Anda di halaman 1dari 11

Muhammad Joni

The Housing and Urban Development (HUD) Institute

1
• Wajah: wajhu wajh (ْ‫)وج‬ َ
• Dalam term al Qu’ran: wajhu – keridhaan.
• QS.Arrahman:27
• ِّْ ‫الك َر‬
‫ام‬ َ ‫ْربِّ َكْذُوْال َج ََل ِّل‬
ِّْ ‫ْو‬ َ ُ‫ْوجه‬َ ‫[ َويَبقَ ٰى‬Dan tetap
kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan].
• Bagaimana wajah (baru) kota?
• New Norm? Pendemi COVID-19 dicegah dengan
menjaga segitiga wajah.
• Apa ontologis “segitiga” wajah kota?
Triaspolitical baru?

2
❑ Zeno: ruang dalam ruang.
❑ Dalam ruang kota ada ruang, dalam ruang ada ruang, dst.
❑ Wajah Kota Paska Pendemi COVID-19 [WKPPC-19) = “ruang”?
❑ Jawaban apa yang hendak dicari Webinar?
• WKPPC-19 dengan “vaksinasi”? Atau..
• Kembali (pulih) sebelum WKPPC-19? Atau...
• Kota yang berubah? → New Normal (i) lelaku (behavior), (ii)
keadaban publik (public civility), dan (iii) kebijakan (public
policy)? (iv) UU Perkotaan?
• Berubah kemana? Untuk Agenda apa? Kota masa depan cq.
moderen (dalam konsepsi / instrumen internasional --NUA?)
• Kota berkelanjutan? Sustainability cites and communities?
• Kota / mengkota berskala mega urban region?
• Kota yang yang menjaga “tangan” mencemari “segitiga
wajah”?
• Kota yang menua/ degeneratif. –tertekan indeks kota
bekelajutan dan beban-beban internal & eksternal?
• Kota-kota “sekunder” demikian pula permukiman yang
terbiarkan dan “tak bertuan”?

3
❑ Fakta: kisruh overlapping penyaluran (dan data) bantuan sosial pedemik
COVID-19. Fenomena ‘gunung es’ yang menjelaskan apa?
❑ Ada beban “mesin” yang bekerja di balik kota:
✓ BEBAN KELEMBAGAAN: kota sebagai organisasi kekuasaan (Publik). UU 23/2014 ttg
Pemda hanya mengatur kota sebagai organisasi kekuasaan; tidak mengatur kelembagaan
kawasan perkotaan. PP 34/2009 ttg Pedoman Pengelolaan Kawasan perkotaan, hanya
mengatur klasifikasi dan kriteria kawasan perkotaan.
✓ BEBAN URUSAN: (wajib dan konkuren): tumpuan pemerintahan kota, provinsi dan pusat.
✓ BEBAN ANGGARAN → Ada Kota yang enggan PSBB karena kurang anggaran.
✓ BEBAN SISTEM (sektoral yang bersilang) pada institusi kota.
✓ BEBAN LIN GKUNGAN: kepadatan, air, udara bersih, permukiman informal and urban
sprawl di tengah tren mega urban region).
✓ BEBAN URBANISASI –yang kurang produktif dibandingkan negara tetangga.
✓ BEBAN SOSIAL: sosial patologis, sampai kejahatan terorganisasi.
✓ BEBAN INDEKS KOTA BERKELANJUTAN yang rendah: Metropolitan (51,89%),
Besar (53,40%), Sedang (47,52%), Kecil (42,29%) [BAPPENAS, 2014)..
4
❑ Kota itu sendiri belum/tidak memiliki Sistem-ya sendiri
(SPP) –untuk survive, tumbuh dan berkembang.
❑ Belum ada regulasi terpadu pembangunan perkotaan
(BAPPENAS).
❑ Bagaimana mungkin sistem perkotaan nasional tanpa
regulasi UU? Tanpa UU, mungkinkah pembiayaan yang
solid (APBN/APBD)?
❑ Kota yang Nir-Sistem & vacuum UU ditimpa beban
struktural: sistem sektoral dan UU sektoral.
❑ Menuju kota yang berwenang menjadi “host” orkestra
pembangunan kota --yang menyinkronisasikan partitur
kebutuhan kerja operasi dari semua persilangan/
persintuhan sistem menjadi “tenunan” sistem kota/
perkotaan. [belajar dari kisruh BLT, JKN, overlapping
program].

