Anda di halaman 1dari 190

Kajian Lintas Ilmu | i

Alam Pikir Era Pandemi “Kajian Lintas Ilmu “

Penulis: Dr Sukadiono. dkk


Editor: Radius Setiawan
Desain Cover : Lukman
Tata Letak: Nurhidayatullah

Terbitan Pertama, September 2020


xiii + 180 halaman
14,8 cm x 21 cm

Font: GillSans, Cambria, dan Chapaza

ISBN: 978-623-7259-43-5

ii | Alam Pikir Era Pandemi


Daftar Isi

Pengantar
Menghadapi Ketidak Pastian | v
Sukadiono

Perspektif Pendidikan
Digitalisasi Pendidikan di Era Covid 19:Akankah Menuju Deschooling Society |1
Achmad Hidayatullah
Membangun Karakter Pejuang Guru PAUD di Era Pandemi Covid-19 | 5
Gusmaniarti, M.Pd
Merdeka belajar ditengah disparitas | 9
Syarifuddin
Integrasi matematika dan budaya sebuah solusi di era pandemi covid 19|13
Junaidi Fery
Disparitas Akses Pembelajaran Online Masa Pandemi dan Alternatif Model
Pembelajaran | 18
Holy I. Wahyuni
Pendidikan Inklusif Selama Masa Pandemi:Apakah Konten “Belajar dari Rumah”
TVRI Layak? | 25
Sri lestari
3b Di Masa Pandemi Covid-19 | 28
R. Panji Hermoyo
Maraknya tiger parenting di Era Pandemi | 32
Nur Hidayatullah
Perspektif Kesehatan
Membangun Kesadaran Gizi diTengah Pandemi | 36
Aristiana Prihatining Rahayu, S.Sos., M.Med.Kom
Benarkah relaksasi PSBB melanggengkan herd immunity di Indonesia | 42
Vika Ramadhan Fitriyani
Era New Normal, Nakes PerluWaspadai Kesehatan Jiwa | 52
Islam syarifurrahman
Peran Keluarga Dalam Merawat Lansia Di Era Pandemik | 57
Dede Nasrullah

Kajian Lintas Ilmu | iii


Peran Millennial cegah Penyebaran Covid-19 | 57
Irma Maya Puspita
Potret Perawat Generasi Awal dan Perawat di Era New Normal Pandemi
Covid-19 |62
Firman
Peran Preventif Medicine Dalam Penanganan Pandemi Covid 19|68
Annisa Nurida
Negara dan Bahaya Ketidakpastian Penyakit | 72
Idham Choliq
Pendidikan kesehatan dan pencegahan covid 19|77
Ira Purnamasari
Sudah Seberapa DekatVaksin COVID-19? | 81
Yelvi Levani
Melawan Disinformasi Covid-19 | 87
Deisha Laksmitha Ayomi
Gompertz Model Prediksi Pandemi COVID-19 di JawaTimur | 91
Wahyuni Suryaningtyas
Disiplin Protokol Kesehatan Sebagai Kunci Proteksi Diri Terhadap Covid-19 |95
dr.Nurma Yuliyanasari, M.Si
Perspektif Agama dan Lingkungan
Geliat Filantropi Islam di Masa Pandemi Covid-19 | 100
Arin Setiyowati
“Erosi Loyalitas”Warga Muhammadiyah DiTengah Pandemi Covid-19* | 106
Sholikh Al Huda
Jumudnya Dakwah Digital Saat Pandemi Covid-19| 110
M. Febriyanto F Wijaya
Covid-19,Tragedi Ekologi dan Urgensi Ekoliterasi | 115
Vela Rahmayanti
Covid 19: Seleksi Alam? | 120
Yuni Gayatri
New Normal &Transportasi Laut | 123
Betty Ariani
Qur’ān and Immune System; Peran DanTantangan Al-Qur`ān
Sebagai Alternatif Obat Di Masa Pandemi | 128
Dr. Tho’at Stiawan, M.H.I

iv | Alam Pikir Era Pandemi


Perspektif Hukum dan Humaniora
Era Baru Techno-Sosial, Masa Pandemi Manusia sebagai Budak Narsis | 142
Lukman
New Normal dan Upaya pembebasan New poverty | 146
Fathur Huda
New Normal dan varian respon masyarakat | 151
Khoirul A
Fungsi Kritik Terry Eagleton dan Post Truth di masa Pandemi | 152
Agus Budiman
Sekedar Bosan atauWaspada Gejalan Cabin Faver | 155
Fa’iz Azmi F
Covid-19 Dan Keamanan Siber : Perspektif Hukum Internasional | 161
Levina Yustitianingtyas
Covid-19Vs Anti-Korupsi Di Indonesia | 164
Satria Unggul Wicaksana Prakasa
Lelucon yangTak Lucu tentang Perempuan Saat Pandemi | 169
Radius Setiawan

Kontributor |176

Kajian Lintas Ilmu | v


Pengantar

MENGHADAPI
KETIDAKPASTIAN
Dr. dr. Sukadiono., MM

Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus


Pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat Tiongkok
(RRT). Pada tanggal 7 Januari 2020, RRT mengidentifikasi virus jenis baru
yang disebut Coronavirus Disease-19 (COVID-19). Pada tanggal 30 Januari
2020 WHO telah menetapkan sebagai pandemi global. Penambahan jumlah
kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat, dan sudah terjadi penyebaran
antar negara. Sampai saat ini (21/08/2020) kasus di Indonesia yang sudah
terlaporkan sebanyak 147.211, kasus kematian lebih dari 6.418 yang tersebar
di banyak provinsi di Indonesia.
Seiring bertambahnya jumlah orang yang terpapar virus COVID-19
di Indonesia, bahkan di Indonesia pernah terjadi peningkatan sampai
1000 kasus baru positif COVID-19 dalam sehari. Hal ini tentu membuat
masyarakat kian sulit. Runtuhnya aspek ekonomi, dan terganggunya bidang
kehidupan lainnya membuat rakyat makin tersiksa dengan situasi seperti
ini. Rendahnya perilaku disiplin masyarakat dan terdapatnya sejumlah
kebijakan Kementerian yang seolah tumpang tindih dengan skema protokol
yang ditetapkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 juga jadi
problem serius yang terus dihadapi.
Sampai saat ini kita masih berada dalam ketidakpastian dalam kondisi
pandemi yang terjadi di seluruh dunia bahkan di Indonesia. Pandemic
COVID-19 benar-benar membuat penjuru dunia dihantui ketidakpastian.
Kecemasan kolektif terus meningkat. Kita tidak mengetahui apa yang akan
terjadi hari ini dan kejutan-kejutan lain di waktu mendatang. Ketidakpastian
terjadi ketika kita tidak mampu memprediksi tindakan kita. Meskipun kita
berada dalam ketidakpastian ini, kita harus tetap selalu optimis jika kita
mampu untuk menjalani dan keluar dalam masalah ini.

vi | Alam Pikir Era Pandemi


Berada dalam situasi ketidakpastian dibutuhkan pikiran jernih, bukan
reaktif apalagi emosi dan berpikir irasional yang cenderung pada destruktif.
Dalam situasi seperti ini, kita perlu mendengar apa yang pernah disampaikan
oleh Daniel Kahneman, penulis buku terkenal Thinking, Fast and Slow,
Kahneman menjelaskan bahwa pikiran irasional sering muncul khususnya
dalam memutuskan sesuatu di bawah ketidakpastian.
Dalam bukunya, Kahneman dengan cemerlang menjelaskan bagaimana
dua sistem pemikiran membentuk penilaian dan keputusan kita: Sistem 1
yang cepat, intuitif, dan emosional dan Sistem 2, lebih lambat, lebih berhati
hati, dan lebih logis. Kaum akademisi sebaiknya menggunakan sistem 2 ini
sehingga lebih banyak bergelut dengan usaha riset dan memberikan solusi
yang tepat. Pemimpin bangsa ini hendaknya juga menggunakan sistem 2
bukan reaksioner dan emosional dalam menentukan kebijakan.
Saat ini hampir semua negara mulai beradaptasi new normal dengan
upaya pemulihan dengan pendekatan pola hidup baru yang diatur dengan
penerpana protokol kesehatan yang ketat. Sayangnya, di tengah persiapan itu,
masyarakat dihadapkan pada fakta dan data tentang lonjakan jumlah pasien
COVID-19 yang cukup signifikan sepanjang Juni 2020. Lonjakan jumlah
pasien terjadi karena sebagian masyarakat tidak peduli lagi akan pentingnya
menerapkan protokol kesehatan selama pandemi COVID-19. Protokol
kesehatan di tengah pandemi COVID-19 hendaknya dipahami sebagai upaya
bersama mewujudkan kepastian baru. Sebab, dengan menerapkan protokol
kesehatan sepanjang era pola hidup baru, kepatuhan mutlak itu menjadi
landasan bagi terwujudnya kepastian baru, sebaliknya ketidakpatuhan
pada protokol kesehatan hanya akan mengakibatkan durasi ketidakpastian
sekarang ini menjadi berkepajangan
Saya mengapresiasi hadirnya buku ini di tengah pandemi, buku ini
merupakan kumpulan opini tulisan dosen dan anak- anak muda di lingkungan
UMSurabaya. Buku ini ditulis dari berbagai macam multidisiplin sehingga
berbagai macam sudut pandang yang dibahas terkait dengan coronavirus
ditemukan setelah membaca buku ini. Semoga dengan hadir buku ini dapat
memberikan masukan dan dampak yang positif kepada kita semua sebagai
pembaca khususnya, dan bagi negara kita pada umumnya.

Kajian Lintas Ilmu | vii


viii | Alam Pikir Era Pandemi
Digitalisasi Pendidikan Menuju Deschooling
Society?

Achmad Hidayatullah

Era Covid 19 telah lama berlangsung. Kebijakan yang dilakukan


oleh kementerian pendidikan dalam rangka memutus penyebaran virus
diantaranya meniadakan ujian nasional dan memberlakukan belajar
dari rumah. Aktivitas belajar dari rumah ini semakin menunjukkan pada
ummat manusia mengenai urgensi digitalisasi pendidikan.
Era covid19 ini menjadi pintu untuk membuka kembali ingatan saya
pada gagasan Ivan Illich tentang Deschooling Society atau masyarakat
tanpa sekolah. Gagasan ini muncul sebagai kritiknya terhadap sekolah.
Menurutnya pelembagaan terhadap pendidikan justru mendistorsi
pendidikan secara substansi. Sekolah telah melakukan praktek anti
pendidikan.
Tidak berhenti disitu, ia menyebut sekolah lebih banyak menyedot
uang, tenaga dan kemauan baik yang dinginkan oleh pendidikan. Ketika
dimasukkan ke sekolah, justru anak kehilangan otoritatifnya dalam
menentukan apa yang mereka mau. Mereka harus mengikuti paket
paketan kurikulum.
Pertanyaannya, akankah pengalaman praktek belajar selama era
pandemic ini akan membawa konsep pendidikan berikutnya ke arah
masyarakat tanpa pendidikan atau deschooling society? Saya tidak cukup
berani untuk memberikan jawaban tanpa memberikan rasionalisasi.
Karena perubahan secara alami menuju deschooling society melibatkan
berapa factor yang perlu dirasionalisasikan.
Sebenarnya saya juga tidak terlalu suka untuk membahas tentang
deschooling society, karena sebagai orang yang bekerja di institusi
pendidikan gagasan deschooling cukup berbahaya bagi masa depan

Kajian Lintas Ilmu | 1


saya sendiri.Namun, karena saya membacanya dari perspektif ilmu
pengetahuan, maka perlu diungkapkan duduk perkaranya.
Saya melihatnya ada dua factor yang mendorong deschooling
society, yaitu pengaruh covid 19 terhadap ekonomi dan factor digitalisasi
pendidikan. Kedua factor ini saya rasa cukup untuk menguraikan
bagaimana kita sedang menuju masyarakat tanpa sekolah. Meskipun
banyak factor lain seperti politik dan kepemimpinan, tetapi tidak cukup
menguraikannya dalam teks singkat ini.
Pertama, tentang aspek ekonomi, Kebijakan lockdown di berbagai
negara ataupun pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) ala Indonesia
telah memukul ekonomi negara sampai remuk. Banyak perusahaan
terpaksa melakukan PHK.
Berdasarkan informasi dari menaker Ida Fauziyah pada awal mei
lalu, di indonesia telah ada 375.165 orang terkena PHK, dan 1,32 juta
pekerja formal yang dirumahkan sedangkan 314.883 orang pekerja
informal terkena dampak Covid 19. Artinya yang pasti terjadi angka
kemiskinan akibat wabah ini semakin tinggi.
Resesi ekonomi dan PHK besar-besaran ini mempengaruhi daya
beli masyarakat. Pada satu sisi banyak biaya pendidikan di berbagai
lembaga semakin hari semakin naik. Saat ini mahasiswa di berbagai
daerah sedang berteriak terkait kendala pembayaran UKT.
Pada satu sisi perguruan tinggi atau sekolah juga memerlukan biaya
operasional yang tinggi. Tentu ini dilemma bagi sekolah dan perguruan
tinggi swasta. Beberapa perguruan tinggi telah berusaha memberikan
uluran tangan, namun sebagian mahasiswa masih berteriak melakukan
protes meminta pembebasan ukt.
Lebih mengenaskan lagi jika sebagian mahasiswa dengan bodoh
menggunakan kiritiknya dengan menjelekkan perguruan tinggi mereka
melalui media sosial, akan lebih menyedihkan jika bias kritik dan
menjelekkan tersebut dilakukan terhadap perguruan tinggi swasta.
Seharusnya di era sekarang perlu adanya saling memahami karena
eknomi sedang jatuh.

2 | Alam Pikir Era Pandemi


Saya akan kembali ke pembahasan awal mengenai kritik terhadap
semakin tingginya biaya untuk pendidikan semakin hari. Kondisi
ekonomi seperti ini bisa mengakibatkan daya jangkau masyarakat
terhadap sekolah dan pendidikan tinggi semakin sulit, sehingga
berdampak terhadap kelangsungan masa depan lembaga pendidikan.
Kedua, digitalisasi pendidikan. Satu dekade terakhir memang telah
banyak penelitian yang berusaha mengungkapkan keterkaitan internet
sebagai alat untuk melakukan digitalisasi pendidikan. Hasil riset
mengungkapkan bahwa digitalisasi pendidikan memberikan pengaruh
positif.
Internet memberikan kebebasan pengguna untuk mengakses
sumber informasi tanpa batas melalui mesin pencari. Seseorang bisa
belajar dengan lebih fleksibel, lebih mudah, tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu. Internet membuat seseorang bisa mengendalikan waktu dan
ruang belajar secara mandiri. Bahkan bisa menentukan apa yang hendak
dipelajari tanpa harus mengikuti paket-paketan kurikulum di sekolah
atau perguruan tinggi.
Peristiwa tersebut telah diramalkan oleh Cooley dan Johnston
(2000) menyebutkan dengan munculnya komputer, pada masa depan
pendidikan dunia sangatlah individual, siswa bisa mengendalikan
pembelajaran mereka sendiri dengan dukungan elektronik.
Ilmu pengetahuan dan karakter adalah substansi dari sekolah
dan peguruan tinggi. Selama belajar dari rumah, semua orang bisa
merasakan bagaimana belajar dengan internet. Mereka bisa merasakan
bahwa belajar bisa dilakukan dirumah. Bahkan sebenarnya mereka bisa
belajar lebih mandiri, tanpa harus mengekor terhadap paket-paketan
kurikulum. Seseorang bisa belajar apa yang menurut mereka perlukan.
Pada satu sisi kepercayaan masyarakat terhadap perguruan tinggi
semakin memudar, duduk di perguruan tinggi tidak lagi dianggap
sebagai kedalaman ilmu. Tetapi proses melanjutkan sekolah dengan
adminstrasi baru dan bangunan gedung baru. Masyarakat lebih percaya
terhadap orang yang tiba-tiba muncul di youtube berbicara banyak hal,
tanpa melihat latar belakang keilmuannya.

Kajian Lintas Ilmu | 3


Dua factor di atas ini bagi saya akan membawa ke arah deschooling
society atau masyarakat tanpa sekolah. Jatuhnya ekonomi membuat
daya jangkau terhadap institusi berkualitas sulit, dan diperkuat dengan
kehadiran teknologi digital yang menjadikan seseorang bisa belajar
secara mandiri, lebih individu dan bebas. Bukankah dengan belajar dari
rumah dengan internet sebenarnya kita tidak memiliki ruang kelas?
Karena ruang kelas telah kita ciptakan sendiri.

Refrensi
Ivan Illich. 2000. Deschooling Society. United Kingdom : Marion Boyars
Publishers Ltd
Johnston, M., Cooley, N. (2001). Supporting New Models Of Teaching And
Learning Through Technology. Arlington, VA: Educational Research
Service
Rhenald Kasali. 2018. Disruption. Jakarta : Gramedi Pustaka Utama
Singer, K. (2007). Lebih Baik Tidak Sekolah. Yogyakarta: LkiS.

4 | Alam Pikir Era Pandemi


Membangun Karakter Guru PAUD di Era Pandemi
Covid-19
Gusmaniarti, M.Pd

Era pandemi di Indonesia menurut kajian para ahli dimulai pada


awal bulan Maret 2020. Fenomena ini cukup mengejutkan seluruh pihak,
karena telah mengakibatkan banyak korban dari kalangan profesional
sampai kalangan rakyat biasa. Pandemi ini sangat mempengaruhi
tatanan kehidupan masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Berbagai sektor harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi
ini, tidak terkecuali sektor pendidikan.
Lembaga pendidikan dari PAUD sampai perguruan tinggi mengalami
berbagai permasalahan sebagai dampak dari perubahan yang terjadi,
mulai dari proses pelayanan sampai proses pembelajaran. Permasalahan
yang paling krusial adalah ketidaksiapan lembaga pendidikan dalam
menghadapi perubahan situasi yang sangat mendadak.

Rintangan PAUD Era Pandemi


Permasalahan tersebut setidaknya terbagi menjadi 5 hal, Pertama,
Kegiatan pembelajaran yang biasanya dilakukan secara langsung dengan
bertatap muka (off-line) sekarang berubah menjadi on-line. Kedua,
Capaian pembelajaran harus banyak melibatkan peran orang tua sebagai
dampak dari stay at home. Ketiga,
Orang tua dituntut belajar informasi teknologi agar dapat membantu
memfasilitasi anak dan menyediakan kuota untuk pembelajaran on-line.
Keempat, Seluruh kegiatan disekolah yang bersifat tatap muka harus
diminimalkan bahkan dihindari. Kelima, Hampir 24 jam anak hanya
bermain dalam rumah bersama keluarga sehingga berdampak pada
tingkat kejenuhan dan kebosanan

Kajian Lintas Ilmu | 5


Keberadaan anak didik belajar di sekolah tidak hanya untuk
menuntut ilmu namun juga membangun karakter dan soft skill baik dari
guru maupun lingkungan sekolah. Lebih lebih anak usia dini, karakter
(soft skill) sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar. PAUD memegang
peranan penting bagi keberlanjutan masa depan seorang anak.
Pendidikan anak usia dini merupakan pondasi awal bagi seseorang
untuk kehidupan selanjutnya. Anak yang mendapat pengasuhan dan
pembinaan yang tepat dan efektif sejak usia dini akan memberikan
dampak yang luar biasa untuk mengoptimalkan potensi diri anak
tersebut.
Dalam keadaan normal dan mengacu pada standar pendidikan
nasional, pencapaian kompetensi (hard skill) dan upaya membangun
karakter (soft skill) dilakukan di sekolah dengan implementasi kurikulum
yang sudah dirancang, namun dengan adanya pendemi covid-19 capaian
pembelajaran banyak dilakukan dirumah dan peran guru sekolah banyak
digantikan oleh orang tua karena kegiatan pembelajaran dilakukan di
rumah.

Karakter Guru Paud, Karakter Pejuang


Meskipun belajar dilakukan dari rumah peran seorang guru PAUD
masih sangat dibutuhkan bahkan semakin besar. Karena peserta didik
yang harus diajari tidak hanya siswa tetapi juga bunda atau keluaga yang
mendampingi siswa PAUD bejalar.
Kreativitas guru sangat dibutuhkan agar bunda atau keluarga
dapat mendampingi dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran dirumah.
Seorang guru PAUD harus menyadari akan perannya yang luar biasa
dalam menghadapi situasi yang tidak pernah direncanakan dan
dibayangkan akan dihadapi. Menghadapi situasi pandemi, Guru harus
menjadi pejuang sejati dalam dunia pendidikan.
Pertama, Pejuang peduli terhadap kesejahteraan orang lain.
Semangat pejuang di masa lalu selalu peduli terhadap kesejahteraan
orang lain perlu dibangkitkan dengan tetap mengedukasi para siswanya,

6 | Alam Pikir Era Pandemi


berkomunikasi secara intens mengenai kondisi dan keadaan mereka.
Kedua, Pejuang memiliki kemampuan dalam melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain. Guru PAUD memahami tingkat kebosanan
siswa yang terlalu lama di rumah dengan membangkitkan semangat
anak tetap “Stay at home” dengan hati yang senang dan bergembira demi
kesehatan mereka. Kepedulian guru seperti ini merupakan semangat
seorang pejuang yang peka terhadap pola pikir atau perasaan orang lain.
Ketiga, Pejuang memiliki kemampuan dan kepercayaan diri yang
mumpuni. Semangat seorang pahlawan adalah berani keluar dari zona
aman, mereka meningkatkan kepercayaan dirinya yang semakin baik.
Fenomena ini terlihat dari perjuangan guru PAUD yang selama ini minim
sekali beradaptasi dengan teknologi. Era pandemi membuka mata para
guru PAUD untuk menggunakan teknologi untuk mendidik anak.
Keempat, Pahlawan memiliki nilai-nilai moral sebagai panutan.
Kecerian serta senyuman manis para guru PAUD merupakan cerminan
panutan yang baik untuk anak didik supaya dia tidak bosan dan jenuh
dalam menghadapi masa pandemi ini. Guru yang selalu berdoa untuk
kesuksesan dan keselamatan anak didik selama pandemi ini merupakan
cerminan jiwa seorang pahlawan.
Kelima, Pahlawan terus maju kedepan meski di hadapi oleh
ketakutan. Berita di media massa tentang pandemi ini sungguh
menyeramkan, namun guru PAUD tetap semangat dalam mencari ide
ide pembelajaran yang menyenangkan bagi anak didiknya supaya
pembelajaran tetap menarik dan menyenangkan. Keceriaan anak didik
sangatlah diutamakan untuk meningkatkan imun tubuh mereka sehingga
terhindar dari paparan Covid-19.

Guru PAUD dan Peran Orang Tua


Sebagai pahlawan pendidikan guru PAUD harus pantang menyerah
dan tetap semangat apapun kondisinya. Banyak hal yang bisa dilakukan
untuk tetap memberikan pelayanan pendidikan bagi anak. Zaman ini
sungguh maju, banyak media dapat digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran. Inovasi pembelajaran bisa menggunakan media
on-line.

Kajian Lintas Ilmu |7


Bentuk pembelajaran bagi anak usia dini tidak lepas dari peran serta
dari orang tua dalam pemberian rangsangan dan asuhan yang sesuai
dengan tahapan yang dimiliki anak. Cara yang tepat adalah memberikan
arahan bagi orang tua dalam mengawasi dan tetap memberikan
pembelajaran sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
Memberikan sentuhan agar menarik dan menimbulkan minat
anak untuk tetap belajar. Banyak cara teknis yang dapat dilakukan
untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran, namun
memerlukan dukungan orang tua. Sebagai contoh, orang tua sebagai
fasilitator pembelajaran dapat mengirim rekaman video, melalui
pesan suara atau yang disebut dengan voice note dan juga memberikan
semangat anak dengan bertatap muka melalui on-line seperti video call.
Sehingga anak akan merasa senang dan guru tetap bisa berjuang
untuk memberikan rangasangan pada tumbuh kembang anak secara
optimal. Meskipun banyak pro dan kontra mengenai pembelajaran
secara on-line namun guru harus tetap menjalankan profesinya sebagai
garda terdepan dalam dunia pendidikan.

Refrensi
https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/kasus-covid
19-pertama-masyarakat-jangan-panik
Suyadi, M.Pd.I Psikologi belajar PAUD,2010, PT Bintang Pustaka Abadi.
Yogyakarta
Dra. Moeslichatoen R., M.Pd Metode pengajaran di taman Kanak-kanak
2004, PT RINEKA CIPTA, JAKARTA
https://dunia.pendidikan.co.id/nilai-kepahlawanan/
https://www.rijal09.com/2018/07/karakter-guru-profesional-dalam
mengajar.html

8 | Alam Pikir Era Pandemi


Merdeka Belajar di tengah Disparitas
Syarifuddin

Beberapa bulan yang lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


(Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim yang memaparkan tentang
konsep merdeka belajar. Merdeka belajar yang dimaksud pak Menteri
ialah bahwa unit Pendidikan, sekolah, Guru dan peserta didik memiliki
kebebasan. Kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan untuk
berinovasi, kebebasan untuk belajar mandiri dan kreatif.
Dalam madzhab Pendidikan kritis dijelaskan bahwa sebagai
manusia, peserta didik harus dipersepsi sebagai subyek yang merdeka
dan punya potensi untuk menjadi active being atau sebabai orang yang
berperan aktif dalam pembelajaran. Jika peserta didik diasumsikan
sebagai obyek maka pendidikan akan menjadi arena penindasan dan
proses domistikasi (penaklukan) dan penegasian kapasitas individu
peserta didik.
Artinya dalam proses pembelajaran harus diterapkan pola hubungan
horizontal dan egalitarian. Guru dan murid adalah sama-sama learner
atau subyek yang belajar bersama. Sehingga yang terjadi adalah proses
belajar yang menyenangkan dan peserta didik dapat dengan mudah
memahami apa yang disampaikan dan ditrasfer guru kepada mereka.
Pembelajaran online akan sangat berguna dan bermanfaat bagi
guru dan murid dalam menerapkan pembelajaran yang interaktif, dan
pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Selain itu pembelajaran
online lebih fleksibel dan tidak begitu membebani siswa dalam belajar,
karena siswa dapat memilih tempat, suasana dan cara belajarnya sendiri
tanpa harus terpaku dan menoton seperti ketika berada di dalam kelas.

Kajian Lintas Ilmu | 9


Pembelajaran Online
Meskipun pembelajaran online atau daring bukan suatu hal yang
baru tapi masih banyak guru dan siswa yang belum terbiasa dalam
menggunakan model pembelajaran tersebut. Penguasaan teknologi
mutlak diperlukan dan harus dikuasai bagi guru atau siswa yang
akan menerapkan pembelajaran online. Tanpa penguasaan teknologi,
terutama internet dan komputerataugadget, pembelajaran menjadi
tidak efektif dan tidak optimal.
Pembelajaran online menemukan momentumnya ketika pandemic
ini. Dimana semua elemen dituntutdan dipaksa menyesuaikan diri
dengan kondisi. Kreativitas dan inovasi guru sangat diperlukan saat
pandemi. Karena masih banyak keluhan dari beberapa siswa bahwa
proses pembelajaran online hanya sekedar pemberian tugas saja dari
guru tanpa ada proses pembelajaran yang menarik dan inovarif. Sehingga
proses pembelajaran menjadi tidak menyenangkandan cenderung
membosankan karena tidak ada ruang diskusi dan interaksi antara guru
dan siswa.
Pembelajaran online juga menuntut siswa untuk memiliki motivasi
belajar yang tinggi, karena pada proses pembelajaran online lebih banyak
berfokus terhadap siswa. Siswa dituntut untuk lebih mandiri dalam
belajar. Guru tidak bisa memaksa secara langsung untuk mengikuti
pembelajaran serta tidak bisa inten mengawasi dan memperhatikan
siswa seperti saat berada di dalam kelas.
Selain itu, pembelajaran online juga membutuhkan peran orang
tua. Dimana peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengawasi
dan memonitoring perkembangan belajar siswa. Orang tua juga dapat
membantu siswa dalam memahamipembelajaran yang diberikan oleh
guru serta dapat memantau sejauh mana kompetensi dan kemampuan
yang dimiliki siswa.

Disparitas Pendidikan Kita


Dalam sebuah artikel yang pernah saya baca tentang kajian teknologi
dan informasi, disebutkan bahwa ada tiga kesenjangan dalam dunia

10 | Alam Pikir Era Pandemi


digital: kesenjangan akses, kesenjangan keterampilan dan kesenjangan
hasil. Apabila para pemangku kebijakan tidak mampu memahami
persoalan tersebut, maka akan sangat berdampak terhadap berbagai
sektor kehidupan nantinya.
Disparitas atau kesenjangan akses mungkin masih menjadi
persoalan siswa dibeberapa daerah terpencil yang mini sinyal dan
jaringan internet, terutama daerah Indonesia bagian timur, yang secara
infrastruktur cukup memperihatinkan. Keterbatasan akses ini jelas akan
menghambat dan menggaggu proses pembelajaran online.
Ditambah lagi data hasil survei portal diskon CupoNation Indonesia
yang memaparkan bahwa tarif internet di Indonesia adalah yang paling
mahal kedua setelah Kamboja, yaitu Rp. 14.895 hingga Rp. 43.500 per
Mbps. Data ini diambil dari survei tarif internet per Mbps berdasarkan
13 internet provider terbesar di Asia Tenggara, yaitu Singapura, Malaysia,
Thailand, Filiphina, Indonesia dan Kamboja.
Hal ini jelas menimbulkan jurang disparitas akses jaringan dan
pendidikan antara siswa yang ada di perkotaan, dengan infratruktur
yang memadai dibandingkan dengan siswa yang berada di daerah
terpencil dengan infrastruktur yang memperihatinkan. Hal ini akan
sangat berdampak terhadap proses dan hasil belajar siswa. Jika hal ini
dibiarkan begitu saja maka akan terjadi disparitas pendidikan yang
sangat jauh antara siswa di kota dengan siswa di pedesaan.
Selain itu juga, kerapkali kita masih mengalami disparitas atau
kesenjangan keterampilan. Prof. Dr. Gerhad Fortwengel, salah satu guru
besar universitas di Jerman yang konsen pada sain dan seni terapan,
mengemukakan bahwa ada tantangan besar dalam model pembelajaran
jarak jauh. Salah satunya ialah guru dan siswa belum terbiasa
menggunakan sistem pembelajaran online. Sehingga muncul kesulitan
dan kendala dalam proses pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkan survei Kemenkominfo tahun 2018 dijelaskan bahwa
kemampuan dasar mengenai internet sangat rendah. Dari 9.320
respondennya, terdapat 31,2% yang tidak menggunanakan internet
karena tidak tau cara menggunakannya. Artinya masih banyak guru

Kajian Lintas Ilmu | 11


dan siswa yang belum terbiasa menggunakan internet dalam proses
pembelajaran.
Penerapan pembelajaran online tentunya membutuhkan
keterampilang yang kompleks. Selain harus memiliki penguasaan dan
keterampilan dasar teknologi, guru dituntut kreatif dan inovatif dalam
menggunakan media pembelajaran yang berbentuk aplikasi atau
software tertentu.
Dalam sebuah survei Save The Children Indonesia menemukan
bahwa 6 dari 10 guru merasa tidak terampil dalam menggunakan
aplikasi daring. 8 dari 10 guru memberi tugas lewat SMS atau WhatsApp.
Hanya 36% guru yang memakai aplikasi online Zoom, Skype dan Google
Classroom untuk kegiatan pembelajaran. Masih banyak guru yang belum
terampil dalam menggunakan aplikasi online untuk proses pembelajaran.
Ulasan diatas memberikan gambaran kepada kita semua bahwa
para pendidik berada di posisi yang serba dilematis. Di satu sisi harus
menerapkan model pembelajaran online guna mencegah dan memutus
matarantai penyebaran covid-19 serta tetap melakukan proses
pembelajaran ditengah pandemi ini. Sedangkan di sisi yang lain kesiapan
infrastruktur dan keterampilan yang masih terbatas, sehingga proses
pembelajaran berjalan tidak maksimal.
Hal ini menjadi tugas besar pemerintah, para pelaku dan pegiat
pendidikan guna meningkatkan kualitas Pendidikan Indonesia ke
depaannya. Momentum covid-19 ini bisa dijadikan bahan evaluasi bagi
pemerintah dan para praktisi pendidikan, sudah sejauh mana guru dan
siswa mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi dalam proses
pembelajaran. Karena ke depan kita akan dihadapkan pada era dimana
teknologi menjadi elemen penting dalam berbagai sektor kehidupan,
khususnya dunia pendidikan.

12 | Alam Pikir Era Pandemi


Integrasi matematika dan budaya sebuah solusi di
era pandemi covid 19
Junaidi Fery Efendi.

Pandemi Covid 19 yang sedang melanda dunia memang tidak


mengenal suku, ras dan bangsa. Sangat tidak berjarak dan menyasar
disemua kalangan termasuk juga Indonesia. Hal ini bakal mengubah
banyak hal termasuk dalam dunia Pendidikan. Pendidikan yang awalnya
bisa dilakukan dengan face to face, namun sekarang lebih banyak
dilakukan dengan cara daring. Banyak kalangan yang mengalami syok
terhadap kondisi ini terutama peserta didik.
Bagi peserta didik yang sudah pernah mengalami pembelajaran
secara daring dengan cepat akan melakukan adaptasi, namun
berbeda halnya dengan peserta didik yang belum pernah mengalami
pembelajaran daring maka kebingungan akan adaptasi menjadi hal
penting dalam proses pembelajaran. Kondisi ini perlu disikapi secara
bijak tidak hanya para anak didik, namun lebih kepada para pemangku
kebijakan dan pelaksana kebijakan.
Pandemi ini tentunya memaksa kita untuk keluar dari comfort
zone yang telah berjalan bertahun-tahun, pembelajaran yang biasanya
dilakukan dengan cara face to face sekarang harus berganti dengan
daring. Proses pembelajaran secara daring pun tidaklah mudah, banyak
aspek yang perlu dipersiapkan baik secara fasilitas dan sumber daya.
Peserta didik maupun tenaga pengajar harus siap dengan perangkat
teknologi semacam ponsel ataupun laptop serta kekuatan jaringan
internet. Kondisi ini mungkin tidak begitu berarti bagi mereka yang
berada dikalangan menengah keatas, namun sangat membebani bagi
mereka yang berada dikalangan menengah kebawah. Justru mereka yang
sangat rentan dalam pembelajaran di era pandemi ini, selain dampak
ekonomi yang mereka rasakan juga berimbas tentang cara mereka

Kajian Lintas Ilmu | 13


belajar. Namun yang terpenting dari persoalan tersebut adalah disiplin
belajar secara mandiri baik dilakukan oleh tenaga pengajar maupun
peserta didik.
Persoalan lain yang muncul adalah beban orang tua yang sudah
terlanjur menganggap bahwa Pendidikan merupakan tugas sekolah,
tiba-tiba menjadi tugas penuh orang tua membina dan membimbing
anaknya dalam belajar. Selain persoalan ekonomi meraka juga tertekan
oleh persoalan pendidikan anak dan memaksa mereka menjadi guru
baru ditengah pandemi ini. Para orang tua ini terkadang bingung dari
mana mereka memulai cara mengajari anak ditengah kondisi ekonomi
yang tidak menentu. Selain itu peserta didik juga dihadapkan dengan
beban target pembelajaran Study from Home dan juga guru baru yang
tak paham bagaimana cara mendidik dan mengajar.
Tenaga pengajar juga mengalami hal yang sama terutama mereka
yang mengalami gap digital. Guru-guru yang mengalami hal ini tentunya
kesusahan menggunakan berbagai macam platform digital seperti zoom,
google meet, webex dll. Jangankan menggunakan, mendengar saja masih
asing ditelinga mereka. Belum lagi persoalan aturan pembelajaran secara
daring yang masih belum jelas, tentunya menambah beban bagi para
guru. Namun melihat persoalan itu tidak banyak guru yang memiliki
inisiatif tetap melakukan pembelajaran secara tatap muka melalui
rumah-kerumah, tentunya langkah ini perlu diapresiasi meskipun
pembelajaran model seperti ini jauh dari kata efektif.
Semua aspek Pendidikan dalam kondisi wabah seperti ini mengalami
syok yang luar biasa. Wabah yang mendatangkan krisis disegala lini bagi
semua pihak. Tidak satupun pemangku kepentingan siap, dipersiapkan
dan mempersiapkan diri menghadapi wabah ini. Maka cukuplah wajar
banyak terjadi kekurangan dalam proses pembelajaran yang awalnya
face to face beralih ke pembelajaran secara daring. Semua pihak dipaksa
untuk keluar dari comfort zone di era Old Normal menuju New Normal.
Maka beradaptasi secara cepat dan tepat akan membawa perubahan
proses pembelajaran yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Mempersiapkan berbagai macam inovasi adalah kunci untuk keluar dari
wabah ini terutama dibidang Pendidikan.

14 | Alam Pikir Era Pandemi


Matematika di era pandemi
Kerja keras yang dilakukan oleh para tenaga pendidik dengan
terus berinovasi dalam proses pembelajaran perlu diapresiasi ditengah
pembatasan sosial. Banyak kalangan yang tidak menyangka pendidikan
di Indonesia akan bermetamorfosa secara drastis. Pembalajaraan daring
yang dianggap tabu sejak dulu hari ini menjadi model pembelajaran yang
makin populer. Meskipun menggunakan model pembelajaran daring
memiliki dampak negatif terhadap output pembelajaran.
Salah satu aturan pemerintah yang dikeluarkan adalah membuka
kelas kembali secara face to face bagi daerah dengan kondisi zona aman.
Namun dilakukan dengan protokol kesehatan secara ketat agar siswa
merasa aman dan nyaman. Karena dengan rasa nyaman dan nyaman
proses pembelajaran akan berjalan secara maksimal.
Dampak pandemi ini juga mempengaruhi pembelajaran
matematika. Pembelajaran daring akan banyak menghilangkan ruh
dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang
menekankan pada kemampuan bernalar, kritis, kreatif dan kemampuan
memecahkan masalah seolah tidak lagi menjadi bagian penting dalam
belajar. Padahal penekanan tersebut menjadikan matematika menjadi
suatu konsep integral yang harus dipelajari. maka selain daring perlu
inovasi pembelajaran yang harus disiapkan dalam belajar matematika,
konsep matematika tidak diajarkan secara parsial. Salah satunya adalah
pembelajaran matematika berbasis budaya.
Dalam metode pembelajaran ini kita bisa memanfa’atkan Local
Wisdom sebagai suatu sarana dan bisa menjadi solusi untuk menjawab
tantangan dimasa sekarang ini. Salah satunya dengan menggunakan
media/benda konkrit yang ada di sekitar. Tentu ini bukanlah suatu hal
yang mudah, tetapi hal ini bukanlah hal baru dalam metode pembelajaran
dan Pendidikan. (Abi, 2016)
Menggunakan budaya dalam proses pembelajaran di era pandemi
menjadi sebuah solusi agar ruh pembelajaran matematika masih bisa
dirasakan oleh peserta didik. Budaya berdasarkan local genius peserta

Kajian Lintas Ilmu | 15


didik berasal akan merubah paradigma siswa tentang matematika yang
abstrak dibangku sekolah menjadi pembelajaran yang real ditemukan
dikehidupan sehari-hari terutama keterkaitannya dengan budaya.

Belajar matematika melalui budaya sebuah solusi


Perilaku budaya manusia juga menunjukkan daya estetis dan daya
kreasi manusia yang memiliki nilai-nilai. Produk kreasi manusia adalah
kebudayaan yang terwujud dalam bentuk gagasan, aktivitas maupun
artefak, sehingga integrasi antara matematika dan budaya memiliki
makna matematika yang kontekstual dan realistik. Hal tersebut Sejalan
dengan konsep matematika dalam perspektif budaya. Matematika
dan budaya merupakan sebuah studi tentang pendidikan matematika
mempelajari tentang akar budaya dari gagasan matematika baik alam
kehidupan etnik, sosial dan grup. Kata lain matematika hidup dan
menyatu dengan budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika yang merupakan ilmu pengetahuan dan
perkembangannya juga dipengaruhi oleh konteks sosial budaya. Kontek
ini bisa menjadi solusi dalam pembelajaran matematika. Salah satunya
dengan mengintegrasikan budaya dengan matematika. Kearifan budaya
lokal sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran, maka perlu
dieksplorasi lebih jauh khasanah budaya di Indonesia sehingga peserta
didik sadar bahwa matematika juga hidup dalam budaya.
Matematika dan budaya perlu dikaji keterhubungannya sehingga
konsep matematika bisa dengan mudah dipahami oleh peserta didik.
Mulai dari sejarah kemunculan suatu teorema matematika hingga
simbol-simbol matematika diketahui memiliki kaitan dengan latar
belakang budaya tertentu. Matematika dan budaya akan memperkaya
pengetahuan matematika yang telah ada. Oleh sebab itu, jika
perkembangan pembelajaran ini banyak dikaji maka bukan tidak
mungkin matematika diajarkan secara bersahaja dengan mengambil
budaya setempat dan bisa dilakukan dirumah ketika masa pandemi saat
ini.

16 | Alam Pikir Era Pandemi


Selain menjadi salah satu solusi model pembelajaran di era
pandemi, integrasi matematika dan budaya juga memberikan
peranan penting dalam menjaga pelestarian budaya dengan menjaga,
mempertahankan kebudayaan melalui cara mengembangkan unsur
unsur kebudayaan. Selain mempertahankan dan melestarikan budaya,
integrasi matematika juga dapat membantu dalam menemukan ide
ide murni tentang matematika dalam sebuah budaya dan aksi sosial.
Pentingnya melestarikan budaya dalam perspektif media pembelajaran
yang dikenalkan kepada peserta didik dalam rangka mempertahankan
nilai-nilai yang terkandung dalam budaya lokal, dengan harapan mampu
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar matematika secara
kreatif dan inovatif melalui budaya.
Salah satu contoh integrasi matematika dengan budaya adalah
antara materi geometri dengan bangunan adat disetiap daerah.
Memahami bangun datar dan bangun ruang tidak melulu harus belajar
dari buku melainkan peserta didik diajak untuk mengenal bangunan
adat serta menyebutkan geometri apa yang terkandung dalam bangunan
adat tersebut. Mengukur luas atau volume dalam alat permainan adat
merupakan cara simple memperlihatkan kepada peserta didik bahwa
yang mereka pelajari sangat dekat dengan permainan adat setiap
daerahnya.
Tentunya dengan semakin banyaknya ide-ide tentang integrasi
matematika dengan budaya akan membantu tenaga pendidik
memformulasikan sebuah konsep matematika dengan budaya setempat.
Formulasi integrasi matematika dan budaya akan menjadi solusi
pembelajaran matematika di era pandemi, tidak hanya dengan daring
saja namun juga dikombinasikan dengan belajar matematika dirumah
melalui budaya secara bersahaja.

Kajian Lintas Ilmu | 17


Disparitas Akses Pembelajaran Online Masa
Pandemi dan Alternatif Model Pembelajaran
Holy I. Wahyuni

2020 adalah tahun terberat bagi penduduk dunia dengan adanya


serangan wabah virus Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
resmi mengumumkan wabah ini sebagai pandemi global pada tanggal
11 Maret 2020. Bayangkan saja, dalam kurun waktu tiga bulan, Covid-19
telah menginfeksi lebih dari 126.000 orang di 123 negara, baik di Asia,
Eropa, Amerika, hingga Afrika Selatan (Kompas/12/3). Di Indonesia
sendiri, sampai hari ini (20/6) justru menunjukkan tren kenaikan bahkan
sedang berada pada puncak grafik dengan rata-rata mencapai kenaikan
seribu untuk kasus positif Covid-19 per harinya. Fakta ini, menunjukkan
bahwa Covid-19 adalah jenis virus yang tidak bisa dianggap sepele,
sebab memiliki daya adaptif yang cukup tinggi di berbagai kondisi
geografis. Hal ini menyebabkan, masyarakat dunia mau tidak mau harus
merumuskan berbagai cara yang sifatnya cepat dan mendesak untuk
menekan penyebaran virus ini, karena vaksin juga belum ditemukan.
Salah satu usaha dalam menekan persebaran virus Covid-19 ini
adalah dengan mengubah tatanan kehidupan dalam rangka mengurangi
kerumunan manusia yang dapat memicu penularan. Kebijakan social
distancing, physical distancing dan semangat di rumah saja adalah
metode yang secara serempak diberlakukan dunia untuk menekan angka
penularan Covid-19. Sehingga berbagai sistem yang selama ini berjalan
akan mengalami banyak sekali perubahan. Terutama yang menyangkut
aktivitas dan mobilitas manusia di luar rumah. Salah satunya dalam
sistem pelaksanaan pembelajaran yang kemudian dirumahkan dan
diganti dengan sistem daring (dalam jaringan).
Sistem pembelajaran daring ini ditengarai akan berlangsung

18 | Alam Pikir Era Pandemi


cukup lama, bisa jadi hingga grafik tren kasus Covid-19 mulai melandai
dengan catatan tidak adanya fluktuasi kenaikan kembali. Meskipun
tidak ada yang tahu kapan itu terjadi, sebab segalanya saat ini hanya
bersifat hipotesa dan prediksi. Bahkan secara resmi, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Agama, dan Kementerian dalam Negeri mengeluarkan keputusan
bersama pada tanggal 15 Juni 2020 tentang panduan penyelenggaraan
pembelajaran pada tahun ajaran dan tahun akademik baru di masa
pandemi Corona virus disease (Covid-19). Panduan tersebut secara garis
besar menerangkan bahwa di tahun ajaran dan tahun akademik baru
penyelenggaraan pembelajaran di berbagai tingkat satuan pendidikan
masih harus dilaksanakan secara daring dan/atau di rumah. Adapun
pengecualian pada daerah yang berada di kategori zona hijau, itupun
dengan prosedural ketat yang harus ditempuh.

Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran


daring
Kegiatan belajar dan pembelajaran dengan sistem daring memang
dianggap menjadi sebuah solusi efektif dalam upaya mengurangi
angka penularan Covid-19. Tetapi dalam pelaksanaannya ternyata
menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya datang dari orang
tua siswa yang mau tidak mau harus tertantang merangkap peran menjadi
guru di rumah, dengan intensitas dan frekuensi yang tentu saja lebih
tinggi darpada biasanya saat menemani anak mengerjakan pekerjaan
rumah (PR). Orang tua dituntut kreatif dalam menciptakan suasana
belajar anak. Saya mengamati beberapa cuitan orang tua di media sosial
sebagian mengeluhkan hal tersebut, mengeluhkan manajemen waktu
mereka, serta banyaknya tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Padahal dalam kurikulum kita, guru memang memiliki kewajiban dalam
penuntasan KD (kompetensi dasar) yang terstruktur sedemikian rupa
beserta pernak-pernik instrumen seabrek di dalamnya. Permasalahan
lain juga timbul terutama di beberapa kalangan masyarakat, seperti
kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah di daerah tertentu,

Kajian Lintas Ilmu | 19


yang mana kepemilikan gawai (gadget) dan akses internet masih sangat
terbatas.
Fakta tersebut jika ditarik benang merahnya, maka dapat kita
simpulkanbahwa permasalahan bersumber pada sistem tuntutan capaian
kurikulum, media belajar, pendekatan, serta model pembelajaran. Hal
ini akan memicu terjadinya disparitas pada pelaksanaan pembelajaran
online pada masa pandemi, dengan kata lain akan terjadi ketidak
merataan pemerolehan akses pelajaran di kalangan siswa. Arsendy,
dkk (2020) dalam risetnya tentang dampak Covid-19 terhadap potret
gap akses online di empat Provinsi mengungkapkan bahwa terbatasnya
kepemilikan perangkat komputer, gadget, dan akses internet telah
terbukti menyebabkan tidak terjadinya pemerataan akses pembelajaran
online. Survei menyebutkan telah terjadi kesenjangan akses media
pembelajaran antara anak dari keluarga ekonomi mampu dan kurang
mampu, antara anak dari orang tua dengan latar belakang pendidikan
tinggi dan rendah, serta kesenjangan di antara berbagai latar belakang
profesi orang tua.

Pembelajaran konevnsional yang di-daring-kan


Secara teknis pembelajaran daring di negara kita selama pandemi
sebagian besar masih berkutat pada pemberian tugas dan/atau soal
pertanyaan yang kemudian harus dikerjakan oleh siswa, perbedaan
hanya terletak pada media penyampaiannya. Jika selama ini pemberian
tugas dan pengerjaan kuis soal latihan dilakukan dalam satu ruangan
kelas, maka pada masa pandemi ini, tugas dalam pembelajaran daring
diberikan dan disampaikan melalui media internet, seperti via web
e-learning, aplikasi whats app antara guru-siswa, aplikasi zoom, dan lain
sebagainya.
Potret semacam ini masih menunjukkan bahwa sebenarnya
pelaksanaan pembelajaran bisa diistilahkan dengan “pembelajaran
konvensional” yang di-daringkan. Sukandi (2003) memberi pengertian
pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran dengan tujuan
siswa mengetahui sesuatu lebih banyak daripada siswa melakukan

20 | Alam Pikir Era Pandemi


sesuatu. Pendekatan pembelajaran daring selama ini masih
menggambarkan guru sebagai sentra pentransfer ilmu, sementara siswa
mengambil peran lebih pasif sebagai penerima ilmu.
Oliver dan Hannafin (2001) dalam Neolaka, dkk. (2017) juga
menyampaikan bahwa dalam pembelajaran konvensional, sumber
belajar siswa masih terbatas dari buku, dan/atau penjelasan guru dan
para ahli. Suharyanto (2018) mengutip pandangan Burrowes bahwa
pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa
memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksikan
materi untuk selanjutnya dihubungkan dan diaplikasikan dalam
kehidupan nyata. Wacana ini juga menunjukkan bahwa pendidikan kita
masih menjadikan nilai berupa angka sebagai indikator keberhasilan
utama dalam pembelajaran.
Arsendy, dkk. (2020) pada riset yang sama juga menyebutkan bahwa
penggunaan media belajar offline yakni pengisian tugas di lembar kerja
siswa (LKS) memang masih mendominasi, yakni sekitar (66%) dari hasil
survei kepada seluruh responden.Bahkanjika ditinjau dari pengategorian
secara zonasi, maka semakin tertinggal suatu daerah semakin kecil
persentase siswa mendapatkan pembelajaran via online. Di sisi lain,
kondisi pandemi yang belum berakhir, mengharuskan penyelenggara
pendidikan untuk tidak melakukan pembelajaran tatap muka, tentu ini
menjadi masalah. Sebenarnya pembelajaran offline ini tidak masalah jika
tetap diterapkan, bisa menjadi alternatif, dengan catatan bagiaman cara
guru mengemas dengan model pembelajaran yang efektif, dan kreatif.
Sehingga siswa tidak melulu berkutat dengan tugas isian soal yang justru
membuat pembelajaran jauh dari kata menarik.

Contextual problem based learning dalam pembelajaran


daring
Desain pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan berdasar
pemecahan masalah kiranya dapat menjadi alternatif efektif dalam desain
pembelajaran masa pandemi. Desain pembelajaran ini memungkinkan
siswa lebih fleksibel dalam berkreasi dan memahami materi. Rutinitas

Kajian Lintas Ilmu | 21


konvensional yang ditandai dengan soal latihan yang dijawab dengan
penjelasan hasil resitasi akan sedikit demi sedikit berkurang dan hanya
sebagai evaluasi berkala dengan frekuensi rendah. Rutinitas penugasan
tersebut diharapkan dapat digantikan dengan ulasan yang menstimulus
siswa untuk menguraikan dengan cara pandang pemahaman mereka
tentang suatu materi atau topik permasalahan tertentu. Sumber belajar
siswa tidak hanya berupa teori dari internet, melainkan segala hal di
sekitar mereka yang relevan dengan tema, bersumber dari pengalaman
nyata, apa yang selama ini diamati, dan dipahami.
Jumadi (2003) menyampaikan bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan
konteks dunia nyata yang dihadapi oleh siswa dalam kesehariannya.
Pembelajaran kontekstual menstimulus siswa untuk mengaitkan
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
melalui tujuh komponen pembelajaran yakni; kontruktivisme, bertanya,
menyelidiki, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian
autentik.
Secara gambaran teknis kita bisa mengambil contoh, tema
kerukunan, empati, dan gotong royong, yang kemudian oleh siswa tidak
hanya dijabarkan melalui definisi atau contoh pada buku ajar, melainkan
pengalaman nyata yang sedang terjadi, semisal di masa pandemi
warga yang mampu memberikan sumbangan berupa sembako kepada
tetangganya yang kurang berada, peristiwa pembagian masker gratis di
jalan-jalan, kesediaan dan pengorbanan para relawan covid-19. Contoh
lainnya dalam pembelajaran tentang lingkungan hidup, bagaimana siswa
cukup diminta untuk menanam tanaman, merawat, dan mengamati
pertumbuhan serta perkembangannya, bisa juga dengan siswa yang
kemudian menerapkan gaya hidup hemat energi, baik itu listrik, maupun
penggunaan air di saat perlu saja, dan tentunya masih banyak lagi
kreativitas yang memungkinkan untuk menuangkan materi ke dalam
perilaku keseharian.
Pada akhirnya pendekatan contextual problem based learning
diharapkan akan memberikan outcame pembelajaran berupa semangat

22 | Alam Pikir Era Pandemi


literasi siswa dalam menyampaikan ulasan dan gagasan dari hasil
refleksi belajar dan pengalamannya. Selain itu pendekatan ini akan lebih
memunculkan sisi fleksibilitas dalam penilaian yang dapat diacukan pada
proses berfikir, bukan hasil menghafal, dan tentu saja dapat diterapkan
di rumah saja.

Pembelajaran berbasis proyek (project based learning)


Sama halnya dengan model pembelajaran kontekstual dan
berbasismasalah,pembelajaran berbasisproyekjuga diharapkanmenjadi
model pembelajaran kreatif dengan media offline yang dapat dikerjakan
selama masa dirumahsaja. Beberapa waktuyang lalu,seorang teman yang
berprofesi sebagai guru sekaligus wakil kepala sekolah bidang kurikulum
meminta saran kepada saya tentang pelaksanaan pembelajaran yang
tepat untuk siswanya. Adapun menurut penuturan teman saya, sebagian
siswanya berada pada kondisi yang tidak memungkinkan mereka untuk
menggunakan gadget. Pembelajaran berbasis proyek ini saya tawarkan
sebagai solusi. Secara teknis, model pembelajaran ini bisa dikerjakan
secara berkala dalam kurun waktu tertentu dengan output berupa hasil
proyek yang berkenaan dengan materi pelajaran. Evaluasi siswa tidak
harus setiap hari dalam grup whats app atau yang lainnya. Siswa bisa
mengisi log book atau catatan harian untuk dievaluasi bagaimana proses
dan ketekunan mereka dalam mengerjakan dan memahami materi yang
divisualisasikan dengan proyek.
Pada akhirnya, kondisi pandemi ini menjadi tantangan baru
dalam dunia pendidikan di negeri ini. Tantangan yang menuntut semua
stake holder untuk berfikir kreatif, inovatif, serta sigap dalam memecah
permasalahan yang ada. Tak ada rotan akarpun jadi tampaknya menjadi
pepatah yang pas sebagai motivasi masyarakat kita dalam menghadapi
tantangan ini. Bagaimanapun caranya memperoleh pendidikan yang
layak adalah hak semua anak bangsa, tanpa harus memandang latar
belakang sosial, ekonomi, ras, dan daerah.

Kajian Lintas Ilmu | 23


REFRENSI
Arsendi, Senza, Sukoco, G. Adam, dan Purba, R. Ekawati, 2020. Riset
dampak COVID-19:potretgap akses online ‘Belajar dari Rumah’
dari 4 provinsi. https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19
potret-gap-akses-online-belajar-dari-rumah-dari-4-provinsi-136534.
Diakses tanggal 20 Juni 2020.
Jumadi._2003._Pembelajaran_kontekstual_dan_implementasinya._http://
staffnew.uny.ac.id/upload/130683941/pengabdian/pembelajaran
kontekstual.pdf. Diakses tanggal 8 Juni 2020.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Agama, dan Kementerian dalam Negeri. 2020.
Panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran dan
tahun akademik baru di masa pandemi Corona virus disease
(Covid-19). https://covid19.go.id/. Diakses tanggal 20 Juni 2020.
Neolaka, Amos, dan Neolaka, G. Amalia A. 2017. Landasan Pendidikan
Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup. Depok:
Kencana
Putri, G. Setyvani. WHO resmi sebut virus corona covid-19
sebagai pandemi global. https://www.kompas.com/sains/
read/2020/03/12/083129823/who-resmi-sebut-virus-corona-covid-19-
sebagai-pandemi-global?page=all. Diakses tanggal 20 Juni 2020.
Suharyanto,_Arby._2018._Model_pembelajaran_konvensional._https://
dosenpsikologi.com/model-pembelajaran-konvensional. Diakses
tanggal 8 Juni 2020.
Sukandi, Ujang. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha
Pustaka.

24 | Alam Pikir Era Pandemi


Pendidikan Inklusif Selama Masa Pandemi:
Apakah Konten “Belajar dari Rumah” TVRI
Layak?
Srilestari

Pendidikan memiliki peran penting dalam pembangunan suatu


peradaban suatu bangsa. Kondisi anak muda dan pendidikan saat ini bisa
menjadi cerminan bagaimana nasib suatu bangsa dalam 10-20 tahun
kedepan. Hal ini pula dapat menjadi tolak ukur maju tidaknya negara
tersebut. terdengar mustahil jika suatu bangsa mengharap kemajuan
dari segala bidang jika tidak menyiapkan generasi mudanya dengan baik.
(Hisny Fajrussalam, 2020)
Ditengah kondisi seperti sekarang ini, tidak hanya pemerintah,
kita sebagai warga negara juga berkewajiban untuk memberi perhatian
lebih terhadap kelangsungan pendidikan meskipun dilaksanakan
dengan metode daring / jarak jauh. Formulasi model pembelajaran
ini merupakan metode pembelajaran yang menggunakan bantuan
teknologi. seorang siswa dan guru tidak perlu bertatap muka langsung.
(Mustofa, 2019)
Pemerintah melalui kemendikbud berupaya agar tetap bisa
memberikan pelayanan terhadap keberlangsungan pendidikan dimasa
pandemi sekarang ini, salah satunya ialah adanya portal rumah belajar.
Hal ini muncul bukan karena pandemi ini, karena portal tersebut sudah
berdiri sejak 2011 lalu. Hal ini setidaknya mampu menjadi solusi atas
adanya kebijakan pembelajaran jarak jauh ini. (Minanti Tirta Yanti, 2020)
Model pembelajaran jarak jauh memang menjadi solusi selama
masa pandemi ini. Itulah mengapa mau tidak mau, suka tidak suka, setiap
rumah berubah menjadi ruang kelas. Semua orang tua menggantikan
peran guru untuk mengontrol sekaligus teman belajar bagi anaknya.
Sementara, tugas guru/pengajar mempersiapkan dan menyediakan
media pembelajaran semenarik mungkin.

Kajian Lintas Ilmu | 25


Salah satunya dengan memanfa’atkan beberapa media yang telah
banyak diketahui oleh siswa. Data hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nabila Hilmy Zhafira dkk (zhafira, 2020) menyebutkan bahwa sebagian
besar mahasiswa lebih mudah melaksanakan pembelajaran daring
melalui beberapa aplikasi seperti whatsapp dan google class room
“Hal yang sangat penting untuk siswa dengan kesulitan belajar spesifik
agar tak tertinggal pada fase pembelajaran jarak jauh adalah memastikan
bahwa mereka memiliki dukungan belajar yang memadai ketika rumah
mereka berubah menjadi ruang kelas”.
Ungkapan tersebut adalah petuah dari Judit Kormos seorang ahli
pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dari universitas Lancaster.
Pernyatannya akan dukungan yang memadai juga terkait dengan desain
model pembelajaran jarak jauh yang memang harus dibuat secara
cermat dan hati-hati. Kecermatan itu terkait dengan memperhatikan
apakah siswa dengan disabilitas mampu dengan mudah memahami dan
merasa nyaman dengan penyajian materi tersebut.
Namun sayangnya, pandemi ini justru berdampak lebih buruk pada
para siswa dengan disabilitas. Hal itu akan menjadi semakin buruk jika
kondisi siswa tergolong miskin dan disablitas. Menurut data WHO, 80%
orang dengan disabilitas justru hidup di negara berkembang dimana
pendidikan inklusif masih jauh panggang daripada api layaknya di
Indonesia.
Saya jadi teringat pengalaman saat mengajar salah satu siswa
dengan disleksia di tingkat sekolah dasar. Bagi siswa ini, internet
barangkali menjadi barang mewah. Kondisi ekonominya sangat tidak
memungkinkan untuk membeli kuota sementara alat pendidikan
jarak jauh yang paling utama adalah internet itu sendiri. Saya tidak
membayangkan bagaimana Ia harus bertahan di masa pandemi tanpa
pendampingan belajar dari gurunya. Orang tuanya tergolong tidak
mampu mendampinginya belajar karena tingkat pendidikan rendah dan
bahkan tidak bisa membaca. Bagi siswa seperti ini, bukankah pandemi
justru membuat kondisi pendidikan mereka semakin tertinggal?

26 | Alam Pikir Era Pandemi


Untungnya, dia masih memiliki akses televisi. Dia masih bisa
mengakses program Belajar dari Rumah yang ditayangkan di TVRI.
Pemerintah memang memberikan program ini sebagai solusi atas
keterbatasan akses bagi siswa yang sulit menjangkau pembelajaran
daring. Program yang dirilis sejak 13 April ini tayang mulai hari Senin
Jum’at dari pukul 08.00-14.00. Program ini menjangkau seluruh jenjang
pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, hingga SMA.
Namun, benarkah program tersebut inklusif bagi mereka yang
disabilitas dengan kemampuan ekonomi rendah? Kenyataannya program
ini memang memperoleh berbagai kritikan. Termasuk kritikan tentang
sulitnya layanan TVRI dijangkau diberbagai daerah hingga adanya
kemungkinan beban siswa justru bertambah karena tayangan ini.
Pada praktiknya, proses pembelajaran bagi siswa dengan disabilitas
memang memiliki teknik tersendiri. Selama ini, pembelajaran dengan
tatap muka memang paling cocok bagi mereka karena pendekatan
personal/individual guru seringkali lebih efektif daripada yang
generalistik. Maka, pendidikan semasa pandemi dengan bantuan
teknologi menjadi tantangan tersendiri karena sangat mungkin
pendekatan personal menjadi terhambat. Orang tua dalam hal inilah
yang seharusnya menjadi perpanjangan tangan para guru.
Perihal konten pembelajaran TVRI, orang tua menjalani peran untuk
mendampingi belajar. Akan tetapi, tentu menjadi lebih baik jika upaya
yang orang tua berikan untuk mendampingi mereka menjadi semakin
berkurang karena kualitas konten belajar yang ramah disabilitas.
Kenyataannya konten TVRI tidak menyediakan akses yang sesuai untuk
mereka konsumsi.
Bagi siswa disabilitas seperti siswa disleksia tersebut, program ini
barangkali tidak cocok untuk mereka. Siswa dengan disleksia memiliki
kepekaan akan kontras warna sehingga program ini seharusnya
menggunakan pewarnaan huruf yang sangat kontras. Pada kenyatannya
materi memang disajikan dengan cukup mudah dipahami karena
menggunakan bahasa yang sederhana dan mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari. Namun, sayangnya program tersebut terlewat
menyajikan gambar atau tulisan dengan warna yang kontras.

Kajian Lintas Ilmu | 27


Selain itu, program ini tidak menampilkan juru bahasa isyarat agar
mereka dengan disabilitas tuli atau lainnya masih bisa mengaksesnya.
Begitu pula bagi mereka dengan disabilitas netra, program ini tidak
menyediakan format yang dapat mereka jangkau. Kenyataan ini
menguatkan pandangan bahwa pendidikan inklusi memang hanya
sekedar ilusi dan masa pandemi ini membuatnya kian jelas saja.
Program ini menyajikan pula konten materi terkait dengan
pengembangan budaya inklusif pada tayangan “Etika Berinteraksi
dengan Sahabat Disabilitas”. Konten ini memang baik untuk mengajak
agar siswa non-disabilitas tidak lagi menganggap disabilitas sebagai
orang cacat, menghargai mereka sebagai sesama manusia, dan bersikap
tidak memberikan streotipe buruk. Namun, anjuran tersebut berbanding
terbalik dengan upaya pemerintah menyediakan media pembelajaran
yang inklusif.
Konten ini juga menayangkan keberhasilan pembelajaran inklusif.
Sayangnya, keberhasilan itu hanya ditunjukkan melalui pembuktian
angka-angka banyaknya siswa dengan disabilitas yang sudah bersekolah
tanpa melihat pada ketimpangan akses media pembelajaran yang
seharusnya mereka dapatkan. Namanya juga televisi milik pemerintah.
Jadi tidak mungkin berbalik mengkritik pemerintah kan?
Sampai sejauh ini, tidak ada informasi yang cukup terkait bagaimana
siswa-siswi dengan disabilitas mengakses pelajarannya. Tidak heran jika
masa wabah seperti ini, muncul kekhawatiran bahwa para disabilitas
hanya dirumahkan saja karena tidak adanya layanan pendidikan yang
memadai.

28 | Alam Pikir Era Pandemi


FILSOFI 3B DI MASA PANDEMI COVID-19
R. Panji Hermoyo, M.Pd

Pandemi yang terjadi sejak awal tahun 2020 telah ‘menghantui’


manusia di dunia. Covid-19 pertama ditemukan di kota Wuhan China
sekitar Desember 2019, Covid-19 merupakan akronim dari Corona Virus
Disease 2019 biasa juga disebut Virus Corona. Sebenarnya virus ini sudah
muncul pada tahun 2019 lalu diberi nama COVID-19.
Covid-19 juga melanda Indonesia sejak Maret 2020 hingga sekarang.
Pada masa pandemi ini pemerintah akhirnya mengeluarkan ‘tiga jurus
kata’ untuk menghimbau rakyat Indonesia agar Belajar, Bekerja dan
Beribadah (3B) di rumah agar terhindar dari virus mematikan Covid-19.
Tiga jurus kata tersebut otomatis membuat kalangan yang terdampak
karena Covid-19 langsung merespon dengan cepat.
3B ‘digaungkan’, disiarkan dan diumumkan secara langsung oleh
Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. Joko Widodo lewat media
elektronik dan media sosial. Sebagian masyarakat akhirnya memilih 3B
tersebut daripada tertular virus yang belum ada obatnya. Bahkan sampai
bulan Juni 2020, pandemi Covid-19 belum berakhir.
Banyak kota-kota di Indonesia menjadi zona merah, yakni daerah
terkonfirmasi banyaknya kasus terpapar Covid-19. Sehingga 3B memang
harus dilaksanakan di seluruh Indonesia agar rakyat tidak terpapar
Covid-19. Fenomena merupakan sesuatu atau fakta yang terjadi karena
ada peristiwa pada masanya. Fenomena 3B terjadi pada masa adanya
virus corona yang melanda di Indonesia.
‘B’ yang pertama yakni Belajar. Belajar secara langsung berkaitan
dengan pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia mewajibkan agar proses belajar
mengajar dilakukan di rumah. Sekolah-sekolah semua menganjurkan
dan mewajibkan siswanya belajar di rumah.

Kajian Lintas Ilmu | 29


mengajar dilakukan dirumah. Sekolah-sekolah semua menganjurkan
dan mewajibkan siswanya belajar di rumah.
Perguruan tinggi juga mewajibkan dosen dan mahasiswa belajar
melalui jarak jauh dan lebih dikenal dengan ‘Daring’ (dalam jaringan),
yakni pembelajaran melalui media teknologi internet. Sehingga
Pendidikan dari tingkat Anak Usia Dini (AUD), Taman Kanak-Kanak
(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) sederajat, Diploma, Strata 1 dan Pascasarjana
diwajibkan belajar di rumah sampai belum ditentukan batasnya oleh
pemerintah.
Ketika berada di sekolah, proses pembelajarannya secara
berkerumun di kelas sangat rentan untuk terkena virus tersebut.
Misalnya, dalam satu kelas berjumlah 30 siswa dan ada 1 siswa yang
positif terkena Covid-19, maka yang lainnya pasti akan tertular dan bisa
juga satu sekolah terpapar sehingga belajar di rumah menjadi alternatif
untuk memutus mata rantai penularan virus itu.
‘B’ yang kedua yakni Bekerja, maksudnya adalah bekerja dari rumah
yang banyak dilakukan oleh sebagian orang di dunia. Contohnya para
pendidik, harus mengajar dari rumah menggunakan media aplikasi
yang sudah ada saat ini. Dosen bisa menggunakan moodle, zoom, google
metting, webex, youtube dan microsoft teams dalam melaksanakan
pembelajaran.
Namun ada juga yang hanya menggunakan aplikasi whatsaap
(WA) agar pembelajarannya tidak menyulitkan mahasiswa. Faktor
yang menyulitkan dalam pembelajaran daring adalah tidak tersedianya
internet dan geografis atau letak rumah mahasiswa yang terkadang
terkendala signal bahkan tidak ada jaringan internet. Sehingga ada
dosen yang hanya mengandalkan WA saja.
Tujuannya agar memudahkan mahasiswa bisa mengikuti
perkuliahan yang dilakukan lewat jaringan internet. Bekerja di rumah
tidak semua dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, berbagai ragam
profesi yang mengharuskan bekerja keluar rumah terpaksa tidak
melaksanakan anjuran pemerintah.

30 | Alam Pikir Era Pandemi


Contohnya pengemudi ojek online, bila hanya di rumah saja,
mereka tidak bisa dapat penghasilan. Namun bila pengemudi ojek online
bekerja, sangat rawan tertular atau menulari penumpangnya. Sehingga
pemerintah membuat kebijakan dengan membolehkan para pengemudi
ojek online bekerja tapi hanya mengantar dan menjemput barang, bisa
makanan ataupun barang lainnya.
Tidak diperbolehkan mengantar dan menjemput penumpang.
Memang hal yang menyedihkan ketika ada Covid-19 di dunia dan belum
ditemukan obatnya. Contoh tersebut hanya satu dari ratusan bahkan
ribuan profesi yang harus bekerja keluar rumah ketika ada Covid-19.
Akhirnya ada dua pilihan, mati kelaparan karena tidak bekerja atau
mati terpapar covid-19 karena bekerja diluar rumah, sungguh sangat
ironis. Profesi yang tidak bisa bekerja di rumah harus mematuhi standar
kesehatan dengan memakai masker, sering mencuci tangan dengan
sabun, tidak bergerombol maupun mengerahkan massa yang banyak.
‘B’ yang ketiga yakni Beribadah. Pemerintah melalui Kementerian
Agama juga menganjurkan masyarakat untuk beribadah dengan tenang
dan khusuk di rumah. Mayoritas rakyat di Indonesia beragama Islam,
diajurkan agar melakukan kegiatan sholat tidak di masjid namun di
rumah dengan keluarga.
Pemeluk agama Kristen dan Katolik juga diajurkan sementara tidak
beribadah di gereja. Pemeluk agama Hindu, Budha dan Khonghucu juga
diajurkan sementara beribadah di rumah saja. Beribadah di rumah
punya keuntungan sendiri, yakni bisa melakukannya dengan keluarga.
Apabila orang tua bekerja, umumnya beribadah jarang dilakukan
dengan keluarga. Pada masa pandemi ini, bertepatan dengan datangnya
bulan Ramadhan dan Syawal 1441 H, umat Islam di penjuru dunia
merayakan hari raya Idul Fitri. Masjid-masjid yang biasanya ramai untuk
beribadah sholat terawih menjadi sepi karena ada wabah Covid-19.
Sholat Idul Fitri juga dilakukan di rumah, namun ada juga yang
melakukannya di lapangan atau di masjid. Bila ada yang melaksanakan
di masjid, prosedur kesehatan dilakukan oleh takmir masjid dengan
mewajibkan memakai masker, wudu di rumah dan ketika akan masuk

Kajian Lintas Ilmu | 31


masjid harus mencuci tangan atau disemprot dengan desinfektan yang
sudah disediakan di masjid.
Fenomena 3B tersebut masih dilakukan sebagian masyarakat
di Indonesia dan dunia bahkan sampai ke arah new normal, semua
menginginkan agar benar-benar terhindar dan bisa memutus mata
rantai penularan wabah Covid-19. Patuhi protokol kesehatan dengan
memakai masker, jaga jarak aman, sering mencuci tangan dan tetap di
rumah.

Daftar Pustaka
Habibi, A. (2020). Normal baru pasca Covid-19. Adalah: Buletin Hukum
& Keadilan, 4(1), 197–202. https://doi.org/10.15408/adalah.
v4i1.15809
Hermoyo, R. P. (2020). Register bahasa tentang wabah covid-19 di media
whatsapp. In COVID-19 prespektif Susastra dan filsafat (p. 101).
Denpasar: Yayasan Kita Menulis.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Panduan
penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran dan tahun
akademik baru di masa Covid-19. Retrieved July 28, 2020, from
https://www.kemdikbud.go.id/
Velavan, T. P., & Meyer, C. G. (2020). The COVID-19 epidemic. Tropical
Medicine and International Health, 25(3), 278. https://doi.
org/10.1111/tmi.13383

32 | Alam Pikir Era Pandemi


Fenomena Tiger Parenting di Era New Normal

Nurhidayatullah

Semenjak Covid-19 masuk ke Indonesia, kita sudah melakukan social


distancing atau pembatasan sosial kurang lebih 4 bulan . Di Surabaya
sendiri ada himbauan #Dirumahaja hingga perpanjangan PSBB yang
entah sampai kapan semua ini akan selesai. Satu hal yang kemudian baru
disadari orang, selama melakukan #Dirumahaja, ternyata menimbulkan
efek stress terhadap semua kalangan.
Hal ini disebabkan kebanyakan orang melakukan kegiatan secara
berulang dan monoton secara terus menerus contohnya memasak.
membaca buku hingga bermain monopoli hingga pada akhirnya
sebagian orang memaksa untuk keluar rumah dengan alasan berolah
raga contohnya bermain futsal hingga bersepeda dijalanan dengan
alasan menggunakan protokol kesehatan .

Perpanjangan belajar dirumah bagi zona merah


Untuk daerah yang masuk kategori zona merah, belajar dari
rumah diperpanjang. Sehingga libur dan belajar dari rumah terasa
semakin panjang. Bagi sebagian orang, hal ini merupakan kabar baik
namun sebenarnya ini awal dari penyebab terjadiya stres pada anak.
Pada umumnya anak anak atau remaja secara psikologis cenderung
melakukan semua aktifitas secara bersama sama dengan golongannya
atau teman sekelompoknya sebagai simbol bahwa manusia tersebut
adalah mahluk sosial.
Selain itu penerapan sistem belajar dirumah dinilai tidak kondusif.
Menurut saya persiapan siswa dalam menjalani sekolah online masih
kurang. Karena datangnya virus yang mendadak membuat belajar sistem
online digunakan secara tergesa - tergesa.

Kajian Lintas Ilmu | 33


Misalkan konsep yang belum matang hingga sarana aplikasi yang
digunakan masih belum dikuasai karena belum ada pelatihan atau
pengenalanaplikasi sebelumnya. Belum lagi masalah koneksi internet
atau alat komunikasi berteknologi canggih, yang belum tentu dimiliki
murid.
Pada sisi lain cara guru yang searah membuat siswa menjadi
sulit untuk mengerti. Apalagi tugas yang diberikan kepada siswa
sangat memberatkan. Guru yang sudah tua umumnya tidak mampu
memaksimalkan metodenya dalam mengajar secara online.Pada
akhirnya siswa semakin tertekan. Pada penelitian diungkapkan turunya
sistem imun salah satunya dari kurangnya istirahat dan stress akibat
tekanan yang menyebabkan mudah lelah hingga suhu tubuh meningkat.
Pada konteks inilah peran orang tua di anggap penting dalam
proses pembelajaran online. Sebab siswa secara intens didampingi oleh
orang tua. Pada akhirnya tugas orang tua bisa jadi lebih berat, karena
tidak hanya harus bisa berkonsentrasi bekerja tapi juga harus berperan
sebagai guru untuk mendampingi anak – anak belajar dirumah. Bisa
jadi pemicu stres jadi berlipat ganda bagi kalangan orang tua sebab
banyaknya kewajiban yang diemban oleh orang tua.

Tiger Parenting Di Era New Normal


Mengajar bukanlah hal mudah bagi orang tua. Selain perlu
memahami materi yang diajarkan, mereka juga harus memahami
metode pembelajaran yang yang cocok dengan karakter anaknya.
Umumnya mereka belum mampu melihat kapasitas anaknya. Sebelum
pandemicorangtua hanya bisa melihat kemampuananaknya melalui
nilai raport yang diberikan dari pihak sekolah.
Sehingga orangtua merasa kecewa terhadap kemampuananak
ketika belum mampu mengejakan tugas yang diberikannya. Tanpa
disadari orang tua akan menekan dan memaksa memberi pemahaman
materi tersebut sampai anaknya bisa dan mampu mengerjakan soal
tersebut.

34 | Alam Pikir Era Pandemi


Disinilah ada sebuah fenomena New Tiger Parenting marak terjadi.
Tiger parenting model lama aladaha anak-anak dipukul dan di siksa
karena tidak mampu memberikan apa yang ditargetkan oleh orang tua.
Namun Tiger Parenting pada era new normal anak dipaksa mengerjakan
tugas tugas sekolah dengan target harus benar semua dan mampu
menyelesaikan tugas tersebut dengan cepat, hal inilah yang membuat
siswa tersebut menjadi tertekan dan tersiksa.
Sebenarnya ada dampak positif metode tiger parenting yakni anak
mampu mengatasi banyak tekanan yang membuat mereka lebih matang
dalam konsep pendewasaan diri, Namun hal ini tidak selalu terjadi,
nyatanya menurut penelitian anak yang hidup dari pola asuh “Tiger
Parenting” justru memperoleh nilai GPA lebih rendah daripada anak
yang hidup dengan pola asuh “suportif parenting”.
Lantas bagaimana cara orang tua untuk menghindari Tiger
Parenting dimasa pandemi ini? Caranya adalah orang tua terlebih
dahulu menyadari bahwa dirinya juga memiliki keterbatasan. Saat orang
tua mengalami tekanan emosional akibat pekerjaan istirahatlah dan
jangan melakukan kontak dahulu ke anak. Selain itu pentingnya orang
tua untuk berdiskusi kepada Guru maupun ke sesama orang tua untuk
bertukar kiat dalam menemukan metode parenting tanpa menekan anak
tersebut. Pola pandangan orang tua terhadap anak perlu diperluas dan
didiskusikan dengan matang. Pastikan pahami lebih lanjut tentang gaya
parenting apa yang diterapkan sesuai dengan karakter anak tersebut.
Jangan sampai anak menjadi tangan panjang dari orang tua
Sebab anak juga mempunyai hak untuk memilih dan menerapkan
cara belajar yang disukainya. Dengan cara ini anak akan nyaman dalam
belajar dan mampu memberikan yang terbaik untuk orang tuanya tanpa
rasa tekanan di era new normal ini

Refrensi
https://www.haibunda.com/parenting/20171103162118-62-9000/
tiger-mom-dan-pola-asuh-yang-diterapkan-untuk-anak
https://parenting.orami.co.id/magazine/memahami-drone-parenting
dan-plus-minusnya
Kajian Lintas Ilmu | 35
36 | Alam Pikir Era Pandemi
Membangun Kesadaran Gizi
di Tengah Pandemi
Aristiana Prihatining Rahayu, S.Sos., M.Med.Kom

Hingga Juni, tidak kurang sudah 4 bulan pemeritah dan semua


elemen masyarakat di negara kita berjibaku melakukan segala bentuk
upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dan penanganan kasus positif
yang telah terjadi. Sejak kasus positif Corona atau Covid-19 pertama kali
diumumkan presiden Joko Widodo, Senin (2/3), kasus positif Corona
semakin bertambah dari hari ke hari. Menurut data pemerintah, jumlah
kasus Covid-19 hingga Sabtu (20/6/2020) tercatat 45.029 orang, 17.883
orang dinyatakan sembuh, dan 2.429 orang meninggal. Sedangkan
data dari worldometer.info per 20 Juni 2020, tercatat 8.745.570 orang
di dunia telah terinfeksi Covid-19. Dari angka tersebut, 461.760 orang
meninggal dunia, 4.619.373 orang lainnya sembuh.
Pandemi Covid-19 tidak hanya menebar ketakutan karena telah
menelan nyawa ratusan ribu orang di seluruh dunia, namun juga telah
memporak-porandakan kehidupanmasyarakatglobal termasuk ekonomi.
Menurut data Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), hingga per 2 Juni
2020, sekitar 3,05 juta orang terdampak (PHK dan dirumahkan) akibat
covid-19. Pemerintah memperkirakan ada penambahan pengangguran
sebanyak 5,23 juta jiwa apabila virus corona terus meluas. Data angka
PHK dan dirumahkan berbeda-beda, baik internal pemerintah maupun
versi kalangan pengusaha. Bahkan menurut data kamar dagang dan
industri (Kadin), angka tenaga kerja yang terdampak Covid-19 telah
tembus 6 juta jiwa, dengan prosentase 90 persen dirumahkan dan 10
persen di PHK.
Tingginya jumlah tenaga kerja yang terdampak covid-19
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan angka kemiskinan
di Indonesia. Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS), angka

Kajian Lintas Ilmu | 37


kemiskinan di Indonesia pada September 2019 sebesar 9,22 persen,
dan merangkak naik seiring merebaknya pandemi covid-19 menjadi 13
persen.
Makin bertambahnya jumlah PHK, pengangguran, dan masyarakat
miskin lain yang terdampak ekonominya akibat pandemi, memberi
pengaruh signifikan pada kualitas hidup banyak keluarga di Indonesia,
terutama pada asupan gizi anak. Tentu ini harus menjadi perhatian
serius pemerintah dan juga semua elemen masyarakat di tengah
beratnya penanganan pandemi saat ini. Apabila kondisi ini lepas dari
fokus perhatian kita semua, maka bangsa ini akan banyak kehilangan
peluang melahirkan generasi-generasi emas yang cerdas dan kuat, yang
kelak meneruskan roda pembangunan bangsa ke depan, yang mungkin
juga tantangannya tak kalah berat dengan apa yang terjadi pada saat ini.
Dalam kondisi seperti ini, maka generasi kuatlah yang diperlukan.

Gizi dan Hak Anak


Pada tahun 1989, dengan mengadopsi Konvensi PBB untuk Hak
Hak Anak, pemerintah di seluruh dunia menjanjikan hak yang sama bagi
seluruh anak. Konvensi ini mengatur banyak hal yang harus dilakukan
oleh negara, agar setiap anak dapat tumbuh dengan maksimal, sehat,
bisa bersekolah, mendapat perlindungan dari segala bentuk ancaman,
didengar pendapatnya, dan mendapat perlakuan adil. Dalam konvensi
PBB untuk hak-hak anak, terdapat setidaknya 3 pasal (pasal 24, pasal 26,
pasal 27) yang memuat secara gamblang bahwa setiap anak untuk hidup
sehat, tercukupi kebutuhan tumbuh kembangnya dan mendapatkan
standar hidup yang baik. Pasal 24 menyatakan bahwa, Tiap anak berhak
mendapatkan standar kesehatan dan perawatan medis yang terbaik, air
bersih, makanan bergizi, dan lingkungan tinggal yang bersih dan aman.
Semua orang dewasa dan anak-anak perlu punya akses pada informasi
kesehatan. Pasal 26, Tiap anak berhak mendapatkan bantuan sosial
yang bisa membantunya bertumbuh kembang dan hidup dalam kondisi
baik. Pemerintah perlu memberikan uang tambahan kepada anak dan
keluarga miskin dan yang membutuhkan. Pasal 27 menyatakan bahwa,

38 | Alam Pikir Era Pandemi


Anak berhak mendapatkan standar hidup yang cukup baik sehingga
semua kebutuhan mereka terpenuhi. Pemerintah perlu membantu
keluarga yang tidak mampu memenuhi hal ini, dan memastikan bahwa
orang tua dan wali memenuhi tanggung jawab keuangannya terhadap
anak-anak mereka.
Bila mengacu pada apa yang termuat di dalam konvensi PBB
kita sangat paham, bahwa tugas pemenuhan hak anak termasuk gizi,
menjadi tanggung jawab pemerintah apabila keluarga si anak tidak
mampu memenuhi hak tersebut, karena kondisinya yang miskin. Namun
tentulah sangat berat bagi pemerintah, terutama pada masa pandemi
saat ini untuk bisa memenuhi hak-hak anak tersebut secara maksimal.
Karena dalam penanganan pandemi Covid-19 ini saja, pemerintah
pontang panting, dan kesulitan secara finansial. Tentu harus ada gerakan
secara bersama-sama yang dilakukan semua elemen bangsa ini untuk
membantu menekan angka kekurangan gizi pada anak maupun ibu
hamil. Mengapa ini perlu kita lakukan? Hal ini tak lain karena kualitas
sumber daya manusia, salah satunya ditentukan oleh pemenuhan gizi,
terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.
Anak yang mengalami kekurangan gizi kronis di awal kehidupan
akan mengalami perkembangan otak yang terhambat, sehingga membuat
kecerdasan dan performa edukasinya di masa mendatang menjadi lebih
rendah dibanding dengan anak yang lain yang kondisi gizinya terpenuhi.
Selain itu, pertumbuhan tinggi dan komposisi otot tubuh juga akan
terhambat. Hal ini pada akhirnya akan membuat sistem kekebalan tubuh
menurun, sehingga anak rentan sakit, dan membuat performa kerja di
masa mendatang akan menurun. Betapa beratnya perjalanan bangsa ini
ke depan, apabila generasi yang dimiliki bangsa ini lemah.
Menengok sedikit ke belakang, permasalahan gizi anak-anak di
Indonesia sebetulnya masih menjadi persoalan karena angkanya masih
di atas rata-rata yang ditetapkan oleh PBB. Menurut Survei Status Gizi
Balita Indonesia (SSGBI) yang melibatkan 320.000 rumah tangga, telah
terjadi penurunan prevalensi stunting dari 30,8 persen di tahun 2018,
berdasarkan data Riskesdas 2018, menjadi 27,67 persen di tahun 2019.

Kajian Lintas Ilmu | 39


Meski mengalami penurunan, prevalensi stunting ini masih diatas rata
rata yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) di bawah 20
persen. Dengan terjadinya pandemi, bisa kita bayangkan betapa beratnya
beban yang harus ditanggung pemerintah dalam penanganan gizi ini.
Kondisi ini belum ditambah fakta lain, dampak dari pandemi
Covid-19. Work from home (WFH) dan terhentinya aktivitas di berbagai
sektor yang memaksa masyarakat harus stay at home telah menyebabkan
ledakan kehamilan baru. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), ada lebih dari 400.000 kehamilan
tak direncanakan selama dilangsungkannya Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran Covid-19. Dengan
penambahan angka kehamilan itu, diperkirakan lebih dari 420.000
bayi baru lahir di awal tahun. Perkiraan itu didasarkan pada perkiraan
angka, 10 persen dari 28 juta keluarga mengalami kesulitan dalam
mengontrol kelahiran. Lagi-lagi, betapa beratnya beban pemerintah.
Apalagi, bila para ibu yang mengalami kehamilan tidak direncanakan
tersebut, berasal dari kalangan masyarakat yang kehidupan ekonominya
terdampak Covid-19. Sedangkan pencegahan stunting sendiri, harus
dimulai saat sang ibu mengalami kehamilan. Untuk mencegah stunting,
gizi ibu hamil harus terpenuhi dengan cukup. Dan ini artinya bahwa hak
anak untuk mendapatkan nutrisi terbaik harus dipenuhi sejak dalam
kandungan agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
Di masa pandemi ini, sedikit celah pun harus dilakukan untuk bisa
membantu menekan permasalahan yang terkait dengan pemenuhan
gizi ibu hamil maupun anak usia dini (AUD). Beberapa hal yang bisa
kita lakukan misalnya, dengan melatih kader posyandu, PKK, guru
pendidikan anak usia dini (PAUD) untuk menjadi agen perubahan (agent
of change) dalam mengedukasi masyarakat hingga ke tingkat masyarakat
paling bawah. Mengapa keterlibatan guru PAUD penting? Karena para
guru PAUD memiliki akses luas kepada para wali siswa PAUD, yang
memegang orotitas pangan anak-anak usia dini. Dan tumbuh kembang
otak anak di usia dini, salah satunya sangat bergantung pada kualitas gizi
anak. Fakta inilah yang menyebabkan, pentingnya guru PAUD dilibatkan
dalam penanganan gizi di masyarakat.

40 | Alam Pikir Era Pandemi


Pada masa pandemi, tentu saja upaya edukasi ini perlu diterapkan,
dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, para kader
juga bisa dilatih memanfaatkan media sosial yang terkoneksi dengan
masyarakat sasaran edukasi. Beberapa hal penting yang bisa diberikan
dalam edukasi misalnya, edukasi tentang pengolahan makanan bergizi
dengan bahan pangan lokal yang mudah dicari dan terjangkau dengan
memperhatikan menu gizi yang seimbang bagi keluarga, terutama bagi
ibu hamil dan anak-anak.
Selain itu, kampanye ASI ekslusif yang sangat penting untuk
menjaga dan meningkatkan status gizi balita pada awal pertumbuhan.
Mengapa hal ini masih diperlukan? Jangan salah, ternyata, pentingnya
memberikan ASI ekslusif bagi balita belum sepenuhnya disadari oleh
kaum ibu. Dari temuan penulis, sebagian para ibu, ternyata lebih memilih
untuk memberikan susu formula bagi anak, meski mereka berasal dari
keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Dalam kondisi ekonomi
yang makin sulit seperti saat ini, membangun kesadaran betapa penting,
murah dan mudahnya ASI masih sangat diperlukan.
Hal lainnya adalah, pelatihan membuat makanan tambahan untuk
balita dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang terjangkau untuk
pemenuhan gizi keluarga. Upaya ini dilakukan agar keluarga (orang tua)
bisa menghindari biaya lebih besar untuk membeli makanan tambahan
untuk anak. Ini tentu jauh lebih sehat daripada anak-anak terutama di
usia dini, diberikan makanan tambahan berupa jajanan yang kandungan
gizi nya rendah namun sarat dengan penguat rasa dan bahan pewarna
yang membahayakan bagi tubuh anak.
Selain kiprah para kader, masyarakat secara luas pun bisa terlibat
dalam menjaga ketahanan gizi anak-anak di negeri ini, terutama yang
dhuafa, dengan makin menggencarkan program sedekah vitamin,
makanan dan minuman sehat. Sebelum pandemi, tidak sedikit
masyarakat yang tergabung dalam yayasan maupun komunitas sosial
yang telah melakukan aksi kemanusiaan ini. Dan di masa pandemi, tentu
kegotong-royongan serta solidaritas harus makin dikuatkan agar makin
banyak anak-anak Indonesia yang bisa terselamatkan tentang status gizi
dan kesehatannya. Semoga.

