Disusun oleh :
Maryatun
2019860056
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Ansharullah
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap
dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar keterangan.
Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini
adalah masalah yang menuntut kemampuan pikiran (Daryanto, 2006 :141). Dari
definisi tersebut, kecerdasan merupakan satu aspek yang penting untuk dimiliki
oleh manusia. Bagi banyak orang, kecerdasan menjadi hal yang penting dan utama
untuk dimiliki sebagai bekal mengarungi kehidupan.
2
Pada tahun 1983, Howard Gardner melalui bukunya frames of mind : The
Theory of Multiple Intelligences menyampaikan bahwa kecerdasan itu bukan
tunggal namun majemuk. Manusia memiliki kecerdasan yang berbeda-beda,
yaitu kecerdasan logis matematik, bahasa, spasial, natural, kinestetik,
interpersonal, intrapersonal dan kecerdasan musik. Gardner menyebutkan bahwa
bisa jadi seseorang unggul dalam kecerdasan tertentu, seperti cerdas bahasa dan
yang lainnya unggul dalam kecerdasan natural. Atau seseorang bisa jadi unggul
dalam beberapa kecerdasan sekaligus, sehingga bisa menunjang dalam menjalani
profesinya. Misalkan seorang penyanyi, bukan hanya memiliki kecerdasan
musik, namun juga harus cerdas bahasa, intra dan interpersonal.
3
Penelitian untuk menggambarkan kecerdasan terus dilakukan, sehingga muncul
istilah spiritual quotion atau kecerdasan spiritual. Dalam Islam terdapat
pendekatan yang mengaitkan intensitas hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu
tasawuf. Tasawuf mengajak manusia untuk memandang filsafat yang
mementingkan rasionalitas namun tetap mengutamakan spiritualitas yang
berorientasi kepada penyatuan diri (jiwa atau roh) manusia dengan Tuhan.
Untuk menyatu dengan Tuhan, tentu kita harus mengenal siapa Tuhan itu.
Mengenal Tuhan merupakan salah satu perintah-Nya. Kita bisa mengenal Tuhan
melalui ciptaan-Nya, serta melalui nama-nama-Nya. Tuhan menciptakan alam
sebagai manifestasi atau penjelmaan diri-Nya, yang memiliki sifat Verba atau
kata kerja, tergambar melalui nama-nama-Nya, seperti Yang Maha Menciptakan,
Maha Mendengar, dan lain-lain. Manusia sebagai salah satu ciptaan Tuhan
merupakan salah satu perwujudan-Nya, sehingga diindikasi memiliki potensi
kecerdasan nama-nama Tuhan. Munculah konsep `Insan Kamil`, yaitu manusia
yang sempurna, memiliki kecerdasan-kecerdasan dari nama-nama Tuhan.
4
memiliki kemampuan membaca yang baik. Kekuatan mereka ada pada kata,
bahasa dan menulis.
5
Berdasarkan uraian diatas, karakteristik kecerdasan bahasa ini diantaranya :
Mengingat informasi tertulis dan lisan
Senang membaca dan menulis
Dapat memberikan pidato atau berdebat
Dapat menjelaskan berbagai hal dengan baik
Menggunakan humor dalam bercerita
Salah satu contoh tokoh yang memiliki kecerdasan bahasa adalah Nabi
Muhammad SAW. Beliau adalah seorang Nabi terakhir yang diangkat untuk
mengajarkan tauhid kepada umat manusia hingga akhir zaman. Sudah tentu
kecerdasan beliau berperan penting akan kesuksesan beliau berdakwah kepada
umat manusia seperti salah satu sifat yang dimilikinya, yaitu fathonah atau
cerdas. Sampai 14 abad setelah kematian beliau, kita saat ini masih merasakan
dampak dari kekuatan berbahasa Nabi SAW yang luar biasa. Perkataan beliau
yang kita kenal sebagai hadist, menjadi salah satu sumber hukum dalam
melaksanakan ajaran Islam. Gaya bertutur beliau yang santun, indah dan lugas,
menjadikan pendengarnya merasakan kebenaran dan keyakinan akan apa yang
beliau sampaikan.
