Total
fisio sewa admin
alat
1 Exercise 90 menit 250.000 50.000 300.000
Neuro (3 kali
(stroke, pertemuan)
Parkinson)
Total Rp. 300.000,-

Total Biaya yang harus dikeluarkan oleh Keluarga


No. Pengeluaran Jumlah
1. Alat kesehatan dan obat Rp. 502.700
2. Pelayanan keperawatan Rp. 210.000
3. Jasa pelayanan fisioterapi Rp. 300.000
Total Rp. 1.012.700,-
Naskah Role Play Home Care

Keluarga pasien telp rencana ayahnya mau pulang, setelah dirumah mau
dilanjutkan homecare, perawat menyarankan keluarga untuk datang ke layanan
homecare sambil membawa surat dari perawat ruangan. Akhirnya keluarga
memenuhi saran perawat untuk datang ke homecare. Dengan membawa surat
pindah, keluarga menyerahkan surat itu disana tertulis : Nama Tn. E diagnosa
stroke, aspirasi pneumoni + DM. Usia Tn E. Usia 75 tahun , no medrek 665978...
Hal penting yang hrs diperhatikan : Perawatan luka dekubitus / 2 hari
(duederem gel). Masih terpasang NGT dan DC (H2) no 16 yang biasa.
Fisioterapi/hari