Kajian Lintas Ilmu | 41


Referensi
Sania Mashabi. 2020. UPDATE 20 Juni: Total 2.429 Pasien
Covid-19 Meninggal” https://nasional.kompas.com/
read/2020/06/20/16112711/update-20-juni-total-2429-pasien-
covid-19-meninggal. Diakses pada 20 Juni 2020
Coronavirus Update. https://www.worldometers.info/ Diakses pada 20
Juni 2020
Pemerintah Antisipasi Penambahan Pengangguran di Masa Pandemi
Covid-19. https://kemnaker.go.id/news/detail/pemerintah
antisipasi-penambahan-pengangguran-di-masa-pandemi-
covid-19. Diakses pada 20 Juni 2020
Persentase Penduduk Miskin Maret 2020 naik menjadi 9,78 persen.
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/
persentase-penduduk-miskin-maret-2020-naik-menjadi-9-78-
persen.html. Diakses pada 20 Juni 2020
Unicef. 1989. Convention on the Rights of the Child text. https://www.
unicef.org/child-rights-convention/convention-text.
Kemenkes, RI. 2019. Menkes Lakukan Soft Launching Hasil Survei Status
Gizi Balita Indonesia 2019. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/
baca/rilis media/20191018/3732054/menkes-lakukan-soft-
launching-hasil-survei-status-gizi-balita-indonesia-2019/
Soesanti Harini Hartono. 2020. Selama Pandemi Virus Corona Indonesia
Hadapi Lonjakan Kehamilan, Wanita Amerika Malah Menunda
Punya Anak. https://health.grid.id/read/352217856/selama
pandemi-virus-corona-indonesia-hadapi-lonjakan-kehamilan-
wanita-amerika-malah-menunda-punya-anak?page=all

42 | Alam Pikir Era Pandemi


Benarkah Relaksasi PSBB melanggengkan
herd Immunity di Indonesia?

Vika Ramadhana Fitriyani

Apa kabar Indonesia? Akankah kita menyerah dengan pandemi


ini? Organisasi Kesehatan dunia (WHO) menyatakan meski kurva kasus
positif Covid menurun, namun kemungkinan virus ini tidak akan hilang.
Maka wacana relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
dengan membuka kembali aktivitas ekonomi menjadi sasaran pengampu
kebijakan. Pernyataan yang disampaikan oleh presiden RI bahwa rakyat
Indonesia harus hidup berdampingan dan berdamai dengan Covid-19
agar tetap produktif. Tentu wacana ini menimbulkan pro dan kontra
di berbagai kalangan. Ada yang menyebutkan bahwa wacana ini tidak
mendasar tanpa melihat data dan kurva penyebaran Covid-19 di negeri
ini.
Dalam mengambil kebijakan penanganan Covid-19, Pemerintah
dianggap labil. Sebelumnya, pemerintah melarang mudik dan berpergian,
namun sekarang pemerintah mengizinkan transportasi beroperasi dan
sejumlah kelompok usia berpergian dengan syarat membawa surat
keterangan sehat bebas Covid serta surat tugas. Penulis ingin membahas
mengenai relaksasi PSBB yang ditetapkan oleh pemerintah. Kebijakan
ini seolah-olah mengarahkan masyarakat pada herd immunity. Meski
pemerintah tidak dengan lantang menyebutkan wacana ini adalah
konsep hard immunity. Namun jika kita lihat dengan seksama relaksasi
PSBB secara tidak langsung merupakan implementasi herd immunity.

Ada apa dengan herd immunity?

Mungkin telah banyak diperbincangkan mengenai herd immunity di


media sosial. Banyak sekali yang menetang konsep ini, bahkan youtube

Kajian Lintas Ilmu | 43


menghapus video epidemiolog pendukung herd immunity. Dilansir
dari TEMPO.CO (18/5/2020), epidemolog dari Rocklefeller University
Knut M Wittkowski mengatakan bahwa platform video youtube
telah menghapus videonya yang mengkritik kebijakan WHO dalam
menghadapi pandemi Covid-19. Dalam video yang sudah ditonton lebih
dari 1,3 juta kali menyatakan bahwa virus Corona harus dilawan dengan
herd immunity, bukan dengan jaga jarak (physical distancing). Konsep ini
sempat dilirik oleh beberapa negara Eropa yakni Inggris, Belanda dan
Swedia namun ketiga negara tersebut mengurungkan niatnya untuk
menerapkan konsep tersebut karena berisiko cukup besar.
Secara konsep, Herd Immunity merupakan situasi di mana sebagian
besar masyarakat kebal terhadap suatu penyakit dengan cara sebagian
masyarakatnya harus terinfesi penyakit. Dengan begitu virus akan sulit
menemukan inang untuk berkembang. Akhirnya penyakit tersebut bisa
dihentikan penyebarannya.
Kekebalan kelompok (herd Immunity) dapat terbentuk dengan 2 cara
yaitu dengan vaksinasi dan alami. Seperti yang kita tahu bahwa melalui
vaksinasi seseorang menjadi kebal terhadap penyakit. Yang kedua secara
alami, maksud dari alami semakin banyak orang yang terpapar virus ini
dan berhasil sembuh in theory maka mereka akan kebal terhadap virus
yang sama.

Imunitas Berdasarkan Teori


Secara teori, setiap individu memiliki 2 tipe imunitas yakni pertama,
imunitas alami (native imunity) adalah imunitas yang dimiliki oleh
individu meskipun tubuh belum sama sekali terkontak dengan virus.
Kedua, imunitas didapat, terjadi setelah lahir. Imunitas yang terbentuk
karena sudah pernah mengalami kontak dengan virus misalnya terinfeksi,
imunisasi. Nah imunitas didapat menjadi acuan konsep herd immunity
Setiap individu pun memiliki 2 respon dalam menyikapi infeski.
Pertama, respon primer. Respon yang didapat ketika individu terinfesi
untuk pertama kalinya. Kedua, respon sekunder, respon yang mucul
ketika individu terinfeksi untuk kedua kalinya. Respon kedua inilah yang

44 | Alam Pikir Era Pandemi


diangkat oleh konsep herd immunity
Respon sekunder ini berlangsung lebih cepat karena adanya sel
sel pengingat dari kontak pertama. Imunitas mempunyai mekanisme di
dalamnya, salah satunya yaitu daya ingat. Bahkan tidak akan lupa bahwa
dia pernah bertemu dengan virus yang sama. Ada istilah jika sudah
terkontak dengan virus, bakteri dll, maka kontak untuk kedua kalinya
akan cepat teratasi bahkan tidak akan sampai terjadi infeksi alias kebal.

Kekebalan alami bukanlah sebuah pilihan


Meskipun secara teori dapat mendukung herd immunity namun
respon imun tersebut tidak serta merta bisa kita terapkan untuk semua
kasus terutama Covid-19. Kita tahu bahwa sampai saat ini pun belum ada
bukti menyatakan bagaimana imun tubuh bekerja dalam menghadapi
virus Corona.
Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi penyakit menular
WHO, mengatakan bahwa belum diketahui apakah orang-orang yang
telah terpapar virus menjadi benar-benar kebal terhadap virus ini
dan berapa lama kekebalan tersebut berjalan, dilansir dari CNBC
Indonesia (18/5/2020). Bahkan orang yang sudah dinyatakan sembuh
dari covid 19 bisa tertular kembali dan menimbulkan gejala yang lebih
parah. Akhirnya, WHO tidak merekomendasikan setiap negara untuk
menerapkan konsep herd immunity.

Benarkan Relaksasi PSBB Melanggengkan Herd Immunity


dan Bukan Sebuah Solusi?
Covid-19 yang telah mengguncang Indonesia membuat masalah
menjadi kompleks. Semua aktivitas terbengkalai, ekonomi pun
berantakan. Namun saya merasa ada yang janggal saat pemerintah
mengizinkan warga yang berusia 45 tahun ke bawah untuk kembali
bekerja. Alasannya adalah kelompok dengan usia ini memiliki imunitas
yang baik. Faktanya bahwa tidak semua orang usia produktif memiliki
imunitas yang baik. Kelompok ini juga tidak terlepas dari risiko tertular
dan memunculkan gejala yang berat. Bersadarkan kasus, banyak

Kajian Lintas Ilmu | 45


penderita juga di usia muda. Berdasarkan data kesehatan dunia hingga
April 2020, 60 % pasien Covid di bebarapa wilayah di dunia masuk
kelompok produktif. Maka, kebijakan pemerintah tak cukup menjadi
solusi.
Beberapa ilmuan mengatakan dibutuhkan 60-70 % populasi harus
terinfeksi untuk mencapai herd immunity. Dengan jumlah penduduk
Indonesia sekitar 271 juta jiwa (proyeksi 2020), maka Indonesia perlu
membuat 189 juta rakyatnya terinfesi Covid maka akan terbentuklah
herd immunity. Belum lagi di lapangan rumah sakit mulai overload,
tenaga kesehatan kewalahan bahkan sampai gugur di garda terdepan.
Menurut hemat penulis relaksasi PSBB ini menjadi pintu masuk
untuk melanggengkan konsep herd immunity. Bagaimana tidak, semua
masyarakat akan kembali bergerombol, akan kembali nongkrong, bahkan
mungkin di desa-desa akan bergegas merencanakan ulang hajatan yang
sempat tertunda di bulan lalu karena Corona. Bisa dibayangkan berapa
banyak orang yang akan berkumpul dan pastinya penyebaran virus akan
terjadi. Maka di sini sangat kentara ada persamaan antara pelonggaran
PSBB dengan herd immunity yakni membiarkan masyarakatnya terinfeksi
Tentu saja kita tidak tahu efek samping apa yang akan terjadi.
Membuat kita dihadapkan pada 2 sisi mata uang, ada risiko yang harus
ditanggung. Apakah kekebalan yang akan muncul atau sebaliknya angka
terinfeksi bahkan kematian yang akan meningkat.
Tentu ini merupakan hal yang mengerikan jika efek yang tidak
diinginkan terjadi, alih-alih hidup berdampingan dan berdamai dengan
covid-19. Virus ini akan dibiarkan menyebar sampai menginfeksi
sebagian besar populasi di negara ini. Dengan kata lain negara akan
membiarkan jika banyak orang yang terinfeksi bahkan meninggal karena
pandemi ini.
Jika pemerintah mengizinkan warga berusia 45 tahun ke bawah
untuk kembali beraktivitas, bukannya tidak mungkin Indonesia bisa

46 | Alam Pikir Era Pandemi


kehilangan satu generasi muda yang produktif?

Refrensi
Badan Pusat Statistik (BPS) (2019), Proyeksi Penduduk 2020.
https://www.bps.go.id/publication/2019/07/04/
daac1ba18cae1e90706ee58a/statistik-indonesia-2019.html.
Diakses pada 25 Mei 2020
Bratawijaya, Karnen (2004). Imunologi Dasar. Ed 6 Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI
CNBC Indonesia (2020). Apa itu Herd Immunity, Obat Corona yang WHO
Sebut Berbahaya
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200518121628-37-159219/
apa-itu-herd-immunity-obat-corona-yang-who-sebut-berbahaya.
Diakses pada 25 Mei 2020
Kompas. (2020). Komnas HAM: Wacana
Relaksasi PSBB Buat Masyarakat Bingung
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/22/19382011/
komnas-ham-wacana-relaksasi-psbb-buat-masyarakat-
bingung?page=all . Diakses pada 25 Mei 2020
Naafs, Michael. 2018. Herd Immunity: A Realistic Target ?. Biomedical
Journal Of Scientifik & Technical Research. Volume 9, Issue 2- 2018.
Diakses pada 25 Mei 2020
Sherwood, Lauralee.2011.Fisiologis Manusia.Jakarta:EGC

Tempo.co. (2020). YouTube Hapus Video Epidemiolog Pendukung


Herd Immunity. https://tekno.tempo.co/read/1343614/youtube
hapus-video-epidemiolog-pendukung-herd-immunity . Diakses
pada 25 Mei 2020

Kajian Lintas Ilmu | 47


Tidak Ada New Normal Untuk Nakes

Islam Syarifurrahman

Pandemi COVID-19 masih menyebar di seluruh tanah air, dan


belum menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan. Perlu diketahui
bahwa virus SARS-CoV-2 bukan hanya menyerang fisik saja, namun
juga berdampak terhadap kesehatan jiwa. Pandemi ini telah membuat
banyak orang menjadi cemas, emosi, bahkan sampai mengalami frustasi.
Masalah kesehatan jiwa ini tentu juga dialami oleh tenaga kesehatan
(Nakes) sebagai garda terdepan dalam menangani penyakit COVID-19
ini.
Di tengah ketidaksiapan pemerintah, ternyata telah menerapkan
kebijakan New Normal. Padahal masih banyak masyarakat yang tak
sepenuhnya patuh terhadap protokol kesehatan, seperti menjaga jarak,
mencuci tangan, menggunakan masker, dan seterusnya. Hal tersebut
membuat Nakes menjadi semakin cemas karena diprediksi akan terjadi
lonjakan kasus. Tentu itu akan memperpanjang perjuangan mereka di
garda terdepan melawan COVID-19.
Kebijakan New normal yang tergesa-gesa itu akhirnya membuat
masyarakat tidak terkontrol. Mereka mengambil kesempatan di masa
new normal ini, dengan mulai bepergian, berbelanja di mall, liburan ke
luar kota, ataupun bertemu dengan keluarga dan teman-teman untuk
sekedar melepas rindu. Namun, ketika melakukan kegiatan tersebut
apakah masyarakat dapat menerapkan protokol kesehatan dengan baik?
Cerita tentang perawat dan dokter di Itali seharusnya dapat menjadi
pelajaran penting bagi kita. Sehingga kejadian itu tidak terjadi pada Nakes
di Indonesia. Karena dengan terjadinya lonjakan kasus COVID-19 tentu
akan membuat perawat dan dokter merasa kewalahan, bahkan mereka
tidak memiliki waktu istrirahat, sehingga mereka merasa lelah da cemas.
Terkadang para Nakes mengalami gangguan tidur atau insomnia akibat
terlalu sering melihat korban meninggal dunia.

48 | Alam Pikir Era Pandemi


Perawat di Itali menyatakan bahwa pada saat new normal
diberlakukan, mereka merasa tidak ada normal baru. Banyak dari
mereka yang merasa takut untuk bertemu dengan keluarga. Mereka
takut menularkan virus, bahkan sampai ada perawat yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri. Kejadian di Itali, sekitar empat Nakes
yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri akibat COVID-19. Jangan
sampai kejadian tersebut dialami oleh Nakes yang ada Indonesia.
Masyarakat harus bersama-sama membantu memerangi virus dengan
tetap mematuhi protokol yang sudah ada.
Sebagai garda terdepan Covid-19, penting bagi Nakes di Indonesia
untuk mewaspadai kesehatan mental. Jika ini tidak dilakukan, dampak
yang terjadi bagi mereka mulai dari kelelahan, stress, dan kecemasan.
Kasus dokter gigi di Surabaya bisa dijadikan contoh. Gejala stres
ditunjukan dari kondisinya yang tidak menggunakan busana di pinggir
jalanan setelah kehilangan suami dan anaknya akibat Covid-19.
Kesulitan, tekanan, beban, rasa sakit, bahkan kehilangan
memang tidak bisa dihindari oleh para nakes. Jika mereka tidak dapat
mengantisipasi kondisi itu, dapat mengarah kepada depresi. Terlebih
di masa pandemi yang luar biasa ini, itu akan berdampak terhadap
kesehatan jiwa. Apabila sampai terjadi stres, mereka tidak mampu
menahan tekanan yang dialami. Dampak terburuk dari gangguan
kesehatan mental ini adalah bunuh diri.
Di Indonesia, gangguan kesehatan mental atau depresi akibat virus
corona ini sudah tercatat ribuan lebih, yang gejalanya antara lain rasa
takut, khawatir yang berlebihan, adanya gangguan tidur, gangguan stres
pasca trauma psikologis. Kasus ini sudah sangat jelas bahwa masyarakat
masih banyak yang belum siap untuk mengahadapi New Normal yang
sudah dibuat oleh pemerintah yang dampaknya juga akan dirasakan
oleh Nakes.

Kajian Lintas Ilmu | 49


Apa Sebab Stres yang Dialami Nakes
Kita semua tau bagaimana para Nakes berani mengambil resiko
saat melakukan tugasnya dalam menangani COVID-19, meskipun pada
akhirnya mereka tidak memperdulikan kesehatan mereka sendiri.
Banyak dari mereka yang terinfeksi virus COVID-19 akibat faktor
kelelahan menangani pasien, bahkan adanya kesalahan saat membuka
baju APD dalam bertugas.
Saat merawat pasien, para Nakes harus menggunakan APD lengkap
dan digunakan ber jam-jam demi mencegah penularan saat merawat
pasien, jelas itu membuat mereka merasa sangat lelah. Sekuat tenaga
mereka harus menahan haus, lapar, sampai membuang hajatpun harus
ditahan demi menghemat APD yang sudah tersedia, sebab saat mereka
membuka hazmat mereka tidak boleh menggunakanya kembali.
Nakes yang bertugas rela tidak bertemu keluarga demi merawat
pasien COVID-19, mereka menahan rindu dan khawatir menulari atau
membawa virus kepada keluarganya. Ini menjadi masalah berat saat
mereka bertugas sehingga membuat para Nakes berfikir keras, kelelahan,
bahkan lebih tertekan secara emosional.

Tidak Ada New Normal Untuk Nakes


Bukan hanya menangani COVID-19, namun setiap hari sebelum
adanya virus mematikan ini, Nakes sudah sering dihadapkan oleh pasien
yang menularkan virus terhadap mereka. Namun, label pahlawan garda
terdepan untuk mereka justru muncul baru-baru ini saat munculnya virus
corona dengan penyebaran yang sangat masif. Pujian kepada mereka
banyak diberikan oleh masyarakat karena telah menjadi penyelamat
utama dalam menghadapi wabah Covid-19.
Saat kasus COVID-19 ini mengalami penurunan dan karantina
dilonggarkan atau adanya New Normal, banyak dari mereka yang akan
bertemu di luar dengan tidak menggunakan masker bahkan tidak
ada jarak sosial. Kata pahlawan yang sering disebut oleh masyarakat
perlahan akan mereka lupakan dan Nakes akan kembali dikucilkan oleh
masyarakat.
50 | Alam Pikir Era Pandemi
Sebagian Nakes masih merasa khawatir dan cemas menularkan
virus terhadap keluaraga mereka, bahkan ada yang masih menerapkan
jaga jarak sosial. Cemas dan takut, musuh yang mereka lawan tidak
terlihat tapi sangat mematikan sehingga mereka tidak memiliki waktu
untuk berfikir, mereka merasa tersesat tanpa tujuan. Salah satu perawat
bahkan ada yang mengatakan tidak yakin ingin menjadi seorang perawat
lagi.
Hal yang harus dipahami oleh masyarakat saat Pemerintah membuat
kebijakan tentang adanya New Normal adalah tetap mematuhi protokol
kesehatan yang sudah dibuat demi mencegah penyebaran virus dan
mengurangi jumlah infeksi. Pelanggaran terhadap protokol akan sangat
berdampak terhadap kesehatan mental para Nakes.

Referensi
Detiknews (2020). Tentang New Normal di Indonesia: Arti, Fakta dan
Kesiapan Daerah
https://news.detik.com/berita/d-5034719/tentang-new-normal-di-indonesia
arti-fakta-dan-kesiapan-daerah. Diakses pada 20 Mei 2020
BCC News.(2020). Virus corona: Cerita tenaga kesehatan di garis depan
wabah Covid-19, ‘perawat selalu bersiap untuk yang terburuk, tapi
tidak separah ini’
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52101525. Diakses pada 20
Mei 2020
Kompas.com (2020) Dokter Gigi di Surabaya Stres Bukan karena Suami
dan Anak Meninggal Terjangkit Covid-19.
https://regional.kompas.com/read/2020/06/19/20003681/
dokter-gigi-di-surabaya-stres-bukan-karena-suami-dan-anak-
meninggal?page=all. Diakses pada 20 Mei 2020
Dede Nasrullah (2020). Dampak Psikologis Tenaga Kesehatan dalam
Upaya Menghadapi Pandemi Corona Virus (Covid-19) di Indonesia.
Kementrian Riset dan Teknologi- Badan Riset dan Inovasi Nasional
Republik Indonesia.

Kajian Lintas Ilmu | 51


Dwi Tirta Perwitasari (2015).Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tingkatan Stres Pada Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura Pontianak Tahun 2015. Jurnal Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Untan.

52 | Alam Pikir Era Pandemi


PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT
LANSIA DI ERA PANDEMIK
Dede Nasrullah*

Media sosial hari ini dipenuhi dengan berita dan informasi mengenai
era new normal, dimana dengan adanya era baru ini semua masyarakat
dituntut untuk dapat berdapatasi di tengah- tengah permasalahan virus
corona yang sampai saat ini jumlah di Indonesia masih cukup meningkat.
Kalau kita perhatikan data sampai saat ini 29/05/2020 jumlah covid di
Indonesia sebanyak 24.538 dimana mengalami penambahan sebesar
687 kasus positif, sedangkan pasien yang sembuh sebanyak 6.240 dan
yang meninggal 1.496 kasus. Tentu ini banyak menimbulkan pertanyaan
dari semua masayarakat sudah siapkah Indonesia menghadapi era baru
yang disebut dengan new normal ini?
Generasi sehat, Indonesia Unggul tentu masih teringat di benak
kita semua di mana itu merupakan slogan Hari Kesehatan Nasional
tahun 2019 yang bertujuan untuk mengajak semua masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih sehat, dan pada saat ini lansia menjadi orang
yang sangat retan tertularnya penyakit coronavirus, sehingga keluarga
menjadi peranan penting dalam merawat lansia di masa pandemi. Selain
itu juga lansia tentu menjadi perhatian penting bagi pemerintah untuk
memperhatikan hak- hak para lanjut usia di masa pandemik corona virus
ini karena saat ini lansia beresiko kematian akibat covid 19. Selanjutnya
pertanyaan yang ada dibenak saya bagaimana nasib para lanjut usia
ketika Indonesia ini sudah merapkan era new normal ini?apakah
para lansia dan keluarga yang memliki lansia ini sudah dibekali untuk
survive di masa era new normal ini? Jika tidak maka yang akan terjadi
masyarakat yang rentan seperti lansia ini akan cepat tumbang dan tidak
dapat beradaptasi di era new normal ini.

Kajian Lintas Ilmu | 51


Tentu kita semua tidak ingin mengalami hal tersebut terjadi pada
keluarga kita yang mungkin memiliki keluarga yang rentan dan beresiko
tertularnya covid 19. Jika kita perhatikan lansia ini sudah memiliki
penyakit penyerta lainnya seperti penyakit jantung, paru ginjal, hati dan
lain sebagainya sehingga terjadi penurunan sistem imun tubuh karena
adanya proses penuaan tersebut. Selanjutnya langkah apa saja yang
harus kita lakukan agar mengurangi resiko terpaparnya covid 19 pada
lansia ini.

Negara hadir untuk lansia


Berdasarkan data proyeksi BPS, tahun 2019 penduduk lansia di
Indonesia adalah 9,75 atau sekitar 27 juta jiwa. Angka ini diperkirakan
akan menjadi 12,54% atau 35,5 juta jiwa di tahun 2025, dan akan
terus meningkat di tahun 2035 sebesar 16,77% atau 51 juta jiwa. Hal
ini menunjukan bahwa kondisi demografis Indonesia sudah menuju
penuaan populasi. Berdasarkan data laporan per tanggal 7 Mei 2019,
jumlah kematian akibat covid 19 pada usia diatas 55 tahun adalah 36%,
yang artinya jumlah kematian pada lansia ini cukup banyak. Lansia
menjadi kelompok yang paling rentan karena penurunan sistem imunitas
tubuh dan cenderung multipatologis sehingga lebih berisiko menderita
kefatalan akibat covid 19, sehingga memerlukan langkah-langkah
perlindungan dan pencegahan di semua tatanan, dengan melibatkan
masyarakat, terutama keluarga. Tema yang diangkat pada hari lanjut
usia pada tahun ini sungguh sangat tepat di tengah kondisi seperti ini
dimana negara yang saat ini adalah pemerintah harus hadir dan dapat
memberikan solusi kepada lansia untuk tetap terlindungi secara fisik,
psikologis, spiritual sehingga para lansia ini tetap produktif dan tetap
terhindar dari virus corona. Jika kita perhatikan selintas Keputusan
Menteri Kesehatan (KMK) No 328/2020 tentang panduan pencegahan
dan pengendalian corona virus 2019 di tempat kerja perkantoran
dan industri dalam mendukung keberlangsungan usaha pada situasi
pandemi ini masih belum banyak yang mengatur bagaiamana nasib para
lansia yang masih produktif dan tetap bekerja demi keberlangsungan
keluarganya?
52 | Alam Pikir Era Pandemi
Peran keluarga saat pandemi
Sebagaimana tenaga medis yang menjadi garda terdepan dalam
berjuang melawan covid 19 ini, tentu kita juga dituntut untuk bersama
berjuang didalam keluarga kita yang memiliki keluarga yang rentan
terinfeksi virus corona ini. Keluarga menjadi peran yang sangat penting
dalam mengedukasi anggota keluarga yang ada dirumah dan yang saat
ini paling rentan adalah lansia. Keluarga memegang peranan penting
yaitu mencapai memberikan asuhan kesehatan keluarga yang bertugas
dalam pemeliharaan kesehatan (care giver) para anggotanya. Salah
satu tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga menurut
Freidman (1981) yaitu memberikan pertolongan dan perawatan (care
giver) kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu diri sendiri karena cacat fisik ataupun mental, karena apabila
terdapat anggota keluarga yang sakit maka tidak bisa mandiri untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas hidupnya. Menurut ahli keluarga yaitu
Friedman (1998, dalam Nasir & Muhith, 2011), menjelaskan bahwa
keluarga dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki fungsi
fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar tersebut terbagi menjadi lima fungsi
yang salah satunya adalah fungsi efektif, yaitu fungsi keluarga untuk
pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan
kepribadian orang dewasa, serta pemenuhan kebutuhan psikologis para
anggotanya. Apabila fungsi efektif ini tidak dapat berjalan semestinya,
maka akan terjadi gangguan psikologis yang berdampak pada kejiwaan
dari keseluruhan unit keluarga tersebut. Merawat lansia memerlukan
pengetahuan, ketrampilan, kemauan, pengabdian dan kesabaran.
Keluarga merupakan orang terdekat yang secara spontan, akan
mengambil bagian menjadi care giver , ketika keluarga yang dicintainya
membutuhkannya. Bantuan/ pegaturan aktifitas yang diberikan dengan
tepat tanpa mengurangi kemandirian dari lansia sehingga memenuhi
tujuan perawatan lansia yaitu mencapai kondisi kesehatan yang optimal,
mampu melakukan aktivitas seharihari dengan mandiri sehingga
meningkatkan kualitas hidup lansia. Pada tahap ini, peran perawat
menjadi sangat penting dalam membina keluarga dan lansia, terutama

Kajian Lintas Ilmu | 53


dalam hal bantuan/pengaturan aktifitas yang dilakukan keluarga kepada
lansia. Peran apa saja yang harus kita lakukan khusunya bagi keluarga
yang memiliki lansia, yang pertama pastikan lansia memahami kondisi
saat ini serta berikan contoh pada saat kita menjelaskan kepada lansia
misal dengan menggunakan masker, menjaga jarak, dan sering mencuci
tangan jika selesai melakukan aktivitas serta jaga kondisi lingkungan
lansia untuk tetap bersih, aman dan nyaman serta memiliki ventilasi
yang cukup. Kedua tetap berada dirumah dan melakukan kegiatan rutin
yang biasa dilakukan oleh para lansia, berjemur dibawah sinar matahari,
olah raga ringan untuk perengangan otot – otot, aktivitas berkebun dan
lain sebagainya. Ketiga makan- makanan dengan gizi yang seimbang
(cukup karohidrat, protein, lemak ,vitamin dan mineral). Keempat
hindari bersetuhan, bersalaman, bercium pipi dengan lansia jika hal itu
memungkinkan serta kurangi untuk mengunjungi fasilitas kesehatan
kecuali dalam keadaan yang darurat. Kelima menjauhkan lansia dari
pusat keramain dan kerumunan, dan jika memungkinkan anggota
keluarga yang jauh cukup berkomunikasi melalui alat komunikasi bisa
dengan video call dan lain sebagainya. Keenam hindari stress pada lansia
akibat social distancing sehingga keluarga harus tetap memberikan
aktivitas yang ringan sehingga lansia tidak stress dan cemas. Mari kita
bersama- sama terus menjaga dan melindungi keluarga kita khususnya
yang sangat rentan ini agar tidak tertular oleh penyakit corona virus.

54 | Alam Pikir Era Pandemi


Refrensi
Bappenas, BPS. (2019). Proyeksi Penduduk Indonesia Indonesia Population
Projection 2010-2035.. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bappenas, BPS. (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/
Menkes/328/2020 Tentang Panduan Pencegahan Dan Pengendalian
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Tempat Kerja Perkantoran
Dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada Situasi
Pandemi. . Diakses pada 27 Mei 2020 dari Http://Promkes.Kemkes.
Go.Id/Kmk-No-Hk0107-Menkes-328-2020-Tentang-Panduan
Pencegahan-Pengendalian-Covid-19-Di-Perkantoran-Dan-Industri
Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan jiwa,
Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Satuan Tugas Penaggulangan Covid 19.(2020). : Jumlah Pasien Sembuh Dari
Virus Corona Di Indonesia. Diakses pada 27 Mei 2020 dari Https://
Covid19.Go.Id/ Update .

Kajian Lintas Ilmu | 55


PERAN REMAJA SEBAGAI GENERASI
MILLENNIAL DALAM MENCEGAH
PENYEBARAN COVID-19

Irma Maya Puspita, S.Keb., Bd., M.Kes

Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 tentu tidak asing di telinga
kita. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
corona virus jenis baru (SARS-CoV-2). Virus jenis baru ini muncul pertama
kali pada akhir tahun 2019 di kota Wuhan, Tiongkok tepatnya pada
bulan Desember 2019. Covid-19 saat ini menjadi sebuah pandemi yang
terjadi di banyak Negara di dunia. Dikutip dari laman resmi Kemenkes
RI (2020) Corona Virus Diseases 2019 ini merupakan penyakit yang
disebabkan oleh keluarga besar corona virus yang dapat menyebabkan
penyakit ringan sampai berat pada manusia dan hewan, seperti batuk
atau pilek dan penyakit serius seperti MERS (Middle East Respiratory
Syndrome) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang dapat
menyerang sistem pernapasan pada manusia. Awalnya, WHO memberi
nama sementara penyakit yang disebabkan virus ini sebagai penyakit
pernapasan akut parah 2019-nCov kemudian pada tanggal 11 Februari
2020 di Jenewa Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus Badan
Kesehatan Dunia ( WHO, 2020) mengumumkan secara resmi nama
untuk wabah virus corona ini dengan sebutan Covid-19. Kasus Covid-19
ini muncul pertama kali di Indonesia tanggal 2 Maret 2020.
Dikutip dari Bahan Ajar Kemenkes RI (2018), virus memiliki
ukuran sangat kecil yaitu 20 – 300 nm, sehingga untuk melihatnya
membutuhkan alat bantu berupa mikroskop elektron dan virus tidak
bisa berkembang biak tanpa sel inang. Begitu pula dengan virus corona
ini memerlukan host sebagai wadah untuk berkembang biak. WHO

56 | Alam Pikir Era Pandemi


menyampaikan tentang penelitian corona virus yang mengindikasikan
bahwa virus ini mampu bertahan antara beberapa jam hingga beberapa
hari, lamanya kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti,
jenis permukaan, kelembapan, dan suhu lingkungan.
Tanda dan gejala umum yang ditunjukkan akibat virus ini dapat
berupa demam, batuk kering, letih dan lesu. Gejala lain yang mungkin
dialami penderita adalah sakit tenggorokan, hidung tersumbat,
konjungtivitis, diare, kehilangan indra perasa, hingga sesak napas.
Perlu diperhatikan, saat ini tidak sedikit dijumpai orang terpapar virus
corona namun tidak menunjukkan tanda dan gejala tersebut, mereka
disebut sebagai OTG (Orang Tanpa Gejala) seperti yang disebutkan pada
laman resmi Kemenkes RI (2020) Orang Tanpa Gejala atau OTG adalah
seseorang yang tidak bergejala namun memiliki kontak erat dengan
kasus konfirmasi Covid-19 dan mereka dapat menularkan virus ini
kepada orang lain.
Indonesia adalah salah satu dari 216 negara terjangkit corona virus.
Tidak tanggung-tanggung angka terkonfirmasi penyakit ini juga sangat
besar, mengapa demikian ? Karena penularan virus ini dapat terjadi
dengan mudah. Orang dapat tertular penyakit yang disebabkan virus
corona dari orang lain melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut
yang keluar saat orang yang terinfeksi tersebut bersin, batuk, bahkan
berbicara. Orang lain dapat tertular infeksi virus corona ini jika percikan
tersebut masuk melalui mulut, hidung, atau mata. Percikan-percikan
ini juga dapat menempel pada permukaan benda di sekitar orang
seperti meja, kursi, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat
terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut kemudian
menyentuh mulut, mata atau hidung mereka. Oleh karena itu mengapa
penting sekali menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain dan sering
mencuci tangan dengan sabun, tujuannya adalah untuk menghindari
terjadinya penularan. Penyakit ini tidak bisa kita anggap remeh. Semua
kalangan wajib saling membantu untuk mencegah penyebaran virus ini,
baik tua maupun muda.
Remaja dianggap sebagai generasi millennial yang memiliki sistem

Kajian Lintas Ilmu | 57


imun atau daya tahan tubuh yang lebih baik jika dibandingkan dengan
orang tua atau lanjut usia. Apabila remaja mampu mencegah dirinya
terhindar dari infeksi corona virus yang mudah sekali penularannya,
maka diharapkan remaja dapat berpartisipasi mengurangi penularan
virus ini, terutama pada orang tua yang memiliki resiko lebih rentan
terpapar virus tersebut. Remaja memiliki peran penting dan strategis
dalam mencegah penyebaran Covid-19.
Apa saja yang bisa dilakukan remaja dalam berpartipasi mencegah
penyebaran virus corona?
1.) Tinggal di rumah atau meminimalisir aktivitas di luar rumah.
Melakukan aktivitas dari rumah, misalnya belajar dari rumah.
Keluar rumah hanya untuk memenuhi kebutuhan mendesak,
selama masih bisa dikerjakan atau dilakukan dari rumah, maka
lebih baik di rumah saja, sampai masa pandemi ini berakhir.
2.) Mengatur jarak fisik minimal 1 meter.
Remaja berpartisipasi aktif dalam menerapkan protokoler
pemerintah yaitu menjaga jarak fisik atau physical distancing
minimal 1 meter terhadap siapapun, dimanapun berada dan
menghindari kerumunan atau keramaian selama masa pandemi
virus corona ini
3.) Memberi contoh untuk memakai masker
Remaja adalah salah satu kalangan yang dapat menjadi trend center
bagi kelompok remaja yang lain atau anak-anak bahkan orang tua.
Oleh karena itu remaja bisa memberikan contoh disiplin dalam
memakai masker terutama saat keluar rumah baik sedang sehat
maupun sakit. Memakai masker ini dapat mencegah penularan
Covid-19 dari satu orang ke orang yang lain.
4.) Membagikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain.
Remaja dapat memberikan informasi berupa edukasi kepada
masyarakat untuk mematuhi protokoler pemerintah, yaitu selalu
memakai masker terutama saat keluar rumah, menjaga jarak
dengan orang lain minimal 1 meter, sering mencuci tangan dengan
sabun, dan pentingnya menjaga daya tahan tubuh supaya terhindar

58 | Alam Pikir Era Pandemi


dari virus corona dengan rajin olah raga dan makan makanan
bergizi.
5.) Selektif dalam membagikan informasi kepada orang lain.
Diketahui bahwa generasi millenial sangat dekat dengan teknologi.
Kehidupan generasi ini tidak bisa lepas dari teknologi dan internet.
Remaja jaman sekarang sangat mudah mendapat informasi dari
berbagai sumber, apalagi era teknologi seperti saat ini. Ketika
mendapat informasi maupun berita, jangan mudah membagikan
informasi atau berita sebelum mengecek kebenarannya. Memilah
setiap informasi yang didapat, dan jangan mudah menerima
informasi secara mentah-mentah karena saat ini tidak sedikit
berita hoax yang muncul di masyarakat. Peran remaja adalah tidak
membagikan informasi yang bisa membuat orang lain menjadi
panik ataupun cemas.
6.) Menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Gerakan pola hidup bersih dan sehat merupakan langkah awal
menuju peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Manfaat
menerapkan PHBS paling utama adalah terciptanya masyarakat
yang sadar akan pentingnya kesehatan dan memiliki bekal
pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup bersih
dan memenuhi standar kesehatan. Remaja memberikan contoh
cara menerapkan pola hidup bersih yaitu dimulai dengan menjaga
kebersihan diri sendiri dan memperhatikan lingkungan sekitar.
Menjaga pola hidup sehat bisa dilakukan dengan makan buah dan
sayur, minum air putih yang banyak dan berolahraga
7.) Membantu sesama yang membutuhkan.
Pandemi ini mempengaruhi perekonomian bangsa, tidak sedikit
warga yang harus kehilangan pekerjaan karena adanya pandemi ini.
Remaja dapat berpartisipasi dengan membentuk kelompok sosial
untuk menggalang dana, kemudian disalurkan kepada keluarga
terdampak Covid-19.
8.) Memberikan dukungan kepada orang yang terkonfirmasi Covid-19.
Seringkali kita temukan warga justru mendiskriminasi orang yang

Kajian Lintas Ilmu | 59


terkonfirmasi Covid-19. Remaja dapat berpartisipasi menanamkan
mindset bahwa seseorang yang positif Covid-19 bukanlah aib
akan tetapi mereka justru membutuhkan dukungan supaya
mempercepat kesembuhan dengan tetap memperhatikan tindakan
pencegahan penularan penyakit ini.
Remaja sebagai kelompok generasi millennial yang memiliki sifat
aktif, semangat, dan kreatif. Hal ini dipengaruhi oleh arus globalisasi
yang semakin cepat, di mana anak muda jaman sekarang dapat
berinteraksi dengan manusia dari berbagai belahan dunia sehingga
mereka memiliki wawasan yang luas. Remaja ini harus kita arahkan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, kita rangkul mereka
untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Refrensi
Bahan Ajar Kemenkes RI (2018). Teknologi Laboratorium Medis Diakses
pada tanggal 20 Mei 2020 dari http://bppsdmk.kemkes.go.id/
pusdiksdmk/modul-bahan-ajar-tenaga-kesehatan/
Kemenkes Republik Indonesia. (2020). PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19). Diakses
pada tanggal 20 Mei 2020 dari https://www.kemkes.go.id/
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 20 Mei 2020 dari http://
www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_
rakorpop_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
World Health Organization (2020). Novel Coronavirus (2019-nCoV).

60 | Alam Pikir Era Pandemi


Potret Perawat Generasi Awal dan Perawat
di Era New NormalPandemi Covid-19
Firman

Wacana new normal atau normal baru, menjadi pro-kontra di


berbagai laman media sosial, bagi mereka yang menolak, mereka merasa
psimis dengan kondisi sekarang, sebab belum lama ini pemerintah
menerapkan kebijakan PSBB (pembatasan social berskala besar)
sebagai langkah, untuk memutus penularan Covid-19 melalui kontak
fisik maupun droplet. Namun pada prakteknya PSBB belum juga
berhasil, alih-alih dapat menurunkan angka penularan, justru makin hari
angkanya semakin tinggi.
Sementara mereka yang setuju, dengan normal baru atau tatanan
pola hidup baru, mereka percaya bahwa dalam menghadapi pandemi
seperti ini tidak harus membuat terhambatnya laju produktivitas
masyarakat, karena harus bekerja dari rumah, meski demikian ternyata
tidak semua profesi bisa melakukannya, seperti buruh misalkan,
sehingga di beberapa perusahaan, pertokohan, pabrik dan lain-lain
terjadi PHK dimana-mana. Berdasarkan data pertanggal (2/6/2020),
yang disampaikan oleh Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono
Moegiarso, sebanyak 3,05 juta orang di Indonesia terdampak PHK dan
dirumahkan.
Selain itu, dampak lain yang bisa kita lihat adalah masalah
penanganan pasien Covid-19, seiring perkembangan jumlah pasien
covid terus meningkat, dan Tenaga kesehatan dihadapkan pada kondisi
terbatasnya fasilitas Rumah Sakit, seperti; ruangan, APD dan kekurangan
jumlah tenaga kesehatan, khususnya Perawat untuk menangani pasien
covid-19. Ratio antara pasien dengan perawat sangat tidak balance,
menyebabkan kelelahan luar biasa, hingga menyebabkan gugurnya
beberapa tenaga kesehatan, akibat terinfeksi virus corona oleh pasien
yang dirawat.
Kajian Lintas Ilmu | 61
Eksistensi dan peran Perawat dalam situasi sekarang sangat
dibutuhkan, ditengah yang lain sudah menyerah, hingga beberapa pekan
lalu muncul hastag #IndonesiaTerserah, sebagai warning sekaligus
mengisyaratkan, jangan sampai Indonesia kalah melawan covid-19.
Kondisi serba dilematis bagi tenaga kesehatan, bila melihat jumlah
pasien positif terus bertambah, sementara masyarakat cenderung
mengentengkan dan tidak patuh dalam menerapkan Social Distancing,
pakai masker dengan baik dan cuci tangan dengan sabun. Pada saat
yang sama Pemerintah juga sering memberikan aturan yang berubah
ubah, sehingga kesan yang muncul adalah tenaga kesehatan khususnya
Perawat memikul beban yang sangat berat.
Walaupun demikian, lantas apakah mungkin Perawat pada akhirnya
akan menyerah menjadi “Indonesia Terserah”,saya kira tidak sesederhana
itu, sebab seorang Perawat dalam sumpah setianya ialah, “membaktikan
hidupnya untuk kepentingan kemanusiaan”, yang itu kemudian menjadi
filosofi lahirnya profesi perawat modern. Situasi yang hampir mirip,
atau bahkan jauh lebih buruk ketimbang apa yang terjadi saat ini, saya
tidak bisa mengilustrasikan dengan persis bagaimana kondisi waktu
itu. Namun dalam tulisan ini setidaknya saya akan menguraikan sekilas,
tentang bagaimana perawat modern itu lahir dan kiprahnya dalam
mengemban misi kemanusiaan.

Perawat Generasi Awal dan Misi Kemanusiaan


Menilik dalam buku Nursing Theory, Alligood (2014), Profesi
Perawat modern pertama dibidani oleh Florence Nightingale, yang lahir
pada tanggal 12 Mei 1820, di Florence Italia, dia dilahirkan di tengah
keluarga yang berada, sehingga Nightingale mendapatkan pendidikan
yang relative cukup baik di masanya, dan sejak masa kecilnya dia dikenal
dengan sosoknya yang baik dan penyayang. Satu hal menarik ketika
Nightingale menulis tentang “panggilan jiwa” di buku hariannya pada
tahun 1837, isi tulisan itu: “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku
untuk melayaninya” (Holiday & Parker, 1997).

62 | Alam Pikir Era Pandemi


Asal mula panggilan yang dituangkan dalam tulisan itu, baginya
kurang begitu jelas dimengerti hingga beberapa saat, setelah dia mengerti
maksud dari panggilan tersebut, Nightingale memahaminya sebagai
panggilan jiwa untuk menjadi seorang perawat. Sehingga saat terjadi
perang Krimea Ingris, Nightingale berperan merawat tentara Inggris
yang terluka ketika itu, dan dia berada pada situasi yang sangat sulit
dan terbatas, harus mengatasi masalah lingkungan yang ada, termasuk
kurangnya sanitasi, tidak adanya air besih dan kontaminasi kotoran
tubuh manusia, disamping itu Nightingale dihadapkan pada situasi
infeksi luka tubuh tentara sangat parah, sehingga dia harus berjuang
keras di tengah keterbatasan, untuk memperbaiki dan memulihkan
kondisi yang sangat menyedihkan itu.
Buah dari keberhasilan itu kemudian Nightingale disebut sebagai
“The Lady of the Lamp”, yang diabadikan dalam sebuah puisi berjudul
“Santa Filomena” Kemudian setelah kembali ke Inggris Nightingale
menerima berbagai penghargaan, dan dari sebagian penghargaan
itu, dia gunakan untuk mendirikan sebuah sekolah Keperawatan yang
sudah lama diimpikan, hingga kemudian sekolah itu didirikan di St.
Thomas’ Hospital London, dan pada akhirnya Sekolah Keperawatan itu
menjadi tonggak yang menandai lahirnya keperawatan modern yang
kehadirannya sangat dirasakan sampai sekarang. Setelah beberapa
tahun dalam perkembangannya berdirilah sekolah-sekolah keperawatan
lainnya di berbagai dunia, sehingga Nightingale makin dikenal secara
luas sebagai pendiri keperawatan modern.
Disinilah pada awalnya Florence Nightingale memberikan pondasi
sebagai dasar paradigma Keperawatan, dia menjelaskan bahwa Caring
atau keperawatan adalah suatu altruistic sebagai pemberian yang tulus
dan ikhlas sebagai wujud dari bangunan spiritualitas manusia dengan
tuhannya, (Nursalam, 2020). Hal inilah kemudian mengilhami semangat
perawat sampai pada era new normal ini, mereka bekerja dan mengabdi
pada Negeri untuk kemanusiaan. Maka sampai kapanpun Perawat tidak
akan pernah menyerah dalam situasi dan kondisi apapun.