Dalam hal kecerdasan verbal atau berbicara, Rasulullah dikenal sebagai penutur
bahasa yang baik. Banyak hadis yang menjelaskan betapa bagus, lancar, dan
komunikatif serta sempurnanya cara berbicara Beliau. Aisyah menyebutkan:
Dari Aisyah Rahimahallaahu, beliau berkata: “Bahwasanya perkataan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu perkataan yang jelas sehingga bisa
difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)
6
Tidak berlebihan jika Abu Bakar Shiddik berkata kepada Rasulullah, “Saya telah
mengelilingi tanah Arab dan saya telah mendengar orang-orang yang fasih di
antara mereka, tetapi belum pernah saya dengar orang yang lebih fasih daripada
engkau”. Di antara cara berbicara Nabi adalah dengan sangat jelas, tegas,
perlahan-lahan, tidak tergesa-gesa, sehingga orang yang mendengar bisa
mengulanginya.
7
nama Tuhan. Kecerdasan bahasa menurut Gardner memiliki kesamaan fungsi
dengan kecerdasan dari perspektif nama-nama Tuhan, diantara :
Dalam berbahasa kita juga harus `santun` dan `bijaksana`, serta mengutamakan
`kebenaran`. Bahasa juga memiliki sifat `memberi perintah` serta `memberi
petunjuk`. Dan tentu saja orang yang pandai dalam hal bahasa ini dapat
dikategorikan menjadi `pandai`
8
Dalam berbahasa, kesantunan menjadi salah satu indikator yang menentukan
tingkat kecerdasan seseorang. Kesantunan dalam berbahasa dibagi menjadi dua
tingkatan, tingkat pertama kesantunan yang berkaitan dengan norma sosial yang
berlaku, tingkat kedua berkaitan dengan penggunaan bahasa untuk menjaga
hubungan interpersonal. Artinya, setiap orang harus memilih bagaimana dapat
menggunakan bahasa dengan santun agar dapat menjaga hubungan baik dengan
orang lain.
Proses yang terjadi dalam kesantunan tingkat kedua, bukan hanya dipengaruhi
oleh budaya yang berlaku serta dorongan naluriah seseorang saja, namun juga
dari tingkat kecerdasan bahasa, intrapersonal dan interpersonal seseorang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu ciri orang yang cerdas bahasa
tentu dapat menggunakan bahasa secara santun sehingga kecerdasannya selaras
dengan kecerdasan nama Tuhan Al Haliim, Allah yang Maha Penyantun, Allah
Al Hakiim, Allah Yang Maha Bijaksana dan Allah Al Haqq, Allah Yang Maha
Benar.
9
Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an surat Al Jatsiyah ayat 13, “Dan Dia
menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berpikir”. Melalui ayat ini kita dapat merefleksi diri bahwa Allah SWT
memberikan akal pikiran kepada manusia untuk berpikir, menganalisa segala
sesuatu sehingga dapat mengambil pelajaran akan kebesaran dan keagungan
Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an Surat Al Maidah ayat 58, “Dan apabila
kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka
menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena
mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”. Jelas kiranya
bahwa kedudukan akal dalam Islam sangatlah penting. Bahkan syariat Islam
sendiri tidak berlaku bagi orang-orang yang belum berakal, seperti anak-anak
yang belum bisa membedakan baik dan benar, atau orang gila yang hilang akal.
Sehingga seharusnya orang-orang yang berakal tidak akan meninggalkan
kewajibannya karena memahami konsekuensinya. Allah bahkan mencela orang-
orang tersebut dengan menyebut “apakah kamu tidak mempergunakan akal?”
“apakah kamu tidak berpikir?”.
10
untuk mengenal-Nya, sebagai satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa.
Saat ini pun, banyak kita dengar kisah orang-orang yang mencari Tuhan. Mereka
tidak begitu saja menerima doktrin dan kepercayaan dari orangtua, namun
berusaha menganalisa berbagai kitab suci dan mengikuti kajian serta diskusi
mengenai sosok Tuhan. Hingga pada akhirnya mereka mendapatkan hidayah
karena menemukan kebenaran dari proses berpikirnya.