Pada suatu hari seorang pasien dari RS X direncanakan untuk pulang, karena
keluarga mau memutuskan untuk melakukan perawatan home care pada pasien
tersebut. Sebelumnya keluarga menghubungi terlebih dahulu tempat perawatan
home care tersebut, dan keluarga di arahkan oleh perawat homecare untuk datang
ke layaan home care dengan membawa surat pengantar dari perawat ruangan.
Perawata home care : halo selamat siang, saya ... dari pelayanan home care
kita.
Keluarga : halo selamat siang, saya ... ingin mendaftarkan ayah
saya untuk melakukan perawatan home care di pelayanan
home care kita.
Perawat home care : ohh baik pak, sebelumnya ini dengan bapak/ibu siapa?
Keluarga : saya bapak/ibu...
Perawat home care : baik pak besok bapak bisa datang langsung ke
pelayanan home care dan jangan lupa membawa dari
perawat ruangan pak.
Keluarga : baik bu
Keesokan harinya keluarga datang menuju layanan home care sesusia janji temu
sebelumnya
Administrasi : ada yang bisa saya bantu pak?
Keluarga : saya pak ... kemarin saya sudah menelepon kesini untuk
mendaftarkan ayah saya agar bisa dilakukan perawatan
home care, nah terus kemarin saya diminta untuk datang
kemari sambil membawa surat dari perawat Rumah sakit
Administrasi : ohh iya dengan pak .... baik pak saya minta terlebih
dahulu surat pengantarnya.
Keluarga menyerahkan surat pengantar
Adminitrasi : baik pak saya daftarkan terlebih dahulu
Staff adminitrasi memasukan data pasien dari surat pengantar yang berisi
Nama Tn. E., diagnosa stroke, aspirasi pneumoni + DM. Usia Tn E. Usia 75
tahun, no medrek 665978...
Hal penting yang hrs diperhatikan : Perawatan luka dekubitus / 2 hari (duederem
gel). Masih terpasang NGT dan DC (H2) no 16 yang biasa. Fisioterapi/hari
Adminitrasi : baik pak sudah saya daftarkan, sebelumnya saya mau
menjelaskan terlebih dahulu mengenai proses perawatn
home care ini. pelayanan yang kami berikan ada dua cara
pak bisa melalui via telepon ataupun kami yang akan
langsung kunjungan ke rumah pasien. untuk
perawatannya sendiri sama seperti perawatan yang
diberikan dri rumah sakit seperti perawatan luka,
fsioterapi dan sebagainya sesuai dengan masalah yang
pasien alami. Untuk lebih lanjut kami akan jadwalkan
kunjungan hari esok jam 8 pagi kerumah bapak,
bagaiman pak?
Keluarga : baik bu
Keesokan harinya perawat home care datang mengunjungi kediaman pasien
tersebut untuk melakukan pengakjian serta tindakan lain untuk merencankan
proses perawatan pada pasien
Perawat 1 : permisi pak, saya .... beserta rekan saya dari perawat
home care yang melakukan kunjungan hari ini
Keluarga : iya baik bu
Perawat 1 : sebelumnya saya mau melakukan pengakjian terlebih
dahulu ya pak, ada beberapa pertanyaan yang mungkin
bapak bisa jawab.
Keluarga : iya baik bu
Perawat : apa keluhan yang ayah bapak rasakan?
Keluarga : ayah saya mengalami stroke bu, sehingga tidak bisa
melakukan aktivitas sebagaimana mestinya. Untuk makan
dan ke kamar mandi pun agak susah hanya bisa berbaring
di tempat tidur. Setelah dirawat di RS keadaan ayah saya
semakin hari semakin membaik. Lalu saya memilih untuk
melakukan perawatan di home care saja bu, dengan
begitu ayah saya bisa di jaga langsung oleh saya dan
keluarga yang lain.
Perawat : lalu apakah ada keluhan lainnya pak?
Keluarga : ayah saya juga memiliki masalah diabetes melitus bu
Perawat : apakah saya boleh melihat obat yang dibawa pulang dari
RS ?
Keluarga : iya bu boleh sebentar saya ambilkan dulu.
keluarga mengambil resep obat
Keluarga : ini bu, dan ini ada insulin juga yang diresepkan untuk
ayah saya namun sepertinya sebentar lagi akan habis.
Perawat : baik pak, nanti akan kami resepkan kembali beberapa
obat untuk ayah bapak.
Perawat 2 : sebelumnya pak disini juga kami akan melakukan
perawatan lain. Diliat dari surat pengantar RS seharusnya
ayah bapak melakukan penggantian pemasangan NGT
dan pemasangan kembali kateter . Tujuanya agar
kebutuhan nutrisi serta BAK ayahnya terpenuhi,
bagaimana pak apakah bapak setuju?
keluarga : ohhh iya bu silahkan.
Perawat 2 : jika bapak setuju, bapak bisa mengisi form persetujuan
tindakan ini ya pak.
Keluarga mengisi serta menandatangai form persetujuan tindakan perawatan
Perawat : baik pak saya akan siapkan peralatannya terlebih dahulu
Lalu perawat mempersiapka peralatan untuk proses tindakan pemasangan NGT
dan kateter
Perawat 2 : halo bapak selamat siang, saya ... perawat home care
yang melakukan kunjungan hari ini. disini saya akan
melakukan tindakan perawatan NGT pak serta
pemasangan kateter bapak, tujuannya agar kebutuhan
nutrisi dan BAK bapak terpenuhi untuk waktunya kurang