Kajian Lintas Ilmu | 63


Konsistensi Perawat
Sejak dulu hingga sekarang di tengah kondisi pandemi Covid-19
ini, Perawat masih tetap konsisten berada di garda terdepan dalam
mengemban misi kemanusiaan, merawat pasien dan menempatnya pada
posisi terbaik adalah nilai yang dijunjung tinggi sejak era Nightingale.
Perawat menjadi sahabat terbaik bagi mereka yang sedang sakit,
mengemban tugas penuh tanggung jawab, hal terpenting bagi Perawat
adalah ketika pasien yang dirawat bisa terpenuhi kebutuhan dasar
hidupnya serta dengan melihatnya kembali tersenyum dan terbebas dari
rasa sakit serta merasa nyaman dan aman dari berbagai ancaman.
“We work for you and you stay for us” demikianlah kalimat yang
sering diucap dan dikampanyekan oleh para perawat di masa pandemic
ini, maka rasanya tak berlebihan jika saya katakan, bahwa perawat
memang layaknya sebuah lentera yang menyulu obor, memberi terang
di tengah gelap dan duka yang melanda dunia. Walau beberapa pekan
lalu, sebuah peristiwa stigmatisasi dan penolakan pada jenazah Perawat,
sempat membuat hati terluka dan betapa sangat menyakitkan profesi
Perawat, namun dengan sifat altruistic yang dimiliki seorang Perawat,
alih-alih terfikir untuk menyerah dan terserah, justru dibalasnya dengan
kesetiaan merawat, berjibaku di Rumah Sakit, dengan mempertaruhkan
dan mengorbankan hidup mereka.
Magfuri, (2020) mengatakan “jika di Australia perawat dikenal
dengan “Nurse the most veracity profession” maka sudah sepantasnya di
Indonesia Profesi Perawat juga dikenal demikian, bahwa Perawat adalah
profesi yang paling jujur, sebab seorang perawat setiap kali melakukan
perannya sebagai Care Giver dalam memberi Asuhan Keperawatan selalu
menjunjung tinggi prinsip Veracity (kejujuran) juga Fidelity (menepati
janji). Untuk itu di Negara kanguru tersebut Perawat juga diakui sebagai
profesi terpercaya atau “Nurse the most trusted professional”.

64 | Alam Pikir Era Pandemi


Perawat di Situasi New Normal
Dalam situasi apapun, profesi Keperawatan tentu akan sangat
proaktif, untuk melakukan peran sentral dalam memberi layanan
Keperawatan, termasuk merawat pasien covid-19, namun dengan
akan diterapkannya New Normal atau normal baru artinya kita akan
menghadapi situasi tatanan pola hidup baru di masa pandemic Covid-19
ini, kita semua diharuskan untuk bisa beradaptasi termasuk perawat dan
tenaga kesehatan lainnya. Beberapa hal yang diproyeksikan oleh Magfuri
saat menjadi narasumber di acara seminar daring keperawatan, untuk
direspon sebagai tantangan sekaligus peluang diantaranya: melakukan
inovasi dalam pelayanan kesehatan, mempersiapkan diri secara fisik dan
mental, serta meningkatkan Knowledge dan Scill.
Seorang Perawat harus terampil dalam melakukan inovasi sesuai
kondisi yang terjadi, kondisi krisis seperti ini menjadi tantangan bagi
semua profesi, untuk mengasah kreativitas dan menemukan ide-ide
baru, agar bisa keluar dari kesulitan yang sangat mungkin terjadi.
Terlebih bagi Perawat yang selalu berada paling depan menyambut
pasien datang sekaligus merawatnya sampai sembuh, disamping juga
jumlah pasien terus berdatangan dan meningkat dari hari-kehari, tidak
bisa diprediksi dengan persis, berapa jumlah pasien yang akan datang,
untuk itu diperlukan langkah antisipatif dan inovatif dalam rangka
menanggulanginya.
New Normal harus disikapi secara positif, dengan memperisapkan
banyak hal termasuk paling penting adalah kesehatan fisik dan mental
adalah mutlak yang harus dilakukan, di tengah situasi yang sangat tidak
menentu seperti ini, gugurnya tenaga kesehatan tidak boleh terjadi lagi,
memang betul bukan kita yang menentukan hidup dan mati seseorang,
namun dengan bekal ilmu pengetahuan, setidaknya kita bisa berusaha
semaksimal mungkin untuk melakukan pencegahan penularan Covid-19.
Ke depan peran Perawat akan semakin sangat dibutuhkan, bahkan
PPNI Pusat dalam sebuah seminar daring menggagas apa yang disebut
“one village one Nurse” demikian dilakukan untuk memperluas layanan
keperawatan, terlebih di daerah terpencil yang minim jumlah tenaga

Kajian Lintas Ilmu | 65


kesehatan, sehingga ini menjadi peluang bagi keperawatan untuk
melakukan praktik mandiri, sehingga dapat membantu memudahkan
masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.
Mengutip pesan Florence Nightingale, menyebutkan bahwa “Setiap
100 tahun di masa yang akan datang, akan tergambar bentuk ketulusan
Perawat yang sesungguhnya”.

Gambar: Florence Nighfingale

Referensi
Alligood, M. R. (2014). Nursing theory & their work (8 th ed). The CV
Mosby Company St. Louis. Toronto. Missouri: Mosby Elsevier. Inc
CNBC Indonesia (2020) Dampak Covid-19 PHK Pekerja Belum Berakhir,
Ini Buktinya!. Diakses pada 20 Juni 2020 dari https://www.
cnbcindonesia.com/news/20200619110855-4-166535/phk
pekerja-belum-berakhir-ini-buktinya
Nursalam. (2020). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik
keperawatan profesional edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

66 | Alam Pikir Era Pandemi


PERAN PREVENTIF MEDICINE DALAM
PENANGANAN PANDEMI COVID 19
dr. Annisa Nurida, M.Kes

“Lebih baik mencegah daripada mengobati”. Kalimat tersebut


seringkali kita mendengarnya, namun sering pula diremehkan hanya
dianggap slogan-slogan sepintas lalu, padahal bila dipahami kembali
kalimat tersebut memiliki arti yang sangat mendalam dan merupakan
kalimat yang sangat sesuai diterapkan jauh-jauh hari sebelum pandemic
corona terjadi.
Karena mencegah jauh lebih murah dari segi pembiayaan, tidak
perlu banyak keluar biaya perawatan, tidak kehilangan waktu yang
seharusnya bisa lebih produktif, tidak perlu merasakan sakit, sedih atau
kwatir akan kesehatan diri dan atau keluarga, menghambat terjadinya
penularan baik pada diri sendiri maupun keluarga dan lingkungan
sekitar.
Faktor –faktor yang mempengaruhi timbulnya suatu kejadian
penyakit ataupun wabah selalu di pengaruhi oleh tiga factor yang di
sebut sebagai triangle epidemiology, dimana triangle epdemiologi atau
segitiga epidemiologi ini terdiri dari Host (manusia), Agent (penyebab
penyakit) dan environment (lingkungan). Bila terjadi gangguan atau
timbul penyakit pada seseorang atau suatu komunitas, yang sebaiknya
dilakukan adalah dengan menguatkan salah satu elemen dari ke tiga
elemen triangle epidemiology tadi sehingga suatu penyakit atau wabah
bisa lekas diatasi.
Misalnya kita buat elemen host atau manusia nya kuat daya
tahan tubuhnya dengan promosi kesehatan yang di galakkan untuk
meningkatkan imunitas tubuh misal dengan olahraga, berjemur sinar
matahari pagi, makan-makanan bergizi dan tidak lupa menjaga pola pikir
untuk menjaga jiwa kita tetap sehat. Selain itu bisa ditambahkan dengan

Kajian Lintas Ilmu | 67


penerapan protokol-protokol kesehatan seperti physical distancing,
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, dan karantina wilayah
maka kejadian wabah virus covid 19 ini bisa lebih mudah ditangani. Itu
semua bisa mudah dan di ikuti oleh semua lapisan masyarakat bila ada
kebijakan dan aturan yang tegas dari pemerintah.
Bicara mengenai konsep Preventive medicine atau kedokteran
pencegahan sebenarnya memiliki tujuan dan maksud untuk Mencegah
munculnya suatu penyakit, mencegah suatu penyakit berjalan menuju ke
tingkat yang lebih parah dan mencegah suatu penyakit menjadi suatu
komplikasi atau menimbulkan kecacatan.
Tingkatan atau fase dalam preventif medicine ada 3 tingkat yaitu
primer, sekunder dan tersier. Dimana tingkat pencegahan primer
dilakukan sebelum seseorang atau suatu kelompok jatuh dalam keadaan
sakit. Pencegahan primer ini adalah pencegahan yang paling utama
dan sangat penting yang harus kita semua terapkan sebelum menjadi
sakit. Salah satu upayanya adalah promosi dan pendidikan kesehatan.
kebersihan diri atau personal hygiene dengan menerapkan cuci
tangan 7 langkah dengan sabun dan air mengalir, Isolasi dan karantina,
Penanganan teransmisi penyakit misalnya dengan penerapan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang lebih tegas tanpa pandang
bulu, disinfeksi pada tempat-tempat umum dan rumah masing-masing.
Pencegahan tahap selanjutnya adalah pencegahan skunder, dimana
pencegahan padatahapini dilakukan saat seseorangatau suatu komunitas
bila telah jatuh dalam keadaan sakit. pencegahan level ini menekankan
pada upaya early detection atau penemuan kasus secara dini, misalnya
dengan screening massal, yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh
walikota Surabaya, saat screening massal dilakukan dengan rapid tes
dan swab test, bila didapatkan hasil yang reaktif maka dilakukan isolasi
dan pengobatan tepat adekuat, sehingga dapat mencegah penularan
kepada orang yang sehat dan memperpendek waktu sakit, hingga bisa
menurunkan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit.

68 | Alam Pikir Era Pandemi


Dan yang terakhir adalah pencegahan tersier bisa disebut juga
sebagai tahap rehabilitation, dimana pencegahan tahap akhir ini
dilakukan saat seseorang atau komunitas sudah sembuh dari sakit
yang mungkin bisa menimbulkan komplikasi atau kecacatan. Misal
dengan melakukan kegiatannya yaitu penyadaran terhadap masyarakat,
mengupayakan tidak ada stigma negatif dan partisipasi masyarakat
untuk bisa kembali hidup sehat dan normal dengan tetap menerapkan
protokol kesehatan.
Saat ini dimana kita tengah menghadapi situasi pandemic virus
covid 19. Yang belum diketahui fase puncak pandemic di Indonesia kapan
karena sampai hari ini masih saja naik jumlah penderitanya, bahkan
media Australia telah menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi
Hot Spot pandemi Corona virus di dunia, Di dalam sebuah pemberitaan
tersebut di katakan juga bahwa hampir seluruh negara di Asia Tenggara
telah berhasil menurunkan kurva penularan wabah virus Covid-19, tetapi
tidak demikian dengan negara kita Indonesia, jumlah penderita Covid
19 terus mendaki. Pemerintah Indonesia dinilai telah salah langkah dan
berakhir dengan kekalahan berperang melawan Covid-19.
Tulisan berjudul “The world’s next coronavirus hotspot is emerging
next door” yang dipublikasikan pada 19 Juni 2020 itu menyatakan
Indonesia sedang berada di ujung tanduk.
Sangat disayangkan dengan kondisi seperti itu Pemerintah
Indonesia malahan sudah mulai melonggarkan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) yang selama ini diterapkan untuk mencegah penyebaran
Covid-19. Kendaraan umum, kereta api, penerbangan, mall-mall, dan
tempat- tempat peribadatan malah mulai dibuka untuk khalayak ramai.
Pemerintah kita Indonesia memiliki dua pilihan. Pertama,
mengambil kebijakan lebih tegas untuk menghentikan penyebaran
Covid-19 termasuk di antaranya melakukan early case finding dengan
mass screening atau screening masal dan karantina wilayah. Atau yang
kedua, pemerintah tetap memberlakukan kebijakannya yang ada saat ini
dengan sedikit menutup mata atas risiko nyawa rakyat Indonesia.

Kajian Lintas Ilmu | 69


Maupilihmana antara Preventifmedicine(kedoktearanpencegahan)
atau Curative Medicine (pengobatan kuratif), saat wabah virus covid 19
melanda Indonesia, ibarat keran air yang dibiarkan terbuka sehingga air
banjir (wabah covid 19) meluber kemana- mana dan membanjiri seluruh
Indonesia, Dimana upaya Preventif (pencegahan) diibaratkan dengan
menutup “keran” wabah tidak dilakukan dengan optimal sehingga terjadi
lah banjir wabah dan merugikan semua pihak baik rakyat, tenaga medis
paramedis dan tentunya juga Negara.
Sehingga bisa dipastikan dari segi pembiayaan kesehatan akan jauh
lebih besar bila kita hanya fokus pada tindakan kuratif (pengobatan).
Semoga kita semua bisa segera sadar, bangkit dan belajar dari
pengalaman kita saat ini dalam menghadapi suatu pandemi untuk lebih
mengutamakan tindakan preventif (pencegahan). Semoga Badai ini
lekas berlalu.. Aamiin..

Refrensi
Kompas.com.(2020). Media Australia Sebut Indonesia
Hotspot Baru Corona, Ini Tanggapan Ahli
https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/24/120300123/
media-australia-sebut-indonesia-hotspot-baru-corona-ini-
tanggapan-ahli?page=all. Diakses pada 25 Juni 2020
James Massola (2020). The world’s next coronavirus hotspot is emerging
next door.
https://www.smh.com.au/world/asia/the-world-s-next-coronavirus
hotspot-is-emerging-next-door-20200619-p5549q.html

70 | Alam Pikir Era Pandemi


Bahaya Ketidakpastian Negara
Idham Choliq

Jumat ketiga setelah menjalani Work from Home (WHF), saya beli
nasi di warung sebelah kontrakan. Warung nasi itu sudah sepi hampir 3
minggu belakangan ini. Biasanya, ramai oleh para mahasiswa. Semenjak
kampus menerapkan Belajar di Rumah, mereka sudah tak datang ke
warung itu. Mungkin hanya saya saja yang masih makan di sana akhir
akhir ini.
Pemilik warung nasi yang sudah sepuh ini bilang kepada saya, “Saya
sebenarnya mau tutup, tapi kalau tidak jualan saya mau makan apa, nak”
Saat saya menunggu pesanan tiba, datang seorang ibu bersama putri
dan putranya. Anak perempuannya sudah bekerja dan anak laki-lakinya
sudah lulus SMA dan akan dikuliahkan oleh ibunya, namun putranya
pingin kerja tidak mau kuliah.
Si ibu dengan wajah masam bercerita ke pemilik warung bahwa
anaknya yang perempuan baru saja menikah tapi tanpa perayaan.
Padahal, undangan resepsi sudah menyebar, dan peralatan untuk hajatan
pernikahan hampir sudah dibeli. Tapi karena ada Corona, resepsinya
disuruh tunda.
“Bingung aku, bu” kata si ibu ke pemilik warung.
“Sekarang katanya harus bekerja di rumah. Nah, aku mau bekerja
apa, bu? Tahu sendiri kan aku kerja ikut orang. Yang mengharuskan di
luar. Nah katanya mau ada bantuan dari pemerintah.
“Ini sampai kapan toh, bu”
***
Curhatan perih ibu di atas adalah salah satu dari seribu cerita yang
memilukan dalam situasi saat ini akibat dampak Covid-19. Bukan hanya
pada pekerja informal, pekerja formal pun mencemaskan keadaan ini.

Kajian Lintas Ilmu | 71


Beban kerja di rumah mungkin berdampak pada kondisi mental mereka.
Mahasiswa akhir pun mencemaskan keberlanjutan skripsi/tesis mereka.
***
Melihat gambaran di atas, orang-orang yang mengeluhkan
kecemasan dan keputusasaan karena ketidakpastian akibat yang
akan menimpa mereka ke depan. Apakah saya akan kehilangan
pekerjaan? Apakah saya akan molor kuliah? Apakah saya selamanya
bekerja di rumah? Dan, apakah nanti akan kita semua akan terinfeksi?
Persepsi atas ketidakpastian ini sangat mempengaruhi kondisi mental
seseorang. Banyak studi yang telah menyebutkan dampak negatif dari
ketidakpastian pada kesehatan mental seperti depresi, distres psikologi,
sampai putus asa.
Saya kok sepakat dengan beberapa teman yang bilang
bahwa pemerintah, hari-hari ini, semakin menunjukkan respon
ketidakpastiannya dalam penanganan Covid-19. Banyak yang belum
pasti dari soal tindakan promotif dan preventif, tindakan kuratif, hingga
kejelasan bantuan kepada para pekerja informal. Berapa jumlah spesimen
yang ditest setiap hari, ketersediaan APD untuk nakes, bantuan sosial
untuk para pekerja informal, sampai kapan kita akan melakukan social
dan physical distancing, dan belakangan ini ketidakjelasan pelarangan
arus mudik. Saya dari awal sudah menyiapkan mental menghadapi
ketidakpastian ini. Meski sebenarnya sudah timbul gangguan psikologis
seperti kecemasan, dan keputusasaan.

Apa itu Ketidakpastian?


Merle H. Mishel, seorang perawat jiwa dalam teorinya
“Ketidakpastian Penyakit”, mendefinisikan ketidakpastian sebagai
ketidakmampuan seseorang untuk menentukan makna dari sebuah
kejadian yang berhubungan dengan penyakit karena kurangnya
informasi yang diberikan.
Ada dua faktor yang mendahului sehingga ketidakpastian muncul.
Pertama, persepsi subjektif seseorang terhadap sebuah kejadian,
penyakit, atau perlakuan. Kedua, ketersediaan sumber informasi yang

72 | Alam Pikir Era Pandemi


mendukung seseorang untuk memahami kejadian atau penyakit yang
menimpanya.
Sebagai ilustrasi, ada seorang pasien tidak memahami tentang
penyakitnya. Lalu meminta keterangan kepada tenaga kesehatan.
Namun, mereka (dokter/perawat/tenaga kesehatan) tidak cukup jelas
memberikan informasi kepada pasien yang di rawatnya.
Dalam konteks Covid-19, masyarakat tidak mampu memprediksi
kapan kejadian (wabah) ini berakhir. Lalu, mereka mencari sumber yang
menurut mereka kredibel yaitu pemerintah. Namun, pemerintah malah
memberikan informasi yang tidak memadai dan menghasilkan prediksi
atas wabah yang tidak akurat.
Ketidakjelasan dari pemerintah itu sangat banyak.Misalnya tindakan
preventif. Berapa jumlah spesimen yang harus dilakukan test setiap
hari. Bagaimana dengan kecukupan ketersediaan APD untuk nakes.
Lalu, bagamainana kabar bantuan sosial untuk para pekerja informal.
Sampai kapan kita akan melakukan social dan physical distancing. Dan,
belakangan ini ribut soal ketidakjelasan pelarangan arus mudik.
Saat BIN kemarin miliris pemodelan Covid-19, prediksi mereka
akan ada 100.000 pasien Covid-19 di bulan Juli 2020. Namun, keterangan
itu diragukan oleh beberapa ilmuan. Jumlahnya bisa melampui angka
100 ribu jika diihat berdasarkan buruknya managemen penanganan
Covid-19 di Indonesia. Bahkan dalam pengakuan salah satu Gubernur,
sebenarnya banyak kasus positif yang belum terungkap karena terlalu
sedikit test yang dilakukan oleh pemerintah.

Bahaya Ketidakpastian Negara


Ketidakpastian secara struktural oleh negara ini, jika terus berlanjut,
bukan tidak mungkin masyarakat akan mengalami kedaruratan
psikologis. Bahayanya tentu lebih besar dari pada ketidakpastian bersifat
personal. Misalnya, ketidakpastian atau ketidakjelasan informasi yang
diberikan dokter/perawat kepada pasien atas kondisi penyakitnya.
Efeknya, tentu ada pada taraf invidividu. Penangannanya pun lebih
mudah dibandingkan gangguan yang diakibatkan oleh ketidakpastian

Kajian Lintas Ilmu | 73


negara.
Beberapa perawat jiwa, psikolog, dan psikiater sudah memberikan
konsultasi gratis kepada masyarakat yang sudah terdampak masalah
mental seperti kecemasaan dan keputusaaan. Tentu ini bagus, dan
membantu di saat kondisi ketidakpastian ini. Terapi koginitif mungkin
masih bisa membantu mereka beradaptasi. Adaptasi diri pun bisa
dilakukan secara mandiri misalnya melakukan relaksasi dengan nafas
dalam, distraksi dengan bermain musik, membaca buku, bercinta, dan
mendekatkan diri pada Tuhan sebagai sandaraan atas keputusaan.
Bagaimanapun, kapasitas koginitif dan kondisi sosial masyarakat
kita sangat beragam, dan itu sangat berpengaruh pada strategi coping
menghadapi ketidakpastian ini. Saya kok ndak yakin beberapa minggu
ke depan masyarakat kita mampu beradapatasi dengan situasi
ketidakjelasan seperti ini.

Melawan Ketidakpastian Negara


Mengatasi ketidakpastian negara seperti ini perlu diselesaikan
oleh negara pula. Saya mencoba meminjam teori ketidakpastian
penyakitnya Mishel. Berdasarkan teori tersebut ada dua tahap mengatasi
ketidakpastian. Pertama ketidakpastian sebagai bahaya. Dan kedua
ketidakpastian sebagai kesempatan.
Ketidakpastian sebagai bahaya dapat diatasi dengan mengurangi
ketidakpastin melalui management stres, mengurasi kecematan, dan
problem psikologis lainnya. Baik dilakukan secara mandiri, maupun
bantuan tenaga profesional.
Namun, dalam situasi yang penuh dengan ketidakjelasan dan
ketidakpastian yang mungkin berlangsung lama ini, cara pertama tidak
akan mampu mengatasinya. Negara perlu memandang ini sebagai
sebuah kesempatan untuk mendesak formasi baru tentang kehidupan
yang memungkinkan untuk kita jalani ke depan.
Apakah kita harus mendesak pemerintah agar mereka belajar
kepada negara-negara sosialis yang cukup sukses menangani Covid-19
ini. Atau mendesak pemerintah agar berganti haluan ideologis seperti

74 | Alam Pikir Era Pandemi


negara-negara sosialis? Sedangkan negara-negara digdaya bercorak
kapitalis tak berdaya menahan gempuran virus ini.
Jangan malu-malu mau bilang bahwa sistem kesehatan kita
sekarang bercorak kapitalis. Dan, Oliver James, penulis buku Selfish
Capitalist menyatakan bahwa adanya hubungan antara gangguan mental
dengan kapitalisme. Ia mengamati penderitaan emosional meningkat
di negera-negara kapitalis. Bahkan, WHO sendiri memprediksi depresi
akan menjadi penyakit nomer dua di dunia setelah penyakit jantung di
tahun 2020. Akankah prediksi ini bakal terjadi di tahun ini?
Kalau desakan di atas bukan sebuah pilihan yang tepat. Mari kita
desak pemerintah saat ini untuk benar-benar kredibel, memberikan
informasi yang jelas, melalukan prediksi yang tepat, dan melakukan
penanganan yang serius pake banget. Mengeluarkan kebijakan
berdasarkan kajian ilmiah. Bukan bekerja hanya mengoreksi perkataan
penghuni istana.
Karena ketidakpastian negara ini jelas tidak bisa diselesaikan oleh
adaptasi personal, dan mengandalkan bantuan perawat jiwa, psikolog,
dan psikiater. Kita butuh pemerintah bukan butuh statement Lord
LBP!!!!!!!

Referensi
Alligood, M.R (2014). Nursing Theorist and Their Works. Singapore;
Mosby
Mishel, M.H. (1988). Uncertainty in Illness. Image: The Journal of Nursing
Scholarship.
Pemodelan BIN Prediksi Kasus Positif Corona Tembus 100 Ribu di
Bulan Julih. ttps://www.dw.com/id/pemodelan-bin-prediksi
kasus-positif-corona-tembus-100-ribu-di-bulan-juli/a-53002074.
Dikutip pada 29 Maret 2020

Kajian Lintas Ilmu | 75


Pentingnya Pendidikan Kesehatan tentang
Pencegahan COVID-19
Ira Purnamasari

Corona Virus Disease atau COVID-19 pertama kali dilaporkan di


Wuhan, Hubei, China pada Desember 2019, dan pada 11 Maret 2020
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa COVID-19 menjadi
pandemi di seluruh dunia. Pandemi COVID-19 saat ini adalah pandemi
ketiga yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang secara filogenetis bagian
dari genus Betacoronavirus. Fungsi biomedis dari perawatan kuratif
dan preventif untuk COVID-19 yang terbaik saat ini masih terbatas.
Infrastruktur layanan kesehatan yang ada saat ini tidak dapat secara
klinis mengelola serangan penyakit COVID-19. Pentingnya pemahaman
masyarakat tentang COVID-19 merupakan fokus utama untuk memutus
mata rantai penyebaran karena hingga saat ini belum ditemukan
obat maupun vaksin yang terbukti efektif. Data sebaran COVID-19
berdasarkan laporan WHO per tanggal 10 Juni 2020, Global sebanyak
216 negara, terkonfirmasi 7.094.473 penderita dan 406.461 meninggal
dunia. Positif COVID-19 di Indonesia per tanggal 10 Juni 2020 sebanyak
34.316 orang, 12.129 sembuh dan 1.959 meninggal dunia.
Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui
menyebabkan infeksi saluran napas pada manusia mulai dari batuk
pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit COVID-19
COVID-19 digambarkan sebagai sesuatu yang dahsyat dengan
berbagai tantangan yang berbeda, sebagai virus baru tanpa kekebalan

76 | Alam Pikir Era Pandemi


individu dari paparan sebelumnya, imunitas kawanan tidak dapat
diandalkan untuk menghentikan penyebaran penyakit. COVID-19
sangat menular dengan berbagai transmisi (reproduction rate) selama
tahap awal wabah, relatif tinggi dibandingkan dengan penyakit menular
lainnya. Penularan SARS-CoV-2 dapat terjadi dari manusia ke manusia
lain, terutama diantara anggota keluarga termasuk kerabat dan teman
yang berada dalam kontak dekat dengan pasien COVID-19 atau orang
yang terinfeksi COVID-19 dengan tanpa gejala. COVID-19 menyebar
terutama dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari hidung atau
mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin
atau berbicara, menyebabkan gejala yang umum seperti demam, batuk
kering, dan rasa lelah. Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19
menderita sakit parah dan kesulitan bernapas.
Kesehatan masyarakat kita dalam mengatasi COVID-19 sangat
tergantung pada pendekatan sosial dan perubahan perilaku sebagai
strategi untuk menghentikan penularan. Faktor intrapersonal yaitu
perubahan perilaku individu sebagai landasan preventif dalam mencegah
penularan COVID-19. Intervensi untuk mengubah pola perilaku individu
memiliki peran penting dalam pengurangan penyebaran penyakit
termasuk isolasi diri dan social distancing. Perilaku terdiri pengetahuan,
sikap dan praktik. Pengetahuan yang diukur dari apakah responden
dapat mengidentifikasi penyebab penyakit, penularan, gejala umum,
risiko dan pencegahan COVID-19. Sikap diukur dari kesadaran akan
jarak sosial dalam pekerjaan dan ibadah, serta belajar dari rumah.
Praktik terkait dengan kemampuan membawa pencegahan seperti
mencuci tangan, menghindari tidak menyentuh wajah, tata cara batuk
dan bersin, memakai masker dan menggunakan desinfektan untuk
mencegah COVID-19.
Respon masyarakat terhadap pandemi COVID-19 ini sangat variatif,
respons masyarakat terhadap ancaman wabah Covid-19 meliputi
beberapa tahapan. Pada masa awal munculnya isu virus corona baru
ini, tampak adanya penolakan terhadap pontensi terjadi pandemi di
Indonesia, sehingga tidak merasa adanya risiko terjadi penularan dalam

Kajian Lintas Ilmu | 77


negeri. Sebaran informasi kesehatan dan pengungkapan kasus pasien
positif COVID-19 yang lambat menyebabkan persepsi masyarakat
terhadap risiko penularan virus menjadi rendah. Pengaruh media sosial
yang menyebarkan pesan yang menerangkan bahwa COVID-19 adalah
konspirasi, buatan manusia, tidak ada dan tidak berbahaya, berdampak
pada upaya pemerintah dalam pencegahan penyebaran COVID-19.
Sebaran informasi yang keliru lewat media sosial juga menyebabkan
masyarakat salah mempersepsi informasi. Semua masalah tersebut pada
akhirnya bermuara pada kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
COVID-19.
World Health Organization (WHO) menyatakan cara terbaik untuk
mencegah dan memperlambat transmisi adalah dengan mendapatkan
informasi tentang SARS-CoV-2, penyakit yang disebabkannya dan
bagaimana penyebarannya. Menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian COVID-19 dengan cara memutuskan rantai penularan, maka
kegiatan pencegahan menjadi sangat penting untuk memutuskan mata
rantai penularan COVID-19. Pencegahan penularan COVID-19 dapat
disampaikan melalui pemberian pendidikan kesehatan. Pendidikan
adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar mau
melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi
masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Pemberian pendidikan
kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran (awareness) dan ketertarikan (interest)
masyarakat kemudian menimbang-nimbang (evaluation) dan mencoba
(trial) sehingga masyarakat dapat mengadopsi (adoption) perilaku
pencegahan COVID-19, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
dan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini.

78 | Alam Pikir Era Pandemi


Referensi
Coronavirus Update. https://www.worldometers.info/ Diakses pada 15
April 2020
BBCNews. (2020) Covid-19: Kajian kasus di Wuhan muncul sejak akhir
Agustus, China sebut hasil itu ‘sebagai hal yang konyol’
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52977852 .Diakses pada 28
Juni 2020
World Health Organization (WHO) (2020). Pertanyaan dan jawaban
terkait Coronavirus . https://www.who.int/indonesia/news/
novel-coronavirus/qa-for-public .Diakses pada 28 Juni 2020
Kemenkes (2020). 4 Tantangan Kesehatan ini jadi perhatian Menkes.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20021900002/4-tantangan
kesehatan-ini-jadi-perhatian-menkes.html .Diakses pada 28 Juni
2020
Tempo.com (2020). Korban Teori Konspirasi COVID-19 Bukan Hanya
Kecerdasan Penganutnya.
https://www.tempo.co/dw/2739/korban-teori-konspirasi-covid-19
bukan-hanya-kecerdasan-penganutnya Diakses pada 28 Juni 2020

Kajian Lintas Ilmu | 79


Sudah Seberapa Dekat Vaksin COVID-19?
dr.Yelvi Levani, M.Sc

COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) merupakan penyakit infeksi


saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus korona baru yaitu SARS
CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2). Penyakit ini
ditemukan pertama kali di Wuhan, Cina pada akhir Bulan Desember 2019
dan kemudian meluas secara global. Pada Tanggal 11 Maret 2020, WHO
(World Health Organization) menetapkan penyakit COVID-19 ini sebagai
pandemi global karena terdapat 1.942.360 kasus di 185 negara. Kasus
COVID-19 ditemukan pertama kali di Indonesia tanggal 2 Maret 2020
di Depok, Jawa Barat. Per tanggal 22 Juni 2020, jumlah kasus COVID-19
di seluruh dunia sebanyak 8.926.399 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 468.257 kasus.1 Di Indonesia, jumlah kasus COVID-19 yang
positif sebanyak 46.845 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2.500
kasus.2
Vaksin COVID-19 merupakan ujung tombak harapan dunia untuk
mengakhiri pandemi ini. Vaksin pada dasarnya didesain untuk melatih
respon imun tubuh untuk mengenali dan membunuh virus tertentu.
Sampai saat ini masih belum ada vaksin COVID-19 yang dapat digunakan
untuk mencegah penyakit ini, tetapi para peneliti di seluruh dunia
sedang berlomba-lomba untuk menemukannya. Pembuatan vaksin
bukanlah hal mudah dan biasanya membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk menemukan, mengembangkan dan mengawasi efektivitas
vaksin tersebut.
Pembuatan vaksin COVID-19 memiliki berbagai tantangan
diantaranya adalah memastikan vaksin tersebut aman, memastikan
vaksin tersebut dapat memberikan perlindungan dalam waktu lama serta
dapat melindungi semua kelompok termasuk kelompok rentan seperti
usia tua. Keamanan vaksin merupakan sebuah keharusan. Bercermin

80 | Alam Pikir Era Pandemi


yang diujicobakan pada hewan coba, ditemukan bahwa vaksin SARS
tersebut dapat memperpanjang ketahanan (survival) hewan coba tetapi
tidak dapat mencegah terjadinya infeksi. Beberapa vaksin tersebut juga
menyebabkan berbagai komplikasi termasuk kerusakan pada organ paru.
Masa perlindungan vaksin terhadap infeksi juga penting. Hal tersebut
dikarenakan dalam waktu ke depan bisa saja orang-orang yang sudah
divaksin dapat kembali terinfeksi virus yang sama. Perlindungan vaksin
terhadap semua kelompok usia juga penting, karena virus corona dapat
menyerang semua usia. Biasanya kelompok usia tua dapat mengalami
gejala yang lebih berat bila terinfeksi, oleh karena itu vaksin COVID-19
diharapkan dapat melindung kelompok usia ini.
Terdapat berbagai jenis vaksin diantaranya adalah:
A. Vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine)
Vaksin ini dibuat dari bakteri atau virus yang dilemahkan. Vaksin
ini dapat memberikan respon imun yang diharapkan tanpa harus
menyebabkan penyakit. Tetapi pembuatan vaksin ini harus dengan
pengawasan keamanan yang ketat, karena terkadang virus yang
masih hidup tersebut dapat bertransmisi kepada orang yang belum
divaksin. Jenis vaksin ini umumnya tidak boleh diberikan kepada
kelompok dengan daya tahan tubuh yang lemah seperti penderita
HIV/AIDS, pasien kanker dengan kemoterapi atau pasien yang
menggunakan obat-obatan imunosupresan (penekan daya tahan
tubuh) dalam waktu lama. Contoh vaksin hidup yang dilemahkan
yang sudah ada diantaranya adalah: Vaksin MMR (measles, mumps,
rubella), rotavirus, smallpox, chickenpox, yellow fever, polio oral
B. Vaksin mati (inactivated vaccine)
Vaksin ini dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan, Vaksin
mati tidak dapat memberikan respon imun sekuat vaksin hidup
yang dilemahkan, sehingga harus membutuhkan booster atau
pengulangan dosis vaksin agar dapat memberikan perlindungan
dalam waktu lama. Untuk membuat jenis vaksin ini dibutuhkan
paparan terhadap banyak virus yang infeksius. Contoh vaksin mati
yang sudah ada diantaranya adalah: Vaksin Hepatitis A, flu, polio
injeksi, rabies

Kajian Lintas Ilmu | 81


C. Vaksin rekombinan (subunit, rekombinan, polisakarida, konjugat)
Vaksin jenis ini merupakan vaksin yang dibuat berdasarkan
teknologi rekayasa genetika.Vaksin menggunakan bagian spesifik
dari bakteri atau virus seperti protein, gula, atau kapsid (selubung
dari bakteri/virus). Karena vaksin ini spesifik pada bagian bakteri
atau virus, jadi imunisasi ini dapat digunakan untuk pasien dengan
kondisi imun yang lemah. Tetapi hampir sama seperti vaksin mati,
umumnya vaksin jenis ini tidak memberikan perlindungan sekuat
vaksin hidup yang dilemahkan. Contoh vaksin jenis ini yang sudah
ada diantaranya adalah: Vaksin Hepatitis B, vaksin pertusis (DTaP),
meningokokus, Hib
D. Vaksin toksoid
Vaksin yang berasal dari toksin yang diproduksi oleh bakteri.
Vaksin ini lebih berfungsi untuk melindungi dari toksin bakteri
dibandingkan bakteri utuh. Vaksin ini hanya bisa digunakan untuk
bakteri yang menghasilkan toksin/racun saja, dan tidak semua
bakteri/virus menghasilkan toksin. Contoh vaksin toksoid ini
adalah: vaksin difteri, tetanus.
Apa yang menyebabkan pembuatan vaksin menjadi lama,
bahkan pembuatannya bisa bertahun-tahun? Hal ini disebabkan oleh
pembuatan vaksin tersebut harus melewati beberapa fase diantaranya
adalah tahap eksplorasi, tahap pre-klinis, tahap uji klinis, tahap review
dan regulasi, tahap produksi massal dan tahap kontrol kualitas. Pada
tahap eksplorasi, peneliti harus mencari bagian mana dari virus/bakteri
yang akan digunakan untuk pembuatan vaksin. Tahap ini merupakan
tahap awal yang penting yang akan menentukan keberlangsungan
tahapan berikutnya. Tahap ini juga akan menentukan jenis vaksin apa
yang akan digunakan, apakah vaksin hidup yang dilemahkan, vaksin
mati ataukan vaksin rekombinan.
Tahapan pre-klinis merupakan uji coba vaksin yang sedang
dikembangkan sebelum diujicobakan pada manusia dengan
menggunakan 2 metode yaitu in vitro (dengan menggunakan kultur sel)
dan in vivo (dengan menggunakan hewan coba). Tahapan ini umumya

82 | Alam Pikir Era Pandemi


membutuhkan fasilitas laboratorium dengan alat yang lengkap serta
fasilitas keamanan yang optimal. Dibutuhkan penilaian dan evaluasi
yang ketat sebelum kandidat vaksin tersebut diujicobakan pada manusia
di tahap uji klinis.
Tahap uji klinis merupakan tahapan yang paling krusial karena di
tahap ini kandidat vaksin akan diujicobakan langsung kepada manusia.
Tahap uji klinis sendiri terdiri dari empat fase sebelum vaksin tersebut
dapat disetujui oleh badan otoritas pengawas obat (biasanya FDA /
United States Food and Drug Administration). Fase uji klinis diantaranya
adalah:
Fase 1: Keamanan obat/vaksin
Pada fase 1, kandidat vaksin akan diberikan kepada sekelompok
orang, biasanya sekitar 30 orang sehat untuk menilai keamanan
kandidat vaksin tersebut. Para peneliti dan dokter akan melakukan
pengawasan yang ketat terhadap orang tersebut karena fase
ini cukup berisiko. Pada fase ini akan dibagi kelompok orang
yang mendapatkan kandidat vaksin dan kelompok kontrol yang
mendapatkan plasebo (obat kosong). Para peneliti dan dokter yang
terlibat akan mencatat efek samping apa saja yang bisa timbul dan
dosis tertinggi dari kandidat vaksin yang masih dapat diberikan
tanpa menimbulkan efek samping.
Fase 2: Menilai keefektivitas obat/vaksin
Setelah dinyatakan lolos pada fase 1, maka kandidat vaksin akan
masuk ke fase 2. Fase ini dilakukan untuk menilai efektivitas
kandidat vaksin. Fase ini melibatkan kelompok orang dengan
jumlah yang lebih banyak daripada fase 1, yaitu sekitar 30-100
orang dengan karakteristik yang serupa (misalnya usia atau
kondisi fisik). Pada fase ini, selain menilai efektivitas, dokter dan
peneliti juga tetap menilai kemungkinan efek samping yang bisa
ditimbulkan dari pemberian kandidat vaksin tersebut.
Fase 3: Membandingkan efektivitas obat/vaksin dengan
pengobatan standar
Bila kandidat vaksin tersebut lolos fase 2, maka uji klinis akan

Kajian Lintas Ilmu | 83


masuk ke fase 3. Di fase ini dibituhkan jumlah orang coba yang
sangat banyak untuk menilai keamanan dan efektivitas kandidat
vaksin ini. Biasanya uji klinis fase 3 ini melibatkan ribuan orang
coba serta dilakukan secara bersamaan di beberapa tempat.
Peneliti dan dokter akan tetap mengawasi para partisipan dengan
ketat dan dapat memberhentikan pemberian kandidat vaksin bila
ditemukan berbahaya.
Fase 4: Pengawasan setelah vaksin dipasarkan
Setelah lolos fase 3, maka kandidat vaksin dapat disetujui oleh
badan berwenang (FDA). Setelah diberikan persetujuan, maka
vaksin tersebut sudah dapat dipasarkan ke seluruh dunia.
Walaupun begitu, vaksin tersebut masih dalam fase pengawasan
yang ketat. Bila ditemukan dampak yang berbahaya, maka bisa saja
vaksin tersebut ditarik kembali dari pasaran.
Banyak negara yang berlomba-lomba dalam penelitian dan
pengembangan vaksin COVID-19, diantaranya adalah Amerika Serikat,
Cina, United Kingdom, Jepang, India, Jerman, Spanyol dan lainnya.
Berdasarkan data WHO, per tanggal 22 Juni 2020 sudah terdapat 13
kandidat vaksin yang sudah memasuki tahap uji klinis dan 129 kandidat
vaksin yang masih dalam tahap uji pre-klinis.3 Di Indonesia sendiri,
beberapa pusat pendidikan dan penelitian maupun perusahaan farmasi
juga sedang berusaha menemukan vaksin COVID-19.
Selain membutuhkan biaya yang besar, alat yang canggih dan tenaga
ahli yang mumpuni, pengembangan vaksin juga menghadapi tantangan
yang tidak kalah besar, yaitu etik kemanusiaan (human ethic). Pembuatan
dan pengembangan vaksin yang sedang melalui uji klinis membutuhkan
orang coba sebagai partisipan. Seringkali partisipan ini tidak mengetahui
risiko yang mereka hadapi, alih-alih hanya tertarik dengan kompensasi
besar yang akan diberikan oleh perusahaan farmasi. Hal ini tentu harus
menjadi perhatian para pengembang vaksin di seluruh dunia.
Setiap hari jumlah kasus COVID-19 meningkat di seluruh dunia,
oleh karena itu pembuatan vaksin COVID-19 ini seperti berkejar-kejaran
dengan waktu. Lama pembuatan vaksin idealnya paling cepat 12-18

84 | Alam Pikir Era Pandemi


bulan, itu juga sudah dengan dana yang maksimal, peralatan lab
yang lengkap disertai jumlah peneliti yang mumpuni. Bahkan fase 3 uji
klinis bisa memakan waktu selama 4 tahun. Akankah vaksin COVID-19
yang efektif dan aman bisa ditemukan dengan segera, sebelum semakin
banyak lagi korban yang berjatuhan? Jawabannya adalah kita tidak tahu,
kita hanya bisa menunggu, tetapi saat ini pengembangan vaksin sudah
berada di jalur yang tepat.

Refrensi
World Health Organization.WHO Coronavirus (COVID-19) Disease
Dashboard. WHO; 2020. Available from :https://covid19.who.int/
region/searo/country/th
World Health Organization.WHO Coronavirus (COVID-19) Disease
Dashboard. WHO; 2020. Available from :https://covid19.who.int/
region/searo/country/id
World Health Organization. Draft landscape of COVID-19 candidate
vaccines. WHO; 2020/ Available from: https://novel-coronavirus
landscape-covid-19.pdf

Kajian Lintas Ilmu | 85


Melawan Disinformasi Covid-19
dr Deisha Laksmitha Ayomi

Sejak World Health Organization (WHO) menyatakan wabah virus


Corona sebagai masalah kesehatan global darurat, munculah beragam
disinformasi terutama melalui media sosial yang banyak beredar
di masyarakat, namun kebenarannya masih dipertanyakan. Semua
orang yang dapat mengakses internet berpeluang untuk menyebarkan
informasi yang tidak akurat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
disinformasi adalah penyampaian informasi yang salah (dengan sengaja)
untuk membingungkan orang. WHO menyebutnya sebagai infodemic.
Banyak motif yang melatarbelakangi penyebaran disinformasi, mulai
dari kurangnya pengetahuan sampai untuk mencari keuntungan dari
kepanikan. WHO menyatakan bahwa penyebaran diisnformasi lebih
berbahaya dan penyebarannya lebih cepat dibandingkan dengan virus
itu sendiri.
Misinformasi diibaratkan seperti virus yang tidak terlihat sehingga
akan lebih sulit untuk dikontrol. Hal itu dikarenakan semua orang dari
berbagai kalangan dapat dengan mudah menulis dan membagikan
informasi hanya dalam hitungan detik. Berpikir kritis di tengah arus
informasi yang begitu deras di masa pandemik ini sangat dibutuhkan
dan masih menjadi tantangan bagi masyarakat. Salah satu misinformasi
yang sering beredar di kalangan masyarakat adalah bahwa COVID-19
sama dengan flu biasa, sedangkan kenyatannya menunjukkan bahwa
COVID-19 dinilai lebih buruk dibandingkan dengan flu biasa dengan
mortalitasnya yang cukup tinggi. Berdasarkan analisis yang dilakukan
oleh institusi Reuters di Universitas Oxford, penyebar misinformasi
yang berasal dari kalangan selebritas dan tokoh politik hanya sekitar 20
persen, namun mereka memiliki engagement yang kuat di meida sosial,
sehingga pengaruhnya cukup besar dan akan memberikan dampak yang
luas.
86 | Alam Pikir Era Pandemi
Ironisnya, penyebaran misinformasi lebih banyak terjadi pada
keluarga atau orang-orang yang mempunyai hubungan erat sebelumnya
seperti pada grup keluarga, teman kerja, atau tetangga. Hal ini disebabkan
karena banyak orang akan lebih memilih untuk percaya pada informasi
yang disampaikan oleh orang terdekat dengan latar belakag yang
mirip ketimbang orang yang berkompeten di bidangnya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Science Advances tahun 2019, individu
yang lahir pada generasi terdahulu lebih beresiko tujuh kali lipat dalam
menyebarkan misinformasi.
Tidak ada satu langkah yang paling efektif untuk menangkal
misinformasi yang sudah beredar di kalangan masyrakat luas. Banyak
hal yang bisa kita lakukan, berikut adalah langkah – langka yang harus
kita lakukan ketika mendapat informasi terkait COVID-19:
Perhatikan Sumber Berita
Telusuri darimana sumber berita tersebut berasal. Apakah dari
sumber yang memiliki reputasi yang kredibel dengan jejak rekam yang
jelas atau hanya dari asumsi orang lain yang dengar dari orang lain.
Jangan mengutip informasi yang berdasrkan opini atau tidak netral.
Sumber dengan reputasi yang jelas yang disarankan adalah World Health
Organization (WHO) dan Center for Disease Control and Prevention
(CDC). Selain itu, kita juga dapat mengakses website yang kredibel yang
telah menyediakan layanan untuk memeriksa kebenaran dari suatu
informasi (fact-checker). Walaupun akan membutuhkan waktu yang
lebih lama, cobalah untuk perhatikan detail lain seperti tanggal berita,
siapa yang berpendapat, rekam jejak dan tujuan dari sumber berita.

Pikirkan Konsekuensi Sebelum Menyebarkan Informasi

Berpikir kritis dalam menghadapai krisis global sangat diperlukan.


Seringkali, dalam kondisi was-was serta takut, kemampuan untuk
mengambil keputusan secara rasional dilupakan. Seringkali berita
yang menyebarkan informasi memiliki judul berita yang sensasional
untuk memancing respon emosional ketimbang berpikir logis sehingga
pembaca akan membagikan berita tersebut tanpa memikirkan

Kajian Lintas Ilmu | 87


kebenarannya. Ketika mendapatkan informasi darimanapun
walaupun dari orang terdekat seperti keluarga atau teman terdekat,
penting untuk menanyakan kepada diri sendiri: apakah orang lain
memberitahu kita untuk menyebarkan ketakutan atau berniat untuk
membantu serta dampak apa yang akan terjadi apabila kita menyebarkan
informasi tersebut.

Melaporkan disinformasi
Sebagian besar media sosial bekerja sama untuk melawan
penyebaran disinformasi seperti facebook, twitter dan lain-lain. Ketika
kita mendapati disinformasi, kita dapat melaporkan berita tersebut dan
nantinya akan ditindaklanjuti oleh media sosial tersebut. Selain itu,
penting untuk memberitahu kepada orang yang menyebarkan berita
tersebut bahwa berita tersebut tidak benar. Secara psikologis, manusia
tidak suka untuk dikoreksi,terutama di depan umum sehingga perlu
berhati-hati bila ingin mengingatkan terkait misinformasi. Mengejek
atau menertawakan bukanlah cara yang efektif untuk memerangi
disinformasi. Terkadang, mereka menyebarkan infromasi tersebut
secara tidak sengaja. Oleh karena itu, penting sekali melibatkan rasa
empati dalam memberitahukan agar orang lain mau mendengarkan, agar
ke depannya mereka lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi.

Membaca Studi Penelitian Ilmiah dengan Cermat


Pada umumnya, penelitian ilmiah membutuhkan waktu yang
lama bahkan bertahun-tahun untuk berhasil terpublikasi. Penelitian
tersebut harus melewati “quality check”atau peer-review. Seringkali,
setelah penelitian melewati proses peer-review, isi dari penelitian akan
banyak yang berubah. Para ahli menyarankan untuk tidak menyebarkan
informasi yang belum melewati peer-review. Apabila memang ingin
menyebarkan, disarankan untuk menulis bila penelitian tersebut belum
melewati proses peer-review.

88 | Alam Pikir Era Pandemi


Ini adalah tugas kita bersama untuk memastikan bahwa tidak
ada disinfromasi yang beredar. Tidak hanya orang dengan pekerjaan
tertentu-misal tenaga medis atau pemerintah yang bertanggung
jawab dalam penyebaran disinformasi. Kita semua mempunyai peran
yang besar untuk melawan disinformasi terkait COVID-19. Mari lawan
disinformasi bersama –sama!

Refrensi
Kemenkes Republik Indonesia. (2020). PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19). Diakses pada
tanggal 15 Mei 2020 dari https://www.kemkes.go.id/
World Health Organization (2020). Novel Coronavirus (2019-nCoV).

Kajian Lintas Ilmu | 89


Gompertz Model Prediksi Pandemi COVID-19 di
Jawa Timur
Wahyuni Suryaningtyas

COVID-19 (coronavirus disease 2019) dikenal juga dengan


Novel Coronavirus yaitu virus penyakit menular yang disebabkan
oleh sindrom pernapasan akut coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus
tersebut menyebabkan wabah pneumonia dengan gejala umum flu
berat, kehilangan bau dan rasa, demam, batuk kering, kelelahan, serta
sesak napas. COVID-19 secara global dinyatakan pandemi oleh Badan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pandemi COVID-19 di Indonesia
terdeteksi dengan adanya kasus positif pertama kali pada 2 Maret 2020,
dan di Provinsi Jawa Timur (Jatim) terdeksi pertama kali tanggal 18
Maret 2020.

Gambar 1. Kurva Eksponensial Laju Pertumbuhan Kasus


Terkonfirmasi COVID-19 di Jawa Timur

Laju pertumbuhan kasus terkon-firmasi atau positif COVID-19


di Jatimsebesar
adalah dengan7,73%
data dengan
yang diambil periode
rata-rata 18 Maret’20
terkonfirmasi s.d. 18 Juni’20
92 orang/hari. Laju

pertumbuhan sembuh dan kematian kasus COVID-19 di Jatim masing


masing adalah sebesar 7,19% (rata-rata sembuh 26 org/hari) dan 6,13%

90 | Alam Pikir Era Pandemi


(rata-rata meninggal 7 org/hari). Kumulatif kasus positif COVID-19 Jatim
membentuk kurva eksponensial dengan model Y = 23,34 e0,0687x yang
diberikan pada Gambar 1. Model eksponensial pada hari ke-108 tanggal
18 Juni’20 menunjukkan bahwa jumlah terkonfirmasi COVID-19 di
Jatim adalah sebanyak 8.590 kasus, hal ini hampir sesuai dengan data
real sebaran yang tertera pada link website https://covid19.go.id/ yaitu
sebesar 8.485 kasus
Puncak penyebaran pandemi COVID-19 di Jatim terjadi pada bulan
Mei 2020 terindikasi masih banyaknya pasien terkonfirmasi positif
COVID-19 dengan rata-rata 50 org/hari. Hal ini dikarenakan adanya
tradisi “mudik” atau “pulang kampung” menjelang momen lebaran.
Mudik dikategorikan sebagai “temporarily migration” yaitu perpindahan
spontan dan bersifat sementara tanpa niatan untuk menetap.
Temporarily migration menyebabkan virus COVID-19 bertransmigrasi,
sehingga penyebaran semakin meluas. Adanya mudik dan pelaksanaan
Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di

Jawa Timur yang cenderung tidak ketat serta kurang patuhnya warga
masyarakat juga memicu puncak pandemi COVID-19 di Jatim dengan

Kajian Lintas Ilmu | 91


lonjakan gelombang grafik yang tinggi sebanyak 2 (dua) kali yaitu
pada tanggal 21Mei’20 (penambahan492kasus)dan23Mei2020
(penambahan 452 kasus).
Penulis melakukan riset kajian data dan simulasi pemodelan
menggunakan Gompertz Model untuk memprediksi berakhirnya
pandemi COVID-19 di Jatim. Pemodelan dengan Gompertz Curve cukup
sederhana dan sama sekali tidak mengikutkan faktor-faktor dengan
kompleksitas yang tinggi seperti temperatur lingkungan, kelembaban,
cuaca, perlakuan, dll. puncaknya. Hasil analisis dengan menggunakan
Gompertz Model puncak pandemi COVID-19 di Jatim terjadi pada 2 (dua)
titik yaitu pada tanggal 23 Mei 2020 dan 15 Juni 2020 (peningkatan
jumlah kasus positif COVID-19 sebanyak lebih dari 100%). Lonjakan
pertambahan kasus positif COVID-19 pada point ke-2 terjadi karena
adanya pencabutan status PSBB di Jatim dengan menerapkan kebijakan
new normal yaitu masyarakat tetap menjalankan aktivitas normal namun
dengan ditambah menerapkan protokol kesehatanguna mencegah
penularan COVID-19.
Gompertz Curve dengan puncak pandemi COVID-19 di Jatim
pada bulan Mei 2020 dan Juni 2020, secara natural jumlah orang yang
terinfeksi akan mengikuti kurva S (sigmoid curve). Jumlah kasus positif
COVID-19 di Jatim akan meningkat perlahan-lahan kemudian meningkat
cepat dan akhirnya mencapai nilai tertentu dan tidak akan membesar
tanpa batas. Kurva laju pertumbuhan cepat kasus positif COVID-19
di Jatim mencapai puncak sampai titik tertentu kemudian melambat
dan akhirnya menurun. Beberapa hal positif mengenai penurunan
penyebaran COVID-19 diantaranya adalah adanya pernyataan ahli dan
peneliti dari Arizona State University mengungkapkan virus corona
sedang mengalami mutasi dan kondisinya melemah untuk mewabah di
lingkungan dan menular ke manusia. Tim peneliti Universitas Airlangga
pada tanggal 12Juni2020 mengumumkan penemuan lima kombinasi
regimen obat dalam upaya mempercepat pencegahan Covid-19.
Gompertz model berdasarkan hasil analisis dan simulasi
dari data terkonfirmasi COVID-19 di Jatim diperoleh model

92 | Alam Pikir Era Pandemi


dengan R-squared predicted sebesar
98,73%, mengindikasikan bahwa model dapat digunakan untuk
melakukan prediksi dari data observasi yang baru. Pada Gambar 2 model
diperoleh nilai asimtot sebesar 8,5886 menunjukkan kurva statis pada
angka tersebut yang mengindikasikan tidak adanya pertambahan jumlah
kasus terkonfirmasi COVID-19 di Jatim. Gompertz model diperoleh laju
pertumbuhan kasus positif COVID-19 Jatim sebesar 4,74%. Prediksi
berakhirnya pandemi COVID-19 di Jatim berdasarkan kurva dari
Gompertz model adalah pada tanggal 23 Oktober’20 dengan
jumlah sebanyak 11.320 kasus positif COVID-19. Prediksi tersebut
tidak pasti dan dapat berubah tergantung pada perkem-bangan kondisi
nyata, seperti kebijakan pemerintah, protokol pengujian, dan perilaku
masyarakat. Penelitian bertujuan untuk pendidikan dan perkembangan
riset, serta kemungkinan memuat kesalahan (eror).
Agar pandemi COVID-19 di Jatim berakhir berdasarkan prediksi
Gompertz model berikut beberapa skenario new normal yang dapat kita
jalani yaitu 1) selalu menggunakan masker dan tetap melakukan physical
distancing, terutama di tempat-tempat ramai; 2) biasakan cuci tangan
setiap habis menyentuh sesuatu dan melakukan aktivitas; 3) wajib
membawa hand sanitizer dan biasakan menggunakan hand sanistizer
setelah mencuci tangan; 4) batasi aktivitas di luar rumah, meski tempat
publik sudah buka seperti mall, pasar atau supermarket; 5) belilah
bahan kebutuhan sekaligus untuk jangka waktu satu minggu atau satu
bulan jika memungkinkan sehingga tidak perlu bolak-balik ke pasar atau
supermarket; 6) utamakan opsi belanja online dan jika memungkinkan
selalu gunakan e-money (alat pembayaran non tunai); 7) gunakan
komunikasi secara virtual agar tetap aktif menjalin komunikasi secara
rutin/lebih sering dengan orang-orang terdekat; 8) lakukan aktivitas
religi atau beribadah di dalam rumah seperti sholat, berdoa, mengaji,
membaca Kitab Suci; 9) ketika anak-anak SFH (School From Home)
latihlah karakter kemandirian anak (mulai usia > 7 thn) seperti
merapikan tempat tidur, mencuci piring dan gelasnya sendiri, dll.; 10)
lakukan aktivitas kreatif dan inovatif bersama dengan anak karena hal

Kajian Lintas Ilmu | 93


hal kecil bersifat kreatif akan membentuk anak menjadi kritis, kreatif
dan inovatif; 11) bagi Anda sebagai pendidik (guru atau dosen) yang
WFH (Work From Home) gunakan waktu Anda untuk menulis buku,
menyiapkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif secara
virtual, dll agar otak tidak tidur, dengan adanya aktivitas tersebut otak
akan selalu bekerja sehingga kita tetap kritis, kreatif dan inovatif.

Refrensi
International Businnes Enginering .(2020). Research on Covid-19 in
Indonesia
http://dsi.ibe.petra.ac.id/post/item/57/Research-on-Covid-19-in
Indonesia . Diakses pada 24 Juni 2020
Tempo.Co. (2020).Anomali Kurva Covid-19 Jawa Timur.
https://fokus.tempo.co/read/1345903/anomali-kurva-covid-19-jawa
timur . Diakses pada 24 Juni 2020
John, et all (2020). COVID-19 Brief: Using the Gompertz model to estimate
COVID-19 risk by age.
CNN Indonesia. (2020). Diprediksi Puncak, Angka Positif Corona
Juni Lampaui Mei 2020 https://www.cnnindonesia.com/
nasional/20200622070436-20-515862/diprediksi-puncak-
angka-positif-corona-juni-lampaui-mei-2020 .Diakses pada 24 Juni
2020
Satgas Covid Jatim.(2020). Tingkat kesembuhan pasien covid-19 http://
infocovid19.jatimprov.go.id/index.php/home/getListBerita .
Diakses pada 24 Juni 2020

94 | Alam Pikir Era Pandemi


DISIPLIN PROTOKOL KESEHATAN SEBAGAI
KUNCI PROTEKSI DIRI TERHADAP COVID-19

dr.Nurma Yuliyanasari, M.Si

Corona Virus Disease 19 (COVID-19) adalah salah satu “ EMERGING


INFECTIOUS DISEASE (EIDs)” yang memberikan dampak yang sangat
besar di seluruh dunia pada berbagai sector kehidupan baik kesehatan,
ekonomi, social, politik dll. Penyakit ini pertama kali ditemukan di
Wuhan, Cina dan telah ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health
Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Saat ini kasus
COVID-19 di seluruh dunia mencapai angka 9,328,740 dengan tingkat
kematian mencapai 478,587 kasus. Kasus tertinggi terjadi di USA sebesar
2,420,883. Di Indonesia, per 23 Juni 2020, kasus terkonfirmasi positif
COVID-19 telah mencapai 47.896 dengan kasus baru sebesar 1.051,
dengan total kasus kematian 2,535.1
TelahbanyaktulisanyangmembahasmengenaibagaimanaCOVID-19
menular dan menyerang tubuh manusia. Penyakit yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) awalnya
diduga ditularkan oleh hewan kepada manusia. Kondisi saat ini adalah
semakin banyaknya kasus transmisi dari manusia ke manusia melalui
droplets yang dikeluarkan penderita yang terinfeksi saat batuk atau
bersin serta melalui kontak secara langsung dan tidak langsung melalui
mata, hidung atau mulut atau secara tidak langsung melalui permukaan
dan juga fecal-oral. Hal ini menunjukan bahwa penularan COVID-19 ini
sangat mudah dan cepat menyerang suatu populasi masyarakat.
Setelah host terkena, awalnya virus akan melalui fase attachment
atau perlekatan lalu melakukan penetrasi dengan masuk ke sel tubuh
manusia. Virus kemudian melakukan proses perbanyakan diri dan
membuat protein virus. Setelah mengalami maturasi, protein tersebut
kemudian dilepaskan ke tubuh. Pada awalnya virus akan mengenai

Kajian Lintas Ilmu |95


saluran nafas atas, bereplikasi, dan menyebar di saluran nafas bawah atau
bagian tubuh lainnya. Virus ini memiliki reseptor yang secara fungsional
dan structural mirip dengan reseptor Angiotensin converting enzyme 2
(ACE2) yang ada di paru-paru, jantung, ileum, ginjal, dan kandung kemih
timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel endotel arteri vena,
dan sel otot polos. 2
Selanjutnya virus akan menginduksi sistem imun atau kekebalan
tubuh manusia yang bersifat alami (innate) dan spesifik.Selepitel alveolar,
makrofag alveolus, dan sel dendritik adalah tiga komponen utama sistem
imun bawaan pada jalan napas. Respon imun adapatif ditandai dengan
SARS CoV 2 yang sudah berikatan dengan sel dendritik atau makrofag
alveolar lalu Sel CD4+ mengaktivasi sel B untuk menghasilkan antibody
spesifik, sedangkan sel CD8+ melawan sel yang terinfeksi virus. Dalam
hal ini respon imun humoral ditandai dengan terbentuknya IgM dan IgG
terhadap SARS CoV-2. Pada kondisi klinis berat terjadi badai sitokin yang
menyebabkan acute respiratory distress syndrome (ARDS).2
Bagaimana respon imun pada tubuh selanjutnya menunjukkan
tingkat keparahan gejala. Tingkat keparahan COVID-19 dapat berupa
asimptomatis (tidak ada gejala), ringan, sedang, berat, dan kritis.
Asimptomatis apabila hasil swab positif tanpa disertai adanya gejala
klinis dan pada pemeriksaan radiologi paru-paru normal. Gejala ringan
berupa gejala ISPA yang dapat berupa demam, malaise, batuk, nyeri
tenggorokan, pilek, bersin, atau dapat berupa gejala gastrointestinal
berupa mual, muntah, nyeri perut, dan diare. Gejala sedang berupa
pneumonia dan terdapat lesi paru, tanpa adanya hipoksemia. Gejala berat
berupa pneumonia dengan hipoksemia. Penderita dalam keadaan kritis
apabila terjadi ARDS dan komplikasi lainnya seperti syok, ensefalopati,
injuri miokard, gagal jantung, disfungsi koagulasi dan gagal ginjal akut.
Tingginya kasus dan tingkat kematian, penularan yang sangat cepat
dan mudah, derajat keparahan yang ada, mekanisme biomolekuler yang
detail dan rumit ternyata belum memberikan pemahaman akan bahaya
COVID-19 kepada Masyarakat. Masyarakat terbukti masih abai dan
belum maksimal dalam upaya mencegah dan mengendalikan transmisi

96 | Alam Pikir Era Pandemi


penyakit ini. Hasil survey yang dilakukan oleh Balitbang Kemenkes RI
dan survei data oleh Balitbang Propinsi Jawa Timur. Survei tersebut
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap disiplin
protocol kesehatan masih sangat rendah terutama pada penggunaan
masker dan penerapan Physical Distancing.3
Saat ini belum ada rekomendasi paten tatalaksana khusus berupa
antivirus atau vaksin pada COVID-19 untuk mencegah infeksi. Sehingga
cara terbaik melindungi tubuh dari COVID adalah dengan melakukan
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian dengan disiplin
melakukan protocol kesehatan. Protocol Kesehatan telah disosialisasikan
di berbagai media masa oleh berbagai sector kehidupan. Berikut ini
adalah rekomendasi protocolkesehatan menurut WHO dan Kementrian
Kesehatan Indonesia:
1. rutin cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sesuai
dengan lima langkah cuci. bila tidak ada sabun dan air dapat
menggunakan handrub yang berbahan dasar alkohol minimal
60%
2. hindari kerumunan, jaga jarak satu sama lain minimal satu
meter
3. sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang
sakit dan menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang
mengalami gejala gangguan pernapasan
4. hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut. tangan menyentuh
berbagai benda yang mungkin saja telah tertempel virus.
5. melakukan etika batuk dan bersin, yaitu menggunakan masker
ketika batuk atau bersin. bila tidak ada masker, tutup hidung
dan mulut menggunakan lengan, tisu, atau saputangan.
tisu yang telah dipakai segera buang. segera cuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir
6. rajin olahraga dan istirahat cukup
7. konsumsi gizi seimbang perbanyak sayur dan buah
8. bila demam, batuk, dan sesak nafas segera ke fasilitas kesehatan
9. tetap perbarui informasi terbaru dari sumber tepercaya,
seperti who atau otoritas kesehatan lokal dan nasional.4

Kajian Lintas Ilmu | 97


Di saat teori konspirasi beredar di masyarakat, pemerintah yang
tengah membuat kebijakan disemua sektor kehidupan, para peneliti
yang tengah berusaha keras untuk menemukan vaksin, tenaga kesehatan
yang tengah memberikan uapaya pelayanan kesehatan maksimal, maka
sebaiknya masyarakat memberikan kontribusi nyata sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian COVID-19. Meskipun kita tidak tahu kapan
pandemi COVID-19 ini berakhir, tetapi yang pasti adalah kehidupan
harus tetap berlanjut, roda perekonomian harus tetap berputar, anak
anak tetap memerlukan haknya dalam memperoleh pendidikan. Dan
dalam hal ini kontribusi masyarakat untuk disiplin menjalankan disiplin
protocol kesehatan adalah sebuah kunci untuk proteksi diri kita, keluarga
dan orang-orang yang kita sayangi dari COVID-19.

Refrensi
Worldometers. 2020. COVID-19 Coronavirus Pandemic. https://www.
worldometers.info/coronavirus/?
WHO. 2020. Protecting yourself and others from the spread
COVID-19. https://www.who.int/emergencies/diseases/
novel-coronavirus-2019/advice-for-public
Estiningtyas R. 2020. Rekomendasi Hasil Diskusi Online
(Zoom Meeting) IKAFKM Unair“Menyikapi Kebijakan
PSBB Surabaya Raya sebagai Strategi Pencegahan
dan Penanggulangan Covid-19”. https://fkm.unair.ac.id/
rekomendasi-hasil-diskusi-online-zoom-meeting-ika-fkm-
unair-menyikapi-kebijakan-psbb-surabaya-raya-sebagai-
strategi-pencegahan-dan-penanggulangan-covid-19/
(diakses pada 19 Juni 2020, jam 11.44).
Thevarajan R et al. 2020. Breadth of concomitant immune
responses prior to patient recovery: a case report of non
severe COVID-19. Nature Medicine; vol.26, pp.453–455

98 | Alam Pikir Era Pandemi


Kajian Lintas Ilmu | 99
Geliat Filantropi Islam di Masa Pandemi Covid-19
Arin Setiyowati

Corona Virus Disease (Covid-19) telah memporak-porandakan


sendi-sendi kehidupan. Tidak hanya kesehatan, melainkan ekonomi,
pendidikan hingga sektor terkecil yakni kehidupan dalam berkeluarga.
Di Indonesia, sejak dikonfirmasi virus korona menggejala, angka
positif semakin meningkat hingga pertanggal 24 Juni 2020 data resmi
yang dilansir oleh situs covid19.go.id sudah menembus angka 49.009
kasus terkonfirmasi positif. Artinya ada penambahan angak positif
sejumlah 1.113 kasus. Sejumlah 26.778 dalam perawatan (54,6% dari
terkonfirmasi), 19.658 kasus sembuh (40,1% dari terkonfirmasi) dan
meninggal sejumlah 2.573 (5,3% dari terkonfirmasi). Mungkin saja
jumlah tersebut tidak sebanding dengan kasus yang belum atau tidak
terkonfirmasi.
Dampak dari sektor-sektor lainnya seperti yang dilansir liputan6.
com bahwa sejumlah 130 juta orang bisa kelaparan akibat covid-19.
Sedangkan okezone.com memaparkan data peningkatan jumlah angka
kemiskinan yang berjumlah 3,78 juta orang diakibatkan oleh covid-19
juga. Di sisi lain, katadata.co.id juga menambahkan data tentang gemuruh
dampak covid-19 juga memicu meningkatnya angka kriminalitas dan
puluhan tenaga kesehatan (dokter dan perawat) meninggal dunia. Serta
beberapa sektor yang terdampak dan sejumlah 2,8 juta pekerja terkena
dampak covid-19 menambah risau baik pemangku kebijakan, pelaku
maupun masyarakat yang rentan terdampak covid-19. Lantas apa yang
akan dilakukan Pemerintah?
Berbasis data di atas, Pemerintah mengambil beberapa kebijakan
berikut dalam upaya tanggap dan meminimalisir resesi ekonomi akibat
lumpuhnya akonomi karena pandemi covid-19 ini diantaranya melalui
stimulus dana APBN sebesar 405,1 T. Baik untuk sektor kesehatan,

100 | Alam Pikir Era Pandemi


perluasan jarring pengaman sosial, insentif pajak dan stimulus KUR
serta pemulihan ekonomi nasional. Padahal di saat yang bersamaan,
pendapatan Negara turun sebesar 10%, hal ini tentu menyebabkan defisit
anggaran tahun 2020 sebesar 5,07% terhadap PDB.(kemenkeu,2020)
Maka, jelas pemerintah butuh sumber pembiayaan alternative khususnya
berbasis sosial dalam upaya penanganan defisit fiskal.
Narasi sederhana ini mencoba untuk memaparkan tawaran solusi
praktis yang bisa diimplementasikan oleh keuangan sosial Islam
yang turut berperan aktif membantu pemerintah baik dalam upaya
penanganan dampak covid-19.

Mengapa Keuangan Sosial Islam?


Dalam Ekonomi Islam, Keuangan Islam merupakan salah satu sub
bahasan yang popular mengingat posisinya sebagai pelumas pada pada
sektor riil. Hal unik dalam keuangan Islam yang membedakannya dengan
keuangan konvensional adalah adanya sisi sosial yang berimbang dengan
sisi komersial dalam rangka pencapaian falah.
Dalam keuangan sosial Islam selain akan menghasilkan triple
buttom line yang meliputi kesejahteraan, stabilitas keuangan, serta
mengurangi kemiskinan. Keuangan sosial Islam juga dapat menggiring
ke arah pencapaian inklusi keuangan yang holistik. (Azis,2010 dan
Ascarya et al,2015) Artinya melalui sisi sosial, keuangan Islam mampu
menjangkau pihak-pihak yang un-bankable supaya memiliki akses
kepada keuangan Islam melalui instrument sosial keuangan Islam.
Di satu sisi komersialnya, keuangan Islam mampu mengambil posisi
dengan para korporasi besar dalam upaya merebut pasar dengan
prinsip-prinsip syariah. Baitul Mall Wat-Tamwil (BMT) sebagai institusi
keuangan Islam yang telah dan ideal dalam pelaksanannya. Sedangkan
bank syariah belum bisa optimal. Selain kedua institusi tersebut maka
tanggungjawab utama penggerak sektor sosial Islam adalah lembaga
filantropi Islam, baik Organisasi Pengumpulan Zakat (OPZ) maupun
Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Kajian Lintas Ilmu | 101


Dalam perekonomian Islam, sektor sosial menjadi trigger dalam
sistem Fiskal Islam selain sektor publik dan swasta. Adapun instrumen
keuangan sosial Islam meliputi zakat, infaq dan shodaqoh, serta hibah.
Instrumen-intrumen tersebut di Indonesia masih bersifat voluntary
(sukarela) meskipun secara legal telah ada Undang-undang yang telah
mengatur tentang manajemen zakat dan wakaf.
Data yang dirilis oleh BAZNAS menunjukkan bahwa pada tahun
2018 Dana sosial yang dihimpun oleh OPZ baik zakat mal, fitrah, infaq,
shodaqoh, CSR maupun dana sosial keagamaan lainnya sebesar Rp
8,117 Triliun. Jumlah tersebut baru memenuhi 4,31% dari potensi yang
diproyeksikan di tahun tersebut. Sedangkan potensi zakat tahun 2019
mencapai Rp 233,84 Triliun (BAZNAS, 2019). Sedangkan perolehan dana
zakat infaq dan shodaqoh terus meningkat sekitar 36,2% selama periode
2002-2019. Angka tersebut menunjukkan bahwa potensi pengumpulan
dana sosial masih sangat besar, terlebih jika ditandaskan pada data
bahwa Indonesia sebagai Negara berpenduduk Muslim terbanyak di
dunia dengan jumlah 89% dari total populasi penduduk.
Sedangkan peta potensi instrumen wakaf di Indonesia meliputi
tanah yang menurut Beik (2013) sebanding dengan dua kali wilayah
Singapura yakni 1400 km2. Sedangkan rilis data dari BWI menunjukkan
bahwa potensi asset wakaf per tahun mencapai Rp 2000 triliun dengan
luas lahan wakaf mencapai 420.000 hektar. Sementara potensi wakaf
tunai mencapai sekitar Rp 300 triliun per tahun. Namun realisasinya baru
mencapai 500 miliar pada tahun 2019. Hal ini tentu menjadi lecutan bagi
lembaga wakaf dalam upaya mengoptimalkan wakaf sosial, produktif
maupun bauran keduanya baik untuk sektor kesehatan, pendidikan,
ekonomi maupun real estate.

Lembaga Filantropi Islam di Indonesia


Data-data tersebut menunjukkan bahwa tidak salah jika sektor
sosial dalam perekonomian Islam menjadi menjadi trigger dalam sistem
Fiskal Islam selain sektor publik dan swasta. Sektor sosial menjadi
ujung tombak atas pelaksanaan kegiatan-kegiatan filantropi baik charity
maupun pemberdayaan guna pencapaian mashlahah sosial. Artinya

102 | Alam Pikir Era Pandemi


jika institusi keuangan sosial Islam khususnya lembaga filantropi
Islam mampu sinergis dan lebih mendayagunakan kekuatan internal
dan momentum (eksternal) maka akan menjadi keniscayaan bahwa
kemiskinan mampu ditawar dengan dana sosial Islam. Layaknya zaman
Rasulullah SAW dan khalifah. Hal tersebut tentu menjadi konsep ideal
dalam menawarkan solusi atas persoalan kemiskinan.
Lantas bagaimana cara membumikannya? Adanya pengejawantahan
dalam langkah taktis dan praktis dalam perekonomian Indonesia melalui
lembaga filantropi Islam. Lembaga filantropi Islam yang dimaksud
penulis adalah lembaga resmi yang memiliki wewenang dalam
pengaturan baik penghimpunan, pengelolaan hingga pendistribusian
dana filantropi Islam. Adapun lembaga filantropi Islam di Indonesia yang
dinaungi Undang-undang adalah BAZNAS atasnama organisasi pengelola
Zakat (OPZ) yang diatur dalam UU Nomor 23 tahun 2011 dan Peraturan
Pemerintah (PP) No 14 tahun 2014. Berikutnya adalag Lembaga Wakaf,
dalam hal ini BWI yang diatur dalam UU no 41 tahun 2004, PP no 42
tahun 2006 dan Permen Agama No 4 Tahun 2009.
UU nomor 23 tahun 2011 menunjukkan pembagian peran dan
pola manajemen dana sosial Islam (ZIS) baik BAZNAS maupun LAZ
serta meneguhkan atas pengelolaan zakat secara efektif efisien, pola
governance hingga pendistribusian yang menjunjung tinggi asas
keadilan. Sedangkan UU No 41 tahun 2004 tentang lembaga wakaf lebih
menguatkan pada aspek penjagaan harta pokok wakaf serta optimalisasi
pendayagunaan harta wakaf baik untuk kepentingan agama (ibadah),
sosial dan ekonomi.

Geliat Filantropi Islam di masa Pandemi


Di masa Pandemi covid-19, kebijakan phsycal distancing telah
mengoyak perekonomian, mengingat hampir keseluruhan roda
perekonomian riil ditopang oleh mobiliasi individu ekonomi dalam
melakukan transaksi ekonomi guna pemenuhan kebutuhannya. Salah
satu sektor yang paling terdampak dalam sektor ekonomi adalah
kluster ekonomi menengah ke bawah, yang rerata pekerjaannya adalah
sektor non-formal dalam hal ini adalah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan

Kajian Lintas Ilmu | 103


Menengah). Sehingga tidak heran jika sektor UMKM menjadi korban
utama sekitar 27% UMKM makanan dan minuman, 17,03% home
industry kerajinan rotan.
Adapun tingkat rerata pendapatan usaha mikro pertahun sekitar
Rp 47.900.000 akibat covid-19. Sedangkan rerata pendapatan per bulan
berkurang mencapai angka Ro 3.990.000 hingga rerata pendapatan per
hari sekitar Rp 133.000,-. (Policy brief PUSKAS BAZNAS, 2020). Selain
itu kepada tenaga kerja kontrak, honorer, serta buruh harian yang rentan
akibat kebijakan phsycal distancing karena minimnya demand. Di sisi
lain, sektor pariwisata pun diperkirakan mencapai 22 triliun kerugian
akibat pandemi covid-19 termasuk 25% di dalamnya adalah sektor
perhubungan-penerbangan internasional.
Maka peran OPZ dengan jumlahnya yang sudah mencapai 585
lembaga tentu menjadi kekuatan tersendiri dalam upaya menggeliatkan
roda penghimpunan dana filantropi Islam di masyarakat berbasis
kearifan lokal. Selain itu, Optimalisasi pendistribusian dengan skala
prioritas dari pengumpulan dana filantropi Islam oleh seluruh OPZ serta
lebih memasifkan program-program pendistribusian dana filantropi
Islam secara produktif dan berdampak.
Selain itu, OPZ juga turut berkontribusi dalam mengkampanyekan
berkonsumsi makanan halal dan thoyyib sebagai garda depan dalam
upaya penjagaan imun tubuh supaya kebal terhadap segara virus,
khususnya virus korona. Melakukan pemberdayaan mustahik baru yang
tergolong masyarakat yang rawan terdampak covid, selain dari program
charity baik dalam hal kesehatan maupun sosial ekonomi lainnya.
Adapun bukti-bukti empiris keterlibatan aktif lembaga filantropi
Islam dalam upaya penanganan, pengelolaan dan pendistribusian dana
filantropi Islam meliputi :
• Program ketahanan pangan melalui lumbung air wakaf, maupun
lumbung beras wakaf
• Program Lumbung Desa, yang merupakan bera untu semua.
• Program pemenuhan pangan
• Program penyediaan fasilitas keseharan berupa RS container

104 | Alam Pikir Era Pandemi


• Program desa berdaya melalui usaha masker
• Paket ramadhan untuk pekerja rentan

Selain berupa program-program charity, peran lainnya yang


ditunjukkan oleh lembaga filantropi Islam meliputi edukasi pencegahan
covid-19, pemakaman pasien covid-19 hingga program-program
kolaborasi internasional lainnya.
Tentu program-program tersebut di atas masih belum final dan
masih perlu dioptimalkan, maka adopsi teknologi hingga penyeiramaan
dengan pola filantropi millennial menjadi tugas rumah bersama baik
OPZ maupun lembaga wakaf sehingga mampu berkompetisi sekaligus
bersinegi dengan lembaga filantropi lainnya. Walahu A’lam.

Refrensi
Anshory, A. C. Al, Hudaefi, F. A., Junari, U. L., Zaenal, M. H., & ...
(2020). the Role of Zakat Institution in Preventing Covid-19.
Policy Brief Pusat Kajian Strategis BAZNAS. Retrieved from
https://www.researchgate.net/profile/Fahmi_Hudaefi/
publication/340095477_The_Role_of_Zakat_Institution_in_
Preventing_Covid-19/links/5e7860f8299bf1892c021e50/The-
Role-of-Zakat-Institution-in-Preventing-Covid-19.pdf
Ascarya, ., Rahmawati, S., & Tanjung, H. (2018). Design the Roadmap
of Holistic Financial Inclusion for Baitul Maal wat Tamwil. Tazkia
Islamic Finance and Business Review, 12(1), 1–32. https://doi.
org/10.30993/tifbr.v12i1.112
Baznas, P. (2020a). Dampak Covid-19 Terhadap Pekerja. 1–21.
Baznas, P. (2020b). Indonesia Zakat Outlook 2020.
Beik, I. S., & Arsyianti, L. D. (2013). Optimization of Zakat Instrument in
Indonesia’s Poverty Alleviation Programme. ‘Poverty Alleviation
and Islamic Economics and Finance: Current Issues and Future
Prospect,’ (May 2013), 1–19. https://doi.org/10.13140/
RG.2.1.2491.2720
Kemenkeu. (2020). APBN 2020. Retrieved from https://www.kemenkeu.
go.id/single-page/apbn-2020/
Kajian Lintas Ilmu | 105
EROSI LOYALITAS” WARGA
MUHAMMADIYAH DI TENGAH PANDEMI
COVID-19*
Sholikh Al Huda

“Sang Surya Telah Bersinar Syahadat Dua Melingkar Warna Yang


Hijau Berseri Membuatku Rela Hati. Ya Allah Tuhan Rabbiku Muhammad
Junjunganku, Al Islam Agamaku Muhammadiyah Gerakanku. Di ufuk
Timur Fajar Gemerlapan Mengusik Kabut Hitam Mengugah Kaum
Muslimin Tinggalkan Peraduan Lihatlah Matahari Telah Tinggi Di Ufuk
Timur Sana, Seruan Ilahi Rabbi Sami’an Wa Atha’na”.
Bait ini adalah Mars Muhammadiyah yang selalu di kumandangkan
pada saat kegiatan warga Muhammadiyah. Hal ini dilakukan dengan
tujuan sebagai bagian dari internalisasi ideologi Muhammadiyah dalam
rangka untuk selalu mensyiarkan agenda dakwah, memupuk kecintaan,
membangun ketaatan, kepatuhan dan kedisiplinan organisasi , sehingga
terbangun komitmen ideologi dan loyalitas Warga dan Pimpinan
Muhammadiyah dalam melaksanakan dan menyukseskan agenda
dakwah dan program perjuangan Muhammadiyah di masyarakat.
Ada istilah menarik di bait terakhir Mars Muhammadiyah yaitu
kata “Sami’na Wa Atha’na” (Artinya: saya mendengarkan dan saya
taat-patuh). Makna dari kata tersebut adalah sebuah komitmen
berideologi Muhammadiyah, kedisiplinan berorganisasi dan ketaatan
kepada pimpinan persyarikatan Muhammadiyah secara rasional
bertangungjawab.
Maksud “Saya mendengarkan” artinya saya warga & Pimpinan
Muhammadiyah, selalu memperhatikan, menjalankan semua agenda dan
program persyarikatan Muhammadiyah yang sudah disepakati secara
musyawarah organisasi dengan penuh amanah dan tanggungjawab.
Sementara makna “Saya taat” artinya saya warga dan Pimpinan

106 | Alam Pikir Era Pandemi


Muhammadiyah, komitmen berideologi Muhammadiyah, patuh terhadap
semua program dan agenda persyarikatan Muhammadiyah yang sudah
di putuskan dan di sepakati bersama melalui musyawarah oleh Pimpinan
Muhammadiyah secara rasional dan bertangungjawab.
Namun, yang menjadi persoalan di lapangan adalah, apakah
konsep “Sami’na Wa atha’na” ini masih di pegang teguh dalam tradisi
berMuhammadiyah? Berdasarkan realitas di lapangan, akhir-akhir ini
tradisi “Sami’na Wa Atha’na” tersebut mulai memudar di kalangan warga
maupun pimpinan persyarikatan di beberapa level kepemimpinan,
bahkan ada yang mengatakan dengan istilah “pembangkangan” terhadap
organisasi.
Fenomena mempudarnya tradisi “Sami’na Wa Atha’na” di
Muhammadiyah, memang sedang terjadi, terutama di kalangan grass
root Muhammadiyah, terutama di era Pandemi Covid-19.
Indikasi memudarnya tradisi tersebut, adalah tampak di saat
beberapa warga dan Pimpinan Muhammadiyah di beberapa level
(Daerah, Cabang, Ranting) menolak, menentang dan tidak mengindahkan
terhadap Maklumat PP Muhammadiyah dalam bentuk Surat Edaran
05/EDR/I.0/E/2020 terkait Anjuran Sholat Jum’at, Sholat Rawathib
Berjamah dan Sholat Idul Fitri di Rumah di saat pandemi Covid-19.
Namun, mereka tetap kekeh, bersikeras menjalankan semua ritual
tersebut dengan beragam alasan bahkan ada yang lebih mengikuti
anjuran atau maklumat dari organisasi lain Muhammadiyah, padahal
mereka adalah Pimpinan dan Pengurus Masjid Muhammadiyah.
Adapun keputusan organisasi (Maklumat) tersebut merupakan bagian
dari salah satu ikhitiar Muhammadiyah dalam rangka untuk menyelamatkan
manusia dari penularan virus Covid-19 yang sedang melanda dan menjadi
pandemi di masyarakat.
Keputusan (Maklumat) tersebut tentu bukan sekedar keputusan tanpa
pertimbangan atau ngawur, tetapi pertimbangan mendalam berdasarkan
ilmu agama dan ilmu pengetahuan (Ilmu Kesehatan-Kedokteran) yang
memilki otoritas terkait keilmuan virus. Maklumat dikeluarkan dengan
tujuan demi menjaga kemaslahatan masyarakat Indonesia, terutama

Kajian Lintas Ilmu | 107


warga Muhammadiyah dengan prinsip maqhosid syariah “al-khifdu an
nafs” (menjaga keselamatan jiwa manusia harus di utamakan dahulu) dan
prinsip “dar’ul mafashid” yaitu mencegah kerusakan atau kematian harus di
dahulukan.
Fenomena penolakan, apatisme, pembangkangan warga dan Pimpinan
Muhammadiyah di atas dapat disebut sebagai “Erosi Loyalitas” Warga dan
Pimpinan Muhammadiyah” di era Pandemi Covid,-19.
Erosi Loyalitas adalah sebuah ketidaktaatan dan kepatuhan terhadap
kebijakan atau keputusan organisasi akibat dari ketidaksiplinan berorganisasi
yang disebabkan melemahnya komitmen ideologi BerMuhammadiyah. Yang
menjadi persoalannya adalah ada apa dan mengapa “Erosi Loyalitas” warga
dan pimpinan ini bisa terjadi di Muhammadiyah?menurut hemat penulis,
fenomena ini terjadi disebabkan ada dua faktor:
Pertama, faktor masifnya arus informasi melalui media sosial ( medsos)
yang diserap dan masuk secara bebas menembus batas hingga ke ruang
privat warga dan pimpinan Muhammadiyah. Masifitas informasi tersebut
terkait apa saja termasuk informasi sosial-keagamaan (keislaman) yang
berasal dari beragam sumber, termasuk berasal dari kelompok keagamaan
selain Muhammadiyah. Artinya saat ini informasi terkait persoalan sosial
keagamaan yang diputuskan dan dikelurakan oleh Muhammadiyah sudah
tidak menjadi arus utama sebagai sumber pemikiran dan perilaku sosial
keagamaan bagi warga dan pimpinan Muhammadiyah. Sehingga, mereka
saat ini memiliki banyak alternatif sumber informasi sosial keagamaan dari
berbagai aliran dan kelompok keagamaan lain semisal kelompok keagamaan
HTI, Salafi, FPI, MMI, Wahabi dan sebagainya. Situasi ini menjadikan paham
ideologi dan sikap keagamaan Muhammadiyah tidak lagi jadi arus utama
bagi mereka. Sehingga, berdampak terhadap sikap berorganisasi yang kurang
mendengarkan dan patuh atau “Sami’na wa Atha’na” terhadap kesepakatan
dan keputusan organisasi yang merupakan hasil musyawarah Pimpinan
Muhammadiyah di atasnya (PP Muhammadiyah). Meskipun asumsi ini perlu
riset pembuktian lebih lanjut.
Kedua, faktor terjadinya “erosi loyalitas” warga dan pimpinan
Muhammadiyah adalah disebabkan adanya upaya infiltrasi “ideologi lain” ke
Muhammadiyah. Infiltrasi ideologi adalah suatu upaya penyusupan sebuah