Dalam Islam, terdapat 3 ilmu yang dipelajari untuk lebih mengenal Tuhan dan
Islam, yaitu ilmu tauhid (ushuluddin), ilmu fiqih dan ilmu tasawuf. Ilmu tauhid
untuk bertugas membahas soal-soal i’tiqad, seperti i’tiqad mengenai ke-Tuhanan,
kerasulan, hari akhirat dan lain-lain sebagainya. Ilmu fiqih bertugas membahas
soal-soal ibadah lahir, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Ilmu
tasawuf bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak dan budi
pekerti, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyuk, tawadhu,
muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain.
Dalam ketiga ilmu tersebut, kita akan menemukan Allah dan mengenal-Nya.
Salah satunya dengan mengenal nama-nama Tuhan yang ada dalam Al Qur`an.
Firman Allah dalam Al Qur`an surat Al A`raf ayat 180, “Dan Allah SWT.
Memiliki asmaul husna, maka bermohonlah kepadanya dengan (menyebut)
nama-nama-Nya yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang mereka kerjakan.” Melalui nama-nama-Nya, Allah
menjelaskan sifat dan kecerdasan-Nya, yang telah dimanifestasikan kedalam
ciptaan-ciptaan-Nya. Sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna, kecerdasan
Tuhan tercermin dalam kecerdasan manusia yang memiliki akal dan mampu
berpikir mencari kebenaran.
11
mengemukakan teori mengenai kecerdasan majemuk. Manusia dinyatakan
memiliki ragam kecerdasan seperti logic matematika, Bahasa, natural, spasial,
kinestetik, interpersonal dan intra personal. Jika ditarik dari titik awalnya,
kecerdasan-kecerdasan ini berasal dari Zat Yang Menciptakan manusia, yaitu
Allah SWT. Oleh sebab itu, berikut kita akan membahas kecerdasan Tuhan yang
termaktub dalam nama-nama-Nya dikaitkan dengan kecerdasan Bahasa, yang
telah dibahas diatas.
Allah Al Khaliq
“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang
ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. Firman Allah Al Qur`an Al Hasyr ayat 24 ini bermaknanya Dialah
yang bersendirian dalam menciptakan semua makhluk, yang mengadakan semua
yang ada dengan hikmahnya. Selain itu Dia menggambarkan rupa semua alam
semesta dengan penuh kesempurnaan. Dia yang menciptakan dan mengadakan,
dan menyususn semua makhluk ini dengan waktu yang tepat, dan menentukan
kadarnya dengan sebaik-baiknya, membuatnya dengan sesempurna perbuatan,
kemudian dia memberi petunjuk kepada kemashlahatannya.
Menurut Al-Ashfahaniy dalam Mufradat Alfadz Al-Qur’an, “Al-Khaliq” berarti
Dzat yang menciptakan sesuatu tanpa bahan atau contoh yang sudah ada (QS.
Al-A’raf:189). Selain itu, juga bermakna “menciptakan sesuatu dari yang lain”
(QS. An-Nisa:1). Melalui pemikiran terhadap penciptaan alam semesta, manusia
diharapkan memperoleh kesadaran ketuhanan dan “menemukan” Tuhan
sebagaimana Nabi Ibrahim AS.
Proses penciptaan adalah suatu aktivitas yang sangat menentukan sebuah eksisten-
si. Eksistensi Tuhan sepenuhnya melekat pada penciptaan. Karenanya, dalam
ciptaan-Nya termuat eksistensi diri Tuhan. Kesempurnaan, keteraturan dan
keseimbangan yang terkandung dalam ciptaan-Nya adalah wujud kesempurnaan
Tuhan. Karenanya, jika manusia ingin diakui eksistensinya, maka ia harus terus
12
mencipta. Manusia dapat menciptakan sesuatu di dunia ini sesuai dengan
kemampuan berpikirnya dengan bahan yang telah diciptakan oleh Allah.
Dengan segala potensi dan kecerdasan yang ada pada dirinya, manusia didorong,
bahkan diperintahkan, untuk dapat menghasilkan karya, cipta dan rasa yang
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Derajat “sebaik-baik manusia” dapat
dicapai saat manusia menjadi yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Manusia
bisa menciptakan sesuatu yang baru (dalam perspektif manusia) atau berinovasi
seiring dengan perkembangan ruang dan waktu. Jika Allah Yang Maha Besar dan
Sempurna dalam ciptaan-Nya, maka manusia yang ingin besar mesti mencipta
dengan segala kekurangannya.