lebih 15 menit pak, apakah bapak setuju?
Pasien : iya bu (sambil mengangguk)
Perawat : baik pak saya mulai tindakan awal ya pak
Perawat melakukan pemasangan NGT dan keteter pada pasien hingga selesai
Perawat 2 : baik tindakannya sudah selesai, bagaimana pak
perasaanya?
Pasien : cukup baik bu
Perawat 2 : mungkin agak kurang nyaman ya pak, namun ini demi
kesehatan bapak, ohh iya pak sepertinya bapak agak
kurang nyaman saat berbaring.
Keluarga : iya bu ayah saya juga memiliki beberapa luka di
punggungnya, kata suster rumah sakit itu luka akibat
terlalu lama berbaring, dan lukanya masih belum
membaik
Perawat 1 : baik pak keluhannya akan saya masukan dalam
rencanakan tindakan berikutnya, baik pak untuk tindakan
hari ini telah selesai. Besok kami akan berkunjung lagi
kerumah bapak untuk melakukan tindakan perawatan
lainnya ya pak. Jika dirasa ada keluhan lainnya bapak
bisa menghubungi nomor layanan home care kami ya pak
kalau begitu saya beserta rekan saya izin pamit.
Keluarga : ohh iya bu terimakasih
Keesokan harinya perawat home care datang kembali untuk melakukan tindakan
perawatn luka serta fisioterapi
Perawat 3 : halo bu selamat siang, saya ... dari perawat homecare
yang melakukan kunjungan hari ini beserta rekan saya
yang akan menjalankan proses perawatan fisioterapi
untuk pasien.
Keluarga 2 : ohhh iya bu silahkan masuk
Perawat serta keluarga masuk ke dalam kamar rawat pasien
Perawat 3 : hari ini ibu yang jaga ayahnya
Keluarga 2 : iya bu
Perawat 3 : baik bu sesuai dengan rencana tindakan perawatan hari
ini kami akan melakukan perawatn berupa perawatan
luka ayahnya dan perawatan fisioterapi tujuannya agar
ayahnya merasa nyaman dan meningkatkan kesembuhan
pasien. bagaimana bu apakah ibu setuju?
Keluarga 2 : iya bu saya setuju
Perawat 3 : baik bu, ibu bisa mengisi form persetujuan tindakan ini.
Keluarga mengisi form persetujuan
Perawat 3 : halo pak selamat siang saya ... perawat yang melakukan
kunjungan hari ini, disini saya akan melakukan perawatn
luka untuk bapak tujuanya agar bapak merasa nyaman,
waktunya kurang lebih 5 menit pak. Bagaimana pak
apakah bapak setuju?
Pasien : iya bu
Perawat 3 : baik pak saya siapkan peralatannya terlebih dahulu ya
pak
Perawat mempersiapakn alat dan melakukan proses perawatan luka hingga selesai
Perawat 3 : baik pak perawatn lukanya telah selesai, selanjutnya kita
akan melakukanproses perawatan fisioterapi ya pak
idbantu oleh rekan saya.
Perawat fisioterapi : halo pak selamat siang, saya ... yang akan membantu
bapak untuk melakukan perawatan fisioterapi,tujuannya
untuk membnatu mempercepat proses penyembuhan
bapak waktunya kurang lebih selama 30 menit pak.
Bagaimana paka aakah bapak setuju?
Pasien : iya bu
perawat fisioterapi melakukan perawatan fisioterapi pada pasien hingga selesai
Perawat fisioterapi : baik pak tindakan nya sudah selesai, bagaimana pak
perasaanya setelah melakukan fisioterapi?
Pasien : lebih nyaman dan tidak lagi terlalu kaku
Perawat 3 : baik bu untuk kunjungan hari ini telah selesai, kami
akan berkunjung kembali besok. Jika ibu memerlukan
bantuan ibu bisa menghubungi nomor telepon layan home
care ya bu. Kalau begitu kami permisi.
Keluarga 2 : ohh iya bu terimakasih
Kunjungan untuk hari kedua telah selesai, proses perawatan dilakukan selama
berjalan seperti biasanya dengan melakukan beberapa tindakan terutama
perawatan fisioterapi dan terapi insulin. Pada hari ke tujuh keluarga pasien
melakukan proses pembayaran layanan home care selama 1 minggu
Keluarga 1 : permisi bu saya meau melakukan proses pembayaran
kalau boleh tau total seluruh perawatn yang dilakukan
berapa?
Kasir : atas nama siapa pak pasiennya?
Keluarga 1 : atas nama bapak .... umur ...alamat ....
Kasir : baik pak total biaya perawatan selama 7 hari berjumlah
Rp. 1.012.700,- pak, ini rincian biayanya.
Keluarga 1 : baik bu, saya akan melakukan pembayaran cash saja
Kasir : baik pak.
Keluarga melakukan pembayaran cash untuk biaya perawatan home care
Kasir : baik pak pembayaran telah selesai
Keluarga : baik bu terimakasih .
Proses perawatan home care telah selesai.

TAMAT
DAFTAR PUSTAKA

Lingga, Lanny.2013.All about stoke.Jakarta:Gramedia


Batticaca, Fransisca.2008.Asuhan Keperawatan dengan Gangguan system
persarafan.Jakarta: Gramedia
Yueniwati, Yuyun.2016.pencitraan pada Stroke.Malang: UB Press
Bartlett, JG, Sexton, DJ, Thorner, AR. 2009. Aspiration Pneumonia In Adult.
UpToDate For Patients
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit (6 ed., Vol. 2). (Terj. B. U. Pendit). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai