Dibimbing Oleh:
Anggota:
Diagnosis
Berdasarkan dukungan hasil pemeriksaan secara palpasi rektal, dapat
disimpulkan bahwa penyakit yang diderita oleh sapi tersebut adalah hipofungsi
ovarium. berdasarkan hasil pemeriksaan secara palpasi rektal juga menujukan tidak
adanya penyakit yang terjadi pada saluran reproduksi yang mempengaruhi aktivitas
ovarium yaitu pyometra karna saat proses palpasi kondisi saluran reproduksi normal.
Pragnosa
Penyakit hipofungsi ovarium bersifat reversible. Sehingga jika ditangani dapat
memulihkan kondisi ovarium menjadi normal dan proses reproduksi dapat berjalan
normal kembali.
Terapi
Terapi yang diberikan pada saat penanganan kasus ini adalah dengan
melakukan proses perbaikan nutrisi. Setelah dilakukan perbaikan nutrisi menunjukan
hasil yaitu nilai BCS sapi menjadi lebih baik, maka dapat dilakukan dengan
pengobatan melalui pemberian GnRH seperti lutrelin, fertirelin, deslorelin,
leuprolide, dan buserelin untuk menginduksi estrus atau dapat memberikan.
Hormon2 tersebut berfungsi merangsang pelepasan gonadotropin FSH dan LH dari
hipofisa anterior sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel.
Pertumbuhan dan perkembangan folikel menghasilkan estrogen sehingga sapi
menunjukkan tanda - tanda birahi (Suartini et al. 2013). Gangguan reproduksi karena
hipofungsi ovarium dapat diobati dengan pemberian preparat hormonal FSH-LH like
dengan penyuntikan preparat kombinasi FSH–LH atau FSH–LH like seperti, PMSG
dan hCG (Hermadi, 2015).
Anamnesa
Sapi terlihat sehat, tidak menujukkan tanda-tanda estrus, masih dara,
dinekropsi, cornua uteri, vagina, dan vestibulum vagina normal, ada organ bilateral
mirip ovari dengan lipatan pada permukaannya tanpa folikel/corpus luteum pada
organ tersebut
Sinyalemenn
Nomor Hewan: -
Jenis Hewan : sapi
Ras/ breed : Friesian Holstein
Warna rambut : hitam putih
Jenis kelamin : betina
Umur : 22 bulan
Status present
Tidak ada data untuk status presen.
Gejala klinis
Tidak ditemukan gejala klinis, tetapi diketahui sapi tidak menunjukkan gejala
estrus hingga disembelih.
Pemeriksaan
Palpasi per-rektal sulit untuk dilakukan karena ukuran ovarium yang kecil.
Diferensial diagnosis
Freemartin, nodular adhesion dari ovarektomi, agenesis ovari (jarang) (Farin
dan Estill 1993), hipofungsi ovari.
Diagnosis
Berdasarkan penemuan patologi anatomi setelah dinekropsi, sapi tersebut
mendertia hipoplasia ovari.
Prognosa
Kasus ini memiliki prognosa infausta karena kondisi bawaan sejak lahir
sehingga tidak akan bisa disembuhkan.
Terapi
Tidak ada terapi yang dapat diberikan untuk mengubah kondisi ini karena
merupakan kondisi bawaan sejak lahir.
Penjelasan kasus:
Sapi dara berusia 22 tahun tidak menujukkan gejala estrus dan tidak pernah
diinseminasi. Hasil nekropsi menujukkan sebagian organ di saluran reproduksi
normal, tetapi ditemukan organ bilateral yang mirip ovari. Dilakukan pemeriksaan
histologi pada organ yang ditemukan. Organ bilateral mirip ovari tersebut memiliki
ukuran yang kecil. Tidak ditemukan batas yang jelas antara korteks dan medulla pada
potongan longitudinal. Terlihat jaringan ikat tebal membentuk tunica albuginea
tersebar di bagian korteks. Terdapat jaringan ikat longgar dan jaringan pembuluh
darah yang tersebar pada medulla. Ditemukan beberapa folikel primordial dan primer
yang terdegenerasi tersebar di korteks. Beberapa lapisan sel granulosa teramati pada
potongan transversa folikel, namun oosit belum matang.
Gambar 1 (A) Organ mirip ovari dengan permukaan mengkerut. (B) Potongan
longitudinal organ mirip ovari, terlihat batas yang kurang jelas antara
korteks dengan medulla
Gambar 2 (A) jaringan ikat tebal membentuk tunica albuginea tersebar di bagian
korteks. Terdapat jaringan ikat longgar dan jaringan pembuluh darah
yang tersebar pada medulla. (B) Folikel primer terletak di korteks
dengan 2 lapisan sel granulosa, namun oosit belum matang
Hipoplasia ovari adalah keadaan cacat kongenital di mana indung telur tidak
berkembang. Ovari yang hipoplasia mengalami perkembangan yang tidak lengkap
sehingga ovari memiliki folikel primordial yang lebih sedikit. Hipoplasia ovari dapat
terjadi secara unilateral maupun bilateral. Selain itu, juga dapat berbentuk sebagian
(partial) dan penuh (complete). Sapi dengan hipoplasia bilateral akan menjadi sterile,
sedangkan sapi denga hoplasia unilateral akan menunjukkan estrus, bunting, dan
menghasilkan turunan tapi meneruskan sifat pada turunannya tersebut. Kasus pada
sapi dara akan lebih sulit untuk ditemukan dengan palpasi per-rektal karena ukuran
ovarium yang kecil. Ovari dapat terlihat memiliki strukstur yang tipis dan sempit
(Peter et al. 2009; Affandhy et al. 2007; Kumar et al. 2014). Kondisi ovari ini
dikategorikan sebagai kegagalan migrasi sel germinal primordial dari yolk salk
sampai gonad yang berkembang selama fase embrionik. Sehingga, gonad yang
berkembang tidak memiliki epitel germinal yang merupakan prekursor sistem
folikuler (Venhoranta et al. 2013).
Daftar Pustaka
Affandhy L, Pratiwi WC, Ratnawati D. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan
Gangguan Reprosuksi pada Sapi Potong. Pasuruan: Loka Penelitian Sapi
Potong Grati-Pasuruan
Akkoyunlu G, Tepekoy F, Bebiş A, Uysal F. 2014. Bilateral total ovarian hypoplasia
in a Holstein Friesian heifer. Acta Histochem. 116(8): 1519 – 1521.