Salah satu bentuk cipta dan karya yang dapat dibuat manusia adalah berbahasa.
Bahasa merupakan adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk
berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan
gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik. Perkiraan jumlah bahasa di
dunia beragam antara 6.000–7.000 bahasa. Bentuk Bahasa yang beragam ini
merupakan hasil dari kecerdasan manusia yang luar biasa. Sebagaimana Allah
SWT telah menciptakan Bahasa yang sangat indah dalam bentuk firman-firman-
Nya, yang telah diteliti tidak dapat dipalsukan atau dibuat oleh manusia. Sehingga
melalui Bahasa Al Qur`an, kita dapat berkomunikasi dengan Allah SWT, dengan
memahami perintah dan larangan-Nya.
13
Allah Al Aliim
Al Alim dalam Asmaul Husna memiliki arti Yang Maha Mengetahui. Maksudnya
adalah, Allah memiliki pengetahuan yang luas dan menyeluruh terhadap apa yang
terlihat dan tidak terlihat, jelas dan tersembunyi, saat ini dan masa depan, jauh dan
dekat. Pengetahuan-Nya melampaui dan sadar akan segala hal, bahkan sebelum
seluruh makhluk di dunia ada. Mulai dari detail dan tidak ada yang luput
seorangpun dari pengawasan dan catatan-Nya. Sungguh, Dia Yang Maha
Mengetahui.
Berdasarkan Bahasa Arab Klasik, akar kata dari ‘a-m-m mengandung arti sebagai
berpengatuhan, sadar, terjaga, teliti, mencari informasi, mengumpulkan informasi
demi pengetahuan intuitif, memiliki pengetahuan dasar terhadap segala hal.
Dilansir dari Rumaysho, ada sebanyak 175 tempat penyebutan nama Allah Al
Alim (Yang Maha Mengetahui) dalam Alquran, seperti pada firman Allah :
“Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’.” (QS. Al-Baqarah: 32).
Makna Al Alim pun terkandung dalam Alquran yang berada di berbagai surah
lainnya, yaitu Surah An-Nur Ayat 41, “Tidakkah engkau (Muhammad) tahu
bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang di langit dan di bumi, dan juga
burung yang mengembangkan sayapnya. Masing-masing sungguh, telah
mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka kerjakan.” Dalam ayat tersebut, jelas bahwa Allah Yang Maha
Mengetahui yang mengilhamkan ilmu pengetahuan kepada makhluk ciptaan-Nya,
termasuk manusia yang diciptakan memiliki akal dan pikiran. Sebagaimana dalam
surat Al Baqarah ayat 231. “ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.”.
14
Melalui Nama Tuhan Al Aliim, kita mengetahui mengenai ilmu dan pengetahuan,
diantaranya yaitu :
1. Ilmu sangatlah luas, sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al Qur`an Surat
Thaha ayat 98 : “Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada
Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu”
2. Bentuk kesempurnaan dari ilmu Allah bahwa Allah mengetahui dengan
ilmunya. Sesuatu yang akan terjadi, yang sedang terjadi, dan yang telah
terjadi. Karena Allah mengetahui segala yang ghaib. Dalam firman Allah Al
Qur`an Surat Al An`am ayat 59 : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua
yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia
mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun
yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir
biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”
3. Diantara pengetahuan Allah terhadap sesuatu yang akan terjadi, sedang
terjadi, dan telah terjadi, bagaimana Dia telah mencatat semuanya dalam
kitab Lauh Mahfuzh. Sesuai dengan firman Allah SWT : “ada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakan, sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Qs. Al hadid:
22)
4. Ilmu Allah menjangkau seluruh rahasia dalam hati, sebagaimana firman Allah
SWT dalam Al Qur`an Surat Ali Imran ayat 119 : “Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati.”