5
• Bagaimana (epistemologi) memilih Wajah (baru) Kota:
• (1) Laws → ................;
Atau.
• (2) ............ → Urban Development
Pendekatan Positivisme: ‘Law as a tool of social engineering’ (Roscoe Pound), mirip planned (urban)
development.
atau:
pendekatan dinamika sosial masyarakat sebagai pusat gravitasi (perubahan) hukum (Ehrlich). →
Bertran Renault: ‘Cities are built the way they are financed’? Yang mendekati autonomous UD?

Sejarah kota-kota:
Society --→ Urban -→ Urban Development -→ ....... Dst.
Batavia cq. Jakarta=kampung sangat besar (immense village), ‘conglomerate of feodal contry estates’
[Miksic, 1984:6; Hikmat Budiman, 2012:8). Kota=agregat kampung-kampung [John Crawfurd, Hikmat
Budiman, 2012:8].
perumahan/ permukian adalah mosaik utama kota --yang lebih
So, historis:
dahulu ada. Ahistoris, jika disain/kebijakan kota yang memisahkan
dengan perumahan & warga.

6
• FAKTA (& policy): tinggal di rumah pendukung utama
melawan pendemi C-19.
• FAKTA, (teori, & sejarah): rumah/perumahan paling
pertama dibangun.
• FAKTA: dulu, RUU Bina Kota (1970).
Wisma, Karya, Marga, Suka, & Penyempurna.
-Konsiderans: kota adil dan makmur. -Sejahtera lahir &
batin. -Keindahan kota membangkitkan budi luhur
warga.
• FAKTA: dulu, era kolonial dirancang SVO (Staadvorming
Ordonantie), Stb. 168/1948.
• FAKTA: USA → Dept. Housing & Urban Development.
• ........

7
• Nasihat milenium dari pendemi COVID-19: penting dan
dipentingkannya rumah. #dirumahsaja menjadi jurus menghempang
pendemi.
• Rumah: konteksnya rumah, perumahan, permukiman, kawasan
perkotaan. Rumah adalah hunian warga (bukan robot), sebab itu
rumah mosaik utama kota, maka tak mungkin kota tanpa warga.
Ahistoris dan tidak logis, memisahkan kota dari komunitas warganya.
• Logis jika paradigma, sistem, regulasi yang mengintegrasikan housing
and urban development: HUD.
• Paska pendemi COVID-19, nasihat The HUD kepada kota: perumahan
menjadi prioritas baru pembangunan dan program strategis nasional -
-dengan perubahan perilaku, keadaban publik, dan aturan/ kebijakan
publik– dalam kerangka hukum yang dituangkan menjadi UU. 8
WEBINAR tanggal 22 April 2020, Ketua Umum HUD Intitute
ajukan 3 usulan:
❑ review BSPS berbasis kawasan
❑Review pembangunan perumahan berskala besar: “PPBB”
kawasan sub urban.
❑Rusun Umum skala besar berbasis kawasan & entaskan
kumuh kota: PSR & KOTAKU.

9
❑ Berkaca dari aturan dan kepatuhan PSBB.
❑ (new) bahavior, (new) norms, (new) public civility,
(new) values, (new) Act?
❑ Bagaimana? Kemungkinannya?
• Hanya memikirkan?
• Hanya menyuarakan?
• Hanya mengikuti “air” mengalir yang berubah?
• Partisipatory & advocacy agenda global NUA?
• Membangun civil society yang solid untuk gerakan
trasformatif agenda perkotaan. & perumahan.
❑ Ketika ‘Kota menentukan peradaban. (perlikaku) Warga
kota menentukan wajah kota. Membangun warga kota,
maka peradaban terbangun’ –Prof. Gunawan Tjahyono,
2017.
❑ Maka: selain “besar”, defenisi kota adalah “kemuliaan”.

10
MUHAMMAD JONI, S.H., M.H.

www.jonitanamas.co.id
Email: mhjonilaw@gmail.com

Sekretaris Umum The HUD Institute


Managing Partner Law Office Joni & Tanamas
Ketua Masyarakat Konstitusi Indonesia (MKI)

11

Anda mungkin juga menyukai