108 | Alam Pikir Era Pandemi


paham pemikiran keagamaan, politik, sosial, budaya yang dibawah oleh
seseorang atau kelompok kepada seseorang atau kelompok lain dengan
tujuan untuk menghancurkan kekuatan paham/pemikiran lawan dengan
tanpa di sadarinya.Tujuan dari infiltrasi ideologi adalah menginginkan adanya
pelemahan, pergeseran yang muaranya adalah pada pergantian paham
pemikiran (ideologi,) awal ke paham/pemikiran (ideologi) lain. Adapun istilah
“ideologi lain” disebutkan dari berbagai riset yang dilakukan oleh akademisi
adalah ideologi salafi (MurSal: Muhammadiyah Rasa Salafi), ideologi FPI (
MuFi: Muhammadiyah Rasa FPI), ideologi HTI (MuHti: Muhammadiyah
Rasa HTI). Adapun secara karakter ideologi dan manhaj dakwah kelompok
tersebut sangat berbeda dengan paham Muhammadiyah. Paham keagamaan
mereka cenderung tekstualis, tertutup/eksklusif, cenderung formalistik dan
sebagainya, sementara paham keagamaan Muhammadiyah lebih ijtihadi,
inklusif, terbuka/inklusif dan moderat.
Oleh para pemikir kelompok ideologi di atas akhir-akhir ini dianggap
sangat terasa menggangu konsolidasi paham keagamaan dan keorganisasian
Muhammadiyah. Selain itu infiltrasi ideologi di atas berdampak pula
terhadap terjadinya pelemahan ideologi Muhammadiyah yang kemudian
berlanjut terhadap demilitansi, pembangkan dan ketidakpatuhan terhadap
kebijakan atau keputusan yang dibuat atau dikeluarkan Pimpinan organisasi
Muhammadiyah, sehingga munculah “erosi loyalitas” ditubuh pimpinan
dan warga Muhammadiyah. Melihat fenomena tersebut maka diharapkan
semua pimpinan dan warga Muhammadiyah untuk kembali meraptakn dan
meluruskan “shof” ideologi dan beroganisasi

Refrensi
EDARAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH NOMOR 02/EDR/I.0/E/2020
TENTANG TUNTUNAN IBADAH DALAM KONDISI DARURAT COVID-19

Kajian Lintas Ilmu | 109


JUMUDNYA DAKWAH DIGITAL SAAT
PANDEMI COVID-19
M. Febriyanto F Wijaya

Beberapa bulan telah berlalu dari pertama kali diumumkan pasien


positif Covid 19 hingga saat ini belum ada tanda-tanda kurva melandai
ini menjadikan beberapa tempat menjadi sorotan terutama tempat
sering dijadikan berkumpul, dan menimbulkan keramaian untuk di non
akifkan termasuk tempat ibadah.
Sehingga kebijakan tersebut menimbulkan beberapa
ormas(organisasi masyarakat) mengeluarkan maklumat atau fatwa
tentang aturan-aturan beribadah saat masa pandemic, hingga pelarangan
sholat jamaah termasuk sholat fardu,jumat, terawih dan sholad Eid
dimasjid, bahkan beberapa pendakwah kondang juga membuat video
untuk menjelaskan kepada khalayak agar tetap dapat beribadah meski
dirumah saja, didasari dengan kondisi darurat saat ini pendakwah
tersebut mengajak melalui video tersebut agar tetap beribadah dirumah
saja terutama yang sudah masuk dizona merah.
Meski demikian masih saja ada beberapa pendakwah yang ngotot
tetap berjamaah dimasjid karena mereka beranggapan segala sesuatu
yang ada didunia ini adalah ciptaan Allah subhanahu wa taala maka kita
seraya tetap berdoa kepadaNya.
Dalam hal ini memang kita perlu kembali kehakikat dakwah yang
sebenarnya sehingga tidak membuat makna dakwah itu melenceng.
Dakwah berasal dari Bahasa arab yang artinya mengajak, menyeru, dan
memanggil seruan. Sedangkan menurut Syaikh Ali Makhfudz(Hidayatul
Mursyidin) memberikan definisi dakwah sebagai cara mendorong
manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah),
menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari kemungkaran,
agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

110 | Alam Pikir Era Pandemi


Lalu bagaimana subjek dakwah dalam hal ini Dai atau pendakwah
sebagai orang yang mentransferkan ilmunya kepada Mad’u(jamaah),
seperti dalam surat An-Nahl ayat 125 yang artinya: “Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
Tafsir pada ayat diatas dijelaskan dengan khidmat dalam
buku “Mister kata-kata” karangan K.H. Abdurrahman Wahid(2010)
menjelaskan Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, artinya dengan
cara yang bisa diterima orang lain dan menempatkan segala sesuatu pada
tempatnya. Kemudian “wa al-mau’idalotul hasanah”, tutur kata yang baik,
“wa jadilhum bi allati hiya ahsan”, artinya berdiskusilah dengan mereka
dengan baik, rasional, dan sebagainya.
Nah sedangkan dalam kondisi saat ini para pendakwah bukan
menempatkan pendapatnya dalam memberian fatwa tapi malah dirasa
dakwahnya jatuh pada kejumudan

Pendapat konservatif ulama di media sosial


Semakin mudahnya akses dalam menyampaikan informasi melalui
media sosial dimanfaatkan oleh beberapa pendakwah untuk membuat
konten-konten keagamaan melalui kanal pribadi maupun dari rekaman
rekaman kanal keagamaan lainnya. tak sedikit pula nitizen ikut serta
membagikan potongan video tersebut lalu membagikan akun medsos,
instastory dan bahkan kegrup-grup keluarga.
Namun dari semakin cepat dan mudahnya informasi itu terkadang
tidak dibarengi dengan penyampaian pemikiran yang dinamis sehingga
dalam menyikapi pemahaman agama terlihat kaku dan berat jadi seolah
olah kita diajarkan bahwa agama itu keras, saklek tanpa melihat situasi
dan kondisi dilingkungannya.
Beberapa konten dari ustadz atau pemuka agama yang ada juga
masih banyak yang menyikapi wabah(Tho’un) ini dengan mengajak tetap
beribadah dengan berjamaah, dengan beranggapan semua makhluk

Kajian Lintas Ilmu | 111


yang ada dunia ini adalah ciptaan Allah SWT. Kalaupun tidak langsung
diciptakan Allah subhanahu wa taala pasti ada perantara dari campur
tangan Allah subhanahu wa taala, sehingga yang memiliki kekuasaan,
dapat mengendalikan tho’un tersebut adalah Allah subhanahu wa taala.
Sehingga siapa yang memiliki kehendak untuk memilih siapa yang
tidak terjangkit dan siapa yang terkena atau terjangkit dari virus tersebut
adalah Allah subhanahu wa taala, bahkan yang dapat menghilangkan
virus tersebut adalah Allah subhanahu wa taala. Lalu bagaimana caranya
agar terhindar dari virus tersebut?
Begitupula ada yang tetap mengajak sholat jum’at berjamaah
dimasjid, bahkan ketika sudah masuk memasuki pekan ketiga ini
pasca diumumkannya pasien pertama covid 19 di Indonesia, kemudian
mejelaskan tentang larangan meninggalkan sholat jumat yang lebih
3 kali dan mereka berangapan bahwa orang yang meremehkan dan
meninggalkan sholat jumat 3 kali maka akan ditutup hatinya.
Hingga dewasa ini, dibeberapa daerah zona merahpun masih
saja ada beberapa masjid yang mengadakan sholad berjumat atau
bahkan sholat berjamaah dimasjid dengan dalih mereka melakukan
prosedur dan ketetapan (protap) Physical Distance untuk tetap dapat
melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Sementara disaat kondisi Ad
Dharurat(darurat) seperti ini dengan resiko dari virus yang tidak kasat
mata kita masih tetap melaksanakannya meski menerapkan protab yang
telah ditentukan.
Pandangan konservatif inilah yang perlu diimbangi dengan wacana
keagamaan yang menyejukkan di media sosial, tujuannya agar dalam
sisa waktu pelaksanaan ibadah Ramadhan ini, masyarakat dapat fokus
beribadah dengan hati nan bahagia tanpa ada kekhawatiran karena
jumudnya dakwah ulama konservatif yang justru membuat nilai
keagamaan tidak menyejukkan lagi.

112 | Alam Pikir Era Pandemi


Dakwah Digital Membahagiakan yang Dibutuhkan
masyarakat
Pengaplikasian pendekatan system dalam permasalahan kebijakan
dalam menerjemahkan satu hukum islam dengan mencakup fiqh dan
ushul fiqh, karena didalamnya akan melibatkan unit, elemen, dan sub
sistem terbentuk satu kesatuan yang hirarkis, sehingga berinteraksi dan
bekerja sama secara terus-menerus, memiliki prosedur dan berproses
untuk mencapai tujuan tertentu, maka akan terdapat supra sistem
yang melingkupi keseluruhannya dan sehingga muncullah solusi yang
tersistem dan tepat dengan situasi saat ini.
Pendekatan sistemik memang selain dapat menggunakan disiplin
ilmu yang berbeda sebagai alat analisa juga perlu menganalisa serta
mempertimbangkan semua faktor untuk menetapkan hukum yang
humanis-holistik. Jadi tidak lagi perlu menggunakan yang analisa yang
terpisah-pisah dan statis, melainkan dengan analisa system yang bersifat
sinergis dan dinamis.
Maka dalam mengimplimentasikan kebijakan untuk tetap menjaga
keharmonisan agar tetap mendukung Physical Ditancing pada diri
sendiri dan masyarakat saat beribadah bisa dengan meminta pendapat
dari seluruh ulama yang berkompeten dalam bidang tersebut, kemudian
mendekatkan pemikiran kita agar lebih holistic dan tidak mudah
terprovokasi dengan satu permasalahan, dan senantiasa terbuka dalam
pengetahuan dan melihat sesuatu dari perspektif yang multidimensi,
serta bisa juga tetap memperhatikan prinsip berfikir kita dalam
menentukan tujuan, sehingga dapat mengidentifikasi masalah dan
mencari solusi.
Dengan demikian seharusnya sebagai Pemuka Agama atau
pendakwah lebih membahagiakan dalam menyikapi permasalahan yang
terjadi saat ini seperti pesan dari Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah “Perubahan
hukum terjadi karena perubahan situasi sosial, zaman yang berganti,
ruang atau tempat yang berbeda, tradisi dan motif yang berbeda.”

Kajian Lintas Ilmu | 113


Refrensi
Wahid, KH Abdurrahman. 2010: Misteri Kata-Kata: Jakarta Selatan
Karim,Abdul.2016.Dakwah MelaluiMedia:SebuahTantanganDan Peluang.
IAIN Kudus
Abdillah, Mujiono, Dialektika Hukum Islam & amp; Perubahan Sosial
(Sebuah Refleksi Sosiologis atas Pemikiran Ibn Qayyim al
Jauziyyah), Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003
Yuni Gayatri
Darwin, C. (1959). The Origin of Species by Means of Natural Selection.
London: John Murray Sholikh Al huda

114 | Alam Pikir Era Pandemi


Covid-19, Tragedi Ekologi dan Urgensi Ekoliterasi
Vella Rohmayani

Saat ini kita memasuki zaman globalisasi, dimana ilmu pengetahuan


mengalami perkembangan begitu pesat. Hal ini ditandai dengan
semakin terspesialisasinya rumpun ilmu dan canggihnya teknologi.
Namun tanpa disadari dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi, malah tidak mampu menjamin kualitas hidup manusia di
masa mendatang akan dapat lebih baik dari masa sekarang. Salah satu
contohnya adalah dengan terjadinya pandemi Covid-19 saat ini.
Perkembangan pola pikir manusia memang sejalan dengan masifnya
eksploitasi yang dilakukan terhadap alam. Sejak revolusi industri
pembangunan memang telah mengabaikan keberlanjutan alam. Atas
nama ego manusia sumber daya alam dikeruk dan terjadi penjarahan
besar-besaran terhadap alam beserta seluruh isinya. Proses tersebut
terjadi berpuluh-puluh tahun dan telah mencemari bumi, baik di darat,
laut maupun udara.
Sumber daya alam memang merupakan salah satu sektor strategis
yang sangat rentan untuk dieksploitasi. Banyaknya penyalagunaan hak
dan wewenang yang dilakukan untuk mengeksploitasi alam hingga
menyebabkan terjadinya tragedi ekologi. Keserakahan manusia memang
telah menjadikannya sebagai budak kapitalis yang menghalalkan segala
cara untuk mendapat keuntungan materi yang sebesar-besarnya bahkan
dengan cara merusak alam sekalipun.
Alam yang seharusnya dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
kini malah berbalik arah menjadi sumber malapetaka bagi manusia. Bisa
jadi pandemi Covid-19 yang sedang terjadi saat ini adalah bentuk dari
malapetaka itu sendiri.

Kajian Lintas Ilmu | 115


Manusia kini memang tidak lagi mengindahkan etika lingkungan
saat melakukan relasi dengan alam. Dengan menerapkan pandangan
yang menempatkan alam sebagai subordinasi kekuasaan manusia,
menjadikannya sebagai objek eksploitasi dan penjarahan. Sumber
daya alam dikeruk habis-habisan dan menyebabkan terjadinya krisis
ekologi disana-sini. Mungkin saat ini bumi dapat sejenak beristirahat
atas eksploitasi brutal yang selama ini terus dilakukan. Berbagai kabar
juga sudah terdengar bahwa polusi mengalami menurunan selama masa
pandemi ini.

Mengenal Segitiga Epidemologi Covid-19


Teori segitiga epidemologi menjelaskan tentang mekanisme
timbulnya suatu penyakit serta menganalisis peran atau keterkaitan dari
masing-masing komponen yang terdapat dalam epidemologi penyakit,
yaitu agen, penjamu dan lingkungan. Terjadinya penyebaran penyakit
Covid-19 dipengaruhi oleh keterhubungan antara ketiga komponen
tersebut.
Perubahan pada salah satu komponen segitiga epidemologi akan
mempengaruhi penurunan atau bahkan kenaikan resiko penularan
penyakit Covid-19 ini. Pandemi ini dapat dikendalikan jika komponen
komponen tersebut dapat dikondisikan.
Agen, dari penyakit Covid-19 adalah virus SARS-CoV-2 yang
ditularkan oleh kelelawar liar (vektor). Karena sampai saat ini obat atau
vaksi penyakit Covid-19 belum ditemukan. Maka cara yang paling tepat
untuk mengendalikan agen adalah dengan selalu menjaga kebersihan
lingkungan. Membersihkan tempat-tempat yang sering disentuh atau
digunakan, seperti gagang pintu, pagar, lantai, kursi, dan seterusnya
dengan menggunakan cairan desinfektan.
Penjamu, dari penyakit Covid-19 adalah manusia. Tingginya
mobilitas manusia membuat virus SARS-CoV-2 ini begitu cepat menyebar
ke seluruh penjuru dunia. Karena parasit seperti serangga, bakteri, virus
serta jenis parasit lainnya yang juga dapat ikut serta terbawa. Oleh
sebab itu mencegah masuknya vektor pembawa penyakit di pintu masuk

116 | Alam Pikir Era Pandemi


pola hidup sehat dan bersih. Mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, mencuci tangan pakai sabun, menghindari kerumunan, menjaga
jarak, memakai masker saat keluar rumah, mengurangi mobilitas atau
keluar rumah pada saat mendesak saja, dan lain-lain.
Lingkungan, bukan merupakan bagian dari agen maupun penjamu.
Namun lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
proses penyebaran penyakit ini, karena dapat menginteraksikan antara
kedua komponen tersebut yaitu agen dan penjamu.
Dimana kondisi yang terjadi pada lingkungan akan berpengaruh
terhadap kondisi penjamu atau manusia. Bahwa kualitas hidup
manusia memang sangat bergantung dan dipengaruhi oleh kualitas
lingkungannya.
Kemampuan agen atau virus SARS-CoV-2 untuk penginfeksi manusia
juga dapat mengalami peningkatan jika kondisi sistem kekebalan tubuh
rendah serta kondisi lingkungan yang kurang baik.
Kita harus selalu berupaya untuk menjaga keasrian dan
keberlangsungan alam, dengan cara membuang sampah pada tempatnya,
memperbaiki sanitasi lingkungan, merawat tanaman, mengambil
manfaat di alam secara tidak berlebihan, tidak melakukan eksploitasi
terhadap alam dan seterusnya.
Karena jika eksploitasi terhadap alam terus dilakukan akan
menyebabkan penurunan kualitas atau daya dukung lingkungan akan
membuat kita menjadi semakin lama bertarung menghadapi pandemi
ini. Bahkan tidak terelakkan akan muncul wabah penyakit baru yang
mungkin tidak kalah berbahaya dari pandemi Covid-19, dan tentu dapat
menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup manusia.

Deforestasi dan Covid-19


Indonesia mempunyai hutan tropis yang sangat luas, sehingga
menjadikannya sebagai negara dengan megadeversitas. Namun
Indonesia telah menjadi pusat perhatian dunia, karena penyalahgunaan
hak dan hukum yang dilakukan oleh sebagian kelompok masyarakat
telah membuat terjadinya deforestasi.

Kajian Lintas Ilmu | 117


Deforestasi dapat diartikan sebagai hilangnya segala komponen
yang berada dalam hutan yang terjadi akibat dari aktivitas manusia
maupun bencana alam. Menurut Enveronmental Research Letters (2019)
beberapa kasus yang menyebabkan terjadinya deforestasi adalah seperti,
pengubahan hutan menjadi lahan pertanian maupun perkebunan,
penebangan kayu secara asal dan masal, industri pertambangan,
pembangunan yang tidak mengindahkan kelestarian alam, serta hal lain
yang sejenis.
Jutaanhektarehutandi Indonesia saatini memangtelah terdegradasi,
sehingga tidak lagi dapat memberikan manfaat karena telah kehilangan
keanekaragaman hayati sekaligus jasa ekologi. Padahal hutan memiliki
beragam fungsi dan manfaat bagi kehidupan, yaitu sebagai tempat
tinggal berbagai macam spesies, paru-paru bumi, penjaga stabilitas iklim
serta berbagai manfaat lainnya.
Terjadinya deforestasi dapat menjadi jembatan awal masuknya
penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh virus, bakteri, serta parasit lainnya yang dapat
ditularkan dari hewan kepada manusia maupun sebaliknya.
Sebenarnya penyakit zoonosis telah banyak terjadi sebelumnya,
seperti penyakit DBD, Malaria, Ebola, Antrank, SARS, MERS, termasuk
juga penyakit Covid-19 yang menjadi pandemi saat ini.
Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS
CoV-2. Penyakit ini pertama kali muncul di kota Wuhan China pada
bulan Desember 2019. Para ilmuwan telah sepakat bahwa penyakit
Covid-19 merupakan penyakit yang terjadi secara alami dan pertama
kali menyerang manusia akibat mengkonsumsi kelelawar liar.
Penyakit Covid-19 merupakan sebuah tragedi ekologi yang terjadi
akibat kerakusan dan keserakahan manusia yang mengeksploitasi
alam maupun satwa liar. Terjadinya pandemi Covid-19 tentu sangat
mempengaruhi terjadinya perubahan pada kehidupan manusia. Seluruh
elemen masyarakat tanpa terkecuali telah merasakan imbas dari
terjadinya pandemi Covid-19 ini.

118 | Alam Pikir Era Pandemi


TragediCovid-19 seharusnya dapat membuatmanusia sadar, tentang
pentingnya bersikap baik terhadap sesama maupun terhadap alam
semesta. Meminimalisir terjadinya kerusakan alam dengan mengubah
paradigma masyarakat yang antroposentris menjadi paradigma yang
ekosentris adalah momen kesadaran yang tepat untuk dilakukan pada
masa pandemi ini.

Refrensi
Austin, K. G., Schwantes A., Gu Y., and Kasibhatla, P.S. 2019. What causes
deforestasi in Indonesia?. Enveronmental Research Letters 14.
Capra, Fritjof. 2009. The Hidden Connection: Strategi Sistemik Melawan
Kapitalisme Baru. Alih Bahasa: Andya Primanda. Yogyakarta &
Bandung: Jalasutra.

Kajian Lintas Ilmu | 119


COVID 19: SELEKSI ALAM?
Yuni Gayatri

Kita sudah biasa mendengar dan membaca seleksi penerimaan


murid atau mahasiswa baru, seleksi penerima beasiswa, seleksi calon
pegawai, seleksi calon bintara dan sebagainya. Betapa bahagia dan
bangganya, jika kita dinyatakan lolos pada suatu seleksi tertentu.
Apalagi bila tingkat persaingan seleksi tersebut sangat ketat. Kali ini
saya mengajak pembaca untuk memahami istilah “Seleksi alam”, yang
sudah tidak asing lagi bagi kita. Masyarakat biasanya menganalogikan
istilah seleksi alam seperti hukum rimba, siapa yang kuat maka dialah
yang menang.
Istilah seleksi alam mengingatkan saya pada matakuliah Evolusi,
seseorang yang bernama Charles Darwin, dalam tulisannya “The Origin
of Species by Natural Selection” tahun 1859. Nama ini tidak asing lagi di
telinga para mahasiswa biologi mau pun teman-teman dosen atau guru
yang berlatar pendidikan biologi. Bila menyebut nama Darwin, maka yang
ada dalam gambaran kita hanyalah kera dan manusia. Bukan kontroversi
itu yang ingin saya bahas di sini. Melainkan bagaimana “proses” seleksi
alam yang muncul pada masa itu. Ada beberapa istilah yang menarik
untuk kita renungkan, yaitu “natural selection” dan survival of the fittest”.
Ketika itu Darwin mencoba menjelaskan pokok-pokok pikiran dalam
tulisannya tersebut, bagaimana munculnya keanekaragaman mahluk
hidup. Beberapa point yang diungkapkan bahwa ada “adaptasi” pada
proses natural selection yang kemudian memaksa mahluk hidup struggle
for life dan survival of the fittest.
Tulisan ini mengajak pembaca memahami pemikiran Darwin di era
sekarang. Bila di telusuri lebih jauh, apakah yang dikemukakan Darwin
pada masa itu masih relevan dengan kondisi kita saat ini. Di tengah
wabah pandemi Covid 19 sekarang, ada kepanikan yang luar biasa di

120 | Alam Pikir Era Pandemi


bagaimana? Bagaimana saya harus menghadapi pandemi ini?”
Struggle for life memang “harus” dilakukan semua mahluk hidup, ada
atau tidak ada pandemi. Realitanya ada kompetisi sehingga perlu
berjuang. Berjuang untuk bisa lulus ulangan atau ujian, berjuang lulus
sekolah, berjuang untuk dapat pekerjaan, berjuang untuk mendapatkan
makanan, tempat tinggal dan sebagainya, bahkan (mungkin) berjuang
untuk mendapatkan jodoh dan kemudian meneruskan keturunan.
Bagaimana struggle for life dunia pendidikan kita?
Ada kalimat Charles Darwin yang menginspirasi saya, “It is not
the strongest that of survives, nor the most intelligent, but the one most
responsive to change”. Covid 19 telah membongkar tatanan yang sudah
ada, dan memaksa kita untuk membangun tatanan baru (New Normal).
Terutama mindset dan metodologi. Bagaimana pendidikan kita dapat
survive? Para pakar pendidikan dan teknologi informasi sudah jauh
memikirkan itu sebelum munculnya pandemi ini. Strategi Blended
Learning sudah banyak di lakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan
di berbagai negara, sementara negara kita mungkin masih sedikit
lembaga pendidikan yang melakukannya. Sistem selalu ketinggalan dari
strategi. Proses adaptasi, meminjam istilah Darwin tadi perlu dilakukan
oleh kita. Adaptasi berjalan bila “responsive to change”. Pembelajaran
secara online (Daring) memaksa saya dan semua dosen (juga guru
guru pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah) untuk mengubah
cara membelajarkan siswa atau mahasiswa kita. Gagap teknologi di era
digital seperti sekarang tidak mampu mengubah keadaan, apalagi jika
tidak ada usaha untuk mempelajarinya. Belajar bagaimana e-learning,
bagaimana menggunakan zoom, atau aplikasi2 lain, yang berhubungan
dengan belajar atau pekerjaan kita. Mencari sendiri informasi atau
pengetahuan sudah menjadi “makanan” sehari-hari, karena memang ini
era dunia tanpa batas. Hampir tiada hari tanpa membuka gadget, laptop,
atau televisi.
Agar dapat tetap hidup maka ada yang harus di ubah, dan menjadi
kebiasaan baru kita dalam tatanan baru “New Normal” ini. Bagaimana
mahasiswa? Sistem pendidikan dan strategi pembelajaran sudah

Kajian Lintas Ilmu | 121


merespon pandemi ini. Kurios saya terhadap respon mahasiswa saya
sementara ini terjawab. Hasil kuesioner yang saya peroleh dari sampel
187 mahasiswa, 48% mahasiswa merasa sulit memahami materi
pembelajaran daring dibandingkan dengan perkuliahan di kelas, 73%
merasa terbebani dengan tugas-tugas, padahal 91% mahasiswa cukup
terampil dalam mengakses informasi melalui internet. Mahasiswa
ternyata masih enggan keluar dari “zona nyaman” bertemu dosennya,
duduk dan mendengarkan dosennya menerangkan tanpa harus
bersusah payah mencoba mencari, membaca dan memahami sendiri
konten tersebut di dunia maya. Meski pun sudah ada forum diskusi, tetap
saja masih “slow respon”, Alih-alih jaringan internet lemot atau kuota
internet habis. Yang membuat saya merenung lagi adalah tanggapan
masih menghadapi keberlangsungan pembelajaran daring. Setelah
perkuliahan berjalan selama satu semester, masih ada 40% mahasiswa
yang tidak menginginkan pembelajaran daring dilanjutkan selama
masa pandemi ini. Pertanyaannya kemudian what next solution? Apakah
tidak ada kegiatan belajar mengajar? Duduk diam menunggu pandemi
covid 19 ini berlalu yang entah kapan? Kita masih belum tahu sampai
kapan kondisi seperti ini. Sepertinya mahasiwa yang tersisa ini belum
memahami “responsive to change”.
New normal menghendaki social distance/phyisical distance.
Sudah tentu ini sangat beralasan, karena social distance/phyisical
distance merupakan salah satu cara agar kita survive dan kita perlu
beradaptasi. Persentase terbesar dalam aktivitas kehidupan kita sehari
hari tergantikan dalam dunia virtual. Mulai bekerja, mengajar, seminar,
belanja, bahkan berinteraksi dengan tetangga satu RT. Ironis memang,
namun inilah realitanya jika kita ingin melewati masa pandemi ini
dengan aman dan ”lolos” seleksi alam.

Refrensi
Darwin, C. (1959). The Origin of Species by Means of Natural Selection.
London: John Murray

122 | Alam Pikir Era Pandemi


NEW NORMAL & ADAPTASI KEBIASAAN
BARU YANG PRODUKTIF SERTA AMAN DARI
COVID 19 PADA TRANSPORTASI LAUT
Betty Ariani MT

Kehadiran covid 19 telah membawa banyak perubahan pada segala


aspek dan tatanan kehidupan dan perekonomian masyarakat termasuk
diantaranya pada subsektor transportasi laut. Kegiatan transportasi
laut merupakan salah satu penggerak perekonomian negara terlebih
dengan perannya sebagai fasilitator pergerakan manusia dan barang,
hal ini menjadi penting terutama karena Indonesia merupakan negara
kepulauan. Pandemik corona memaksa manusia memperlambat laju
pergerakannya, berubah hening dari kondisi hiruk pikuk dan harus
berpikir merencanakan sebuah sistem yang adaptable agar sendi
kehidupan kembali dan terus bergerak dengan resiko keselamatan
dan kesehatan manusia yang terjaga. Seperti yang telah diketahui
bersama bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk hidup yang
pandai beradaptasi dan selalu berusaha menyesuaikan diri agar dapat
terus eksis di bumi. Tulisan berikut mencoba merangkum sejauh mana
persiapan new normal pada transportasi laut baik yang terkait dengan
kapal jasa angkut penumpang atau barang sekaligus kepelabuhan /
operator terminal penumpang /barang.
Seperti halnya kondisi transportasi di darat, pada sub sektor
transportasi laut membutuhkan seperangkat peraturan dan kesepakatan
yang dapat dijadikan pedoman bersama untuk dapat kembali
menggairahkan bisnis pelayaran, kepelabuhan dan ekspor import barang
yang sebagian besar menggunakan jasa transportasi laut. Adaptasi
terhadap kebiasaan baru ini menjadi penting bagi semua pihak karena
pada prinsipnya siapa saja bisa bepergian dengan transportasi laut tetapi

Kajian Lintas Ilmu | 123


tetap harus memenuhi protokol kesehatan dan memenuhi dokumen
dokumen persyaratan perjalanan yang berlaku. Pemerintah dalam hal
ini Kementerian Perhubungan telah merespon dengan dikeluarkannya
beberapa peraturan dan surat edaran yang terkait dengan pencegahan
dan pengendalian covid 19 pada transportasi laut. Surat edaran nomer
12 tahun 2020 berisikan tentang petunjuk pelaksanaan perjalanan orang
menggunakan transportasi laut mendampingi peraturan yang telah
turun sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub)
Nomor 41 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Permenhub Nomor
18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi dalam rangka
Pencegahan Penyebaran Covid-19 dan Surat Edaran Ketua Pelaksana
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nomor 7 Tahun 2020
tentang Kriteria dan Persyaratan Perjalanan Orang Dalam Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19). Beberapa peraturan diatas secara garis besar
bertujuan untuk mengatur interaksi 4 komponen yang saling terkait
dalam subsector transportasi laut yaitu pengguna jasa transportasi
(penumpang), operator kapal terutama kapal penumpang dan barang,
operator terminal penumpang / pelabuhan serta pihak syahbandar.
Berdasarkan pada SE 12 tahun 2020, pihak operator kapal
diwajibkan melakukan pengendalian terhadap covid 19 dengan cara
melakukan penerapan physical distancing berupa pengaturan kapasitas
tempat duduk maupun tempat tidur penumpang, melakukan penyediaan
tempat cuci tangan, hand sanitizer dan masker. Selain itu operator kapal
harus memastikan betul kondisi kesehatan dari para awak kapal baik
dengan melakukan tes PCR maupun penerapan protap kesehatan seperti
pengecekan suhu tubuh, pemakaian masker, dan melakukan physical
distancing. Operator kapal wajib menyiapkan prosedur penanganan
kondisi darurat baik saat di tahap persiapan berangkat, perjalanan,
maupun setibanya di tempat tujuan. Yang tidak kalah pentingnya adalah
memastikan para calon penumpang telah memenuhi persyaratan
kesehatan sebelum pemberangkatan, apabila terdapat penumpang yang
dinyatakan gagal berangkat dikarenakan

124 | Alam Pikir Era Pandemi


kondisi yang tidak memungkinkan dan berhubungan dengan covid
19 maka pihak penyelenggara perjalanan wajib mengembalikan biaya
tiket tanpa kecuali.
Selain pihak operator kapal, pihak operator pelabuhan terutama
yang menangani kapal penumpang secara umum wajib menjalankan
protap kesehatan seperti yang lain yaitu melakukan physical distancing,
wajib bermasker maupun sering mencuci tangan.Operator pelabuhan
kapal penumpang diharapkan memperbanyak area cuci tangan maupun
bilik desinfektan agar dapat melayani semua penumpang selama berada
di dalam area pelabuhan. Salah satu hal yang diwajibkan bagi operator
pelabuhan adalah penyediaan tempat akomodasi dan karantina khusus
di pelabuhan sehingga ketika terdapat kasus darurat dapat langsung
menindaklanjuti. Agar supaya screening dapat dilakukan terhadap
penumpang maka pelabuhan diwajibkan memiliki lokasi untuk cek poin.
Pada titik cek poin ini dilakukan pemantauan dan pemeriksaan terhadap
penumpang baik yang keluar maupun yang masuk di pelabuhan. Akan
ada sangsi yang diberikan kepada operator kapal maupun operator
pelabuhan jika diketahui dengan sengaja melakukan pelanggaran
terhadap pedoman pengendalian covid 19 ini. Sangsi administratif
berupa peringatan tertulis, pencabutan ijin maupun denda .
Adapun pihak syahbandar sebagai pemegang kewenangan dan
otoritas tertinggi terhadap perijinan pelayaran memiliki peranan yang
pentingdalampendisiplinan dan pengawasan wabah ini bersama unsur
pelabuhan, kantor kesehatan pelabuhan, polisi, TNI, pemerintah daerah,
gugus tugas percepatan penanganan covid dan operator terminal.
Syahbandar berhak menghentikan atau melakukan pelarangan terhadap
perjalanan kapal penumpang jikalau ternyata terbukti melanggar
ketetapan yang berlaku. Syahbandar melakukan pengawasan terhadap
karantina penumpang yang dinyatakan reaktif/positif pada tempat
karantina di pelabuhan dan melakukan pengarahan terkait proses
pengembalian tiket para penumpang yang dinyatakan gagal berangkat
karena terkait kasus covid kepada operator pelayaran tanpa biaya
tambahan.

Kajian Lintas Ilmu | 125


Sedangkan komponen utama yang tidak kalah pentingnya adalah
kesiapan calon penumpang itu sendiri, penumpang tentu harus mengikuti
semua ketentuan dari operator kapal, menunjukkan surat keterangan
hasil PCR dengan masa berlaku 7 hari untuk hasil negative dan atau 3 hari
untuk hasil reaktif. Selalu patuh dan taat dalam melaksanakan physical
distancing, selalu menggunakan masker dan menjaga kebersihan diri
terutama rajin mencuci tangan. Bagi penumpang yang menunjukkan
gejala seperti influenza dan atau reaktif / positif covid 19 maka harus
menunda perjalanannya serta wajib melakukan karantina di tempat
yang disediakan pemerintah atau dapat melakukan karantina mandiri.
Selain penerapan protap kesehatan dan peraturan pendisiplinan
terhadap semua komponen yang terkait dengan pelayaran maka hal
kedua yang juga perlu dilakukan adalah perubahan pelayanan jasa
menjadi digitalisasi. Penerapan digitalisasi saat ini mulai dilakukan pada
bidang kepelabuhan demi memudahkan dan menjamin ketersediaan
pelayanan jasa kepelabuhan Beberapa hal yang sudah diterapkan
antara lain adalah proses pengajuan pelayanan di lingkungan Pelindo
baik layanan domestic maupun internasional sudah dilakukan melalui
aplikasi IGMT yang dapat diakses dengan mudah dari web. Selain itu
permintaan pelayanan tambatan kapal secara online sudah dapat juga
diajukan oleh perusahaan pelayaran. Adapun beberapa peraturan yang
terkait dengan kapal pelayaran asing yang masuk ke wilayah pelabuhan
Indonesia adalah seperti berikut :
Semua kapal asing yang akan masuk ke pelabuhan Indonesia
sudah harus melalui proses pemeriksaan sesuai SOP kantor kesehatan
pelabuhan. Dimana sebelumnya agen pelayaran asing diwajibkan
terlebih dahulu untuk mengirimkan kelengkapan dokumen perijinan
kedatangan via online melalui inaport net. Dokumen tersebut berisi
tentang identitas kapal, isi muatan, asal pelabuhan sebelumnya dan
status kesehatan para awak kapalnya.
Proses lego jangkar dapat dilakukan pada area yang telah ditentukan
apabila semua kru kapal dinyatakan tidak bermasalah secara kesehatan,
kapal diijinkan masuk ke pelabuhan yang sudah memenuhi standar ISPS
Code

126 | Alam Pikir Era Pandemi


Apabila kapal melakukan aktivitas bongkar muat maka para
buruh yang melakukan diwajibkan memakai masker dan berhati–
hati, pelarangan untuk melakukan kontak langsung dengan kru kapal,
menerima makanan dan minuman serta tidak berlama – lama berada
di kapal jika tidak ada lagi keperluan. Dan yang terpenting adalah
selalu membersihkan badan termasuk mencuci tangan setelah selesai
melakukan aktivitas bongkar muat.
New normal memang menuntut keseriusan, kedisiplinan dan
kepedulian penuh terhadap kesehatan dan keselamatan diri dan orang
lain. Peraturan yang ada dan telah dibuat hanyalah alat yang akan
berfungsi optimal jika individu menyadari dan melaksanakannya.
Selamat datang era baru semoga semua menjadi lebih baik bahkan
jauh lebih baik dibanding masa sebelum pandemik. New normal
menuntut kecerdasan untuk beradaptasi dan terus berinovasi, karena
bagaimanapun juga industri maritim, kepelabuhan dan perkapalan
harus terus bergerak lincah nan cantik mengimbangi era baru yang telah
ada di depan mata.

Refrensi
Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor SE.12 Tahun 2020
PETUNJUK PELAKSANAAN PERJALANAN ORANG DENGAN
TRANSPORTASI LAUT DALAM MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
MENUJU MASYARAKAT PRODUKTIF DAN AMAN CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19)
Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 41 Tahun 2020
Tentang Perubahan atas Permenhub Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Pengendalian Transportasi dalam rangka Pencegahan Penyebaran
Covid-19
Surat Edaran Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 Nomor 7 Tahun 2020 tentang Kriteria dan Persyaratan
Perjalanan Orang Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Menuju
Masyarakat Produktif dan Aman Corona Virus Disease 2019
(COVID-19).

Kajian Lintas Ilmu | 127


QUR’ĀN AND IMMUNE SYSTEM; PERAN
DAN TANTANGAN AL-QUR`ĀN SEBAGAI
ALTERNATIF OBAT DI MASA PANDEMI
Dr. Tho’at Stiawan, M.H.I

Pendahuluan
Dunia sedang terguncang akibat pandemik Covid-19. Dalam kurun
waktu enam bulan, berdasarkan data terakhir 8/6/2020, setidaknya 7
juta orang (7.026.732 orang) di 213 negara terjangkit. Hampir seluruh
sektor kehidupan terdampak, tidak terkecuali kehidupan keagamaan.
Tim peneliti Harvard memperkirakan perkembangan penularan
diprediksi bisa berlangsung hingga akhir 2024. Untuk menghentikan
munculnya gelombang kedua Covid-19 kebiasaan jaga jarak disarankan
perlu dilakukan sampai 2022 (www.kompas.com, 15/4/2020). Harapan
umat manusia untuk menghentikan pandemik virus corona adalah
penemuan vaksin yang bisa memberikan imunitas atas virus tersebut.
Berbagai negara berlomba melakukan penelitian untuk menemukan
obat dan vaksin yang efektif. Kalaupun berhasil ditemukan belum tentu
akan lolos dari semua prosedur uji coba, atau efektif digunakan oleh
seluruh umat manusia. Direktur Program Persatuan penyakit menular
di Universitas Texas Southwestren Medical Center di dallas AS, James
Cutrell mengatakan, setidaknya membutuhkan waktu antara 12-18 bulan
secara realistis untuk membuat vaksin (www.kompas.com, 1/5/2020).
Hingga kini belum ada satu pun obat dan vaksin yang diyakini
efektif menyembuhkan atau mencegah Covid-19. Untuk melindungi diri
dari paparan virus corona, masyarakat dunia telah banyak menjalankan
langkah pencegahan yang utama. Sebut saja, dengan berdiam diri di
rumah, menjaga jarak dari orang lain, hingga rajin mencuci tangan.
Selain langkah pencegahan utama ini, selama vaksin belum ditemukan,
satu hal yang krusial untuk dilakukan adalah menjaga sistem imun atau

128 | Alam Pikir Era Pandemi


daya tahan tubuh agar tetap sehat. Pendekatan agama diyakini sebagai
salah satu alternatif untuk meningkatkan imunitas. Selain berfungsi
sebagai hidayah, Al-Qur`ān memperkenalkan dirinya sebagai obat yang
menyembuhkan berbagai penyakit. Al-Qur`ān menggunakan terminology
syifā’ (obat/penyembuhan) dengan berbagai derivasinya. Tulisan ini
akan mengangkat penafsiran ayat-ayat syifā’ . Apakah Al-Qur`ān dapat
menjadi alternatif penyembuhan atau pencegahan covid-19?

Al-Qur`ān Sebagai Syifā’ (Obat Penyembuh/Penawar)

Di berbagai tempat Al-Quran memperkenalkan dirinya sebagai


kitab petunjuk (hudan) yang akan mengantarkan manusia menuju
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Petunjuknya tidak hanya
terbatas untuk orang-orang yang beriman, tetapi mencakup seluruh
umat manusia, muslim dan non muslim, bahkan alam semesta. Selain
sebagai petunjuk ia juga berfungsi sebagai obat penyembuh (syifā’).
Kata syifā’ dalam berbagai derivasinya disebut dalam Al-Qur`ān
6 kali;
ata syifā’ sebanyakdalamberbagai 4 kali dalamdisebut
derivasinya bentukdalamkata
Al-Qur`ānbenda sebanyak(noun),dan6kali;dua4kalikali
۵۷ : ‫﴿يونس‬ ‫كُبر ءافشو امل ف رودصلاۙ ىدهو ةحْرو‬
ntuk kata bendadalam(noun),bentukdankata
duakerja.kali malad kutneb atak .ajrek
﴾ ‫يْنمؤملل‬ ‫ايُّيٰ سانلا دق كُتءاج ةظعوم نم‬
Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al
Qur`ān ) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada
yang beriman.
penyembuh danyangpetunjukadadalamsertadadarahmatdan bagipetunjuk
dalambagidadapenyakit orangserta
yangrahmat
beriman.bagi
orang

‫﴾ ثُ يكُ نملِذ‬۸۶﴿ ‫حٰواو كبر لَا لحنلا نا يذتَّا نم لابجلا تًويب نمو رجشلا اممو نوشرعي‬
‫ك‬
ِ‫ نم انِوطب باشَ فلتخم هناولا هيف ءافش سانللۗ نا ف‬۸َ۶‫ري‬-‫ج‬۹۶‫ترمثلا كِلساف لبس كبر لًل﴾ذ‬
: ﴿‫ةيلَ موقل نوركفتي لحنلا‬
gununggunung,
TuhanmuDan di pohon-pohon
Tuhanmumengilhamkan
mengilhamkan dan
kayu, sarang
kepadalebah, “Buatlahkepada diditempat-tempat
lebah, sarangdi
gununggunung,“Buatlah di
yang
Dan pohon-

dibikin manusia, kemudian makanlah dari segala (macam) buah


buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang

Kajian Lintas Ilmu | 129


menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu
berpikir.obat
benar-benar
demikian ituterdapat
dalamnya benar-benar terdapat
terdapat
yang tanda tanda (kebesaran
menyembuhkan
(kebesaran Allah) bagiAllah)
bagi manusia.
orang bagiberpikir.
Sungguh,
yang orangpada yangyang

۲۸﴾ : ﴿‫لننو نم نارقلا ام وه ءافش ةحْرو يْنمؤملل لَو ديزي يْملظلا لَا اراسخ ءاسرلَا‬
Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ān (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi
Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ān (sesuatu) yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi
yang zalim (Al-Qur`ān itu) hanya akan menambah kerugian.
menambahorangkerugian.

‫ ءافشو نيلَّاو‬۴‫ه‬۴‫ولو هنلعج نًارق ايمعْا اولاقل لَول تلصف هتيا يمعْاء بِرعو لق وه نيلَّل اونما ى﴾د‬
: ﴿‫لَ نونمؤي فِ منِاذا رقو وهو ميْلع ىعَ كىلوا نوداني نم نكَم ديعب تلصف‬
Dan sekiranyaDanAl-Qur`ānsekiranya Al-Qur`ānjadikansebagaiKami bacaanjadikan
Kami sebagaibahasa bacaanselain
dalam bahasadalamArab
bahasa selain bahasa Arab niscaya mereka mengatakan, “Mengapa
tidak dijelaskan ayatayatnya?” Apakah patut (Al-Qur`ān ) dalam
bahasa selain bahasa Arab sedang (rasul), orang Arab? Katakanlah,
“Al-Qur`ān adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang
yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga
mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur`ān ) itu merupakan kegelapan
bagi mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari
tempat yang jauh.”
Pada ayat-ayat di atas Al-Qur`ān disebut memiliki empat sifat dan
ciri, yaitu: 1) Al-Qur`ān sebagai nasehat dan pelajaran; 2) penyembuh
dari segala penyakit hati atau jiwa; 3) sebagai petunjuk (hudan), dan; 4)
sebagai rahmat bagi orangorang yang beriman. Sedangkan dua ayat yang
menyebut kata syifā’ dalam bentuk kata kerja menjelaskan Allah sebagai
Allah sebagaiyang
Sedangkan dua menyebut manusiamanusiakatadi
menyembuhkanyangayatmenyembuhkanyang disaatsaatdalamsakit.sakit. bentuk kata kerja menjelaskan
syifā’

۴۱ : ﴿‫هُولتاق مبْذعي للّا كُيديبِ هُزيَو كُصُنيو ميْلع فشيو رودص موق يْنمؤم ةبوتلا‬

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan


(perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan
menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan

130 | Alam Pikir Era Pandemi


dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka,
beriman, yang beriman,
ng hatiyangorang-orang
۰۸﴾ : ﴿‫اذاو تضرم وهف ۙيْفشي ءارعشلا‬
apabila aku sakit,akuDialah yang menyembuhkan aku
menyembuhkan
ngDan
1. Dari cara penyebutannya, diperoleh beberapa kesan:
2. Yang berbentuk kata benda, tiga di antaranya menjelaskan
fungsi Al-Qur`ān sebagai obat penyembuh (QS. Yūnus: 57, QS.
Al-Isrā’: 82 dan QS.Fusshilat: 44), dan satu lainnya tentang
madu sebagai obat (QS. Al-Naḥl: 68-69). Satu hal yang
mengisyaratkan penyembuhan dengan Al-Qur`ān, selain madu,
tidak bisa diabaikan. Bahkan, dengan bermain angka, bila
empat kata syifā’ menggambarkan penyembuhan 100%, maka
penyembuhan dengan Al-Qur`ān (3 kali disebut) memiliki
porsi 75%, dibanding madu yang 25% (sekali disebut).
3. Dari 4 ayat yang menyebut kata syifā’ , dua di antaranya
ditujukan kepada manusia secara keseluruhan (al-nās) (QS.
Yunus: 57 dan QS. Al-Naḥl 69), dan dua lainnya ditujukan untuk
orang-orang beriman (QS. Al-Isra: 82 dan QS. Fusshilat: 44). Ini
memberi kesan bahwa konsep kesembuhan yang ditawarkan
Al-Qur`ān berlaku untuk semua manusia, mukmin dan yang
bukan mukmin.
4. Enam ayat tersebut di atas menggambarkan proses
penyembuhan yaitu; yang memberi kesembuhan adalah Allah;
media penyembuhan yang bersifat psikis/ruhani adalah Al
Qur`ān, dan media yang bersifat fisik adalah madu.