Dari Penjabaran diatas, kita meyakini bahwa segala hal yang ada di muka bumi,
termasuk ilmu pengetahuan berasal dari pengetahuan Allah. Termasuk
kecerdasan berbahasa, yang dalam keilmuannya menyangkut bentuk Bahasa
lisan, tulis maupun isyarat. Orang yang memiliki kecerdasan Bahasa, memiliki
kemampuan yang baik dalam membaca dan memahami bacaan sehingga dapat
mengetahui berbagai informasi. Kecerdasan Bahasa juga berarti dengan
15
kemampuan berbahasanya, mereka dapat menjelaskan berbagai pengetahuan
yang dimiliki dengan baik, secara lisan maupun tertulis.
Allah As Samii
“Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs: Al Baqarah:
137). Dalam ayat tersebut, Allah menyebut diri-Nya sebagai Yang Maha
Mendengar. Hal tersebut memiliki makna :
1. Allah mendengar segala sesuatu dengan sempurna, yang lahir maupun yang
batin, yang jelas maupun yang samar.
2. Allah mendengar, dengannya, Dia mengabulkan setiap doa dan permintaan
hamba-hamba-Nya, menerima setiap amal soleh yang dilakukan hamba-
hamba-Nya serta membalasnya dengan pahala.
Kecerdasan nama Allah ini berkaitan erat dengan kecerdasan Bahasa. Salah satu
aspek dalam berbahasa yaitu mendengar. Mendengar merupakan salah satu
kegiatan untuk mendapatkan informasi sekaligus pengalaman berharga untuk
mempelajari bahasa. Tanpa adanya kemampuan mendengar maka ucapan yang
disampaikan oleh pembicara tidak dapat disimpan di memori pendengar. Hal
tersebut akan mengakibatkan tidak adanya komunikasi lisan yang baik antara
pemberi informasi dan penerima informasi. Sehingga mendengar menjadi salah
satu indicator dalam kemampuan menerima Bahasa, selain membaca.
Orang yang memiliki kecerdasan Bahasa, tentu memiliki kemampuan mendengar
yang baik. Allah selaku pemilik kecerdasan mendengar, mampu mengabulkan
do`a dengan mendengarkan do`a, dan memahami do`a yang disampaikan hamba-
Nya. Hal ini mengindikasikan bahwa mendengar juga berarti memahami makna
kata dan Bahasa yang didengar, sehingga bisa menjadi suatu bentuk pengetahuan
dan pemahaman. dalam Bahasa Inggris, hal ini dibedakan menjadi `hear` dan
`listen`. `hear` diibaratkan seperti saat kita mendengarkan suara-suara di jalan,
seperti klakson mobil, deru kendaraan maupun suara angin. Walaupun kita tidak
bermaksud mendengarkan, kita akan mendengarnya, namun hal tersebut tidak
memiliki makna dan menimbulkan pemahaman kita. `listen` berarti kita
16
bermaksud untuk mendengarkan. Seperti saat kita mendengarkan guru berbicara
atau dialog dalam drama. Kita mengerahkan focus dan kemampuan mendengar,
sehingga kita bisa memahami apa yang kita dengar.
Allah Al Haliim
Howard Gardner menyebutkan bahwa kecerdasan berbahasa berkaitan dengan
kemampuan seseorang menggunakan kata secara efektif, baik lisan maupun
tulisan. Kecerdasan berbahasa melibatkan kepekaan (sensitivity) terhadap
penguasaan bahasa lisan dan tulisan dan kesanggupan untuk menggunakan
bahasa tersebut dalam meraih tujuan tertentu. Dalam berbahasa, kita harus
mempertimbangkan ketepatan penggunaan Bahasa serta dimana dan kapan
ujaran Bahasa tersebut digunakan. Hal ini karena Bahasa berkaitan erat dengan
kaidah social dan norma. Cara berbahasa di suatu tempat berbeda dengan tempat
lain, begitu pula penggunaan Bahasa berbeda kepada satu orang dengan orang
lain. Hal ini penting untuk diperhatikan agar tujuan berbahasa dapat dicapai.
Dalam Islam kaidah berbahasa merupakan hal yang sangat penting. Sebagaimana
perintah Tuhan dalam Firman-Nya Surat Al-Baqarah ayat 83: “Ucapkanlah
kata-kata yang baik kepada manusia” (QS. Al Baqarah (2): 83). Jelas bahwa
Allah meemrintahkan kita untuk berbicara dengan baik kepada sesame manusia.
Begitu pula yang diajarkan oleh Rasulullah SAW : “Barang siapa yang iman
kepada Allah dan hari akhir , maka hendaklah ia berbicara yang baik-baik atau
hendaklah diam saja.” (HR. Muslim).
Hal ini sesuai dengan Nama Tuhan Al Haliim, Allah Yang Maha Penyantun.
Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Al Haliim, salah satunya dalam Al
Qur`an Surat Al Baqarah ayat 235 : “Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun.”
17
maksiat para pendosa. Imam Al-Khattabi menuturkan, Al-Halim berarti Zat yang
pemaaf dan penyabar, yang tidak terpancing oleh kemarahan, dan yang tidak
pernah kesal oleh tindakan bodoh orang yang tidak tahu atau orang yang memang
durhaka.” ( Sya’n ad-Du’a; 63).
Allah Al Hadii
Allah memiliki Nama Al hadii yang artinya Maha Pemberi Petunjuk. Dalam Al
Qur`an Surat Al Furqan ayat 31 disebutkan : “… dan cukuplah Rabbmu menjadi
pemberi petunjuk dan penolong.” [QS. Al-Furqan: Ayat 31]
18
Diberikan kepada seluruh makhluk baik orang beriman atau orang
kafir bahkankepada binatang, tumbuh-tumbuhan juga seluruh alam semesta.
Contohnya : lebah yang hinggap di tanaman memakan sari bunga-bunga dan
buah-buahan lalu memproduksi madu, semut diberi petunjuk mencari makanan
(di sebut insting), bayi-bayi yang baru lahir langsung menyusu kepada ibunya
2. Hidayah khusus yaitu dalil atau hujjah
Allah akan memberi petunjuk berupa penjelasan dan dalil-dalil, tetapi mereka
yang tidak mengikuti petunjuk maka Allah akan menyesatkan mereka
sebagai hukumannya.
3. Hidayah taufik :
Adalah kelapangan dada untuk menerima kebenaran dengan ikhlas untuk
mengamalkan petunjuk dalil. maka Allah perintahkan seluruh hamba-Nya
untuk memohon petunjuk siang dan malam agar berada di jalan yang lurus.
4. Hidayah Allah guna menunjukan jalan ke syurga dan ke neraka pada hari
kiamat. Allah berfirman, “dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada
mereka, di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka berkata, ‘Segala puji bagi
Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat
petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami.’ Sesungguhnya rasul-rasul
Tuhan kami telah datang membawa kebenaran.’ Diserukan kepada mereka,
‘Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu
kerjakan’.” [QS. Al-A’raf: Ayat 43]
Tujuan dari berbahasa yaitu untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
Komunikasi sendiri merupakan proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak ke pihak lainnya. Informasi yang berupa pesan, ide
maupun gagasan ini tentu dapat bersifat memberikan petunjuk akan suatu hal.
Proses komunikasi disampaikan melalui lisan atau tulisan. Secara lisan, orang
berkomunikasi dengan berbicara sedangkan secara tulisan dilakukan dengan
menulis. Orang yang mendengar atau membaca, tentu akan mendapatkan petunjuk
akan apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis. Contohnya, seorang
pemuka agama ingin menyampaikan dakwahnya melalui ceramah atau membuat
19
tulisan berupa buku, sehingga yang mendengar atau membaca menjadi penganut
agama yang lebih baik.
Al Haqq
Allah yang tiada keraguan dan kerancuan pada-Nya, tidak pada Dzat-Nya, asma
dan sifat-Nya. Dialah yang berhak untuk disembah dengan sebenarnya, Dia yang
Maha Benar, benar asma dan sifat-Nya, benar perbuatan maupun firman-Nya,
benar agama dan syariat-Nya, benar berita tentang-Nya, benar janji-Nya, dan
benar pertemuan dengan-Nya.
Allah SWT berfirman, “Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang
setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Benar,
lagi Yang Maha menjelaskan. (Qs. An Nur : 25).
20
wartawan, jika menuliskan berita yang merupakan kebohongan, maka akan
berdampak buruk bahkan bias menimbulkan kekacauan di masyarakat.