Bagaimana Al-Qur`ān Menjadi Alternatif Obat Penyembuh?


Apakah hanya untuk penyakit yang bersifat psikis/kejiwaan atau
juga mencakup penyakit fisik? Para ulama tafsir bersepakat Al-Qur`ān
adalah obat penawar bagi penyakit-penyakit hati/ jiwa yang bersifat
rohani. Pakar tafsir Ibnu Katsīr misalnya, ketika menafsirkan QS. Al-Isrā’:

Kajian Lintas Ilmu | 131


82 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penyakit hati adalah
keraguan, kemunafikan, syirik dan kesesatan (Ibnu Katsīr, 3/9). Ilmu
kedokteran jiwa belum dapat sepenuhnya memberikan kesembuhan
bagi penyakit-penyakit tersebut. Pengetahuan manusia, seberapa pun
banyaknya, tidak akan mampu menjangkau hakikat tentang jiwa atau
ruh manusia (QS. Al-Isrā’: 85), apalagi menyembuhkannya di kala sakit.
Allah Yang menurunkan Al-Qur`ān sebagai obat kesembuhan bagi jiwa
manusia adalah Penciptanya. Tentu Dia Maha Mengetahui tentang apa
yang baik dan yang buruk untuknya.
Al-Qur`ān memperkenalkan perbaikan jiwa manusia dengan
istilah tazkiyat al-nafs. Melalui sumpah-Nya Allah menegaskan siapa
yang melakukan tazkiyat al-nafs akan beruntung. Sebaliknya, yang
mengotorinya akan merugi (QS. Al-Syams: 1-10). Karena fungsinya
sebagai obat hati yang akan menyucikannya, maka Al-Qur`ān seperti ruh
bagi jiwa manusia, dan cahaya bagi mata hatinya.
‫لَا نكلو هنلعج ارون يدنِ هب‬۲‫مي‬۵‫لِذكو انيحوا كيلا احور نم نًرما ام تنك يردت ام بتكلا لَو﴾نا‬
﴿‫نم ءاشن نم نًدابع كناو يدتَل لَا طاصِ يْقتسم ىروشلا‬
(Al-Qur`ān
:
) dengan Kami
DanKamidemikianlahwahyukan perintah
wahyukan
kepadamu Kami. Sebelumnya engkau tidaklah
rμh(Muhammad)(Al-Qur`ān
(Muhammad)kepadamu ) denganrμh
Dan demikianlah

mengetahui apakah Kitab (Al-Qur`ān ) dan apakah iman itu, tetapi


Kami jadikan Al-Qur`ān itu cahaya, dengan itu Kami memberi
petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada
jalan yang lurus,
Pada ayat di atas Allah memberi sifat Al-Qur`ān sebagai “rūh” dan
“nūr”. Berkat ruh ada kehidupan, dan dengan cahaya (nūr) kegelapan
hilang. Oleh karenanya, melalui Al-Qur`ān Allah menghidupkan
orang yang hati/ jiwanya mati dan buta matanya karena kekufuran
dan kesesatan.

132 | Alam Pikir Era Pandemi


Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami
beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah
orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan,
sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? Demikianlah dijadikan
terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka
kerjakan.
Penyakit hati yang disembuhkan oleh Al-Qur`ān ada dua macam;
pertama: penyakit berupa keraguan yang menjadikan seseorang selalu
bimbang dan cemas, dan kedua: penyakit syahwat yang mendorongnya
selalu melakukan kemaksiatan. Dua penyakit inilah yang akan merusak
manusia dan akan membuatnya menderita di dunia dan akhirat. Manusia
yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir akan kehilangan
orientasi dalam hidupnya. Tidak bisa memaknai kehidupan yang indah.
Untuk apa dia berjuang menghadapi berbagai problematika kehidupan
jika pada akhirnya hanya akan mati berkalang tanah. Adalah William
James, seorang filosof dan ahli kesehatan jiwa Amerika yang pertama
menyadari bahwa obat terbaik penyakit stres dan depresi adalah iman
kepada Allah. Menurutnya, keimanan dan spiritualitas yang kuat ibarat
dasar samudera di kedalaman yang tidak akan terpengaruh oleh terpaan
gelombang apa pun di permukaan.
Pakar kejiwaan lainnya, Karl Yung, mengatakan, “selama puluhan
tahun menangani pasien dari berbagai negara, saya selalu menemukan
problem hampir keseluruhan pasien adalah kurangnya sentuhan nilai
nilai spiritualitas. Penyembuhan mereka selalu dengan mengembalikan
keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa” (Ahmad Syauqi, 1999: 32).
Apakah Al-Qur`ān hanya berfungsi sebagai obat penawar penyakit
kejiwaan seperti disebutkan di atas? Jumhur ulama ahlussunnah
mengatakan, ayat-ayat yang menyatakan Al-Qur`ān sebagi obat penawar
bersifat umum. Mencakup penyakit fisik dan psikis. Ibnu al-Qayyim
dalam kitab Zād al-Ma`ād mengatakan, “jika seseorang berobat dengan

Kajian Lintas Ilmu | 133


Al-Qur`ān dengan penuh keyakinan dan memenuhi syarat-syaratnya
tidak akan ada penyakit yang melawannya. Bagaimana mungkin
penyakit-penyakit itu akan melawan firman Tuhan. Gunung dan bumi
saja akan hancur bila kalam Tuhan diturunkan di atasnya. Tidak ada
penyakit hati dan badan kecuali ditemukan petunjuk obat, sebab dan
perlindungannya dari Al-Qur`an, terutama bagi yang diberi pemahaman
mendalam terhadap kitab suci oleh Allah”.
Ketika menjelaskan QS. Al-Isrā’: 82, Ibnu Asyūr, pakar tafsir asal
Tunisia, menjelaskan bahwa Al-Qur`ān secara keseluruhan adalah
obat penyembuh dari berbagai penyakit, bukan hanya jiwa tetapi juga
penyakit fisik. Kata min pada frasa ‘minal qur`âni’ tidak berarti ‘sebagian’
(li al-tab`îdh), tetapi penjelasan tentang jenis obat, yaitu keseluruhan
Al-Qur`ān. Menurutnya, ayat ini mengandung bukti bahwa di dalam Al
Qur`ān terdapat ayat-ayat yang dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit (fisik), seperti dijelaskan dalam banyak hadis. Kata syifā’
pada ayat tersebut adalah bentuk musytarak yang mencakup kedua
jenis penyembuhan, yaitu penyakit psikis dan fisik (Al- Tahrīr wa al
Tanwīr, 15/190). Pakar hadis asal Maroko, Abdullīh Shiddīq al-Ghumari,
menegaskan ayat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur`ān adalah obat
penyembuh berbagai penyakit fisik, antara lain melalui ruqyah dan
lainnya. Ia mendasari pandangannya dengan tujuh argumen, yaitu:
1. Sesuai kaidah ushul fiqih, bila ada sebuah ungkapan mengandung
kemungkinan dipahami sebagai penegasan (ta`kīd) atau
membangun makna baru (ta`sīs), maka memaknainya sebagi ta`sīs
adalah yang paling kuat (rājih), karena menghadirkan makna
baru. Atas dasar kaidah ini, syifā’ dimaksud adalah penyembuh
bagi penyakit-penyakit fisik, karena membangun makna baru. Jika
dimaknai penyembuh bagi penyakit hati ini hanya menegaskan apa
yang telah disampaikan pada ayat-ayat (syifā’ ) lainnya.
2. Kata penghubung waw antara kata syifā’ ` dan rahmah menunjukkan
perbedaan (al-mughāyarah) yang dimaksud oleh kedua kata
tersebut. Kata‘raḥmah’ bermakna penyembuhan dari penyakit
penyakit hati. Dengan demikian, secara zahir kata syifā’ berarti

134 | Alam Pikir Era Pandemi


penyembuh bagi penyakitpenyakit fisik/lahiriah.
3. Secara meyakinkan (qath`ī) Nabi dan para sahabatnya melakukan
pengobatan dengan Al-Qur`ān.
4. Makna syifā’ ` sebagai penyembuh bagi penyakit fisik dipahami oleh
generasi awal ulama tafsir seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Ibnu Jarir
al-Ṭabarī dan lainnya.
5. Bila disepakati Al-Qur`ān sebagai obat penawar penyakit hati,
mengapa tidak untuk penyakit fisik? Apakah ada dalil dari Al
Qur`ān dan sunnah yang menyatakan Al-Qur`ān tidak layak untuk
menjadi obat penyakit fisik, dan tidak boleh digunakan untuk itu?
Fakta berbicara sebaliknya. Allah dan Rasul-Nya serta para ulama
menyatakan Al-Qur`ān sebagai obat bagi segala macam penyakit,
baik fisik maupun psikis.
6. Bila ucapan atau baca-bacaan seseorang saja terbukti manjur untuk
pengobatan apalagi firman Allah Swt.
7. Pengalaman dari berbagai peristiwa, sebagian bersumber dari
Rasulullah dan sebagian lainnya dari para sahabat dan tabi`in
serta lainnya, menegaskan bahwa mereka menggunakan Al
Qur`ān sebagai obat penyembuh berbagai penyakit lahiriah seperti
sengatan hewan berbisa, penawar racun, gila, dan sebagainya.
(Kamāl al-Īmān fī al-Tadāwī bil qur`ān, h. 30).
Rasulullah dan para sahabatnya me-ruqyah dengan Al-Qur`ān.
Ruqyah adalah lafal-lafal khusus yang dibacakan untuk menyembuhkan
atau mengusir penyakit. Kesahihan riwayat-riwayat terkait itu sampai
pada tingkat mutawâtir ma’nawiy yang menunjukkan kebolehan ruqyah
dengan Al-Qur`ān. Tidak kurang dari 14 orang sahabat meriwayatkannya
dari Rasulullah. Di antara mereka terdapat dua orang al-khulafa al
rasyidūn (Usman dan Ali), dan para pembesar sahabat seperti Abdullāh
Ibn Masud, Ibnu Abbas, Aisyah dan lainnya. Jalur periwayatannya pun
sangat banyak seperti yang bermuara pada Abu Said al-Khudri, Aisyah
dan Uqbah. Dalam beberapa riwayat disebutkan setiap kali mengalami
sakit Rasulullah me-ruqyah dirinya dengan bacaan almu`awwidzatain
dengan meniupkannya ke sekujur tubuh (HR. Bukhari dan Muslim).

Kajian Lintas Ilmu | 135


Selain itu Nabi juga membenarkan ketika salah seorang sahabat me
ruqyah tokoh sebuah kampung yang digigit ular berbisa dengan surah
al-Fatiḥah, dan sembuh (HR. Bukhari dan Muslim). Surat al-Fatiḥah
dinamakan surah al-Syifā’ atau al-Syāfiyah karena menurut sebuah
riwayat surah ini dapat menyembuhkan penyakit apa saja (fīhā syifā’ `un
min kulli dā`in) (HR. Al-Bayhaqī).
Fakta menunjukkan bahwa Al-Qur`ān menyucikan jiwa/ruhani
manusia. Siapa yang rohaninya sehat maka badannya akan sehat. Jiwa
dan rohani yang sehat akan bekerjasama menolak dan menundukkan
penyakit. Kejernihan hati dan kedekatannya dengan Allah akan memberi
energi positif yang dapat menolak berbagai penyakit (Ibn al-Qayyim, Zād
al-Ma’ād, 3/66). Konsep penyembuhan Al-Qur`ān tidak hanya sebatas
bacaan Al-Qur`ān untuk yang sakit. Tetapi, meliputi banyak hal, antara
lain ajaran tentang prinsip pengobatan, pencegahan dari berbagai
penyakit melalui ketentuan-ketentuan hukum. Menurut Ibn al-Qayyim,
prinsip kesehatan badan ada tiga: memelihara kesehatan, perlindungan
dari penyakit dan menghindari zat-zat atau benda yang memiliki daya
rusak. Selain itu agama Islam juga mengedepankan prinsip pencegahan
melalui berbagai ketentuan hukum seperti bersuci (thaharah),
kebersihan badan, istinja, memotong kuku, bersiwak, dan lainnya.

Al-Qur`ān dan Imunitas


Cara sederhana mencegah penularan Covid-19 adalah dengan
meningkatkan kekebalan (imunitas) tubuh. Imunitas adalah pertahanan
pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan
mengenali dan membunuh patogen. Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
memproduksi antibodi untuk menargetkan virus, bakteri atau patogen lainnya.
Mereka menghancurkan patogen dengan mengikatnya dan membuatnya jadi
tidak berbahaya, atau dengan menandainya untuk dihancurkan oleh sel-sel
kekebalan tubuh. Antibodi biasanya bertahan dalam aliran darah setelah
infeksi, untuk berjaga-jaga seandainya virus kembali. Jika virusnya kembali,
antibodi sudah siap dan menunggu. Sistem kekebalan tubuh bekerja maksimal
ketika kita berada di usia produktif dan menurun seiring bertambahnya

136 | Alam Pikir Era Pandemi


usia. Dengan kata lain, sistem kekebalan tubuh orang yang telah berusia
lanjut melemah dan membuat mereka lebih rentan mengalami infeksi dan
komplikasi.
Melihat cara kerja sistem imun yang sedemikian rupa, tidak berlebihan
bila Prof. Abdul Hadi Misbah, guru besar imunologi di Temple University,
menyebutnya sebagai “tentara pertahanan Tuhan” (jaysy al-difā al-ilahiy)
yang melindungi tubuh manusia. Hadi berpendapat, imunitas seorang Muslim
akan meningkat kuat selama ia berpegang teguh terhadap ajaran agama.
Dalam sebuah firman-Nya, Allah Swt menegaskan bahwa Dia akan selalu
membela orang-orang yang beriman …. (QS. Al-Ḥajj: 38). ‘Pembelaan’
Allah akan terwujud seiring dengan komitmen seseorang terhadap manhaj
dan perilaku keberagamaan. Keluar dari tuntunan yang Allah berikan
akan memberikan pengaruh negatif terhadap kekeblan tubuh (wawancara
Abdul Hadi, dimuat dalam www.alkhaleej.ae, pada 8/9/2009, diunduh pada
10/6/2020). Ada hubungan yang erat antara sistem saraf dengan sistem
kekebalan melalui hormon dalam tubuh. Antara tubuh dan pikiran pun saling
terhubung. Bahkan, keduanya begitu intim dan tak terpisahkan.
Relasi antara tubuh dan pikiran tersebut melahirkan sebuah cabang
ilmu eksak baru, yaitu psiko-neuroimunologi (PNI). Ilmu ini mengeksplorasi
hubungan antara pikiran, otak, dan sistem imun tubuh. Salah satu hasil
penelitian PNI dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada
1991 menunjukkan para ilmuwan semakin memahami mengapa stres bisa
membuat kita gampang sakit. Studi PNI menunjukkan kondisi emosional
seperti stres, takut, atau marah akan mengirimkan sinyal ke kelenjar utama
dalam tubuh untuk memproduksi hormon seperti kortisol, adrenalin, dan
epinefrin. Sebaliknya, rasa gembira dan santai dapat memproduksi hormon
yang menguatkan imun tubuh. Contohnya adalah serotonin, dopamin,
relaksin, atau oksitosin. Ketika hormon-hormon ini masuk ke aliran darah,
mereka akan mengirimkan sinyal agar tubuh menciptakan lebih banyak
sel imun. Bahkan tertawa selama lima menit akan secara signifikan
meningkatkan jumlah sel darah putih yang berfungsi untuk membunuh sel
penyakit. (“Mengapa Rasa Bahagia Membuat Tubuh Sehat?” https://lifestyle.
kompas.com, diunduh pada 10/6/2020).

Kajian Lintas Ilmu | 137


Penelitian lain di Universitas Queensland menunjukkan sikap positif
diyakini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Penelitian diikuti
sekelompok orang dewasa berusia 65-90 tahun. Penelitian yang berlangsung
selama dua tahun itu menemukan bahwa orang yang suka berpikiran positif
cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh kuat. Peserta diminta mengamati
serangkaian foto positif dan negatif. Mereka kemudian diminta untuk
mengingat foto pertama yang mereka suka. Saat mengingat, fungsi kekebalan
tubuh mereka diukur melalui serangkaian tes darah. Peserta yang lebih
banyak melihat gambar atau foto positif ketimbang negatif memiliki antibodi
dalam darah yang menunjukkan sistem kekebalan tubuh mereka lebih kuat
disbanding rekan-rekan mereka yang negative. Orang yang fokus berpikiran
positif lebih mampu mengatasi situasi stres. Dia bisa berpikir jangka panjang
yang lebih positif dalam kehidupannya dan berinteraksi sosial yang positif.
Hal ini menuai manfaat untuk kekebalan tubuhnya (https://republika.co.id/
berpikir-positifdapat-tingkatkan-kekebalan-tubuh, diunduh pada 10/6/2020).
Apa hubungan antara Al-Qur`ān dengan imunitas atau sistem kekebalan
tubuh? Al-Qur`ān merupakan tuntuan ilahi yang mengatur hubungan antara
manusia dengan Tuhannya, dan manusia dengan makhluk lainnya. Sejak
lahir, bahkan ketika masih dalam perut ibu, sampai meninggal dunia dan
selanjutnya hidup di alam barzakh hingga akhirat, Al-Qur`ān memberikan
petunjuk agar manusia berjalan ke arah yang benar. Cara berpikir dan
bersikap positif sesuai tuntunan Al-Qur`ān akan melahirkan ketenangan
dalam diri manusia. Terhindar dari gelisah dan resah yang membuat stres.
Ibadah yang dilakukan secara rutin, mulai dari sebelum fajar terbit hingga
menjelang tidur kembali, bahkan bangun di tengah malam untuk melakukan
salat akan melahirkan kedamaian dalam diri (QS. Al-Ra`d: 28). Hubungan
yang baik antara manusia dengan Tuhannya menjadi faktor utama dalam
membantu meningkatkan imunitas tubuh. Tentu saja dibarengi dengan pola
makan dan dan pola hidup yang bersih dan sehat.
Sebuah lembaga penelitian di Florida yang memberi perhatian pada
aspekkemukjizatan ilmiah Al-Qur`ān menunjukkan keterkaitan yang erat
antara bacaan Al-Qur`ān dengan sistem saraf pusat yang mengatur seluruh
aktifitas tubuh. Bacaan Al-Qur`ān yang diperdengarkan, sampai pun kepada

138 | Alam Pikir Era Pandemi


yang tidak mengerti bahasanya, membantu memperoduksi hormon yang
memberikan ketenangan sehingga daya imun meningkat (Abdul Hadi, www.
alkhaleej.ae). Tentu saja, penelitian terkait ini perlu terus dilakukan dan
dikembangkan, terutama oleh perguruan tinggi keagamaan Islam, sehingga
tercipta formulasi alternatif penyembuhan yang diterima secara sains. Tidak
sedikit yang melihatnya dengan sebelah mata. Padahal, Rasulullah dan
para sahabatnya serta ulama al-salaf al-shaleh melakukan itu. Tidak perlu
mempertentangkan antara Al-Qur`ān sebagai obat penyembuh dengan
fungsinya sebagai petunjuk dalam kehidupan, karena Al-Qur`ān dan hadis
juga menegaskan fungsinya sebagai syifā’.
Efektifitas penyembuhan melalui bacaan Al-Qur`ān atau zikir dan
wirid lainnya sangat ditentukan oleh prasyarat utama yaitu kekuatan dan
kemantapan iman, kebulatan tekad, serta ketulusan dalam memohon kepada
Allah. Ibn al-Qayyim dalam kitab al-Jawāb al-Kāfī, mengomentari pristiwa
ruqyah dengan surah al-Fatiḥah dengan mengatakan, “kemanfaatan fungsi
fungsi penyembuhanpenyembuhan
bacaan-bacaanbacaan-bacaan
tersebut
tersebutditentukanditentukanolehduaolehhal;dua
keberimanan
hal; keberimananobyek (qabūl
al-maḥall) pelakunya
obyekdankekuatan(qabūlal-maḥall)batin dan kekuatan(himmatul‫الشاِف‬batinfā`il)”.
pelakunya‫( سأل‬himmatul‫ اجلواب‬fā`il)”.‫كتاب‬
‫نبلَ يْقلا‬ ‫فِكَلا نمل نع ءاولدا‬ ‫قيلعتلا\ لىع‬
‫ت‬،‫ نكلو يعدتس‬، ‫ ه فِ اسهفن ةعفنً ةيفاش‬، ْ‫﴿وهو نأ ركَذلا تيٰلاو ةيعدلاو تلا ىفشتسي ابْ قريو اب‬
‫ وأ مدعل لوبق لعفنملا‬، ‫داتمف فلتَّ ءافشلا نكَ فعضل يثأت لعافلا‬،‫ ةوقو ةه لعافلا هيثءأ﴾تاوول‬، ‫لوبق لحملا‬
‫وأ عنالم يوق هيف عنمي نأ عجني هيف‬
Sama halnya dengan doa yang akan mujarab bila dipanjatkan dengan penuh keyakinan dan hati
Sama halnya dengan doa yang akan mujarab bila dipanjatkan
dengan penuh keyakinan dan hati yang selalu terjaga, tidak lengah
dari ingatan kepada Allah. Dalam sebuah hadis rasulullah berpesan,
“berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin bahwa Allah akan
mengabulkannya. Sesuangguhnya Allah tidak akan menerima doa
yang terpancar dari hati yang lalai dan lengah” (HR. Al-Hakim).

Kajian Lintas Ilmu | 139


Refrensi

Ahmad Syauqi, Nilai kesehatan dalam Syariat Islam , Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1999 .

Ibnu Qayyim al -Jauziyyah . Zād al-Ma'ād fi Hadi Khair al-'Ibād, juz 5 ,


Libanon : Mu'assasah Risālah, 1998 .

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. al -Jawab al- Kāfi Liman Sa -ala 'an alDawā'i as
Syāfiy. Beirut Dar al-Ma'arif. t.th.

Ismā'īl ibn Katsīr al - Qurasyī Ad -Dimasyqi, Tafsir al- Qur'ān al- Azīm , Jilid
1, Beirut: Dār al-Fikr, 1992 .

Muhammad Al- Tāhir Ibnu Asyūr,. Tafsir Al- Tahrir wa al- Tanwīr, Tunisia :
Dār at -Tunisia, 1404 H / 1984.

Muhammad ibn Isma'il al - Bukhari . Sahih Bukhari, Juz III , Beirut : Dar Al
Fikr. t.th.

www.kompas.com . (2020, 15 April). Ahli Harvard Sarankan Social Distancing


Perlu Dilakukan sampai 2022. Diakses pada tanggal 15 Juni 2020 ,
dari https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/15/144749123/ahli
harvard - sarankan - social.

republika.co.id. (2015 , 18 Februari). Berpikir Positif dapat Tingkatkan


Kekebalan Tubuh Diakses pada tanggal 10 Juni 2020 , dari https : //
republika.co.id/berpikir-positifdapat-tingkatkan-kekebalan-tubuh .

140 | Alam Pikir Era Pandemi


Kajian Lintas Ilmu | 141
Kemajuan Teknologi dan Perubahan
Paradigma Sosial Pada Masa
COVID-19
Lukman

Kemajuan teknologi yang terjadi pada kehidupan manusia saat


ini memudahkan disegala bidang dengan melahirkan embrio baru,
berbagai macam kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dapat
diakses tanpa perlu membuang banyak energi tanpa mobiliitas fisik.
Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan
manusia. Ingin belanja, pelesir, dan bahkan dan berbagai aktifitas lain
secara virtual layaknya di dunia nyata sudah tidak asing lagi. Hal ini
tak lepas dari peran internet, dengan adanya internet manusiapun bisa
menggakses semua yang terintegrasi.
Berjam-jam orang berselancar didunia maya hanya untuk mengisi
kekosongan waktu luang atau waktu beristirahat untuk santai. Bermain
gawai bersama teman, sahabat, komunitas dari jarak jauh bukan halangan
untuk tetap bisa berkomunikasi satu sama lain. Hanya kuota internetlah
yang jadi penentu sebagai sumber energy dan nyawa manusia, bukan
lagi jantung hati dan pikiran, bahkan mereka rela untuk membeli kuota
internet dari pada untuk membeli sebungkus nasi.
Bahkan yang lebih tragis lagi seorang remaja berusia 19 tahun asal
provinsi Jiangsu, Tiongkok, dia sengaja memotong tangannya sendiri
demi mengobati kecanduan berinternet. dilansir laman The Telegraph,
Sabtu (7/2/2015), di rumah sakit A & E Jiangsu tim dokter bedah
dirumah sakit tersebut mampu mengobati tangan remaja yang namanya
disebut ‘Little Wang’, namun hal tersebut belum tentu tangan remaja
tersebut berfungi normal kembali.. Dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis
( 7/5/2020 ), kasus kebocoran 91 juta data pengguna Tokopedia yang
diretas pada 2 Mei 2020 dampaknya Komunitas Konsumen Indonesia

142 | Alam Pikir Era Pandemi


(KKI) menggugat Tokopedia dan Menteri Komunikasi dan
Informatika Rp 100 miliar atas kesalahan ini.

Perubahan Peran Tekhnologi


Berkaitan dengan data dan fakta tersebut manusia saat ini seperti
ditelanjangi karena tidak memiliki hak untuk menjaga kerahasiaan
peribadinya, semuanya telah membawa perubahan pada peradaban
manusia ke suatu era dimana batas waktu dan ruang dihilangkan.
Dalam teorinya mengenai teknologi sebagai perluasan tubuh
manusia atau human extension dan konsep global village, McLuhan
mengemukakan era baru tersebut menghasilkan masyarakat informasi.
Teknologi tidak hanya berdampak positif melalui kegunaannya, tetapi
juga melahirkan suatu dampak negatif yang disebut McLuhan sebagai
autoamputation.
Manusia semakin teramputasi dari fungsi-fungsinya secara fisik dan
biologis yang menyebabkan dehumanisasi pada diri manusia sebagai
makhluk social. Manusia yang harusnya bebas merdeka dengan pilihan
hidup masing-masing sesuai yang diyakini. Hal tersebut berdampak pada
penindasan terhadap suatu kaum., kaum yang hanya terisolir sebagai
pengguna gaway yang memiliki akses biasa dan kaum yang memiliki hak
ases secara keseluruhan. Masing-masing sama pada dasarnya sebagai
pengguna namun haknya dibatasi.
Balik lagi pada initi bahasan tentang masa depan dan kehidupan
sosial masyarakat yang terpenuhi dengan kemudahan-kemudahannya,
masa depan baru, kehidupan baru, gaya dan culture budaya baru kini
terlahir. Peradaban kuno yang sudah punah dan ditinggalkan hanya
menyisakan cerita untuk dikisahkan melalui film maupun video
dokumenter. Layaknya hidup normal, manusia justru dihadapkan pada
persoalan mengikuti arus baru, mereka di tuntut untuk tidak tertinggal
informasi up to date yang ter-update dari berbagai macam teknologi.
Karenanya teknologi bukan menjadi barang haram untuk di nikmati
entah software maupun aplikasi yg tidak memiliki licensi pun banyak
beredar dipakai untuk bekerja maupun dijual.

Kajian Lintas Ilmu | 143


Dunia Digital dan Solusi Pembatasan Sosial
Belum lagi dimasa pandemi Covid-19 ini manusia berekspansi ke
dunia virtual dengan menggunkan aplikasi gratisan ZOOM Meeting,
Google Meeting, maupun aplikasi lainnya sebagai media bersosial.
Padahal data diri mereka secara tidak langsung diberikan secara Cuma
cuma, seperti data wajah mereka, nomer hp bentuk ruangan rumah
dan masih banyak yang tidak bisa disebutkan. Kalau kita tahu tentang
ilmu komputasi mengenai biometric atau suatu ilmu yang mempelajari
tentang menganalisis fisik dan perilaku manusia dalam dunia teknologi
informasi. Maka data wajah maupun perilaku kita dapat dimanipulasi
dengan mudah karena data-data perilaku kita sudah ter-record di dalam
database di dunia virtual.
Dan lebih parahnya hidup sosial di dunia maya di samakan dengan
di dunia nyata, mereka asik memainkan gawe yang terhubung internet
dan asik memberikan hak akses ketika setiap kali mendaftar di sebuah
situs jejaring social maupun lainya, mereka tidak menyadari propaganda
yang terstruktur sistematis supaya orang berekspansi untuk merubah
cara dan gaya hidup yang konvensional menjadi modern, imbasnya
adalah manusia menjadi ketergantungan terhadap teknologi saat ini.
Saya masih ingat ketika mendapatkan beasiswa perkuliahan di salah
satu universitas terbaik di Indonesia sebut saja UI, waktu itu materi
tentang data science yang mana dosen saya lulusan dari Universitas
di jepang Tokyo Institute of Technology bidang computer science ahli
dalam bidang tersebut dan mengembangkan sebuah deteksi mobil
meliputi harga, tahun keluar, jenis mobil, dan bahkan kategori mobil
mewah atau bukan mampu dibaca oleh sistem yang telah beliau buat.
Namun yang paling lucu bagi saya adalah ketika beliau bercerita
kisahanya selama di Japan bahwa beliau sangat tergantung terhadap
teknologi yang ada di dalam sebuah smartphone, budaya sosial yang
biasanya dia lakukan di indonesia ketika tidak tau suatu daerah untuk
sekedar bertanya saja anti untuk di bertanya kepada penduduk asli
Japan. Ini mengindikasikan bahwa karena teknologilah semua berubah,

144 | Alam Pikir Era Pandemi


yang duluanya mampu mandiri dengan apa yang dimiliki di dalam
diri sesesorang kini cenderung berubah terbalik 360 derajat.

Perkembangan Teknologi dan Peradaban Baru


Tentunya memang tidak mudah untuk meninggalkan era teknologi
saat ini pada dasarnya manusia diciptakan untuk berfikir dan berproses
sehingga mampu menciptakan hal baru, namun harapan dari kehidupan
dan era yang serba teknologi ini, alangkah baiknya kita sebagai
pengguna sekaligus penikmat di era teknologi ini tidak terlalu maniak
ikut-ikutan menjadi manusia alay karena ada hal baru, maka control
self pada diri sendiri mulai ditumbuhkan dalam artian kita bisa melihat
dampak baik buruknya hal yang kita pakai saat ini sudah sesuaikah pada
tataran pilihan yang benar.

Kajian Lintas Ilmu | 145


New Normal dan Upaya Pembebasan New Poverty

Fatkur Huda

Pandemi Covid-19 awalnya merupakan persoalan kesehatan,


namun kini wabah tersebut telah menyerang beberapa sendi kehidupan.
Sebagai kejadian extraordinary yang dampaknya signifikan terasa pada
sisi kesehatan, sosioekonomi, hingga sector keuangan.
Perlu langkah cepat untuk melandaikan kurva penyebaran
Covid-19, ditengah kegelisahan masyarakat yang sudah mulai
merasakan kebosanan untuk bertahan melakukan physical distancing
yang memberikan dampak secara psikis maupun secara ekonomi.
Upaya pembatasan social berskala besar (PSBB) yang dijalankan
diberbagai wilayah di Indonesia sebagai langkah Pemerintah dalam
rangka melandaikan kurva sebaran Covid-19 menciptakan konsekuensi
terhadap peradaban manusia.
Berhentinya aktivitas ekonomi khususnya sector informal yang
mengakibatkan pengangguran, menurunnya kinerja ekonomi karena
rendahnya konsumsi, bergejolaknya sector keuangan dampak dari
penurunan kinerja sector riil dan persoalan lain yang dirasakan
masyarakat secara keseluruhan.
Memasuki masa pandemi Covid-19 yang sudah hampir 4 bulan
membelenggu Indonesia, pemerintah mulai mempertimbangkan
beberapa dampak PSBB pada sector ekonomi dan keuangan. Pemerintah
mengajak masyarakat untuk dapat berdampingan dengan Covid-19
(berdamai), sebagai upaya menjaga produktifitas masyarakat di tengah
pandemi.
Tuntutan untuk menyelesaikan sebaran wabah Covid-19 dengan
melandaikan kurva sebaran, disisi lain kurva ekonomi justru terjun
drastic, yang seharusnya diharapkan meningkat. Dua kolase yang saling

146 | Alam Pikir Era Pandemi


bersinggungan, hingga memaksa kita memikmati buah simalakama
tersebut.
Memasuki era yang siring disebut sebagai kenormalan baru (New
Normal), terjadi banyak perubahan budaya dan tatanan kelas social
masyarakat. Masyarakat masih menyangsikan akan potensi sebaran
covid-19 pada fase kedua, apabila pemerintah gagal dalam menerapkan
new normal.
Belajar dari negara yang gagal menjalankan new normal karena
dilakukan sebelum Covid-19 dapat dikendalikan. Seperti Iran, negara
yang melakukan pelonggaran dengan pertimbangan dampak ekonomi
akibat dari sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat.
Sebaran kasus masih pada kisaran 1.000 kasus per hari, yang
akhirnya dampak keputusan yang premature mengakibatkan lonjakan
kasus baru sebanyak 3.574 per hari. Negara lainya yang senasib sama
dengan Iran adalah Pakistan, India, dan Meksiko.

Ancaman “New Poverty”


Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebelum terjadi
Covid-19 sekitar 5,3 persen, namun setalah adanya penyebaran wabah
yang menjadi persoalan seluruh negara di dunia, proyeksi pertumbuhan
berubah menjadi dua scenario yaitu scenario berat dengan target
pertumbuhan 2,3 persen dan scenario sangat berat dengan dengan
mempertahankan pertumbuhan pada -0,4 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) per september 2019 menunjukkan
data jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah 24,97 juta orang atau
9,22 persen dari jumlah penduduk. Sedangkkan pada masa panndemi
Covid-19 diprediksi akan menaikkan angka pengangguran sampai
dengan 12,49 persen atau sekitar 30,02 juta orang. Sehinggga akan ada
lonjakan kenaikan sekitar 3,27 persen.
Hal ini akan memberikan dampak penambahan jumlah kemiskinan
dan pengangguran pada scenario sangat berat yaitu bertambah 4,86
juta orang miskin dan penambahan 5,23 juta orang pengangguran yang

Kajian Lintas Ilmu | 147


akan masuk pada kelompok rentan miskin bahkan jika pendemi ini tidak
segera membaik maka mereka terancam akan masuk pada kelompok
orang miskin.
Kemiskinan menjadi ancaman serius negara yang belum lama ini
dicoret oleh Amerika Serikat (AS) dari daftar negara berkembang melalui
Kantor Perwakilan Perdagangan atau Office of The Trade Representative
(USTR) di Organisasi Perdagangan Dunia atau Word Trade Organization
(WTO).
Kemiskinan sebagai permasalahan yang bersifat multidimensional,
yang oleh Friedman diletakakan pada ketidaksamaan kesempatan untuk
mengakumulasikan basis kekuatan social yang tidak lepas dari modal
produktif atau asset, jaringan social, keterampilan dan Informasi.
Mereka tidak memiliki pilihan-pilihan lain dalam mempertahankan
kekuatn sosial. Sehingga kemiskinan menampilkan kemajemukan yan
mengakibatkan kerentanan, ketidakberdayaaan, dan ketidakmampuan
untuk menyampaikan aspirasi (Cahyat, 2004).
Ancaman kemiskinan ini akibat dari kelompok rentan miskin baru
yakni kelompok yang berhasil meninggalkan garis kemiskinan, namun
belum mampu masuk dalam kelompok kelas menengah. Artinya dalam
masa pandemi seperti saat ini adalah mereka yang turun dari kelas
menengah akibat dari berhentinya aktifitas ekonomi disektor informal
dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Hampir seluruh sektor terdampak Covid-19, berbeda dengan krisis
yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2008. Dalam krisisi tersebut
hanya terjadi pada sector ekonomi, dan masyarakat tidak dibatasi
bergerak untuk tetap beraktifitas. Sedangkan pada pandemi saat ini
masyarakat dianjurkan untuk berhenti aktifitas.
Masa recovery ekonomi pada krisis tahun 2008 perlu dijadikan
acuan, salah satu penyebabnya adalah suasanan politik dalam negeri
relative tenang. Berbeda dengan krisis pada tahun 1997 yang dibarengi
dengan situasi pancaroba politik.
Dampak politik tahun 2019 menyisakan persoalan politik yang
membekas, hingga situasi pandemi seperti saat ini masih serat akan

148 | Alam Pikir Era Pandemi


kepentingan. Banyak elit yang memanfaatkan, meraka yang duduk
dikursi kekuasaan memotret ini sebagai panggung. Sedangkan oposisi
menilai berbagai aspek penanganan yang dilakukan oleh pemerintah
masih dirasa kurang tepat.
Pemberian bantuan langsung tunai untuk masayarakat terdampak,
alih-alih untuk mengcover masyarakat terdampak. Justru dilapangan
banyak terjadi sunat-menyunat anggaran. Persoalan kartu pra kerja yang
hingga saat ini masih mencuatkan persoalan transparansi yang berujung
belum diterimanya insentif oleh sebagian besar pemegang kartu pra
kerja.
Termasuk keterbatasan masyarakat mengakses program stimulus
pemulihan ekonomi dengan anggaran sebesar 150. Salah satunya adalah
melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) diharapkan dapat
memulihkan ekonomi Indonesia dengan melindungi masyarakat miskin
dan rentan miskin serta mendukung dunia usaha agar tidak semakin
melemah.
Semoga pandemi segera berlalu dan pemerintah dapat melakukan
proses recovery dengan baik dan tepat sasaran, sehingga new normal
tidak memberikan ruang untuk new poverty mencuat dipermukaan
sebagai masalah baru. karena kemiskinan yang terdahulu belum usai.

Kajian Lintas Ilmu | 149


Refrensi
Badan Pusat Statistika. Prosentase penduduk Miskin. Jakarta: Badan Pusat
Statistik, 2019. https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/07/15/1629/
persentase-penduduk-miskin-maret-2019-sebesar-9-41-persen.html
Boediono. Ekonomi Indonesia dalam Lintas Sejarah. Bandung: Mizan
Pustaka, 2016.
Cahyat, Ade. “ Bagaimana Kemiskinan Diukur? Beberapa model kemiskinan
di Indonesia”. Poverty & Desentralization Project CIFOR (Center for
International Forestry Research). November, 2004.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200519092335-4-159432/skenario
sangat-berat-ekonomi-ri-bakal-minus-04
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Program Pemuliahan Ekonomi
Nasioanal PP 23/2020. Jakarta, 2020. https://www.kemenkeu.go.id/
media/15149/program-pemulihan-ekonomi-nasional.pdf
Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
strategi pembangunan kesejahteraan social dan pekerjaan social.
Bandung: PT Refika Aditama, 2014.

150 | Alam Pikir Era Pandemi


New Normal dan Varian Respon Masyarakat
Khoirul Anam

Covid-19 merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan,


sehingga menyebabkan penyebaran penyakit ini dapat terjadi dengan
begitu cepat. Mengingat saat ini kita memasuki era globalisasi, dengan
segala kemudahan akses baik komunikasi maupun transportasi. Hal
tersebut menyebabkan mobilitas manusia menjadi semakin tinggi,
sehingga dalam waktu yang cukup singkat penyakit Covid-19 ini sudah
mampu menjadi pandemi.
Terjadinya pandemi Covid-19 telah merubah pola kehidupan
manusia di seluruh penjuru dunia. Dimana semua aktivitas yang dulu
dapat dilakukan dengan bebas di luar rumah kini sebisa mungkin semua
aktivitas tersebut harus dapat kita lakukan dari rumah saja. Terjadinya
pandemi Covid-19 juga telah menciptakan berbagai problem baru dalam
kehidupan terutama pada sektor ekonomi, seperti banyak pekerja yang
di PHK, para pekerja harian yang kini mulai kehilangan pendapatannya,
melemahnya sistem perekonomian global, serta berbagai persoalan
lainnya.

Respon Masyarakat atas Virus


Ada beberapa perbedaan sikap masyarakat terhadap munculnya
penyakit Covid-19 ini :
Pertama, ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa
pandemi Covid-19 ini menjadi suatu hal biasa yang tidak perlu ditakuti
dan dicemaskan, karena mereka yakin bahwa pandemi ini akan
berlalu dan mereka akan dapat melewati itu dengan baik-baik saja.
Mereka sangat percaya dengan ketentuan Tuhan, namun dengan cara
mengesampingkan pengetahuan ilmiah tentang Covid-19 ini. Padahal

Kajian Lintas Ilmu | 151


menurut saya dua dimensi tersebut harus berjalan beriringan karena
dua-duanya sama-sama dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini.
Artinya kita memang harus percaya bahwa Covid-19 ini merupakan
penyakit yang diturunkan oleh tuhan, namun dalam kehidupan sehari
hari kita harus tetap melakukan berbagai upaya pencegahan penularan
penyakit ini, seperti sebisa mungkin harus tetap beraktivitas dari rumah,
menjaga kesehatan dan kebersihan diri dan lain-lain. Jadi bukan serta
merta percaya kemudian mengabaikan dan tidak melakukan tindakan
pencegahan tersebut.
Sedangkan yang kedua, ada sebagian masyarakat yang sangat
ketakutan dengan penyakit Covid-19 ini, bahkan tidak sedikit masyarakat
yang melakukan menolakan terhadap kedatangan dokter maupun
tenaga medis yang hendak melakukan rapid test atau ketika melakukan
penjemputan terhadap pasien yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19.
Ada beberapa faktor yang melatar belakangi hal tersebut, seperti
rendahnya pengetahuan masyarakat sehingga mereka tidak dapat
membedakan mana informasi yang benar mana informasi yang salah.
Sedangkan yang ketiga, ada kelompok masyarakat yang dapat
dengan mudah memahami penyakit Covid-19, tentang bagaimana proses
penularannya, bagaimana proses pencegahannya, bagaimana proses
penyembuhannya, dan seterusnya. Sehingga masyarakat pada kelompok
ini tidak menganggap bahwa penyakit Covid-19 merupakan sesuatu hal
yang biasa atau merupakan sesuatu hal yang sangat ditakuti. Mereka
bersikap sewajarnya dengan tetap optimis dan tidak panik, serta terus
berupaya melakukan pencegahan penularan dengan cara menerapkan
pola hidup sehat dan bersih secara baik dan benar.

Menghadapi New Normal


Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
membatasi penyebaran penyakit Covid-19 ini, seperti memperlakuan
Social Distancing sampai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Namun berbagai upaya tersebut ternyata belum membuat kasus
terkonfirmasi positif Covid-19 mengalami penurunan yang signifikan.

152 | Alam Pikir Era Pandemi


Sehingga pemerintah berupaya untuk membuat sebuah kebijakan
baru tentang seruan untuk berdamai dengan virus SARS-CoV-2 dengan
memberlakukan new normal. Pemberlakuan new normal tentu akan
dibarengi dengan mulai dibukanya kembali tempat-tempat dan fasilitas
umum, seperti pasar, mall, sekolah, stasiun, terminal, tempat wisata
serta tempat umum lainnya.
Istilah berdamai dengan Covid-19 ini dapat diartinya bahwa kita
harus bisa memulai untuk menjalani kehidupan seperti sebelumnya,
seperti bekerja di luar rumah, belajar di sekolah serta kegiatan lainnya,
namun dengan menerapkan kaidah new normal, seperti sering mencuci
tangan pakai sabun, memakai masker, menjaga jarak, menghindari
keramaian dan seterusnya.
Hal ini bertujuan untuk kembali menghidupkan roda perekonomian
masyarakat, karena tidak mungkin terus bertahan dapat situasi ekomoni
terpuruk seperti saat ini. Namun jika masyarakat tidak mampu diajak
untuk bekerjasama dalam menjalankan kaidah new normal dengan baik,
ini justru akan menjadi boomerang bagi kita sendiri. Seperti halnya yang
terjadi di Negara Korea Selatan memberlakuan new normal dinilai gagal,
karena malah kembali menimbulkan ledakan jumlah kasus Covid-19
yang cukup tinggi.
Banyak elemen masyarakat menolak untuk berdamai dengan
Covid-19 dan akan terus berkomitmen untuk melakukan upaya
perlawanan demi memutus penularan penyakit Covid-19 sampai
pandemi ini benar-benar berakhir. Hal dilakukan karena melihat masih
tingginya jumlah kasus yang terkonfirmasi positif, dan belum terjadi
penurunan jumlah kasus secara signifikan, serta banyaknya jumlah
tenaga medis yang mulai berguguran ketika menjalankan tugas untuk
membantu proses menyembuhan terhadap pasien Covid-19, ini menjadi
prihatin tersendiri.
Menurut saya pemberlakuan new normal atau kehidupan normal
yang baru ini tidak perlu tergesa-gesa. Mengingat masih belum siap
diterapkan dalam waktu dekat ini. Mengingat masih rendahnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga pola hidup bersih dan

Kajian Lintas Ilmu | 153


sehat. Pemberlakuan new normal ini membutuhkan adanya kerjasama
dari seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali, jadi sebagai individu
dan merupakan bagian dari masyarakat kita harus siap menjadi garda
utama untuk menekan angka penyebaran penyakit Covid-19.

Daftar Pustaka
Pane, Merry Dame Cristy. (2020). Virus Corona. https://www.alodokter.
com/virus-corona#:~:text=Virus%20Corona%20atau%20
severe%20acute,paru%20yang%20berat%2C%20hingga%20
kematian. Diakses pada 9 Juni 2020
Ihsanuddin. (2020). Jokowi Sebut Hidup Berdamai dengan
Covid-19, Apa Maksudnya?. https://nasional.kompas.com/
read/2020/05/08/06563101/jokowi-sebut-hidup-berdamai-
dengan-covid-19-apa-maksudnya. Di akses pada 9 juni 2020
Mardika, Reny. (2020). Jokowi Tetapkan Pembatasan Sosial Skala
Besar Disertai Kebijakan Darurat Sipil. https://www.kompas.tv/
article/73781/jokowi-tetapkan-pembatasan-sosial-skala-besar-
disertai-kebijakan-darurat-sipil. Di akses pada 9 juni 2020

154 | Alam Pikir Era Pandemi


Fungsi Kritik Terry Eagleton dan Post-truth di
Masa Pandemi
Agus Budiman

Publik Indonesia sedang digegerkan dengan beredarnya video di


media sosial berdurasi 53 detik dengan memperlihatkan sejumlah orang
mendatangi Rumah Sakit Pancaran Kasih di Manado. Dalam konten video
itu mengklaim bahwa Rumah Sakit tersebut memanfaatkan pandemi
sebagai lahan bisnis dengan modus ‘memvonis’ pasien terjangkit
Covid-19. Selain itu, muncul fenomena baru terkait viralnya foto mayat
terbujur kaku dibungkus plastik karya Joshua Irmandi. Foto tersebut
membuat gempar di jagat media sosial maupun media mainstream,
bahkan banyak public figure yang menanggapi hal tersebut.
Melalui media sosial masyarakat terhubung dengan internet dan
mudah mendapatkan sebuah informasi baru. Munculnya informasi
yang simpang siur di media sosial, menjadikan masyarakat resah
dengan ketidakpastian sebuah informasi. Pasalnya di masa pandemi
ini, informasi di media sosial menjadi cara pandang masyarakat dalam
menghadapi Covid-19.
Sikap masyarakat terhadap sebuah informasi akan sangat beragam
dan tentu saja tidak sedikit yang akan mengutarakan pendapatnya.
Pendapat serta komentar dari masyarakat di media sosial dapat
menunjukkan pandangan, permasalahan, serta cara berpikir mereka.
Pendapat-pendapat yang diutarakan di media sosial tersebut beragam
dan tidak sedikit yang bersifat kritis dan berupa kritik.
Sebelum saya menjelaskan bagaimana fungsi kritik masyarakat
dalam menghadapi informasi di media sosial selama pandemi, saya
akan membahas terlebih dahulu berkaitan dengan media sosial dengan
politik Post-truth yang sangat terkait dengan peredaran informasi di
media sosial.

Kajian Lintas Ilmu | 155


Media Sosial dan Post-truth
Media sosial adalah alat komunikasi yang digunakan oleh pengguna
dalam proses sosial (Mulawarman, 2017: 37). Kegiatan sosial yang terjadi
tentunya melibatkan berbagai pengguna internet. Pengguna internet
ini akan saling berinteraksi, bertukar informasi, serta mengutarakan
pendapatnya. Proses sosial yang terjadi juga pasti akan menyebabkan
beberapa pengguna mengutarakan opini berupa kritik.
Media sosial yang digunakan secara luas oleh masyarakat
terhubung dengan internet. Dengan demikian akses terhadap informasi
baru akan menjadi sangat mudah. Kemudahan dalam menyebarkan
informasi ini sangat membantu dalam praktik politik Post-truth.
Andrey Miroshnichenko (dalam Setiawan, 2017: 1) menjelaskan bahwa
menurut Oxford, post-truth menggambarkan keadaan di mana fakta
objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini dibandingkan
daya tarik emosi dan keyakinan personal. Dengan kata lain di era post
truth masyarakat tidak tertarik dengan fakta tetapi dengan pandangan
pandangan yang sejalan dengan paham mereka.

Dampak informasi Post-truth di Masyarakat


Lahirnya post-truth juga masih diperdebatkan, salah satu alasan
yang disebut adalah paham postmodern. Pada postmodernisme
kebenaran tidak ada yang mutlak tetapi relatif dan subjektif. Dengan
demikian orang-orang memiliki kebenaran mereka sendiri yang mereka
anggap lebih benar karena mereka tidak percaya lagi dengan kebenaran
kebenaran yang lain, karena kebenaran itu relatif.
Dengan pandangan yang seperti itu maka politik post-truth mencoba
menyebarkan informasi yang dapat ditangkap oleh masyarakat dengan
tujuan menyebarkan kebenaran-kebenaran mereka. Reaksi masyarakat
terhadap informasi tersebut akan sangat beragam karena mereka tidak
lagi melihat fakta dibalik informasi tetapi kebenaran yang mereka rasa
cocok dengan kebenaran yang mereka miliki.

156 | Alam Pikir Era Pandemi


Kalau kita kaitkan dengan beredarnya video yang menganggap
terjadinya kecurangan di Rumah Sakit, respon masyarakat cukup
beragam. Bahkan banyak yang langsung percaya tanpa melihat fakta
sebenarnya, hal ini dikarenakan masyarakat lebih mementingkan emosi
daripada memastikan kebenaran sebuah informasi. Informasi-informasi
yang dihadirkan di masyarakat merupakan informasi yang telah
dirancang pihak-pihak yang memiliki kekuasaan untuk kepentingan
tertentu. Sehingga hal ini sangat berdampak pada tatanan masyarakat.
Fungis Kritik Masyarakat di Media Sosial

Jika kita ingin melihat fungsi kritik di media sosial, maka kita lihat
dulu bagaimana proses kritis serta kritik yang muncul di media sosial.
Proses kritik yang terjadi di media sosial tidak memiliki batasan, dengan
artian bahwa pengguna media sosial yang mengutarakan kritik tidak
membedakan status, ras, dan usianya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kritik di media sosial dapat diutarakan dan ditanggapi oleh siapa saja.
Sebagai contoh yang saya jelasakan di awal, ketika masyarakat
menerima informasi tentang beredarnya video kecurangan Rumah
Sakit serta foto mayat karya Joshua melalui media sosial. Berbagai kritik
tentang informasi tersebut dapat dengan mudah kita temukan di kolom
komentar. Kritik tersebut juga diberikan oleh pengguna dari berbagai
golongan, mulai dari masyarakat biasa bahkan sampai dengan public
figure. Semua bebas mengutarakan kritik dan opini mereka.
Kondisi mengutarakan kritik atau pertukaran ide di media sosial
yang tidak dibatasi oleh kekuasaan ini sesuai dengan pandangan
Habermas tentang ruang publik. Bahwa media sosial terbentuk dari
sebuah ruang publik, tempat dimana masyarakat (pengguna internet)
dapat dengan leluasa menyampaikan opininya. Baik dari golongan atas
maupun bawah semuanya dapat mengutarakan kritiknya terhadap
informasi yang diterima melalui media sosial.
Hal tersebut sesuai dengan pandangan Eagleton tentang fungsi
kritik, bahwa fungsi kritik pada media sosial dapat dikatakan sebagai
sarana untuk bertukar pendapat, memunculkan opini baru yang bersifat

Kajian Lintas Ilmu | 157


terbuka dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Sehingga semua golongan
berhak untuk mengutarakan opininya dalam sebuah informasi di media
sosial.
Dengan adanya anggapan bahwa kita berada di era post-truth,
dimana informasi-informasi yang beredar ditujukan untuk menggiring
opini atau menyulut emosi publik. Fungsi kritik hadir sebagai jawaban
untuk bertukar pendapat secara terbuka, tetapi hal ini akan menimbulkan
dua respon yang terjadi di Masyarakat. Pertama, tukar pendapat
yang terbuka di media sosial bisa menghasilkan sebuah kesepakatan
yang menyatukan antar masyarakat. Kedua, tukar pendapat bisa jadi
menyebabkan perpecahan antar masyarakat yang semakin tidak suka
dengan kebenaran diluar dirinya.
Berdasarkan pandangan konsep Eagleton mengenai fungsi kritik,
dapat diasumsikan bahwa informasi yang beredar di media sosial
memuat sebuah “kebenaran” yang relatif dan subjektif. “Kebenaran”
hadir dari pihak yang memiliki kuasa, pengetahuan, dan sarana.
Sehingga masyarakat harus mampu mempertanyakan lagi kebenaran
kebenaran tersebut. Kritik di media sosial tidak boleh hanya sekedar
menjadi tempat bertukar pendapat, tetapi harus juga mengungkapkan
permasalahan serta asal-usul dari “kebenaran” yang beredar.

Daftar Pustaka
Eagleton, Terry. 2003. Fungsi Kritik. Diterjemahkan oleh Hardono Hadi.
Kanisius. Yogyakarta
Habermas, Jürgen. 1989. The Structural Transformation of The Public
Sphere: An Inquiry into a Category of Bourgeois Society. Polity Press.
Great Britain.
Mulawarman, A. D. Nurfitri. 2017. Perilaku Pengguna Media Sosial beserta
Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan. Buletin
Psikologi, Vol. 25, No. 1, 36 – 44. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Salusinzky, Imre. 1987. Criticism in Society. Routledge. New York.
Setiawan, Ikwan. 2017. Media Sosial, Politik Post-truth, dan Tantangan
Kebangsaan. Matatimoer Institute. Jember.

158 | Alam Pikir Era Pandemi


Sekedar Bosan atau waspadai gejala Cabin Faver
Fa’iz Azmi fauzia

Pandemi Covid-19 yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia,


termasuk di Indonesia. Memasuki bulan ke 3 setelah diberlakukanya
isolasi diri, karantina mandiri, interaksi sosial berjarak dan pembatasan
sosial berskala besar merupakan berbagai kebijakan yang diupayakan
pemerintah Indonesia untuk mencegah penyebaran Covid-19. Kebijakan
tersebut otomatis berdampak pada seluruh bidang, baik pendidikan,
pemerintahan, perkantoran, dan perbelanjaan. Demi memutus mata
rantai virus ini semua kegiatanpun dialihkan dirumah, berbagai kegiatan
ofline kini berubah menjadi online seperti work from home, online class,
online shopping, dll.
Di minggu-minggu awal masa karantina ini, kegiatan yang dilakukan
dirumah masih terasa menyenangkan namun ketika seiring berjalanya
waktu dan virus ini yang tak kunjung mereda pasti banyak yang merasa
“Bosen banget”, “jenuh woi” , “kangen liburan”, “bete banget sumpah”
gatau, sampai bosen aja udah bosen”, “sudah mulai berjamur terus
terusan dirumah” begitulah ungkapan manusia milenial di akun media
sosial mereka. Perasaan bosen, kesel, marah, dan yang lain sebagainya
bisa masuk dalam gejala Cabin Fever. Maudy Ayunda pun juga merasakan
hal ini ketika dia bercerita kegiatanya selama isolasi mandiri dalam akun
instagram @milesfims “aku tinggal di Dorm, terasa banget cabin fever
nya karena diruanagan kecil” tutur Maudy Ayunda. Wien Kuntari Dosen
IPB dalam Kompas.com menjelaskan Cabin Fever adalah perasaan sedih
yang muncul akibat terlalu lama merasa “terisolasi” dan terpisah dari
dunia luar. Selain itu Cabin Fever merupakan serangkaian emosi negatif
yang muncul akibat dari terlalu lama terkait dengan situasi yang terlalu
monoton.

Kajian Lintas Ilmu | 159


Cabin Fever sebenarnya istilah populer yang tepat untuk memahami
fenomena yang terjadi dalam masyarakat saat ini. Dalam ilmu psikologi
istilah ini dekat dengan sebutan Claustrophobia yaitu perasaan cemas
dan takut didalam ruangan yang sempit, gelap dan minim udara. Akan
tetapi perbedaanya, Cabin Fever ini bukanlah sebuah penyakit kejiwaan,
hanya sebuah istilah untuk memudahkan kita untuk menggambarkan
kondisi yang dialami seseorang yang harus terperangkap dalam rumah
dan memunculkan perasaan tidak bebas untuk keluar rumah.

Apa Itu Cabin Fever?


Cabin Fever merupakan salah satu dampak negatif dari kegiatan
#stayathomeyang dapat mempengaruhikesehatanmental kita. Seseorang
yang mengalami ini, gejala pada umumnya merasakan kebosanan yang
sangat parah, pola tidur yang tidak teratur, kemurungan, kegelisahan,
mudah marah, perasaan tidak puas dirumah , kehilangan motivasi, sulit
peraya dengan orang sekitar, serta kesedihan dan kesepian. Perasaan
tersebut dapat muncul seminggu, sebulan bahkan beberapa bulan
setelah terisolasi. Namun, ada juga yang tidak merasakan hal tersebut
yaitu beberapa orang yang dapat menemukan distraksi tepat didalam
rumah. Namun sebagian dari kita akan merasa kesulitan untuk menjalani
hidup dirumah selama gejalanya masih menghantui.
Menurut dr Anindyajati, SpKJ dari Departemen Psikiarti FKUI-RSM
menyebutkan bahwa “Seseorang akan rentan mengalami Cabin Fever
ketika mereka tidak melakukan kegiatan apapun dirumah”. Awalnya
seseorang menganggap work from home semasa pandemi layaknya
liburan sehingga menganggap santai, namun jika ini dilakukan dengan
jangka waktu yang lama akan merasa bosan dan terjebak dalam gejala
Cabin Fever. Bepergian ke luar rumah adalah cara yang ampuh untuk
mencegah Cabin Faver, tetapi mengingat kondisi yang darurat pandemi
Covid-19 belum usai, maka bepergian keluar rumah bukanlah solusi
yang bijak. Berikut ini adalah beberapa tips untuk mencegah seseorang
mengalami Cabin Fever selama pandemi yang tak kunjung usai ini .

160 | Alam Pikir Era Pandemi


Lakukanlah Rutinitas Seperti Biasa
Seluruh kegiatan yang dilakukan dari rumah selama pandemi ini
jangan dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. Tetaplah lakukan
jadwal layaknya ketika beraktivitas normal meski sedang berada di
rumah dan buat jadwal kegiatan untuk waktu bekerja atau belajar dan
melakukan kegiatan lain termasuk jadwal tidur yang teratur. Dan yang
paling penting adalah patuhilah jadwal tersebut dan anggap sedang
menjalani waktu seperti biasa.

Buatlah Rutinitas Baru


Jika pekerjaan atau tugas tidak sepadat biasanya, mencoba hal
baru seperti belajar musik, belajar memasak atau kegiatan lain yang
dapat menambah skill yang baru. Selain itu, juga dapat menghilangkan
kebosanan. Keterlibatan dalam kegiatan yang menyenangkan memiliki
berbagai manfaat, salah satunya adalah memperbaiki mood sehingga
terhindar dari gejala cabin faver yang mudah emosi.

Pola Hidup yang sehat


Pola hidup yang sehat dapat mencegah kita terserang virus.
Menjalankan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi nutrisi seimbang,
melakukan aktivitas fisik dan istirahat yang cukup. Olahraga dapat
mengurangi resiko depresi dan kecemasan karena pada saat olahraga
tubuh mengeluarkan hormon endhorphine, serotonin dan dopamine
yang mana adalah hormon kebahagiaan.

Aktif berinteraksi sosial


Berada dirumah dengan jangka waktu yang lama bukan berarti
membuat diri sendiri kesepian. Melakukan interaksi sosial secara online
melalui media sosial sangat penting. Menurut beberapa penelitian
hubungan sosial yang terjalin dengan baik merupakan pusat dari
kesejahteraan fisik dan psikologis. Sementara isolasi mandiri waktu ini

Kajian Lintas Ilmu | 161


membuat seseorang hanya bisa berkomunikasi dengan berbagai media
sosial seperti Whatsapp, Line, Skype dll. Di kondisi pandemi seperti ini
mari ringankan beban satu sama lain dengan mendengarkan dan berbagi
cerita.

Cabin Fever dan Strategi Menghadapi Covid-19

Pandemi belum dipastikan kapan akan berakhir. Kegiatan isolasi


diri, karantina mandiri, interaksi sosial berjarak dan pembatasan sosial
berskala besar pun akan terus dilakukan. Tetap dirumah dan pergunakan
waktu sebaik mungkin untuk mengembangkan kemampuan diri dengan
berbagai hal-hal yang baru. Jadi, meskipun #dirumahaja, jangan pernah
menyepelekan kesehatan dan terbiasa mengabaikan perasaan gelisah
yang berkepanjangan. Karena bisa jadi, semua itu adalah awal dari gejala
Cabin Fever.
Cabin Fever bukanlah seuah penyakit atau gangguan psikologis,
namun akibat dari ini dapat berakibat pada menurunya produktivitas,
masalah hubungan dengan orang lain bahkan jika ini terjadi terus
menerus dapat menggagu kesehatan fisik maupun mental. Sebelum
terlambat dan banyak dampak negatif yang terjadi, beberapa tips diatas
bisa menjadi referensi untuk mencegah dan mengatasi cabin Fever. Hal
penting yang perlu diingat adalah mulai belajar untuk berdamai dengan
Covid-19, yaitu berdamai dengan keadaan dan situasi baru yang saat ini
terjadi.

162 | Alam Pikir Era Pandemi


Daftar Pustaka
Fritscher, L. (2020, March 18). Cabin Fever Symptoms and Coping Skills.
Retrieved from Very Well Mind: https://www.verywellmind.com/
cabin-fever-fear-of-isolation-2671734
Nursastri, S. A. (2020, March 18). Kerja dari Rumah Bisa Sebabkan Stres,
Ini Penjelasan Psikolog. Retrieved from Kompas: https://www.
kompas.com/sains/read/2020/03/18/183000323/kerja-dari-rumah-bisa
sebabkan-stres-ini-penjelasan-psikolog
Silaen, F. (2016, May 1). Dampak buruk berdiam diri di rumah. Retrieved
from Beritagar: https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/dampak-buruk
berdiam-diri-di-rumah
https://republika.co.id/berita/q9ds64463/mengenal-apa-itu-emcabin
feverem

Kajian Lintas Ilmu | 163


COVID-19 DAN KEAMANAN SIBER :
PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Levina Yustitianingtyas

Adanya pandemi Covid-19 ini telah merubah sendi-sendi kehidupan


tatanan negara-negara di dunia. Hal ini tercermin dari beberapa
perubahan yang terjadi misalnya pembatasan dalam bepergian ataupun
berkomunikasi langsung baik dalam negeri maupun luar negeri, roda
pemerintahan terfokuskan dalam penanganan dampak dan pemulihan
yang di akibatkan oleh pandemi Covid-19 ini yaitu dengan menerapkan
tatanan kehidupan baru di berbagai sektor yang dikenal dengan konsep
“new normal”. Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah
sebelumnya dengan menerapkan Work from home (WFH) maupun school
from home (SFH), kemudian melakukan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) di sejumlah daerah yang dianggap sebagai zona merah atau
dengan kata lain tingkat penyebaran virus Covid-19 tinggi misalnya DKI
Jakarta dan Kota Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya sebagai contoh
berusaha mendeteksi secara dini dengan mengadakan rapid test massal
di sejumlah wilayah di kota tersebut.
WFH maupun SFH terpaksa dilakukan demi memutus penyebaran
mata rantai virus tersebut dan komunikasi beralih ke sistem online atau
daring (dalam jaringan), akan tetapi sistem online yang menunjang
berbagai kegiatan tersebut bukan berarti tanpa masalah karena
pencurian data sangat mungkin terjadi. Keamanan siber telah menjadi
prioritas isu seluruh negara di dunia sejak teknomogi informasi dan
komunikasi dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan baik
aspek, ekonomi, sosial, budaya, hukum, kesehatan, pendidikan dan lain
sebagainya, karena kerawanan pada beberapa aplikasi konferensi video
dapat mengancam keamanan data baik itu data pribadi maupun data

164 | Alam Pikir Era Pandemi


organisasi. Di Indonesia menurut data BSSN (Badan Siber dan Sandi
Negara), ada sekitar 88,5 juta kasus kejahatan serangan siber meliputi
serangan malware, phising dan ransomware. Jenis malware yang berhasil
teridentifikasi melakukan pencurian data adalah AZORult, Cerberus,
Lokibot, TrickBot dan lain sebagainya. Kaspersky telah mendeteksi 93
malware terkait isu Covid-19 di Bangladesh, 53 di Filipina, 40 di China/
Tiongkok, 23 di Vietnam, 22 di India dan 20 di Malaysia sesuai yang
diamanatkan oleh Budapest Convention 2001.

Kejahatan Siber (Cyber Crime) dan Kerjasama Internasional


Kajian hukum internasional menjelaskan, kejahatan serangan siber
atau pencurian data dikenal dengan istilah cyber crime termasuk dalam
kejahatan transnasional (transnational crime). Kejahatan transnasional
dapat diartikan sebagai kejahatan nasional yang berada dalam batas
wilayah suatu negara akan tetapi akibatnya sangat berpengaruh
terhadap negara lain. Kejahatan transnasional terkait dengan yurisdiksi
suatu negara yang menganut prinsip teritorial atau nasionalitas dan
yurisdiksinya ada pada negara yang bisa menangkap pelaku kejahatan
tersebut. Untuk menanggulangi kejahatan siber, maka diperlukan
kerjasama internasional. Kerjasama di tingkat internasional telah
melahirkan European Convention on Cyber Crime atau yang biasa disebut
Budapest Convention 2001. Kemudian, kerjasama di tingkat regional
telah melahirkan ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crime
(ASEAN-PACTC) 2002.
Budapest Convention 2001 telah mempersiapkan sebuah cara yang
efektif untuk melakukan kerjasama internasional dalam penanggulangan
kejahatan siber, hal ini tercermin dalam pasal 23 yang mengatur tentang
kerjasama internasional, pasal 24 yang mengatur tentang ekstradisi
meskipun ada atau tidaknya suatu perjanjian antar negara dan pasal
25 jo pasal 27 yang mengatur tentang kerjasama bantuan timbal balik
meskipun ada atau tidaknya suatu perjanjian antar negara. Indonesia
telah meratifikasi Budapest Convention 2001 dan telah diadopsi dalam

Kajian Lintas Ilmu | 165


petauran perundang-undangan nasional.
Beberapa Pasal dalam Budapest Convention 2001 telah diadopsi
dalam UU Nasional:

Pemerintah Indonesia berupaya dalam penanggulangan kejahatan


siber dengan mengeluarkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektornik (ITE) sebagaimana telah di rubah dalam UU
No. 19 Tahun 2016. Tetapi pada kenyataannya UU ITE tersebut tetap
belum dapat secara maksimal menjerat pelaku kejahatan siber baik
kejahatan tersebut dilakukan oleh WNI maupun WNA. Upaya hukum
yang dapat dilakukan dalam penanggulangan kejahatan siber sesuai
yang diamanatkan oleh Budapest Convention 2001 adalah melakukan
kerjasama internasional, seperti misalnya jika pelaku kejahatannya
adalah WNA maka dapat dilakukan dengan mekanisme ekstradisi yang
diatur dalam UU No. 1 Tahun 1979 tentang ekstradisi dan bantuan
hukum timbal balik yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 2006 tentang
bantuan hukum timbal balik dalam masalah pidana.

166 | Alam Pikir Era Pandemi


Kejahatan Siber, COVID-19, dan Penanggualangannya di
Indonesia
Google sebagai penyedia jasa informasi media online menyarankan
beberapa hal agar terhindar dari kejahatan siber, yaitu pertama,
mendeteksi scam Covid-19 supaya pengguna waspada dan memeriksa
kembali setiap email karena perlu di waspadai jika email meminta
informasi pribadi atau institusi kita. Kedua, gunakan akun email
perusahaan karena umumnya akun perusahaan telah ditanamkan
fitur-fitur keamanan tambahan agar informasi perusahaan tetap aman.
Ketiga, amankan video call jika rapat online dengan menggunakan
kode PIN numberik atau kata unik serta singkat dan hanya bisa diakses
oleh peserta undangan. Keempat, update fitur keamanan karena dapat
memperbaiki setiap kerentanan keamanan yang telah diketahui, dan
umumnya sering dicari dan di eksploitasi oleh hacker.
BSSN juga menganjurkan dalam beraktifiktas secara online
sehubungan dengan kegiatan WFH yaitu, waspada terhadap social
engineering dan phising, hindari membuka email dan tautan yang
mencurigakan atau yang berasal dari sumber yang tidak dapat
dipercaya, selalu kunjungi sumber informasi resmi dari pemerintah
terkait Covid-19, lengkapi perangkat mobile atau komputer dengan
antivirus, tidak membagikan informasi kredensial dan data diri pribadi,
membatasi akses perangkat yang digunakan untuk bekerja dari anak
anak dan anggota keluarga.

Kajian Lintas Ilmu | 167


Refrensi
Raharjo, Agus. 2002, Cybercrime. Citra Aditya Bakti, Bandung
Widodo. 2011, Aspek Hukum Kejahatan Mayantara, Aswindo, Yogyakarta
Andysah Putera Utama Siahaan, Pelanggaran CyberCrime Dan Kekuatan
Yurisdiksi Di Indonesia, Jurnal Teknik Dan Informatika Vol. 5 No. 1
Januari 2018
https://teknologi.bisnis.com/read/20200411/101/1225596/bssn-ungkap-dua
motif-kejahatan-siber-saat-pandemi-covid-19, diakses tanggal 23 April
2020 pukul 12.30
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/04/26/waspada-kejahatan
siber-terkait-informasi-covid-19, diakses tanggal 23 April 2020 pukul
12.45
https://www.liputan6.com, BSSN: 88 Juta Serangan Siber Selama Pandemi
Covid-19, Salah Satunya Lewat Zoom, diakses tanggal 24 April
2020, pukul 11.00

168 | Alam Pikir Era Pandemi


COVID-19 VS ANTI-KORUPSI DI INDONESIA
Satria Unggul Wicaksana Prakasa*

Situasi dewasa ini mengenai penyebarluasan Corona Virus-19


(Covid-19) di Indonesia semakin memprihatinkan. Tentu, apa yang
menghinggapi pikiran masyarakat sipil juga masih kebingungan
mengenai langkah-langkah strategis apa yang dilakukan oleh Pemerintah
guna mengantisipasi pandemi global ini.
Sejak awal kasus ini disampaikan secara terbuka oleh Presiden
Jokowi dan Menteri Kesehatan, pada 2 Maret 2020 lalu. Sampai saat ini
beragam cara dilakukan oleh pemerintah, mulai dari membuat seruan
tentang pembatasan aktivitas sosial (social distancing), pelaksanaan tes
massal cepat (mass rapid test), hingga pengadaan besar-besaran dua
jenis obat untuk perawatan pasien Covid-19, yaitu obat bernama Avigan
dan Klorokuin yang dinyatakan ampuh di beberapa negara sekaligus
(Kumparan.com, 2020).
Tulisan ini tidak berfokus untuk membahas terkait teknis medis.
Namun,hal yang tidak kalahpentingdi situasikrisis seperti ini, bagaimana
prinsip-prinsip anti-korupsi justru diarusutamakan sebagai strategi
Pemerintah Indonesia dalam penanggulangan Covid-19, bagaimana
potensi praktik korupsi terkait bencana non-alam di Indonesia,serta
masa depan gerakkan anti-korupsi ditengah wabah Covid-19 tersebut.

Nir-Transparansi Sebagai Benih Koruptif Negara


Permasalahan fundamental pemberantasan Covid-19 dan kaitannya
dengan anti-korupsi di Indonesia adalah minimnya transparansi dan
keterbukaan data yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Padahal,
kita telah memiliki mandat secara hukum dalam Undang-Undang No.14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). Penggunaan

Kajian Lintas Ilmu | 169


otorisasi data Pemerintah untuk menangani pandemi. Dimana
tujuan dari keterbukaan informasi publik berdasarkan Pasal 3 UU KIP
tersebut agar masyarakat dapat mengikuti dan memberi menjamin
hak masyarakat yang ditujukan kepada Pemerintah dalam membuat
setiap kebijakan publik, khususnya dalam penanggulangan Covid-19
ini. Keterbukaan data yang diharapkan oleh masyarakat tidak hanya
terbatas pada penyampaian jumlah korban SARS model baru tersebut,
namun apa-apa yang menjadi penyebab dari virus tersebut menyebar,
peta persebaran, serta strategi yang koheren antara Pemerintah pusat
dan daerah dalam penanggulangan pandemi tersebut.
Dimensi lain dari keterbukaan informasi publik tersebut adalah,
selain penyampaian data secara realtime kepada masyarakat, namun
juga mengantisipasi kepanikan sosial- ekonomi yang terjadi sebagai
dampak dari penyebaran Covid-19 di Indonesia. Kajian Fransesca Manes
Rossi, et.al (Fransesca, 2017) yang merujuk data OECD, Bank Dunia dan
Transparansi Internasional mengingatkan, pentingnya transparansi
dan akuntabilitas keterbukaan publik yang dilakukan oleh pemerintah
dengan ketersediaan sumber daya data dan informasi agar terhindar
dari praktik koruptif.
Eksistensi Stranas Pencegahan Korupsi yang dibentuk berdasarkan
Perpres No.54 tahun 2018 perlu ditantang agar menjamin akses
informasi publik diperkuat agar transparansi dan akuntabiel. Walaupun,
kita memahami dampak dari pandemi Covid-19 ini berdampak luas pada
pelambatan ekonomi global, langkah dan upaya tetap wajib dilakukan
Pemerintah Indonesia agar menciptakan kepastian pasar.

Waspada Korupsi Pengadaan Ditengah Situasi Covid-19


Satu hal yang perlu menjadi perhatian serius terkait Covid-19
dan anti-korupsi adalah potensi pengadaan tes massal cepat dan obat
obatan Avigan serta Kloroquin atau alat-alat lain yang dibutuhkan untuk
penanggulangan Covid-19. Kajian ICW terkait tren penindakan korupsi
pada tahun 2018 mengingatkan publik bahwa korupsi pengadaan

170 | Alam Pikir Era Pandemi


barang dan jasa menempati angka tertinggi dengan 214 kasus korupsi
dan kerugian negara Rp.937 Miliar (ICW, 2019).
Pasal 2 ayat (2) UU Nomor 31 tahun 1999, menjelaskan bahwa
praktik korupsi yang dilakukan baik oleh penyelenggara negara maupun
korporasi yang dalam keadaan keadaan tertentu terdampak pandemi
covid-19 melakukan korupsi pengadaan baik alat mass-rapid test
maupun obat-obatan dan alat kesehatan terkait dapat dijatuhi pidana
mati sebagai sanksi pidana maksimalnya.
Kesadaran anti-korupsi harus menjadi bagian yang tidakterpisahkan
dari upaya pemberantasan Covid-19. Pelibatan KPK sebagai leading
sector pemberantasan korupsi serta entitas sipil kemasyarakatan yang
memiliki konsen dibidang anti-korupsi menjadi sangat penting dalam
mengawal penindakan Pandemi Covid-19 agar tidak ada oknum dan
kartel yang melakukan praktik koruptif ditengah nestapa yang dialami
oleh masyarakat Indonesia.

Masa Depan Anti-Korupsi Kita Ditengah Pandemi Covid-19


Solidaritas dan kebersatuan nasional dalam penanggulangan
Covid-19 ini perlu diperkuat dengan tidak hanya berfokus pada aspek
medis dan ekonomi saja, namun juga aspek anti-korupsi yang menjadi
dasar pijakkan agar tidak melakukan praktik koruptif ditengah bencana
nasional ini.
Seraya mengharapkan komitmen kuat dari Pemerintah melalui
Gugus Terpadu Covid-19 serta Stranas-Pencegahan Korupsi dan
otoritas-otoritas terkait di Indonesia, sehingga masa depan anti-korupsi
Indonesia ditengah Pandemi Covid-19 semakin menguat dan harmonis.

Publikasi pada: https://ibtimes.id/covid-19-vs-anti-korupsi-di


indonesia/

Kajian Lintas Ilmu | 171


Lelucon yang Tak Lucu tentang Perempuan Saat
Pandemi
Radius Setiawan

Dalam sebuah obrolan dengan teman perempuan di kantor, dia


bercerita bagaimana harus tetap bekerja di luar rumah tetapi juga harus
berperan penuh atas aktivitas domestik di rumah. Work From Home
(WFH) justru lebih banyak memposisikan perempuan dalam kondisi
yang berat.
Sebuah kondisi dimana banyak aktivitas-aktivitas yang baru yang
harus dibebankan kepada perempuan. Ketika aktivitas belajar anak
pindah ke rumah, ketika harus memasak sendiri karena khawatir atas
kondisi di luar, ketika aktivitas di rumah yang padat sehingga membuat
rumah makin sering kotor dan berbagai aktivitas baru lainnya. Hampir
semua aktivitas baru tersebut lebih banyak dibebankan pada perempuan.
Selain itu, perempuan juga kerapkali mengalami tindakan kekerasan
dan diskriminatif. Berdasarkan data SIMFONI PPA yang dikelola oleh
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak per
2 Maret-25 April 2020, tercatat 275 kasus kekerasan yang dialami
perempuan dewasa, dengan total korban 277 orang, serta 368 kasus
kekerasan yang dialami anak, dengan korban 407 anak.
Kondisi di atas ternyata tidak berhenti disitu. Sudah jatuh tertimpa
tangga. Hal tersebut adalah gambaran yang dialami oleh perempuan di
masa pandemi. Di tengah kondisi krisis begini, masih ada saja ungkapan
yang cenderung mengarah pada kekerasan simbolik. Sebuah lelucon
sexis, misoginis dan tidak peka pada kondisi. Sialnya lagi, beberapa hal
tersebut diungkapkan oleh pejabat negara.

172 | Alam Pikir Era Pandemi


Lelucon yang tidak Lucu
Selama pandemi ini tercatat beberapa lelucon yang kerapkali muncul
ke publik. Beberapa ungkapan yang mungkin dianggap lelucon padahal
punya implikasi yang cenderung merendahkan bahkan diskriminatif.
Beberapa contoh di bawah ini memberi gambaran atas kondisi tersebut.
Di bulan awal penyebaran covid-19, viral sebuah pernyataan yang
dianggap lelucon, yakni “corona negatif istri positif”. Saya tidak tahu dari
mana asal ungkapan tersebut, tetapi kalau mau jujur narasi tersebut
seolah-olah menempatkan perempuan hanya sebagai pemuas seksual
ketika berada di rumah. Otoritas tubuh perempuan menjadi sangat
dikontrol oleh laki-laki.
Ketika perempuan mempunyai rahim. Hal tersebut serta-merta
dipahami bahwa bahwa tugas perawatan atas anak menempel padanya
seperti halnya rahim yang digunakan untuk melahirkan dan payudara
yang digunakan untuk menyusui.
Dua bagian vital tersebut dimaknai mempunyai fungsi dan peran
sosial yang diterjemahkan secara tidak proporsional. Sehingga tidak
heran sebagian kita kerapkali bersikap tidak adil atas hal tersebut. Bisa
jadi dalam kondisi pandemi yang meneror begini, perempuan memiliki
keinginan untuk istirahat atau menghentikan proses reproduksi dan hal
tersebut memang relevan dan masuk akal.
Lelucon tentang janda adalah cerita lain dari Anggota Komisi IX
Ribka Tjiptaning dari Fraksi PDIP saat mengikuti rapat penanganan virus
corona. Dengan nada santai, Ribka berbicara soal singkatan ‘korona’
yakni “komunitas rondo mempesona”. Hal itu disampaikan Ribka saat
rapat kerja (raker) bersama dengan Menkes Terawan Agus Putranto di
Kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/2/2020).
Janda adalah posisi yang kurang menguntungkan secara psikologis,
biologis dan sosiologis. Kondisi tersebut malah tidak membuatnya
mendapat empati tetapi cenderung mendapatkan stigma yang tidak
mengenakkan.

Kajian Lintas Ilmu | 173


Di sebagian masyarakat, janda kerapkali ditempatkan sebagai
wanita pada posisi yang rendah, lemah, penggoda lelaki orang, tidak
berdaya dan membutuhkan belas kasih sehingga dalam kondisi sosial
budaya seringkali terdapat ketidakadilan. Jadi membuat lelucon janda
di tengah pandemi begini menegaskan akan hilangnya rasa empati. Baik
terhadap perempuan maupun pada kemanusiaan.
Yang terbaru, lelucon datang dari Mahfud MD, salah seorang menteri
kordinator yang membawahi hukum dan HAM yang mendapat kiriman
meme dari menteri kordinator juga, yakni Luhut Binsar Panjaitan.
Meme berbahasa Inggris berjudul “Corona is like your wife”. “Corona
itu seperti istrimu,”. “Ketika kamu mau mengawini, kamu berpikir kamu
bisa menaklukkan dia. Tapi sesudah menjadi istrimu, kamu tidak bisa
menaklukkan istrimu. Sesudah itu, you learn to live with it. Ya sudah,
sudah begitu.” Pernyataan ironis tersebut sudah mendapat banyak
kecaman.
Menyamakan corona dengan istri adalah cara berpikir menindas dan
misoginis. Sebuah ungkapan yang secara tidak langsung menyalahkan
perempuan. Dalam konteks yang lain, perempuan memang selalu di
alam-kan dan diasosiasikan dengan binatang, seperti: ayam, kucing, ular
bahkan virus.
Kata-kata yang dipakai di atas jelas menunjukkan aktivitas yang
berhubungan dengan alam. Misalnya, tanah yang digarap, bumi yang
dikuasai, hutan yang diperkosa, binatang buas yang ditaklukkan dan
lain-Iain.
Secara sadar ada keinginan untuk menaklukkan perempuan. Jadi
rasanya tidak mengada-ada bila perempuan dan alam mempunyai
kesamaan secara simbolik karena sama-sama ditindas oleh manusia
yang berciri maskulin.
Ucapan Mahfud ini menyiratkan stereotip bahwa perempuan
sudah sepatutnya ditaklukkan dan mungkin juga akan diarahkan pada
pekerjaan-pekerjaan domestik. Perempuan secara tidak sadar diidealkan
oleh otak maskulin agar lebih pasif atau submisif.
Lelucon tersebut terasa aneh ketika keluar dari seorang menteri

174 | Alam Pikir Era Pandemi


yang paham betul tentang HAM. Tetapi lelucon tersebut menurut
ceritanya dikirim oleh seorang menteri yang banyak fokus menangani
sumber daya alam. Jadi, apakah hal tersebut wajar? Tetap saja tidak
wajar dan justru semakin menegaskan bahwa nasib perempuan dalam
pikiran sang menteri akan tidak jauh dengan nasib alam di Indonesia.
Bahayanya lelucon Sexis dan Misoginis
Bagaimana mungkin lelucon yang tujuannya menghibur dan untuk
menghilangkan stres malah mempunyai dampak yang berbahaya.
Lelucon adalah sesuatu hal yang menyehatkan tetapi tidak
semuanya. Lelucon sexis dan misoginis adalah contohnya. Mengapa kita
harus menghindari dan bahkan melawan model lelucon begini?
Ketika kita membiarkan lelucon model di atas akan ada
kecenderungan menganggap hal tersebut lumrah dan lazim. Secara tidak
langsung kita mendukung budaya kekerasan verbal. Dalam konteks ini
perempuan diposisikan sebagai objek atas lelucon yang sensual yang
mendiskrimasi dan menyakitkan.
Sebuah penelitian dari Western California University menunjukkan
bahwa orang yang kerap terpapar humor seksis dapat menyebabkan
orang tersebut menoleransi perilaku memusuhi dan mendiksriminasi
perempuan.
Paparan humor seksis pada diri seseorang juga akan berpengaruh
pada perilaku orang tersebut. Bukan hanya itu, dalam penelitian yang
sama juga ditemukan bahwa orang-orang yang terpapar gambar dan
humor seksis juga cenderung setuju dengan kebijakan yang tidak
berpihak pada perempuan.
Dalam penelitian yang lain, Julie A. Woodzicka dan Thomas E.
Ford pada 2010 menjelaskan lelucon seksis itu justru melanggengkan
diskriminasi terhadap perempuan dan mendorong perilaku seksis di
kalangan pria. Padahal, ketika perempuan menjadi target guyonan,
mereka justru memperoleh efek emosional yang merugikan, contohnya
rasa jijik, marah, dan merasa dirinya dipermalukan.
Kalau sudah begitu? Masih mau bermain-main dengan lelucon sexis?

Kajian Lintas Ilmu | 175


KONTRIBUTOR
PENGANTAR

Dr.dr.Sukadiono.MM “ Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya”

Perspektif Pendidikan

Achmad Hidayatullah Holy I. Wahyuni


Junaidy Fery
“ Dosen Matematika “ Penulis buku dengan “Dosen Matematika
di Universitas judul Ratih ” di Universitas
Muhammadiyah Surabaya Muhammadiyah
dan Mahasiswa Doktoral Surabaya ”
University Of Sceged”

Sri Lestari Gusmaniarti Syarifuddin “


“ Dosen Bahasa “Dosen PG PAUD Mahasiswa Magister
Inggris di Universitas di Universitas Pendidikan
Muhammadiyah Muhammadiyah Matematika Universitas
Surabaya ” Surabaya” Pendidikan Indonesia ”

176 | Alam Pikir Era Pandemi


R. Panji Hermoyo “Dosen Nurhidayatullah.R
Pendidikan Bahasa dan Sastra “Mahasiswa Biologi Universitas
Indonesia di Universitas Airlangga Surabaya “
Muhammadiyah Surabaya”

Perspektif Kesehatan

Islam Syarifurrahman Dede Nasrullah “ Dosen


Vika Ramadhani “
“ Mahasiswa Magister Keperawatan di Universitas
Mahasiswa Fakultas
Keperawatan Muhammadiyah Surabaya
Keperawatan Universitas
Universitas Airlangga ” dan Mahasiswa Doktoral
Muhammadiyah Surabaya”
Universitas Airlangga ”

Firman “ Mahasiswa Idham Choliq “ Ira Punama Sari “


Magister Keperawatan Mahasiswa Magister Mahasiswa Magister
Universitas Indonesia” Keperawatan Keperawatan
Universitas Airlangga

Kajian Lintas Ilmu | 177


dr Deisha Laksmitha Wahyuni Suryaningtyas Aristiana Prihatining
Ayomi “ Dosen Pendidikan Rahayu
“ Asisten dosen di FK Matematika di Universitas
“Dosen PG PAUD
UM Surabaya” Muhammadiyah Surabaya” di Universitas
Muhammadiyah
Surabaya”

dr.Yelvi Levani
Irma Maya Puspita dr.Nurma Yuliyanasari, M.Si
“Dosen di Fakultas
“Dosen di Fakultas Kedokteran
Kedokteran Universitas “ Dosen Kebidananan
Universitas Muhammadiyah
Muhammadiyah Surabaya” di Universitas
Surabaya”
Muhammadiyah
Surabaya “

178 | Alam Pikir Era Pandemi


Perspektif Agama dan Lingkungan

Arin “ Dosen Sholikh Al Huda“ M. Febriyanto F


Fakultas Agama Dosen Fakultas Wijaya“ Mahasiswa
Islam di Universitas Agama Islam Magister Komunikasi
Muhammadiyah di Universitas dan Penyiaran Islam
Surabaya” Muhammadiyah Universitas Islam Sunan
Surabaya” Ampel Surabaya ”

Vela Rahmania Yuni Gayatri “ Betty Ariani “


Dosen Pendidikan Dosen Fakultas
“ Dosen Pendidikan Biologi di Universitas
D4 Analis Kesehatan Teknik di Universitas
Muhammadiyah Muhammadiyah
di Universitas
Surabaya” Surabaya”
MuhammadiyahSurabaya”

Kajian Lintas Ilmu | 179


HUKUM DAN SOSIAL HUMANIORA

Lukman Agus Budiman “


Khoirul Anam “
“ Dosen Fakultas Teknik di Mahasiswa Magister Mahasiswa Magister Ilmu
Universitas Muhammadiyah Komunikasi dan Sosial Unversitas Airlangga
Surabaya” Penyiaran Islam ”
Universitas Islam Sunan
Ampel Surabaya ”

Faiz Asmi “Mahasiswa Fakultas Levina Yustitianingtyas Satria Unggul


Keguruan dan ilmu pendidikan “ Dosen Hukum Wicaksana Prakasa“
Universitas Muhammadiyah Universitas Dosen Fakultas
Surabaya” Muhammadiyah Hukum di Universitas
Surabaya Muhammadiyah
Surabaya”

Radius Setiawan “ Dosen


Fakultas Hukum di Universitas
Muhammadiyah Surabaya ”

180 Pikir Era


| Alam Pandemi

Anda mungkin juga menyukai