Menurut prinsip Al Haqq ini pula, orang yang memiliki kecerdasan Bahasa akan
menggunakan ekspresi Bahasa untuk menasehati dan menyuarakan kebenaran.
Hal ini hendaknya diterapkan para politisi dan para pemimpin negara agar apa
yang disampaikan merupakan kebenaran agar dapat membawa kebaikan pula.
Kecerdasan verbal atau Bahasa dapat dikenali sejak dini. Anak yang memiliki
kecerdasan Bahasa akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Memiliki perbendaharaan kata lebih banyak dibanding anak lain seusianya.
2. Senang diajak ngobrol.
3. Mudah mengerti istilah-istilah baru.
4. Suka berbicara di depan orang banyak.
5. Senang membaca.
6. Senang membacakan buku untuk orang lain.
7. Senang menceritakan ulang buku yang ia baca.
8. Senang bercerita.
9. Suka berdiskusi.
10. Suka memberi tanggapan saat mendengar orang lain berbicara.
11. Senang diajak ke perpustakaan.
12. Menyukai seni sastra, seperti puisi, prosa, dan lainnya.
13. Menyukai seni peran, seperti opera, teater, dan lainnya.
14. Sering menyematkan humor dan percakapannya.
15. Senang membuat tulisan, seperti diari, cerpen, atau bahkan puisi.
16. Suka mempelajari bahasa asing.
17. Tertarik untuk mengenali beberapa bahasa asing, termasuk bahasa daerah.
21
Bahasa yaitu :
1. Memahami bahasa reseptif (menyimak dan membaca)
2. Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan non
verbal)
3. Mengenal keaksaraan awal melalui bermain
22
dilihat dan dirasa berkomunikasi
Menceritakan dengan anak atau
gambar yang ada orang dewasa
dalam buku Menunjukkan
Berbicara sesuai perilaku senang
dengan kebutuhan membaca buku
(kapan harus terhadap buku-
bertanya, buku yang
berpendapat) dikenali
Bertanya dengan Mengungkapkan
menggunakan lebih perasaan, ide
dari 2 kata kata tanya dengan pilihan
seperti: apa, kata yang sesuai
mengapa, ketika berkomuni
bagaimana, dimana kasi
Menceritakan
kembali isi cerita
secara sederhana
Mengenal keaksaraan Menulis huruf-huruf Menunjukkan
awal melalui bermain yang dicontohkan bentukbentuk simbol
dengan cara meniru (pra menulis)
Menceritakan isi Membuat gambar
buku walaupun tidak dengan beberapa
sama tulisan dengan coretan/ tulisan yang
bahasa yang sudah berbentuk
diungkapkan huruf/kata
Menghubungkan Menulis huruf-huruf
benda-benda konkret dari namanya sendiri
dengan lambang Menyebutkan angka
bilangan 1- 10 bila diperlihatkan
23
lambang bilangannya
Menyebutkan jumlah
benda dengan cara
menghitung
Adapun cara mengukur atau menilai kecerdasan Bahasa kepada anak dapat
dilakukan dengan cara :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan kepada anak saat anak melakukan
kegiatan yang menampilkan anak berkomunikasi dan berbahasa, baik yang
didesain atau insidental. Adapun penilaian berdasarkan indicator di atas
dengan asesor membuat rubrik sebagai dasar penilaian.
2. Tanya jawab
Tanya jawab dapat menjadi salah satu metode dalam melakukan penilaian
terhadap kecerdasan Bahasa. Instrument yang dibuat adalah format
pertanyaan yang dibuat disesuaikan dengan indicator penilaian dengan
Bahasa yang sesuai usia anak.
3. Survey atau angket
Survey atau angket juga dapat menjadi salah satu cara membuat penilaian
kecerdasan Bahasa. Dalam membuat survey, instrument disesuaikan dengan
indicator dan menggunakan Bahasa yang mudah dipahami anak.
TINJAUAN PUSTAKA
24
Ansharullah. Nama-nama Tuhan Dalam Perspektif Kecerdasan Jamak. Jakarta :
Step Publishing, 2018
Gardner, Howard, Katie Davies, Joana Christodoulou, Scott Seider. The Theory
of Multiple Intelligences. Cambridge University Press, 2011.
WWW. AsmaulHusnaCenter.com
25